Anda di halaman 1dari 131

TANFIDZ

MUKTAMAR XX
IKATAN PELAJAR MUHAMMADIYAH

Tema:
Menggerakkan Daya-Kreatif
Mendorong Generasi Berkemajuan

Pimpinan Pusat
Ikatan Pelajar Muhammadiyah
2016
Editor
Fauzan Anwar Sandiah
Khairul Arifin

Tata Letak dan Sampul


Khairul Arifin

Penerbit
Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah

Jl. KH. A. Dahlan No. 103 Yogyakarta Telp/Fax.


(0274) 411293

Jl. Menteng Raya No. 62 Jakarta


Telp./Fax. (021) 3103940

E-mail: sekretariat@ipm.or.id
Web: www.ipm.or.id

Copyright © PP IPM, 2016


Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

Pengantar
Ketua Umum Pimpinan Pusat
Ikatan Pelajar Muhammadiyah
2016-2018

Assalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh...


Alhamdulillahiroobil„alamin, puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT atas
segala limpahan karunia, hidayah serta inayahNya sehingga kita semua masih
tetap konsisten berjuang untuk kemaslahatan umat, bangsa, dan persyarikatan
dalam bingkai Ikatan Pelajar Muhammadiyah. Shalawat serta salam kita sanjungkan
kepada Rasulullah Muhammad SAW, sebagai sosok suri tauladan kita hingga
akhir zaman.
Berkat ridho Allah SWT Tanfidz Keputusan Muktamar Ikatan Pelajar
Muhammadiyah XX dapat terselesaikan dan semoga kita mampu bersyukur untuk
selalu Ihsan dalam mengemban amanah sebagai Kholifah Fil Ardh. Amien.
Serangkaian transformasi penting di tubuh Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM)
menjadi petunjuk bagaimana dinamika gerakan ini terus hidup. Dinamika
tersebut tidak saja yang terlihat pada diskursus formal semacam keputusan
Muktamar yang sifatnya internal organisasi, melainkan juga sikap IPM dalam
merespon realitas. Satu hal yang seringkali terlupakan adalah peran IPM dalam
sejarah pembentukan identitas pelajar Muslim Indonesia.
Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) sebagai organisasi massa berbasis pelajar
tentunya memiliki berbagai macam potensi yang bisa dikembangkan. Pelajar sebagai
agent of change diharapkan mampu mematangkan segala kemampuan diri sehingga
bisa mengimplementasikannya menjadi sebuah kerja dan karya yang nyata. Tak
dapat dipungkiri, kedepan akan sangat banyak tantangan dan hambatan yang akan
menghadang gerakan dakwah kita sebagai bentuk dinamika pergerakan untuk
mencapai cita-cita. Basis- basis gerakan IPM yang ada di ranting harus bisa massif
sebagai sumber motor penggerak ikatan dan inspirasi kreatifitas yang tak kenal
henti.

3
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

Tanfidz hasil keputusan Muktamar Ikatan Pelajar Muhammadiyah XX ini diharapkan


dapat sebagai pijakan dan pedoman dalam menjalankan segala aktivitas organisasi di
semua jenjang kepemimpinan IPM. Tentunya setelah dipilah dan dipilih, sesuai
dengan kondisi dan situasi yang berkembang. Kita semua berharap semua keputusan
Muktamar dapat ditaati dan dilaksanakan disemua jenjang struktur pimpinan Ikatan
Pelajar Muhammadiyah. Memasuki usia setengah abad lebih, IPM memiliki
beban berat sebagai central of intellectuality, central ideology dan perkaderan
Persyarikatan Muhammadiyah, maka kebijakan yang ditelurkan haruslah menjadi
pijakan dalam melakukan berbagi agenda gerakan.
Pentingnya selalu menumbuhkan spirit berkemajuan untuk menjadi lebih
berkualitas dan berkeunggulan dalam segala bidangnya. Makna
berkeunggulan yaitu unggul dalam hal kompetitif dan komparatif. Jika
dilombakan dengan yang lain, maka dia menang. Jika dibandingkan dengan yang lain,
maka dia lebih baik. Bangun kepemimpinan yang kuat, Bangun tata kelola yang
baik, dan mempertajam kekhasan yang unggul dari IPM. Generasi Berkemajuan
ditandai oleh keberhasilannya menemukan ruang diri yang selalu kontekstual
dengan semangat zaman.
Nuun Walqolami Wamaa Yasthuruun.
Wassalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh

Velandani Prakoso,
Ketua Umum PP IPM

4
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

Daftar Isi
Pengantar Ketua Umum Pimpinan Pusat IPM 2016-2018 3
Daftar Isi 5
Surat Keputusan Pengesahan Tanfidz Keputusan
Muktamar XX IPM 6
Surat Instruksi Pelaksanaan Tanfidz Muktamar XX IPM 7
Keputusan Induk Muktamar XX IPM 8
Surat Keputusan Pimpinan Pusat Muhammadiyah 11
Surat Keputusan Pengesahan Struktur Pimpinan Pusat IPM
Periode 2016-2018 12
Tanfidz Muktamar XX IPM 14
BAB I: Pendahuluan 15
BAB II: Bedah Tema Muktamar XX 28
BAB III: Kebijakan Program Jangka Panjang 2014-2024 35
BAB IV: Pedoman Program IPM 42
BAB V: Program Kerja IPM Periode 2016-2018 50
BAB VI:Agenda Aksi 67
Perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga 71
Penutup 122
Lampiran 123

5
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

6
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

7
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ikatan Pelajar Muhammadiyah

KEPUTUSAN INDUK
MUKTAMAR XX IKATAN PELAJAR MUHAMMADIYAH
NOMOR: 09-SK/PLENO IX/PP IPM /2016

Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah setelah:


Menimbang : Tema Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah
“Menggerakkan Daya Kreatif Mendorong Generasi Berkemajuan”
Memperhatikan : 1. Amanat Ketua Umum Pimpinan Pusat
Muhammadiyah Bapak Dr. H. Haedar Nashir, M.Si.
2. Pidato Menteri Pendidikan Nasional Republik
Indonesia Prof. Dr. H. Mudjir Efendy, M.Ap.
3. Sambutan Gubernur Kalimantan Timur Drs. H.
Awang Faroek, M.M. M.Si.
4. Pidato Iftitah Ketua Umum Pimpinan Pusat Ikatan
Pelajar Muhammadiyah Ipmawan Muhammad
Khoirul Huda.
5. Usul saran peserta Muktamar XX dari sidang
Pleno I sampai pleno IX
Mengingat : 1. Anggaran Dasar IPM pasal 27
2. Anggaran Rumah Tangga IPM pasal 30

