MUKTAMAR XX
IKATAN PELAJAR MUHAMMADIYAH
Tema:
Menggerakkan Daya-Kreatif
Mendorong Generasi Berkemajuan
Pimpinan Pusat
Ikatan Pelajar Muhammadiyah
2016
Editor
Fauzan Anwar Sandiah
Khairul Arifin
Penerbit
Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah
E-mail: sekretariat@ipm.or.id
Web: www.ipm.or.id
Pengantar
Ketua Umum Pimpinan Pusat
Ikatan Pelajar Muhammadiyah
2016-2018
3
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
Velandani Prakoso,
Ketua Umum PP IPM
4
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
Daftar Isi
Pengantar Ketua Umum Pimpinan Pusat IPM 2016-2018 3
Daftar Isi 5
Surat Keputusan Pengesahan Tanfidz Keputusan
Muktamar XX IPM 6
Surat Instruksi Pelaksanaan Tanfidz Muktamar XX IPM 7
Keputusan Induk Muktamar XX IPM 8
Surat Keputusan Pimpinan Pusat Muhammadiyah 11
Surat Keputusan Pengesahan Struktur Pimpinan Pusat IPM
Periode 2016-2018 12
Tanfidz Muktamar XX IPM 14
BAB I: Pendahuluan 15
BAB II: Bedah Tema Muktamar XX 28
BAB III: Kebijakan Program Jangka Panjang 2014-2024 35
BAB IV: Pedoman Program IPM 42
BAB V: Program Kerja IPM Periode 2016-2018 50
BAB VI:Agenda Aksi 67
Perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga 71
Penutup 122
Lampiran 123
5
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
6
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
7
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ikatan Pelajar Muhammadiyah
KEPUTUSAN INDUK
MUKTAMAR XX IKATAN PELAJAR MUHAMMADIYAH
NOMOR: 09-SK/PLENO IX/PP IPM /2016
MEMUTUSKAN
Menetapkan
Pertama : Mengesahkan Laporan Pertanggungjawaban Pimpinan Pusat
Ikatan Pelajar Muhammadiyah Periode 2014–2016;
Kedua : Mengesahkan Progress Report dan Pandangan Umum
Pimpinan Wilayah Ikatan Pelajar Muhammadiyah se-
Indonesia;
Ketiga Anggaran Dasar dan Rumah Tangga Ikatan Pelajar
Muhammadiyah
Keempat : Mengesahkan Anggota Sidang Komisi A, B, C Muktamar XX
Ikatan Pelajar Muhammadiyah;
8
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ikatan Pelajar Muhammadiyah
9
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ikatan Pelajar Muhammadiyah
Ditetapkan di : Jakarta,
Pimpinan Sidang
Ketua, Sekretaris, Anggota,
10
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
11
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
12
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
13
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
TANFIDZ MUKTAMAR XX
IKATAN PELAJAR MUHAMMADIYAH
14
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
BAB I
PENDAHULUAN
Perjalanan organisasi di masa ini dan masa mendatang sangat bergantung pada
pemahaman atas kondisi-kondisi mendesak yang tengah terjadi, baik itu melingkupi
kondisi lokal, nasional, hingga internasional. Berbagai dinamika yang berkaitan
dengan organisasi dibahas dan ditentukan dalam Muktamar. Oleh karena itu,
materi Muktamar IPM XX disusun melalui pemahaman-pemahaman atas kondisi
yang mendesak hari ini dan bagi masa yang akan datang dengan tujuan supaya
roda organisasi berjalan maksimal. Materi Muktamar IPM XX disusun atas kajian
mengenai beragam kondisi yang terjadi di Indonesia, dengan harapan dapat
memajukan gerak IPM.
Pengenalan atas kondisi-kondisi tersebut akan membantu organisasi
memetakan jalan yang tepat dan bermakna bagi semua kalangan. Indonesia
tentu saja mengalami beberapa kondisi yang hanya bisa diatasi oleh partisipasi
kelompok sipil. Reformasi dunia pendidikan, kebijakan yang bersifat inklusif,
penegakan HAM, dan pengelolaan sumber daya alam yang bertanggungjawab dan
sadar, adalah beberapa hal penting yang harus terus didorong kemajuannya. Peran
kelompok sipil terutama dari kalangan muda pada akhir-akhir ini semakin terasa
pentingnya.
Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) adalah bagian dari kelompok sipil
yang memiliki peran penting, terutama dalam memfasilitasi aspirasi dan kebutuhan
kelompok muda. Muktamar IPM XX menjadi momentun untuk memikirkan ulang
apa saja yang dapat dilakukan oleh IPM. Selama ini IPM telah melakukan banyak
kontribusi besar dalam mengadvokasi kepentingan pelajar. Perlu disebutkan
beberapa di antaranya ialah mengembangkan paradigma pendidikan yang
tercermin lewat upaya serius merumuskan Sistem Perkaderan IPM (SPI);
mendorong kebijakan yang ramah terhadap perkembangan kualitas pelajar
dengan menolak standardisasi Ujian Nasional (UN) sebagai patokan kelulusan;
memastikan hak-hak pelajar tidak dilangkahi oleh penyedia jasa pendidikan;
sistematisasi gerakan dan spirit
„Iqro (literasi) dalam setiap kegiatan dan aktivitas IPM; hingga menempatkan posisi
pelajar sebagai stakeholder langsung Negara.
Kontribusi-kontribusi semacam itu bukan perkara mudah. Organisasi pelajar di
Indonesia pada umumnya harus berjibaku demikian keras dan
15
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
konsisten untuk mencapai hasil yang demikian gemilang. Kita tidak bermaksud
untuk mengutarakan apa saja yang telah dicapai oleh IPM sebagai
kebanggaan yang nostalgik. Lebih dari itu, IPM membutuhkan terobosan yang
menjawab kebutuhan mendasar pelajar pada khususnya, dan masyarakat
Indonesia secara umum. Ada beberapa pencapaian IPM yang bagus, baik yang
dilakukan secara individual atau organisasi yang seringkali kurang diapresiasi.
Bagaimana caranya menciptakan kembali pencapaian-pencapaian
gemilang IPM? Caranya ialah dengan memahami dan siap mengambil peran
sekecil apapun. Berikut beberapa pemetaan kondisi yang dialami oleh pelajar
Indonesia secara umum, yang harus disadari oleh IPM, dan membuka
kemungkinan strategi seperti apa yang dapat dilakukan oleh IPM. Informasi-infomasi
di bawah ini berfungsi secara praktis bagi perencanaan- perencaaan program
terutama bagi struktur Pimpinan Pusat IPM karena berkaitan dengan realitas di
tingkat nasional, dan menjadi isu tingkat global
Usia Jumlah
Di bawah 16 tahun 76,68 juta jiwa
Di atas 30 tahun 113,53 juta jiwa
Jumlah pemuda laki-laki lebih besar daripada pemuda perempuan (atau yang
disebut pemudi). Proporsi keberadaan pemuda di daerah perkotaan mencapai
25,92 % sedangkan di pedesaan 23,14 %. Sebesar 23, 52 persen berstatus
pelajar (masih bersekolah), dan ada sekitar 75,43 % yang berstatus tidak
bersekolah (terdiri dari pelajar putus sekolah, tamat sekolah, melanjutkan ke
bangku kuliah, dan bekerja). Jumlah pemuda yang belum pernah mengakses
pendidikan sebesar 1,05%.
1 BPS, Statistik Pemuda Indonesia 2014, (Jakarta: BPS, 2015). Seluruh data diolah dari hasi
statistik tahun 2014.
16
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
17
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
Data yang disajikan dalam statistik di atas menunjukkan bahwa tingkat minat
baca, akses bahan bacaan, dan tersedianya pendidikan alternatif bagi pemuda
usia pelajar secara khusus, dan rakyat Indonesia secara umum belum
maksimal.
Rilis tambahan dari PISA tahun 2012 menempatkan tingkat literasi
Indonesia pada peringkat 64 dari 65 negara. Indonesia tertinggal dari Vietnam
yang berada pada posisi 20 besar. Posisi minat baca pelajar Indonesia berada
pada angka 57 dari 65 negara yang diteliti. Data ini memang tidak bisa
dipegang sebagai gambaran utuh kondisi literasi di Indonesia, akan tetapi cukup
baik untuk memulai agenda gerakan literasi
18
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
19
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
Ancaman kekurangan
pangan (sayur, ikan, Pedesaan dan perkotaan
daging, dlsb)
Ancaman gizi/ kelaparan Kota-kota menengah
Selain mendapatkan akses informasi yang mudah, pelajar juga memiliki hak untuk
disediakan informasi yang berkualitas. Pelajar Indonesia yang
20
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
berasal dari kelas menengah ke bawah pada umumnya hanya diberikan informasi
dengan kualitas terburuk; sinetron TV, channel berita yang tidak edukatif, dan
program-program TV yang tidak bermutu (infotainment selebriti, kuis game
yang mengandung rasisme dan kekerasan). Maka penting bagi IPM untuk
menjalankan gerakan tandingan yang mampu memberikan pelajar akses
informasi yang bermutu.
3 Sebagian besar data diperoleh lewat penelusuran berbasis jejaring. Data resmi gerakan literasi di
Indonesia (gerakan literasi dengan definisi Taman Baca Masyarakat atau TBM) berjumlah 5.000
TBM. Jumlah Kolektif di Indonesia juga tidak tersedia secara resmi. Tetapi diperkirakan lebih dari di
atas 30 hingga 50 jenis Kolektif tersebar di Indonesia. Jumlah sebenarnya lebih banyak daripada itu.
Sulitnya mendata Kolektif disebabkan oleh polanya sebagai gerakan sosial yang sangat fleksibel, di
luar jangkauan definitif formal.
21
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
22
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
23
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
24
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
25
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
4 AbdulMu‟ti, “Lima Fondasi Islam Berkemajuan” dalam Faozan Amar (ed), Anang Rohwiyono
(ed), Mohammad Dwi Fajri (ed), Reaktualisasi & Kontekstualisasi Islam Berkemajuan di
Tengah Peradaban Global, (Jakarta: Al-Wasat, 2009), hlm. 27-45.
26
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
Islam, manusia mengemban misi selain untuk menjadi individu yang taat kepada
Allah Swt, sekaligus melakukan transformasi sosial sebagai bentuk amal
shalih. Dalam bahasa normatif disebutkan bahwa manusia harus berkelompok dan
berbuat, menyeru, mengajak kepada yang ma‟ruf dan meninggalkan yang mungkar.
Berkaitan dengan eksplanasi tersebut, maka fondasi tiga, empat, dan lima
diderivasikan, sehingga mewujud dalam kehidupan manusia.
Paradigma Islam Berkemajuan penting untuk dipahami oleh setiap aktivis
IPM karena berkaitan sebagai landasan epistemologi, ontologi, dan aksiologi
Islam menurut Muhammadiyah. Paradigma Islam Berkemajuan akan
memberi arah bagi aktivis IPM dalam membaca realitas. Paradigma Islam
Berkemajuan memberi implikasi bahwa segala gerak IPM harus memuat
dimensi dakwah Muhammadiyah.
27
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
BAB II
BEDAH TEMA MUKTAMAR XX
“MENGGERAKKAN DAYA KREATIF MENDORONG GENERASI
BERKEMAJUAN”
28
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
menyajikan kelaziman teror, intimidasi, dan kekerasan pada pelajar. Sejak tahun
1945, bahan-bahan literasi tertumpuk di kota-kota besar Indonesia. Jumlah rata-
rata buku yang diterbitkan di Indonesia menurut data IKAPI hanya berjumlah
30.000. Hal ini berbeda dengan Inggris yakni sebesar 184.000, dan Amerika yang
mencapai 304.912 publikasi per tahun. Kasus- kasus korupsi juga kerap
menghantui pengadaan buku di Indonesia.
Sejumlah kasus criminal juga menunjukkan bahwa pelajar tak bisa lepas dari
rantai kekerasan, baik yang dilakukan oleh sipil maupun negara. Tahun 2015, dua
orang pelajar di Mimika Papua menjadi korban tembak aparat. Tahun 2016, kasus
kekerasan seksual yang menimpa pelajar juga tak diusut tuntas. Negara dalam hal
ini tak mampu melakukan banyak hal. Kebijakan perundang-undangan di tingkat
Provinsi semacam Perda No. 1 tahun 2014 di DIY sarat memicu kekerasan
terhadap anak dan remaja. Sekali lagi, tantangan advokasi yang dihadapi IPM
sesungguhnya semakin kompleks.
Tantangan-tantangan yang dihadapi IPM bagaimana pun akan
merefleksikan arti penting keberadaannya. Jika IPM tak mampu membangun
dialektika terhadap tantangan-tantangan tersebut, bisa jadi IPM akan kehilangan
perannya menyusul sejumlah gerakan pelajar yang redup ditelan pragmatisme. Maka
sangat penting bagi IPM untuk mengolah daya- kreatif yang dimilikinya sebagai
kekuatan penting dalam menyikapi berbagai tantangan yang ada. IPM harus mampu
menggerakkan daya-kreatif dan kekuatannya melalui banyak strategi. Era IPM yang
baru bersandar pada dua kata kunci penting sebagai cara merawat daya-kreatifnya.
Pertama adalah kemampuan IPM untuk berkolaborasi dengan gerakan lain dan
seluas-luasnya dalam rangka memperkaya khazanah internal.
