Anda di halaman 1dari 27

DERMATO-TERAPI

PENDAHULUAN

Kulit adalah suatu pembungkus yang elastik yang melindungi tubuh dari
pengaruh lingkungan, kulit juga merupakan alat tubuh terberat dan terluas
ukurannya yaitu 15% dari berat tubuh manusia, rata-rata tebal kulit 1-2 mm, kulit
terbagi atas 3 lapisan pokok yaitu, epidermis, dermis dan subkutan atau subkutis.

Farmakoterapi dibidang dermatologi merupakan terapi obat yang khusus


untuk mengatasi kelainan atau penyakit kulit. Prinsip dasar terapi obat yang harus
diperhatikan termasuk dibidang dermatologi adalah pemberian obat yang
menimbulkan efikasi maksimal dengan seminimal mungkin efek samping. Obat
akan memberikan efek jika obat tersebut dalam konsentrasi tertentu dapat
mencapai tempat kerjanya yaitu kulit atau organ lain dan berinteraksi dengan
target sel atau target organ, efek dapat berupa efek terapi yang diinginkan dapat
juga berupa efek yang tidak dikehendaki berupa efek samping dan efek toksik.

Kebanyakan penyakit kulit dapat diterapi dengan farmakoterapi yang


diberikan secara topikal, sistemik dan inralesi. sebagian lainnya diterapi dengan
non farmakoterapi misal radioterapi, sinar ultraviolet, pengobatan laser, krioterapi,
bedah listrik dan bedah scalpel. Efektivitas dan keamanan pemberian obat topikal
tergantung pada berbagai hal yang mempengaruhi interaksi obat dan kulit.
Dengan banyaknya kemajuan pesat di bidang farmasi, pengobatan penyakit kulit
juga ikut berkembang pesat. Menarik perhatian ialah dalam bidang pengobatan
topikal dari nonspesifik dan empirik menjadi pengobatan yang spesifik dengan
dasar yang rasional.

Maka tulisan ini akan menjelaskan bagaimana bentuk dan cara pengobatan
topikal yang disesuaikan dengan keadaan penyakit kulit.

STRUKTUR DAN FUNGSI KULIT


Kulit terdiri atas lapisan epidermis dan dermis. Kulit, terutama epidermis,
berperan penting dalam penyerapan obat melalui kulit. Epidermis tersusun oleh
keratinosit, melanosit, sel Langerhans, dan sel Merkel. Keratinosit, merupakan sel
yang memiliki kemampuan berproliferasi dan mengandung keratin yang
diperlukan sebagai penunjang struktur internal epidermis. Tiap lapisan pada
epidermis mengekspresikan keratin yang berbeda. Keratinosit yang matang dan
mengalami diferensiasi bertambah besar dan kemudian bentuknya makin gepeng
sampai akhirnya inti selnya menghilang. Hasil akhir dari proses diferensiasi ini
adalah terbentuknya stratum korneum.

Pembentukan stratum korneum merupakan fungsi yang sangat penting dari


epidermis. Stratum korneum, atau juga sering disebut sebagai lapisan tanduk
mencegah terjadinya kehilangan air, dan mencegah penyerapan zat atau agen
infeksi yang berbahaya bagi tubuh. Strukturnya dapat disamakan dengan susunan
batu bata dan campuran semen, dengan korneosit sebagai batu bata dan sawar
lipid sebagai campuran semennya. Korneosit tersusun di bagian atas epidermis
dan mengandung protein.

Di bawah lapisan tanduk terdapat lapisan granular yang mengandung struktur


basofilik yang disebut granula keratohialin. Granula tersebut mengandung
prekursor protein profilagrin yang masih inaktif. Melalui proses defosforilasi dan
proteolisis profilagrin diubah menjadi filagrin yang memiliki fungsi seperti lem
yang merekatkan filamen keratin untuk membentuk makrofibril. Degradasi dari
filagrin akan menghasilkan asam amino bebas yang berperan dalam perlindungan
terhadap radiasi sinar ultraviolet dan hidrasi kulit. Dalam granula keratohialin
juga terdapat berbagai prekursor protein lain, yaitu involukrin, lorikrin, elafin,
envoplakin, sistatin A dan protein lain yang berperan dalam pembentukan
selubung sel yang terkornifikasi.

Selain granula keratohialin, sel pada lapisan granular juga mengandung


granula lamelar, yang merupakan organel yang terikat pada membran sel yang
mengandung glikolipid, glikoprotein, dan fosfolipid. Molekul yang terkandung
dalam granula lamelar tersebut disekresikan di antara lapisan granular dan lapisan
tanduk untuk membentuk ’mortar/campuran semen’ yang mengikat korneosit di
lapisan tanduk.

Dermis merupakan lapisan yang berfungsi menyokong epidermis.


Ketebalannya 2-3 mm. Pada lapisan tersebut terdapat pembuluh darah, saraf dan
struktur lain, yaitu folikel rambut, kelenjar keringat, dan kelenjar sebum yang juga
berperan penting dalam proses penyerapan obat melalui kulit.

FARMAKOKINETIK OBAT TOPIKAL

Pengetahuan mengenai farmakokinetik pada kulit sangat diperlukan dalam


keberhasilan suatu pengobatan topikal. Farmakokinetik obat topikal
menggambarkan perubahan konsentrasi obat setelah aplikasinya pada permukaan
kulit, perjalanannya menembus sawar kulit dan jaringan di bawahnya, dan
distribusinya ke dalam sirkulasi sistemik.

