Anda di halaman 1dari 155

i

Judul Buku Hypnoteaching, Bukan Sekadar Mengajar


ISBN 978-979-18301-1-9
Penulis Novian Triwidia Jaya
Editor S. Dewi Maharani & Mahmud Yunus
Penerbit D-Brain
Jl. Dakota Raya No. 29 Bekasi 17422
Jawa Barat Indonesia
Telp. : 021-70222251
E-mail: dybrain.dybrain@gmail.com
Tata Letak & Cover A. [Syahid]in
Ilustrator Riskan Amirullah
Cetakan Pertama, Februari 2010
Jika membayangkan buku ini membicarakan
sesuatu yang ruwet dan njlimet, Anda salah. Yang
ditawarkan dalam buku ini adalah ide-ide fresh,
sederhana, ringan namun dahsyat. Apakah betul
sesuatu yang ringan bisa berdampak dahsyat?
Ternyata memang bisa dan sangat mungkin.

Membaca buku ini akan mengantarkan


kita, para pendidik, pada dunia yang sangat indah
dan membahagiakan. Kita menjadi pendidik yang
mencintai profesi, murid dan lingkungan sekolah.
Di sisi lain, murid pun tak kalah beruntung. Mereka
bisa menerima pelajaran dengan sangat mudah
namun optimal hasilnya. Buku ini akan menjelaskan
mengapa hal ini bisa terjadi.

Salah satu hal penting yang dibahas adalah


mengenai persepsi. Satu hal yang menjadi jalan
masuknya kesuksesan pendidikan. Persepsi positif
murid terhadap kita berdampak sangat luar biasa.
Begitu juga sebaliknya. Padahal mungkin, selama
ini kita lalai terhadap yang satu ini. Itulah mengapa
metode pendidikan apapun yang kita gunakan
seringkali tidak memberikan hasil yang memuaskan.
Ternyata di sinilah rahasianya.

Persembahan pertama kami untuk para pendidik


ini bertujuan untuk memperkenalkan sebuah penemuan
dahsyat bagi dunia pendidikan. Kami ucapkan selamat
menyelami dunia pendidikan dari perspektif berbeda.

Salam Hypnoteaching
Rasa terima kasih dan hormat yang begitu
dalam senantiasa terukir dibenak saya terhadap
seluruh pendidik yang tiada pernah ada kata lelah
dalam memberikan ilmu, wawasan dan norma kepada
seluruh siswa, khususnya kepada para guru-guru saya
yang telah mendidik saya hingga menjadi seperti saya
saat ini.
Masih teringat oleh saya pujian Ibu Neny
guru kelas 5 SD saya, atau amarah Pak Nedsal dosen
akuntansi saya, yang ternyata memberi inspirasi dan
semangat luar biasa sehingga terbitlah buku ini.
Sebuah hasil dari bertahun-tahun mengajar
yang dikemas agar dapat memudahkan seluruh pendidik
yang membacanya, agar mereka bisa tetap semangat
untuk tetap mendidik dan tetap tersenyum ketika
mengajar, tetap terinspirasi untuk menginspirasi dan
memotivasi lebih banyak siswa sehingga terbentuklah
generasi-generasi luar biasa yang memiliki otak
sejenius Einstein dan pribadi yang semulia para
nabi. Generasi yang akan menyemarakkan dunia dan
menginspirasi generasi-generasi selanjutnya.
Guruku, engkaulah mata air ilmu yang tak
pernah berhenti memberikan kucuran air ilmu kepada
ku, semoga Allah memberi keberkahan luar biasa
kepadamu dan menjadikan ilmu yang engkau berikan
kepadaku menjadi sebuah amal ibadah yang tidak
pernah putus hingga hari akhir nanti. Amin

Novian Triwidia Jaya


Pengantar Penerbit ................................................... iii
Pengantar Penulis ...................................................... v
Daftar Isi .................................................................. vi
Pendahuluan ......................................................... viii

# 1 MENJADI GURU DAHSYAT............................ 1


Hypnoteaching Menciptakan Guru
Dahsyat ............................................................... 3
Kekuatan Pikiran Bawah Sadar ........................ 11
Waking Hypnosis .............................................. 21
Melahirkan Pembelajar Sejati .......................... 23

# 2 MENCIPTAKAN KEAJAIBAN
DI RUANG KELAS ........................................ 25
Persepsi: Awal Segala Kesuksesan .................. 27
Membongkar Kesalahan Pendidik ................... 44
Mengubah Persepsi Subjektif Siswa ............... 50

# 3 LANGKAH SUPER MUDAH


MENGUASAI KELAS ................................... 65
Aktifkan Pikiran Bawah Sadar ........................ 68
Teknik-teknik Rahasia Belajar Efektif ............ 76
# 4 CARA SINGKAT MELEJITKAN
POTENSI SISWA ............................................ 93
Kekuatan Imajinasi dan Sugesti ...................... 96
Melejitkan Potensi Siswa .............................. 100
Rahasia Menangani Masalah Perilaku ........... 128

PENUTUP ............................................................. 138


DAFTAR PUSTAKA ............................................ 140
TENTANG PENULIS .......................................... 143
Kata “belajar” sudah tertanam begitu dalam
di otak manusia, bahkan sejak dalam kandungan.
Sebenarnya, begitu dilahirkan manusia sudah mulai
belajar beradaptasi. Berikutnya mereka mulai belajar
berbicara, belajar berjalan, dan seterusnya, hingga
belajar di bangku sekolah.
Lalu, dalam kenyataan, konsep belajar terbagi
menjadi dua, yaitu belajar formal dan informal.
Dalam hal belajar informal, biasanya setiap kita
akan senang, cepat, mudah memahami, menguasai
dan mengimplementasikannya. Lain halnya dengan
belajar formal. Sebagian besar dari kita akan merasa
sulit, bosan, malas dan bahkan enggan untuk
melakukannya.

Kata “belajar” bagaikan suatu pemaksaan


kepada setiap orang untuk mengikutinya. Dan tidak
hanya itu, jika kata belajar itu digantipun misalkan
dengan pelatihan ataupun kursus, maka otak pun akan
mengeneralisasi kata itu dan menyamakannya dengan
belajar. Jadi, tetap saja orang yang mengikutinya akan
malas atau enggan.
Meskipun kata belajar itu diubah menjadi
bermain tetapi jika suasana tempat bermain itu mirip
dengan suasana tempat belajar, maka setiap orang yang
berada di dalamnya pun akan secara otomatis merasa
malas dan bosan.

Dampaknya siswa seringkali tidak antusias


dalam mengikuti pelajaran. Siswa sulit diatur, karena
ia merasa guru tidak memerhatikannya. Selain itu,
siswa juga sulit fokus dan sulit mengerti. Dampak
lain adalah siswa suka membolos, bak hobi saja.
Seperti terjadwal, bergiliran, setiap hari pasti ada yang
membolos. Persoalannya karena takut menghadapi
pelajaran yang dianggap hantu atau membosankan,
sungguh memprihatinkan. Dan ekses yang paling
membahayakan adalah siswa malas belajar. Malas
belajar adalah bagian vital dari semua dampak yang
ditimbulkan dari aktivitas belajar dan mengajar yang
masih diasosiasi sangat buruk.
Mengapa hal ini bisa terjadi? Inilah pekerjaan
rumah yang menuntut untuk diselesaikan secepat
dan secerdas mungkin. Diperlukan solusi yang
multidimensi, menggugah tidur panjang kita akan
lorong panjang pembelajaran. Bahwa belajar tidak
hanya sebuah aktivitas mentransfer ilmu pengetahuan,
tetapi harus menghibur, membangkitkan semangat,
menarik, dan tidak membosankan. Marilah kita me-
revitalisasi arti dari kata “belajar”, supaya mempunyai
makna yang menggugah rasa dan pikiran positif, serta
mempunyai perceive value yang baik.

Saatnya kini mengubah persepsi, belajar itu


menyenangkan, laksana bermain di taman bunga, atau
bercengkerama dengan aneka ragam warna. Bahkan,
Anda harus mengubah dan mencairkan suasana,
dengan atmosfer yang menyenangkan. Layaknya
mengorkestrasi sebuah pertunjukkan musik yang
maha dahsyat. Dengan kata lain, Anda dituntut
mengeksplorasi kemampuan, guna menciptakan kondisi
kelas secair mungkin. Benar-benar menyenangkan,
tapi tetap terkendali. Agar perhatian siswa bisa tercuri
dengan baik, karena belajar sama halnya dengan
bermain. Main yang penuh manfaat, hingga ilmu
pengetahuan pun didapat.

Learning is Fun!
#
MENJADI GURU DAHSYAT

1
2
aat ini, istilah hypnotherapy maupun
hypnoparenting seringkali muncul dan
dibahas. Kini muncul satu istilah baru lagi,
hypnoteaching. Sebenarnya apa sih hypnoteaching
itu? Sebuah pertanyaan yang cukup menggelitik dan
menarik untuk kita bahas secara mendalam. Mengapa
kita perlu memelajari hal ini? Bukankah keterampilan
guru sudah lengkap dengan adanya keterampilan
metode didaktik? Ternyata itu semua belum lengkap.

3
Hypnoteaching adalah perpaduan pengajaran
yang melibatkan pikiran sadar dan pikiran bawah
sadar. Hypnoteaching merupakan perpaduan dua kata
”hypnosis” yang berarti mensugesti dan “teaching”
yang berarti mengajar. Sehingga dapat diartikan bahwa
hypnoteaching sebenarnya adalah ”menghipnotis/
mensugesti” siswa agar menjadi pintar dan melejitkan
semua anak menjadi bintang. Dahsyat, bukan?

Hypnoteaching merupakan cara mengajar


yang unik, kreatif sekaligus imajinatif. Bagaimana
tidak? Sebelum proses belajar-mengajar berlangsung,
siswa sudah dikondisikan untuk siap belajar. Segala
persyaratan proses belajar sudah maksimal. Siswa
belajar dalam keadaan fresh. Emosional dan psikologis
siswa tak luput diperhatikan, suasana belajar dibuat
menyenangkan. Tak kalah pentingnya, guru dituntut
stabil baik secara emosi maupun psikologis. Guru
pun memiliki cara untuk senantiasa fresh dan siap
mengajar, karena guru akan menularkan virus luar
biasa yang akan menular kepada seluruh siswa di
dalam kelas.

Hypnosis berasal dari kata “hypnos” yang


merupakan nama dewa tidur orang Yunani. Kata
“hypnosis” pertama kali diperkenalkan oleh James
Braid, seorang dokter ternama di Inggris yang hidup

4
antara tahun 1795 - 1860. Sebelum masa James
Braid, hypnosis dikenal dengan nama Mesmerism/
Magnetism. Beberapa de nisi tentang hypnosis -atau
yang sudah di-Indonesiakan menjadi hipnosis- yang
pernah diungkap diantaranya:

 Hipnosis adalah teknik atau praktik dalam


memengaruhi orang lain untuk masuk ke
dalam kondisi trance hipnosis.
 Hipnosis adalah suatu kondisi di mana
perhatian menjadi sangat terpusat sehingga
tingkat sugestibilitas (daya terima saran)
meningkat sangat tinggi.

 Hipnosis adalah seni komunikasi untuk


memengaruhi seseorang sehingga mengubah
tingkat kesadarannya. Dicapai dengan cara
menurunkan gelombang otak dari Beta
menjadi Alpha dan Theta.

 Hipnosis adalah seni komunikasi untuk


mengeksplorasi alam bawah sadar.
 Hipnosis adalah kondisi kesadaran yang
meningkat.

De nisi hipnosis yang dibuat oleh U.S.


Department of Education, Human Services Division,

5
adalah; “Hypnosis is the by-pass of the critical factor
of the conscious mind followed by the establishment of
acceptable selective thinking.” atau “Hipnosis adalah
penembusan faktor kritis pikiran sadar diikuti dengan
diterimanya suatu pemikiran atau sugesti”. Pada tahun
1955, British Medical Association menyatakan bahwa
hipnosis layak digunakan untuk mengobati histeria dan
digunakan sebagai anesthesia (untuk mengurangi rasa
sakit). Pada tahun 2001, Professional Affairs Board of
the British Psychological Society menyatakan bahwa
hipnosis dapat mengurangi kecemasan, stres dan
masalah psikologis lainnya. Dalam perkembangannya
hingga saat ini, hipnosis sangat membantu dalam
mengembangkan performa diri dan proses belajar
mengajar.

Dalam sebuah jurnal di newscientist.com, John


Gruzelier, seorang psikolog dari Imperial College di
London melalukan riset menggunakan Fmri, sebuah
alat untuk mengetahui aktivitas otak. Dia menemukan
bahwa seseorang yang berada dalam keadaan
terhipnosis, aktivitas di dalam otaknya meningkat.
Khususnya di bagian otak yang berpengaruh terhadap
proses berpikir tingkat tinggi dan perilaku. Dia
menyebutkan bahwa manusia mampu melakukan hal-
hal yang dia sendiri tidak berani memimpikannya.
Sehingga hipnosis sangat berdampak dalam

6
memotivasi dan meningkatkan kinerja. Dalam proses
belajar mengajar, hipnosis juga baik untuk memotivasi
siswa, meningkatkan kemampuan berkonsentrasi,
kepercayaan diri, kedisiplinan, dan keorganisasian.
Keterampilan tersebut dapat meningkat dengan pasti
melalui terapi hipnosis.

Hipnosis dalam aktivitas keseharian,


sebetulnya sangat kerap kita alami. Namun, seringkali
kita tak sadar, bahwa apa yang sudah kita alami
adalah serangkaian kegiatan hipnosis dalam keadaan
sadar. Peristiwa sederhana berikut sejatinya adalah
hipnosis. Seperti ketika kita ditanya seseorang secara
tiba-tiba, kita terdiam sekian detik, lantas kita setuju
dengan apa yang dikatakan orang tersebut. Bisa juga
ketika kita menyaksikan sebuah tayangan lm atau
sinetron di televisi, terkadang emosi kita pun terbawa,
kadang menangis atau kadang marah terhadap tokoh
tertentu. Padahal secara sadar kita tahu bahwa itu
hanyalah buatan manusia semata dan tidak nyata. Hal
ini sering terjadi di dalam kelas tatkala guru meminta
semua murid untuk diam dan semua murid lalu diam,
kelas pun hening. Pada saat itulah para murid telah
terhipnosis oleh gurunya. Begitu juga ketika guru
memberikan lelucon dan para murid tertawa, sejatinya
mereka telah terhipnosis oleh gurunya.

7
Salah satu model psikologis yang mudah untuk
menerangkan hipnosis adalah:

Model Psikologis – Mekanisme Pikiran &


Perilaku

Setiap manusia senantiasa menggunakan 2


pikiran dalam melakukan aktivitasnya yaitu Pikiran
Sadar (Conscious Mind) dan Pikiran Bawah Sadar
(Sub Conscious Mind). Pikiran Sadar berfungsi
sebagai bagian pikiran yang analitis, rasional, kekuatan
kehendak, faktor kritis, dan memori jangka pendek,
seringkali disetarakan dengan otak kiri (left brain).
Sedangkan Pikiran Bawah Sadar (Sub Conscious Mind)
berfungsi dalam menyimpan memori jangka panjang,
emosi, kebiasaan, dan intuisi seringkali disetarakan

8
dengan otak kanan (right brain). Kedua bagian
pikiran ini berisi program-program yang berdampak
kepada tindakan dan perilaku. Semua program ini
begitu dinamis dan senantiasa berubah seiring dengan
tindakan dan perilaku yang terjadi. Dinamika program
ini terkait dengan input atau sugesti yang masuk baik
secara langsung maupun tidak langsung, baik berupa
verbal maupun non verbal melalui ke 5 panca indera.

Seperti halnya belajar yang merupakan sebuah


tindakan dan perilaku, perlu mendapat input/sugesti
yang baru untuk mengubah makna belajar di dalam
otak para siswa. Sehingga belajar menjadi sesuatu
yang menyenangkan, mengasyikkan dan menjadi
proses berkesinambungan yang dibutuhkan.

Sebagai ilustrasi, jika kita membayangkan


gagal atau mendapatkan nilai jelek saat ujian, hal
ini merupakan suatu input/sugesti ke otak kita yang
berdampak kepada rasa tidak enak saat ujian. Hal ini
akan berdampak sangat besar kepada hasil ujian itu
sendiri. Selain para siswa, para guru atau pendidik
pun tak luput dipengaruhi oleh input atau sugesti
tersebut. Keyakinan seorang pendidik terhadap anak
muridnya akan sesuai dengan sugesti atau input yang
diterimanya. Hal ini bahkan akan berpengaruh kepada
keberhasilan para siswanya.

9
Dalam sebuah penelitian yang dinamakan
Pygmalion Effect, Robert Rosenthal dan Lenore
Jacobs melakukan sebuah tes untuk mengetahui
kesuksesan akademis siswa dalam sebuah sekolah.
Dari hasil tes tersebut diberitahukan kepada para guru
bahwa ada beberapa anak sebutlah siswa A, B dan C
(hanya 3 orang) yang akan meraih sukses akademis
dibandingkan dengan anak-anak yang lain. Pada
akhirnya, anak-anak yang telah diberitahu oleh para
peneliti yaitu siswa A, B dan C memang lebih unggul
dari siswa lainnya dan meraih sukses akademis
dibanding anak lainnya.

Menariknya, ternyata tes yang dilakukan


adalah tes ktif! Tes tersebut hanya bohong belaka.
Luar biasa… Para peneliti menggunakan tes palsu
tersebut untuk melakukan eksperimen mengenai
kekuatan keyakinan dari para guru kepada siswa.
Peneliti membuat informasi yang menjadi sugesti
bagi para guru sehingga mengubah program di dalam
otak mereka. Pada akhirnya para guru mengubah
tindakan dan perilaku mereka terhadap siswa A, B
dan C. Sehingga terbukti anak-anak itu bisa lebih
sukses. Tanpa sadar para guru telah memberikan
lebih banyak perhatian kepada anak-anak itu. Hal ini
pun berdampak kepada anak-anak tersebut sehingga
menjadi lebih baik dibandingkan dengan yang lain.

10
Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa
dalam beraktivitas, manusia memakai dua pemikiran
yaitu Conscious Mind (Pikiran Sadar) dan Sub
Conscious Mind (Pikiran Bawah Sadar). Pikiran Sadar
adalah pikiran kritis, analitis dan merupakan bagian
yang memutuskan. Sedangkan Pikiran Bawah Sadar
adalah pikiran yang menjalankan seluruh organ tubuh
serta kemauan dari manusia tersebut.

Ternyata pikiran kita dipenuhi oleh pikiran


bawah sadar. Dalam bukunya ”Peace of Mind” Sandy
mc Gregor menyebutkan ’hegemoni’ pikiran bawah
sadar begitu hebat dan benar-benar menguasai
pemikiran seseorang sebanyak 88%. Pikiran sadar
hanya menyisakan sekitar 12 % dari total penguasaan.
Hasilnya, mudah ditebak dan diikuti alurnya. Bahwa
dengan memaksimalkan potensi pikiran bawah sadar
kita, maka akan terjadi peningkatan kecerdasan yang
sangat luar biasa dalam diri kita.