Meskipun IPM tergolong gerakan yang tua, tetapi etos kolaborasi harus
terus melekat dalam dirinya. Etos kolaborasi akan memberi IPM banyak
kesempatan dalam mengolah strategi-strategi baru memperbaharui posisi elanvitalnya.
Perkembangan gerakan sosial berbentuk komunitas dengan eksperimentasi yang
kian beragam merupakan kesempatan IPM memperdalam daya-kreatifnya. Etos
kolaborasi akan membawa IPM pada eksperimentasi baru gerakan Muhammadiyah
yang kreatif dan mampu menjawab tantangan zaman. Perubahan konstelasi gerakan
sosial menjadi komunitas harus menjadi catatan penting IPM untuk merespon
perubahan- perubahan yang terjadi.
29
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
30
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
IPM sebagai gerakan tak dapat bekerja sendiri dalam menghadapi berbagai
pemutakhiran tantangan. IPM harus mampu membuka kembali wajah barunya
dalam merespon berbagai perkembangan. IPM harus menghidupkan kembali
spirit kolaborasi dalam berbagai aspek. Meksipun begitu sebagaimana yang telah
dicatat di atas, kerja-kerja kolaboratif IPM harus meningkat menjadi mitra
kolaborasi yang setara. Hal ini untuk menghindarkan model kolaborasi yang
selama ini diperankan oleh IPM misalnya dengan Negara yang selalu saja
timpang. IPM memiliki kualitas- kualitas yang seharusnya menjadi kebanggaan
aktivisnya; kekuatan massa aktif yang besar, dinamika yang terus dirawat dalam
setiap muktamar, gerakan pelajar dengan kordinasi yang kolektif-setara. Kualitas-
kualitas itu harusnya menjadi identitas penting IPM ketika berhadap dengan
mitra kolaborasi semacam Negara. Kualitas itu juga menjadi peluang IPM dalam
memperkuat berbagai gerakan-gerakan berbasis komunitas yang diinisiasi oleh
masyarakat sipil.
Kesadaran IPM terhadap kerja kolaborasi sebenarnya merupakan
sebuah kekuatan baru yang akan menjadi salah satu jawaban bagaimana cara IPM
berkelindan menemukan ejawantahnya. Kehadiran inisiasi-inisiasi transformatif
kontemporer sebagai wujud dari gerakan sosial baru (New Social Movement)
seperti komunitas literasi atau komunitas pro-ekologi merupakan kekuatan bagi IPM
dalam menggembirakan proses transformatif. Kerja-kerja kolaborasi dengan
demikian bermakna bagi penguatan antar setiap gerakan dalam mendorong
transformasi yang bermakna. Maka kerja kolaboratif harus membawa dimensi
keberpihakan yang kuat jika tidak, kerja kolaboratif akan dianggap sebagai
pembenaran dari relasi-relasi yang justru memperlemah transformasi. Misalnya
dengan menetapkan prinsip menghindari kolaborasi bersama pihak-pihak yang
teridentifikasi merusak lingkungan, atau yang terlibat dalam kasus-kasus
pelanggaran HAM.
Kata kunci selanjutnya bagi IPM dalam menggerakan daya-kreatifnya
adalah berbagi (sharing). Etos berbagi merupakan kunci bagi IPM untuk
menemukan kembali kesegaran cara-cara IPM berpartisipasi dalam
transformasi sosial. Era baru yang tengah dihadapi oleh IPM adalah era distribusi
informasi. Era sharing ditandai dengan munculnya ruang-ruang publik baru baik
digital maupun non-digital. Perubahan ruang-ruang publik baru ini juga diikuti oleh
perebutan arah diskursus. Maka etos sharing akan menjaga IPM dari kecenderungan
yang sangat laten terjadi dalam perebutan arah diskursus yakni sikap pasif. Jika IPM
tak mampu mengambil bagian
31
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
dari perebutan arah diskursus, dengan mudah dapat ditenggelamkan. IPM akan jadi
kehilangan daya-kreatifnya. IPM punya kepentingan dalam mempertahankan
etos berbagi, yang dengan demikian juga harus mau mengubah caranya
berpartisipasi selama ini. Pada tahun 2015 saat diluncurkan aplikasi IPM berbasis
sistem android smartphone, wujud sharing IPM yang baru sebenarnya telah
diupayakan kembali. Hanya saja perlu ditekankan bahwa etos berbagi IPM harus
dibarengi oleh spirit berdaya aktivisnya. Artinya, masing-masing aktivis IPM
memiliki caranya masing- masing dalam berpartisipasi. Aktivis IPM yang memiliki
bakat dalam bidang teknologi tentu akan menentukan jalan sendiri dibandingkan
dengan aktivis IPM yang menyenangi sastra.
Etos berbagi harus berangkat dari perasaan berdaya setiap aktivis IPM.
Persis dalam konteks inilah etos berbagi akan menemukan kegairahannya
melahirkan daya-kreatif yang senantiasa segar dan bermakna. Etos berbagi
yang berlandaskan pada rasa berdaya akan menghasilkan inisiasi-inisiasi yang
membawa makna bagi kemanusiaan. Secara otomatis program-program yang
dibentuk pun akan membawa warna yang tak sekedar baru, mengikuti tren, atau
dengan setting yang mewah. Penekanannya adalah bahwa dalam etos berbagi,
inisiasi-inisiasi kreatif aktivis IPM memiliki nilai yang setara terutama bagi misi-
misi kemanusiaan. Misalnya gerakan pro-ekologi aktivis IPM dapat dipandang
sebagai percobaan kreatif yang membawa makna.
Generasi Berkemajuan ditandai oleh keberhasilannya menemukan ruang diri
yang selalu kontekstual dengan semangat zaman. KH. Ahmad Dahlan menjadi
contoh generasi muda yang berhasil mengejawantahkan etos kolaborasi dan etos
berbagi yang sangat kuat bagi kemanusiaan. KH. Ahmad Dahlan tak segan-segan
berkolaborasi dengan gerakan lainnya semacam Syarikat Dagang Islam (berdiri
tahun 1905, kemudian berubah nama menjadi Syarikat Islam pada tahun 1906)
atau Budi Utomo (berdiri tahun 1908). Begitu juga yang terjadi ketika KH. Ahmad
Dahlan membangun komunikasi dengan Jam‟iatul Khair yang baru berdiri pada tahun
1919, lebih muda dari Muhammadiyah yang didirikan bersama para muridnya. Etos
kolaborasi dan berbagi yang dirawat oleh KH. Ahmad Dahlan merupakan salah-satu
topik yang seringkali kurang diapresiasi sebagai salah-satu faktor daya-tahan dan
daya-kreatif Muhammadiyah sejak tahun 1912. Catatan penting dari contoh kerja
kolaborasi dan berbagi KH. Ahmad Dahlan terletak pada orientasi kemanusiaan yang
dibangunnya, bukan sekedar pada siapa
32
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
mitranya. Bagi KH. Ahmad Dahlan, tujuan transformatif merupakan tujuan utamanya
memperkuat Muhammadiyah dengan berkolaborasi dengan berbagai gerakan lain.
Daya-Kreatif
Istilah “kreatif” berarti bentuk aktivitas, tindakan, atau strategi, dalam mengatasi
hambatan dan tantangan secara inovatif. Istilah kreatif juga mengacu pada proses
menciptakan suatu hal baru berdasarkan inspirasi atau imajinasi. Individu atau
kelompok yang mampu menjadikan tindakan- tindakan keseharian dan memberi
dampak bagi perubahan penting dapat dikategorikan sebagai kreatif. Tindakan
kreatif tidak selalu mendatangkan manfaat praktis seperti peningkatan pada aspek
ekonomi masyarakat, tetapi pada perannya secara aktual dan historis.
Makna diksi “kreatif” yang digunakan terletak pada dua pertimbangan. Pertama,
diksi ini bisa dipahami oleh banyak kalangan dengan definisi yang sekalipun berbeda
secara prinsipil tetapi punya potensi untuk membuka cara baru memahami keadaan.
Kata “kreatif” sendiri bisa berubah posisi dan dipertukarkan dengan berbagai
istilah (baik sepadan atau tidak) untuk kepentingan dan peruntukan yang dengan
kadar tertentu bisa saja sama. Diksi kreatif memainkan peran penting dalam
ungkapan apresiatif. Sewaktu menggunakan kata “kreatif” pertama kali, ada
pertimbangan bahwa kata ini dapat digunakan untuk menggambarkan tindakan-
tindakan kreatif. Pada satu sisi ada semangat untuk mengapresiasi segala sesuatu
dengan bumbu sifat “kreatif”, dan itu peluang baik untuk dipergunakan.
Daya-kreatif berarti dorongan dalam menciptakan kemungkinan-
kemungkinan alternatif dari suatu wujud yang tampak terbatas, terhambat, atau tidak
mungkin. Daya-kreatif pada umumnya muncul karena kepemimpinan, peran,
strategi, kebijakan, kesempatan, atau situasi yang mendorong penciptaan inovatif.
Menurut Bernard Rose dalam bukunya Breakthrough Thinking for Nonprofit
Organizations (2002) menjelaskan bahwa daya-kreatif adalah proses mengungkap
dan mengolah realitas menjadi menarik yang berguna bagi manusia dan alam.
Daya-kreatif yang diasah akan menjadi keterampilan penting bagi individu atau pun
organisasi. Rose juga menjelaskan bahwa daya-kreatif merupakan faktor
pendorong kerja maksimal setiap organisasi non-profit.
IPM adalah organisasi non-profit yang berfungsi sebagai wadah
pengembangan diri mau pun komunitas pelajar tentu saja membutuhkan
33
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
Generasi Berkemajuan
Generasi berkemajuan menurut Muhammadiyah, merujuk pada
kelompok, atau komunitas yang “mendorong pada kebaikan, dan mencegah
kemungkaran” (amar ma‟ruf dan nahy munkar). Generasi berkemajuan
memanfaatkan etos kolaborasi dan etos berbagi sebagai caranya memperoleh
inspirasi sekaligus caranya memperkuat proses amar ma‟ruf dan nahy munkar.
Bercermin dari KH. Ahmad Dahlan, generasi berkemajuan merupakan kelompok,
atau komunitas yang mampu berpikir mendalam atas kondisi realitas, potensi
mengubahnya, dan cara memanfaatkan kekuatan yang tersedia. KH. Ahmad
Dahlan memiliki visi mendalam terhadap kondisi masyarakat yang tertindas di bawah
hegemoni suprastruktur baik yang dijalankan oleh kolonial maupun feodalisme para
priyayi. Dengan demikian berpikir kritis-analitis melalui telaah literasi yang
mendalam akan menjadi landasan penting generasi berkemajuan.
Arti penting menjadi generasi berkemajuan bagi aktivis IPM terletak
pada lima hal. Pertama, sebagai proses pemurnian tauhid, yang juga berarti purifikasi
motif segala tindakan transformasi sosial sebagai bentuk pengabdian terhadap
Allah Swt. Kedua, sebagai proses pembelajaran kembali nilai-nilai al-Qur‟an dan
hadits yang mendorong inisiasi kreatif bagi ummat dalam rangka rahmatan lil alamin.
Ketiga, pelembagaan inisiasi- inisiasi kreatif dalam rangka merawat keberlanjutan
transformasi sosial sehingga mudah direplikasi. Keempat, berorientasi pada
pembaruan- pembaruan yang mampu mendukung kebermanfaatan yang
bermakna. Kelima, bersikap kolaboratif dengan berbagai pihak sebagai kehendak
murni mendorong kemajuan kehidupan.
34
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
BAB III
KEBIJAKAN PROGRAM JANGKA PANJANG 2014-2024
IKATAN PELAJAR MUHAMMADIYAH
C. LANDASAN YURIDIS
Bahwa program Muhammadiyah dengan rangkaian kebijakan dan kegiatannya
senantiasa berpijak pada:
1. Al Quran dan As Sunnah sebagai sumber ajaran dan hukum Islam.
2. Mengindahkan falsafah dan dan dasar negara serta hukum yang sah
dalam kehidupan kebangsaan dan kenegaraan.
3. Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, dan Peraturan-
peraturan yang berlaku dalam Persyarikatan.
35
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
36
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
37
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
38
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
H. HIRARKI KEBIJAKAN
1. PP IPM
a. Penentu kebijakan organisasi secara nasional
b. Melakukan koordinasi dengan PW IPM Se-Indonesia
c. Melakukan kerja-kerja dalam lingkup menggagas nilai-nilai baru dan
penguatan kapasitas kader IPM secara nasional
2. PW IPM
a. Menerjemahkan kebijakan-kebijakan Muktamar atau kebijakan yang telah
diputuskan oleh PP IPM di tingkat wilayahnya
b. Mensosialisasikan keputusan-keputusan PP IPM atau keputusan
bersama di tingkat nasional
c. Mengatur kebijakan-kebijakan strategis dalam lingkup kewilayahannya
d. Melakukan koordinasi dengan PP IPM dan konsolidasi dengan PD IPM-
nya
e. Melakukan kerja-kerja konkrit di tingkat wilayah sebagai upaya
pengembangan jaringan dan penguatan kapasitas organisasi maupun
para kadernya
3. PD IPM
a. Motor penggerak IPM secara daerah
b. Melakukan aksi-aksi riil yang telah menjadi keputusan Muktamar
39
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
40
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
41
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
BAB IV
PEDOMAN PROGRAM IPM
A. Tahapan Program
Alur logika materi muktamar IPM XX disusun berdasarkan pada tahapan
kebijakan program IPM sebagaimana yang termaktub di dalam Tanfidz
Muktamar IPM XIX tahun 2014. Tahapan kebijakan program IPM tersebut
dapat digambarkan sebagai berikut:
2022-2024
Pembentukan
masyarakat ilmu
2020-2022
Sistem organisasi yang profesional
dan modern, jaringan IPM mencapai
lingkup global (internasional), peran
IPM bagi bangsa
2018-2020
Terbentuknya komunitas
kreatif, mendorong
transformasi individu, sosial,
dan kebudayaan
2016-2018
Gerakan Ilmu, pematangan
habitus ‘Iqra, mendukung
terwujudnya masyarakat
utama
42
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
43
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
44
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
45
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
Ideologi berarti teori atau strategi perjuangan untuk mewujudkan nilai- nilai Al-
Qolam dalam kehidupan sehari-hari. IPM memaknai ideologi sebagai
panduan mengimplementasikan keyakinan dan cita-citanya secara konkret di
kehidupan pelajar Indonesia. Ideologi juga
46
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
Pencerdasan,
Tiga Paradigma
Pemberdayaan,
IPM dan Pembebasan
Penyadaran,
Pemberdayaan,
dan Pembelaan
Pelajar Berkemajuan
47
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
Diri Sendiri
Lingkungan
48
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
Ketiganya tidak dapat dipisahkan. Gerakan ilmu akan memperkuat basis pengetahuan
aksi sehingga memungkinkan proses transformatif terjadi.