Senyawa yang diaplikasikan pada permukaan kulit, termasuk obat topikal,


masuk ke dalam kulit mengikuti suatu gradien konsentrasi (difusi pasif). Gradien
konsentrasi ditimbulkan oleh perbedaan konsentrasi obat aktif dalam sediaan yang
diaplikasikan pada kulit dan konsentrasi obat aktif dalam jaringan kulit serta
jaringan di bawahnya (dermis dan subkutan).

Dalam pengobatan topikal, penyerapan obat melalui beberapa tahapan.


Analisis farmakokinetik dari suatu sediaan topikal yang diaplikasikan pada kulit
meliputi pembahasan mengenai tiga kompartemen yang dilalui obat aktif, yaitu
vehikulum sebagai pembawa obat aktif, stratum korneum, dan lapisan epidermis
serta dermis.

Vehikulum sebagai pembawa obat aktif. Untuk dapat masuk ke dalam lapisan
kulit, bahan/obat aktif dalam suatu sediaan topikal harus dilepaskan dari
vehikulumnya setelah sediaan obat topikal diaplikasikan. Pelepasan/disolusi
bahan aktif dari vehikulumnya ditentukan oleh koefisien partisinya. Makin besar
nilai koefisien partisi, maka bahan aktif makin mudah terlepas dari vehikulum.
Difusi ke dalam stratum korneum. Bahan aktif yang telah terlepas dari
vehikulumnya akan berinteraksi dengan permukaan kulit/ stratum korneum.
Bahan aktif yang telah berinteraksi dengan stratum korneum akan segera berdifusi
ke dalam stratum korneum. Difusi yang terjadi dimungkinkan dengan adanya
gradien konsentrasi. Pada awalnya, difusi bahan aktif terutama berlangsung
melalui folikel rambut (jalur transfolikular). Setelah tercapai keseimbangan, difusi
melalui stratum korneum menjadi lebih dominan.

Jalur transfolikular. Bahan aktif yang masuk ke dalam folikel rambut akan
berpartisi dan selanjutnya berdifusi ke dalam sebum yang terdapat di dalam
folikel rambut hingga mencapai lapisan epitel pada bagian dalam folikel dan
kemudian berdifusi menembus epitel folikel hingga mencapai lapisan epidermis.

Epidermis dan dermis Difusi bahan/obat aktif melalui kedua jalur di atas pada
akhirnya akan mencapai lapisan yang lebih dalam yaitu epidermis hingga
kemudian dermis. Dengan adanya pembuluh darah dalam dermis, bahan aktif
yang mencapai lapisan dermis kemudian akan diresorpsi oleh sistem sirkulasi.

Berbagai faktor mempengaruhi penyerapan suatu obat melalui kulit, antara


lain:

1. Faktor fisikokimiawi obat. Faktor fisikokimiawi obat yang mempengaruhi


penyerapan obat topikal antara lain konsentrasi obat, koefisien partisi, dan ukuran
molekul obat. Peningkatan konsentrasi sediaan obat topikal akan menjadi daya
pendorong molekul obat, sehingga akan meningkatkan penyerapannya. Koefisien
partisi menunjukkan kemampuan obat aktif terlepas dari vehikulumnya untuk
kemudian berinteraksi dan berdifusi ke dalam stratum korneum dan lapisan di
bawahnya. Peningkatan nilai koefisien partisi tersebut meningkatkan penyerapan
obat aktif ke dalam kulit. Sementara semakin kecil ukuran molekul obat aktif akan
memudahkan obat aktif melalui sawar dan lapisan kulit.

2. Penetration enhancer Penyerapan obat perkutan dapat ditingkatkan dengan


penambahan bahan kimia tertentu. Bahan kimia yang memiliki kemampuan
meningkatkan penyerapan obat topikal disebut sebagai penetration enhancer.
Beberapa bahan kimia dapat meningkatkan permeabilitas kulit dengan cara
merusak atau mengubah sifat fisikokimiawi alami stratum korneum sehingga
tahanan difusinya menurun. Perubahan sifat fisiko-kimiawi tersebut misalnya
perubahan status hidrasi stratum korneum dan perubahan struktur lipid dan
lipoprotein pada ruang interselular.

3. Faktor lain yang dapat mempengaruhi penyerapan obat topikal antara lain
oklusi dan lokasi aplikasi obat topikal. Oklusi dapat meningkatkan penyerapan
obat topikal melalui peningkatan status hidrasi stratum korneum. Aplikasi obat
topikal pada lokasi yang berbeda juga dapat memberikan hasil yang berbeda
karena perbedaan ketebalan stratum korneum.

Prinsip obat topikal secara umum terdiri atas 2 bagian:

A. Bahan dasar (vehikulum)

B. Bahan aktif

A. BAHAN DASAR (VEHIKULUM)

Memilih bahan dasar (vehikulum) obat topikal merupakan langkah awal dan
terpenting yang harus diambil pada pengobatan penyakit kulit. Pada umumnya
sebagai pegangan ialah pada keadaan dermatosis yang membasah dipakai bahan
dasar yang cair/basah, misalnya kompres dan pada keadaan kering dipakai bahan
dasar padat/kering, misalnya salep.

