Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN
Kelelahan kerja merupakan salah satu masalah yang tidak boleh dianggap
ringan dan ini menadi penting apa bila ini menibukan korban diarea pekerjaan.
Hampir selulur pekerjaan menibulkan kelelahan dalam bekerja, kelelahan ini
terjadi karena faktor dari pekerja dan lingkungan kerja. Kelelahan kerja dapat
menimbukan produktifitas menurun dan masalah kesehatan bagi para
pekerjaannya. Apa bila terjadi kinerja menurun akibat masalah kesehatan para
pekerja ini akan menimbulkan hasil dari perusahaan menurun.
Pada dasarnya produktivitas dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu beban kerja,
kapasitas kerja, dan beban tambahan akibat lingkungan kerja. Beban kerja
biasanya berhubungan dengan beban fisik, mental maupun sosial yang
mempengaruhi tenaga kerja. Sedangkan kapasitas kerja berkaitan dengan
kemampuan untuk menyelesaikan pekerjaan pada waktu tertentu. Dan beban
tambahan akibat lingkungan kerja meliputi faktor fisik, kimia, dan faktor pada
tenaga kerja sendiri yang meliputi faktor biologi, fisiologis, dan psikologis1.
Beban kerja para pendempul di PT Albasia Cipta Sejahtera Ajibarang
Banyumas ini menjadi suatu perhatian penting karena dapat menimbulkan suatu
masalah kesehatan. Keluahan yang terjadi pada para pendempul pada bagian
pergelangan tangan. Masalah kesehatan yang terjadi yaitu carpal tunnel syndrome
(CTS).
Oleh karena itu, semua pihak yang terlibat dalam usaha produksi
khususnya para pengusaha dan tenaga kerja perlu untuk memahami masalah yang
resiko terjadinya CTS bisa terjadi pada pendempul akibat kelelahan kerja. Hal ini
apa bila tidak ada pencegahan lebih dini akan mengakibatkan kerugian banyak
pihak. Pada referat kali ini penulis akan membahas mengenai “Kelelahan Kerja
dapat menimbulkan resiko Carpal Tunnel Syndrome pada Pendempul di PT
Albasia Cipta Sejahtera Ajibarang Banyumas” ini merupakan salah satu penyakit
yang bisa terjadi oleh perkerja.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kelelahan Kerja
1. Pengertian
Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh
terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah
istirahat2.
Kelelahan kerja merupakan salah satu sumber masalah bagi kesehatan
dan keselamatan pekerja. Kelelahan dapat menurunkan kinerja dan
menambah tingkat kesalahan kerja yang akan berpeluang menimbulkan
kecelakaan kerja. Tentu saja hal ini tidak dapat dibiarkan begitu saja, karena
tenaga kerja merupakan aset perusahaan yang dapat mempengaruhi
produktivitas perusahaan3.
Kelelahan kerja juga merupakan kriteria yang kompleks yang tidak
hanya menyangkut pada kelelahan fisiologis dan psikologis. Tetapi dominan
hubungannya dengan penurunan kinerja fisik, dan juga adanya perasaan
lelah, serta penurunan motivasi, selain itu juga terjadi penurunan
produktivitas kerja4.
Kelelahan kerja termasuk suatu kelompok gejala yang berhubungan
dengan adanya penurunan efisiensi kerja, keterampilan serta peningkatan
kecemasan atau kebosanan. Kelelahan kerja ditandai oleh adanya perasaan
lelah, output menurun, dan kondisi fisiologis yang dihasilkan dari aktivitas
yang berlebihan. Kelelahan akibat kerja juga sering kali diartikan sebagai
menurunnya performa kerja dan berkurangnya kekuatan atau ketahanan
fisik tubuh untuk terus melanjutkan yang harus dilakukan5.

2. Fisiologi Kelelahan
Fisiologi kelelahan secara fisiologis tubuh manusia dapat diumpamakan
sebagai suatu mesin yang dalam menjalankan pekerjaannya membutuhkan
bahan bakar sebagai sumber energi. Kelelahan dapat sebagai akibat
akumulasi asam laktat di otot-otot disamping zat ini juga berada dalam
aliran darah. Akumulasi asam laktat dapat menyebabkan penurunan kerja

2
otot-otot dan kemungkinan faktor saraf tepi dan sentral berpengaruh
terhadap proses terjadinya kelelahan. Pada saat otot berkontraksi, glikogen
diubah menjadi asam laktat dan asam ini merupakan produk yang dapat
menghambat kontinuitas kerja otot sehingga terjadi kelelahan6.
Perasaan adanya kelelahan kerja ditandai dengan berbagai kondisi
antara lain7:
a. Kelelahan visual (indera penglihatan).
b. Kelelahan seluruh tubuh.
c. Kelelahan mental.
d. Kelelahan urat syaraf.
e. Stres atau pikiran tegang.
f. Rasa malas bekerja.

3. Jenis Kelelahan Kerja


Kelelahan kerja dapat menimbulkan terjadinya pruduktifitas
menurun, kondisi ini bisa merugikan bagi perusahaan dan pekerjanya.
Beberpa kelelahan kerja yang dapat terjadi adalah:
a. Berdasarkan proses dalam otot
Berdasarkan proses dalam otot kelelahan dibagi menjadi dua jenis,
yaitu:
1) Kelelahan Otot (Muscular Fatigue)
kelelahan fisik ini dapat menyebabkan sejumlah hal yang
kurang menguntungkan seperti: melemahnya kemampuan tenaga
kerja dalam melakukan pekerjaan dan meningkatnya kesalahan
dalam melakukan kegiatan kerja, sehingga dapat mempengaruhi
produktivitas kerja. Gejala kelelahan otot dapat terlihat pada
gejala yang tampak dari luar atau external signs8.
2) Kelelahan Umum (General Fatigue)
Gejala utama kelelahan umum adalah suatu perasaan letih
yang luar biasa. Semua aktivitas menjadi terganggu dan
terhambat karena munculnya gejala kelelahan tersebut. Tidak
adanya gairah untuk bekerja baik secara fisik maupun psikis,

3
segalanya terasa berat dan merasa “ngantuk”8. Kelelahan umum
biasanya ditandai berkurangnya kemauan untuk bekerja yang
disebabkan oleh karena monotoni, intensitas dan lamanya kerja
fisik, keadaan di rumah, kondisi mental, status kesehatan dan
keadaan gizi9.