MEMUTUSKAN
Menetapkan
Pertama : Mengesahkan Laporan Pertanggungjawaban Pimpinan Pusat
Ikatan Pelajar Muhammadiyah Periode 2014–2016;
Kedua : Mengesahkan Progress Report dan Pandangan Umum
Pimpinan Wilayah Ikatan Pelajar Muhammadiyah se-
Indonesia;
Ketiga Anggaran Dasar dan Rumah Tangga Ikatan Pelajar
Muhammadiyah
Keempat : Mengesahkan Anggota Sidang Komisi A, B, C Muktamar XX
Ikatan Pelajar Muhammadiyah;

8
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ikatan Pelajar Muhammadiyah

Kelima : Mengesahkan Hasil Pembahasan Sidang Komisi


Muktamar XIX Ikatan Pelajar Muhammadiyah:
Komisi A: Program Kerja
1. Bidang Organisasi
2. Bidang Perkaderan
3. Bidang Pengembangan Ilmu Pengetahuan (PIP)
4. Bidang Kajian dan Dakwah Islam (KDI)
5. Bidang Apresiasi Seni Budaya dan Olahraga
(ASBO)
6. Bidang Advokasi
7. Bidang Pengembangan Kreativitas dan
Kewirausahaan (PKW)
8. Bidang Ipmawati
Komisi B: Lembaga-Lembaga
1. Lembaga Media Komuniasi Teknologi dan
Informasi (MKTI)
2. Lembaga Lingkungan Hidup
Komisi C: Agenda Aksi
1. Gerakan Jihad Literasi
2. Gerakan Pendampingan Teman Sebaya
3. Gerakan Konservasi Ekologi;

Keenam : Mengesahkan dan Menetapkan Hasil Pemilihan Formatur


Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muham-madiyah periode 2016-
2018 sebagai berikut:
1. Muhammad Abid Mujaddid
2. Rafika Rahmawati
3. Nurcholis Ali Sya’bana
4. Muhammad Irsyad
5. Hafiz Syafa’aturrahman
6. Khairul Sakti Lubis
7. Amiruddin Awalin
8. Anshar HS
9. Velandani Prakoso

9
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ikatan Pelajar Muhammadiyah

Ketujuh : Mengesahkan dan Menetapkan Ipmawan/ti Velandani


Prakoso sebagai Ketua Umum dan Ipmawan/ti Hafiz
Syafaaturrahman sebagai Sekretaris Jenderal Pimpinan
Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah periode 2016-2018
berdasarkan keputusan rapat formatur;
Kedelapan : Keputusan ini berlaku sejak ditetapkannya.

Ditetapkan di : Jakarta,

Pada : 1 Rabiul Awal1438 H


Bertepatan : 1 Desember 2016 M
Pukul : 20.30-22.30 WIB

Pimpinan Sidang
Ketua, Sekretaris, Anggota,

dto. dto. dto.

Jaenal Tuheitu Syahrian Melda Citra Dewi


24.05.37930 28.04.31584 29.00.00000

10
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

11
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

12
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

13
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

TANFIDZ MUKTAMAR XX
IKATAN PELAJAR MUHAMMADIYAH

14
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

BAB I
PENDAHULUAN

Perjalanan organisasi di masa ini dan masa mendatang sangat bergantung pada
pemahaman atas kondisi-kondisi mendesak yang tengah terjadi, baik itu melingkupi
kondisi lokal, nasional, hingga internasional. Berbagai dinamika yang berkaitan
dengan organisasi dibahas dan ditentukan dalam Muktamar. Oleh karena itu,
materi Muktamar IPM XX disusun melalui pemahaman-pemahaman atas kondisi
yang mendesak hari ini dan bagi masa yang akan datang dengan tujuan supaya
roda organisasi berjalan maksimal. Materi Muktamar IPM XX disusun atas kajian
mengenai beragam kondisi yang terjadi di Indonesia, dengan harapan dapat
memajukan gerak IPM.
Pengenalan atas kondisi-kondisi tersebut akan membantu organisasi
memetakan jalan yang tepat dan bermakna bagi semua kalangan. Indonesia
tentu saja mengalami beberapa kondisi yang hanya bisa diatasi oleh partisipasi
kelompok sipil. Reformasi dunia pendidikan, kebijakan yang bersifat inklusif,
penegakan HAM, dan pengelolaan sumber daya alam yang bertanggungjawab dan
sadar, adalah beberapa hal penting yang harus terus didorong kemajuannya. Peran
kelompok sipil terutama dari kalangan muda pada akhir-akhir ini semakin terasa
pentingnya.
Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) adalah bagian dari kelompok sipil
yang memiliki peran penting, terutama dalam memfasilitasi aspirasi dan kebutuhan
kelompok muda. Muktamar IPM XX menjadi momentun untuk memikirkan ulang
apa saja yang dapat dilakukan oleh IPM. Selama ini IPM telah melakukan banyak
kontribusi besar dalam mengadvokasi kepentingan pelajar. Perlu disebutkan
beberapa di antaranya ialah mengembangkan paradigma pendidikan yang
tercermin lewat upaya serius merumuskan Sistem Perkaderan IPM (SPI);
mendorong kebijakan yang ramah terhadap perkembangan kualitas pelajar
dengan menolak standardisasi Ujian Nasional (UN) sebagai patokan kelulusan;
memastikan hak-hak pelajar tidak dilangkahi oleh penyedia jasa pendidikan;
sistematisasi gerakan dan spirit
„Iqro (literasi) dalam setiap kegiatan dan aktivitas IPM; hingga menempatkan posisi
pelajar sebagai stakeholder langsung Negara.
Kontribusi-kontribusi semacam itu bukan perkara mudah. Organisasi pelajar di
Indonesia pada umumnya harus berjibaku demikian keras dan

15
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

konsisten untuk mencapai hasil yang demikian gemilang. Kita tidak bermaksud
untuk mengutarakan apa saja yang telah dicapai oleh IPM sebagai
kebanggaan yang nostalgik. Lebih dari itu, IPM membutuhkan terobosan yang
menjawab kebutuhan mendasar pelajar pada khususnya, dan masyarakat
Indonesia secara umum. Ada beberapa pencapaian IPM yang bagus, baik yang
dilakukan secara individual atau organisasi yang seringkali kurang diapresiasi.
Bagaimana caranya menciptakan kembali pencapaian-pencapaian
gemilang IPM? Caranya ialah dengan memahami dan siap mengambil peran
sekecil apapun. Berikut beberapa pemetaan kondisi yang dialami oleh pelajar
Indonesia secara umum, yang harus disadari oleh IPM, dan membuka
kemungkinan strategi seperti apa yang dapat dilakukan oleh IPM. Informasi-infomasi
di bawah ini berfungsi secara praktis bagi perencanaan- perencaaan program
terutama bagi struktur Pimpinan Pusat IPM karena berkaitan dengan realitas di
tingkat nasional, dan menjadi isu tingkat global