49
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
BAB V
PROGRAM KERJA IPM PERIODE 2016-2018
Keilmuan
Keberpihakan
Pemberdayaan
Capaian Umum
Keislaman
Kemanusiaan
Keorganisasian
50
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
3. Keberpihakan
Keberpihakan maksudnya ialah segala program dan aktivitas IPM harus
jelas letak keberpihakannya terhadap aspirasi pelajar. IPM memiliki
tanggungjawab untuk membawa aspirasi pelajar dan mengadvokasinya.
Kata “keberpihakan” menunjukkan bahwa posisi IPM tidak netral terhadap
keadaan. IPM harus terlibat aktif atas kepentingan pelajar. Keberpihakan
adalah salah-satu kriteria capaian umum yang sangat penting bagi IPM. Dalam
banyak kasus IPM harus mampu berpihak mengadvokasi kepentingan kelompok
pelajar-rentan (pelajar difabel, pelajar perempuan, pelajar putus sekolah, pelajar
dari kelas sosial menengah ke bawah). Dengan demikian capaian umum
keberhasilan IPM terletak pada kemampuannya menunjukkan
keberpihakan yang semakin dibutuhkan.
4. Pemberdayaan
Pemberdayaan sebagai kriteria capaian umum IPM berarti segala gerak
IPM senantiasa ditujukan bagi proses pengembangan kemampuan
anggotanya. Pemberdayaan berarti proses pengembangan kapasitas,
kemampuan, kreatifitas, dan kekuatan pelajar. Konsep pemberdayaan
yang digunakan oleh IPM selalu bersifat partisipatoris dan dua arah. Proses
pemberdayaan dalam IPM bertujuan sebagai cara membentuk integritas,
kemandirian, kecakapan, dan keterampilan yang dibutuhakn dalam
kehidupan sehari-hari.
51
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
5. Keislaman
IPM merupakan organisasi berbasis pelajar dengan nilai-nilai keislaman;
tauhid. Keislaman sebagai salah-satu kriteria capaian umum berarti IPM
dalam menjalankan organisasi harus menyadari posisinya sebagai sayap
dakwah Islam Muhammadiyah. IPM bertanggungjawab memformulasikan
model dakwah yang ramah, menyenangkan, dan membawa manfaat bagi
pelajar dan remaja pada umumnya. IPM dituntut untuk selalu menawarkan
inovasi dakwah bagi mad‟u muda.
6. Kemanusiaan
Kemanusiaan berarti segala proses yang terjadi di dalam
pengembangan organisasi harus bersifat manusiawi. Mengakomodir segala
kapasitas yang ada pada anggota IPM. IPM bertanggungjawab untuk
menjadi wadah bagi pelajar secara keseluruhan tanpa terkecuali. IPM
tidak hanya mewadahi aspirasi kelompok sosial pelajar tertentu, tetapi
secara menyeluruh.
7. Keorganisasian
Keorganisasi berarti berfungsinya IPM sebagai sebuah sistem.
Landasan semua program IPM adalah sistem, di mana IPM bergerak atas
sistem yang berfungsi. Pemimpin IPM harus mampu mengayomi dan
mewadahi setiap anggota agar dengan ikhlas berperan maksimal di IPM,
dengan berbagai strategi manusiawi yang dapat ditempuhnya. IPM adalah
organisasi, maka sudah sewajarnya dijalankan berdasarkan pada
sifat keorganisasian. Semua program dan kebijakan IPM harus
didasarkan pada musyawarah mufakat. Organisasi IPM dijalankan
dengan melibatkan kesepakatan semua pihak.
52
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
53
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
Bidang Organisasi
1 Terwujudnya IPM sebagai organisasi
terdepan dalam merespon dinamika zaman dan
Visi
perkembangan global sebagai wujud
gerakan pelajar berkemajuan.
2 Mengembangkan sistem organisasi IPM yang
Sistem Gerakan
maju, efektif, dan profesional berbasis data
3 Meningkatkan kualitas dan fungsi-fungsi
kepemimpinan organisasi di berbagai
Organisasi dan
tingkatan yang berbasis pada penerapan
Kepemimpinan
budaya kerja organisasi yang manusiawi,
apresiatif, amanah dan terukur.
4 Memperkuat jaringan kelembagaan IPM di
Indonesia melalui komunikasi intensif dan
Jaringan
pendampingan sehingga mampu bersinergi
membangun organisasi.
5 Meningkatkan kualitas kepemimpinan di berbagai
Sumber daya tingkatan yang mampu menjalankan
misi ikatan.
6 Meningkatkan konsolidasi gerakan di
berbagai tingkatan yang berorientasi pada
penguatan jejaring internal dan akar
rumput melalui pembinaan dan
Aksi
pendampingan
Melengkapi dan menguatkan basis data
organisasi sebagai dasar pelaksanaan
program yang terukur dan tepat sasaran.
Bidang Perkaderan
1 Berkembangnya kapasitas anggota dan
Visi kader IPM sebagai pelaku gerakan yang
memiliki keunggulan kapasitas, komitmen
54
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
55
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
56
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
57
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
58
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
59
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
jalur pendidikan
Menyelenggarakan pendidikan kader
advokasi dan menyusun panduan
mengenai pendampingan pelajar terutama
yang berkaitan dengan kasus- kasus
kekerasan yang menimpa pelajar, dan juga
yang berkaitan dengan pengembangan
kapasitas advokatif pelajar, serta yang
berkaitan dengan advokasi kepentingan
pelajar difabel, pelajar buruh, dan pelajar yang
dilanggar hak-hak dasarnya.
Mengembangkan forum-forum kajian
khusus tentang berbagai isu
internasional yang strategis,
seminar/publik mengenai situasi dunia, untuk
menjadi bahan penyikapan dan langkah
IPM dalam menghadapi perkembangan
dunia internasional.
60
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
Bidang Ipmawati
1 Memperkuat dan mendukung penuh peran pelajar
perempuan sebagai kader kemanusiaan,
kebangsaan, keummatan, dan persyarikatan melalui
Visi pengarusutamaan dan dukungan emansipatif bagi
keterlibatan pelajar perempuan dalam berbagai
dimensi
kehidupan.
2 Mengkaji, mengembangkan, dan
mendorong isu-isu tentang hak-hak
aksesibilitas pelajar perempuan dalam
menggunakan ruang publik, bebas dari
Sistem Gerakan diskriminasi, kekerasan, dan stigma atau
stereotip kultural yang menciptakan
perempuan sebagai kelompok rentan
Meningkatkan kepedulian dan respon
terhadap permasalahan pelajar
61
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
62
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
63
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
64
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
65
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
korporasi asing.
Turut berpartisipasi dalam
mengkampanyekan hidup cinta
lingkungan.
Lembaga Media, Komunikasi, Teknologi dan Informasi (LKTI)
1 Berkembangnya kemampuan pemanfaatan media,
komunikasi, teknologi, dan informasi di IPM sebagai
Visi
sarana dakwah dan syiar Islam
di kalangan pelajar.
2 Mengembangkan model pengembangan media,
komunikasi, teknologi, dan informasi sebagai sarana
penguatan internal organisasi dan penyebarluasan
Sistem Gerakan
gagasan melalui penyelenggaraan Kelas
Manajemen Media
bagi Pelajar
3 Memperkuat kapasitas internal organisasi melalui
Organisasi dan
pemanfaatan media, komunikasi,
Kepemimpinan
teknologi, dan informasi.
4 Membangun jaringan dengan berbagai pihak di
bidang media, komunikasi, teknologi, dan informasi
Jaringan
sebagai langkah penguatan strategi
gerakan.
5 Melahirkan kader yang sadar dan mampu
mengoptimalkan media, komunikasi,
Sumber daya
teknologi, dan informasi sebagai sarana
dakwah dan syiar IPM.
6 Mengembangkan jaringan media yang dapat
Aksi menyuarakan kepentingan pelajar dan sesuai
dengan nilai-nilai dasar IPM.
66
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
BAB VI
AGENDA AKSI
Agenda aksi pada dasarnya merupakan bagian dari implementasi visi IPM yang
bersifat langsung, nasional, dan kelanjutan dari diskursus yang dibangun pra-
Muktamar (forum TMU, forum Konpiwil, dan Pleno). Agenda aksi dirancang sebagai
strategi umum dalam upaya mendorong daya-kreatif sehingga mampu mewujudkan
visi IPM sebagai gerakan ilmu. Skema agenda aksi bergantung pada strategi
penguatan struktur, sekaligus strategi kultural berupa pengembangan komunitas.
Struktur akan menjadi faktor penting dalam merancang dan
mengimplementasikan agenda aksi. Sedangkan komunitas akan berperan
sebagai strategi kreatif yang membantu struktur memaksimalkan implementasi
agenda aksi.
2. Konsep Dasar
Membumikan tradisi literasi sebagai manifestasi gerakan ilmu Ikatan Pelajar
Muhammadiyah
3. Tujuan
a. Mengenalkan dan membudayakan tradisi literasi dalam ikatan
b. Mewujudkan tradisi baca tulis di kalangan pelajar
c. Membentuk pelajar yang berwawasan luas dan berkemajuan
4. Bentuk Aksi
a. Pembentukan pojok-pojok baca di kelas dan kantor IPM
b. Pembentukan komunitas „Sahabat Buku‟
c. Penyelenggaraan perpustakaan keliling
67
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
5. Penyelenggara
IPM di setiap jenjang struktur kepemimpinan
6. Sasaran
Pelajar, remaja, dan pimpinan IPM di berbagai jenjang tingkatan
7. Penutup
Meningkatnya tradisi literasi menjadi prasyarat peningkatan kualitas
kehidupan. Jihad literasi oleh karenanya harus dilandasi semangan
pencerdasan, pemberdayaan, dan pembebasan masyarakat.
2. Konsep Dasar
Pembelaan hak-hak pelajar yang dimulai dari individu dan jejaring pertemanan
3. Tujuan
a. Memperjuangkan terpenuhinya hak-hak pelajar
b. Mengupayakan regulasi yang berpihak kepada pelajar
c. Membentuk budaya kritis
4. Bentuk Aksi
a. Pembentukan kelompok advokasi teman sebaya di sekolah
68
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
b. Pelatihan advokasi
c. Seminar dan diskusi pemetaan isu
d. Pembuatan modul atau buku panduan advokasi
e. Kampanye advokasi
5. Penyelenggara
IPM di setiap jenjang struktur kepemimpinan
6. Sasaran
Pelajar dan remaja
7. Penutup
Gerakan membela teman sebaya diharapkan dapat membentuk
kesadaran kritis di kalangan pelajar sehingga mampu memperjuangkan
hak-haknya secara mandiri.
2. Konsep Dasar
Meningkatkan kesadaran ekoliterasi di kalangan pelajar dan pimpinan IPM
3. Tujuan
a. Meningkatkan kesadaran generasi muda dalam melestarikan lingkungan
b. Membentuk agen-agen muda penyelaman lingkungan
69
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
4. Bentuk Aksi
a. Membentuk komunitas muda pelestari lingkungan
b. Diskusi buku, film dokumenter kerusakan lingkungan
c. Bakti sosial membersihkan sekolah, sungai, pantai, dan lain
sebagainya
d. Penanaman bibit tanaman
e. Kampanye sosial penyelamatan lingkungan
f. Penanaman pohon di lingkungan sekolah
g. Pelatihan pengelolaan sampah
h. Kampanye peduli lingkungan
5. Penyelenggara
Pelajar dan pimpinan IPM di semua jenjang tingkatan
6. Sasaran
Pelajar dan pimpinan IPM di semua jenjang tingkatan
7. Penutup
Mewujudkan generasi yang sadar terhadap kelestarian lingkungan adalah
bagian dari semangat berkemajuan ala Muhammadiyah. Sadar bahwa
lestarinya lingkungan di masa kini akan berpengaruh pada keberlangsungan
hidup di masa depan adalah pandangan yang melampaui zaman. Oleh karena
itu, semangat ini perlu dipupuk sedini mungkin.