4. Penyebab kelelahan
Kelelahan yang disebabkan oleh faktor lingkungan ditempat kerja,
antara lain: kebisingan, suhu dan kelelahan psikologis yang disebabkan
oleh faktor psikologis (konflik mental), monotoni pekerjaan, bekerja
karena terpaksa, pekerjaan yang berlebihan. Sedangkan menurut Phoon
disebabkan oleh kelelahan fisik yaitu kelelahan karena kerja fisik, kerja
patologis ditandai dengan menurunnya kerja, rasa lelah dan ada
hubungannya dengan faktor psikososial10.
a. Berdasarkan waktu terjadinya
1) Kelelahan akut
Kelelahan akut biasanya disebabkan oleh kerja suatu organ
atau seluruh tubuh secara berlebihan.
2) Kelelahan kronis
Kelelahan kronis terjadi bila kelelahan berlangsung setiap
hari, berkepanjangan dan bahkan terkadang telah terjadi sebelum
memulai suatu pekerjaan11.

5. Faktor Kelelahan Kerja


Faktor yang mempengaruhi kelelahan yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Yang termasuk faktor internal antara lain: faktor somatis atau
faktor fisik, gizi, jenis kelamin, usia, pengetahuan dan gaya hidup.
Sedangkan yang termasuk faktor eksternal adalah keadaan fisik
lingkungan kerja antara lain: kebisingan, suhu, pencahayaan, faktor
kimia, faktor biologis, faktor ergonomi, kategori pekerjaan, sifat
pekerjaan, disiplin atau peraturan perusahaan, upah, hubungan sosial dan
posisi kerja atau kedudukan12.

4
Kelelahan yang disebabkan oleh kerja statis berbeda dengan kerja
dinamis. Pada kerja otot statis, dengan pengerahan tenaga 50% dari
kekuatan maksimal otot hanya dapat bekerja selama 1 menit, sedangkan
pada pengerahan tenaga <20% kerja fisik dapat berlangsung cukup lama.
Tetapi pengerahan tenaga otot statis sebesar 15-20% akan menyebabkan
kelelahan dan nyeri jika pembebanan berlangsung sepanjang hari9.
a. Faktor dari Dalam Individu (Faktor Internal)
1) Usia

Usia mempengaruhi ketahanan tubuh dan kapasitas


kerja seseorang yang berakibat pada kelelahan. Salah satu
indikator dari kapasitas kerja adalah kekuatan otot
seseorang. Semakin tua usia seseorang, maka semakin
menurun kekuatan ototnya. Kekuatan otot yang dipengaruhi
oleh umur akan berakibat pada kemampuan fisik tenaga
kerja untuk melakukan pekerjaannya. Laki-laki maupun
wanita pada umur sekitar 20 tahun merupakan puncak dari
kekuatan otot seseorang, dan pada umur sekitar 50 – 60
tahun kekuatan otot mulai menurun sekitar 15 – 25%6.

2) Jenis Kelamin
Perbedaan secara fisik antara jenis kelamin wanita dan
laki-laki terletak pada ukuran tubuh dan kekuatan ototnya.
Kekuatan otot wanita relatif kurang jika dibandingkan
dengan kekuatan otot laki-laki. Kekuatan otot ini akan
mempengaruhi kemampuan kerja seseorang yang
merupakan penentu dari terjadinya kelelahan. Permasalahan
wanita lebih kompleks dibandingkan laki-laki, salah satunya
adalah haid. Wanita yang sedang mengalami haid cenderung
cepat lelah dibandingkan wanita yang tidak mengalami
haid12.
3) Status Gizi
Status gizi merupakan salah satu penyebab kelelahan.
Seorang pekerja dengan status gizi yang baik akan memiliki

5
ketahanan tubuh dan kapasitas kerja yang lebih baik,
sedangkan seorang pekerja dengan status gizi yang tidak
baik akan memiliki ketahanan tubuh dan kapasitas kerja
yang tidak baik juga13.

b. Faktor dari Luar Individu (Faktor Eksternal)

1) Sikap Kerja
Hasil perbandingan antara kerja otot statis dan dinamis
pada kondisi yang hampir sama, dihasilkan bahwa kerja otot
statis mempunyai konsumsi energi lebih tinggi, denyut nadi
meningkat, dan diperlukan waktu istirahat yang lebih lama14.
2) Beban Kerja
Semakin meningkatnya beban kerja, maka konsumsi
oksigen akan meningkat secara proporsional sampai didapat
kondisi maksimumnya. Beban kerja yang lebih tinggi yang
tidak dapat dilaksanakan dalam kondisi aerobik, disebabkan
oleh kandungan oksigen yang tidak mencukupi untuk suatu
proses aerobik. Akibatnya adalah manifestasi rasa lelah yang
ditandai dengan meningkatrnya kandungan asam laktat15.
3) Tekanan Panas

Faktor lingkungan pekerjaan merupakan salah satu


faktor penyebab terjadinya kelelahan pada pekerja. Salah
satu faktor lingkungan ditempat kerja adalah tekanan panas.
Jika pekerja terpapar panas akan organ tubuh akan bekerja
lebih keras untuk mengeluarkan kelebihan panas dari tubuh,
sehingga beban fisik yang diterima pekerja akan lebih besar
dan pekerja akan mengalami kelelahan yang lebih cepat16.
4) Penerangan
Kondisi kerja dengan intensitas penerangan kurang
pada umumnya tenaga kerja berupaya untuk dapat melihat
pekerjaan dengan sebaik-baiknya dapat mengakibatkan
ketegangan mata, terjadi ketegangan otot dan saraf yang
dapat menimbulkan kelelahan mata, kelelahan mental, sakit

6
kepala, penurunan konsentrasi dan kecepatan berpikir,
demikian juga kemampuan intelektual juga mengalami
penurunan. Penyebaran cahaya yang berlebihan dapat
menyebabkan kesilauan yang mengakibatkan retina mata
terlalu peka terhadap cahaya yang berlebih sehingga timbul
kelelahan6.
5) Kebisingan
Kebisingan merupakan faktor yang menyebabkan
kelelahan kerja. Semakin tinggi intensitas kebisingan maka
harus diperhatikan kelelahannya karena mempengaruhi
kinerja dari kapasitas fisik seseorang. Pengendalian untuk
mengurangi kelelahan pekerja yaitu dengan
diberlakukannya rotasi kerja dan penggunaan alat pelindung
telinga (ear plug)17.
Terdapat lima kelompok penyebab kelelahan kerja,
yaitu12:
1) Keadaan monoton.
2) Beban dan lamanya pekerjaan baik fisik maupun mental.
3) Keadaan lingkungan kerja, seperti cuaca kerja,
penerangan dan kebisingan di tempat kerja.
4) Keadaan kejiwaan seperti tanggung jawab, kekhawatiran
atau konflik.
5) Penyakit, perasaan sakit dan keadaan gizi.