Secara sederhana bahan dasar dibagi menjadi:

1. Cairan

2. Bedak

3. Salap

Disamping itu ada 2 campuran atau lebih bahan dasar, yaitu :

4. Bedak kocok (lotion), yaitu campuran cair dan bedak


5. Krim, yaitu campuran cairan dan salap

6. Pasta, yaitu campuran salap dan bedak

7. Linimen (pasta pendinginan), yaitu campuran, cairan, bedak dan salap

1. Cairan

Cairan terdiri atas :

a. Solusio artinya larutan dalam air

b. Tingtura artinya larutan dalam alcohol

Solusio dibagi dalam :

1. Kompres

2. Rendam (bath), misalnya rendaman kaki, rendaman tangan

3. Mandi (full bath)

Prinsip pengobatan cairan ialah membersihkan kulit yang sakit dari debris
(pus, kusta dan sebagainya) dan sisa-sisa obat topikal yang pernah dipakai.
Terjadi perlunakan dan pecahnya vesikel, bula, dan pustula.

Hasil akhir pengobatan ialah keadaan yang membasah menjadi kering,


permukaan menjadi bersih sehingga mikroorganisme tidak dapat tumbuh dan
mulai terjadi proses epitelisasi. Pengobatan cairan berguna juga untuk
menghilangkan gejala, misalnya rasa gatal, rasa terbakar, parestesi oleh
bermacam-macam dermatosis.

Harus diingat bahwa pengobatan dengan cairan dapat menyebabkan kulit


menjadi terlalu kering. Jadi pengobatan cairan harus dipantau secara teliti, kalau
keadaan sudah mulai kering pemakaiannya dikurangi dan kalau perlu dihentikan
diganti dengan bentuk pengobatan. Cara kompres lebih disukai dari pada cara
rendam dan mandi, karena pada kompres terdapat pendingin dengan adanya
penguapan, sedangkan pada rendam dan mandi terjadi proses maserasi.
Dikenal 2 macam cara kompres yaitu:

a. Kompres terbuka

Dasar:

Penguapan cairan kompres disusul oleh absorbsi eksudat atau pus.

Indikasi:

- Dermatosis madidans

- Infeksi kulit dengan eritema yang mencolok, misalnya erysipelas

- Ulkus kotor yang mengandung pus dan krusta

Efek Pada Kulit:

- Kulit yang semula eksudatif menjadi kering

- Permukaan kulit menjadi dingin

- Vasokonstriksi

- Eritema berkurang

Cara:

Digunakan kain kasa yang bersifat absorben dan non-iritasi serta tidak terlalu
tebal (3 lapis). Balutan jangan terlalu ketat, tidak perlu steril, dan jangan
menggunakan kapas karena lekat dan menghambat penguapan.

Kasa dicelup kedalam cairan kompres, lalu diblutkan dan didiamkan,


biasanya sehari dua kali selama 3 jam. Hendaknya jangan sampai terjadi maserasi.
Bila kering dibasahkan lagi. Daerah yang dikompres luasnya 1/3 bagian tubuh
agar tidak terjadi pendinginan.

b. Kompres tertutup = kompres impermeabel

Dasar:

Vasodilatasi, bukan untuk penguapan


Indikasi:

- Kelaian yang dalam, misalnya limfogranuloma venerium

Cara:

Digunakan pembalut tebal dan ditutup dengan bahan impermeabel, misalnya


selofan atau plastik.

2. Bedak

Bedak yang dioleskan di atas kulit membuat lapisan tipis dikulit yang tidak
melekat erat sehingga penetrasinya sedikit sekali.

Efek bedak ialah :

- Mendinginkan

- Antiinflamasi ringan karena ada sedikit efek vasokonstriksi

- Anti-pruritus lemah

- Mengurangi pergeseran pada kulit yang berlipat (intertrigo)

- Proteksi mekanis

Yang diharapkan dari bedak terutama ialah efek fisis. Bahan dasarnya ialah
talcum venetum. Biasanya bedak dicampur dengan seng oksida, zat ini bersifat
mengabsorbsi air dan sebum, astrigen, antiseptik lemah dan antipruritus lemah.

Indikasi pemberian bedak ialah:

- Dermatosis yang kering dan superficial

- Mempertahankan vesikel/bula agar tidak pecah, mislanya pada varisela dan

herpes zoster

Kontraindikasi:

- Dermatitis yang basah, dengan infeksi sekunder.


3. Salap

Salap ialah bahan berlemak atau seperti lemak, yang pada suhu kamar
berkonsistensi seperti mentega. Bahan dasar biasanya vaselin, tetapi ada pula
lanolin atau minyak

Indikasi pemberian salap ialah :

- Dermatitis yang kering dan kronik

- Dermatosis yang dalam dan kronik, karena daya penetrasi salap paling kuat

jika dibandingkan dengan bahan dasar lainnya.

- Dermatosis yang bersisik dan berkrusta .

Kontraindikasi :

- Dermatitis madidans. Jika kelainan kulit terdapat pada bagian badan yang

berambut, penggunaan salap tidak dianjurkan jangan dipakai seluruh tubuh.

4. Bedak Kocok

Bedah kocok terdiri atas campuran air dan bedak, yang biasanya ditambah
dengan gliserin sebagai bahan perekat. Supaya bedak tidak terlalu kental dan tidak
cepat menjadi kering, maka jumlah zat padat maksimal 40% jumlah gliserin
10-15%. Hal ini bila beberapa zat aktif padat ditambahkan, maka presentase
tersebut jangan dilampaui.

Indikasi bedak kocok ialah :

- Dermatosis yang kering, superfisial dan agak luas, yang diinginkan ialah

sedikit penetrasi

- Pada keadaan subakut.