70
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
71
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
ANGGARAN DASAR
IKATAN PELAJAR MUHAMMADIYAH
BAB I
NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN
Pasal 1
Nama dan Tempat Kedudukan
1. Organisasi ini bernama Ikatan Pelajar Muhammadiyah disingkat IPM, yang
didirikan di Surakarta pada tanggal 5 Shafar 1381 Hijriyah bertepatan
dengan tanggal 18 Juli 1961 Miladiyah.
2. Ikatan Pelajar Muhammadiyah berkedudukan di Pimpinan Pusat.
BAB II
ASAS, IDENTITAS, LAMBANG, DAN SEMBOYAN
Pasal 2
Asas
Ikatan Pelajar Muhammadiyah berasaskan Islam
Pasal 3
Identitas
Ikatan Pelajar Muhammadiyah adalah Organisasi Otonom Muhammadiyah,
merupakan gerakan Islam, dakwah amar ma’ruf nahi munkar di kalangan pelajar,
beraqidah Islam dan bersumber pada Al-Qur‘an dan As-Sunnah Al- Maqbulah.
Pasal 4
Lambang
Lambang Ikatan Pelajar Muhammadiyah adalah segi lima berbentuk perisai runcing di
bawah yang merupakan deformasi bentuk pena dengan jalur besar tengah runcing
di bawah berwarna kuning, diapit oleh dua jalur berwarna merah dan dua jalur
berwarna hijau dengan matahari bersinar sebagai keluarga Muhammadiyah di mana
tengah bulatan matahari terdapat
72
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
gambar buku dan tulisan Al-Qur’an surat Al-Qolam ayat 1 dan tulisan IPM di bawah
matahari.
Pasal 5
Semboyan
IPM bersemboyan
ن, َسَ امَ وم َلَلقَ او
نَ وَرَ ط ي
Nuun Walqolami Wamaa Yasthuruun
yang berarti : Nuun, demi pena dan apa yang mereka tulis.
BAB III
MAKSUD DAN TUJUAN SERTA USAHA
Pasal 6
Maksud dan Tujuan
Terbentuknya pelajar muslim yang berilmu, berakhlak mulia, dan terampil dalam
rangka menegakkan dan menjunjung tinggi nilai-nilai ajaran Islam sehingga
terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Pasal 7
Usaha
1. Menanamkan kesadaran beragama Islam, memperteguh iman,
menertibkan peribadatan dan mempertinggi akhlak karimah.
2. Mempergiat dan memperdalam pemahaman agama Islam untuk
mendapatkan kemurnian dan kebenaran-Nya.
3. Memperdalam, memajukan, dan meningkatkan ilmu pengetahuan, teknologi,
sosial dan budaya.
4. Membimbing, membina, dan menggerakkan anggota guna
meningkatkan fungsi dan peran IPM sebagai kader persyarikatan, umat,
dan bangsa dalam menunjang pembanguan manusia seutuhnya menuju
masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
5. Segala usaha yang tidak menyalahi ajaran Islam dengan mengindahkan
hukum dan falsafah yang berlaku.
73
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
BAB IV
BASIS MASSA
Pasal 8
Basis Massa
Basis massa Ikatan Pelajar Muhammadiyah adalah pelajar.
Pasal 9
Pengertian Pelajar
Pelajar adalah kelas sosial yang menuntut ilmu secara terus-menerus serta memiliki hak
dan kewajiban dalam bidang pendidikan.
BAB V
KEANGGOTAAN, KADER, DAN SIMPATISAN
Pasal 10
Anggota
Anggota IPM adalah:
1. Pelajar muslim yang belajar di sekolah Muhammadiyah maupun non
Muhammadiyah setingkat SMP dan atau SMA.
2. Pelajar muslim yang berusia 12 tahun sampai 21 tahun yang mendaftar sebagai
anggota Ikatan Pelajar Muhammadiyah.
3. Mereka yang pernah menjadi anggota sebagaimana ketentuan ayat 1 dan 2,
yang diperlukan oleh organisasi dengan usia maksimal genap 24 tahun.
4. Anggota sebagaimana tersebut dalam ayat 3 di atas yang karena terpilih
menjadi pimpinan bisa melanjutkan keanggotaannya sampai masa
jabatannya selesai.
Pasal 11
Kader
Kader IPM adalah anggota yang telah mengikuti perkaderan serta mampu dan
pernah menjadi penggerak inti ikatan.
74
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
Pasal 12
Simpatisan
Simpatisan adalah mereka yang menyetujui maksud dan tujuan IPM tetapi tidak
memenuhi syarat sebagai anggota.
BAB VI
SUSUNAN, PEMBENTUKAN, PENETAPAN, PELEBURAN, DAN
PEMEKARAN, ORGANISASI
Pasal 13
Susunan Organisasi
1. Ranting adalah kesatuan anggota di sekolah atau madrasah atau pondok
pesantren atau desa/kelurahan atau panti asuhan.
2. Cabang adalah kesatuan ranting-ranting di tingkat kecamatan. cabang
membawahi ranting.
3. Daerah adalah kesatuan cabang dan atau ranting di tingkat
kabupaten/kota. Daerah membawahi cabang dan atau ranting.
4. Wilayah adalah kesatuan daerah di tingkat provinsi. Wilayah
membawahi daerah, cabang dan ranting.
5. Pusat adalah kesatuan kesatuan anggota di tingkat nasional yang
membawahi wilayah, daerah, cabang dan ranting.
Pasal 14
Penetapan Organisasi
1. Penetapan Wilayah dan Daerah dengan ketentuan luas lingkungannya
ditetapkan oleh Pimpinan Pusat.
2. Penetapan Cabang dengan ketentuan luas lingkungannya ditetapkan oleh
Pimpinan Wilayah.
3. Penetapan Ranting dengan ketentuan luas lingkungannya ditetapkan oleh
Pimpinan Daerah.
75
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
Pasal 15
Pembentukan, Peleburan, dan Pemekaran
Pembentukan, peleburan, dan pemekaran organisasi diatur oleh pimpinan di
atasnya.
BAB VII
PIMPINAN
Pasal 16
Pimpinan Pusat
1. Pimpinan Pusat adalah pimpinan tertinggi yang memimpin IPM secara
nasional.
2. Pimpinan Pusat dipilih dan ditetapkan dalam Muktamar dengan surat
keputusan Pimpinan Pusat IPM.
3. Perubahan dan penambahan personil (reshuffle) Pimpinan Pusat menjadi
wewenang Pimpinan Pusat dilaksanakan dalam pleno pimpinan yang menjamin
adanya peningkatan efisiensi dan penyegaran jalannya kepemimpinan dan
ditetapkan dengan surat keputusan serta diumumkan ke pimpinan wilayah.
Pasal 17
Pimpinan Wilayah
1. Pimpinan Wilayah adalah pimpinan dalam wilayah dan melaksanakan
kepemimpinan di wilayahnya.
2. Pimpinan Wilayah dipilih dan ditetapkan dalam Musyawarah Wilayah dengan
surat keputusan Pimpinan Pusat.
3. Pimpinan Wilayah adalah wakil Pimpinan Pusat di wilayahnya.
4. Perubahan dan penambahan personal (reshuffle) Pimpinan Wilayah menjadi
wewenang Pimpinan Wilayah dilaksanakan dalam pleno pimpinan yang
menjamin adanya peningkatan efisiensi dan penyegaran jalannya
kepemimpinan dan ditetapkan dengan surat keputusan Pimpinan Pusat
serta diumumkan ke pimpinan daerah.
76
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
Pasal 18
Pimpinan Daerah
1. Pimpinan Daerah adalah pimpinan dalam daerah dan melaksanakan
kepemimpinan di daerahnya.
2. Pimpinan Daerah dipilih dan ditetapkan dalam Musyawarah Daerah dengan
surat keputusan Pimpinan Wilayah.
3. Pimpinan Daerah karena jabatannya adalah menjadi wakil Pimpinan Wilayah
di daerahnya.
4. Perubahan dan penambahan personal (Reshuffle) Pimpinan Daerah menjadi
wewenang Pimpinan Daerah dilaksanakan dalam pleno pimpinan yang
menjamin adanya peningkatan efisiensi dan penyegaran jalannya
kepemimpinan dan ditetapkan dengan surat keputusan Pimpinan Wilayah
serta diumumkan ke pimpinan cabang dan atau ranting.
Pasal 19
Pimpinan Cabang
1. Pimpinan Cabang adalah pimpinan dalam cabang dan melaksanakan
kepemimpinan di Cabangnya.
2. Pimpinan Cabang dipilih dan ditetapkan dalam Musyawarah Cabang dengan
surat keputusan Pimpinan Daerah.
3. Pimpinan Cabang karena jabatannya adalah menjadi wakil Pimpinan Daerah
di cabangnya.
4. Perubahan dan penambahan personal (Reshuffle) Pimpinan Cabang menjadi
wewenang Pimpinan Cabang dilaksanakan dalam pleno pimpinan yang
menjamin adanya peningkatan efisiensi dan penyegaran jalannya
kepemimpinan dan ditetapkan dengan surat keputusan Pimpinan Daerah
serta diumumkan ke pimpinan ranting.
Pasal 20
Pimpinan Ranting
1. Pimpinan Ranting adalah pimpinan dalam ranting dan melaksanakan
kepemimpinan di rantingnya.
77
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
Pasal 21
Pemilihan Pimpinan
1. Pemilihan Pimpinan dilakukan pada musyawarah tertinggi masing- masing
tingkatan struktur dengan sistem pemilihan formatur.
2. Syarat anggota pimpinan dan cara pemilihan diatur dalam Anggaran Rumah
Tangga.
Pasal 22
Pergantian Pimpinan
1. Pergantian pimpinan yang dimaksud adalah pergantian pimpinan dalam periode
tertentu
2. Pimpinan IPM yang telah habis masa jabatannya, tidak lagi menjalankan
tugas dan fungsinya
3. Pergantian pimpinan harus menjamin adanya peningkatan kualitas
kepemimpinan
4. Pergantian pimpinan dinyatakan sah jika sudah terjadi serah terima jabatan
yang dilakukan pada saat pergantian ketua umum yang baru.
5. Serah terima jabatan dilakukan pada saat pergantian Ketua Umum yang
baru.
78
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
Pasal 23
Masa Jabatan Pimpinan
1. Masa jabatan Pimpinan Pusat, Pimpinan Wilayah, Pimpinan Daerah, dan
Pimpinan Cabang selama 2 tahun, sedangkan Pimpinan Ranting selama 1
tahun.
2. Masa jabatan terhitung mulai dari terpilihnya Ketua Umum yang dilakukan
pada saat permusyawaratan tertinggi di masing-masing tingkatan struktur.
3. Jabatan Ketua Umum di setiap tingkatan struktur dijabat maksimal satu kali
masa jabatan.
4. Jabatan anggota pimpinan di setiap tingkatan struktur maksimal selama dua kali
periode secara berturut-turut.
Pasal 24
Perangkapan Jabatan
1. Rangkap jabatan di setiap tingkatan struktur IPM adalah dilarang.
2. Rangkap jabatan dalam Organisasi Otonom Muhammadiyah, hanya dapat
dibenarkan setelah mendapat izin dari pimpinan yang bersangkutan.
3. Rangkap jabatan dengan organisasi politik dan/atau organisasi massa yang
berafiliasi dengan organisasi politik adalah dilarang.
4. Rangkap jabatan dengan organisasi kepelajaran dan kepemudaan
lainnya adalah dilarang.
Pasal 25
Perubahan Pimpinan
1. Perubahan pimpinan yang dimaksud adalah perubahan komposisi pimpinan
baik berupa penambahan, pengurangan, dan perubahan tugas bidang.
2. Perubahan pimpinan harus menjamin adanya peningkatan kualitas
kepemimpinan
79
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
BAB VIII
LEMBAGA IPM
Pasal 26
Lembaga IPM
1. Pimpinan IPM dapat membentuk lembaga IPM.
2. Lembaga IPM adalah badan pembantu pimpinan yang melaksanakan hal-hal
yang tidak dapat ditangani langsung oleh pimpinan dalam hal pelaksanaan
dan pengembangan operasional program.
3. Pimpinan IPM mempunyai wewenang membuat pedoman untuk
mengatur lembaga IPM.
BAB IX
PERMUSYAWARATAN
Pasal 27
Muktamar
1. Muktamar adalah permusyawaratan tertinggi dalam ikatan yang
diselenggarakan oleh dan atas tanggung jawab Pimpinan Pusat.
2. Muktamar diselenggarakan setiap 2 (dua) tahun sekali.
Pasal 28
Muktamar Luar Biasa
(MLB)
1. Muktamar Luar Biasa adalah Muktamar yang diselenggarakan apabila
keberadaan ikatan dalam bahaya dan atau terancam dibubarkan, yang Tanwir
tidak berwenang untuk memutuskan dan tidak dapat ditangguhkan sampai
Muktamar berikutnya.
2. Muktamar Luar Biasa diadakan oleh Pimpinan Pusat atas Keputusan
Tanwir.
80
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
Pasal 29
Tanwir
1. Tanwir adalah permusyaratan tertinggi ikatan setelah Muktamar yang
diselenggarakan oleh dan atas tanggung jawab Pimpinan Pusat.
2. Tanwir diselenggarakan sekurang-kurangnya sekali dalam satu periode.
Pasal 30
Musyawarah Wilayah
(Musywil)
1. Musyawarah Wilayah adalah permusyawaratan tertinggi di tingkat wilayah yang
diselenggarakan oleh dan atas tangung jawab Pimpinan Wilayah.