 Jumlah kelompok muda Indonesia1


Dalam statistik sensus tahun 2014, kelompok muda seringkali dikategorikan
sebagai “pemuda”, berjumlah 61,8 juta jiwa atau sekitar 24,58 % dari 252,04 juta
jiwa penduduk Indonesia. Dirincikan sebagai berikut:

Usia Jumlah
Di bawah 16 tahun 76,68 juta jiwa
Di atas 30 tahun 113,53 juta jiwa

Jumlah pemuda laki-laki lebih besar daripada pemuda perempuan (atau yang
disebut pemudi). Proporsi keberadaan pemuda di daerah perkotaan mencapai
25,92 % sedangkan di pedesaan 23,14 %. Sebesar 23, 52 persen berstatus
pelajar (masih bersekolah), dan ada sekitar 75,43 % yang berstatus tidak
bersekolah (terdiri dari pelajar putus sekolah, tamat sekolah, melanjutkan ke
bangku kuliah, dan bekerja). Jumlah pemuda yang belum pernah mengakses
pendidikan sebesar 1,05%.

1 BPS, Statistik Pemuda Indonesia 2014, (Jakarta: BPS, 2015). Seluruh data diolah dari hasi
statistik tahun 2014.

16
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

Pertumbuhan partisipasi sekolah meningkat dari tahun ke tahun, pada tahun


2012 berjumlah 19,05%, dan pada 2014 menjadi 23,52 %.
Angka pelajar yang berhasil menyelesaikan pendidikan hingga Sekolah
Menengah (SMA/sederajat) berjumlah 43,78% sedangkan SMP/sederajat
berjumlah 31,99%, dan 18,51% yang berhenti sekolah ketika tamat
SD/sederajat, dan 4,67 % yang tidak melanjutkan menyelesaikan
pendidikan SD.

 Minat Membaca dan Tantangan Buta Huruf


Menurut data statistik BPS tahun 2014, sebesar 0,64 % pemuda Indonesia
yang tidak bisa membaca dan menulis atau buta huruf. Angka buta huruf
pemuda di pedesaan sebesar 1,26%, dan di perkotaan sebesar 0,10%.
Rincian mengenai kondisi minat baca dapat disajikan dalam kenyataan
mengenai kemampuan rata-rata manusia Indonesia dalam membaca. Berikut
adalah data dua tahun terakhir yakni antara tahun 2014 hingga 2015. Tabel
berikut menjelaskan persentase penduduk buta huruf berdasarkan tiga
kategorisasi usia yakni usia 15 tahun ke atas, usia 15-44 tahun, dan usia 45
tahun ke atas. Persentase ini juga dirincikan berdasarkan provinsi.

Tabel Persentase Penduduk Buta Huruf Berdasarkan Usia tahun 2014-


2015
2014 2015
Persentase Penduduk Buta Persentase Penduduk Buta
Provinsi
Huruf (Persen) Huruf (Persen)
15+ 15-44 45+ 15+ 15-44 45+
ACEH 2.58 0.43 8.31 2.37 0.27 7.73
SUMATERA UTARA 1.43 0.66 3.19 1.32 0.51 3.08
SUMATERA BARAT 1.56 0.43 3.72 1.44 0.32 3.52
RIAU 1.25 0.48 3.59 1.13 0.33 3.42
JAMBI 2.23 0.57 6.34 2.16 0.49 6.06
SUMATERA SELATAN 1.86 0.52 5.06 1.78 0.48 4.73
BENGKULU 2.48 0.54 7.20 2.37 0.48 6.77
LAMPUNG 3.46 0.42 9.91 3.33 0.34 9.52
KEP. BANGKA
2.40 0.91 5.94 2.37 0.87 5.86
BELITUNG
KEP. RIAU 1.29 0.38 4.62 1.21 0.29 4.42
DKI JAKARTA 0.46 0.08 1.44 0.41 0.06 1.26

17
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

JAWA BARAT 2.04 0.41 5.56 1.99 0.29 5.45


JAWA TENGAH 7.02 0.65 16.68 6.88 0.50 16.10
DI YOGYAKARTA 5.56 0.09 13.71 5.50 0.19 12.80
JAWA TIMUR 8.64 1.43 19.66 8.53 1.24 19.24
BANTEN 2.76 0.48 9.21 2.63 0.33 8.69
BALI 7.44 1.06 18.72 7.23 0.61 18.31
NUSA TENGGARA
13.04 3.54 34.32 13.03 3.31 33.78
BARAT
NUSA TENGGARA
8.82 3.48 19.87 8.55 3.10 19.47
TIMUR
KALIMANTAN BARAT 7.70 2.06 21.18 7.68 2 20.78
KALIMANTAN TENGAH 1.18 0.32 3.56 1.12 0.30 3.32
KALIMANTAN
1.81 0.28 5.46 1.79 0.19 5.40
SELATAN
KALIMANTAN TIMUR 1.41 0.19 4.75 1.31 0.13 4.34
KALIMANTAN UTARA - - - 5.01 1.36 14.89
SULAWESI UTARA 0.40 0.18 0.77 0.37 0.17 0.71
SULAWESI TENGAH 2.92 1.38 6.45 2.66 0.91 6.42
SULAWESI SELATAN 8.74 2.58 21.44 8.71 2.22 21.34
SULAWESI
5.97 1.62 17.10 5.90 1.37 17.07
TENGGARA
GORONTALO 2.10 1.10 4.43 1.76 0.61 4.35
SULAWESI BARAT 7.73 3.93 17.66 7.36 3.33 17.37
MALUKU 1.23 0.81 2.21 1.15 0.80 1.96
MALUKU UTARA 1.64 0.57 4.67 1.51 0.47 4.28
PAPUA BARAT 3.25 2.27 6.36 3.12 2.09 6.32
PAPUA 29.22 28.50 31.85 29.17 28.47 31.57
INDONESIA 4.88 1.24 12.25 4.78 1.10 11.89

Data yang disajikan dalam statistik di atas menunjukkan bahwa tingkat minat
baca, akses bahan bacaan, dan tersedianya pendidikan alternatif bagi pemuda
usia pelajar secara khusus, dan rakyat Indonesia secara umum belum
maksimal.
Rilis tambahan dari PISA tahun 2012 menempatkan tingkat literasi
Indonesia pada peringkat 64 dari 65 negara. Indonesia tertinggal dari Vietnam
yang berada pada posisi 20 besar. Posisi minat baca pelajar Indonesia berada
pada angka 57 dari 65 negara yang diteliti. Data ini memang tidak bisa
dipegang sebagai gambaran utuh kondisi literasi di Indonesia, akan tetapi cukup
baik untuk memulai agenda gerakan literasi

18
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

kembali masif, baik itu di sekolah, universitas, hingga di sekitar


masyarakat.