Di antara pikiran sadar dan pikiran bawah


sadar, ada lter atau pembatas yang disebut dengan
istilah RAS (Reticular Activating System). RAS
terletak dari atas batang otak hingga menyentuh ujung
bawah dari cerebral cortex. Menurut George Miller,
seorang ahli di bidang cognitif science, mengatakan

11
bahwa setiap detik lebih kurang 2 juta bit data
berusaha masuk ke dalam otak kita. Bayangkan jika
semua informasi itu bisa masuk, betapa lelah otak
kita. Di sinilah peran RAS bekerja. RAS mem lter
semua informasi tersebut sehingga hanya sekitar 134
bit per detik yang masuk ke dalam otak kita. Selain
mem lter data, RAS bertugas mem lter program-
program yang akan masuk maupun keluar di pikiran
sadar dan pikiran bawah sadar kita.

RAS menjadi pintu yang menghubungkan


antara sistem korteks (berpikir) dan sistim limbik
(berjaga). Dalam situasi rileks dan menyenangkan,
maka jalur ke pintu korteks akan dibuka sehingga
data masuk ke dalam proses berpikir lalu akan tercipta
program-program baru. Jika suatu program telah
tercipta akan membuat RAS lebih permisif terhadap
hal-hal yang berkaitan dengan program tersebut. Lain
halnya jika situasi itu adalah situasi stres, tegang
dan membahayakan. Maka pintu sistim limbiklah
yang dibuka sehingga yang ada adalah proses siaga,
bukan belajar. Proses siaga ini pun jika berulang akan
membuat suatu program siaga yang akan digunakan
RAS jika ada hal-hal yang identik sama dengan
kejadian sebelumnya.
Semua aktivitas yang bersifat otomatis,
programnya akan disimpan di dalam pikiran bawah

12
sadar. Program tersebut harus melalui Pikiran Sadar
dan RAS terlebih dahulu. Semakin dewasa umur
seseorang, maka lter ini makin menguat dan menebal.
Ini menyebabkan kemampuan untuk menyerap
pelajaran menjadi lebih lama. Dengan hypnoteaching,
kedua lter ini dibuat lebih longgar sehingga informasi
bisa lebih mudah masuk ke dalam otak.

Proses pembelajaran menggunakan pikiran


bawah sadar ternyata memiliki kemampuan 10.000
kali lebih cepat daripada pikiran sadar. Sebelum kita
mengaktifkan pembelajaran dengan pikiran bawah
sadar alangkah baiknya jika kita mengetahui terlebih
dahulu hubungan dan kenyataan mengenai proses
pikiran sadar dan pikiran bawah sadar.
Hubungan antara Sub Concious Mind (Pikiran
Bawah Sadar) dan Concious Mind (Pikiran Sadar)
dalam aktivitas perilaku adalah sebagai berikut:

- Pikiran Bawah Sadar selalu mengikuti


petunjuk yang diberikan.

- Pikiran Bawah Sadar selalu bergerak ke arah


yang ditunjuk oleh Pikiran Sadar.
Proses ini berlangsung secara terus-menerus
sehingga menjadi suatu program yang tersimpan
di dalam pikiran bawah sadar dan bekerja secara
otomatis. Menariknya adalah setelah menjadi program,

13
untuk mengubahnya dibutuhkan usaha yang lebih
besar dibanding ketika membuatnya. Perintah yang
dibuat oleh pikiran sadar dan bertentangan dengan
program yang telah ada maka akan tertolak atau tidak
dilaksanakan. Inilah yang terjadi ketika kita berikrar,
“Saya menyesal dan tidak akan mengulanginya lagi”
tetapi toh tetap saja kita mengulanginya lagi, karena
tidak sesuai dengan program yang ada di pikiran
bawah sadar kita.

Bagaimana Mengakses Pikiran Bawah Sadar


Ternyata keaktifan otak kita dapat diukur
dengan alat yang bernama EEG. Dari pengukuran alat
tersebut didapat beberapa gelombang otak yaitu:

14
Beta:

Kondisi sangat sadar, dengan gelombang


antara 12 – 25 putaran per detik. Kondisi setiap kita
sangat kritis, analitis dan waspada, dan pada saat
ini pikiran sadar memiliki peranan 100% dalam
melakukan pemikiran.

Alpha:

Kondisi relaks, dengan gelombang antara 7


- 12 putaran per detik. Pada kondisi ini kita mulai
berkurang rasa kritis, analitis dan waspada. Kita
mulai terbuka terhadap masukan. Pada kondisi ini,
peran pikiran sadar hanya 25% dalam melakukan
pemikiran. Biasanya kondisi ini dicapai pada saat
senang, gembira, santai, berimajinasi dan menjelang
tidur.

Theta:

Kondisi sangat relaks antara sadar dan tidur


lelap dengan gelombang antara 4 - 7 putaran per detik.
Pada kondisi ini kita sangat terbuka dengan masukan,
karena pikiran sadar tidak berperan lagi. Pikiran bawah
sadar tetap aktif dan ke 5 panca indera pun masih aktif
sehingga masih dapat menerima masukan. Pikiran

15
bawah sadar sebagaimana cara kerjanya adalah tidak
bisa membedakan mana benar dan salah, dia hanya
bekerja berdasarkan perintah. Pada gelombang ini
semua program yang telah ada di pikiran bawah sadar
dapat dimodi kasi

Delta:

Kondisi ini adalah kondisi tidur lelap dengan


gelombang 0,5 – 4 putaran per detik. Pada kondisi
ini semua masukan tidak dapat masuk, karena ke 5
panca indera sudah tidak aktif. Namun, tetap saja
pikiran bawah sadar aktif hanya tidak bisa menerima
masukan.

Dan ternyata kondisi gelombang otak ini sering


ditemukan aktif secara otomatis dalam perkembangan
umur setiap individu. Dalam bukunya ”Unleashing
your Brilliance” Brian E. Walsh PHD mengatakan
bahwa dalam gelombang otak aktif secara berbeda
dalam setiap tingkatan umur yaitu:
- Bayi memiliki gelombang otak dengan
kecepatan rendah yaitu dibawah 4 hz dan
gelombang ini masuk ke kategori Delta.
Gelombang ini dimiliki oleh orang dewasa
selagi dalam kondisi tertidur lelap.

16
- Anak berumur 4 tahun kecepatan gelombang
otaknya meningkat naik menjadi 4-7 hz masuk
ke kategori Theta. Gelombang ini dimiliki oleh
orang dewasa ketika sedang tertidur menjelang
lelap. Gelombang ini adalah gelombang High
Thingking Learning, proses tertinggi dalam
pembelajaran.

- Anak berumur 7 tahun kecepatan gelombang


otaknya meningkat menjadi 7-13 hz dan ini
masuk ke kategori Alpha. Bagi orang dewasa
adalah dalam kondisi relaks dan sangat
gembira. Gelombang ini adalah gelombang
terbaik untuk belajar, atau memelajari
ilmu baru, berimajinasi dan dapat
meningkatkan ingatan jangka panjang
(long term memory).
- Anak berumur 14 tahun kecepatan gelombang
otaknya adalah di atas 14 hz dan ini adalah
kondisi waspada atau sudah memiliki lter
yang analitis dan kritis.

Tabel di bawah ini menggambarkan tahapan


gelombang otak:

17
Semakin rendah gelombang otak seseorang,
maka semakin mudah pikiran bawah sadar diaktifkan,
karena pada saat itu pikiran sadar akan mengurangi
dominasinya. Bagi seseorang yang memiliki
gelombang otak dengan kategori Beta, diperlukan
usaha lebih lama untuk memelajari sesuatu karena
pikiran sadar yang begitu analitis dan kritis masih
sangat aktif. Walaupun demikian, tidak menutup
kemungkinan bagi kita untuk mem- bypass pikiran
sadar dan langsung kepada pikiran bawah sadar (sub
conscious mind). Ada beberapa cara agar komunikasi
dapat langsung menuju ke pikiran bawah sadar dalam
kondisi Beta yaitu:

18
1. Pengulangan
Suatu informasi yang berulang-ulang
akan diterima oleh pikiran bawah sadar, disimpan,
disederhanakan dan menjadi kebiasaan. Dalam
tabel di atas terlihat bahwa bagi anak dengan usia
4-7 tahun hanya diperlukan 2 kali pengulangan agar
bisa masuk ke dalam pikiran bawah sadar. Ada 2
bentuk penyimpanan memori dalam pikiran bawah
sadar yaitu Implicit Memory bertugas menyimpan
pengalaman dan konsep, dan berperan penuh dalam
membentuk persepsi. Muscle Memory bertugas
untuk menyimpan aktivitas seperti bersepeda,
melukis, olahraga dan lain-lain. Ke 2 bentuk inilah
yang bervariasi dalam hal menyimpan suatu informasi
dan suatu keahlian.

2. Memiliki emotional attachment


Informasi dapat langsung masuk ke dalam
pikiran bawah sadar jika ada emotional attachment,
yaitu sentuhan emosional. Bentuknya bisa bahagia,
sedih dan lain-lain. Dalam Quantum Teaching, metode
yang digunakan adalah membuat anak didik bergerak
dan bergembira. Dengan demikian kedua bentuk
penyimpanan memori terstimulasi.

19
3. Menggunakan bahasa pikiran bawah sadar
Cara yang ketiga adalah dengan bahasa pikiran
bawah sadar, maksudnya adalah bentuk bahasa yang
tidak dapat ditolak oleh pikiran sadar. Bahasa ini tidak
hanya berbentuk kalimat, tetapi juga berbentuk bahasa
tubuh.

4. Melalui gur yang memiliki otoritas atau gur


tertentu
Seperti yang sudah kita ketahui, gur idola
memiliki kapasitas tertentu. Diantaranya adalah
memberikan pengaruh kepada anak. Anak-anak
menyukainya gur atau tokoh tertentu. Figur yang
menjadi idola anak-anak mampu memberikan
pengaruh kepada anak tersebut.

5. Melalui hipnosis
Seseorang dibawa ke level kesadaran tertentu
lalu diberikan sugesti. Sugesti itulah informasi
yang kemudian dimasukkan ke pikiran bawah sadar
seseorang.
Dengan hypnoteaching semua langkah
tersebut akan digabungkan. Dengan demikian semua
siswa akan dibawa dari kondisi Beta bisa ke Alpha
maupun Theta sehingga proses pembelajaran menjadi
lebih efektif.

20
Dari penjelasan mengenai hipnosis di atas,
ternyata setiap hari kita masuk ke dalam kondisi
hipnosis. Emosi kita selalu berubah-ubah ketika
melihat, mendengar, merasa, meraba sesuatu, dan itu
terjadi tanpa kita dibuat tidur (seperti yang dilakukan
Romi Rafael dipertunjukkan hipnosisnya). Kita dalam
keadaan sadar, tahu dan bisa memilih untuk bereaksi
secara lain tetapi kita tetap mengikuti informasi yang
kita terima tersebut. Inilah yang dinamakan Waking
Hypnosis.
Apa maksud dari Waking Hypnosis? Ketika
sugesti melewati ranah pikiran sadar kita, tanpa
disertai ketidaksadaran, itulah yang disebut dengan
waking hypnosis. Dengan kata lain hipnosis yang
tidak disertai oleh ketidaksadaran. Hipnosis dalam
keadaan sadar sama artinya dengan upaya kita terus-
menerus melakukan sugesti kepada seseorang atau
kepada siswa kita.
Kebanyakan para orang tua, guru, dan
pelatih jarang yang dapat mengaplikasikan hal ini.
Kala mengajar, mereka tidak menggunakan kalimat
sederhana dengan makna dan efek yang dahsyat
dengan mengaktifkan pikiran bawah sadar siswa. Dan
waking hypnosis adalah cara yang sangat sederhana,

21
efektif, dan metode yang terencana dalam meraih
hasil hipnosis yang positif tanpa menghilangkan
kesadaran.
Selain menggunakan bahasa yang memberi
sugesti kepada siswa kita, hendaknya gunakan juga
bahasa yang dapat meningkatkan semangat belajar.
Dengan mendekatkan diri kepada siswa kita secara
emosional, akan memudahkan kita mensugesti
mereka. “Saya tahu ini sulit, kerjakan dengan sebaik-
baiknya,” ujar seorang guru suatu kali pada murid-
muridnya. Nah, pancingan seorang guru agar tanpa
henti memompa semangat siswanya, merupakan
langkah jitu yang harus ditiru dan digugu. Segala
sesuatu yang kita bicarakan, haruslah memberikan

22
ikatan emosional dan rasa empati terhadap apa yang
mereka hadapi. Satu hal sangat penting diperhatikan,
guru harus konsisten dalam mensugesti siswanya,
agar selalu bertingkah laku positif.
Hipnosis dalam dunia pendidikan tidak sampai
mencabut kesadaran siswa. Mereka tetap sadar, namun
sejatinya telah terhipnotis oleh sugesti kita, baik kata-
kata, juga sikap kita terhadap mereka. Sehingga apa
saja yang kita katakan, selalu mereka terima dengan
baik, tanpa sedikit pun ada interupsi dari siswa kita.
Yang sebenarnya kita lakukan adalah
bagaimana membangun sebuah konstruksi pembelajar
yang mampu memotivasi dirinya sendiri, serta dapat
mempersuasi siswa dengan mudah dan simpel. Karena
apa yang kita laksanakan di dalam kelas, sejatinya
sudah memberi mereka ‘gula-gula’ pengetahuan
yang dapat memberi arti dan makna tersendiri dari
kehidupan mereka kelak.

Hypnoteaching, seperti yang telah kita ketahui


bersama, bukan merupakan hipnosis yang membuat
orang tidur-secara tanpa sadar-mau diperintahkan apa
saja oleh yang menghipnotisnya. Dengan demikian,
sama sekali tidak ada unsur manipulasi maupun magis

23
di dalamnya. Hal ini penting dipahami, agar tidak
terjadi kesalahpahaman.
Hypnoteaching dapat disebut dengan
pembelajaran bawah sadar. Suatu gagasan sederhana,
namun setelah dipraktikkan, ternyata sangat efektif
untuk memelajari segala sesuatu. Karena kita masuk
ke dalam sebuah area yang memiliki otoritas 88%
dalam cara berpikir kita yaitu Pikiran Bawah Sadar.
Pada intinya, Hypnoteaching adalah
mengaktifkan inner motivation dan mempersuasi
siswa. Mempersuasi siswa untuk nyaman dan betah
dalam belajar. Selanjutnya, dengan sugesti yang
kita berikan, mereka akan termotivasi untuk terus
menikmati belajarnya. Mengkondisikan mereka
supaya siap dan menjaga suasana hatinya. Karena
belajar bukan saja menghadirkan raga saja, tetapi jiwa
dan sukma dari pembelajar juga harus hadir. Karena
belajar yang sangat efektif bisa dilakukan bila siswa
mempunyai tujuan, dan kita ilustrasikan tujuan itu
secara gamblang, tidak abstrak. Memotivasi diri untuk
menjadi pembelajar sejati adalah tujuan akhir dari
hypnoteaching. Karena inti dari belajar sesungguhnya
bertujuan membentuk pro l individu yang mampu
menjadi seorang pembelajar sejati.

24
#
MENCIPTAKAN KEAJAIBAN
DI RUANG KELAS

25
26
ika kita perhatikan proses belajar mengajar
yang sedang berlangsung di kelas, manakah
yang terlihat paling dominan? Para siswa
yang semangat belajar, tidak begitu semangat atau
sama sekali tidak menunjukkan minat? Jika yang
tampak lebih banyak adalah para siswa yang tidak
menunjukkan minat, berarti sudah saatnya kita
introspeksi diri. Namun, ternyata kita tidak sendirian,
karena ternyata itulah yang banyak terjadi pada para
siswa sekarang.

27
Belajar itu membosankan, sulit, melelahkan,
dan sama sekali tidak menyenangkan! Alasan
inilah yang melatarbelakangi mengapa banyak
para siswa yang tidak menyukai proses belajar
mengajar. Pada otak anak telah tertanam betapa
tidak menyenangkannya belajar itu. Otomatis hal ini
berdampak kepada motivasi mereka belajar dan cara
mereka bersikap kepada guru. Karena salah satu cara
untuk menunjukkan bahwa mereka tidak suka belajar
adalah dengan perilaku melawan atau perilaku yang
menunjukkan bahwa mereka tidak suka.

Padahal proses belajar mengajar sangat


membutuhkan fungsi otak yang dominan. Mengajar
pada prinsipnya adalah mengkomunikasikan dan
mengirimkan informasi dari pengajar kepada pelajar.
Pada saat pengajar mengirimkan pelajaran dan murid
menerima pelajaran, sangatlah dibutuhkan keterlibatan
otak yang intens.
Manusia adalah makhluk responsif artinya
manusia akan merespon terhadap apa yang terjadi di
sekelilingnya. Dia akan merespon terhadap informasi
yang ia tangkap dan masuk ke dalam dirinya. Coba
kita bayangkan jika yang ada dalam diri para siswa
adalah rasa bosan, lelah bahkan bete, dapat ditebak apa
respon yang akan mereka berikan sewaktu pelajaran

28
kita berikan. Mereka akan merespon dengan sangat
tidak menyenangkan dan hal ini akan memicu respon
kita sebagai pengajar. Tentu dari input yang diberikan
murid-murid tersebut, kita pun akan merespon secara
negatif. Kemudian dapat kita bayangkan bagaimana
jadinya proses belajar mengajar di kelas tersebut.
Keduanya sama-sama merespon negatif terhadap
informasi atau input yang diberikan oleh masing-
masing individu baik pelajar maupun guru.

Darimana murid–murid kita memiliki respon


negatif? Respon negatif ataupun positif yang diberikan
baik oleh kita sebagai pendidik maupun oleh murid-
murid semua berlangsung secara otomatis dari
program yang ada di dalam otak. Program itu menjadi
dasar sebuah respon yang akan ditimbulkan. Program
itu adalah persepsi yang kemudian kita sebut dengan
cara pandang ataupun pola pikir yang selanjutnya
menghasilkan respon. Jadi, setiap respon yang
dihasilkan adalah hasil dari persepsi atau program
yang dimilikinya.
Sekarang kita sudah mulai bisa memahami
betapa persepsi bisa menjadi start yang baik atau malah
merusak karena persepsi adalah faktor dominan yang
mendasari tindakan dan perilaku. Semua bergantung
kepada persepsi yang ada di dalam otak baik pelajar

29
maupun guru. Sehingga hal yang terpenting sekarang
adalah mengubah persepsi itu sehingga yang timbul
adalah persepsi positif yang mendukung proses belajar
mengajar.

Bagaimana Persepsi Terbentuk


Persepsi terletak di dalam pikiran bawah sadar
seseorang. Beberapa faktor bisa membentuk persepsi
yakni:

1. Persepsi terbentuk dari pengalaman empiris


atau pengalaman yang murni dialami oleh
seseorang misalkan saja seperti kasus berikut:

Andi adalah seorang pelajar cemerlang dan


sangat suka pelajaran Matematika. Tidak
pernah sekalipun ia mendapatkan nilai ulangan
Matematika dibawah angka 9. Suatu hari, dia
sedang bersenda gurau dengan temannya.
Mereka saling melemparkan sepatu. Tanpa Andi
sadari, ia melemparkan sepatu temannya dengan
sangat kencang. Tiba tiba dari balik tembok,
muncullah Pak Irwan (Guru Matematika Andi)
yang sedang berjalan tergesa-gesa.