2. Musyawarah Wilayah diselenggarakan setiap 2 (dua) tahun sekali.
Pasal 31
Konferensi Pimpinan Wilayah
(Konpiwil)
1. Konferensi Pimpinan Wilayah adalah permusyawaratan tertinggi tingkat wilayah
setelah Musyawarah Wilayah yang diselenggarakan oleh dan atas
tanggungjawab Pimpinan Wilayah.
2. Konferensi Pimpinan Wilayah diselenggarakan sekurang-kurangnya sekali
dalam satu priode.
Pasal 32
Musyawarah Daerah
(Musyda)
1. Musyawarah Daerah adalah permusyaratan tertinggi di tingkat daerah yang
diselenggarakan oleh dan atas tanggung jawab Pimpinan Daerah.
2. Musyawarah daerah diselenggarakan setiap 2 (dua) tahun sekali.
81
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
Pasal 33
Konferensi Pimpinan Daerah
(Konpida)
1. Konferensi Pimpinan Daerah adalah permusyawaratan tertinggi di tingkat
daerah setelah Musyda, yang diselenggarakan oleh dan atas tanggung jawab
Pimpinan Daerah.
2. Konferensi Pimpinan Daerah diselenggarakan sekurang-kurangnya sekali
dalam satu periode.
Pasal 34
Musyawarah Cabang
(Musycab)
1. Musyawarah Cabang adalah permusyawaratan tertinggi di tingkat Cabang
yang diselenggarakan oleh dan atas tanggung jawab Pimpinan Cabang.
2. Musyawarah Cabang diselenggarkan setiap 2 (dua) tahun sekali.
Pasal 35
Konferensi Pimpinan Cabang
(Konpicab)
1. Konferensi Pimpinan Cabang adalah permusyawaratan tertinggi di tingkat
cabang setelah Musycab, yang diselenggarakan oleh dan atas tanggung
jawab Pimpinan Cabang.
2. Konferensi Pimpinan Cabang diselenggarakan sekurang-kurangnya sekali
dalam satu periode.
Pasal 36
Musyawarah Ranting
(Musyran)
1. Musyawarah Ranting adalah permusyawaratan tertinggi di tingkat ranting yang
diselenggarakan oleh dan atas tanggungjawab Pimpinan Ranting.
2. Musyawarah Ranting di selenggarakan setiap 1 (satu) tahun sekali.
82
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
Pasal 37
Keabsahan dan Keputusan Permusyawaratan
1. Permusyawaratan dapat berlangsung tanpa memandang jumlah yang hadir,
asal yang bersangkutan telah diundang secara sah.
2. Keputusan permusyawaratan diusahakan diambil berdasarkan
musyawarah mufakat dan apabila tidak tercapai diambil dengan
pemungutan suara maka putusan dengan suara terbanyak.
3. Keputusan Muktamar berlaku setelah diberitahukan kepada Pimpinan Pusat
Muhammadiyah dan ditanfidzkan oleh Pimpinan Pusat IPM.
4. Keputusan Musywil, Musyda, dan Musycab berlaku setelah diberitahukan
kepada Pimpinan Muhammadiyah setingkat dan disahkan oleh pimpinan di
atasnya.
5. Keputusan Musyran berlaku setelah diberitahukan kepada pimpinan sekolah
atau Pimpinan Ranting Muhammadiyah setempat dan disahkan oleh pimpinan
di atasnya.
6. Keputusan Tanwir, Konpiwil, Konpida dan Konpicab berlaku setelah
ditanfidzkan oleh Pimpinan yang bersangkutan dan diberitahukan kepada
Pimpinan Muhammadiyah setingkat.
Pasal 38
Tanfidz
1. Tanfidz adalah pernyataan berlakunya keputusan setiap permusyawratan
(Muktamar, tanwir, Musywil, Konpiwil, Musyda, Konpida, Musycab,
Konpicab, dan Musyran) dan rapat pleno yang ada di IPM.
2. Keputusan Muktamar dan Tanwir berlaku sejak ditanfidzkan oleh PP IPM
dan diberitahukan kepada untuk mendapatkan pengesahan dari Pimpinan
Pusat Muhammadiyah.
3. Keputusan Musywil, Konpiwil, Musyda, Konpida, Musycab, Konpicab, dan
Musyran, serta rapat berlaku setelah ditanfidzkan oleh pimpinan masing-
masing tingkatan struktur setelah mendapat pengesahan dari pimpinan di
atasnya dan diberitahukan kepada pimpinan Muhammadiyah di masing-
masing tingkatan struktur.
83
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
BAB X
RAPAT
Pasal 39
Rapat dibedakan menjadi dua jenis : Rapat Pimpinan dan Rapat Kerja.
BAB XI
KEUANGAN DAN KEKAYAAN
Pasal 40
Pengertian
Keuangan dan Kekayaan IPM adalah semua harta benda yang diperoleh dari
sumber yang sah dan halal serta digunakan untuk kepentingan pelaksanaan
organisasi.
Pasal 41
Sumber
Keuangan IPM diperoleh dari:
1. Iuran Anggota
2. Uang Pangkal
3. Pimpinan Muhammadiyah setingkat.
4. Sumber lain yang halal dan tidak mengikat.
Pasal 42
Pengelolaan dan Pengawasan
Ketentuan mengenai pengelolaan dan pengawasan keuangan dan
kekayaan diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
84
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
BAB XII
LAPORAN
Pasal 43
Laporan
Pimpinan IPM semua tingkatan struktur wajib membuat laporan perkembangan
organisasi, laporan pertanggungjawaban, laporan kebijakan dan keuangan
disampaikan kepada permusyawaratan masing-masing tingkatan struktur.
BAB XIII
ANGGARAN RUMAH TANGGA
Pasal 44
Anggaran Rumah Tangga
1. Anggaran Rumah Tangga menjelaskan Anggaran Dasar dan mengatur segala
sesuatu yang belum diatur dalam Anggaran Dasar ini.
2. Anggaran Rumah Tangga disahkan oleh Muktamar.
BAB XIV
PEMBUBARAN
Pasal 45
Pembubaran
1. Pembubaran dan atau perubahan konstitusi IPM menjadi wewenang Pimpinan
Pusat Muhammadiyah, Muktamar IPM, dan Muktamar Luar Biasa IPM.
2. Pembubaran IPM ditetapkan oleh Tanwir atau Muktamar
Muhammadiyah atas usulan PP Muhammadiyah.
3. Sesudah IPM dibubarkan, maka segala hak miliknya menjadi hak milik
Muhammadiyah.
85
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
BAB XV
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR
Pasal 47
Perubahan Anggaran Dasar
Anggaran dasar Ikatan Pelajar Muhammadiyah merupakan keputusan
mutlak dan tidak dapat diganggu gugat kecuali
1. Anggaran dasar tidak sesuai dengan kondisi IPM.
2. Anggaran dasar dapat diubah berdasarkan kajian dari Pimpinan
Wilayah dengan menyerahkan bukti kajian.
3. Perubahan anggaran dasar dapat diusulkan pada tanwir dan
disahkan di muktamar.
BAB XVI
PENUTUP
Pasal 48
Penutup
1. Anggaran Dasar ini disusun sebagai penyempurnaan dan pengganti Anggaran
Dasar sebelumnya, disahkan pada Muktamar IPM XX di Samarinda,
Kalimantan Timur.
2. Setelah Anggaran Dasar ini ditetapkan, maka Anggaran Dasar
sebelumnya dinyatakan tidak berlaku lagi.
86
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
Pasal 1
Keberadaan Organisasi
Ikatan Pelajar Muhammadiyah berdiri pada tanggal 5 Shafar 1381 Hijriyah,
bertepatan dengan tanggal 18 Juli 1961 dalam Konferensi Pemuda
Muhammadiyah di Surakarta. Ikatan Pelajar Muhammadiyah pernah
mengalami perubahan menjadi Ikatan Remaja Muhammadiyah (IRM) yang
ditetapkan dengan Surat Keputusan Pimpinan Pusat IRM No.
VI/PP.IRM/1992 tertanggal 24 Rabi’ul Akhir 1413 Hijriyah, bertepatan tanggal
22 Oktober 1992 dan disahkan oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah melalui
SK No.53/SK/IV.13/1.b/1992 tertanggal 22 Jumadil ‘Ula 1413 Hijriyah bertepatan
pada tanggal 18 November 1992. Pada tanggal 28 Syawal 1429 Hijriyah
bertepatan pada tanggal 28 Oktober 2008 pada Muktamar IRM di Surakarta
kembali lagi menjadi Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM).
Pasal 2
Kedudukan Pimpinan Pusat
Pimpinan Pusat IPM berkedudukan di Yogyakarta. Sedangkan
penyelenggaraan aktivitasnya berada di dua kantor yaitu di Yogyakarta dan Jakarta.
Pasal 3
Lambang
1. Lambang Ikatan Pelajar Muhammadiyah sebagaimana tersebut dalam
Anggaran Dasar adalah sebagai berikut :
87
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
Pasal 4
Bendera
1. Bendera Ikatan Pelajar Muhammadiyah berbentuk persegi panjang berukuran
panjang berbanding lebarnya dua berbanding tiga berwarna kuning, di bagian
tengah bergambar lambang Ikatan Pelajar
88
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
Pasal 5
Pengajuan Kartu Tanda Anggota
1. Pengajuan kartu tanda anggota diajukan secara tertulis disampaikan
kepada Pimpinan Ranting atau Cabang atau Daerah.
2. Pimpinan Daerah selambat-lambatnya 6 (enam) bulan sekali melaporkan
tentang keanggotaan di daerah kepada Pimpinan Wilayah dan Pimpinan
Pusat.
3. Bagi mereka yang telah memenuhi persyaratan menjadi anggota, berhak
mendapatkan kartu anggota.
4. Ketentuan pelaksanaan dan pembuatan KTA diatur oleh Pimpinan Pusat.
Pasal 6
Kewajiban dan Hak Anggota
1. Setiap anggota Ikatan Pelajar Muhammadiyah wajib untuk :
a. Taat kepada AD/ART, keputusan organisasi dan IPM.
b. Setia pada nilai-nilai perjuangan IPM.
89
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
c. Menjaga nama baik IPM, dan menjadi teladan utama sebagai pelajar
muslim.
d. Turut mendukung dan mengembangkan kebijakan dan amal
perjuangan IPM.
e. Membayar Uang Pangkal yang ditetapkan oleh Pimpinan Pusat IPM dan
Iuran Anggota yang ditetapkan oleh Pimpinan Daerah IPM.
2. Hak Anggota :
a. Memiliki kartu tanda anggota IPM.
b. Mendapatkan pengkaderan dari IPM.
c. Mendapatkan informasi yang sama terkait perkembangan
organisasi.
d. Memberikan saran dan menyatakan pendapat demi kebaikan
organisasi.
e. Berhak memilih dan dipilih dalam permusyawaratan pada tingkatan
struktur pimpinannya.
Pasal 7
Kewajiban dan Hak Kader
1. Kewajiban Kader :
a. Taat kepada AD/ART IPM dan menjalankan keputusan dan
peraturan IPM.
b. Setia pada nilai-nilai perjuangan IPM.
c. Menegakkan dan menjunjung nama baik IPM dan
Muhammadiyah.
d. Menjadi teladan yang utama sebagai pelajar muslim.
e. Turut mendukung dan melaksanakan kebijakan dan amal
perjuangan IPM.
f. Menjadi penggerak dan bertanggung jawab dalam melaksanakan
kebijakan dan amal perjuangan IPM.
2. Hak Kader :
a. Menyatakan pendapat di dalam dan di luar permusyawaratan.
b. Memilih dan dipilih di dalam permusyawaratan pada tingkatan struktur
kepemimpinannya.
90
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
Pasal 8
Pemberhentian Anggota
1. Anggota berhenti karena :
a. Meninggal dunia
b. Keluar dari Islam
c. Meminta berhenti atas kehendak sendiri
d. Diberhentikan
e. Habis masa kenggotaannya
2. Anggota diberhentikan oleh Pimpinan karena :
a. Melakukan tindakan yang bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar
perjuangan IPM
b. Melakukan tindakan yang merugikan dan merusak nama baik
organisasi
c. Melakukan tindak pidana dan terbukti kesalahannya di depan
pengadilan
3. Anggota yang diberhentikan berhak mengajukan keberatan kepada tingkatan
struktur yang memberhentikan. Apabila tingkatan struktur yang bersangkutan
menolak maka anggota yang diberhentikan berhak melakukan banding kepada
tingkatan struktur di atasnya.
Pasal 9
Ranting
1. Ranting adalah kesatuan anggota di sekolah, madrasah, pondok
pesantren, masjid/mushalla, panti asuhan, desa/kelurahan atau komunitas
yang berfungsi melakukan pembinaan dan pemberdayaan angoota.
2. Ranting sekurang-kurangnya mempunyai :
a. Pimpinan ranting terdiri atas sekurang-kurangnya 10 orang.
b. Pengajian pimpinan secara rutin sekurang-kurangya 1 kali dalam
sebulan.
c. Memiliki kegiatan atau program pemberdayaan dan pembinaan pelajar.
91
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
Pasal 10
Cabang
1. Cabang didirikan atas rekomendasi Pimpinan Cabang Muhammadiyah dan
atau Musyawarah Cabang IPM kemudian disahkan oleh Pimpinan Wilayah
IPM dengan Surat Keputusan.
2. Surat Keputusan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat 1 di atas
ditembuskan kepada PD, dan PP IPM serta Pimpinan Cabang
Muhammadiyah setempat.