 Kondisi Kerusakan Lingkungan Hidup


Kerusakan lingkungan hidup merupakan salah-satu tantangan yang tak bisa
dihindari oleh manusia. Pelajar di Indonesia harus segera menyadari tantangan
yang bersumber dari kerusakan lingkungan hidup sebelum terlambat.
Kerusakan lingkungan tidak saja mengakibatkan konflik kemanusiaan tetapi
juga mengakitbakan sumber daya alam yang tak terwarisi untuk generasi
selanjutnya di masa depan.
Sekitar 70% kerusakan diakibatkan oleh eksploitasi pertambangan. Sebesar
34% daratan di Indonesia telah diserahkan sebagai area eksploitasi, yang
dapat dirinci dari 10.235 surat izin.2 Data terbaru juga disajikan oleh BPS yang di
antaranya memperlihatkan tingkat eksploitasi yang berbahaya bagi sistem
ekologi, termasuk tercemarnya sungai dan laut, penebangan hutan yang
melanggar ketentuan UU yang telah menyebabkan kelompok adat
tersingkir.

Tabel Bencana Ekologi/Lingkungan Hidup


Bencana Ekologi Lokasi
Sekolah, lingkungan tempat
Sampah tinggal, kawasan pesisir laut,
badan sungai
Sungai, laut, pemukiman
Limbah pabrik dan polusi
masyarakat
Pedesaan dan perkotaan
industri atau padat
Kekurangan cadangan air
pembangunan hotel dan
mall

2 Kompas, “70 Persen Kerusakan Lingkungan Akibat Operasi Tambang”,


http://regional.kompas.com/read/2012/09/28/17313375/70.Persen.Kerusakan.Lingkungan.a
kibat.Operasi.Tambang (akses September 2016). Berita ini penting untuk mengingatkan bahwa
peningkatan ekses dari proses eksploitasi alam terus terjadi dan cenderung meningkat hingga
tahun 2016. Ada banyak data baru yang diberikan untuk menggambarkan dampak kerusakan
ekologis bagi masyarakat rentan yang terdiri atas kelompok masyarakat kelas menengah, dan kelas
menengah ke bawah. Dua kelompok ini harus menanggung dampak buruh kebijakan pro
pertambangan dan keserakahan korporasi. Hingga tahun 2012, kondisi terus memburuk.

19
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

Ancaman kekurangan
pangan (sayur, ikan, Pedesaan dan perkotaan
daging, dlsb)
Ancaman gizi/ kelaparan Kota-kota menengah

 Kasus-Kasus Kekerasan yang Menimpa Pelajar


Pelajar adalah bagian dari kelompok yang paling rentan mengalami
kekerasan. Setiap tahun kasus-kasus kekerasan yang dialami pelajar terus
meningkat. Kekerasan yang dialami oleh pelajar terutama dengan identitas gender
perempuan, dikategorikan menjadi dua, yakni kekerasan fisik dan non-fisik.
Kekerasan fisik di antaranya ialah pemukulan, pembunuhan (intensitas
tertinggi terjadi di Papua), eksploitasi tenaga kerja pelajar (pelajar buruh),
pemerkosaan, dan lain sebagainya. Sedangkan kekerasan non-fisik di
antaranya ialah penahanan ijazah oleh sekolah, stereotip budaya dan gender
terhadap pelajar, perlakuan diskriminasi, terbatasnya aksesibilitas pelajar
difabel terhadap sejumlah fasilitas pendidikan dan lain sebagainya.

 Hak akses informasi dan ketersediaan informasi bermutu bagi


pelajar
Salah-satu hal penting bagi pelajar adalah hak akses informasi dan
ketersediaan informasi bermutu bagi pelajar. Kendati demikian akses informasi
pelajar masih sangat terbatas. Sarana dan prasarana yang mendukung akses
informasi bagi pelajar sangat terbatas. Berikut adalah daftar kebutuhan akses
informasi bagi pelajar:

Media Akses Informasi


Perpustakaan
Buku braile
Biaya internet murah dan berkualitas (Indonesia salah- satu
negara dengan biaya internet termahal dengan layanan yang
terburuk di dunia)
Sosialisasi rutin informasi

Selain mendapatkan akses informasi yang mudah, pelajar juga memiliki hak untuk
disediakan informasi yang berkualitas. Pelajar Indonesia yang

20
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

berasal dari kelas menengah ke bawah pada umumnya hanya diberikan informasi
dengan kualitas terburuk; sinetron TV, channel berita yang tidak edukatif, dan
program-program TV yang tidak bermutu (infotainment selebriti, kuis game
yang mengandung rasisme dan kekerasan). Maka penting bagi IPM untuk
menjalankan gerakan tandingan yang mampu memberikan pelajar akses
informasi yang bermutu.

 Mekarnya Gerakan Sosial Baru


Beberapa tahun terakhir, gerakan sosial baru berkembang begitu pesat di
Indonesia. Gerakan sosial baru tidak saja muncul sebagai gerakan sosial yang
memperjuangkan gender, hak politik sipil, gerakan pasifisme/ perdamaian. Muncul
juga dua jenis gerakan sosial baru yakni berbentuk komunitas, dan berbentuk
kolektif. Jenis yang pertama disebut sebagai gerakan sosial berbasis
komunitas. Sedangkan jenis kedua disebut sebagai Kolektif.
Gerakan sosial baru berbentuk komunitas misalnya yang digagas oleh
pegiat literasi, misalnya Rumah Baca Komunitas (Yogyakarta), Griya
Membaca (Lampung), Radiobuku (Yogyakarta) dan masih banyak lagi. Gerakan
sosial baru berbentuk komunitas literasi menurut data RBK3 hingga pertengahan
tahun 2016 berjumlah lebih dari 70 komunitas yang tersebar di kota-kota besar
hingga kota-kota menengah di Indonesia. Sedangkan gerakan sosial baru
berbentuk Kolektif misalnya digagas oleh kelompok pekerja seni, mulai dari
Kolektif Mural (misalnya Mural Kediri), Kolektif Stensil (Media Legal, Anti-Tank,
di Yogyakarta), Kolektif Pro Hak Belajar Anak-Anak (Ketjil Bergerak
Yogyakarta), jumlahnya juga sangat banyak.