Kontraindikasi :
- Dermatitis madidans

- Daerah bahan yang berambut

5. Krim

Krim ialah campuran W (water,air), O (oil, minyak) dan emulgator.

Krim ada 2 jenis :

- Krim W/O : air merupakan fase dalam dan minyak fase luar

- Krim O/W : minyak merupakan fase dalam dan air fase luar

Inidikasi penggunaan krim ialah :

- Indikasi kosmetik

- Dermatosis yang subakut dan luas, yang dikehendaki ialah penetrasi yang

lebih besar daripada bedak kocok.

- Krim boleh digunakan didaerah yang berambut

Kontraindikasi ialah dermatitis madidans

6. Pasta

Pasta ialah campuran homogen bedak dan vaselin. Pasta bersifat protektif dan
mengeringkan.

Indikasi penggunaan pasta ialah dermatitis yang agak basah.

Kontraindikasi:

- Dermatosis yang eksudatif dan daerah yang berambut. Untuk daerah genital

eksterna dan lipatan-lipatan badan pasta tidak dianjurkan karena terlallu

melekat.
7. Liminen

Linimen atau pasta pendingin ialah campuran airan, bedak dan salep.

Indikasi:

- Dermatosis yang subakut

Kontraindikasi:

- Dermatosis madidans

Gel

Gel sediaan hidrokoloid/hidrofilik berupa suspensi yang dibuat dari senyawa


organik. Zat untuk membuat gel diantaranya karbomer, metiselulosa, tragakan.
Bila zat-zat tersebut dicampur dengan air dengan perbandingan tertentu akan
terbentuk gel. Karbomer akan membuat gel menjadi sangat jernih dan halus.

B. Bahan aktif

Obat topikal selain faktor vehikulum, juga faktor bahan aktif yang
dimasukkan kedalam vehikulum yang mempunyai khasiat tertentu yang sesuai
untuk pengobatan topikal. Khasiat bahan aktif topikal dipengaruhi keadaan
fisiko-kimia permukaan kulit, disamping komposisi formulasi zat yang dipakai.

Dalam resep harus ada bahan aktif dan vehikulum. Bahan aktif dapat
berinteraksi satu sama lain. Yang penting ialah, apakah bahan yang kita
campurkan itu dapat tercampurkan atau tidak, sebab ada obat/zat yang sifatnya
O.T.T ( obat tidak tercampurkan).
Asam salisilat, dapat bercampur dengan asam benzoat atau ter, resorsinol
tidak tercampurkan dengan yodium, garam, besi atau bahan yang bersifat
oksidator.

Penetrasi bahan aktif melalui kulit dipengaruhi oleh beberapa faktor termasuk
konsentrasi obat, kelarutannya dalam vehikulum, besar partikel, viskositas, dan
efek vehikulum terhadap kulit.

Bahan Aktif Yang digunakan Antara Lain:

1. Aluminium asetat

Contohnya ialah larutan burowi yang mengandung aluminium astetat 5%.


Efeknya ialah astringen dan antiseptik ringan, digunakan sebagai kompres di
encerkan 1:10

2. Asam asetat

Di pakai sebagai larutan 5% untuk kompres bersifat antiseptik untuk


infeksi pseudomonas

3. Asam benzoat

Sifat antiseptif terutama fungisidal, digunakan dalam salap contohnya:


whithfield konsentrasi 5%.

4. Asam borat

konsentrasinya 3%, tidak dianjurkan untuk dipakai sebagai bedak,


kompres, salap, efek antiseptiknya sangat sedikit bersifat toksik, terutama
pada kelainan yang luas dan erosive terlebih-lebih pada bayi.

5. Asam Salisilat

Zat keratolitik efeknya ialah mengurangi proliferasi epitel dan


menormalisasi keratinisasi yang terganggu. Asam salisil 3%-5%, bersifat
mempertinggi absorbsi per kutan zat-zat aktif. 1 % sebagai kompres (anti
septik). Konsentrasi rendah (1-2%) mempunyai efek keratoplastik, yaitu
menunjang pembentukan keratinyang baru. Konsentrasi tinggi (3-20%)
bersifat keratolitik dan dipakai untuk keadaan dermatosis yang hiperkeratotik.
Konsentrasi sangat tinggi (40%) dipakai untuk kelainan-kelainan yang dalam,
kalus dan veruka plantaris bersifat antiseptik untuk dermatitis eksudatif.

6. Asam undersilenat

Bersifat antimikotik konsentrasi 5% dalam salap atau krim. Dicampur


dengan garam seng (Zn undecylenic) 20%

7. Asam vit. A (tretinon, asam retinoat)

Efek

- Memperbaiki keratinisasi menjadi normal, jika terjadi gangguan

- Meningkatkan sintesis D.N.A dalam epithelium germinatif

- Meningkatkan laju mitosis

- Menebalkan stratum granulosum

- Menormalkan parakeratosis

Indikasi

- Penyakit dengan sumbatan folikular

- Penyakit dengan hiperkeratosis

- Pada proses menua kulit akibat sinar matahari

8. Benzokain

Bersifat anesthesia. Konsentrasinya ½ - 5 % tidak larut dalam air, lebih


larut dalam minyak (1:35) lebih larut lagi dalam alkohol. Sering
menyebabkan sensitisasi

9. Benzil benzoat
Cairan berkhasiat sebagai skabisid dan pedikulosid. Sebagai emulsi
dengan konsentrasi 20% atau 25%.

10. Comphora

Konsentrasinya 1-2%. Bersifat antiprutitus berdasarkan penguapan


sehingga terjadi pendnginan. Dapat dimasukkan kedalam bedak kocok yang
mengandung alkohol agar dapat larut. Dipakai dalam salap dan krim.