6. Pencegahan dan Penanggulangan Kelelahan Kerja


Kelelahan dapat dikurangi melalui program penanggulangan
kelelahan kerja dengan kegiatan promosi kesehatan, pencegahan
kelelahan kerja, pengobatan kelelahan kerja dan rehabilitasi kelelahan
kerja, yang meliputi6:

a. Primer

7
Promosi kesehatan dalam pelaksanaannya dapat bekerjasama
dengan berbagai pihak misalnya departemen tenaga kerja, deprtemen
kesehatan, departemen perindustrian dan pihak-pihak lain baik dalam
pemerintahan maupun pihak swasta seperti media masa dan
organisasi pekerja. Promosi kesehatan dalam program
penanggulangan kelelahan ini dapat dilakukan dengan penyuluhan
kepada tenaga kerja. Materi penyuluhan tentang kelelahan kerja,
faktor-faktor penyebabnya, dampak dan cara pencegahan terjadinya
kelelahan6.
b. Sekunder
Pencegahan kelelahan dapat dilakukan dengan cara menciptakan
suasana lingkungan kerja yang sehat, aman dan nyaman bagi tenaga
kerja, tidak menciptakan dan menghindarkan stres buatan manusia13.
c. Tersier
Pengobatan kelelahan kerja dapat dilakukan dengan meminum
vitamin atau obat-obatan yang berfungsi untuk memulihkan tenaga
seseorang, perbaikan lingkungan kerja, mengupayakan sikap kerja
dan menggunakan alat kerja yang ergonomis, penyuluhan mental dan
bimbingan mental6.

B. Carpal Tunnel Syndrome (CTS)


1. Pengertian
Carpal Tunnel Syndrome (CTS) adalah suatu kumpulan gejala pada
nervus medianus akibat kompresi di dalam terowongan karpal pada
pergelangan tangan, di bawah fleksor retinakulum. Terowongan karpal yang
sempit selain dilalui oleh nervus medianus juga dilalui oleh beberapa tendon
fleksor. Kondisi ini dapat mengakibatkan padatnya terowongan yang
menyebabkan terjadinya penekanan pada nervus medianus dan timbul CTS.
Penderita mengeluh kelemahan atau kekakuan tangan, terutama melakukan
pekerjaan menggunakan jari18. Di pergelangan tangan, nervus medianus
berjalan melalui terowongan karpal (carpal tunnel) dan menginnervasi kulit
telapak tangan dan punggung tangan di daerah ibu jari, telunjuk, jari tengah

8
dan setengah sisi radial jari manis. Pada saat berjalan melalui terowongan
inilah nervus medianus paling sering mengalami tekanan yang
menyebabkan terjadinya neuropati tekanan yang dikenal dengan istilah
Sindroma Terowongan Karpal / STK (CTS). Sindrom ini merupakan sindrom
yang timbul akibat N. Medianus tertekan di dalam Carpal Tunnel di
pergelangan tangan, sewaktu nervus melewati terowongan tersebut dari
lengan bawah ke tangan. CTS merupakan salah satu penyakit yang
dilaporkan oleh badan-badan statistik perburuhan di negara maju sebagai
penyakit yang sering dijumpai di kalangan pekerja-pekerja industri19.
Istilah CTS diperkenalkan oleh Moersch pada tahun 1938. Terowongan
karpal terdapat di bagian sentral dari pergelangan tangan di mana tulang dan
ligamentum membentuk suatu terowongan sempit yang dilalui oleh beberapa
tendon dan nervus medianus. Tulang-tulang karpalia membentuk dasar dan
sisi-sisi terowongan yang keras dan kaku sedangkan atapnya dibentuk oleh
fleksor retinakulum (transverse carpal ligament dan palmar carpal ligament)
yang kuat dan melengkung di atas tulang-tulang karpalia tersebut. Setiap
perubahan yang mempersempit terowongan ini akan menyebabkan tekanan
pada struktur yang paling rentan di dalamnya yaitu nervus medianus20.

2. Anatomi
Secara anatomis, canalis carpi (carpal tunnel) berada di dalam dasar
pergelangan tangan. Sembilan ruas tendon fleksor dan n. medianus berjalan
di dalam canalis carpi yang dikelilingi dan dibentuk oleh tiga sisi dari
tulang-tulang carpal. Nervus dan tendon memberikan fungsi, sensibilitas
dan pergerakan pada jari-jari tangan. Jari tangan dan otototot fleksor pada
pergelangan tangan beserta tendon-tendonnya berorigo pada epicondilus
medial pada regio cubiti dan berinsersi pada tulang-tulang metaphalangeal,
interphalangeal proksimal dan interphalangeal distal yang membentuk jari
tangan dan jempol. Canalis carpi berukuran hampir sebesar ruas jari jempol
dan terletak di bagian distal lekukan dalam pergelangan tangan dan
berlanjut ke bagian lengan bawah di regio cubiti sekitar 3 cm21.

9
Nervus medianus pada awalnya terletak di sebelah lateral a.brakialis
namun kemudian menyilang ke sebelah medial di pertengahan lengan. Pada
fossa kubiti nervus ini terletak disebelah medial a.brakialis yang terletak di
sebelah tendon bisipitalis. n.medianus lewat bagian dalam aponeurosis
bisipitalis kemudian diantara kedua caput m.pronator teres. Bercabang
menjadi interoseus anterior tidak jauh dibawahnya. Cabang ini turun
bersama dengan a. interosea anterior dan memasok darah ke otot profunda
kompartemen fleksor bawah kecuali pada setengah bagian ulnaris m.fleksor
digitorum profunda. Di lengan bawah n.medianus terletak diantara fleksor
digitorum superfisialis dan fleksor digitorum profunda dan mempersarafi
seluruh fleksor sisanya,kecuali m.fleksor carpi ulnaris. Sedikit diatas
pergelangan tangan nervus ini muncul dari sisi lateral m.fleksor digitorum
superfisialis dan bercabang menjadi cabang kutaneus palmaris yang
membawa serabut sensoris pada kulit diatas aminesia tenar21.
Pada terowongan carpal, n. medianus mungkin bercabang menjadi
komponen radial dan ulnar. Komponen radial dari n.medianus akan menjadi
cabang sensorik pada permukaan palmar jari-jari pertama dan kedua dan
cabang motorik m. abductor pollicis brevis, m. opponens pollicis, dan
bagian atas dari m. flexor pollicis brevis. Pada 33 % dari individu, seluruh
fleksor polisis brevis menerima persarafan dari n. medianus. Sebanyak 2 %
dari penduduk, m. policis adduktor juga menerima persarafan n. medianus .
Komponen ulnaris dari n. medianus memberikan cabang sensorik ke
permukaan jari kedua, ketiga, dan sisi radial jari keempat. Selain itu, saraf
median dapat mempersarafi permukaan dorsal jari kedua, ketiga, dan
keempat bagian distal sendi interphalangeal proksimal21.
Tertekannya n. medianus dapat disebabkan oleh berkurangnya ukuran
canalis carpi, membesarnya ukuran alat yang masuk di dalamnya
(pembengkakan jaringan lubrikasi pada tendon – tendon fleksor) atau
keduanya. Gerakan fleksi dengan sudut 90 derajat dapat mengecilkan
ukuran canalis. Penekanan terhadap n. medianus yang menyebabkannya
semakin masuk di dalam ligamentum carpi transversum dapat menyebabkan
atrofi eminensia thenar, kelemahan pada otot fleksor pollicis brevis, otot