Dan “Prak….!” Sepatu teman Andi mengenai

30
pipi Pak Irwan yang seketika meringis
kesakitan. Dengan wajah merona marah, Pak
Irwan mendatangi Andi dan temannya, lalu
ia berkata dengan nada marah,“Siapa yang
melakukan ini?”

”Andi, Pak...!” kata teman Andi.

”Ayo, ikut Bapak ke kantor.”


Pak Irwan mencengkeram tangan Andi dengan
sangat kuat dan menggandengnya ke kantor
Kepala Sekolah. Semenjak itu nilai Matematika
Andi tidak pernah lagi mencapai nilai 9 atau
bahkan 8, nilainya berkisar antara 5, 6 dan 7.
Sungguh amat disayangkan....

Sebetulnya apa yang terjadi? Bagi Andi, ia


telah mengalami pengalaman empiris dan merasa
betapa galaknya Pak Irwan. Menurut Andi, dia tidak
sengaja melakukan hal tersebut. Dia merasa Pak Irwan
keterlaluan dan gur Pak Irwan menjadi negatif dalam
persepsi dirinya. Di sisi yang lain, Pak Irwan melihat
bahwa Andi telah memermalukan dirinya sehingga
keyakinan akan kecermerlangan Andi menyusut dan
hilang sama sekali. Yang ada sekarang adalah Andi
yang nakal dan biasa saja.

31
Kedua persepsi baik di benak guru maupun
siswa ini dapat membuat proses belajar mengajar
menjadi lumpuh. Belajar akhirnya hanya menjadi
proses memberikan informasi saja.

2. Persepsi terbentuk dari pengalaman induktif


atau pengalaman yang tidak langsung dialami tetapi
membawa dampak kepada persepsi seseorang.
Contohnya seperti berikut:

Kita akan lanjutkan cerita di atas. Pak Irwan


memiliki sahabat akrab seorang guru yang
mengajar Bahasa Inggris di kelas Andi. Guru
Bahasa Inggris tersebut, bernama Pak Ahmad.
Lantas Pak Irwan menceritakan perlakukan
Andi kepada dirinya. Karena rasa solider
dan empati, tanpa sadar persepsi Pak Ahmad
terhadap Andi pun berubah. Mulailah tanpa
sadar Pak Ahmad membuat jarak terhadap
Andi. Lantas Andi pun merasakan jarak tersebut
sehingga membuat persepsi Andi terhadap Pak
Ahmad pun menjadi berubah. Dan sejak saat
itu nilai Andi yang biasanya di atas 8 dalam
pelajaran ini pun menyusut menjadi 7, 6 atau
bahkan 5.

32
Inilah pengalaman induktif. Pak Ahmad tidak
mengalami tetapi hal itu dapat menggeser persepsi
Pak Ahmad kepada Andi dan Andi pun merespon
perubahan itu. Sehingga terjadilah pergeseran persepsi
yang dapat mengganggu proses belajar mengajar.

Persepsi membawa dampak yang luar biasa


terhadap proses belajar mengajar. Jika kita amati
peristiwa itu dan kita lanjutkan, malah menjadi
lebih runyam. Pak Irwan ternyata adalah guru yang
memiliki banyak teman akrab dan hampir semua
teman akrabnya mengajar di kelas Andi. Ternyata
semua teman Pak Irwan solider dan berempati. Dapat
kita bayangkan Andi yang sudah 2 tahun berturut-
turut menjadi juara dapat menurun drastis. Mungkin
Andi hanya meraih rangking 10 besar atau bahkan
tidak mendapat rangking sama sekali.
3. Persepsi terbentuk dari self talk. Self talk adalah
ucapan-ucapan yang baik dengan sadar ataupun
tanpa sadar kita ucapkan kepada diri kita.

Setiap manusia memiliki hal ini, dan setiap


self talk akan berdampak kepada pembentukan
persepsi dan berlanjut kepada tindakan dan perilaku.
Self talk terdiri dari self talk positif dan self talk
negatif. Self talk yang positif adalah ucapan-ucapan
yang positif kepada diri sendiri. Sedangkan self talk

33
negatif adalah ucapan-ucapan yang mengandung
unsur ketidakpercayaan diri. Jika self talk negatif lebih
dominan maka tindakan yang muncul adalah tindakan
negatif. Tetapi jika self talk positif yang dominan
maka tindakan yang muncul pun akan positif dan pasti
berdampak positif pula.

Self talk terbentuk dari semua yang telah


dialami dan dirasakan. Semua terakumulasi dan
membentuk sebuah bank data di dalam otak. Lalu,
semua data tersebut digeneralisasi sehingga setiap
ada informasi yang masuk otak lalu dipersepsikannya
sebagai self talk. Dan biasanya self talk dalam diri kita
lebih banyak yang negatif dibanding yang positif.
Karena kita sudah memersepsikan diri kita
dengan cara, kata-kata, dan sikap yang negatif, hal ini
sangat berpengaruh dalam proses belajar mengajar.
Apa yang guru atau murid ucapkan-jika hal itu negatif-
akan merasuk ke dalam alam bawah sadar mereka.
Setelah itu, otak memprosesnya dengan sangat cepat,
hingga apa yang mereka pikirkan langsung berubah
menjadi negatif.

Setiap hari kita senantiasa melakukan self talk


kepada diri kita. Self talk yang kita lakukan terkadang
positif seperti:

34
”Rina benar-benar pintar.”

”Adi semangat selalu.”

”Saya pasti bisa.”


”Semua murid saya cerdas.”

“Semua anak didik saya baik.”

Terkadang juga negatif seperti:

“Mau apa lagi dia, mengganggu saja.”

”Setiap saya mengajar, dia pasti mengobrol.”


”Adi mengantuk terus.”

Self talk ini terkadang tidak kita sadari tetapi


self talk ini senantiasa timbul dalam keseharian kita.
Deepak Chopra mengatakan bahwa hampir setiap hari
kita melakukan self talk antara 10.000 kali dalam 1
hari dan sebagian besar self talk itu adalah berisi hal-
hal yang negatif.
Self talk ini adalah pemrograman yang tidak
disadari, berulang-ulang setiap hari dan membentuk
belief system dalam diri kita yang kemudian
membentuk persepsi terhadap anak didik. Ilustrasi
berikut ini bisa kita jadikan contoh:

35
Pak Irwan mengajar di kelas 6A pada awal
tahun ajaran baru. Terlihat di pojok belakang
sebelah kanan, seorang siswa asyik mengobrol
ketika dia berbicara. Lalu, Pak Irwan melirik
dengan sebelah matanya dan ternyata hal itu
dilakukan oleh Rendi. Pak Irwan menegur
dengan tatapan tajam ke arah Rendi, dan Rendi
pun diam. Self talk negatif Pak Irwan timbul
dan mengatakan, ”Anak ini senang sekali
bicara ketika saya mengajar.” Dan Rendi pun
melakukan self talk, ”Pak Irwan, bete banget,
gak tahu apa lagi asyik ngobrol.”

Minggu berikutnya Pak Irwan pun mengajar


kembali di kelas itu dan Rendi pun kembali asyik
ngobrol. Tanpa sadar self talk negatif Pak Irwan
muncul, ”Benar benar ini anak setiap kali saya
mengajar, dia pasti ngobrol.” Lalu Pak Irwan
pun menegurnya tidak dengan tatapan tetapi
dengan menegur langsung seperti, ”Rendi jika
ingin bicara silahkan di luar, karena Bapak
sedang mengajar. ”

Pak Irwan menegur karena self talknya, yang


mengatakan setiap kali saya mengajar, dia pasti
ngobrol. Inilah yang memicu Pak Irwan memiliki

36
37
persepsi lain terhadap Rendi. Selama Pak Irwan
mengajar, meskipun Rendi sudah menjadi anak yang
manis duduk diam dan mendengarkan, tetap sulit
untuk mengubah persepsi Pak Irwan terhadap Rendi,
karena persepsi telah terbentuk.

Semua self talk negatif ini perlu diminimalisir


dengan cara melakukan pemrograman diri untuk
mengubah self talk menjadi positif, yaitu dengan cara
mengubah fokus kita kepada suatu hal yang positif
sehingga membentuk self talk positif kepada diri
kita.

Persepsi Subyektif
Setiap manusia bertindak berdasarkan
persepsi atau framework yang ada di dalam pikirannya.
Persepsi ini masuk melalui panca indra, jadi persepsi
tidak murni diciptakan oleh dirinya. Persepsi melalui
proses modi kasi yang sangat kompleks sehingga
menggerakkan manusia untuk bereaksi atau merespon.
Dalam proses belajar mengajar, persepsi anak-anak
terhadap proses itu adalah:
- Cara mengajar guru tidak enak.

- Pelajaran sulit.

- Bosan.

38
- Lingkungan tidak nyaman.

- Karakter guru tidak menyenangkan dan lain-


lain.
Tetapi jika kita melihat lebih detil lagi,
persepsi yang ada di dalam otak para siswa dan guru
lebih merujuk kepada persepsi subyektif.

Pak Irwan dan Pak Jamal sama-sama mengajar


matematika. Pak Irwan mengajar dengan kaku
dan keras. Pak Irwan memakai prinsip dengan
ditekan maka siswa akan belajar lebih giat
lagi. Sedangkan Pak Jamal memakai metode
yang berbeda. Pak Jamal sangat akrab dengan
murid di kelasnya. Pak Jamal senantiasa
tersenyum dan memberikan lelucon sederhana
yang membuat anak-anak tertawa dengan
lepas. Dapat ditebak jika murid-murid di kelas
Pak Irwan dan Pak Jamal diberikan kuesioner
yang sama seperti ini, ”Bagaimana pelajaran
matematika menurutmu?” Pasti sebagian
besar siswa dari kelas Pak Jamal akan
menjawab, ”Mengasyikkan, menyenangkan
dan mudah.” Tetapi sebagian besar dari kelas
Pak Irwan akan menjawab, ”Ruwet, tegang dan
membosankan.”

39
Sebagian besar persepsi adalah subyektif.
Contohnya adalah saat kita mendengarkan ceramah
”Motivasi Guru” dari seorang pakar bidang pendidikan
yang belum kita kenal, sebutlah Bapak Deni PHD
dengan seorang pakar pendidikan seperti Bapak Arif
Rahman. Manakah yang akan kita pilih dan dengarkan
dengan saksama? Pasti sebagian besar akan memilih
Bapak Arif Rahman yang sudah lebih dahulu dikenali
otak dan tertanam persepsi tertentu. Meskipun Bapak
Deni membawa data-data yang begitu akurat, tetap
saja otak akan memilih untuk lebih fokus kepada
ucapan orang yang telah dikenal. Itulah salah satu
tanda bahwa persepsi itu subyektif.

Berbagai metode belajar mengajar dibuat baik


accelerated learning, micro teaching atau apapun itu
adalah metode yang bertujuan membuat belajar itu
mudah. Namun, jika kembali kepada konsep tersebut
pada akhirnya akan timbul rasa lelah dari kedua
belah pihak. Hal itu dikarenakan semua berbicara
kepada proses belajar dan bukan kepada proses awal
dari tindakan dan perilaku yaitu persepsi.
Proses belajar mengajar membutuhkan
interaksi dari kedua belah pihak yang terkadang
dipaksakan dan pada saatnya akan mencapai suatu
titik jenuh dan lelah. Ini terjadi karena proses bukan

40
datang dari diri sendiri tetapi karena suatu proses yang
terkesan dipaksakan. Berbeda dengan persepsi! Jika
guru dan siswa memiliki persepsi yang menyenangkan
dan nyaman satu sama lain maka motivasi untuk
membuat proses belajar ini menjadi lebih efektif akan
datang dengan sendirinya, tanpa ada pemaksaan.
Dengan kata lain persepsi dan metode adalah suatu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Persepsi
positif membuat siswa dan guru bersemangat dan
metode membuat belajar mengajar menjadi lebih
mudah.

Pengaruh Pikiran Bawah Sadar

Berdasarkan salah satu model psikologis


mekanisme tindakan dan perilaku, pikiran terbagi 2,
pikiran sadar dan pikiran bawah sadar. Pikiran sadar
adalah pikiran analitis, kritis dan logis yang senantiasa
kita gunakan untuk berpikir dan memutuskan sesuatu
dalam keadaan sadar. Sedangkan pikiran bawah sadar
adalah yang kita pergunakan untuk menggerakkan
seluruh tubuh untuk melakukan sesuatu. Keduanya
berperan dalam bertindak dan berperilaku.

Pikiran sadar dan pikiran bawah sadar memiliki


fungsi dan pengaruh terhadap tindakan dan perilaku
manusia. Karakteristik masing-masing pikiran adalah

41
seperti berikut:

1. Pikiran sadar memiliki pengaruh kurang lebih


12% terhadap tindakan dan perilaku.
2. Pikiran bawah sadar memiliki pengaruh kurang
lebih 88% terhadap tindakan dan perilaku.

Pertanyaannya adalah bagaimana bisa pikiran


sadar yang senantiasa kita gunakan pada saat sadar
hanya memiliki 12% pengaruh terhadap tindakan dan
perilaku yang kita lakukan? Ilustrasi berikut akan
menjelaskan:

Indah adalah seorang anak dari keluarga


yang terpandang, tetapi sangat kurang dalam
disiplin di sekolah. Dia senang membolos
dan senang sekali melawan guru di sekolah.
Para guru tak bosan-bosan menasihati tetapi
tetap saja dia berperilaku seperti itu. Lantas
Indah pun diberi hukuman, namun tetap saja
dia tidak berubah. Merasa kesulitan dengan
perilaku Indah, sang guru pun mengirimkan
surat kepada orang tuanya. Orang tua Indah
pun memarahi bahkan memukulinya. Beberapa
saat kemudian Indah menjadi anak yang baik
dan rajin tetapi hal itu hanya bertahan dalam
hitungan hari. Dia kembali menjadi Indah yang

42
dulu. Sekolah pun memberikan surat skorsing.
Alih alih jera, Indah tampaknya malah senang
dengan keadaan tersebut.

Lalu, apakah ada yang salah dengan nasihat


dan hukuman tersebut? Tidak ada yang salah, semua
benar. Namun, nasihat dan hukuman itu hanya masuk
ke dalam pikiran sadar sedangkan persepsi Indah
terhadap sekolah, pelajaran, guru dan orang tua yang
menasihati sangat berbeda. Karena pikiran sadar hanya
menguasai 12% dari tindakan dan perilaku maka
nasihat, ancaman dan hukuman tidak dapat mengubah
perilakunya. Jadi, yang perlu diubah adalah persepsi
yang ada di pikiran bawah sadar Indah.
Pikiran bawah sadar adalah tempat
tersimpannya keyakinan (belief) dan jati diri (self
image) yang terbentuk dan terakumulasi semenjak
seseorang lahir. Dari sinilah terbentuk persepsi
terhadap suatu informasi subjektif yang masuk.
Ketika informasi itu telah menjadi persepsi maka data
keyakinan dan jati diri pun bertambah.

Informasi tersebut tidak semata-mata diubah


menjadi persepsi. Sebelum informasi itu menjadi
persepsi, dia masuk melalui panca indera dan diproses
oleh pikiran sadar (conscious mind). Setelah diproses

43
lalu masuk ke bagian yang disebut critical area (RAS)
yang kemudian memilah-milah dan mencocokkan
dengan belief dan self image lalu timbullah persepsi.
Dalam prosesnya diperlukan lebih dari 1 kali input
hingga pikiran bawah sadar melakukan pembenaran
terhadap persepsi tersebut. Tetapi jika ada kesamaan
data, maka tidak perlu lebih dari 1 kali untuk
menciptakan persepsi, kadang hanya dalam hitungan
detik.

Untuk anak-anak di bawah 5 tahun


memerlukan beberapa kali informasi untuk membuat
persepsi bahwa seseorang itu baik dan tidak masalah
jika berada didekatnya. Lain halnya dengan anak
yang lebih dewasa lagi. Diperlukan beberapa kali
pendekatan atau memasukkan informasi sehingga dia
berpikir orang tersebut layak untuk diterima.

Persepsi adalah pintu untuk masuk ke dalam


motivasi belajar yang luar biasa. Pintu yang dapat
mengantarkan siswa dan guru memasuki proses belajar
mengajar yang lebih efektif dan e sien. Perubahan
persepsi baik dalam diri pendidik dan siswa amat
diperlukan agar sebuah halangan besar dalam proses
belajar mengajar dapat runtuh. Melalui hypnoteaching

44
semua persepsi itu akan dibongkar dan diruntuhkan.

Hypnoteaching bukanlah sebuah metode


belajar tetapi lebih kepada suatu proses belajar
mengajar yang dinamis untuk mencapai hasil terbaik
dalam belajar. Dengan hypnoteaching, persepsi diubah
dengan cepat karena langsung ke dalam pikiran bawah
sadar pendidik maupun siswa. Sehingga proses belajar
mengajar dapat berjalan lebih cepat dari biasanya.
Bayangkan jika para siswa memiliki persepsi
positif terhadap kita, para pendidik. Dapat dibayangkan
betapa mudahnya kita dalam proses belajar mengajar.
Metode apapun yang kita gunakan akan menjadi lebih
mudah karena semua siswa termotivasi sehingga
mereka senantiasa antusias dan bersemangat dalam
belajar. Kita pun akan menjadi pendidik yang bahagia
dan bebas dari stres. Lalu, bayangkan jika semua anak
didik kita memiliki nilai di atas rata rata, dan kita
dapat mencapainya tanpa perlu susah payah.

Namun untuk mengubah persepsi menjadi


positif, diperlukan upaya kedua belah pihak. Dan yang
paling utama untuk berubah ternyata adalah kita
sebagai pendidik. Sebelum kita mengubah persepsi
siswa, kita perlu mengubah persepsi kita kepada
siswa. Ada berapa tahap yang perlu kita lakukan:

45
1. Minimalkan Sampah Mental
Semua tindakan yang kita lakukan baik salah
ataupun benar akan berdampak kepada pembentukkan
keyakinan dan jati diri. Bagi kesalahan dan kebenaran
yang berdampak signi kan bagi diri kita maka akan
mudah sekali berbekas dalam ingatan kita. Sedangkan
bagi yang kecil dan sederhana akan terlupakan dalam
hitungan hari, bahkan hitungan menit. Namun, jika
hal itu terjadi berulang-ulang maka akan menjadi
belief yang baru bagi kita yang berdampak kepada
pembentukkan persepsi.

46
Perhatikan kedua kolom diatas tersebut, apakah Anda
dapat berusaha untuk tidak mengulangi kolom A dan
menambah daftar di kolom B?

2. Program Diri

Setelah bertahun-tahun mengajar, tanpa sadar


persepsi kita terhadap murid-murid telah terbentuk.
Meskipun setiap tahun kita menghadapi murid baru,
tetapi persepsi itu tetap ada, dan setiap kemiripan antara
murid baru dengan murid lama akan mengaktifkan
persepsi kita. Untuk membuat proses hypnoteaching
berjalan lancar sangat perlu bagi kita untuk mengubah
atau memodi kasi persepsi kita menjadi lebih positif
terhadap murid-murid.