3. Cabang sekurang-kurangnya mempunyai :
a. 2 (dua) Pimpinan Ranting
b. Pengajian pimpinan secara rutin sekurang-kurangnya sekalidalam
sebulan
c. Pengajian umum secara rutin tingkat cabang sekurang-kurangnya sekali
dalam sebulan
d. Memiliki program kerja dan kegiatan
e. Pelatihan kader pimpinan tingkat cabang
4. Cabang membawahi Ranting-ranting.
92
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
Pasal 11
Daerah
1. Daerah didirikan atas rekomendasi Pimpinan Daerah Muhammadiyah dan atau
Musywarah Daerah IPM kemudian disahkan oleh Pimpinan Pusat IPM
dengan Surat Keputusan.
2. Surat Keputusan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat 2 di atas
ditembuskan kepada PW IPM, Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM),
dan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) setempat.
3. Daerah sekurang-kurangnya mempunyai :
a. 2 (Dua) Pimpinan Cabang
b. Pengajian pimpinan secara rutin sekurang-kurangnya dua kali dalam
sebulan
c. Pengajian umum secara rutin tingkat daerah sekurang-kurangnya sekali
dalam sebulan
d. Memiliki program kerja dan kegiatan
e. Pelatihan kader Pimpinan tingkat Daerah
4. Daerah membawahi Cabang dan Ranting.
Pasal 12
Wilayah
1. Wilayah didirikan atas rekomendasi Pimpinan Wilayah Muhammadiyah dan atau
Musywarah Wilayah IPM kemudian disahkan oleh Pimpinan Pusat IPM
dengan Surat Keputusan.
2. Surat Keputusan sebagaimana dimaksud yang dimaksud dalam ayat 1
diterbitkan oleh PP IPM, dan ditembuskan kepada Pimpinan Wilayah
Muhammadiyah (PWM) setempat, dan Pimpinan Pusat
Muhammadiyah.
3. Wilayah sekurang-kurangnya mempunyai :
a. 3 (tiga) Pimpinan Daerah
b. Pengajian pimpinan secara rutin sekurang-kurangnya dua kali dalam
sebulan
c. Memiliki program kerja dan kegiatan
d. Pelatihan kader pimpinan tingkat wilayah
4. Wilayah membawahi Daerah, Cabang, dan Ranting.
93
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
Pasal 13
Pusat
1. Pusat ditetapkan berdasarkan Keputusan Muktamar.
2. Pusat membawahi Wilayah, Daerah, Cabang, dan Ranting.
Pasal 14
Kepemimpinan
1. Kepemimpinan IPM menggunakan prinsip kolektif-kolegial.
Maksudnya dalam melaksanakan dan memutuskan segala sesuatu dilakukan
dengan bersama-sama dengan penuh pertimbangan dan kebijaksanaan.
2. Kepemimpinan IPM bersifat kritis-apresiatif. Maksudnya senantiasa
memperhatikan pendapat anggota, menghargai eksistensi anggota dan menerima
kritik dan masukan dari anggotanya.
Pasal 15
Susunan Pimpinan
Susunan Pimpinan terdiri atas :
1. Pimpinan Pusat
2. Pimpinan Wilayah
3. Pimpinan Daerah
4. Pimpinan Cabang
5. Pimpinan Ranting
Pasal 16
Pimpinan Pusat
1. Pimpinan Pusat menentukan kebijakan IPM berdasarkan keputusan Muktamar
dan Tanwir serta pedoman Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
2. Pimpinan Pusat mentanfidzkan permusyawaratan tingkat pusat,
memimpin dan mengawasi pelaksanaan kebijakan IPM.
3. Untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, Pimpinan Pusat membuat
pedoman kerja dan pembagian tugas serta wewenang antar anggota Pimpinan
Pusat.
94
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
Pasal 17
Pimpinan Wilayah
1. Pimpinan Wilayah menentukan kebijakan IPM dalam wilayahnya
berdasarkan garis kebijakan pimpinan di atasnya dan keputusan
permusyawaratan wilayah.
2. Pimpinan Wilayah mentanfidzkan keputusan-keputusan permusyawaratan
wilayah, memimpin dan mengawasi pelaksanaan kebijakannya.
3. Pimpinan Wilayah memimpin dan mengawasi pelaksanaan kebijakan atau
intruksi Pimpinan Pusat di wilayahnya.
4. Untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, Pimpinan Wilayah
membuat pedoman kerja dan pembagian tugas serta wewenang antar personil
Pimpinan Wilayah atas dasar pedoman kerja yang dibuat oleh PP IPM.
5. Pimpinan Wilayah membimbing dan meningkatkan kegiatan daerah dalam
wilayahnya.
6. Dalam melaksanakan kebijakan ekstern yang menyangkut masalah penting,
Pimpinan Wilayah berkewajiban berkonsultasi dengan Pimpinan Wilayah
Muhammadiyah.
7. Pimpinan Wilayah dapat membentuk Perwakilan Pimpinan Wilayah sesuai
dengan keputusan Musyawarah Wilayah.
8. Personal Pimpinan Wilayah berdomisili di tempat kedudukan Pimpinan
Wilayah, dan apabila tidak demikian maka harus mendapatkan
persetujuan dalam rapat pleno pimpinan tingkat Wilayah.
95
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
Pasal 18
Pimpinan Daerah
1. Pimpinan Daerah menentukan kebijakan IPM dalam daerahnya
berdasarkan garis kebijakan pimpinan di atasnya dan keputusan
permusyawaratan daerah.
2. Pimpinan Daerah mentanfidzkan keputusan-keputusan permusyawaratan
daerah, memimpin dan mengawasi pelaksanaan kebijakannya.
3. Pimpinan Daerah memimpin dan mengawasi pelaksanaan kebijakan
atau instruksi Pimpinan Pusat dan Pimpinan Wilayah.
4. Untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, Pimpinan Daerah
membuat pedoman kerja dan pembagian tugas serta wewenang antar personal
Pimpinan Daerah atas dasar pedoman kerja yang dibuat oleh PP IPM.
5. Pimpinan Daerah membimbing dan meningkatkan amal usaha atau
kegiatan cabang dan atau ranting dalam daerahnya.
6. Dalam melaksanakan kebijakan ekstern yang menyangkut masalah penting,
Pimpinan Daerah berkewajiban berkonsultasi dengan Pimpinan Daerah
Muhammadiyah.
7. Personal Pimpinan Daerah berdomisili di tempat kedudukan Pimpinan Daerah,
dan apabila tidak demikian maka harus mendapatkan persetujuan dalam
rapat pleno pimpinan tingkat Daerah.
Pasal 19
Pimpinan Cabang
1. Pimpinan Cabang menentukan kebijakan IPM dalam cabangnya
berdasarkan garis kebijakan pimpinan di atasnya dan keputusan
permusyawaratan cabang.
2. Pimpinan Cabang mentanfidzkan keputusan-keputusan permusyawaratan
daerah, memimpin dan mengawasi pelaksanaan kebijakannya.
3. Pimpinan Cabang memimpin dan mengawasi pelaksanaan kebijakan atau
intruksi Pimpinan Pusat, Pimpinan Wilayah dan Pimpinan Daerah.
96
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
Pasal 20
Pimpinan Ranting
1. Pimpinan Ranting menentukan kebijakan IPM dalam rantingnya
berdasarkan garis kebijakan pimpinan di atasnya dan keputusan
permusyawaratan ranting.
2. Pimpinan Ranting mentanfidzkan keputusan-keputusan
permusyawaratan ranting, memimpin dan mengawasi pelaksanaan
kebijakannya.
3. Pimpinan Ranting memimpin dan mengawasi pelaksanaan kebijakan atau
intruksi Pimpinan Pusat, Pimpinan Wilayah, Pimpinan Daerah, dan Pimpinan
Cabang.
4. Untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, Pimpinan Ranting
membuat pedoman kerja dan pembagian tugas serta wewenang antar personal
Pimpinan Ranting atas dasar pedoman kerja yang dibuat oleh PP IPM.
5. Pimpinan Ranting membimbing anggota dalam beragama, meningkatkan
kesadaran berorganisasi dan menyalurkan aktivitas dalam amal usaha IPM
sebagai bakat, minat, dan kemampuannya.
6. Dalam melaksanakan kebijakan ekstern yang menyangkut masalah penting,
Pimpinan Ranting berkewajiban berkonsultasi dengan Kepala Sekolah,
Pimpinan Ranting Muhammadiyah atau pembina IPM.
97
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
Pasal 21
Pemilihan Pimpinan
1. Pemilihan Pimpinan dilakukan dengan memilih formatur.
2. Pedoman tata tertib pemilihan Pimpinan dibuat oleh Pimpinan
setingkatnya, sesuai dengan hasil keputusan musyawarah.
3. Untuk pemilihan pimpinan dibentuk panitia pemilihan :
a. Untuk Pimpinan Pusat ditetapkan oleh Tanwir.
b. Untuk Pimpinan Wilayah, Daerah dan Cabang ditetapkan oleh
musyawarah masing-masing atas usul Pimpinan IPM yang
bersangkutan.
c. Untuk Pimpinan Ranting ditetapkan dalam rapat pleno Pimpinan.
4. Syarat untuk dapat dicalonkan sebagai anggota Pimpinan IPM :
a. Telah menjadi kader IPM dan mengamalkan ajaran Islam sesuai Al-
Qur’an dan As-Sunnah Al-Maqbulah.
b. Setia pada maksud dan tujuan serta perjuangan IPM.
c. Taat pada garis perjuangan IPM.
d. Cakap dan amanah menjalankan tugasnya.
e. Tidak merangkap keanggotaan/jabatan, sebagaimana diatur dalam
AD.
f. Memenuhi syarat-syarat administrasi.
Pasal 22
Pergantian Pimpinan
1. Pergantian pimpinan hanya dilaksanakan pada permusyawaratan tertinggi
tiap tingkatan struktur.
98
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
Pasal 23
Batas Umur Pimpinan
Batas maksimal umur :
1. Pimpinan Pusat IPM adalah 24 tahun tepat pada saat Muktamar.
2. Pimpinan Wilayah IPM adalah 24 tahun tepat pada saat Musywil.
3. Pimpinan Daerah IPM adalah 22 tahun tepat pada saat Musyda.
4. Pimpinan Cabang IPM adalah 20 tahun tepat pada saat Musycab.
5. Pimpinan Ranting IPM adalah 18 tahun tepat pada saat Musyran.
Pasal 24 Perubahan
Pimpinan (reshufle)
1. Perubahan pimpinan dapat dilakukan dalam setiap Rapat Pleno IPM dengan
persyaratan 2/3 pimpinan hadir.
2. Perubahan pimpinan disahkan melalui surat keputusan pimpinan di atasnya
atau surat keputusan Pimpinan Pusat.
3. Perubahan pimpinan harus disosialisasikan kepada pimpinan
dibawahnya paling lambat 3 bulan setelah di SK-kan.
Pasal 25
Pemberhentian Personal Pimpinan
1. Personal pimpinan dinyatakan berhenti, dengan alasan :
a. Meminta berhenti atas kehendak sendiri
b. Diberhentikan
2. Personal pimpinan diberhentikan oleh pimpinan bersangkutan.
3. Personal pimpinan dapat diberhentikan karena :
a. Melakukan tindakan yang bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar
perjuangan IPM
99
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
Pasal 26
Pedoman Kerja
Untuk ketertiban jalannya pimpinan, maka Pimpinan Pusat IPM membuat pedoman
umum kerja.
Pasal 27
Bidang-Bidang
1. Bidang adalah unsur pimpinan yang menjalankan tugas pokok dan program-
program organisasi.
2. Bidang wajib di IPM adalah bidang Perkaderan, Bidang KDI dan
Bidang PIP.
3. Selain Bidang wajib dibentuk oleh masing masing tingkat
pimpinan, berdasarkan hasil permusyawaratan tertinggi di masing
masing tingkatan pimpinan.
Pasal 28
Lembaga
1. Pimpinan IPM dapat membentuk lembaga IPM.
2. Lembaga IPM adalah badan pembantu pimpinan yang melaksanakan
hal-hal yang tidak dapat ditangani langsung oleh pimpinan dalam hal
pelaksanaan dan pengembangan operasional program.
3. Batas wewenang dan kedudukan lembaga IPM seperti yang dimaksud ayat 1 di
atas ditentukan dalam surat keputusan pimpinan yang bersangkutan.
100
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
Pasal 29
Susunan Jabatan
1. Susunan jabatan Pimpinan IPM disusun oleh Ketua Umum dan formatur
IPM yang terpilih dalam tiap permusyawaratan IPM.
2. Susunan jabatan pimpinan IPM terdiri atas Ketua Umum, Ketua Bidang,
Sekretaris Umum, Sekretaris Bidang, Bendahara Umum, dan Anggota
Bidang.
Pasal 30
Muktamar
1. Muktamar diselenggarakan atas undangan Pimpinan Pusat.
2. Undangan, acara dan materi muktamar minimal telah sampai kepada yang
bersangkutan 2 (dua) bulan sebelumnya.
3. Muktamar dinyatakan sah apabila dihadiri muktamirin dengan tidak
memandang jumlah yang hadir, asalkan undangan secara sah sudah sampai
disampaikan kepada yang bersangkutan.
4. Muktamirin terdiri atas :
a. Peserta:
1) Ketua Umum, Ketua Bidang, Sekretaris Umum dan
Bendahara Umum Pimpinan Pusat IPM
101
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
102
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
Pasal 31
Muktamar Luar Biasa
(MLB)
1. Muktamar Luar Biasa diselenggarakan atas undangan Pimpinan Pusat
berdasarkan desakan 50% + 1 dari jumlah Pimpinan Wilayah.