10
opponens pollicis dan otot abductor pollicis brevis yang diikuti dengan
hilangnya kemampuan sensorik ligametum carpi transversum yang
dipersarafi oleh bagian distal n. medianus. Cabang sensorik superfisial dari
n. medianus yang mempercabangkan persarafan proksimal ligamentum
carpi transversum yang berlanjut mempersarafi bagian telapak tangan dan
jari jempol18. n. medianus terdiri dari serat sensorik 94% dan hanya 6%
serat motorik pada terowongan karpal.

Gambar 1. Carpal Tunnel Syndrome21

3. Etiologi
Beberapa penyebab dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
kejadian carpal tunnel syndrome antara lain22:
a. Herediter: neuropati herediter yang cenderung menjadi pressure palsy,
misalnya HMSN (hereditary motor and sensory neuropathies) tipe III.
b. Trauma: dislokasi, fraktur atau hematom pada lengan bawah,
pergelangan tangan dan tangan. Sprain pergelangan tangan. Trauma
langsung terhadap pergelangan tangan.
c. Pekerjaan : gerakan mengetuk atau fleksi dan ekstensi pergelangan
tangan yang berulang-ulang. Seorang sekretaris yang sering mengetik,
pekerja kasar yang sering mengangkat beban berat dan pemain musik

11
terutama pemain piano dan pemain gitar yang banyak menggunakan
tangannya juga merupakan etiologi dari carpal turner syndrome.
d. Infeksi: tenosinovitis, tuberkulosis, sarkoidosis.
e. Metabolik: amiloidosis, gout, hipotiroid - Neuropati fokal tekan,
khususnya sindrom carpal tunnel juga terjadi karena penebalan
ligamen, dan tendon dari simpanan zat yang disebut mukopolisakarida.
f. Endokrin : akromegali, terapi estrogen atau androgen, diabetes mellitus,
hipotiroidi, kehamilan.
g. Neoplasma: kista ganglion, lipoma, infiltrasi metastase, mieloma.
h. Penyakit kolagen vaskular : artritis reumatoid, polimialgia reumatika,
skleroderma, lupus eritematosus sistemik.
i. Degeneratif: osteoartritis.
j. Iatrogenik : punksi arteri radialis, pemasangan shunt vaskular untuk
dialisis, hematoma, komplikasi dari terapi anti koagulan.
k. Faktor stress Inflamasi : Inflamasi dari membrane mukosa yang
mengelilingi tendon menyebabkan nervus medianus tertekan dan
menyebabkan carpal tunnel syndrome.

4. Predisposisi
Di Indonesia, urutan prevalensi CTS dalam masalah kerja belum
diketahui karena sampai tahun 2001 masih sangat sedikit diagnosis
penyakit akibat kerja yang dilaporkan karena berbagai hal, antara lain
sulitnya diagnosis. Penelitian pada pekerjaan dengan risiko tinggi pada
pergelangan tangan dan tangan melaporkan prevalensi CTS antara 5,6%
sampai dengan 15%. Penelitian Harsono pada pekerja suatu perusahaan ban
di Indonesia melaporkan prevalensi CTS pada pekerja sebesar 12,7%.
Silverstein dan peneliti lain melaporkan adanya hubungan positif antara
keluhan dan gejala CTS dengan faktor kecepatan menggunakan alat dan
faktor kekuatan melakukan gerakan pada tangan20.

12
5. Patofisiologi
Patogenesis CTS masih belum jelas. Beberapa teori telah diajukan
untuk menjelaskan gejala dan gangguan studi konduksi saraf. Yang paling
populer adalah kompresi mekanik, insufisiensi mikrovaskular, dan teori
getaran. Menurut teori kompresi mekanik, gejala CTS adalah karena
kompresi nervus medianus di terowongan karpal. Kelemahan utama dari
teori ini adalah bahwa teori ini menjelaskan konsekuensi dari kompresi
saraf tetapi tidak menjelaskan etiologi yang mendasari kompresi mekanik.
Kompresi diyakini dimediasi oleh beberapa faktor seperti ketegangan,
tenaga berlebihan, hiperfungsi, ekstensi pergelangan tangan
berkepanjangan atau berulang23.
Penelitian yang telah dilakukan Kouyoumdjian menerangkan bahwa
CTS terjadi karena kompresi saraf median di bawah ligamentum karpal
transversal berhubungan dengan naiknya berat badan dan Indeks Masa
Tubuh (IMT). IMT yang rendah merupakan kondisi kesehatan yang baik
untuk proteksi fungsi nervus medianus. Pekerja dengan IMT minimal ≥25
lebih mungkin untuk terkena CTS dibandingkan dengan pekerjaan yang
mempunyai berat badan ramping. American Obesity Association
menemukan bahwa 70% dari penderita CTS memiliki kelebihan berat
badan. Resiko CTS meningkat setiap peningkatan IMT sebanyak 8%24.
Bila kedudukan antara telapak tangan terhadap lengan bawah bertahan
secara tidak fisiologis untuk waktu yang cukup lama, maka gerakan-gerakan
tangan akan mengakibatkan tepi ligamentum karpi transversum bersentuhan
dengan saraf medianus secara berlebihan. Hal lain yang dapat terjadi yaitu
adanya bagian persendian tangan yang mengalami tekanan atau regangan
yang berlebih dan sebagai mekanisme kompensasi, tubuh berusaha
memperkuat bagian yang mendapat beban tidak fisiologis ini antara lain
dengan mempertebal ligamentum karpi transversum. Penebalan ini akan
mempersempit terowongan tempat lalunya saraf dan urat, dan lebih berat
lagi akan menjepit saraf25.

