PENDAHULUAN
Kulit adalah suatu pembungkus yang elastik yang melindungi tubuh dari
pengaruh lingkungan, kulit juga merupakan alat tubuh terberat dan terluas
ukurannya yaitu 15% dari berat tubuh manusia, rata-rata tebal kulit 1-2 mm, kulit
terbagi atas 3 lapisan pokok yaitu, epidermis, dermis dan subkutan atau subkutis.
Maka tulisan ini akan menjelaskan bagaimana bentuk dan cara pengobatan
topikal yang disesuaikan dengan keadaan penyakit kulit.
Vehikulum sebagai pembawa obat aktif. Untuk dapat masuk ke dalam lapisan
kulit, bahan/obat aktif dalam suatu sediaan topikal harus dilepaskan dari
vehikulumnya setelah sediaan obat topikal diaplikasikan. Pelepasan/disolusi
bahan aktif dari vehikulumnya ditentukan oleh koefisien partisinya. Makin besar
nilai koefisien partisi, maka bahan aktif makin mudah terlepas dari vehikulum.
Difusi ke dalam stratum korneum. Bahan aktif yang telah terlepas dari
vehikulumnya akan berinteraksi dengan permukaan kulit/ stratum korneum.
Bahan aktif yang telah berinteraksi dengan stratum korneum akan segera berdifusi
ke dalam stratum korneum. Difusi yang terjadi dimungkinkan dengan adanya
gradien konsentrasi. Pada awalnya, difusi bahan aktif terutama berlangsung
melalui folikel rambut (jalur transfolikular). Setelah tercapai keseimbangan, difusi
melalui stratum korneum menjadi lebih dominan.
Jalur transfolikular. Bahan aktif yang masuk ke dalam folikel rambut akan
berpartisi dan selanjutnya berdifusi ke dalam sebum yang terdapat di dalam
folikel rambut hingga mencapai lapisan epitel pada bagian dalam folikel dan
kemudian berdifusi menembus epitel folikel hingga mencapai lapisan epidermis.
Epidermis dan dermis Difusi bahan/obat aktif melalui kedua jalur di atas pada
akhirnya akan mencapai lapisan yang lebih dalam yaitu epidermis hingga
kemudian dermis. Dengan adanya pembuluh darah dalam dermis, bahan aktif
yang mencapai lapisan dermis kemudian akan diresorpsi oleh sistem sirkulasi.
3. Faktor lain yang dapat mempengaruhi penyerapan obat topikal antara lain
oklusi dan lokasi aplikasi obat topikal. Oklusi dapat meningkatkan penyerapan
obat topikal melalui peningkatan status hidrasi stratum korneum. Aplikasi obat
topikal pada lokasi yang berbeda juga dapat memberikan hasil yang berbeda
karena perbedaan ketebalan stratum korneum.
B. Bahan aktif
Memilih bahan dasar (vehikulum) obat topikal merupakan langkah awal dan
terpenting yang harus diambil pada pengobatan penyakit kulit. Pada umumnya
sebagai pegangan ialah pada keadaan dermatosis yang membasah dipakai bahan
dasar yang cair/basah, misalnya kompres dan pada keadaan kering dipakai bahan
dasar padat/kering, misalnya salep.
1. Cairan
2. Bedak
3. Salap
1. Cairan
1. Kompres
Prinsip pengobatan cairan ialah membersihkan kulit yang sakit dari debris
(pus, kusta dan sebagainya) dan sisa-sisa obat topikal yang pernah dipakai.
Terjadi perlunakan dan pecahnya vesikel, bula, dan pustula.
a. Kompres terbuka
Dasar:
Indikasi:
- Dermatosis madidans
- Vasokonstriksi
- Eritema berkurang
Cara:
Digunakan kain kasa yang bersifat absorben dan non-iritasi serta tidak terlalu
tebal (3 lapis). Balutan jangan terlalu ketat, tidak perlu steril, dan jangan
menggunakan kapas karena lekat dan menghambat penguapan.
Dasar:
Cara:
2. Bedak
Bedak yang dioleskan di atas kulit membuat lapisan tipis dikulit yang tidak
melekat erat sehingga penetrasinya sedikit sekali.
- Mendinginkan
- Anti-pruritus lemah
- Proteksi mekanis
Yang diharapkan dari bedak terutama ialah efek fisis. Bahan dasarnya ialah
talcum venetum. Biasanya bedak dicampur dengan seng oksida, zat ini bersifat
mengabsorbsi air dan sebum, astrigen, antiseptik lemah dan antipruritus lemah.
herpes zoster
Kontraindikasi:
Salap ialah bahan berlemak atau seperti lemak, yang pada suhu kamar
berkonsistensi seperti mentega. Bahan dasar biasanya vaselin, tetapi ada pula
lanolin atau minyak
- Dermatosis yang dalam dan kronik, karena daya penetrasi salap paling kuat
Kontraindikasi :
- Dermatitis madidans. Jika kelainan kulit terdapat pada bagian badan yang
4. Bedak Kocok
Bedah kocok terdiri atas campuran air dan bedak, yang biasanya ditambah
dengan gliserin sebagai bahan perekat. Supaya bedak tidak terlalu kental dan tidak
cepat menjadi kering, maka jumlah zat padat maksimal 40% jumlah gliserin
10-15%. Hal ini bila beberapa zat aktif padat ditambahkan, maka presentase
tersebut jangan dilampaui.