11. Kortikosteroid topikal

Tahun 1952 sulzberger dan witten. KS mempunyai khasiat yang sangat


yang sangat luas, yaitu : anti inflamasi, anti alergi, anti pruritus, anti mitotik,
dan vasokonstriksi.

Penggolongan: Kortikosteroid topikal dibagi menjadi 7 golongan besar,


diantaranya berdasarkan anti-inflamasi dan antimitotik. Golongan 1 yang
paling kuat daya anti-inflamasi dan anti-mitotiknya (seuperpoten); sebaliknya
golongan VII yang terlemah (potensi lemah).

KLASIFIKASI NAMA DAGANG NAMA GENERIK


Golongan 1 : (super poten) Diprolence ointment 0,05% betamethasone dipropionate

Diprolene AF CREAM

Psorcon ointment 0,05% diflorasone diacetat

Temovate ointment 0,05% clobetasol proprionat

Temovate cream

Ultravate ointment 0,05% halobetasol proprionate

Ultravate cream
Golongan II : (potensi tinggi) Cyclocort ointment 0,1 % amcinonide

Diprosone ointment 0,05% betamethasone diproprionat


e
Elocon ointment
0,01% mometasone fuorate
Florone ointment
0,05% diflorasone diacetate
Halog ointment
0,01 % halcinonide
Halog cream

Halog solution

Lidex ointment
0,05% fluocinonide
Lidex cream

Lidex gel

Lidex solution

Maxiflor ointment
0,05% diflorasone diacetate
Maxivate ointment
0,05% betametasone diproprionate
Maxivate cream

Topicort ointment
0,25% desoximetasone
Topicort cream

Topicort gel
0.05% desoximetasone
Golongan III : (potensi tinggi) Artistocort A Ointment 1,0 % tramcinolone acetonide

Cutivate ointment 0,005% fluticasone propionate

Cyclocort cream 0,1% amcinonide

Cyclocort lotion

Diprosone cream 0,05% betametasone dipropionate

Flurone cream 0,05% diflorosone diacetate

Lidex E cream 0,05% fluocinonide

Maxiflor cream 0,05% diflorosone diacetate

Maxiflor lotion 0,05% betametasone dipropionate

Topicort LP cream 0,05% desoximetasone

Valisone ointment 0,01% betamethasone valerate

Golongan IV: Aristocort oinment Cordran ointment 0,1 % triamcinolone acetoninide

(potensi medium) 0,05% flurandrenolide


Elocon cream
0,1 % mometasone furoate
Elocon lotion

Kenalog ointment

Kenalog cream
0,1 % triamcinolone acetoninide
Synalar ointment Westcort ointment

0,025% flocinolone acetonide

0,2 % hydrocortisone valerate


Golongan V : Cordran cream 0,05% flurandrenolide
(potensi medium)
Cutive cream 0,05% fluticasone propionate

Dermatop cream 0,1% prednicarbate

Diprosone lotion 0,05 % betamethasone


dipropionate
Kenalog lotion
0,1% triamcinolone acetoninide
Locoid ointment
0,1% hydrocortisone butyrate
Locoid cream

Synalar cream
0,025% flocinolone acetonide
Tridesilon ointment
0,05 % desonide
Valisone cream
0,1% betamethasone valerate
Westcort cream
0,2% hydrocortisone valerate
Golongan VI : Aclovate ointment 0,05% aclometasone
(potensi medium)
Aclovate cream

Aristocort oinment 0,1 % triamcinolone acetoninide

DesOwen cream 0,05% desonide

Kenalog cream 0,25% triamcinolone acetoninide

Kenalog lotion

Locoid solution 0,1% hydrocortisone butyrate

Synalar solution

Tridesilon cream 0,05% desonide

Valisone lotion 0,01% betamethasone valerate

Golongan VII : Obat topikal dengan hidrokortison, deksametason, glumetalon,


(potensi lemah) prednisolon, dan metilprednisolon

Indikasi:

Kortikosteroid Topikal dengan potensi kuat belum tentu merupakan obat


pilihan untuk suatu penyakit kulit (MARKS, 1985). Harus selalu diingat
bahwa K.T ialah bersifat paliatif dan supresif terhadap penyakit kulit dan
bukan merupakan pengobatan kausal.

Dermatosis yang responsif dengan K.T ialah psoriasis, dermatitis atopik,


dermatitis seboroik, neurodermatitis sirkumskripta, dermatitis numularis,
dermatitis statis, dermatitis venenata, dermatitis intertriginosa, dan dermatitis
solaris (fotodermatitis).
Dermatosis yang kurang resonsif ialah lupus eritematous diskoid,
psoriasis di telapak tangan dan kaki, nekrobiosis lipoidika diabetikorum,
vetiligo, granuloma anulare, sarkoidosis, liken planus, pemfigoid, eksantema
fikstum.

Dermatosis yang responsif dengan kortikosteroid intralesi adalah keloid,


jaringan parut hipertrofik, alopesia areata, akne berkista, prurigo nodularis,
morfea, dermatitis dengan likenifikasi, liken amiloidosis, dan vitiligo
( sebagian responsif).