Kita dapat melakukannya dengan sangat


mudah yaitu dengan memprogram ulang diri kita.
Apakah hal ini bermanfaat bagi kita? Ya, karena
dengan memprogram ulang diri kita, kita akan lebih
mudah mengendalikan diri dan murid-murid. Dan
caranya sangatlah sederhana yaitu buatlah tabel seperti
di bawah ini:

47
3. Visualisasi
Otak kita tidak dapat membedakan mana
kenyataan dan mana yang bukan kenyataan. Lho?
Apa benar? Mari kita buktikan. Buka telapak tangan
kiri Anda, coba bayangkan seandainya ada sebuah
jeruk nipis di tangan kiri tersebut. Lalu, belah jeruk
nipis itu dan sekarang jeruk nipis itu sudah terbelah
menjadi 2 bagian di telapak tangan kiri Anda. Sekarang
tambahkan garam di atas belahan jeruk nipis tersebut.
Ok, sekarang ambil jeruk nipis tersebut dengan tangan
kanan dan teteskan di bibir Anda....... Terasa asam
bukan?

48
Apakah jeruk nipis itu nyata? Ternyata tidak.
Jika kita membayangkan sesuatu, otak menangkapnya
sebagai sesuatu yang real atau nyata. Jadi, lebih baik
membayangkan yang menyenangkan saja.

Tubuh dan otak adalah satu kesatuan


yang tidak dapat dipisahkan. Jika otak merasa
bosan, tubuh pun akan merespon dengan timbulnya
rasa lemas dan malas. Jika otak merasa semangat,
tubuh pun akan merespon dengan menjadi tegap dan
bersemangat. Dengan mengetahui teori tersebut, akan
lebih baik jika menanamkan bayangan atau gambar
yang bagus ke dalam otak kita sehingga tubuh pun
merespon dengan baik.
Dalam bukunya ”7 Habits of Highly Effective
People”, Stephen R. Covey menyebutkan satu prinsip
yaitu ”Begin with the end,” atau mulailah dengan
yang akhir, atau bayangkanlah hasil akhir yang kita
inginkan.

Misalkan kita menginginkan kelas kita


menjadi kelas unggulan dan mendapat penghargaan
dari sekolah. Bayangkanlah ketika kita mendapat
penghargaan itu, buatlah sedemikian nyata sehingga
kita dapat merasakan kebahagiaan tersebut. Bayangkan
dengan nyata seperti ketika memegang jeruk nipis
tadi. Kita dapat melihat ke sekeliling, siapa saja ada

49
di sana. Kita dapat mendengar tepuk tangan dan
menerima selamat dari siapa saja yang ada di sana.
Kita pun mendapatkan ucapan selamat dari semua
anak didik yang tersenyum senang karena kita adalah
guru favorit mereka. Buatlah lebih nyata lagi sehingga
kita benar-benar merasa hal itu telah kita alami. Itu
adalah permulaan, setelah ini kita akan merasakan
betapa otak akan menuntun mencapai impian itu.

Dengan 3 langkah tersebut di atas, kita telah


siap untuk mengubah persepsi kita mengenai anak
didik.

Mengubah persepsi belajar anak didik, sama


saja dengan membuang garam ke laut. Itu merupakan
sebuah perbuatan yang terlihat memberi nilai tambah
tetapi sebetulnya tidak berdaya guna. Karena persepsi
di dalam diri siswa telah beranak pinak dan mengakar
begitu kuat. Sehingga yang perlu diubah adalah
persepsi subyektif, yaitu siapa yang membawakan.
Dengan kata lain, siapa yang mengajar.

Coba jika kita bandingkan antara Bapak


Toni -seorang guru matematika di SMA- yang

50
telah mengajar puluhan tahun dan sangat
berpengalaman dalam mengajar. Dibandingkan
misalnya dengan Pasha ’Ungu’ yang kemudian
(misalkan) mencoba mengabdi untuk mengajar
matematika. Pasti kelas Pasha ’Ungu’ akan
sangat ramai dibandingkan dengan kelas
Bapak Toni, dan anak didik akan begitu
antusias mengikuti pelajaran Pasha. Memang
pada awalnya, karena Pasha adalah idola
para remaja, mereka antusias sekali untuk
mendengarkan. Sedangkan bagi Pasha ini
adalah sebuah pekerjaan yang sulit. Piawai
dalam bermain musik belum tentu piawai
dalam mengajar. Saat Pasha mengajar, terlihat
dia semakin kesulitan dalam mengajar hingga
keluarlah kalimat darinya,

Pasha: ”Anak anak, apakah kalian bisa


membantu saya?”

Murid: ”Bisa....!” (suara riuh sekali)


Pasha: ”Tolong bantu saya, untuk benar-benar
mengerti pelajaran ini. Bisa?”

Murid: ”Bisa...!”(suara riuh sekali)

Pasha: ”Apakah kalian bisa berjanji?”


Murid: ”Bisa”

51
Pasha:”Mari kita mulai, jika saya
berkata.......”

Kita dapat bayangkan apa yang terjadi setelah


itu. Mereka akan berusaha sendiri untuk membantu
sang guru agar mengerti pelajaran tersebut. Ini
terjadi karena mereka melihat sosok Pasha dan bukan
pelajarannya.
Memang kita bukanlah Pasha Ungu, Ariel
Peterpan, Bapak Arief Rahman ataupun Kak Seto.
Tetapi kita memiliki kemampuan yang sama untuk
mengubah persepsi anak didik kita kepada kita.
Melalui hypnoteaching, kita akan mengubah persepsi
itu hingga seakan-akan mereka diajar oleh seorang
guru yang baik, akrab, dan bagaikan pelindung
mereka. Mereka akan berusaha dengan sendirinya
untuk mengerti dan memahami apapun yang kita
terangkan karena tidak ada lagi penghalang mental di
antara pendidik dengan anak didik.

Emotional Bonding
Setiap orang adalah makhluk responsif,
mereka senantiasa merespon terhadap segala sesuatu.
Dan respon ini biasanya adalah respon yang sama

52
seperti yang mereka terima berdasarkan persepsi kita.
Ilustrasi berikut bisa menjadi contoh:

Pak Bowo adalah Guru Sejarah yang bertubuh


paling tinggi besar di sekolah. Dengan suara
bariton rendah, ia terkadang terdengar
menggelegar jika bicara. Pada dasarnya Pak
Bowo adalah seorang yang ramah, murah
senyum dan tidak mudah marah. Di satu
siang ketika mengajar, Pak Bowo mengajukan
pertanyaan kepada Rina yang duduk di paling
belakang,

Pak Bowo : ”Rina, Bagaimana Pangeran


Diponegoro tertangkap?”

Rina : (Ternyata Rina sedang asyik


berbisik dengan teman
sebelahnya.)
Pak Bowo : ”Rina, Bagaimana Pangeran
Diponegoro tertangkap?”
(Pak Bowo mengulang dengan
sedikit lebih keras bukan
dengan maksud marah hanya
Pak Bowo mengira Rina tidak
mendengarnya.)

53
Rina : ”.......” (terdiam dan menunduk
dengan penuh ketakutan.)

Pak Bowo tidak bermaksud marah tetapi hanya


mengeraskan suara sedikit karena merasa Rina
belum mendengar dengan jelas. Rina merespons
dengan berpikir Pak Bowo marah padanya
maka Rina pun bereaksi dengan ketakutan dan
terdiam.

Dimana pun dan kapan pun, kita selalu


bereaksi terhadap segala sesuatu yang terjadi di
hadapan kita atau apapun yang kita rasakan dan kita
dengar. Sehingga bagi kita seorang pendidik, hal ini
adalah satu kesempatan untuk menanamkan ikatan
emosional guna mengubah persepsi.

1. Antusias
Antusias adalah kata yang terdengar mudah
tetapi terasa sulit untuk dipraktikkan. Antusias adalah
memiliki rasa ingin tahu, rasa terbuka, kehangatan
dan semangat. Hal itu terasa sulit untuk kita lakukan
karena begitu kompleksnya rasa yang harus kita
timbulkan untuk mendapat satu kata itu yaitu antusias.
Murid-murid kita sebagaimana manusia biasa adalah

54
makhluk responsif yang akan memodel atau merespon
dengan respons yang sama dengan yang kita berikan.
Jika kita berikan rasa malas mereka akan membalas
dengan rasa malas, jika kita beri rasa antusias mereka
pun akan membalas dengan antusias. Tetapi jika
melihat begitu banyaknya syarat untuk antusias maka
terasa sulit untuk memberikannya. Benarkah begitu
sulit untuk terlihat antusias?

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh


Dr. Eckhar Hess seorang ahli Pupillometry, beliau
menemukan bahwa pupil atau bola mata seseorang
akan membesar jika mereka dalam keadaan senang,
gembira dan antusias. Hal ini pun bisa terjadi
kebalikannya yaitu jika bola mata mereka membesar,
maka mereka akan merasa senang, gembira dan
antusias. Jadi menurutnya, untuk menjadi antusias
hanya cukup dengan tersenyum dan besarkan bola
mata, maka seseorang akan terlihat antusias! Hal
ini akan direspons oleh orang di hadapan kita. Coba
kita bayangkan sedang berjalan-jalan di pertokoan
lalu bertemu sahabat baik, pasti kita akan tersenyum,
menegurnya dan bola mata kita pun akan membesar.
Bisa teringat kan?
Begitu juga dengan murid-murid kita di
sekolah. Kita cukup tersenyum dan membesarkan

55
bola mata ketika bertemu mereka maka mereka pun
akan membalasnya dengan hal yang sama. Yang luar
biasa adalah mereka pun akan mengubah persepsinya
terhadap kita. Suatu hal yang sangat mudah dan
berdampak luar biasa, jadi mulailah saat ini juga.

2. Tabungan Perhatian

1. Verbal

Setiap anak pasti senang diperhatikan oleh


karena itu kita sebagai seorang guru atau pendidik
wajar jika kiranya memberi perhatian. Ternyata
memberi perhatian pun dapat mengubah perilaku
seseorang. Bagaimanakah caranya? Yakni dengan
menerapkan tabungan perhatian.
Tabungan perhatian adalah suatu cara
memberi perhatian tanpa perlu mengambil kembali.
Jadi, seperti layaknya menyetor uang ke bank maka
tabungan perhatian ini menyetorkan perhatian kita
kepadanya. Ilustrasi berikut akan menjelaskan:

Suatu hari ketika sedang beristirahat, Ibu Reni


melihat Budi, muridnya, sedang bersenda gurau
dengan temannya, Ibu Reni pun menghampiri.
Ibu Reni : Budi, Ibu perhatikan kamu mirip

56
dengan keponakan Ibu, ya. (sambil
tersenyum dan berlalu. Ibu Reni
sedang menabung perhatian
kepada Budi.)

Budi :..... (belum sempat bicara, Ibu Reni


telah pergi.)

Keesokan harinya, Ibu Reni melihat lagi Budi


sedang bersenda gurau dengan temannya saat
istirahat. Ibu Reni pun menghampiri Budi
kembali.
Ibu Reni : Budi, Ibu perhatikan kamu suka
pakai jam tangan casio hitam, ya.
(sambil tersenyum dan berlalu. Ibu
Reni sedang menabung perhatian
yang kedua kepada Budi.)

Budi :..... (belum sempat bicara, Ibu Reni


telah pergi.)

Prinsip tabungan perhatian adalah setelah


memuji tidak boleh sedikitpun terlibat
pembicaraan alias pergi dari tempat itu. Ini
dikarenakan kita sedang menabung perhatian kepada
siswa, jika terlibat pembicaraan, maka tabungan itu
akan sia sia.

57
Beberapa contoh kalimat tabungan perhatian:

- Ibu perhatikan, ternyata kamu suka pakai


kacamata warna biru, ya.
- Bapak perhatikan sepertinya kamu suka
warna kuning, ya.

- Bapak perhatikan kamu suka pakai sepatu


hitam, ya.

- Ibu perhatikan kamu suka pakai kaus kaki


warna merah, ya.
- Bapak perhatikan kamu mirip sekali dengan
artis Agnes Monica, ya.

- Ibu perhatikan kamu selalu ceria, ya.

- Bapak selalu lihat kamu sering ngobrol bareng


Toni.
- Ibu selalu dengar ternyata kamu aktif di
Rohis.

- Saya selalu merasa kamu anak yang cerdas.

- Bapak selalu berpikir jiwa kepemimpinan


kamu hebat.

Jika kita lihat semua ucapannya diawali dengan:

“Ibu selalu perhatikan, Bapak selalu perhatikan,

58
selalu lihat, selalu berpikir”.

Kalimat ini mengikat secara psikologis dan


secara otomatis mengubah persepsi siswa terhadap
pendidik/guru yang memberikan perhatian tersebut.

2. Minta Tolong

Prinsip dasar perilaku adalah seseorang akan


melakukan hal yang lebih besar kepada orang lain
setelah dia melakukan hal yang kecil terlebih dahulu.
Sebuah riset yang dilakukan oleh Psikolog bidang Sosial
Jonathan Freedman dan Scot Fraser membuktikan hal
ini. Mereka menggunakan 2 kelompok rumah sebagai
bahan riset. Kelompok rumah pertama didatangi
oleh para peneliti. Mereka meminta bantuan kepada
penghuni rumah agar bersedia dipasangkan rambu
lalu lintas besar bertuliskan ”Mengemudilah dengan
Hati-hati” di halaman depan rumah. Ternyata, hanya
17% dari pemilik rumah setuju untuk memenuhi
permintaan tersebut.
Di kelompok rumah yang kedua, para peneliti
datang pertama kali dan meminta bantuan agar pemilik
rumah bersedia untuk menempelkan stiker kecil di
jendela rumah. Stiker itu bertuliskan ”Mengemudilah
dengan Hati-hati” sebagai tanda untuk berpartisipasi
terhadap kampanye tersebut. Dua minggu kemudian

59
para peneliti datang lagi ke kelompok rumah tersebut.
Peneliti meminta bantuan kembali agar pemilik
rumah bersedia dipasangi rambu lalu lintas besar
bertuliskan ”Mengemudilah dengan Hati-hati” di
halaman depannya. Ternyata kini, 76% pemilik
rumah menyetujuinya. Terjadi perubahan yang luar
biasa dengan proses yang sedikit berbeda. Bermula
dari permintaan tolong kecil membuat pemilik rumah
berkomitmen, sehingga mereka menjadi tidak masalah
jika ada permintaan tolong yang lebih besar.

Hal ini pun dapat dipergunakan dalam dunia


pendidikan guna mengubah persepsi siswa terhadap
pendidik. Sering kita para pendidik meminta tolong
kepada para siswa. Kita meminta tolong dengan cara
biasa, lalu kita melupakannya. Berdasarkan hasil riset
ini, kita bisa memaksimalkan minta tolong secara
personal agar tercapai hasil yang luar biasa.

Cara Minta Tolong sebelumnya


Ucapan Terima Kasih

Irwan tolong ambilkan Bapak spidol, ya!


Terima kasih Irwan.
Dina tolong ambilkan Buku untuk Ibu!
Terima kasih Dina.

60
Pada saat kita meminta tolong seperti ini
sebenarnya kita telah membuat mereka berkomitmen
untuk senantiasa membantu kita. Maka kita pun dapat
meminta mereka untuk berkomitmen yang lebih besar
lagi.
Irwan bantu Bapak, ya, untuk belajar lebih giat
lagi!

Dina bantu Ibu, ya, untuk mengerjakan seluruh


PR mu!

Jadi, jangan segan segan meminta tolong


kepada siswa dan lakukan kepada seluruh siswa dan
rasakan perubahan persepsi mereka terhadap diri
kita.

3. Memberi

Saling memberi atau membantu adalah trah


manusia. Sebagai makhluk sosial, saling membantu
adalah suatu perilaku yang sudah membudaya. Hal ini
menggelitik seorang peneliti bernama Francis Flynn
untuk meneliti dampak memberi pertolongan kepada
orang lain.
Dia melakukan riset terhadap customer
service 24 jam di salah satu perusahaan penerbangan

61
di Amerika. Mereka sering menukar shift jika ada
keperluan. Dari hasil risetnya ditemukan bahwa
apabila seorang karyawan misalkan Maya memberikan
bantuan kepada Jodi untuk menukar shiftnya, maka
Jodi yang mendapat bantuan cenderung melupakan.
Sedangkan Maya yang memberi bantuan cenderung
teringat terus. Ternyata, Jodi cenderung melupakan
karena tidak ada kata-kata pengingat bantuan tersebut.
Lain halnya jika diberikan kata pengingat halus, maka
kecenderungan Jodi untuk mengingat akan lebih
besar. Kata pengingat ini bisa diberikan pada saat
mengucapkan terima kasih atau lain waktu ketika kita
ingin memintanya kembali.

Misalkan setelah Maya membantu Jodi,

Dahulu, pada saat terima kasih,

Jodi : ”Terima kasih Maya.”


Maya : ”Sama – sama Jodi.”

Sekarang, pada saat terima kasih,

Jodi : ”Terima kasih Maya.”


Maya : ”Tidak apa-apa. Saya yakin jika saya
dalam kondisi sepertimu, kamu pasti akan
bantu saya juga.”

62
Dengan kata-kata pengingat yang diberikan
oleh Maya, kecenderungan Jodi untuk mengingat
menjadi lebih besar, dan bahkan membuat Jodi
menjadi terikat secara psikologis.

Hasil riset ini pun dapat dipergunakan dalam


pendidikan guna mengubah persepsi siswa terhadap
gurunya dalam hal belajar mengajar.

Pak Andi : ”Irfan, Danang, kalian melamun


ya? Nih, Bapak punya permen!”

Siswa : ”Wah makasih, Pak.”


Pak Andi : ”Gak apa- apa. Bapak kan nanti
selalu minta tolong kalian, sama-
sama, ya.”

Pak Andi : ”Anak-anak, kalian sudah belajar


semalam dan siap ulangan hari
ini?”

Siswa : (terdiam tegang....)


Pak Andi : ”Bapak punya hadiah buat kalian.
Mau tahu?”

Siswa : (masih terdiam...)

Pak Andi : ”Hadiah dari Bapak adalah hari ini


tidak jadi ulangan!”

63
Siswa : ”Hore...hore... terima kasih, Pak”

Pak Andi : ”Dengar semua, tidak apa apa....


Nanti gantian kalau Bapak minta
bantuan kalian, kalian bantu,
ya”

Siswa : ”OK”

64
#
LANGKAH SUPER MUDAH
MENGUASAI KELAS

65
66
asalah yang seringkali dihadapi para
pendidik adalah bagaimana menguasai
kegaduhan di dalam kelas. Dalam
sesi interaktif dan diskusi, kegaduhan adalah hal
yang sangat diperlukan. Tetapi dalam sesi yang
membutuhkan keseriusan sedangkan anak didik kita
membuat kegaduhan, ini masalah. Nah, jangan cemas.
Kendali tetap berada di tangan kita.