- Dermatosis yang kering, superfisial dan agak luas, yang diinginkan ialah
sedikit penetrasi
Kontraindikasi :
- Dermatitis madidans
5. Krim
- Krim W/O : air merupakan fase dalam dan minyak fase luar
- Krim O/W : minyak merupakan fase dalam dan air fase luar
- Indikasi kosmetik
- Dermatosis yang subakut dan luas, yang dikehendaki ialah penetrasi yang
6. Pasta
Pasta ialah campuran homogen bedak dan vaselin. Pasta bersifat protektif dan
mengeringkan.
Kontraindikasi:
- Dermatosis yang eksudatif dan daerah yang berambut. Untuk daerah genital
melekat.
7. Liminen
Linimen atau pasta pendingin ialah campuran airan, bedak dan salep.
Indikasi:
Kontraindikasi:
- Dermatosis madidans
Gel
B. Bahan aktif
Obat topikal selain faktor vehikulum, juga faktor bahan aktif yang
dimasukkan kedalam vehikulum yang mempunyai khasiat tertentu yang sesuai
untuk pengobatan topikal. Khasiat bahan aktif topikal dipengaruhi keadaan
fisiko-kimia permukaan kulit, disamping komposisi formulasi zat yang dipakai.
Dalam resep harus ada bahan aktif dan vehikulum. Bahan aktif dapat
berinteraksi satu sama lain. Yang penting ialah, apakah bahan yang kita
campurkan itu dapat tercampurkan atau tidak, sebab ada obat/zat yang sifatnya
O.T.T ( obat tidak tercampurkan).
Asam salisilat, dapat bercampur dengan asam benzoat atau ter, resorsinol
tidak tercampurkan dengan yodium, garam, besi atau bahan yang bersifat
oksidator.
Penetrasi bahan aktif melalui kulit dipengaruhi oleh beberapa faktor termasuk
konsentrasi obat, kelarutannya dalam vehikulum, besar partikel, viskositas, dan
efek vehikulum terhadap kulit.
1. Aluminium asetat
2. Asam asetat
3. Asam benzoat
4. Asam borat
5. Asam Salisilat
6. Asam undersilenat
Efek
- Menormalkan parakeratosis
Indikasi
8. Benzokain
9. Benzil benzoat
Cairan berkhasiat sebagai skabisid dan pedikulosid. Sebagai emulsi
dengan konsentrasi 20% atau 25%.
10. Comphora
Diprolene AF CREAM
Temovate cream
Ultravate cream
Golongan II : (potensi tinggi) Cyclocort ointment 0,1 % amcinonide
Halog solution
Lidex ointment
0,05% fluocinonide
Lidex cream
Lidex gel
Lidex solution
Maxiflor ointment
0,05% diflorasone diacetate
Maxivate ointment
0,05% betametasone diproprionate
Maxivate cream
Topicort ointment
0,25% desoximetasone
Topicort cream
Topicort gel
0.05% desoximetasone
Golongan III : (potensi tinggi) Artistocort A Ointment 1,0 % tramcinolone acetonide
Cyclocort lotion
Kenalog ointment
Kenalog cream
0,1 % triamcinolone acetoninide
Synalar ointment Westcort ointment
Synalar cream
0,025% flocinolone acetonide
Tridesilon ointment
0,05 % desonide
Valisone cream
0,1% betamethasone valerate
Westcort cream
0,2% hydrocortisone valerate
Golongan VI : Aclovate ointment 0,05% aclometasone
(potensi medium)
Aclovate cream
Kenalog lotion
Synalar solution
Indikasi:
Dipilih K.T yang sesuai aman, efek samping sedikit dan harga murah,
disamping itu ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan, yaitu jenis
penyakit kulit, jenis vehikulum, kondisi penyakit, yaitu stadium penyakit,
luas/tidaknya lesi, dalam/dangkalnya lesi, dan lokalisasi lesi. Perlu juga
dipertimbangkan umur penderita.
Aplikasi klinis:
A. Cara Aplikasi
- Atrofi
- Strie atrofise
- Telengiektasis
- Purpura
- Dermatosis akneformis
- Hipertrikosis setempat
- Hipopigmentasi
- Dermatitis perioral
Dosis yang dianjurkan ialah jangan melebihi 30 gram sehari tanpa oklusi.
Pada bayi kulit masih tipis, hendaknya dipakai K.T yang lemah. Pada
kelainan subakut digunakan K.T sedang jika kelainan kronis dan tebal dipakai
K.T kuat. Bila telah membalik pengolesan dikurangi.
Jika hendak menggunakan cara oklusi jangan melebihi 12 jam sehari dan
pemakaiannya terbatas pada lesi yang resisten.
12. Mentol
13. Podofilin
15. Sulfur
16. T E R
Hasil destilasi kering dari batubara, kayu dan fosil. Yang berasal dari
batubara, misalnya likuor karbonis detergens. Yang berasal dari kayu,
misalnya : oleum kadini dan oleum ruski. Contoh yang berasal dari fosil ialah
iktiol.
17. Urea
Golongan antiseptik :
a. Alkohol
b. Fenol
c. Halogen
d. Zat-zat pengoksidasi
f. Zat warna
a. Golongan alkohol
b. Golongan fenol
c. Golongan Halogen
d. Zat pengoksidasi
1. Pemanganas kalikus
2. Benzoil-peroksid
2. Perak
b. Sulfadiazin perak
f. Zat warna
Faktor obat :
a. struktur kimiawi
b. besar molekul
c. konsentrasi obat
d. jenis basis
f. cara penggunaan
a. Stratum korneum
d. pH kulit
- Dengan menyerap 1%
- Ketiak menyerap 4 %
- Wajah menyerap 7 %
1. Adhi Djuanda, dkk. 2015. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 7. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.