3 Sebagian besar data diperoleh lewat penelusuran berbasis jejaring. Data resmi gerakan literasi di
Indonesia (gerakan literasi dengan definisi Taman Baca Masyarakat atau TBM) berjumlah 5.000
TBM. Jumlah Kolektif di Indonesia juga tidak tersedia secara resmi. Tetapi diperkirakan lebih dari di
atas 30 hingga 50 jenis Kolektif tersebar di Indonesia. Jumlah sebenarnya lebih banyak daripada itu.
Sulitnya mendata Kolektif disebabkan oleh polanya sebagai gerakan sosial yang sangat fleksibel, di
luar jangkauan definitif formal.

21
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

 Tanggungjawab Mengembangkan Cabang dan Ranting IPM Serta


Optimalisasi Peran IPM di Ranting Muhammadiyah
Ada asumsi bahwa pasca perubahan nama IRM (Ikaan Remaja
Muhammadiyah) ke IPM (Ikatan Pelajar Muhammadiyah) 2008, IPM
cenderung elitis. Mengapa? Karena terjadi pergeseran basis masa dari remaja
yang lebih luas menjadi pelajar secara khusus yang identik dengan sekolah.
Seakan-akan gerakan IPM mengalami kecenderungan penyempitan ruang
gerak. Padahal dalam AD-ART jelas dikatakan bahwa ranting tidak hanya
sekolah tetapi pesantren dan desa. Konsekuensinya, IPM kehilangan
peran di ranting Muhammadiyah. Memang persoalan basis massa kadang
membingungkan, namun urgensi perubahan nama sejak tahun 2008 lalu kini
harus dibuktikan apakah sejarah akan berpihak pada IPM untuk
meneguhkan jati diri gerakan? Lebih-lebih ranting adalah ujung tombak
gerakan IPM secara nasional.
Cabang dan Ranting adalah tulang punggung dari IPM. Selama
beberapa dasawarsa, pembahasan mengenai Cabang dan Ranting IPM hanya
ditekankan pada fungsinya sebagai basis massa atau sebagai objek dari
pengembangan program sentralistik. Posisi Cabang dan Ranting dalam
IPM jelas sebagai subjek, bukan semata objek yang pertama kali menerima
dampak dari kebijakan-kebijakan pimpinan di atasnya. Apalagi jika kebijakan-
kebijakan tersebut sama sekali tak menyentuh kebutuhan yang sebenarnya.
Beberapa eksperimen pernah ditempuh untuk menampakkan apresiasi terhadap
keberadaan Cabang dan Ranting, meksipun tetap saja karena kurangnya data
maka program atau kebijakan yang dihasilkan tak mengjangkau kebutuhan
yang sebenarnya.
Sebagian besar anggota IPM di tingkat Cabang dan Ranting beberapa
waktu belakangan ini juga melakukan banyak kontribusi penting. Hal
tersebut membanggakan, tidak saja untuk IPM tapi untuk seluruh pelajar
Indonesia. Beberapa di antara kontribusi tersebut ialah:

22
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

Tahun Nama Sekolah Daerah Provinsi Kreasi


2011 SMA Muhammadiyah Wonosobo Jawa Tengah Membuat Parfum dari Buah Carica
2015 SMP Muhammadiyah Riau Alat Deteksi Asap
SD Muhammadiyah 3Wirobrajan Sekolah Digital
2014 SMA Muhammadiyah 2Sidoarjo Pesawat Pengintai
2014 SD Muhammadiyah 4Pucang Surabaya Jawa Timur Robo Cup Singapore 2014
SMK Muhammadiyah Rembang Rembang Jawa Tengah Pendidikan Perakitan Mobil
Mts Muhammadiyah 7Kejobong Purbalingga Jawa Timur Kembangkan Roket Air
2015 SMA Muhammadiyah 2Sidoarjo Jawa Timur Menciptakan SkateBag (tas plus skateboard)
2014 SMA Muhammadiyah 7Gondanglegi Malang Jawa Timur Microbus Solar-Car Suryawangsa 2
2014 SMK Muhammadiyah Haurgelulis Indramayu Jawa Barat Giwangkara Solar-Car 7.5
SD Muhammadiyah Sudagaran Robot
SMK Muhammadiyah 2Borobudur Jawa Tengah Rakit Mobil (bus, pemadam kebakaran, pick up, ambulan, mobil pariwisata, mobil jualan roti

Kreasi-kreasi yang dihasilkan menunjukkan bahwa pelajar


Muhammadiyah merupakan subjek penting dalam membentuk kolaborasi-
kolaborasi bersama. Menjadi tanggungjawab setiap aktivis IPM baik di tingkat
Ranting hingga Pusat untuk mengapresiasi daya- kreatif pelajar
Muhammadiyah karena memberi manfaat bagi manusia dan alam/lingkungan.
Kreasi-kreasi pelajar Muhammadiyah tidak saja dalam bidang sains atau bidang
terapan, melainkan juga bidang sosial humaniora. Tak terhitung banyaknya
jumlah inovasi sosial yang dilakukan oleh pelajar Muhammadiyah yang
berdaya transformasi bagi masyarakat. Di masa yang akan datang selain arsip
data jumlah Cabang dan Ranting IPM se-Indonesia, juga dibutuhkan arsip data
mengenai kreasi-kreasi pelajar Muhammadiyah.