67
Ada beberapa cara yang dapat kita lakukan
untuk langsung berkomunikasi ke pikiran bawah
sadar mereka. Hal ini dapat juga kita lakukan kepada
seorang anak yang senantiasa membuat masalah.
Jika kita dapat langsung berkomunikasi ke pikiran
bawah sadar mereka, sugesti kita dapat mengubah
mereka menjadi lebih baik. Inilah keistimewaan
”hypnoteaching”. Kita dapat mensugesti anak didik
kita kapan pun, tanpa perlu membuat mereka tertidur
seperti yang layaknya dilakukan dalam kegiatan-
kegiatan hypnosis lainnya. Begitu mudah, bukan?

Sebagaimana kita tahu betapa besar pengaruh


pikiran bawah sadar terhadap tindakan, sekaranglah
waktu untuk memanfaatkannya. Kita dapat memulai
kelas dengan menon-aktifkan pikiran sadar siswa
sehingga pikiran bawah sadar mereka menjadi aktif.
Pikiran sadar akan mulai tidak aktif jika suasana
menjadi nyaman yaitu ketika para siswa senang,
rileks, bahagia atau mengalami emosi positif lainnya.

1. Masuklah dengan antusias

Di awal telah dijelaskan bahwa manusia adalah

68
makhluk responsif. Mereka akan melakukan hal sama
seperti yang dilakukan oleh orang yang mereka lihat.
Hal ini dikarenakan mereka memiliki “mirror neuron”
di bagian sel otak. Bagian sel ini bertugas meniru apa
yang mereka lihat. Maka, mereka cenderung meniru
sesuatu yang dilihatnya tanpa mereka sadari. Mirror
neuron ini bekerja secara otomatis. Jadi, masuklah ke
dalam kelas dengan antusias yaitu ucapkan salam,
tatap wajah-wajah mereka, senyum dan besarkan
bola mata. Suatu hal yang mudah untuk dilakukan dan
berdampak sangat besar. Dengan begitu ketika para
siswa mengikuti dengan antusias, mereka memasuki
pikiran dan emosi yang menyenangkan.

Cobalah bereksperimen sejenak dengan


bola mata kita. Siapkan kata-kata yang ingin
diucapkan. Lalu, mulailah eksperimen pertama yaitu
mengucapkan kata-kata itu tanpa membesarkan
bola mata. Lalu, yang kedua ucapkan kata-kata itu
dengan membesarkan bola mata. Coba rasakan beda
dari intonasi yang diucapkan, yang kedua pasti lebih
bersemangat dan bergairah. Jadi, kita lakukan hal ini
mulai saat ini, setuju…???

2. Mulailah dengan kloning

Setiap manusia pasti senang dengan manusia

69
lain yang memiliki kesamaan dengan dirinya. Sebuah
contoh jika kita bepergian ke daerah yang jauh sebutlah
ke Amerika (tidak apa-apa, ya, kita bayangkan yang
jauh sekalian), dan kita berasal dari Indonesia, tiba-
tiba ada sebuah kejutan. Ketika berada di sana dan
kita sedang berjalan-jalan di daerah yang asing, tiba-
tiba terdengar ada 2 orang yang berbicara dengan
bahasa Indonesia. Dengan seketika pasti akan timbul
rasa senang yang luar biasa lalu kita pun akan segera
menegur mereka dan mengatakan,

“Dari Indonesia, ya? Saya juga…. Indonesianya di


mana?”
Apabila jika memiliki kesamaan daerah asal di
Indonesia, pasti kita pun bertambah senang sehingga
obrolan pun menjadi bertambah akrab.

Namun, apakah harus menyamakan asal-


usul daerah kita dengan semua siswa agar mereka
terasa nyaman dengan kita? Ya, tidak perlu sesulit
itu. Ternyata kesamaan-kesamaan tersebut dapat kita
buat dengan cara yang lebih mudah dan lebih fun.
Yang perlu kita coba adalah melakukan hal yang
sama, berbicara yang sama ataupun merasakan hal
yang sama. Sebagai contoh kita bisa bersama-sama
mengangkat tangan, bersama-sama mengucapkan
kata-kata, atau bergerak bersama.

70
Menyamakan Gerakan
Angkatlah tangan kanan kita lalu bertanya,
“Siapa yang tadi sudah makan pagi?”

Maka kita akan sama-sama mengangkat tangan


dengan murid-murid yang telah makan pagi.
Lalu, dengan tetap mengangkat tangan, kita
tanyakan lagi, “Siapa yang tadi belum makan
pagi?” Maka kita pun telah memiliki kesamaan
dengan yang belum makan pagi. Kemudian
tanyakan lagi, ”Siapa yang tadi belum tunjuk
tangan? Ayo sekarang tunjuk tangan!” Maka
kita pun telah sama-sama menunjuk tangan
dengan seluruh murid kita.

Ada beberapa contoh untuk menyamakan gerakan:

- Anak-anak coba lihat sebelah kanan!

- Anak–anak coba semua lihat ke depan dan


tersenyum seperti ini!
- Anak-anak mari kita tirukan gaya doraemon!
(untuk anak anak TK)

- Siapa yang punya TV tunjuk tangan!

- Siapa yang sayang sama Ayah dan Ibu?

71
Menyamakan Ucapan
Ucapan pun bisa kita samakan dengan cara
menyanyi bersama, atau mengucapkan yel-yel
bersama.

- Ayo kita sama-sama menyanyi, “Sepatu


Gelang.”

- Ayo kita sama-sama mengucapkan, “Ah, Hei,


Yes.”

Dengan cara sederhana kita akan membuat


nyaman murid-murid kita.

3. Lanjutkan dengan Cerita

Sewaktu kecil, kita selalu terpukau dengan


cerita dan dongeng karena cerita itu mengasyikkan.
Cerita memang membangkitkan imajinasi. Cerita
membawa seseorang dari suatu tingkat kesadaran ke
kesadaran lainnya. Sebuah cerita akan melibatkan
pikiran dan emosi pendengar atau pembaca. Hal inilah
yang menyebabkan siswa kita betah berjam-jam
membaca buku cerita tetapi bosan jika harus membaca
buku pelajaran lebih dari 15 menit. Meskipun buku-
buku pelajaran saat ini hampir semua telah diubah
berbentuk narasi, tetapi sekali lagi narasi itu tidak

72
melibatkan emosi! Karena itulah buku pelajaran tetap
saja membosankan. Malah, para siswa bertambah
bosan karena setelah menjadi narasi, buku ini menjadi
bertambah tebal. Dilema bukan..?

Jika kita memulai pelajaran dengan cerita, kita


langsung menon-aktifkan pikiran sadar dan membuka

73
pintu ke pikiran bawah sadar murid. Dalam membuat
cerita ada beberapa syarat yang penting diperhatikan:

- Alami dan apa adanya.

- Ekspresif (gunakan suara, intonasi dan bahasa


tubuh).

- Gunakan pengalaman sehari-hari atau topik


yang sedang hangat.
- Gunakan emosi.

- Fun dan Membangun.

Pak Suhendi, guru kelas 2 SMP, memulai kelas


dengan bercerita, “Wah, Bapak merasa aneh
sekali hari ini anak-anak. Tadi waktu Bapak
ingin menyalakan motor Bapak, Bapak sudah
merasa aneh. Tapi Bapak tetap saja jalan,
ternyata, STNK ketinggalan. Kira-kira 10
meter Bapak balik lagi dan ambil STNK. Lalu,
Bapak jalan lagi tapi kok tetap merasa aneh,
lah ternyata dompet Bapak ketinggalan. Terus
Bapak jalan lagi tapi kok masih merasa aneh.
Ternyata tas Bapak ketinggalan, he..he..he..he..
Sudah tua kali ya….. ya sudah biar Bapak gak
balik balik lagi, Bapak catat semua yang biasa

74
Bapak bawa. Terus Bapak contrengin semua.
Sudah OK baru jalan, dan sampai sini deh, he...
he.... bertemu kalian yang ganteng-ganteng dan
pinter-pinter.”

Untuk membuat cerita lebih powerful atau


lebih kuat gunakan cerita-cerita bertingkat guna
mengaktifkan imajinasi murid.

Bunda Deti, Guru TK B, bercerita di dalam kelas,


“Anak-anak, suatu hari seekor kelinci sedang
berjalan di kebun bunga yang indah sekali…
Ada yang berwarna merah, terus warna putih,
terus warna apa lagi anak-anak?” Anak-anak
pun menjawab..... Lanjut Bu Deti, ”Tiba-tiba
kelinci bertemu seekor burung pipit berwarna
pink. Warna apa anak-anak burungnya?” Anak
anak menjawab….. Lanjut Bu Deti, “Burung
pipit itu ternyata baru saja turun beristirahat.
Lalu, di atas bukit terlihat seekor rusa yang
sedang melompat-lompat iclik....iclik..…iclik….
di kebun bunga yang indah sambil bernyanyi…
ayo nyanyi sama-sama, ’Lihat kebunku, penuh
dengan bunga….’ Kemudian kancil mendatangi
burung pipit sambil berkenalan. Ayo siapa

75
jadi kancil siapa jadi burung pipit? Ayo kita
berkenalan….”

Setelah murid-murid terlihat wajahnya tidak


kusut lagi maka barulah pelajaran dimulai.

Dalam proses belajar mengajar, kemampuan


siswa untuk berkonsentrasi berbeda setiap jenjang
umur. Semakin bertambah umur seorang siswa, maka
semakin panjanglah rentang kemampuan mereka
untuk memertahankan konsentrasinya. Tetapi sekali
lagi, meskipun memiliki umur yang sama tetap saja
kemampuan mereka berkonsentrasi akan berbeda,
bisa 1 menit, 2 menit atau bahkan lebih. Bisa saja
siswa tersebut bosan, mengantuk ataupun mengobrol
dengan siswa lainnya. Pecahnya konsentrasi seorang
siswa akan menular kepada siswa lainnya. Dampak
hal ini sudah jelas, kelas menjadi tidak terkendali.
Sehingga dibutuhkan satu cara yang
cepat, gembira, menyenangkan dan efektif untuk
mengembalikan siswa-siswa tersebut ke konsentrasi
semula dengan berapa teknik yaitu:

76
1. Yelling
Yelling atau berteriak digunakan untuk
mengembalikan konsentrasi siswa ke pelajaran dengan
meneriakkan sesuatu secara bersama-sama. Tata cara
berteriak dan menyahut sebaiknya telah disepakati
sejak awal pelajaran. Guru yang melihat para siswa
mulai terpecah konsentrasinya, bisa menggunakan
teknik ini untuk mengembalikan konsentrasi siswa.

Ilustrasi berikut dapat menjelaskan:


Ibu Ana sedang mengajar di kelas 1 SMA,
“Anak anak sebelum Ibu mulai, masih ingat
kesepakatan kita, agar Ibu tahu kalau ruh kalian
masih di sini?” Murid menjawab bersama,
“Iya Bu…..” Lanjut Ibu Ana, “Kalau Ibu
bilang, ‘Hai’ kalian bilang?” Serempak siswa
menjawab “Yes….”. Ibu Ana menimpali, “Kita
latihan dulu ya…. “ “Hai….”. “ Yes…..”.
“Hai.. Hai…!”. “ Yes..Yes…!”

“Baiklah luar biasa….Semua ayo kita


mulai…!”

77
Beberapa contoh Yelling

Guru Siswa

Hai Yes
Hai Halo

Class Wow

Champ Yes/Go
Halo Hai/Yes

2. Peraturan Tambahan
Langkah penting dalam menguasai dan
membuat kelas aktif adalah dengan membuat peraturan
tambahan sebelum pelajaran. Peraturan tambahan
adalah suatu yang sangat penting bagi berjalannya
kelas secara efektif dan teratur. Dalam hypnoteaching,
peraturan tambahan yang dibuat sangatlah berbeda
dengan peraturan-peraturan lainnya. Peraturan ini
lebih sedikit, menuntut konsentrasi dan keaktifan serta
menyenangkan.

Dalam hypnoteaching, peraturan tambahan


memiliki 4 syarat yaitu:
- Jumlah peraturan sedikit.
- Membuat siswa aktif.

78
- Membuat siswa gembira.

- Memberikan Reward & Penalty (Hadiah &


Sanksi).

Prinsip dalam menjalankan aturan adalah tetap


tegas, konsisten dan satu yang tidak boleh ketinggalan
yaitu FUN/MENYENANGKAN.

Contoh peraturan tambahan:

1. Semua murid harus terlibat.

2. Lakukan semua perintah dengan cepat.


3. Buat guru kamu bahagia.

Atau bisa juga:


1. Semua murid harus aktif.

2. Lakukan dengan gembira.

3. Lakukan dengan cepat.


4. Buat guru kamu bahagia.

Jika kita lihat kedua contoh peraturan


tambahan di atas, ada poin penting yang selalu ada
yaitu “Semua murid harus terlibat”. Ini dimaksudkan

79
agar semua murid aktif dalam melakukan tugas dan
aktivitas yang diberikan. Diharapkan tidak ada murid
yang asyik sendiri.

Lantas berikutnya adalah, “Lakukan dengan


cepat”. Peraturan ini membuat tidak ada jeda waktu
bagi para siswa untuk melakukan aktivitas lainnya. Satu
lagi yang membuat kelas ini menjadi menyenangkan
adalah, “Buat guru kamu bahagia”. Dalam mengajar
kita perlu bahagia dan gembira. Aturan ini menjadi
perlu karena membuat kita tetap konsentrasi dalam
mengajar. Mengapa? Karena kita merasa bahagia….
Menarik, bukan?

Agar aturan ini berjalan dengan lebih efektif


maka dibutuhkan perangkat tambahan yaitu reward dan
penalty, hadiah dan sanksi. Setiap individu memiliki
motivasi untuk melakukan sesuatu dan semua motivasi
itu hanya berlandaskan dua penggerak yaitu hadiah
dan hukuman/sanksi. Ada seseorang yang tergerak
bersemangat untuk melakukan sesuatu karena hadiah.
Namun di lain sisi, ada juga yang tergerak karena
takut hukuman. Kedua penggerak motivasi inilah
yang dipergunakan untuk membuat kelas menjadi
lebih aktif dan marak serta menyenangkan. Tapi harus
diingat, buatlah hukuman ini menjadi suatu hal yang
tidak menakutkan.

80
Contoh reward dan penalty

- Reward berbentuk bintang. Jika siswa


mendapat reward maka bintang yang dimiliki
bertambah. Jika mendapat penalty, maka
bintang yang dimiliki berkurang. Ini bisa
digunakan untuk anak TK.

- Reward waktu 2 menit. Pada saat mendapat


Reward, maka para siswa dapat keluar lebih
cepat 2 menit sebelum bel berbunyi. Jika
mendapat penalty, setelah bel pelajaran usai
maka para siswa keluar 2 menit lebih lama.
Ini bisa dipergunakan untuk Sekolah Dasar.
- Reward jumlah tugas. Siswa mendapat
tambahan tugas misalkan 10 nomor untuk
PR atau 5 paragraph untuk diringkas atau 7
paragraph untuk dibaca jika mendapat penalty.
Sedangkan jika mendapat reward, tidak ada
tugas tambahan. Ini bisa dipergunakan untuk
murid SMP dan SMA.

Dalam penggunaan reward & penalty sangat


membantu jika menggunakan Tabel Nilai agar para
siswa dapat melihat secara visual.

81
Contoh Tabel Nilai untuk TK & SD

Contoh Tabel Nilai untuk SMP & SMA

82
Buatlah reward dan penalty ini menjadi lebih
nyata lagi dengan yel-yel dan gerakan tubuh.

Contoh reward:

Ucapan “Wow…” dengan kedua tangan


melambai.

Ucapan “Asyik…” dengan kepala bergoyang.


Ucapan “Mantap…” dengan bertepuk tangan.

Ucapan “Juara…” dengan tangan bergerak ke


atas.

Ucapan penalty:

Ucapan “Yahhh...” dengan menggeleng-


gelengkan kepala.

Ucapan “Please…. Ahhh” dengan


menggerakkan tangan seperti berkata jangan.
Ucapan “No Way…” dengan mengatupkan
kedua tangan.

Gunakan semua gerakan ini ketika kita


menuliskan nilai di Tabel Nilai. Latih seluruh siswa
sehingga terbiasa melakukannya sehingga hukuman
akan terlihat tidak terlalu menakutkan.

83
Ilustrasi ini akan menjelaskan:

Ibu Retno adalah guru kelas 5 SD, ketika hendak


mulai mengajar memulai dengan,

Ibu Retno: “Anak-anak, seperti biasa kita


memiliki peraturan tambahan.
Semua ikuti gerakan dan ucapan
Ibu yaitu:
1. Tunjuk tangan jika ingin bicara
(buat gerakan no 1 yang unik
sambil menyebutkan aturan &
minta mereka mengikuti).

2. Tunjuk tangan jika ingin minta


ijin keluar ruangan (buat
gerakan no 2 yang unik sambil
menyebutkan aturan & minta
mereka mengikuti).

3. Lakukan semua perintah dengan


cepat (buat gerakan no 3 yang
unik sambil menyebutkan aturan
& minta mereka mengikuti).
4. Buat guru kamu ini bahagia
(buat gerakan no 4 yang unik
sambil menyebutkan aturan &
minta mereka mengikuti).

84
Kita ulangi lagi agar semua
mengerti. (Ulangi lagi ke 4
peraturan tersebut dengan
gerakan unik yang tadi
diperlihatkan dan minta mereka
mengikuti). Luar biasa, bagaimana
semua sudah mengerti?”

Murid-murid:“Sudah Bu…….!”

Bu Retno: “Baik, jika sudah mengerti Ibu


hanya ingin mengetahui apakah
kalian telah benar-benar mengerti.
Aji berdiri sebentar, coba bacakan
lagi aturan tersebut berikut
gayanya. Ibu beserta teman-teman
kamu akan mengikuti…. “
Aji : (Membacakan hingga selesai
berikut gerakan uniknya)

Bu Retno : “Terima kasih kepada Aji. Mari


kita beri ucapan, “Wow”
sambil melambaikan tangan
kalian seperti ini. Ayo semua
ikuti… Bagus, sekali lagi…..
Bagus, sekali lagi..… Nah,
sekarang Tina coba ulangi tugas
seperti yang Aji lakukan…”

85
Tina : “Yang mana, Bu?”

Bu Retno : “OK… Tina kurang memperhatikan


sehingga ini melanggar peraturan
no.3 yaitu apa anak- anak.”

Murid-murid: “Lakukan perintah dengan cepat.”


Bu Retno : “Nah, anak- anakku yg maniiis......
Ibu memiliki tabel. Di sini tabelnya
seperti ini, kalau Ibu menulis
bintang di bagian yang senyum
berarti kalian dapat hadiah dari
Ibu dan kalian mengucapkan
“Wow”sambil melambaikan
tangan kalian seperti ini. Tapiii…
jika Ibu menuliskan bintang di
bagian yang cemberut kalian
mengucapkan, “Please ….Ahhh”
dengan menggerakkan tangan
seperti berkata jangan seperti ini.
Kalian mengerti? Kita coba dulu,
ya.. Kalau Ibu menulis di gambar
senyum apa yang kalian ucapkan,
anak-anak?”