13
6. Penegakkan Diagnosis
a. Anamnesis
Pada tahap awal gejala umumnya berupa gangguan sensorik saja.
Gangguan motorik hanya terjadi pada keadaan yang berat. Gejala awal
biasanya berupa parestesia, kurang merasa (numbness) atau rasa seperti
terkena aliran listrik (tingling) pada jari 1-3 dan setengah sisi radial jari 4
sesuai dengan distribusi sensorik nervus medianus walaupun kadang-
kadang dirasakan mengenai seluruh jari-jari26.
Komar dan Ford membahas dua bentuk CTS yaitu akut dan kronis.
Bentuk akut mempunyai gejala dengan nyeri parah, bengkak pergelangan
tangan atau tangan, tangan dingin, atau gerak jari menurun. Kehilangan
gerak jari disebabkan oleh kombinasi dari rasa sakit dan paresis. Bentuk
kronis mempunyai gejala baik disfungsi sensorik yang mendominasi atau
kehilangan motorik dengan perubahan trofik. Nyeri proksimal mungkin
ada dalam carpal tunnel syndrome27.
Keluhan parestesia biasanya lebih menonjol di malam hari. Gejala
lainnya adalah nyeri di tangan yang juga dirasakan lebih berat pada
malam hari sehingga sering membangunkan penderita dari tidurnya. Rasa
nyeri ini umumnya agak berkurang bila penderita memijat atau
menggerak-gerakkan tangannya atau dengan meletakkan tangannya pada
posisi yang lebih tinggi. Nyeri juga akan berkurang bila penderita lebih
banyak mengistirahatkan tangannya28.
Apabila tidak segera ditangani dengan baik maka jari-jari menjadi
kurang terampil misalnya saat memungut benda-benda kecil. Kelemahan
pada tangan juga sering dinyatakan dengan keluhan adanya kesulitan
yang penderita sewaktu menggenggam. Pada tahap lanjut dapat dijumpai
atrofi otot-otot thenar (oppones pollicis dan abductor pollicis brevis) dan
otot-otot lainya yang diinervasi oleh nervus medianus29.

b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan harus dilakukan pemeriksaan menyeluruh pada
penderita dengan perhatian khusus pada fungsi, motorik, sensorik dan

14
otonom tangan. Beberapa pemeriksaan dan tes provokasi yang dapat
membantu menegakkan diagnosa CTS adalah30:
1) Tes Phalen
Penderita diminta melakukan fleksi tangan secara maksimal.
Bila dalam waktu 60 detik timbul gejala seperti CTS, tes ini
menyokong diagnosa. Beberapa penulis berpendapat bahwa tes ini
sangat sensitif untuk menegakkan diagnosa CTS.

Gambar 1.1 Tes Phalen (Katz, 2011)


2) Tes Torniquet
Pada pemeriksaan ini dilakukan pemasangan torniquet dengan
menggunakan tensimeter di atas siku dengan tekanan sedikit di atas
tekanan sistolik. Bila dalam 1 menit timbul gejala seperti CTS, tes
ini menyokong diagnose30.
3) Tinel's Sign
Tes ini mendukung diagnosa bila timbul parestesia atau nyeri
pada daerah distribusi nervus medianus jika dilakukan perkusi pada
terowongan karpal dengan posisi tangan sedikit dorsofleksi30.
Gambar 1.2 Tinel’s Test 30

15
4) Flick's Sign
Penderita diminta mengibas-ibaskan tangan atau menggerak-
gerakkan jari-jarinya. Bila keluhan berkurang atau menghilang akan
menyokong diagnosa CTS30.
5) Thenar Wasting
Pada inspeksi dan palpasi dapat ditemukan adanya atrofi otot-
otot thenar30.
6) Menilai kekuatan dan ketrampilan serta kekuatan otot secara manual
maupun dengan alat dinamometer30.
7) Wrist Extension Test
Penderita diminta melakukan ekstensi tangan secara maksimal,
sebaiknya dilakukan serentak pada kedua tangan sehingga dapat
dibandingkan. Bila dalam 60 detik timbul gejala-gejala seperti CTS,
maka tes ini menyokong diagnosa CTS30.
8) Tes Tekanan
Nervus medianus ditekan di terowongan karpal dengan
menggunakan ibu jari. Bila dalam waktu kurang dari 120 detik
timbul gejala seperti CTS, tes ini menyokong diagnose30.
9) Luthy's Sign (Bottle's sign)
Penderita diminta melingkarkan ibu jari dan jari telunjuknya
pada botol atau gelas. Bila kulit tangan penderita tidak dapat
menyentuh dindingnya dengan rapat, tes dinyatakan positif dan
mendukung diagnose30.
10) Pemeriksaan Sensibilitas

16
Bila penderita tidak dapat membedakan dua titik (two-point
discrimination) pada jarak lebih dari 6 mm di daerah nervus
medianus, tes dianggap positif dan menyokong diagnose30.
11) Pemeriksaan Fungsi Otonom
Pada penderita diperhatikan apakah ada perbedaan keringat,
kulit yang kering atau licin yang terbatas pada daerah innervasi
nervus medianus. Bila ada akan mendukung diagnosa CTS30.

7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Neurofisiologi (Elektrodiagnostik)
Pemeriksaan EMG dapat menunjukkan adanya fibrilasi,
polifasik, gelombang positif dan berkurangnya jumlah motor unit pada
otot-otot thenar. Pada beberapa kasus tidak dijumpai kelainan pada
otot-otot lumbrikal. EMG bisa normal pada 31% kasus CTS.
Kecepatan Hantar Saraf (KHS). Pada 15-25% kasus, KHS bisa
normal. Pada yang lainnya KHS akan menurun dan masa laten distal
(distal latency) memanjang, menunjukkan adanya gangguan pada
konduksi saraf di pergelangan tangan. Masa laten sensorik lebih
sensitif dari masa laten motorik (Latov, 2007).
b. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan sinar-X terhadap pergelangan tangan dapat
membantu melihat apakah ada penyebab lain seperti fraktur atau
artritis. Foto polos leher berguna untuk menyingkirkan adanya
penyakit lain pada vertebra. USG, CT-scan dan MRI dilakukan pada
kasus yang selektif terutama yang akan dioperasi. USG dilakukan
untuk mengukur luas penampang dari saraf median di carpal tunnel
proksimal yang sensitif dan spesifik untuk carpal tunnel syndrome28.

c. Pemeriksaan Laboratorium
Bila etiologi CTS belum jelas, misalnya pada penderita usia
muda tanpa adanya gerakan tangan yang repetitif, dapat dilakukan

17
beberapa pemeriksaan seperti kadar gula darah, kadar hormon tiroid
ataupun darah lengkap28.