 Rekomendasi Internal Konpiwil Surabaya 2016


Beberapa rekomendasi internal hasil Konpiwil Surabaya tahun 2016
merupakan informasi yang penting untuk menjadi rujukan pengembangan
program IPM pada periode berikutnya. Terdapat enam rekomendasi internal
IPM berdasarkan hasil Konpiwil Surabaya 2016. Kendati demikian hanya empat
yang akan dikutip kembali pada bagian ini karena dua rekomendasi internal
sudah diolah menjadi tindak lanjut. Dua isu internal tersebut adalah (1)
Optimalisasi peran IPM di Ranting Muhammadiyah; (2) Urgensi Bidang Media
atau Lembaga Media dan Informasi IPM. Isu internal yang nomor (1) sudah
dijelaskan di bagian sebelumnya, sedangkan isu internal nomor (2) sudah
ditindaklanjuti

23
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

dengan membentuk Bidang Media, Komunikasi, Teknologi, dan


Informasi.
1. Pembinaan Pelajar Muhammadiyah di Sekolah Negeri
Pembinaan pelajar di sekolah negeri kini harus menjadi program prioritas
IPM. Sebagai organisasi dakwah di kalangan pelajar, tentu peran IPM
harus menyentuh kepada sekolah negeri. IPM tidak boleh ekslusif
dengan kata-kata “Pelajar Muhammadiyah”, maka kegiatan IPM kemudian
menjadi sempit hanya menangani sekolah- sekolah Muhammadiyah. Di
era globalisasi seperti ini, IPM harus memperkuat taring dakwahnya untuk
membentengi karakter. Tujuannya untuk menunjang dan
membantu mewujudkan keberhasilan pembinaan moral pelajar yang
terancam. Kemasan kaderisasi yang khusus untuk sekoleh negeri
harus segera dirumuskan. Program seperti MABITA (Malam Bina
Iman dan Takwa) sangat penting dihidupkan lagi di IPM sebagai wadah
untuk melakukan pengembangan dan pembinaan keagamaan siswa di
sekolah negeri. “Paling tidak ada dua alasan mengapa MABITA IPM
dibutuhkan di Sekolah Negeri. Pertama, jam belajar keislaman di sekolah
negeri terbatas. Hanya dua jam dan tidak cukup. Kedua, untuk
membentengi moral pelajar supaya selain menjadi pelajar berilmu juga
berakhlak mulia.

2. Stabilisasi Konstitusi Organisasi


Selama ini, IPM terkenal sangat tertib organisasi. Dalam muktamar ke
muktamar selalu merumuskan keputusan-keputusan penting bagi gerakannya.
Namun ada hal yang paradok di tubuh organisasi IPM, ketika di setiap forum
muktamar selalu membahas Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga. Akibatnya terjadi masalah dalam hal distribusi kebijakan dan
keputusan organisasi di struktur IPM. Dikarenakan periode yang hanya 2
tahun, maka perubahan institusi IPM setiap Muktamar akan menjadi
problem organisasi. Idealnya perubahan AD-ART jangan setiap periode,
minimal ada jangka waktu 10 tahun atau memang ada hal-hal
fundamental yang mengharuskan organisasi IPM terancam sehingga harus
mengubah AD-ART-nya.

24
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

3. Pengembangan Ranting Teladan


Ujung tombak gerakan nasional IPM adalah ranting. Sukses tidaknya
gerakan IPM adalah tergantung kepada dinamis atau stagnannya
ranting. Fokus gerakan IPM dengan demikian harus mampu mobilisasi
peran IPM di tingkat ranting. Oleh karena itu Pimpinan Pusat,
Pimpinan Wilayah, dan Pimpinan Daerah berkewajiban dan harus
membuat invovasi panduan-panduan kegiatan yang menarik, aplikatif,
sederhana, bermakna dan menyenangkan untuk ranting. Panduan-
panduan seperti Pedoman IPM Rating, Fortasi, MABITA (MABICA),
Pedoman Jurnalis, Pedoman Advokasi, Materi Kultum, Pedoman
Persidangan, dan media-media lainnya harus diciptakan untuk
menciptakan ranting telada yang unggulan.

4. Pembumian SPI dan Pembentukan Korp Fasilitator


Perkaderan adalah nafas gerakan IPM. Dan kader adalah jantung ikatan.
Jika kaderisasi mandek, maka akan mengancam eksistensi dan
kelanjutan organisasi IPM. Maka SPI sebagai sebuah sistem gerakan
kaderisasi IPM tak hanya berupa panduan yang kaku dan mati, lalu minus
inovasi dan kreatifitas. Oleh karena itu diperlukan sebuah perangkat
perkaderan seperti Modul, Silabus, dan Materi perkaderan harus segera
dibuat untuk pembumian SPI. Selanjutnya adalah perangkat perkaderan
membutuhkan subyek yang mampu menggerakkan dan
mengimplementasikan sistem tersebut yaitu Fasilitator. Jadi setelah
dibuatnya SPI yang baru maka sudah menjadi tugas PP IPM bersama
PW IPM dan PD IPM untuk massifikasi Sistem Perkaderan IPM dengan
mengadakan sosialisasi dan pelatihan-pelatihan serta pembentukan Korp-
Korp Fasilitator.

 Paradigma Islam Berkemajuan Muhammadiyah


Konsep Islam Berkemajuan menurut Abdul Mu‟ti dapat dilandaskan pada lima
fondasi dasar. Pertama adalah karakter tauhid yang murni. Kedua, memahami
Al-Qur‟an dan Sunnah secara mendalam. Ketiga, melembagakan amal
shalih yang fungsional dan solutif. Keempat

25
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

berorientasi kekinian dan masa depan. Kelima, bersikap toleran, moderat,


dan suka bekerjasama.4
Fondasi pertama yang menyatakan bahwa Tauhid yang murni sebagai
landasan primer atau yang utama didasarkan pada kenyataan historis bahwa
Muhammadiyah lahir dari satu model “puritanisme” dalam pendekatan gerakan
sosial-keagamaan. Fondasi pertama tersebut menyatakan bahwa
Muhammadiyah sebagai sosial-keagamaan senantiasa membuat rujukan
literer atau kepustakaan dari kitab Al- Qur‟an serta Sunnah. Posisi sentral
Kitab Al-Qur‟an serta Sunnah merupakan keniscayaan atau konsekuensi dari
doktrin keagamaan Islam yang meletakkannya sebagai acuan historis sekaligus
kontemporal. Dalam konteks historis Muhammadiyah, makna dari jargon
kembali kepada Al-Qur‟an serta Sunnah merupakan bagian dari implikasi
kehendak gerakan untuk mengkonsolidasi pemahaman bahwa hanya dengan
memahami Islam secara utuh dari sumber utamanya, umat Islam dapat mencapai
kemajuan. Berhubungan dengan kehendak tersebut, maka proses ajakan untuk
kembali kepada tauhid yang murni, seringkali dilekatkan dengan persuasi
merujuk Al-Qur‟an dan Sunnah sebagai faktor kunci dalam membangun
kemajuan umat Islam. Fondasi pertama tersebut berhubungan secara khas
dengan kenyataan bahwa Islam Berkemajuan sebagai konsepsi mengharuskan
terdapatnya pemahaman sumber-sumber epistemologi, ontologi, dan
aksiologi Islam yang mendalam. Sumber-sumber tersebut, di antara yang
utama tentu saja adalah Al-Qur‟an dan Sunnah. Oleh karena itu, antara fondasi
pertama dan kedua, berhubungan sangat erat dan membentuk satu relasi yang
integratif.
Dalam doktrin Islam sebagai agama tauhid, dimensi manusia
didekati melalui fungsi-fungsi perubahan evolutif manusia menjadi komunitas
yang komunal. Artinya, manusia dalam pandangan Islam memanifestasikan
kehidupannya melalui dua dimensi pertama berkaitan dengan manusia sebagai
makhluk yang mampu liberatif (merdeka, bebas, dan berdaulat), sekaligus
sebagai makhluk yang meniscayakan kehidupan komunal atau saling
membutuhkan. Maka tidak heran dalam