Pemilihan Jenis K.T:

Dipilih K.T yang sesuai aman, efek samping sedikit dan harga murah,
disamping itu ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan, yaitu jenis
penyakit kulit, jenis vehikulum, kondisi penyakit, yaitu stadium penyakit,
luas/tidaknya lesi, dalam/dangkalnya lesi, dan lokalisasi lesi. Perlu juga
dipertimbangkan umur penderita.

Aplikasi klinis:

A. Cara Aplikasi

Pemakaian salep 2-3 x/hari sampai penyakit tersebut sembuh. Perlu


dipertimbangkan adanya gejala takifilaksis.

Takifilaksis ialah menurunnya respons kulit terhadap glukokortikoid


karena pemberian obat yang berulang-ulang, berupa toleransi akut yang
berarti efek vasokonstriksinya akan menghilang, setelah diistirahatkan
beberapa hari efek vasokonstriksi akan timbul kembali dan akan
menghilang lagi bila pengolesan obat tetap dilanjutkan.

B. Lama pemakaian steroid topikal

Lama pemakaian steroid topikal sebaiknya tidak lebih dari 4-6


minggu untuk steroid potensi lemah dan tidak lebih dari 2 minggu untuk
potensi kuat.
Efek samping:

Penggunaan K.T yang lama dan berlebihan Penggunaan K.T dengan


potensi kuat atau sangat kuat atau penggunaan secara oklusif. Harus diingat
bahwa makin tinggi potensi K.T, makin cepat terjadi efek samping.

Gejala efek samping:

- Atrofi

- Strie atrofise

- Telengiektasis

- Purpura

- Dermatosis akneformis

- Hipertrikosis setempat

- Hipopigmentasi

- Dermatitis perioral

- Menghambat penyembuhan ulkus

- Infeksi mudah terjadi dan meluas

- Gambaran klinis penyakit infeksi menjadi kabur

Pencegahan efek samping:

Dosis yang dianjurkan ialah jangan melebihi 30 gram sehari tanpa oklusi.
Pada bayi kulit masih tipis, hendaknya dipakai K.T yang lemah. Pada
kelainan subakut digunakan K.T sedang jika kelainan kronis dan tebal dipakai
K.T kuat. Bila telah membalik pengolesan dikurangi.
Jika hendak menggunakan cara oklusi jangan melebihi 12 jam sehari dan
pemakaiannya terbatas pada lesi yang resisten.

Pada daerah lipatan (inguinal, ketiak) dan wajah digunakan K.T


lemah/sedang K.T jangan digunakan untuk infeksi virus, dan skabies.

Disekitar mata hendaknya berhati-hati untuk menghindari timbulnya


glaukoma dan katarak.

12. Mentol

Bersifat antipruritik seperti comphora. Konsentrasinya ¼-2%

13. Podofilin

Damar podofilin digunakan dengan konsentrasi 25% sebagai tingtur


untuk kondiloma akuminatum. Setelah 4-6 jam hendaknya dicuci.

14. Selenium disulfid

Sebagai sampo 1% untuk dermatitis seboroik pada kepala dan tinea


versikolor.

15. Sulfur

Bersifat antiseboroik, anti-akne, antiskabies, antibakteri positif. Gram


dan antijamur. Yang digunakan ialah sulfur presipitatum (belerang endap)
berupa bubuk kuning kehijauan. Biasanya dipakai dalam konsentrasi 4-20%.

Dapat digunakan dalam pasta, krim,salep dan bedak kocok. Contoh


dalam salep ialah salep 2-4. Sedangkan bedak kocok ialah losio Kummerferdi
dipakai untuk akne.

16. T E R

Hasil destilasi kering dari batubara, kayu dan fosil. Yang berasal dari
batubara, misalnya likuor karbonis detergens. Yang berasal dari kayu,
misalnya : oleum kadini dan oleum ruski. Contoh yang berasal dari fosil ialah
iktiol.
17. Urea

Konsentrasi 10 % dalam krim mempunyai efek sebagai emolien, dapat


dipakai untuk iktiosis atau xerosis kutis. Pada konsentrasi 40% melarutkan
protein.

18. Zat antiseptik

Zat-zat antiseptik lebih disukai dalam bidang dermatologi daripada zat


antibiotik, sebab dengan memakai zat antiseptik persoalan resistensi terhadap
antibiotik dapat dihindarkan.

Golongan antiseptik :

a. Alkohol

b. Fenol

c. Halogen

d. Zat-zat pengoksidasi

e. Senyawa logam berat

f. Zat warna

a. Golongan alkohol

Etanol 70% mempunyai potensi antiseptik yang optimal. Efek


sampingnya menyebabkan kulit menjadi kering.

b. Golongan fenol

Fenol: pada konsetrasi tinggi misalnya fenol likuifaktum yang


berkonsetrasi jenuh mempunyai efek kaustik, sedangkan pada konsentrasi
rendah bersifat bakterostatik dan antipruritik (1/2-1%)

Timol: bersifat desinfektan pada konsetrasi 0,5 % dalam bentuk


tingtur.
Resorsinol: efeknya ialah antibakterial, antimikotik ,keratolitik ,
antiseboroik , konsetrasi 2-3%.

Heksaklorofen: senyawa ini mengandung klor. Bersifat bakteriostatik.