8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan CTS tergantung pada etiologi, durasi gejala, dan
intensitas kompresi saraf. Jika sindrom adalah suatu penyakit sekunder
untuk penyakit endokrin, hematologi, atau penyakit sistemik lain, penyakit
primer harus diobati23.
a. Medikamentosa
Terdapat beberapa terapi terhadap carpal tunnel syndrome yang
masih dipergunakan hingga saat ini, antara lain (George, 2009):
1) Injeksi Kortikosteroid Lokal
Injeksi kortikosteroid cukup efektif sebagai penghilang
gejala CTS secara temporer dalam waktu yang singkat.
Metilprednisolon atau hidrokortison bisa disuntikkan langsung
ke carpal tunnel untuk menghilangkan nyeri. Injeksi
kortikosteroid dapat mengurangi peradangan, sehingga
mengurangi tekanan pada nervus medianus. Pengobatan ini tidak
bersifat untuk dilakukan dalam jangka waktu yang panjang31.
Deksametason 1-4 mg 1 atau hidrokortison 10-25 mg atau
metilprednisolon 20 mg atau 40 mg diinjeksikan ke dalam
terowongan karpal dengan menggunakan jarum no.23 atau 25
pada lokasi 1 cm ke arah proksimal lipat pergelangan tangan di
sebelah medial tendon musculus palmaris longus. Sementara
suntikan dapat diulang dalam 7 sampai 10 hari untuk total tiga
atau empat suntikan. Tindakan operasi dapat dipertimbangkan
bila hasil terapi belum memuaskan setelah diberi 3 kali suntikan.
Suntikan harus digunakan dengan hati-hati untuk pasien di
bawah usia 30 tahun31.
2) Vitamin B6 (Piridoksin)
Beberapa penulis berpendapat bahwa salah satu penyebab
CTS adalah defisiensi piridoksin sehingga mereka

18
menganjurkan pemberian piridoksin 100-300 mg/hari selama 3
bulan. Tetapi beberapa penulis lainnya berpendapat bahwa
pemberian piridoksin tidak bermanfaat bahkan dapat
menimbulkan neuropati bila diberikan dalam dosis besar.
Namun pemberian dapat berfungsi untuk mengurangi rasa
nyeri31.
3) Obat Antiinflamasi Non-Steroid (NSAID)
Obat-obatan jenis NSAID dapat mengurangi inflamasi dan
membantu menghilangkan nyeri. Pada umumnya digunakan
untuk menghilangkan nyeri ringan sampai sedang. Obat pilihan
untuk terapi awal biasanya adalah ibuprofen. Pilihan lainnya
yaitu ketoprofen dan naproxen31.
b. Non-medikamentosa
Kasus ringan selain bisa diobati dengan obat anti inflamasi non-
steroid (OAINS) juga bisa menggunakan penjepit pergelangan
tangan yang mempertahankan tangan dalam posisi netral selama
minimal 2 bulan, terutama pada malam hari atau selama ada gerak
berulang. Jika tidak efektif, dan gejala yang cukup mengganggu,
operasi sering dianjurkan untuk meringankan kompresi. Oleh karena
itu sebaiknya terapi CTS dibagi atas 2 kelompok, yaitu23:
1) Terapi langsung terhadap CTS
1. Terapi konservatif
i. Istirahatkan pergelangan tangan.
ii. Pemasangan bidai pada posisi netral pergelangan tangan.
Bidai dapat dipasang terus-menerus atau hanya pada malam
hari selama 2-3 minggu.
iii. Nerve Gliding, yaitu latihan terdiri dari berbagai gerakan
(ROM) latihan dari ekstremitas atas dan leher yang
menghasilkan ketegangan dan gerakan membujur sepanjang
saraf median dan lain dari ekstremitas atas. Latihan-latihan
ini didasarkan pada prinsip bahwa jaringan dari sistem saraf
perifer dirancang untuk gerakan, dan bahwa ketegangan dan

19
meluncur saraf mungkin memiliki efek pada neurofisiologi
melalui perubahan dalam aliran pembuluh darah dan
axoplasmic. Latihan dilakukan sederhana dan dapat
dilakukan oleh pasien setelah instruksi singkat.

Gambar 2. 3 Nerve Gliding


iv. Fisioterapi yang ditujukan pada perbaikan vaskularisasi
pergelangan tangan.
2. Terapi operatif
Operasi hanya dilakukan pada kasus yang tidak mengalami
perbaikan dengan terapi konservatif atau bila terjadi
gangguan sensorik yang berat atau adanya atrofi otot-otot
thenar. Pada CTS bilateral biasanya operasi pertama dilakukan
pada tangan yang paling nyeri walaupun dapat sekaligus
dilakukan operasi bilateral. Penulis lain menyatakan bahwa
tindakan operasi mutlak dilakukan bila terapi konservatif gagal
atau bila ada atrofi otot-otot thenar, sedangkan indikasi relatif
tindakan operasi adalah hilangnya sensibilitas yang persisten.
Biasanya tindakan operasi CTS dilakukan secara terbuka
dengan anestesi lokal, tetapi sekarang telah dikembangkan
teknik operasi secara endoskopik. Operasi endoskopik
memungkinkan mobilisasi penderita secara dini dengan
jaringan parut yang minimal, tetapi karena terbatasnya

20
lapangan operasi tindakan ini lebih sering menimbulkan
komplikasi operasi seperti cedera pada saraf. Beberapa
penyebab CTS seperti adanya massa atau anomali maupun
tenosinovitis pada terowongan karpal lebih baik dioperasi
secara terbuka23.
3. Terapi terhadap keadaan atau penyakit yang mendasari CTS
Keadaan atau penyakit yang mendasari terjadinya CTS
harus ditanggulangi, sebab bila tidak dapat menimbulkan
kekambuhan CTS kembali. Pada keadaan di mana CTS terjadi
akibat gerakan tangan yang repetitif harus dilakukan
penyesuaian ataupun pencegahan. Beberapa upaya yang dapat
dilakukan untuk mencegah terjadinya CTS atau mencegah
kekambuhannya antara lain23:
i. Mengurangi posisi kaku pada pergelangan tangan, gerakan
repetitif, getaran peralatan tangan pada saat bekerja.
ii. Desain peralatan kerja supaya tangan dalam posisi natural
saat kerja.
iii. Modifikasi tata ruang kerja untuk memudahkan variasi
gerakan.
iv. Mengubah metode kerja untuk sesekali istirahat pendek
serta mengupayakan rotasi kerja.
v. Meningkatkan pengetahuan pekerja tentang gejala-gejala dini
CTS sehingga pekerja dapat mengenali gejala-gejala CTS
lebih dini.
Di samping itu perlu pula diperhatikan beberapa penyakit
yang sering mendasari terjadinya CTS seperti: trauma akut maupun
kronik pada pergelangan tangan dan daerah sekitarnya, gagal ginjal,
penderita yang sering dihemodialisa, myxedema akibat hipotiroidi,
akromegali akibat tumor hipofisis, kehamilan atau penggunaan pil
kontrasepsi, penyakit kolagen vaskular, artritis, tenosinovitis, infeksi
pergelangan tangan, obesitas dan penyakit lain yang dapat

21
menyebabkan retensi cairan atau menyebabkan bertambahnya isi
terowongan karpal23.