4 AbdulMu‟ti, “Lima Fondasi Islam Berkemajuan” dalam Faozan Amar (ed), Anang Rohwiyono
(ed), Mohammad Dwi Fajri (ed), Reaktualisasi & Kontekstualisasi Islam Berkemajuan di
Tengah Peradaban Global, (Jakarta: Al-Wasat, 2009), hlm. 27-45.

26
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

Islam, manusia mengemban misi selain untuk menjadi individu yang taat kepada
Allah Swt, sekaligus melakukan transformasi sosial sebagai bentuk amal
shalih. Dalam bahasa normatif disebutkan bahwa manusia harus berkelompok dan
berbuat, menyeru, mengajak kepada yang ma‟ruf dan meninggalkan yang mungkar.
Berkaitan dengan eksplanasi tersebut, maka fondasi tiga, empat, dan lima
diderivasikan, sehingga mewujud dalam kehidupan manusia.
Paradigma Islam Berkemajuan penting untuk dipahami oleh setiap aktivis
IPM karena berkaitan sebagai landasan epistemologi, ontologi, dan aksiologi
Islam menurut Muhammadiyah. Paradigma Islam Berkemajuan akan
memberi arah bagi aktivis IPM dalam membaca realitas. Paradigma Islam
Berkemajuan memberi implikasi bahwa segala gerak IPM harus memuat
dimensi dakwah Muhammadiyah.

27
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

BAB II
BEDAH TEMA MUKTAMAR XX
“MENGGERAKKAN DAYA KREATIF MENDORONG GENERASI
BERKEMAJUAN”

Titik tolak perumusan konsep dasar Muktamar IPM XX terutama yang


menyangkut dengan materi muktamar, sebagian besar berangkat dari pemahaman
atas tantangan dan kondisi yang telah dijelaskan di Bagian I. Oleh karena itu
penting untuk memahami penjelasan-penjelasan Bagian I sebagai sumber dari
pengetahuan utama yang menyusun dasar-dasar asumsi materi ini secara
keseluruhan hingga ke bidang-bidang yang dibutuhkan IPM dan agenda aksi.
Sebelum membahas konsep dasar Muktamar IPM XX, ada baiknya menjelaskan
secara singkat dan garis besar perjalanan IPM.
Serangkaian transformasi penting di tubuh Ikatan Pelajar
Muhammadiyah (IPM) menjadi petunjuk bagaimana dinamika gerakan ini terus
hidup. Dinamika tersebut tidak saja yang terlihat pada diskursus formal semacam
keputusan Muktamar yang sifatnya internal organisasi, melainkan juga sikap IPM
dalam merespon realitas. Satu hal yang seringkali terlupakan adalah peran IPM
dalam sejarah pembentukan identitas pelajar Muslim Indonesia. Peran tersebut
berkelindan dengan sejarah benturan ideologis yang terjadi di arena kebudayaan
populer. Gerakan Membaca, Gerakan Matikan TV, Gerakan Tolak UN, Gerakan
Anti-Kekerasan Tanpa Kekerasan, Gerakan Komunitas Kreatif, adalah beberapa
polarisasi eksperimentasi kebudayaan populer IPM. Tentu saja jika hari ini kelas
menengah muslim tengah memanen kesadaran baru identitas pelajar Muslim, maka
IPM tak bisa lepas dari proses tersebut. Dua tahun belakangan ini antara 2014
hingga 2016, eksperimentasi IPM semakin berwarna, yakni gerakan berbasis
komunitas yang perhatian terhadap isu literasi dan isu lingkungan. Mengapa
eksperimentasi gerakan di IPM masih memberikan sisi lain semacam itu?.
Perkembangan gerakan pelajar di Indonesia sesungguhnya menerima
cukup banyak tantangan (beberapa di antaranya sudah dijelaskan pada bagian A).
Distribusi bahan literasi, kasus-kasus kekerasan yang dialami oleh pelajar,
eksploitasi pelajar, kebijakan yang memicu kekerasan- kekerasan baru
terhadap pelajar, hingga rekonstruksi pop culture yang