2. Muktamar Luar Biasa dinyatakan sah apabila dihadiri Muktamirin dengan
tidak memandang jumlah yang hadir asalkan undangan sudah secara sah telah
disampaikan kepada yang bersangkutan.
3. Muktamirin terdiri atas :
a. Peserta :
1) Ketua Umum, Ketua Bidang, Sekretaris Umum, dan
Bendahara Umum Pimpinan Pusat
2) Ketua Umum Pimpinan Wilayah atau yang mewakilinya dan 2 orang
utusan Pimpinan Wilayah
3) Ketua Umum Pimpinan Daerah atau yang mewakilinya dan 2 orang
utusan Pimpinan Daerah
b. Peninjau :
1) Personil Pimpinan Pusat yang tidak menjadi peserta
Muktamar Luar Biasa
2) Mereka yang diundang oleh Pimpinan Pusat
4. Muktamirin berhak atas satu suara.
5. Isi dan susunan acara Muktamar Luar biasa disesuaikan dengan alasan
penyelenggaraan Muktamar Luar Biasa.
6. Keputusan Muktamar Luar Biasa mulai berlaku setelah ditanfidzkan oleh
Pimpinan Pusat sampai diubah atau dicabut oleh Muktamar berikutnya.
7. Selambat-lambatnya 2 (dua) minggu setelah Muktamar Luar Biasa, Pimpinan
Pusat harus menyampaikan hasil keputusan Muktamar Luar Biasa kepada
Pimpinan Pusat Muhammadiyah sebagai pemberitahuan.
Pasal 32
Tanwir
1. Tanwir diselenggarakan atas undangan Pimpinan Pusat.
103
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
104
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
Pasal 33
Musyawarah Wilayah
(Musywil)
1. Musyawarah wilayah diselenggarakan atas undangan Pimpinan Wilayah.
2. Musywil diselenggarakan sekurang-kurangnya 3 bulan setelah Muktamar.
3. Undangan, acara dan materi musyawarah wilayah minimal sampai kepada
yang bersangkutan sebulan sebelumnya.
4. Musyawarah wilayah dinyatakan sah apabila dihadiri oleh musyawirin dengan
tidak memandang jumlah yang hadir, asalkan undangan secara sah sudah
disampaikan kepada yang bersangkutan.
5. Musyawirin terdiri atas :
a. Peserta:
1) Ketua Umum Pimpinan Wilayah, Ketua Bidang, Sekretaris
Umum, dan Bendahara Umum Pimpinan Wilayah.
2) Ketua Umum Pimpinan Daerah atau yang mewakili dan 6 orang
utusan Pimpinan Daerah
3) Ketua Umum Pimpinan Cabang atau yang mewakili dan 2
orang utusan
b. Peninjau :
1) Pimpinan Wilayah yang tidak menjadi peserta musyawarah wilayah
2) Mereka yang diundang oleh Pimpinan Wilayah
6. Setiap peserta musyawarah wilayah berhak atas satu suara.
7. Isi dan susunan acara Musyawarah Wilayah ditetapkan oleh Pimpinan
Wilayah dengan berdasarkan Konferensi Pimpinan Wilayah
(Konpiwil) sebelumnya.
8. Acara pokok dalam Musyawarah Wilayah :
a. Laporan Pertanggungjawaban Pimpinan Wilayah :
1) Kebijakan Pimpinan Wilayah
105
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
106
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
Pasal 34
Konferensi Pimpinan Wilayah
(Konpiwil)
1. Konferensi Pimpinan Wilayah (Konpiwil) diselenggarakan atas
undangan Pimpinan Wilayah.
2. Undangan, acara dan materi Wilayah (Konpiwil) minimal sampai
kepada yang bersangkutan sebulan sebelumnya.
3. Konpiwil dinyatakan sah apabila dihadiri Musyawirin Konpiwil dengan tidak
memandang jumlah yang hadir, asalkan undangan secara sah sudah
disampaikan kepada yang bersangkutan.
4. Musyawirin Konpiwil terdiri atas :
a. Peserta:
1) Ketua Umum, Ketua Bidang, Sekretaris Umum dan
Bendahara Umum Pimpinan Wilayah
2) Ketua Umum Pimpinan Daerah atau yang mewakilinya dan 2 orang
utusan Pimpinan Daerah
b. Peninjau :
1) Pimpinan Wilayah yang tidak menjadi peserta Konpiwil.
2) Mereka yang diundang oleh Pimpinan Wilayah
5. Setiap peserta konpiwil berhak atas satu suara.
6. Isi dan susunan acara konpiwil ditetapkan oleh Pimpinan Wilayah.
7. Acara pokok dalam Konpiwil :
a. Laporan Kebijakan Pimpinan Wilayah
b. Masalah urgen yang tidak dapat ditangguhkan sampai
Musyawarah Wilayah
c. Masalah yang oleh Musywil diserahkan kepada Konpiwil
d. Evaluasi gerak organisasi dan pelaksanaan program
e. Mempersiapkan acara-acara Musywil berikutnya
8. Sebelum Musywil dapat diselenggarakan Konpiwil dengan agenda khusus
Persiapan Musywil dan masalah urgen.
9. Ketentuan tata tertib konpiwil ditentukan oleh Pimpinan Wilayah dan
dibacakan dalam sidang pleno Konpiwil.
10. Keputusan Konpiwil mulai berlaku setelah ditanfidzkan oleh Pimpinan
Wilayah.
107
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
Pasal 35
Musywarah Daerah
(Musyda)
1. Musyawarah Daerah diselenggarakan atas undangan Pimpinan Daerah.
2. Musyda diselenggarakan sekurang-kurangnya 3 bulan setelah akhir periode
kepemimpinan PW IPM dan dikeluarkannya keputusan Induk Musywil.
3. Undangan, acara, dan materi Musyawarah Daerah minimal sampai kepada
yang bersangkutan sebulan sebelumnya.
4. Musyawarah dinyatakan sah apabila dihadiri oleh Musyawirin dengan tidak
memandang jumlah yang hadir, asalkan undangan secara sah sudah
disampaikan kepada yang bersangkutan.
5. Musyawirin terdiri atas :
a. Peserta :
1) Ketua Umum, Ketua Bidang, Sekretaris Umum dan
Bendahara Umum Pimpinan Daerah.
2) Ketua Umum Pimpinan Cabang atau yang mewakilinya dan 6 orang
utusan.
108
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
109
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
Pasal 36
Konferensi Pimpinan Daerah
(Konpida)
1. Konferensi Pimpinan Daerah (Konpida) diselenggarakan atas undangan
Pimpinan Daerah.
2. Undangan, acara dan materi Konpida minimal sampai kepada yang
bersangkutan sebulan sebelumnya.
3. Konpida dinyatakan sah apabila dihadiri oleh Musyawirin Konpida
dengan tidak memandang jumlah yang hadir, asalkan undangan secara sah
sudah disampaikan kepada yang bersangkutan.
4. Musyawirin Konpida terdiri atas :
a. Peserta:
1) Ketua Umum, Ketua Bidang, Sekretaris Umum dan
Bendahara Umum Pimpinan Daerah
2) Ketua Umum Pimpinan Cabang atau yang mewakilinya dan 2 orang
utusan Pimpinan Cabang (Jika dalam Pimpinan Daerah ada yang
tidak mewakili cabang, maka yang diundang adalah Pimpinan
Ranting)
b. Peninjau :
1) Pimpinan Daerah yang tidak menjadi peserta Konpida
2) Mereka yang diundang oleh Pimpinan Daerah
5. Setiap peserta Konpida berhak atas satu suara.
110
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
Pasal 37
Musyawarah Cabang
(Musycab)
1. Musyawarah Cabang diselenggarakan atas undangan Pimpinan
Cabang.
2. Musycab diselenggarakan sekurang-kurangnya 3 bulan setelah akhir periode
kepemimpinan PD IPM dan dikeluarkannya keputusan induk Musyda.
3. Undangan, acara dan materi Musyawarah Cabang minimal sampai kepada
yang bersangkutan dua minggu sebelumnya.
111
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
112
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
Pasal 38
Konferensi Pimpinan Cabang
(Konpicab)
1. Konferensi Pimpinan Cabang (Konpicab) diselenggarakan atas
undangan Pimipnan Cabang.
2. Undangan, acara dan materi Konpicab minimal sampai kepada yang
bersangkutan 2 minggu sebelumnya.
3. Konpicab dinyatakan sah apabila dihadiri oleh Musyawirin Konpicab dengan
tidak memandang jumlah yang hadir, asalkan undangan secara sah sudah
disampaikan kepada yang bersangkutan.
4. Musyawirin terdiri atas :
a. Peserta:
1) Ketua Umum Ketua Bidang, Sekretaris Umum dan
Bendahara Umum Pimpinan Cabang
113
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
114
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
Pasal 39
Musyawarah Ranting
(Musyran)
1. Musyawarah Ranting diselenggarakan atas undangan Pimpinan Ranting.
2. Undangan, acara dan materi Musyawarah Ranting minimal sampai kepada
yang bersangkutan seminggu sebelumnya.
3. Musyawarah Ranting dinyatakan sah apabila dihadiri oleh Musyawirin
dengan tidak memandang jumlah yang hadir, asalkan undangan secara sah
disampaikan kepada yang bersangkutan.
4. Musyawirin terdiri atas :
a. Peserta:
1) Personal Pimpinan Ranting
2) Seluruh anggota Ranting atau wakil-wakil anggota sesuai
kebijakan Pimpinan Ranting
b. Peninjau :
Mereka yang diundang oleh Pimpinan Ranting
5. Setiap peserta Musyawarah Ranting berhak atas satu suara.
6. Isi dan susunan acara Musyawarah Ranting ditetapkan oleh Pimpinan
Ranting.
7. Acara pokok dalam Musyawarah Ranting :
a. Laporan Pertanggung Jawaban Pimpinan Ranting
1) Program Kerja Pimpinan Ranting
2) Organisasi dan Administrasi
3) Pelaksanaan keputusan Musyawarah dan kebijakan pimpinan di
atasnya serta keputusan Musyawarah Ranting sebelumnya
4) Keuangan
b. Penyusunan Program Kerja IPM periode berikutnya
c. Pemilihan Pimpinan Ranting
d. Masalah IPM yang urgen di Rantingnya
e. Rekomendasi
8. Ketentuan tata tertib Musyawarah Ranting diatur oleh Pimpinan Ranting dan
disahkan dalam sidang pleno Musyawarah Ranting.
115
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
Pasal 40
Keputusan Musyawarah
1. Keputusan Musyawarah diusahakan dengan mufakat.
2. Keputusan dilakukan dengan pemungutan suara dengan kondisi jikalau dari
musyawarah mufakat tidak menemukan keputusan, maka keputusan
diambil dengan suara terbanyak mutlak.
3. Pemungutan suara atas seseorang atau maslah yang penting dapat
dilakukan secara tertulis atau secara langsung.
4. Apabila dalam pemungutan suara terdapat suara yang sama banyak, maka
pemungutan suara dapat diulani dengan terlebih dahulu memberi kesempatan
kepada masing-masing pihak untuk menambah penjelasan, apabila setelah
tiga kali hasil pemungutannya masih tetap sama, atau tidak memenuhi syarat
untuk pengambilan keputusan, maka persoalannya dibekukan atau
diserahkan kepada Pimpinan di atasnya atau Pimpinan Muhammadiyah
setingkat atau Kepala Sekolah.
116
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
Pasal 41
Keputusan Induk
1. Keputusan Induk adalah keputusan keseluruhan hasil sidang
permusyawaratan di masing–masing tingkatan.
2. Keputusan induk berisi :
a. Keputusan sidang pleno dan komisi
b. Keputusan sidang formatur
3. Keputusan induk berlaku sejak ditetapkan.
Pasal 42
Formatur
1. Formatur adalah 9 orang yang memeroleh suara terbanyak pada
permusyawaratan tertinggi di masing – masing tingkatan pimpinan.
2. Formatur bertugas :
a. Menentukan ketua umum dan sekretaris jendral / umum
b. Menyusun struktur pimpinan
3. Tugas formatur berakhir sampai dengan tersusunnya struktur pimpinan.
Pasal 43
Rapat Pimpinan
1. Rapat pimpinan adalah rapat yang diadakan untuk membicarakan masalah
kebijakan, program dan atau masalah-masalah yang mendesak untuk
segera diselesaikan dalam waktu cepat yang diselenggarakan oleh dan
atas tanggung jawab pimpinan bersangkutan.
Rapat pimpinan terdiri atas :
a. Rapat Rutin
b. Rapat Pleno
2. Rapat rutin dilaksanakan minimal dua minggu sekali, sedangkan rapat pleno
dilaksanakan minimal 6 bulan sekali.
3. Fungsi Rapat Rutin :
a. Koordinasi gerakan dan program IPM secara mingguan
b. Hal-hal urgen
4. Fungsi Rapat Pleno :
117
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
Pasal 44
Rapat Kerja
1. Rapat kerja adalah rapat yang diadakan untuk merumuskan pelaksanaan
keputusan musyawarah tertinggi di setiap struktur yang menyangkut program
dan kegiatan organisasi.