9. Prognosis
Pada kasus CTS ringan, dengan terapi konservatif umumnya
prognosa baik. Bila keadaan tidak membaik dengan terapi konservatif
maka tindakan operasi harus dilakukan. Secara umum prognosa operasi
juga baik, tetapi karena operasi hanya dilakukan pada penderita yang
sudah lama menderita CTS penyembuhan post operatifnya bertahap.
Bila setelah dilakukan tindakan operasi, tidak juga diperoleh
perbaikan maka dipertimbangkan kembali kemungkinan berikut ini23:
a. Kesalahan menegakkan diagnosa, mungkin jebakan / tekanan
terhadap nervus medianus terletak di tempat yang lebih proksimal.
b. Telah terjadi kerusakan total pada nervus medianus.
c. Terjadi CTS yang baru sebagai akibat komplikasi operasi seperti
akibat edema, perlengketan, infeksi, hematoma atau jaringan parut
hipertrofik. Sekalipun prognosa CTS dengan terapi konservatif
maupun operatif cukup baik, tetapi resiko untuk kambuh kembali
masih tetap ada. Bila terjadi kekambuhan, prosedur terapi baik
konservatif atau operatif dapat diulangi kembali.

10. Komplikasi
Kelemahan dan hilangnya sensibilitas yang persisten di daerah
distribusi nervus medianus. Komplikasi yang paling berat adalah reflek
sympathetic dystrophy yang ditandai dengan nyeri hebat, hiperalgesia,
disestesia, dan gangguan trofik. Sekalipun prognosa carpal tunnel
syndrome dengan terapi konservatif maupun operatif cukup baik, tetapi
resiko untuk kambuh kembali masih tetap ada. Bila terjadi kekambuhan,
prosedur terapi baik konservatif atau operatif dapat diulangi kembali23.

C. Profil Pabrik
Nama Pabrik : PT. Albasia Cipta Sejahtera

22
Pemilik : Ong Tony Rudianto
Alamat : JL. Raya Lesmana KM 3, No. 6, RT4/3, Ajibarang,
Banyumas
Produk : Bare Core
Eksport : Taiwan dan Cina
Pabrik kayu ini berdiri sejak 2017 dengan modal awal 1 Milyard dengan
kegitan usaha pokok perdagangan besar bahan konstruksi dari kayu. Jumlah
karyawan yang tercatat 292 orang dimana 140 karyawan laki-laki dan 152
karyawan perempuan. Jam kerja yang diberikan oleh pihak pabrik yaitu:
pukul 07.00 WIB sampai pukul 23.00 WIB dengan pergantian shift 2 kali
(shif pagi pukul 07.00 WIB-15.00 WIB dan shif siang pukul 15.00 WIB-
23.00 WIB). Beban kerja yang diberikan oleh pihak pabrik yaitu: 1503 untuk
pemotong kayu dan 1 kontainer untuk hasil yang harus dikerluarkan,
termasuk didalamnya 18 unit yang 1 unit berjumlah 83 lembaran kayu yang
harus didempul oleh pendempul.
Unit kesehatan di dalam pabrik belum tersedia. Kerja sama dalam bidang
kesehatan karyawan yaitu dengan Puskesma Ajibarang II. Untuk sementara
ini program Puskesmas Ajibarang II terhadap pabrik dalam bidang
keselamatan dan kesehatan kerja dan pencegahan resiko penyakit belum
banyak terealisasi.

BAB III
PEMBAHASAN

Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar


dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat2. Kelelahan

23
dapat menurunkan kinerja dan menambah tingkat kesalahan kerja yang akan
berpeluang menimbulkan kecelakaan kerja. Tentu saja hal ini tidak dapat
dibiarkan begitu saja, karena tenaga kerja merupakan aset perusahaan yang dapat
mempengaruhi produktivitas perusahaan3.
Kelelahan kerja dapat menimbulkan adanya maslah fisik serius yang
berdampak terhadap kesehatan karyawan. Kelelahan dapat sebagai akibat
akumulasi asam laktat di otot-otot disamping zat ini juga berada dalam aliran
darah. Akumulasi asam laktat dapat menyebabkan penurunan kerja otot-otot dan
kemungkinan faktor saraf tepi dan sentral berpengaruh terhadap proses terjadinya
kelelahan. Pada saat otot berkontraksi, glikogen diubah menjadi asam laktat dan
asam ini merupakan produk yang dapat menghambat kontinuitas kerja otot
sehingga terjadi kelelahan6.
Dari kelelahan kerja yang terjadi bagi para pendempul di PT Albasia Cipta
Sejahtera Ajibarang Banyumas ini beresiko menibulkan suatu penyakit CTS.
Beban kerja yang begitu banyak dengan gerakan yang monoton, resiko terjadinya
CTS sudah terlihat dari keluahan beberapa karyawan.
Salah satu perasaan kelelahan kerja ditandai oleh: adanya kelelahan urat saraf
dan ini membuat terjadinya rasa nyeri terhadap otot. Dari jenis kelelahan,
kelelahan otot menyebabkan sejumlah hal yang kurang menguntungkan seperti:
melemahnya kemampuan tenaga kerja dalam melakukan pekerjaan dan
meningkatnya kesalahan dalam melakukan kegiatan kerja, sehingga dapat
mempengaruhi produktivitas kerja. Gejala kelelahan otot dapat terlihat pada gejala
yang tampak dari luar atau external signs8. Kelelahan kerja karena monotoni,
intensitas dan lamanya kerja fisik, keadaan di rumah, kondisi mental, status
kesehatan dan keadaan gizi, ini dapat menyebabkan kelelahan yang akut ataupun
kronis.
Sangat perlu diperhatikan faktor penyebab kelelahan kerja itu bisa dari diri
sendri atau pun dari luar seperti lingkungan kerja. Dari faktor luar individu perlu
digaris bawahi yaitu: beban kerja yang diberikan kepada karyawan bisa membuat
keuntungan bagi pelaku usaha atau bahkan membuat kerugian karena hal ini perlu
dipertimbangkan demi kelancaran produktifitas perusahaan.