Murid-murid : “Wow…..” sambil melambaikan


tangan dengan senang.

Bu Retno : “Kalau Ibu menuliskan bintang

86
di gambar cemberut, apa yang
kalian ucapkan?”

Murid-murid: “Please......... Ahh..........…” sambil


mengerakkan tangan seperti
berkata jangan.

Bu Retno : Nah, kalau nanti tanda jumlah


tersenyum lebih banyak, kalian
mendapat hadiah 2 menit boleh
keluar main sebelum bel. Tapi…
kalau tanda yang cemberut lebih
banyak, kalian mendapat hadiah
2 menit lebih lama keluar sebelum
bel.”
Murid-murid: “Huuuuuuu……”

87
3. Jam Emosi
Seperti namanya, Jam Emosi berarti adalah
Jam untuk Emosi, lebih tepatnya adalah jam untuk
mengatur emosi. Emosi setiap manusia selalu
berubah-ubah setiap detiknya dan setiap siswa kita
memiliki waktu emosi yang berbeda-beda. Semakin
belia usianya, semakin cepat berubah emosinya. Oleh
karena itu diperlukan suatu cara agar mereka tetap
dalam emosi yang sama di suatu waktu. Selain itu
mereka juga dapat sekaligus diajarkan bagaimana
mengendalikan emosinya.

Setiap siswa tidak akan mengetahui berada


dalam kondisi emosi yang mana. Bisa dalam berbagai
keadaan seperti: ingin belajar, ingin ngobrol, ingin
bercerita, bosan, ingin istirahat, ingin tidur dan
keinginan lainnya. Sehingga emosi itu perlu diarahkan
sehingga dapat membuat proses belajar mengajar
menjadi lebih terarah. Selain itu mereka pun tetap
merasa gembira dan senang.

Jam Emosi dapat dibagi menjadi 3 atau 4


bagian yang dapat ditandai dengan warna atau tulisan
yang terdiri dari:
- Jam Tenang bisa dengan tanda warna
hijau atau tulisan Tenang. Jam Tenang ini
menunjukkan bahwa para siswa diminta

88
tenang dan berkonsentrasi karena ada pelajaran
penting yang akan disampaikan.

- Jam Diskusi bisa dengan tanda warna biru atau


tulisan Diskusi. Jam Diskusi ini menunjukkan
bahwa saat ini para siswa diminta untuk
mendiskusikan suatu topik yang baru saja
dibahas.
- Jam Lepas bisa dengan tanda warna kuning
atau tulisan Lepas. Jam ini menunjukkan
bahwa para siswa diminta untuk melepaskan
emosinya. Bisa dengan tertawa, ngobrol
ataupun menghela nafas dengan batas waktu
tertentu dan tidak mengganggu kelas lainnya.

- Jam Tombol bisa dengan tanda warna merah


atau tulisan Tombol. Jam ini menunjukkan
para siswa untuk mengaktifkan kondisi aktif
belajarnya, biasanya dimulai pada awal sesi.

Untuk menjalankan Jam Emosi


dibutuhkan pengawas emosi yang bertugas untuk
menginformasikan jam yang diinginkan pada saat ini
ke teman-temannya. Dia bertanggung jawab untuk
membuat semua temannya mengikuti jam tersebut.
Jam Emosi ini dapat melatih pola kepemimpinan
seseorang. Sangat dianjurkan untuk mengganti
pengawas emosi setiap 3 hari sekali sehingga semua

89
siswa dapat bagian untuk melakukannya. Khusus
untuk anak yang paling aktif, beri dia waktu lebih lama
untuk menjadi pengawas emosi agar keinginannya
untuk aktif dapat tersalurkan dengan positif.

Keterangan: kotak-kotak diatas pada prakteknya nanti


diberi warna sesuai selera guru.

90
Untuk membuat Jam Emosi ini sangatlah
sederhana. Cukup membuatnya di kertas karton dan
meletakkannya di depan kelas dimana semua siswa
dapat melihatnya dengan jelas.

Jam Tombol, adalah jam untuk mengaktifkan


keadaan aktif belajar. Pada saat para siswa melakukan
hal ini maka secara otomatis mereka akan masuk
ke keadaan fokus dan pikiran bawah sadarnya aktif.
Caranya sangat sederhana yaitu buatlah sebuah bulatan
hitam di atas papan tulis dan letakkan di tengah kelas.
Pada saat jam menunjukkan Jam Tombol, mintalah
para siswa melihat bulatan hitam itu sambil bernafas
dengan santai. Kita mulai menghitung dari 1 sampai
dengan 10 atau dari 10 sampai 1. Setelah hitungan
selesai lalu stop. Ini dapat diulang hingga beberapa
kali dalam saat belajar. Kemampuan berpikir manusia
mencapai titik yang luar biasa bila dalam keadaan
fokus, tenang dan rileks.

91
92
#
CARA SINGKAT
MELEJITKAN POTENSI SISWA

93
94
ata potensi dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia adalah kemampuan yang
mempunyai kemungkinan untuk dikem-
bangkan. Sedangkan jika kita merujuk kepada hasil
temuan para ahli neuroscience (ahli jaringan otak)
mengatakan bahwa otak memiliki kemampuan yang
tidak ada batasnya. Hal ini membuat potensi manusia
menjadi tiada batas. Jadi, sebenarnya tidak ada anak
yang bodoh, malas atau lambat yang ada adalah
potensi yang belum dikembangkan.

95
Seperti yang telah dijelaskan bahwa kita
memiliki 2 pikiran yang mendasari segala aktivitas
kita yaitu pikiran sadar dan pikiran bawah sadar.
Keduanya memiliki komposisi yang berbeda dalam
pengaruhnya kepada aktivitas kita. Pikiran sadar
12% dan pikiran bawah sadar 88%. Hypnoteaching
berfokus kepada pikiran bawah sadar yang memiliki
komposisi lebih besar. Itulah sebabnya mengajar
dengan hypnoteaching memiliki peluang lebih
besar untuk melejitkan potensi siswa.

Semua tindakan yang dilakukan para siswa


dimulai dari pikirannya. Pikiranlah yang membelenggu
semua potensi para siswa, dan pikiran itu dikomandoi
oleh pikiran sadar. Salah satu cara untuk membuka
akses sehingga terlepas dari belenggu adalah dengan
menon-aktifkan pikiran sadar. Cara yang paling
mudah dan sederhana untuk menon-aktifkan pikiran
sadar dan mengaktifkan pikiran bawah sadar adalah
dengan imajinasi.

Imajinasi adalah menciptakan gambar di


pikiran. Di dalam pikiran, semua menjadi tidak ada
batas. Imajinasi membuat pikiran bekerja lebih luas
daripada biasanya. Dengan imajinasi, para siswa

96
dapat melakukan apapun tanpa batas. Otak tidak
dapat membedakan antara imajinasi dan kenyataan
seperti ketika kita membayangkan pemandangan yang
sangat indah di pinggir pantai. Kita melihat matahari
yang akan tenggelam. Semburat kemerahan berpadu
dengan awan tipis berarak perlahan. Angin semilir
berhembus dan jilatan ombak menerpa kaki kita.
Lihat perlahan-lahan ke sekitar. Nikmati dan resapi
keindahannya. Kemudian bayangkan, air menerpa
kaki kita dan angin berhembus perlahan. Seketika itu
juga, kita akan merasakan air di kaki kita dan angin
berhembus meskipun itu sebenarnya tidak nyata.

Sugesti adalah suatu rangkaian kata-kata dan


kalimat yang disampaikan dengan cara dan dalam
situasi tertentu sehingga dapat memberikan pengaruh
bagi yang mendengar sesuai dengan maksud dan
tujuannya. Sugesti bagaikan sebuah nasihat yang
diberikan untuk membuat orang yang mendengarnya
melaksanakan sugesti tersebut. Jika sugesti tersebut
diberikan dalam keadaan pikiran sadar yang aktif
maka kemungkinan untuk diterima sangat kecil. Tentu
saja karena ini disebabkan bahwa dalam keadaan
sadar, setiap individu akan kritis dan analitis. Namun,
berbeda jika pikiran bawah sadar yang aktif, maka
sugesti akan memiliki kemungkinan besar untuk
diterima sebagai bagian pemikiran seseorang yang

97
mendengarnya.

Sejatinya imajinasi dan sugesti senantiasa


para guru lakukan baik kepada siswa maupun kepada
rekan serta keluarganya. Berbagai contoh imajinasi
dan sugesti yang para guru senantiasa berikan kepada
siswa seperti:
- Coba kalian bayangkan kalau kalian sampai
tidak naik kelas, pasti orang tua kalian sedih
(imajinasi)! Nah, untuk itu kalian belajar lebih
giat lagi agar kalian bisa naik kelas dengan
nilai bagus (sugesti).

- Kalian mau gak sih jadi juara? Enak kan kalau


jadi juara dapat banyak hadiah, dari sekolah,
dari orang tua (imajinasi). Jadi, belajar yang
benar, ya.

- Bapak tidak akan bisa membantu kalian


pada saat ujian nanti kalau kalian tidak
memperhatikan (imajinasi). Sekarang kalian
diam dan perhatikan.
Tanpa sadar kita sering melakukan hal ini.
Akan tetapi cara itu tidak dapat memotivasi atau
menaikkan kemampuan siswa. Sugesti tersebut tidak
efektif karena kita melakukannya dalam keadaan
pikiran sadar siswa aktif. Untuk membuatnya menjadi
lebih efektif, kita perlu menon-aktifkan pikiran sadar

98
mereka dan mengaktifkan pikiran bawah sadar.
Caranya yaitu dengan menempatkan imajinasi dalam
proses benar-benar berimajinasi.

Beberapa contoh imajinasi dan sugesti yang


mengaktifkan pikiran bawah sadar:
- Ok, sebelum kita mulai. Kita tarik nafas
perlahan dan buang dengan perlahan…
Sambil kita membayangkan betapa senangnya
ketika kita naik kelas. Kita bisa melihat orang
tua kita senang (imajinasi). Sekarang kita
mulai belajar lebih rajin dan giat lagi karena
kita ingin mencapai nilai di atas 7 (sugesti).

- Anak-anak… Bapak ingin melihat wajah


kalian. Wajah-wajah inilah wajah juara.
Coba tutup mata dan bayangkan diri kalian
jadi juara. Lihat hadiah-hadiah yang kalian
dapatkan dari sekolah maupun dari keluarga
(imajinasi). Mulai sekarang, kalian belajar
lebih rajin lagi, karena kalian adalah juara
(sugesti).

- Bulan depan kita akan menghadapi UAN.


Kita akan gunakan mesin waktu di dalam
pikiran kita untuk melihat ke depan. Tarik
nafas pelan-pelan…. Buang pelan-pelan.
Tutup mata dan kita lihat ke masa depan. Kita

99
lihat diri kita sedang mengerjakan semua
soal UAN dengan sangat mudah dan dengan
percaya diri. Kalian lihat diri kalian sedang
tersenyum dengan perasaan hebat ketika
mengerjakan soal (imajinasi). Nah sekarang
setelah buka mata, kalian belajar lebih rajin
dan lebih yakin. Kalian tidak tahu mengapa
kalian menjadi lebih rajin daripada biasanya
(sugesti).

- Bayangkan jika Dora (tokoh kartun di TV)


ada di depan kita. Beri salam sama Dora…
Ikuti Ibu, ya. Halo Dora (Ibu). Halo Dora
(anak-anak) (imajinasi). Aku senang belajar
membaca dan menulis (Ibu). Aku senang
belajar membaca dan menulis (anak anak)
(sugesti) – (Untuk anak TK)

Pertanyaan Ajaib

Penelitian ahli syaraf otak menemukan bahwa


kecerdasan setiap individu bukan dikarenakan oleh
banyaknya neuron di dalam otak, tetapi disebabkan
oleh sel-sel yang terbentuk diantara 1 neuron dengan
neuron lainnya yang dinamakan synapse. Synapse
tidak terjadi dengan sendirinya tetapi melalui proses

100
berpikir dan belajar. Ketika berlangsung proses
berpikir dan belajar, terjadilah kilatan-kilatan listrik di
antara neuron yang nanti akan membentuk synapse.
Cara yang termudah, tercepat dan terefektif untuk
mengaktifkan proses tersebut adalah dengan
menjawab pertanyaan.

Setiap pertanyaan selalu membutuhkan


jawaban. Setiap pertanyaan menggiring ke sebuah
pembelajaran karena dengan pertanyaan, otak akan
terpacu untuk mencari jawaban. Ketika mencari
jawaban, seluruh neuron di otak akan diaktifkan untuk
mencari jawaban di antara neuron yang ada. Semakin
sering pertanyaan itu dijawab semakin banyak sel
synapse yang akan timbul dan menjadi permanen.
Dalam membentuk sebuah pertanyaan
yang dapat melejitkan potensi siswa dibutuhkan
suatu formula khusus. Dengan formula khusus
itu, pertanyaan akan mampu membangun proses
pembelajaran, memberikan solusi, meningkatkan
potensi dan mengarahkan kepada hal yang dapat
menjadikan mereka menjadi luar biasa. Pertanyaan itu
dinamakan pertanyaan ajaib.
Pertanyaan ajaib membuat siswa bergairah
untuk menjawab dan mengandung kekuatan yang luar
biasa yang dapat membangkitkan potensi luar biasa di
dalam diri siswa.

101
Beberapa contoh pertanyaan ajaib.

- Apa yang akan kalian lakukan jika kalian


menjadi juara 1?
- Sebutkan enaknya jadi juara 1 di kelas.
Sebutkan 3 saja!

- Bagaimana caranya agar pelajaran ini


menjadi mudah?

- Bagaimana membuat saya memberikan kalian


nilai yang bagus?
- Misalkan kalian telah mencapai cita-cita
kalian sekarang. Dua hal apa yang akan
kalian lakukan pertama kali?

- Siapa yang tahu cara untuk belajar dengan


mudah, cepat dan menyenangkan?

- Apa yang harus kamu lakukan agar nilainya


menjadi lebih baik?
- Pikirkan 2 cara berbeda dari yang biasa kamu
lakukan untuk membuat nilai kamu lebih baik
dari yang sekarang!

- Apa arti juara bagi kamu?

- Menurutmu kapan kamu mulai perlu


melakukan langkah-langkah tersebut?
- Menurut kalian apakah kalian senang jika

102
mendapat nilai bagus, 100 lah. Coba kita
bayangkan wajah kita sendiri. Kira-kira
seperti apa, ya, kalau senang begitu?

- Coba bayangkan bagaimana rasa senangnya


jika kalian dapat nilai bagus pada pelajaran
ini!

- Coba bayangkan wajah orang tua kalian yang


senang melihat hasil ulangan kalian!
- Apa yang Doraemon akan lakukan jika berada
di meja makan? Kalau kamu apa yang akan
kamu lakukan jika berada di meja makan?
(anak TK)

- Apakah kalian suka Spongebob? Apakah


kalian suka belajar? (anak TK)

- Sebutkan 3 manfaat kalian bisa naik kelas?


- Tuliskan 3 hal apa yang kalian lakukan kalau
sekarang kalian sudah mencapai cita-cita
kalian?

- Cari 3 hal yang kalian suka dari teman sebelah


kalian?

103
Ajarkan dan Puji
Dalam skala rata-rata proses pembelajaran:

Siswa mengingat 20% dari apa yang mereka


baca.

Siswa mengingat 30% dari apa yang mereka


dengar.
Siswa mengingat 40% dari apa yang mereka
lihat.

Siswa mengingat 50% dari apa yang mereka


katakan.

Siswa mengingat 60% dari apa yang mereka


lakukan.
Siswa mengingat 90% dari apa yang mereka
lihat, dengar, katakan dan lakukan.

Melihat skala belajar ini perlu ada satu cara


yang membuat siswa dapat mencapai prosentasi 90%
dalam proses belajar mengajar. Apa itu yang harus
kita lakukan? Dengan membuat siswa dapat melihat,
mendengar, mengatakan dan melakukan. Bahkan akan
sangat membantu jika tidak hanya mengingat tetapi
siswa memahami pelajaran tersebut.

104
Cara termudah untuk membuat siswa
mencapai prosentasi 90% dan paham tentang pelajaran
tersebut adalah mereka sendiri juga mengajarkan
pelajaran tersebut. Dengan mengajarkan maka
mereka melakukan proses mengingat, mengatakan,
mendengar, melakukan dan selanjutnya memahami.
Apalagi jika setelah mengajarkan, mereka menerima
pujian dari teman dekatnya. Maka proses pemahaman
akan berproses dengan sangat cepat di dalam otaknya.
Proses pemahaman tersebut menjadi lebih kuat dan
dalam. Jika semua hal itu dilakukan dengan cara yang
menyenangkan maka proses tersebut akan berproses
dengan kecepatan lebih cepat daripada biasanya.

Beberapa pujian yang diberikan setelah


mendengar penjelasan:

Terima kasih – penjelasan kamu sangat bagus.

Saya senang dengan cara kamu menjelaskan.


Saya rasa kamu sangat bagus ketika....

Kamu menjelaskan dengan sangat baik.

Kamu benar-benar luar biasa.


Kamu top banget.

Kamu canggih.

105
Kamu hebat.

Tepuk tangan dari Dora untuk kamu. (untuk


TK).

Oh, bagus sekali (dengan nada Dora Emon)


(untuk TK).
Terima kasih ya, kamu hebat (dengan nada
Dora Emon) (untuk TK).

Wow, ilmu kamu hebat pasti kamu penguasa


pelajaran (dengan nada Naruto).

Ilustrasi ini akan menjelaskan:

Ibu Rina telah menggunakan teknik ajarkan dan


puji ini untuk membuat kelasnya lebih dinamis,
hidup dan aktif. Ibu Rina yang merupakan
seorang guru sejarah, pada saat itu sedang
mengajarkan sejarah Candi Borobudur.

Ibu Rina : ”Anak-anak seperti biasa nanti ketika


Ibu mengatakan, ”Ajarkan” maka
kalian yang duduk di sebelah
kanan akan mengajarkan kembali
pelajaran yang baru Ibu ajarkan
ke sebelah kiri kalian.”

106
Siswa-siswa : ”Penjelasanmu enak sekali, saya
jadi tambah mengerti.”

Ibu Rina : ”Bagus sekali, nah kalau Ibu


bilang, ”Stop-ganti” maka yang
sebelah kanan stop menjelaskan.
Sebelah kiri memuji penjelasan
tersebut dengan, ”Penjelasan
kamu enak sekali, saya jadi
tambah mengerti”. Lalu,
gantian dengan yang sebelah
kiri menjelaskan kepada yang
sebelah kanan. Kalau misalkan
kalian sudah selesai menjelaskan
sebelum Ibu bilang, ”Stop-ganti”
kalian ulangi penjelasan kalian
sampai kalian mendengar, ”Stop-
ganti”. Nah bagi yang tidak ada
teman di sebelahnya, Ibu akan
menghitung 1 sampai dengan 5
kalian segera pindah ke teman
kalian yang duduk sendiri. Jika
kalian tidak menemukan teman
yang sendirian kalian bergabung
kepada teman yang lain dan
kalian jadi yang sebelah kanan,
apakah semua paham?”