Rapat kerja terdiri atas :
a. Rapat Kerja Pimpinan
b. Rapat Kerja Nasional/Wilayah/Daerah/Cabang/Ranting
2. Ketentuan lain mengenai rapat kerja diatur dalam pedoman umum.
Pasal 45
Laporan
Setiap Pimpinan berkewajiban untuk membuat laporan tentang keadaan IPM
meliputi bidang organisasi, amal usaha, administrasi, inventarisasi organisasi dan
kegiatan-kegiatan termasuk laporan bidang/lembaga khusus, problematika, usul dan
saran dari tingkat Pimpinan IPM masing-masing disampaikan kepada Pimpinan di
atasnya, dengan ketentuan bagi Pimpinan Wilayah, Daerah, setiap tiga bulan dan
Pimpinan Ranting setiap dua bulan.
Pasal 46
Keuangan
1. Uang Pangkal ditetapkan oleh Pimpinan Pusat.
2. Iuran Anggota besarnya ditetapkan oleh Pimpinan Daerah.
3. Pengelolaan/penarikan Iuran Anggota akan diatur dalam peraturan khusus
yang dibuat oleh Pimpinan Daerah masing-masing.
4. Distribusi Iuran Anggota adalah sebagai berikut :
a. 40% untuk Pimpinan Ranting
b. 30% untuk Pimpinan Cabang
118
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
Pasal 47
Perubahan Anggaran Rumah Tangga
Anggaran Rumah Tangga ini diubah atas usulan Tanwir melalui pengkajian dan
tawaran draf perubahan Muktamar selanjutnya, dan disetujui oleh 2/3 (dua pertiga)
peserta yang hadir.
Pasal 48
Aturan Tambahan
1. IPM menggunakan tahun Hijriah dimulai sesuai dengan penanggalan yang
dikeluarkan oleh PP Muhammadiyah.
2. Pedoman administrasi IPM diatur oleh Pimpinan Pusat.
3. Hal-hal dalam peraturan Anggaran Rumah Tangga ini yang memerlukan
peraturan pelaksanaan, diatur lebih lanjut dengan peraturan yang dibuat
oleh Pimpinan Pusat.
4. Serah terima jabatan dilaksanakan pada akhir permusyawaratan
tertinggi di masing-masing tingkatan pimpinan.
5. Segala ketentuan yang bertentangan dengan anggaran rumah tangga ini
dinyatakan tidak berlaku lagi.
119
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
Pas al 49
Pen utup
Anggaran Ru mah Tangga ini disahkan pada Muktamar XX.
120
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
121
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
PENUTUP
IPM dalam beberapa tahun terakhir semakin kuat dalam dua hal. Pertama adalah
gerakan literasi, sebagai proses pematangan IPM dalam menjaga spirit Iqro‟.
Kedua adalah keberhasilan IPM dalam gerakan sosio- entrepreneurship dalam
kategori organisasi. Dua hal ini tentu saja menjadi catatan penting bagi IPM, tidak
saja bagi beberapa wilayah melalui kerja kerasnya melakukan inovasi-inovasi
penting. Lebih daripada itu, semuanya adalah hasil dari kerja keras kolaborasi semua
pihak. IPM seluruh Indonesia punya andil penting dalam mengembangkan dan
meneruskan langkah positif organisasi.
Pada masa ini IPM dengan massa nasional terbesar sebagai gerakan pelajar,
dituntut untuk terus memperlihatkan kontribusinya yang bersifat global, terutama
dalam isu-isu ekologi (lingkungan hidup). Pelajar memegang peranan penting
dalam mengontrol atau mengerem kerusakan alam. Isu ini sama sekali tidak
berhubungan dengan program-program lembaga funding dunia, tetapi menjadi
kewajiban setiap aktivis IPM karena dengan jelas merupakan salah-satu amanah
penting Islam Berkemajuan. Muhammadiyah periode 2005-2015 yang berhasil
menggugat UU No. 7 tahun 2004 tentang Sumberdaya Air serta merevisi UU
Nomor 22 tahum 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi menjadi UU Migas.
Muhammadiyah telah membuktikan diri sebagai gerakan Islam Berkemajuan.
Pelajar IPM pada masa ini memiliki kesadaran ekologis (ekoliterasi) yang
tinggi. Terlihat dari pendekatan yang digunakan oleh pelajar IPM dalam
mengkritisi proses kerusakan alam menggunakan pendekatan struktural dan
analisa yang kritis atas peran lembaga funding melalui program MDG‟S dan
SDG‟S. Hal ini menunjukkan bahwa IPM teliti dalam melihat akar persoalan yang
dalam. Semoga hal ini dapat dilanjutkan secara berkesinambungan.
Demikian, Tanfidz Muktamar XX disusun atas bantuan banyak pihak, oleh
karena itu diucapkan penghargaan yang sebesar-besarnya. Semoga Allah
senantiasa membantu kita dalam menggerakkan IPM.
122
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
LAMPIRAN I
STRUKTUR PIMPINAN
IKATAN PELAJAR MUHAMMADIYAH
STRUKTUR
PIMPINAN PUSAT IPM
KETUA Umum
KETUA BIDANG (Organisasi)
KETUA BIDANG (Perkaderan)
KETUA BIDANG (Pengkajian Ilmu Pengetahuan)
KETUA BIDANG (Kajian dan Dakwah Islam)
KETUA BIDANG (Apresiasi Seni, Budaya, dan Olahraga)
KETUA BIDANG (Advokasi)
KETUA BIDANG (Pengembangan Kreatifitas dan Kewirausahaan) KETUA
BIDANG (Ipmawati)
SEKRETARIS Jenderal
SEKRETARIS BIDANG (Organisasi)
SEKRETARIS BIDANG (Perkaderan)
SEKRETARIS BIDANG (Pengkajian Ilmu Pengetahuan)
SEKRETARIS BIDANG (Kajian dan Dakwah Islam)
SEKRETARIS BIDANG (Apresiasi Seni, Budaya, dan Olahraga)
SEKRETARIS BIDANG (Advokasi)
SEKRETARIS BIDANG (Pengembangan Kreatifitas dan Kewirausahaan)
SEKRETARIS BIDANG (Ipmawati)
BENDAHARA Umum
Bendahara I Bendahara
II
123
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
ANGGOTA Bidang
Anggota Bidang (Organisasi)
Anggota Bidang (Perkaderan)
Anggota Bidang (Pengkajian Ilmu Pengetahuan)
Anggota Bidang (Kajian dan Dakwah Islam)
Anggota Bidang (Apresiasi Seni, Budaya, dan Olahraga)
Anggota Bidang (Advokasi dan Kebijakan Publik)
Anggota Bidang (Pengembangan Kreatifitas dan Kewirausahaan)
Anggota Bidang (Ipmawati)
STRUKTUR
PIMPINAN WILAYAH IPM
KETUA Umum
KETUA BIDANG (Organisasi)
KETUA BIDANG (Perkaderan)
KETUA BIDANG (Pengkajian Ilmu Pengetahuan)
KETUA BIDANG (Kajian dan Dakwah Islam)
KETUA BIDANG (Apresiasi Seni, Budaya, dan Olahraga)
KETUA BIDANG (Advokasi)
KETUA BIDANG (Pengembangan Kreatifitas dan Kewirausahaan) KETUA
BIDANG (Ipmawati)
SEKRETARIS Umum
SEKRETARIS BIDANG (Organisasi)
SEKRETARIS BIDANG (Perkaderan)
SEKRETARIS BIDANG (Pengkajian Ilmu Pengetahuan)
SEKRETARIS BIDANG (Kajian dan Dakwah Islam)
SEKRETARIS BIDANG (Apresiasi Seni, Budaya, dan Olahraga)
SEKRETARIS BIDANG (Advokasi)
SEKRETARIS BIDANG (Pengembangan Kreatifitas dan Kewirausahaan)
SEKRETARIS BIDANG (Ipmawati)
BENDAHARA Umum
Bendahara I Bendahara
II
124
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
ANGGOTA Bidang
Anggota Bidang (Organisasi)
Anggota Bidang (Perkaderan)
Anggota Bidang (Pengkajian Ilmu Pengetahuan)
Anggota Bidang (Kajian dan Dakwah Islam)
Anggota Bidang (Apresiasi Seni, Budaya, dan Olahraga)
Anggota Bidang (Advokasi dan Kebijakan Publik)
Anggota Bidang (Pengembangan Kreatifitas dan Kewirausahaan)
Anggota Bidang (Pemberdayaan Pelajar Perempuan)
STRUKTUR
PIMPINAN DAERAH IPM
KETUA Umum
KETUA BIDANG (Organisasi)
KETUA BIDANG (Perkaderan)
KETUA BIDANG (Pengkajian Ilmu Pengetahuan)
KETUA BIDANG (Kajian dan Dakwah Islam)
KETUA BIDANG (Apresiasi Seni, Budaya, dan Olahraga)
KETUA BIDANG (Advokasi)
KETUA BIDANG (Pengembangan Kreatifitas dan Kewirausahaan) KETUA
BIDANG (Ipmawati)
SEKRETARIS Umum
SEKRETARIS BIDANG (Organisasi)
SEKRETARIS BIDANG (Perkaderan)
SEKRETARIS BIDANG (Pengkajian Ilmu Pengetahuan)
SEKRETARIS BIDANG (Kajian dan Dakwah Islam)
SEKRETARIS BIDANG (Apresiasi Seni, Budaya, dan Olahraga)
SEKRETARIS BIDANG (Advokasi)
SEKRETARIS BIDANG (Pengembangan Kreatifitas dan Kewirausahaan)
SEKRETARIS BIDANG (Ipmawati)
BENDAHARA Umum
Bendahara I Bendahara
II
125
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
ANGGOTA Bidang
Anggota Bidang (Organisasi)
Anggota Bidang (Perkaderan)
Anggota Bidang (Pengkajian Ilmu Pengetahuan)
Anggota Bidang (Kajian dan Dakwah Islam)
Anggota Bidang (Apresiasi Seni, Budaya, dan Olahraga) Anggota
Bidang (Advokasi)
Anggota Bidang (Pengembangan Kreatifitas dan Kewirausahaan)
Anggota Bidang (Ipmawati)
STRUKTUR
PIMPINAN CABANG IPM
KETUA Umum
KETUA BIDANG (Perkaderan)
KETUA BIDANG (Pengkajian Ilmu Pengetahuan)
KETUA BIDANG (Kajian dan Dakwah Islam)
KETUA BIDANG (Apresiasi Seni, Budaya, dan Olahraga)
KETUA BIDANG (Advokasi)
KETUA BIDANG (Pengembangan Kreatifitas dan Kewirausahaan) KETUA
BIDANG (Ipmawati)
SEKRETARIS Umum
SEKRETARIS BIDANG (Perkaderan)
SEKRETARIS BIDANG (Pengkajian Ilmu Pengetahuan)
SEKRETARIS BIDANG (Kajian dan Dakwah Islam)
SEKRETARIS BIDANG (Apresiasi Seni, Budaya, dan Olahraga)
SEKRETARIS BIDANG (Advokasi)
SEKRETARIS BIDANG (Pengembangan Kreatifitas dan Kewirausahaan)
SEKRETARIS BIDANG (Ipmawati)
BENDAHARA Umum
Bendahara I Bendahara
II
ANGGOTA Bidang
Anggota Bidang (Perkaderan)
Anggota Bidang (Pengkajian Ilmu Pengetahuan)
126
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
STRUKTUR
PIMPINAN RANTING IPM
KETUA Umum
KETUA BIDANG (Perkaderan)
KETUA BIDANG (Pengkajian Ilmu Pengetahuan)
KETUA BIDANG (Kajian dan Dakwah Islam)
KETUA BIDANG (Apresiasi Seni, Budaya, dan Olahraga)
KETUA BIDANG (Advokasi)
KETUA BIDANG (Pengembangan Kreatifitas dan Kewirausahaan) KETUA
BIDANG (Ipmawati)
SEKRETARIS Umum
SEKRETARIS BIDANG (Perkaderan)
SEKRETARIS BIDANG (Pengkajian Ilmu Pengetahuan)
SEKRETARIS BIDANG (Kajian dan Dakwah Islam)
SEKRETARIS BIDANG (Apresiasi Seni, Budaya, dan Olahraga)
SEKRETARIS BIDANG (Advokasi)
SEKRETARIS BIDANG (Pengembangan Kreatifitas dan Kewirausahaan)
SEKRETARIS BIDANG (Ipmawati)
BENDAHARA Umum
Bendahara I Bendahara
II
ANGGOTA Bidang
Anggota Bidang (Perkaderan)
Anggota Bidang (Pengkajian Ilmu Pengetahuan)
Anggota Bidang (Kajian dan Dakwah Islam)
Anggota Bidang (Apresiasi Seni, Budaya, dan Olahraga) Anggota
Bidang (Advokasi dan Kebijakan Publik)
127
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
KETERANGAN:
1. Struktur IPM bersifat desentralisasi. Artinya, setelah posisi Ketua Umum
dan Sekretaris Umum tidak ada Wakil Ketua dan Wakil Sekretaris, tetapi
langsung Ketua dan sekretaris bidang yang bekerja sesuai dengan tugas
bidangnya masing-masing.
2. Jabatan Sekretaris Jenderal (Sekjen) khusus untuk Pimpinan Pusat IPM.
3. Untuk Bidang Organisasi hanya ada pada struktur PP, PW, dan PD IPM.
Sedangkan di tingkat PR dan PC IPM tidak ada.
4. Sesuai dengan ART IPM, BIDANG WAJIB yang ada di struktur
Ranting adalah Bidang Perkaderan, KDI, dan PIP.
128
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
129
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
130
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
131