24
Kelelahan yang disebabkan oleh kerja statis berbeda dengan kerja dinamis.
Pada kerja otot statis, dengan pengerahan tenaga 50% dari kekuatan maksimal
otot hanya dapat bekerja selama 1 menit, sedangkan pada pengerahan tenaga
<20% kerja fisik dapat berlangsung cukup lama. Tetapi pengerahan tenaga otot
statis sebesar 15-20% akan menyebabkan kelelahan dan nyeri jika pembebanan
berlangsung sepanjang hari9.
Dengan adanya bedan kerja yang banyak setiap harinya 1 kontainer lepengan
kayu didempul oleh karyawan, ini menibulka kelelhan kerja yang bermakna. Dari
faktor internal maupun ekternal yang melebihi standar atau kemampuan yang
sudah tidak lagi dilihat, resiko terjadinya CTS sangat mungkin teradi.
Kerja sama dengan pusat kesehat yang terdekat bagi pelaku usaha sangatlah
penting. Berfikir untuk kesehatan karyawan itu tidak akan membuat kerugian,
malah justru akan sangat menguntungkan. Kesehatan karyawan akan berdampak
pada hasil yang dikeluarkan lebih banyak dan pelaku usah tidak lagi pusing untuk
mensejahterakan kehidupan karnyawannya.
Dari pencegahan dan penanggulangan kelelahan kerja ada: primer, sekunder
dan tersier. Hal yang paling murah dilakukan adalah kegiatan promotif, dari sini
karyawan bisa dilatih untuk menjaga kesehatnya dan kesehantan lingkungan kerja.
Pencegahan kelelahan dapat dilakukan dengan cara menciptakan suasana
lingkungan kerja yang sehat, aman dan nyaman bagi tenaga kerja, tidak
menciptakan dan menghindarkan stres buatan manusia13.
LEBIH BAIK MENCEGAH DARI PADA MENDAPAT KERUGIAN

25

Anda mungkin juga menyukai

  • Formulir Pendaftaran Ukmppd Periode Februari 2020
    Formulir Pendaftaran Ukmppd Periode Februari 2020
    Dokumen3 halaman
    Formulir Pendaftaran Ukmppd Periode Februari 2020
    Nuraga Dwi Pratapa
    Belum ada peringkat
  • SIM Kesehatan
    SIM Kesehatan
    Dokumen2 halaman
    SIM Kesehatan
    Nuraga Dwi Pratapa
    Belum ada peringkat
  • SIM Kesehatan
    SIM Kesehatan
    Dokumen2 halaman
    SIM Kesehatan
    Nuraga Dwi Pratapa
    Belum ada peringkat
  • JUDUL
    JUDUL
    Dokumen4 halaman
    JUDUL
    Nuraga Dwi Pratapa
    Belum ada peringkat
  • FORM Luar Kota
    FORM Luar Kota
    Dokumen3 halaman
    FORM Luar Kota
    Nuraga Dwi Pratapa
    Belum ada peringkat
  • Ada Ajah
    Ada Ajah
    Dokumen57 halaman
    Ada Ajah
    Nuraga Dwi Pratapa
    Belum ada peringkat
  • Sampul Osler
    Sampul Osler
    Dokumen4 halaman
    Sampul Osler
    Nuraga Dwi Pratapa
    Belum ada peringkat
  • MTBS-M 2014
    MTBS-M 2014
    Dokumen83 halaman
    MTBS-M 2014
    Wulan
    Belum ada peringkat
  • Presentation 3
    Presentation 3
    Dokumen11 halaman
    Presentation 3
    Nuraga Dwi Pratapa
    Belum ada peringkat
  • New Anemia Et Efusi E.C CHF
    New Anemia Et Efusi E.C CHF
    Dokumen90 halaman
    New Anemia Et Efusi E.C CHF
    Nuraga Dwi Pratapa
    Belum ada peringkat
  • Bisa Kaya Kie
    Bisa Kaya Kie
    Dokumen13 halaman
    Bisa Kaya Kie
    Nuraga Dwi Pratapa
    Belum ada peringkat
  • Tambahan Tetanus
    Tambahan Tetanus
    Dokumen7 halaman
    Tambahan Tetanus
    Nuraga Dwi Pratapa
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kasus STEMI
    Laporan Kasus STEMI
    Dokumen24 halaman
    Laporan Kasus STEMI
    fikrinajamuddin
    Belum ada peringkat
  • Laporan Jaga Stase Penyakit Dalam: JUMAT, 12JULI2019
    Laporan Jaga Stase Penyakit Dalam: JUMAT, 12JULI2019
    Dokumen19 halaman
    Laporan Jaga Stase Penyakit Dalam: JUMAT, 12JULI2019
    Nuraga Dwi Pratapa
    Belum ada peringkat
  • Jurnal
    Jurnal
    Dokumen7 halaman
    Jurnal
    Nuraga Dwi Pratapa
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen3 halaman
    Bab I
    Nuraga Dwi Pratapa
    Belum ada peringkat
  • Wis Lahh
    Wis Lahh
    Dokumen13 halaman
    Wis Lahh
    Nuraga Dwi Pratapa
    Belum ada peringkat
  • Cover Referat Egi Ikm
    Cover Referat Egi Ikm
    Dokumen4 halaman
    Cover Referat Egi Ikm
    Nuraga Dwi Pratapa
    Belum ada peringkat
  • HMMMMMM
    HMMMMMM
    Dokumen60 halaman
    HMMMMMM
    Nuraga Dwi Pratapa
    Belum ada peringkat
  • Sampul Osler
    Sampul Osler
    Dokumen4 halaman
    Sampul Osler
    Nuraga Dwi Pratapa
    Belum ada peringkat
  • Anemia Et Efusi E.C CHF
    Anemia Et Efusi E.C CHF
    Dokumen54 halaman
    Anemia Et Efusi E.C CHF
    Nuraga Dwi Pratapa
    Belum ada peringkat
  • HHHJJ
    HHHJJ
    Dokumen7 halaman
    HHHJJ
    Nuraga Dwi Pratapa
    Belum ada peringkat
  • Presentation 3
    Presentation 3
    Dokumen11 halaman
    Presentation 3
    Nuraga Dwi Pratapa
    Belum ada peringkat
  • Herbal Life
    Herbal Life
    Dokumen28 halaman
    Herbal Life
    Nuraga Dwi Pratapa
    Belum ada peringkat
  • Pasca Sarjana
    Pasca Sarjana
    Dokumen5 halaman
    Pasca Sarjana
    Yolanda Intan Sari
    Belum ada peringkat
  • Cover Referat Egi Ikm
    Cover Referat Egi Ikm
    Dokumen4 halaman
    Cover Referat Egi Ikm
    Nuraga Dwi Pratapa
    Belum ada peringkat
  • Seboroik
    Seboroik
    Dokumen10 halaman
    Seboroik
    Nuraga Dwi Pratapa
    Belum ada peringkat
  • Derma To
    Derma To
    Dokumen27 halaman
    Derma To
    Nuraga Dwi Pratapa
    Belum ada peringkat
  • Sampul Osler
    Sampul Osler
    Dokumen4 halaman
    Sampul Osler
    Nuraga Dwi Pratapa
    Belum ada peringkat