Larutan heksaklorofen 3% berkhasiat terhadap kuman positif-Gram.

c. Golongan Halogen

Yodium. Bersifat bakteriostatik, misalnya pada tingtur yodium dan


lugol. Tingtur yodium berwarna coklat, dapat menyebabkan iritasi,
vesikulasi kulit, dan deskuamasi. Khasiat antibakterial dan antimikotik
dengan konsetrasi 1%.

d. Zat pengoksidasi

Zat pegoksidasi dipakai sebagai desinfektan pada dermato-terapi


topikal.

1. Pemanganas kalikus

Efek antiseptik lemah dalam larutan encer dalam air. Pada


konsentrasi tinggi bersifat astringen dan kaustik. Dipakai sebagai
kompres terbuka (1:10.000) untuk dermatosis yang akut dan
eksudatif. Untuk ulkus yang eksudatif dapat dipakai konsetrasi
1:5000.

2. Benzoil-peroksid

Zat pengoksidasi kuat pada konsentrasi 2,5-10%. Bersifat


antiseptik, merangsang jaringan granulasi dan bersifat keratoplastik.
Efek samping: kadang-kadang terjadi alergi dan memutihkan
pakaian.

e. Senyawa logam berat


1. Merkuri

Sekarang tidak dipakai lagi karena sensitisasi garam-garam


merkuri.

2. Perak

a. Larutan perak nitrat

Perak nitrat berbentuk kristal putih, mudah larut dalam air,


warna perak nitral berubah menjadi hitam bila terkena sinar
matahari, karena itu harus disimpan dalam botol berwarna gelap.
Larutan perak nitrat dipakai untuk ulkus yang disertai pus yang
disebabkan oleh kuman negatif-Gram. Konsentrasinya 0,5 %
atau 0,25% bersifat antiseptik dan astringen. Kompres ini
mewarnai kulit, tetapi akan hilang sendiri perlahan-lahan.
Konsentrasi 1/1000 % untuk dermatitis eksudatif. Konsentrasi
20% bersifat kaustik dipakai pada ulkus dengan hipergranulasi.
Caranya ditutul dengan lidi dan kapas sehari sekali. Kulit
disekitarnya tidak boleh terkena karena akan rusak.

b. Sulfadiazin perak

Sulfadiazin perak dipakai untuk pengobatan luka bakar,


nekrolisis epidermal toksik.

Kerjanya sebagai antiseptik berdasarkan gugus sulfa dan


gugus peraknya. Sulfa berkhasiat untuk kuman positif kuman
positif-Gram, sedangkan perak bersifat astringen dan untuk
kuman negatif-Gram. Konsentrasi 1% dalam krim.

f. Zat warna

Efeknya ialah astringen dan antiseptik. Misalnya: Zat warna akridin,


umpamanya akridin laktat (rivanol) dipakai untuk kompres dengan
konsentrasi 1%, juga bersifat deodoran.
Metil rosanilin klorida atau gentian violet, dipakai dalam konsentrasi
0,1-1% dalam air. Zat ini juga mempunyai efek antimikroba terhadap
Candida albicans, didaerah intertrigo atau anogenital.

19. Obat Imunomodulator Topikal

Salah satu obat imunomodulator adalah takrolimus (TKL) suatu


calcinerin inhitors (CnLs) yaitu suatu makrolactam yang pertama-tama
diisolasi dari streptomyces.

Formulasi topikal mempunyai konsetrasi 0,03% dan 0,1% dalam


bentuk salep.

TKL terutama diindikasikan untuk dermatitis atopik. TKL tidak


menyebabkan atrofi kulit dan tidak berpengaruh pada sintesis kolagen
kulit.

Pimekrolimus adalah derivat gugusan asli ascomycin yang semula


diisolasi dari hasil fermentasiS. Higroscopicus ascomyticus.
Pimekrolimus diformulasikan dalam bentuk krim 0,1%, 0,6%. Dan 1,0%.

Pemilihan Bahan Aktif Obat Topikal :


a. kortikosteroid
b. Antibiotik
c. Antijamur
d. Antivirus
e. Antihistamin

Pemilihan Zat Aktif :

a. Harus sesuai diagnosis

b. Harus larut dalam basis obat yang terpilih

c. Harus tidak merusak komposisi basis obat


d. Penetrasi Obat Topikal

Faktor obat :

a. struktur kimiawi

b. besar molekul

c. konsentrasi obat

d. jenis basis

e. pelepasan bahan aktif dan basis

f. cara penggunaan

Faktor keadaan kulit :

a. Stratum korneum

b. sirkulasi darah dalam dermis

c. Kepadatan folikel rambut dan kelenjar keringat

d. pH kulit

e. Perbedaan penyerapan (absorpsi) steroid topikal pada berbagai area :

- Dengan menyerap 1%

- Ketiak menyerap 4 %

- Wajah menyerap 7 %

- Kelopak mata dan daerah genital menyerap 30 %

- Telapak tangan 0,1 %

- Telapak kaki menyerap 0,05 %


DAFTAR PUSTAKA

1. Adhi Djuanda, dkk. 2015. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 7. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

2. Asmara Anjas, dkk. 2012. VEHIKULUM DALAM DERMATOTERAPI


TOPIKAL. Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin *Departemen
Ilmu Farmasi Kedokteran FKUI/RSCM FK Universitas Indonesia/RS. dr.
Cipto Mangunkusumo Jakarta