107
Siswa-siswa:”Paham.....”

Ibu Rina : ”Baik Ibu mulai, Borobudur


adalah nama sebuah candi
Budha yang terletak di
Magelang, Jawa Tengah.
Dibangun sekitar tahun 800
Masehi pada masa pemerintahan
Wangsa Syailendra pada
jaman Raja Samarotthungga.
Chaaaaaaamp...”.

Siswa-siswa:”Yaaaaaaaaaap....”.
Ibu Rina: ”Ajarkan.......”

Siswa-siswa:”Yap......”

Lalu, mulailah seluruh siswa yang berada di


sebelah kanan riuh rendah saling mengajarkan
kepada sebelah kiri dengan gayanya masing
masing. Ada yang bergoyang kepala,
menggerakkan tangan dan berbagai gaya yang
memang sesuai dengan kenyamanan mereka.

Ibu Rina: ” Stop – ganti!”


Siswa sebelah kiri: ”Penjelasan kamu enak
sekali, saya jadi tambah mengerti.”

108
Lalu, mulailah seluruh siswa yang berada di
sebelah kiri riuh rendah saling mengajarkan
kepada siswa sebelah kanan dengan gayanya
masing masing. Ada yang bergoyang kepala,
menggerakkan tangan dan berbagai gaya yang
memang sesuai dengan kenyamanan mereka.

Ibu Rina: ”Stop...!”

109
Siswa sebelah kanan: ”Penjelasan kamu enak
sekali, saya jadi tambah mengerti.”

Perintah Berdiskon dan Berbonus dalam memberi


tugas

Ada satu kata yang paling kita sukai….


Kata itu sering kita cari-cari di mana saja saat kita
akan berbelanja ataupun sedang tawar-menawar.
Kata itu adalah “diskon”. Kata “diskon” ini sudah
begitu tergeneralisasi di otak manusia dan berarti
menyenangkan. “Diskon” berarti mereka membayar
sedikit untuk hasil yang lebih banyak. Semua orang
pasti senang, apalagi jika ditambah dengan bonus yang
menyertainya. Begitu juga dengan anak-anak. Saat
mereka mendengar kata “diskon” atau bernegosiasi,

110
dan berhasil mengubah perintah gurunya, betapa
senang dan bersemangatnya mereka. Mengapa?
Karena mereka telah menang bernegosiasi.

Mari kita saksikan praktik dari perintah


berdiskon dan berbonus ini. Pak John, seorang
guru kelas 1 SMA di Jakarta, mengajar mata
pelajaran Geogra . Setelah menerangkan di
kelas, beliau mulai bertanya kepada peserta
didiknya, apakah mereka sudah paham benar
mengenai pelajaran yang dibawakan. Mulailah
Pak John bertanya,

Pak John: “Anak-anak, hari ini kita telah


belajar Bab 2. Minggu depan
Bapak akan mengadakan
ulangan Bab 3 dan 4. Nanti
soalnya akan Bapak bedakan
antara kiri dan kanan.”
Murid-murid: “Wah Bapak... kan bab itu belum
kita pelajari....“

(kelas riuh)

111
Pak John: “OK, bagaimana kalau kita vo-
ting. Siapa yang tidak setuju
dengan ulangan besok?”

(Kelas riuh) Semua anak mengacungkan


tangannya tanda tidak setuju.

Pak John: “Kenapa bisa semua

tidak setuju?”
Murid-murid: (Masih tetap riuh) “Karena
kami belum diajarkan. Kami
takut tidak bisa, karena belum
diterangkan.”

Pak John: “Baik kalau begitu. (Diskon)


Bagaimana kalau ulangan
minggu depan kita ganti dengan
diskusi?”

Murid-murid: “Nah begitu dong, Pak!”


Pak John: “Kalian setuju?”

Murid-murid : “Setujuuuuuuuu.....”

Pak John: “Baik kalau begitu. (Perintah)


Kalian ringkas bab 3 dan 4
dengan bahasa kalian sendiri,

112
minggu depan dikumpulkan.
(Bonus) Bapak akan memberi
bonus kepada kalian yaitu
hasil ringkasan kalian akan
sama nilainya dengan hasil
ujian, mudah dan menarik kan?
Ringkasan yang bagus akan
mendapat nilai yang bagus juga.
Dan ada syaratnya... Bapak
akan menilai secara teliti. Jika
ada yang sama, maka keduanya
berarti bekerja bersama dan
nilainya juga sama yaitu 0.”

Murid-murid: “OK…”

Dapat dipastikan semua murid Pak John akan


merasa lega, karena perintahnya sudah di diskon
plus ber-bonus. Bahwa hasil ringkasan tersebut sama
dengan nilai ujian. Minggu depan Pak John akan lebih
lega karena para muridnya telah belajar terlebih dahulu
dan akan lebih mengerti pelajaran itu karena mereka
mendiskusikannya. Anak didiknya pun tidak akan
merasa sangat terpaksa untuk membuat ringkasan.

113
Anchor, Tombol Emosi Ajaib
Psikolog Rusia bernama Ivan Pavlov
menerbitkan hasil eksperimennya pada tahun 1903
bahwa manusia dapat mengalami re eks terkondisi
jika mendapat stimulus dari luar secara berulang.
Sepanjang stimulus itu sama dan terjadi berulang-
ulang maka dapat menciptakan suatu respons otomatis
yang timbul di dalam diri manusia. Pada saat itu
Pavlov membuat eksperimennya kepada binatang.

Pada tahun 1913, psikolog dari Amerika


bernama John Watson melakukan risetnya terhadap
manusia. Risetnya kemudian terkenal dengan nama
“Little Albert”. Yang dijadikan eksperimen adalah
Albert, seorang bayi berumur 12 bulan. Ia diajak
bermain- main dengan seekor tikus putih. Pada
awalnya, Albert senang bermain dengan tikus dan
tidak takut sama sekali. Lalu, dimulailah eksperimen
tersebut yaitu ketika Albert memegang tikus, John
dan asistennya membunyikan alat yang keras sekali
sehingga membuat Albert takut. Setiap kali menyentuh
tikus, Albert mendengar bunyi itu. Kemudian Albert
pun tidak mau menyentuh tikus tersebut karena secara
otomatis tubuhnya merespon bahwa tiap kali dia
menyentuh, dia akan mendengar bunyi yang keras.

114
Eksperimen tersebut mengindikasikan bahwa
jika ada stimulus dari luar terjadi dengan suatu kondisi
maka manusia akan merespons stimulus tersebut.
Jika stimulus dan kondisi yang sama tersebut terjadi
berulang-ulang maka manusia akan menggeneralisasi
stimulus tersebut dan membuat responsnya menjadi
re ek atau otomatis. Kemudian riset ini dikembangkan
oleh Richard Bandler dan John Grinder dalam ilmu
komunikasi yang kemudian menamakannya anchor.
Jika stimulus itu dibuat secara sengaja dengan kondisi
yang sama berulang-ulang maka manusia akan
merespons secara otomatis.

Dalam hypnoteaching, anchor ini dibuat


untuk membuat proses pembelajaran menjadi lebih
mudah. Stimulus untuk membuat Tombol Emosi dapat
berbentuk:

- Visual (V- Apa yang dilihat)

- Auditory (A- Apa yang didengar)


- Kinesthetic (K- Apa yang dirasakan)

- VAK (ketiganya – Lebih powerful)

Agar memahami anchor dengan lebih mudah,


perhatikan ilustrasi tersebut di bawah:

115
Ibu Dina menikah dengan Pak Bambang,
keduanya adalah guru sebuah SMA, di masjid
At-Taqwa. Peristiwa sakral tersebut terjadi
kira- kira 3 tahun yang lalu. Pada saat itu
suasana khidmat, bahagia, haru bercampur
menjadi satu di benak Ibu Dina dan Pak
Bambang. Setelah 3 tahun berlalu, mereka
pun mendapat undangan dari kerabat mereka
untuk menghadiri pernikahan anak mereka di
masjid tersebut. Mereka pun hadir, pada saat
itu kebetulan hari dan jamnya sama dengan
saat Ibu Dina dan Pak Bambang menikah.
Tanpa terasa air mata Ibu Dina berlinang
menyaksikan pernikahan tersebut. Apakah Ibu
Lina terharu melihat pernikahan itu? Tidak,
karena pernikahan itu mengingatkan beliau
ketika menikah di situ. Itulah anchor. Peristiwa
itu menstimulus Ibu Dina untuk mengingat saat
menikah dahulu.

Lain halnya dengan Ibu Rima. Ia adalah seorang


guru Matematika yang terkenal ramah. Ketika
mengajar di kelas, dia melihat Tono malah asyik
bercanda dengan Lukman teman sebangkunya.
Lalu, Ibu Rima pun menegurnya. Pada lain
waktu ketika Ibu Rima mengajar kembali di
kelas tersebut, ia melihat Tono asyik bercanda

116
dengan Lukman. Kembali Ibu Rima menegur,
kali ini agak sedikit menaik nadanya. Kali
berikutnya ketika Ibu Rima kembali mengajar,
Tono sebenarnya tidak berniat untuk bercanda
dengan Lukman, tetapi Tono ingin meminjam
sesuatu. Ketika Tono sedang menyapa Lukman
untuk meminjam sesuatu, seketika itu juga Bu
Rima langsung menegur Tono. Ini juga dapat
disebut anchor atau stimulus dari luar yang
membuat Bu Rima bereaksi.

Membuat Anchor
Kita sudah mengetahui apa itu anchor dan
fungsinya. Sekarang kita akan mencoba membuat
anchor. Dengan memanfaatkan anchor, proses belajar
mengajar menjadi begitu mudah dan membuat anak-
anak menjadi senang kepada kita.

1. Anchor Lokasi
Siapkanlah sebuah spot atau lokasi di dalam
kelas, khususnya di depan kelas bisa di sebelah kanan
atau pun di sebelah kiri. Intinya adalah kita tidak
sering berdiri di tempat itu. Tempat itu akan kita buat
menjadi tempat pelajaran mudah. Dengan kata lain,

117
tempat itu akan menjadi tempat dimana anak didik
kita akan mencerna semua pelajaran dengan sangat
mudah.

Setelah kita tentukan tempat itu, maka langkah


berikutnya adalah kita siapkan beberapa materi
pelajaran yang menurut kita sangat mudah dan akan
kita ajarkan. Toh, tidak selamanya semua bagian dari
sebuah mata pelajaran itu sulit.
Setelah kita siapkan keduanya, maka mulailah
kita mengajar. Saat kita mengajar dan tampak semua
siswa mudah memahami pelajaran itu, kita berdiri di
spot mudah tersebut dan berkata misalkan:

”Mudahkan, Ibu/Bapak yakin kalian semua


bisa, benar?”
”Pelajaran ini jadi mudah karena kalian
memang anak-anak yang cerdas.”

”Jika kalian yakin ini mudah, maka pelajaran


ini pun jadi mudah.”

”Semua mengerti? Mudah, kan?”

Pilih satu kalimat sebagai stimulus. Jadi,


kita memiliki 2 stimulus yaitu tempat dan kalimat.
Berapa kali kita buat anchor tersebut maka pada saat

118
kita menjelaskan pelajaran yang sulit kita cukup ke
tempat tersebut dan mengucapkan kalimat itu. Maka
anak didik kita akan merasa yakin bahwa pelajaran itu
sebenarnya mudah. Simak contoh berikut:

Bu Tina mengajar pelajaran Matematika


di kelas 6 SD. Ketika memasuki pelajaran
pengukuran mulailah Bu Tina dengan suatu hal
yang mudah.

Bu Tina : ” Anak-anak 1 km = 10 hm = 100


dam = 1000 m = 10.000 dm Dina
kalau 10 hm = berapa km (Bu Tina
berdiri di tempat anchor)”
Dina : ”1 km Bu...”

Bu Tina : ”Mudah kan, siapa yang dapat


menjawab kalau 100 dam =
berapa km?”

(masih tetap di tempat anchor)


Semua siswa berebut menjawab,

Siswa : ”1 km Bu....”

Bu Tina : ”Mudah kan, bagaimana dengan


10.000 dm = berapa km?”

119
(masih tetap di tempat anchor)

Semua siswa kembali berebut menjawab,

Siswa :” 1 km Bu...”
Bu Tina : ”Mudah kan, jika kalian perhatikan
dengan baik, semua pelajaran jadi
mudah.” Bu Tina pun berjalan ke
depan kelas lalu bertanya kembali.

Bu Tina : ” Jika 100.000 m sama dengan berapa


km?”

Siswa : (Terdiam)

Rupanya ini masuk ke pelajaran yang agak


sulit. Bu Tina pun mulai menjelaskan, dan
setelah melihat semua anak didiknya mengerti
dan paham. Bu Tina pun kembali ke tempat
anchor tadi sambil berkata,”Mudah kan.”

Tanpa disadari anak-anak terkondisikan


mengenai tempat tersebut. Dalam diri mereka
tergeneralisasi bahwa di tempat itu adalah
pelajaran mudah. Dan di tempat itu mereka
mengerti semua pelajaran.

120
2. Anchor Tokoh
Untuk menjadi guru favorit bagi siswa pun
dapat dilakukan dengan menggunakan anchor ini,
yaitu me-subtitusi-kan diri kita dengan tokoh favorit
mereka. Jadi, pada saat kita membicarakan seorang
tokoh favorit mereka maka gaya tubuh atau tangan
mengarah kepada kita. Tanpa sadar, anak didik melihat
bahwa kita adalah tokoh yang merupakan favorit
mereka tersebut. Ilustrasi berikut adalah contoh:

Suatu hari di kelas 3 SMA di bilangan Jakarta,


Pak Harun sedang asyik mengajar pelajaran
Biologi. Ketika sedang asyik mengajar tiba-tiba
Pak Harun berkata,

Pak Harun : ”Anak anak, siapa sih bintang


favorit kalian?”

Siswa-siswa : ”Pasha, Ariel, Mulan Kwok.”

Semua suara riuh rendah saling menyebutkan


tokoh favoritnya masing masing. Lalu Pak
Harun berkata,

121
Pak Harun : ”OK, kita pilihlah Ariel Peter Pan
misalkan, OK?”

Siswa-siswa: ”OK.... huuuuhh” (Kondisi


beragam, tetapi pada dasarnya
mereka tahu tokoh ini)

Pak Harun : ”Andaikan dia berada di sini


(sambil secara tidak langsung
menunjuk Diri Pak Harun),
apakah kalian lebih semangat
belajar?”
Siswa-siswa: ”Emang dia mau ke sini Pak,
kapan Pak?”

Pak Harun : ”Bapak mau tanya jika dia berada


di sini (sambil secara tidak
langsung menunjuk Diri Pak
Harun), apakah kalian lebih
semangat belajar?”

Siswa-siswa:”Jelas dong Pak, memang kapan


dia mau datang ke sini, Pak?”
Pak Harun : ”Ya, Bapak tidak tahu, kan ini
hanya seandainya.”

Siswa-siswa:”Huuuuuh kirain mau datang...”

Pak Harun : ”OK, mari kita lanjutkan.”

122
Pak Harun sudah menunjuk dirinya sebagai
Ariel Peter Pan. Tanpa sadar anak- anak telah
melihat Ariel di dalam diri Pak Harun. Meskipun
mereka tahu bahwa Ariel Peter Pan tidak akan
hadir, tetapi semangat itu telah timbul jika
melihat Pak Harun. Mudah, bukan?

Kalimat Bermakna Ganda

Milton H. Erickson adalah seorang pakar


hypnotherapy. Mengalami keterbatasan seperti
buta warna, kesulitan membedakan nada, dyslexia,
dan menderita dua kali serangan kerusakan syaraf
membuat dia harus berada di kursi roda selama sekian
tahun. Hal tersebut membuatnya perlu menciptakan
sebuah metode terapi unik untuk orang lain yang
dapat mengalahkan keterbatasannya. Dari puluhan
tahun melakukan terapi terhadap orang lain, sudah
ribuan orang mengalami proses perubahan yang luar
biasa dengan berbagai metodenya.

Salah satu metodenya yang sekarang banyak


digunakan adalah kalimat bermakna ganda (double
binds). Kalimat ini mengarahkan pikiran si pendengar
kepada keinginan si penanya dengan memberikan
suatu makna ganda sehingga dapat dipilih oleh

123
pendengar.

Contoh dari kalimat ini kepada siswa adalah:


Kalian mau mengerjakan soal ini sekarang atau
5 menit lagi?

Keinginan sang penanya adalah para siswa


mau mengerjakan soal. Tidak peduli sekarang atau
5 menit lagi. Pilihan yang diberikan yaitu “sekarang
atau 5 menit lagi” itu yang membuat siswa tidak lagi
berfokus kepada mengerjakan soal tetapi kepada
“sekarang atau 5 menit lagi”. Bagi si penanya, baik
sekarang maupun 5 menit lagi, tetap saja siswa harus
mengerjakan soal. Perintah di sini begitu tersamar
sehingga para siswa tidak akan tahu bahwa ada tujuan
penting di dalamnya.
Dalam praktiknya, tanpa sadar para pendidik
telah menggunakan kalimat bermakna ganda ini tetapi
kalimatnya begitu terlihat jelas tujuannya adalah untuk
kepentingan pendidik. Hal ini yang menyebabkan para
siswa melakukannya dengan rasa terpaksa. Beberapa
kalimat yang tanpa sadar sering diucapkan tersebut
adalah:

“Kalian kerjakan soal ini sekarang, agar segera


bisa dikumpulkan.”

124
“Pulang sekolah kalian langsung kerjakan PR-
nya, jangan ditunda, nanti kalian lupa.”

“Setiap Ibu sedang mengajar, kalian diam tidak


boleh bicara atau ngobrol.”

Ke 3 kalimat tersebut terlihat sekali manfaatnya


adalah untuk para guru sehingga para siswa akan
melawan atau melakukannya secara terpaksa.
Seandainya kita ganti 3 kalimat di atas dengan kalimat
bermakna ganda maka akan jadi seperti ini:

“Kerjakan soal ini sekarang atau 5 menit


lagi. Kalau sekarang, kalian bisa keluar saat
istirahat. Kalau 5 menit lagi, kalian akan
terlambat istirahat 5 menit.”
“Kerjakan PR kalian segera setelah sampai di
rumah atau setelah kalian ganti baju.”

“Jika kalian ngobrol, pelajaran ini bisa


terganggu. Sehingga untuk mengejar target
materi kalian terpaksa pulang lebih lama.”

Dalam penggunaannya, kalimat ini ditujukan


untuk membuat siswa aktif, kooperatif bahkan dapat
meningkatkan potensi siswa. Beberapa contoh kalimat

125
bermakna ganda yang dapat dipergunakan untuk
membangkitkan rasa aktif, kooperatif dan potensi
siswa:

- Ketika kalian memikirkan ini, kalian semakin


cerdas.

- PR memang mengurangi waktu main kalian,


dan kalian tetap mengerjakannya.

- Semakin kalian pikir pelajaran ini sulit,


pelajaran ini menjadi sangat mudah.
- Semakin kalian aktif, nilai kalian semakin
bagus.

- Setiap pelajaran ini, banyak tugaspun kalian


gembira.

- Saat ini kalian yang memutuskan untuk belajar


dengan baik atau memperhatikan pelajaran.
- Dulu pelajaran ini mudah, sekarang
bertambah mudah.

- Dulu pelajaran ini sulit, sekarang bertambah


mudah.

- Kata siapa soal ini sulit, coba dipikir 5 menit


atau 10 menit.
- Bapak ingin lihat wajah kalian sebentar, coba

126
menatap ke sini dan tersenyum.

- Bapak sangat bersemangat bertemu kalian,


kalian pun akan lebih semangat belajar.

- Kalian pilih untuk diskusi 5 menit atau 10


menit.
- Setelah kalian diam, kalian akan lebih
konsentrasi.

- Ketika kalian menatap ke sini, pelajaran akan


lebih mudah.

- Saya senang memulai pelajaran bila kalian


sudah tenang.
- Saya ingin kamu berbicara setelah saya
berhenti berbicara.

- Kamu boleh berada di sini sepanjang kamu


tidak mengganggu teman.

- Saya memberi nilai lebih bagi tugas yang


diberikan tepat waktu.
- Saya senang menerima tugas yang sesuai
dengan standar kerapian di kelas ini.

- Saya akan mendengar kamu berbicara jika


kamu mengangkat tanganmu.

- Saya mengijinkan ke kamar kecil setelah saya


memberi tanda.

127
- Kalian anak yang baik atau suka menolong?

- Kalian makannya cepat atau lambat? (anak


TK)

1. Debet Tabungan Perhatian

Istilah “Debet Tabungan” sering dipakai


dalam transaksi bank yaitu sama dengan mengurangi
nilai tabungan tersebut. Dalam hypnoteaching, bukan
tabungan uang yang dikurangi nilainya. Akan tetapi,
tabungan perhatian yang telah ditabung kepada para
siswa yang ditarik. Menariknya, tabungan perhatian
berbeda dengan tabungan di bank. Jika tabungan di
bank ditarik, maka nilainya akan berkurang. Tetapi
dalam tabungan perhatian, jika ditarik maka nilainya
tidak berkurang justru akan bertambah! Menarik
bukan…? Belum pernah ada sebuah tabungan yang
jika ditarik akan bertambah nilainya.
Pada awal bab, konsep tabungan perhatian
telah dijelaskan yakni untuk mengubah persepsi
subjektif siswa terhadap kita. Sekarang, ketika mereka
memiliki perilaku yang menurut kita perlu diubah,
maka kita dapat menggunakan tabungan yang telah
kita buat itu untuk mengubahnya.

128
Kita akan mulai ilustrasi ini dari membuat
tabungan perhatian lebih dahulu kemudian
mendebetnya untuk mengubah perilaku:

Ibu Reni seorang guru Bahasa Indonesia. Dia


memiliki satu orang siswa bermasalah di kelas
yang bernama Tono. Ia sangat suka mengganggu
temannya baik saat belajar maupun saat tidak
belajar. Setiap hari ada saja kelakuannya yang
menganggu; mengobrol di kelas saat Ibu Reni
mengajar atau berteriak-teriak untuk meminjam
alat tulis temannya. Seringkali ia melempar
temannya dengan kertas atau bahkan menjepret
dengan karet. Ibu Reni pun menerapkan
tabungan perhatian kepada Tono.

Suatu hari ketika sedang beristirahat, Ibu Reni


melihat Tono sedang makan dengan temannya,
Ibu Reni pun menghampiri.

Ibu Reni : ”Ton, Ibu perhatikan kamu suka


makan di sini, ya.” (Sambil
tersenyum dan berlalu. Ibu Reni
sedang menabung perhatian
kepada Tono.)

129
Tono :..... (Belum sempat bicara, Ibu Reni
telah pergi.)

Keesokan harinya, Ibu Reni melihat lagi


Tono sedang berdiri di pinggir lapangan
bersama temannya saat istirahat. Ibu Reni pun
menghampiri Tono kembali.

Ibu Reni : ” Tono sini sebentar, Ibu perhatikan


kamu berteman akrab sama
Ridwan, ya. Ya sudah sana.”
(Sambil tersenyum dan berlalu.
Ibu Reni sedang menabung
perhatian yang kedua kepada
Tono.)

Tono : ..... (Belum sempat bicara, Ibu Reni


telah pergi.)

Keesokan harinya pada saat istirahat, Ibu Reni


melihat Tono. Ibu Reni lantas menghampiri dan
berkata,

Ibu Reni : ”Tono, boleh bicara sebentar?”

130
Tono : ”Ya, Bu...” (Tono pasti menjawab
dengan sopan karena tabungan
perhatian kemarin.)

Ibu Reni : ”Tono, Ibu bisa minta tolong sedikit


saja bisa, ya!”

Tono : ”Iya, Bu... apa?”


Ibu Reni : ”Ibu minta kamu awasi teman -

teman kamu saat Ibu mengajar.


Tidak boleh ada yang mengganggu,
bisa ya?Lakukan itu hanya untuk
Ibu.” (Ibu Reni sedang menarik
tabungannya.)

Tono : ” Baik Bu.”

Keesokan harinya saat pelajaran berlangsung,


kelas terlihat tertib karena Tono yang selalu
membuat gaduh, melakukan pengawasan.
Karena Tono yang mengawasi, maka dia pun
tidak akan mengganggu Ibu Reni.

Hanya diperlukan kalimat, ”Lakukan


ini hanya untuk saya” untuk menarik tabungan
perhatian.

131
2. Reward dan Penalty
Dalam bab sebelumnya telah dijelaskan
mengenai penggunaan peraturan tambahan yaitu
reward dan penalty. Dalam penggunaannya, reward
dan penalty ini pun sangat efektif untuk mengurangi
bahkan menghilangkan perilaku bermasalah di dalam
kelas. Caranya yakni dengan membuat anak yang
bermasalah itu berpihak kepada kita, para pendidik.
Pada saat mereka bermasalah atau mengganggu maka
mereka yang akan dicap sebagai pemihak guru, padahal
sebenarnya mereka tidak mau berpihak kepada kita.

Ilustrasi ini dapat menjelaskan:


Ibu Tari sedang mengajarkan matematika di
kelas 6 SD, ketika awal mengajar Bu Tari telah
memulai aturan reward dan penalty kepada
para siswanya.

Dengan aturan, jika siswa melanggar aturan


maka 1 poin soal PR ditambahkan di kolom
guru. Jika siswa mendapat hadiah maka siswa
mendapatkan 1 poin PR di kolom siswa. Pada
akhir pelajaran akan dihitung selisih poin guru
dan siswa. Jika lebih banyak poin guru, yaitu
misalkan guru mendapat 5 sedangkan siswa
mendapat 3, maka selisihnya adalah 2. Maka

132
para siswa membawa pulang 2 soal sebagai PR
mereka.

Peraturan yang mereka sepakati adalah:

1. Tunjuk tangan jika ingin bicara.


2. Tunjuk tangan jika ingin minta ijin keluar
ruangan.

3. Lakukan semua perintah dengan cepat.

4. Buat guru kamu bahagia.

133
Ketika pelajaran dimulai dan Ibu Tari sedang
menerangkan, ada 1 siswa bernama Rudi yang
mengobrol dengan rekan sebelahnya Jonas.
Mereka begitu asyiknya mengobrol sehingga
suaranya sangat mengganggu

Ibu Tari : “Hai….”


Siswa-siswa : “Yes….”

Ibu Tari : “Rudi dan Jonas terima

kasih kalian telah membantu


Ibu dengan menambah poin
untuk Ibu karena kalian
melanggar aturan no 1. Apa
itu anak-anak?”
Siswa-siswa : “Tunjuk tangan jika ingin
bicara”

Ibu Tari : ” Ibu terima kasih sama kalian


karena kalian telah memberi
poin untuk Ibu.” (Bu Tari
memberi senyum terindah
kepada Rudi & Jonas)

Siswa-siswa : “Huuuuuhhh……”
Rudi dan Jonas pun terdiam

134
Anchor, Tombol Emosi Ajaib untuk perilaku
bermasalah
Anchor selain untuk meningkatkan potensi
siswa dapat juga digunakan untuk mengubah perilaku
bermasalah. Perilaku berdampak kepada emosi
seseorang, maka jika emosi tersebut dapat dikendalikan
maka perilaku pun akan mengikutinya.

Pak Reza guru bahasa Inggris kelas 1 SMP


sedang mengajar di kelasnya. Di dalam kelas
Pak Reza ada seorang siswa bernama Randy
yang menurut guru-guru yang lain selalu
mengganggu di dalam kelas. Pak Reza pun
menerapkan anchor untuk siswa tersebut.
Setiap ada penjelasan mengenai anak yang
baik, anak yang rajin, emosi yang bahagia,
gembira, percaya diri dan semua hal yang baik
maka Pak Reza akan mengarahkan bahasa
tubuhnya sambil menatap dengan tersenyum
kepada Randy. Jika Pak Reza berada di sebelah
Randy, Pak Reza akan menyentuh bahu kiri
Randy ketika menyebut hal-hal yang baik di
atas karena kebetulan bahu kiri Randy terletak
di posisi yang mudah disentuh

135
Pak Reza : “We are a good student.“ (sambil
menatap dengan senyum kepada
Randy), kata We selalu diikuti
oleh Are, nah bila I maka diikuti
oleh ?”

Siswa-siswa : “Am. Pak…”

Pak Reza : “Bagus jadi bunyinya, apa?”


(sambil berjalan menuju Randy)
Siswa-siswa : “I am a good student…”

Pak Reza : “Ya… I am a good student.”

(sambil menepuk bahu kiri Randy juga rekan di


depan Randy).

Dan ketika Randy mengobrol atau mulai


mengganggu maka Pak Reza cukup menepuk
bahu kiri atau menatap Randy maka Randy
pun akan serta merta diam dan merasa sangat
tidak enak. Karena seluruh bahasa tubuh Pak
Reza telah menunjuk Randy sebagai anak yang
baik, sehingga tanpa sadar Randy tidak ingin
kelihatan tidak baik di mata Pak Reza.

136
137
da satu kata yang sangat penting dan dapat
berdampak kepada apapun, kata itu adalah
“Lakukan”. Secanggih apapun pendekatan,
teknik ataupun metode akan menjadi tidak berguna
dan berdampak bila tidak ada kata tersebut. Tanpa
dilakukan atau dipraktikkan maka semuanya hanya
menjadi ingatan semata. Bagaikan buih-buih ombak
di laut, bagaikan sebuah tulisan di pasir yang terhapus
oleh sapuan air laut.

Hypnoteaching memberikan cara-cara super


mudah untuk dipraktikkan hanya dengan mengubah
persepsi subjektif siswa kepada kita dan juga
persepsi subjektif kita kepada siswa sebagai langkah
awal. Langkah tersebut akan membangkitkan inner
motivationnya secara otomatis sehingga siswa akan
senantiasa bersemangat dalam mengikuti pelajaran
karena mereka melihat kita secara positif. Sehingga
secara berkesinambungan semangat ini akan
menjadikan mereka pembelajar-pembelajar sejati.
Benang kusut masalah siswa yang enggan
belajar, ternyata berujung kepada berbagai masalah.
Sebuah pekerjaan rumah besar pun telah menanti

138
kita untuk mengentaskan generasi-generasi penerus
bangsa. Mulai dari masalah proses pembelajaran yang
membosankan yang membuat mereka masuk sekolah
dengan terpaksa dan pulang sekolah dengan suka cita.
Hingga kebiasaan mereka belajar hanya ketika akan
ujian dan bukan karena ingin mencapai cita-cita yang
mereka inginkan.

Mulailah dengan mempraktikkan 1 teknik


mudah saja. Lakukanlah berulang-ulang sehingga hal
ini menjadi suatu hal yang biasa. Percayalah, untuk
mengubah dunia selalu dimulai dengan 1 langkah
kecil. Mari kita ciptakan pembelajar-pembelajar sejati,
dan kita tuliskan tinta-tinta keberhasilan bagi bangsa
kita.

Salam Genius

139
Win Wenger, Ph. D., 2004, Beyond Teaching &
Learning – Memadukan Quantum Teaching &
Learning, Penerbit Nuansa
Win Wenger, Ph.D, 2004, The Einstein Factor – A
Proven New Method for Increasing your
Intelligence, Gramercy Books-New York
Dr. Shukri Abdullah, Ph.D, 2007, Belajar Bijak –
Panduan Membimbing Anak Rajin Belajar,
Ameen Multitama Publishing
Richard Churches & Roger Terry, 2008, NLP for
Teachers – How to be a Highly Effective
Teacher, Crown House Publishing Ltd
BK Narayan & Preeti Narayan, 2004, Brain Power
Secret Parts 1 – 9, Mind Power Development
Services for Life Management
Gavin Reid, 2007, Motivating Learners in the
Classroom: Ideas and Strategies , Paul Chapman
Publishing
Adam Waxler, 2007, eTeach: A Teacher Resource for
Learning the Strategies of Master Teachers, w
ww.teaching-teacher.com
Tom Daly, 2005, The ADHD Solution: How To Turn

140
Any Disruptive Child Into Your Best Student,
Smarty Pants Publications
Chris Bif e, 2008, Power Teaching, Chris Bif e
Sean Neill and Chris Caswell,2005, Body Language
for Competent Teachers, Routledge
Gerald Nadler & William J. Chandon, 2004, Smart
Questions Learn to Ask the Right Questions for
Powerful Results, Jossey-Bass A Wiley Imprint
Eric Jensen, 1998, Teaching with The Brain in Mind,
The Association Supervision for Curriculum
Development
Adi W. Gunawan, 2004, Born to be genius, PT.
Gramedia Pustaka Utama
Richard Bandler, 1985, Neuro Linguistic Programming
– Using your brain for A Change, Real People
Press
Collin G Smith, 2006, The Original NLP Toolbox,
www.NLPToolBox.com
Robert B. Dilts, 1999, Sleight of Mouth – The Magic
of Conversational Believe Changes, Meta
Publications
Adi W. Gunawan, 2003, Genius Learning Strategy,
PT. Gramedia Pustaka Utama
Ruth Herman Wells ms, 2003, Maximum Strength
Motivation Makers, Youth Change
Amir Tengku Ramly & Erlin Trisyulianti, 2006,

141
Pumping Student, Kawan Pustaka
Collin Rose, Kuasai Lebih Cepat – Buku Pintar
Accelerated Learning, Mizan Pustaka
Marjan Glavac, 2006, How to Make a Difference:
Inspiring Students to do their best, Marjan
Glavac
Brian E Wals PhD, 2005, Unleashing your Brilliance,
Walsh Seminars Ltd.
Barbara 1. McCombs & James E. Pope, Motivating
Hard to Reach Students
Noah J. Goldstein, PhD, Steve J. Martin, Dr. Robert
B. Cialdini, PhD, 2008, Yes! 50 Scienti cally
Proven Ways to be Persuasive, Free Press
Allan Pease & Barbara Pease, 2004, The De nitive
Book of BODY LANGUAGE, Pease
International
Nathan Blaszak, 2006, How to Hypnotize Anyone
Without Getting Caught, Life Tricks Publisher
Jesse Berg, CH & Steven B Schneider, CH, 2003, The
Hypnotic Talker, Team Success International

142
Novian Triwidia Jaya adalah master trainer
dari Dynamic Brain sebuah lembaga pelatihan dan
konsultasi untuk pola asuh dan pendidikan serta
sebagai therapist di Self-T Life Coaching sebuah
klinik therapy yang berfokus kepada Motivasi,
Stress, Depresi, Phobia, Trauma dan kurang percaya
diri dalam berbagai bidang baik untuk anak maupun
dewasa.
Lahir di Jakarta, 21 November 1970, menikah
dengan 5 orang anak.
Pendidikan formal terakhir adalah Sarjana
Ekonomi Akuntansi dari Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia (Program Extension).
Kariernya dibidang pendidikan dimulai dengan
menjadi Dosen di Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi
Mandala Indonesia (STIAMI) Jakarta tahun 2004 dan
Dosen di Universitas Islam 45 (UNISMA) Bekasi,
serta berbagai pelatihan untuk pola asuh orang tua dan
teknik mengajar para guru.
Sejak tahun 2001 mendalami pemrograman
otak dan karakter secara otodidak ataupun melalui
pelatihan pelatihan baik langsung maupun jarak jauh.

143
Gelar Praktisi untuk Neuro Linguistic Programing
dan Praktisi Life Coach diperoleh dari Excellerated
Excellence Singapore, sebuah metode untuk
membimbing seseorang meraih sisi terbaik dalam
dirinya, serti kasi penulis tercatat di American Board
of Neuro linguistic Programing. Selain itu juga
mendalami Hypnotherapy dan mendapat serti kasi
dari beberapa badan di Indonesia, selain itu penulis
juga sebagai trainer dan berhak memberikan lisensi
dari Indonesian Board of Hypnotherapy.
Penulis telah sering diminta memberikan seminar
dan workshop diberbagai kota besar dan seminarnya
telah dihadiri ribuan orang dari kalangan sangat
beragam, mulai dari anak anak, pelajar, mahasiswa,
guru, kepala sekolah, dosen, orang tua, karyawan,
pimpinan perusahaan, psikolog, dokter, trainer dan
khalayak ramai yang peduli terhadap pendidikan dan
pengembangan dirinya.
Untuk konsultasi & pelatihan hubungi:
Dynamic Brain
Komplek AURI Kebantenan, Jl. Dakota Raya no. 29,
Bekasi 17422, Jawa Barat Indonesia
Telp : 021-70222251, 08129662429
Email :noviantj@yahoo.com
Website : www.dy-brain.com

144
Ya Allah, semoga pahala Amal Sholeh dan Ilmu Bermanfaat ini bisa mengalir
kepada
Almarhum Bapakku dan Ibuku
Almarhum Mbok Gede dan Mbok Cilik
Almarhum Istriku, Evie Ha zoh binti Masrah
Almarhum Bapak dan Ibu dari Evie Ha zoh
Almarhum Istriku, Fitriah Nurmalenah Binti Soleh
Dan saudara ku kaum muslimin yang telah meninggal dunia

Dan semoga pahala amal sholeh dan ilmu bermanfaat ini bisa menurunkan Rahmat,
Hidayah, Kesehatan, Keberkahan dan Rezeki kepada
Istriku, Hardianti
Mertuaku : Hj. Mardah, Abi dan Umi
Anak anaku , Hanifah Za ra Novianti
Annisa Qoonitah Novianti
Aulia Rahman
Hilmy Aziz
Nayla Hishoh Novianti
Zidni Ilham
Haidar Na s
Nadhira Haifah Novianti
Arkan Hafadi
Kepada saudara saudara kandungku dan keluarga
Kepada pihak pihak yang membantu terbitnya seri PDF ini yaitu Sahid dan Keluarga
Juga kepada seluruh pembaca buku ini dan keluarganya, dan yang membantu
menyebarkan ke siapa saja yang dia kenal termasuk keluarganya
Dan semoga Allah meluruskan dan memurnikan niat saya, sehingga Allah ridho atas
amal sholeh saya ini..…..Aamiin

145

Anda mungkin juga menyukai