Anda mungkin juga menyukai

  • Formulir Pendaftaran Ukmppd Periode Februari 2020
    Formulir Pendaftaran Ukmppd Periode Februari 2020
    Dokumen3 halaman
    Formulir Pendaftaran Ukmppd Periode Februari 2020
    Nuraga Dwi Pratapa
    Belum ada peringkat
  • SIM Kesehatan
    SIM Kesehatan
    Dokumen2 halaman
    SIM Kesehatan
    Nuraga Dwi Pratapa
    Belum ada peringkat
  • SIM Kesehatan
    SIM Kesehatan
    Dokumen2 halaman
    SIM Kesehatan
    Nuraga Dwi Pratapa
    Belum ada peringkat
  • Laporan Jaga Stase Penyakit Dalam: JUMAT, 12JULI2019
    Laporan Jaga Stase Penyakit Dalam: JUMAT, 12JULI2019
    Dokumen19 halaman
    Laporan Jaga Stase Penyakit Dalam: JUMAT, 12JULI2019
    Nuraga Dwi Pratapa
    Belum ada peringkat
  • FORM Luar Kota
    FORM Luar Kota
    Dokumen3 halaman
    FORM Luar Kota
    Nuraga Dwi Pratapa
    Belum ada peringkat
  • Ada Ajah
    Ada Ajah
    Dokumen57 halaman
    Ada Ajah
    Nuraga Dwi Pratapa
    Belum ada peringkat
  • JUDUL
    JUDUL
    Dokumen4 halaman
    JUDUL
    Nuraga Dwi Pratapa
    Belum ada peringkat
  • MTBS-M 2014
    MTBS-M 2014
    Dokumen83 halaman
    MTBS-M 2014
    Wulan
    Belum ada peringkat
  • Presentation 3
    Presentation 3
    Dokumen11 halaman
    Presentation 3
    Nuraga Dwi Pratapa
    Belum ada peringkat
  • New Anemia Et Efusi E.C CHF
    New Anemia Et Efusi E.C CHF
    Dokumen90 halaman
    New Anemia Et Efusi E.C CHF
    Nuraga Dwi Pratapa
    Belum ada peringkat
  • Jurnal
    Jurnal
    Dokumen7 halaman
    Jurnal
    Nuraga Dwi Pratapa
    Belum ada peringkat
  • Cover Referat Egi Ikm
    Cover Referat Egi Ikm
    Dokumen4 halaman
    Cover Referat Egi Ikm
    Nuraga Dwi Pratapa
    Belum ada peringkat
  • Bisa Kaya Kie
    Bisa Kaya Kie
    Dokumen13 halaman
    Bisa Kaya Kie
    Nuraga Dwi Pratapa
    Belum ada peringkat
  • Sampul Osler
    Sampul Osler
    Dokumen4 halaman
    Sampul Osler
    Nuraga Dwi Pratapa
    Belum ada peringkat
  • Wis Lahh
    Wis Lahh
    Dokumen13 halaman
    Wis Lahh
    Nuraga Dwi Pratapa
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen3 halaman
    Bab I
    Nuraga Dwi Pratapa
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kasus STEMI
    Laporan Kasus STEMI
    Dokumen24 halaman
    Laporan Kasus STEMI
    fikrinajamuddin
    Belum ada peringkat
  • Presentation 3
    Presentation 3
    Dokumen11 halaman
    Presentation 3
    Nuraga Dwi Pratapa
    Belum ada peringkat
  • Sampul Osler
    Sampul Osler
    Dokumen4 halaman
    Sampul Osler
    Nuraga Dwi Pratapa
    Belum ada peringkat
  • Herbal Life
    Herbal Life
    Dokumen28 halaman
    Herbal Life
    Nuraga Dwi Pratapa
    Belum ada peringkat
  • Anemia Et Efusi E.C CHF
    Anemia Et Efusi E.C CHF
    Dokumen54 halaman
    Anemia Et Efusi E.C CHF
    Nuraga Dwi Pratapa
    Belum ada peringkat
  • HHHJJ
    HHHJJ
    Dokumen7 halaman
    HHHJJ
    Nuraga Dwi Pratapa
    Belum ada peringkat
  • HMMMMMM
    HMMMMMM
    Dokumen60 halaman
    HMMMMMM
    Nuraga Dwi Pratapa
    Belum ada peringkat
  • Bab I Pendahuluan
    Bab I Pendahuluan
    Dokumen25 halaman
    Bab I Pendahuluan
    Nuraga Dwi Pratapa
    Belum ada peringkat
  • Tambahan Tetanus
    Tambahan Tetanus
    Dokumen7 halaman
    Tambahan Tetanus
    Nuraga Dwi Pratapa
    Belum ada peringkat
  • Sampul Osler
    Sampul Osler
    Dokumen4 halaman
    Sampul Osler
    Nuraga Dwi Pratapa
    Belum ada peringkat
  • Seboroik
    Seboroik
    Dokumen10 halaman
    Seboroik
    Nuraga Dwi Pratapa
    Belum ada peringkat
  • Derma To
    Derma To
    Dokumen27 halaman
    Derma To
    Nuraga Dwi Pratapa
    Belum ada peringkat
  • Pasca Sarjana
    Pasca Sarjana
    Dokumen5 halaman
    Pasca Sarjana
    Yolanda Intan Sari
    Belum ada peringkat
  • Cover Referat Egi Ikm
    Cover Referat Egi Ikm
    Dokumen4 halaman
    Cover Referat Egi Ikm
    Nuraga Dwi Pratapa
    Belum ada peringkat