28
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

menyajikan kelaziman teror, intimidasi, dan kekerasan pada pelajar. Sejak tahun
1945, bahan-bahan literasi tertumpuk di kota-kota besar Indonesia. Jumlah rata-
rata buku yang diterbitkan di Indonesia menurut data IKAPI hanya berjumlah
30.000. Hal ini berbeda dengan Inggris yakni sebesar 184.000, dan Amerika yang
mencapai 304.912 publikasi per tahun. Kasus- kasus korupsi juga kerap
menghantui pengadaan buku di Indonesia.
Sejumlah kasus criminal juga menunjukkan bahwa pelajar tak bisa lepas dari
rantai kekerasan, baik yang dilakukan oleh sipil maupun negara. Tahun 2015, dua
orang pelajar di Mimika Papua menjadi korban tembak aparat. Tahun 2016, kasus
kekerasan seksual yang menimpa pelajar juga tak diusut tuntas. Negara dalam hal
ini tak mampu melakukan banyak hal. Kebijakan perundang-undangan di tingkat
Provinsi semacam Perda No. 1 tahun 2014 di DIY sarat memicu kekerasan
terhadap anak dan remaja. Sekali lagi, tantangan advokasi yang dihadapi IPM
sesungguhnya semakin kompleks.
Tantangan-tantangan yang dihadapi IPM bagaimana pun akan
merefleksikan arti penting keberadaannya. Jika IPM tak mampu membangun
dialektika terhadap tantangan-tantangan tersebut, bisa jadi IPM akan kehilangan
perannya menyusul sejumlah gerakan pelajar yang redup ditelan pragmatisme. Maka
sangat penting bagi IPM untuk mengolah daya- kreatif yang dimilikinya sebagai
kekuatan penting dalam menyikapi berbagai tantangan yang ada. IPM harus mampu
menggerakkan daya-kreatif dan kekuatannya melalui banyak strategi. Era IPM yang
baru bersandar pada dua kata kunci penting sebagai cara merawat daya-kreatifnya.
Pertama adalah kemampuan IPM untuk berkolaborasi dengan gerakan lain dan
seluas-luasnya dalam rangka memperkaya khazanah internal.
Meskipun IPM tergolong gerakan yang tua, tetapi etos kolaborasi harus
terus melekat dalam dirinya. Etos kolaborasi akan memberi IPM banyak
kesempatan dalam mengolah strategi-strategi baru memperbaharui posisi elanvitalnya.
Perkembangan gerakan sosial berbentuk komunitas dengan eksperimentasi yang
kian beragam merupakan kesempatan IPM memperdalam daya-kreatifnya. Etos
kolaborasi akan membawa IPM pada eksperimentasi baru gerakan Muhammadiyah
yang kreatif dan mampu menjawab tantangan zaman. Perubahan konstelasi gerakan
sosial menjadi komunitas harus menjadi catatan penting IPM untuk merespon
perubahan- perubahan yang terjadi.

29
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

Daya-kreatif IPM sangat bergantung pada kemampuannya


berkolaborasi. Kehadiran banyak komunitas seharusnya direspon oleh IPM sebagai
sumberdaya baru yang akan membantunya menemukan solusi menghadapi
berbagai tantangan. Kolaborasi IPM dengan komunitas- komunitas literasi
misalnya akan menjadi salah-satu terobosan berbagi peran antara IPM dan para
penggerak eksperimen komunitas literasi. Melalui etos kolaborasi, IPM justru akan
semakin memperkuat gerakannya sekaligus memperkuat berbagai inisiasi-inisiasi
eksternal lainnya. IPM tidak mungkin menafikan perkembangan terbaru dari
perubahan konstelasi yang sangat cepat akibat dari perkembangan teknologi. Sama
seperti platform inisiasi lainnya yang ikut berubah atau memanfaatkan perubahan
zaman, IPM juga dapat melakukan hal yang serupa. Kehadiran platform semacam
petisi online misalnya merupakan cerminan dari pemutakhiran platform inisiasi
model baru. Petisi online misalnya mendorong perubahan cara partisipasi banyak
individu atau kelompok menembus batas-batas geografis. Tentu saja dengan berbagai
kelemahan latennya, perubahan partisipasi individu atau kelompok melalui platform
era baru ini tetap patut diperhatikan.
Bukti bahwa etos kolaborasi merupakan kunci dari cara menyambut
era menggerakkan daya-kreatif IPM lainnya ialah munculnya gap baru antara
generasi muda urban yang beralih dari konsumsi media konvensional menjadi media
digital sekaligus sebuah generasi muda yang terbatas akses literasinya. Generasi
muda urban tentu saja merupakan sebuah klas sosial baru yang menikmati berbagai
kemudahan teknologi, sedangkan pada sisi lain terdapat generasi muda di beberapa
tempat di Indonesia yang akses informasinya dibatasi. Pentingnya cara pikir
yang kolaboratif akan menyelamatkan IPM dari dilema laten dalam proses
penyusunan disain program. Maka selain memperhatikan wujud kolaborasi IPM
dengan berbagai inisiasi yang lahir dari kekayaan urban semacam (akses literasi;
internet, perpustakaan, universitas, sekolah) maka pentingnya juga untuk melihat
kemungkinan kolaborasinya dengan gerakan-gerakan kecil yang berusaha merawat
kehidupan generasi muda. Misalnya gerakan mural di desa-desa, jaringan Kaukus
(semacam kolaborasi jaringan antara organisasi, individu yang fokus pada
advokasi) dan gerakan literasi yang beberapa tahun belakangan ini berorientasi-kerja
pada kelompok sub-altern atau juga kelompok lainnya yang seringkali disebut
sebagai Kaum Miskin Kota (KMK; anak jalanan, buruh anak/remaja) merupakan
partner kolaborasi penting IPM.

30
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

IPM sebagai gerakan tak dapat bekerja sendiri dalam menghadapi berbagai
pemutakhiran tantangan. IPM harus mampu membuka kembali wajah barunya
dalam merespon berbagai perkembangan. IPM harus menghidupkan kembali
spirit kolaborasi dalam berbagai aspek. Meksipun begitu sebagaimana yang telah
dicatat di atas, kerja-kerja kolaboratif IPM harus meningkat menjadi mitra
kolaborasi yang setara. Hal ini untuk menghindarkan model kolaborasi yang
selama ini diperankan oleh IPM misalnya dengan Negara yang selalu saja
timpang. IPM memiliki kualitas- kualitas yang seharusnya menjadi kebanggaan
aktivisnya; kekuatan massa aktif yang besar, dinamika yang terus dirawat dalam
setiap muktamar, gerakan pelajar dengan kordinasi yang kolektif-setara. Kualitas-
kualitas itu harusnya menjadi identitas penting IPM ketika berhadap dengan
mitra kolaborasi semacam Negara. Kualitas itu juga menjadi peluang IPM dalam
memperkuat berbagai gerakan-gerakan berbasis komunitas yang diinisiasi oleh
masyarakat sipil.
Kesadaran IPM terhadap kerja kolaborasi sebenarnya merupakan
sebuah kekuatan baru yang akan menjadi salah satu jawaban bagaimana cara IPM
berkelindan menemukan ejawantahnya. Kehadiran inisiasi-inisiasi transformatif
kontemporer sebagai wujud dari gerakan sosial baru (New Social Movement)
seperti komunitas literasi atau komunitas pro-ekologi merupakan kekuatan bagi IPM
dalam menggembirakan proses transformatif. Kerja-kerja kolaborasi dengan
demikian bermakna bagi penguatan antar setiap gerakan dalam mendorong
transformasi yang bermakna. Maka kerja kolaboratif harus membawa dimensi
keberpihakan yang kuat jika tidak, kerja kolaboratif akan dianggap sebagai
pembenaran dari relasi-relasi yang justru memperlemah transformasi. Misalnya
dengan menetapkan prinsip menghindari kolaborasi bersama pihak-pihak yang
teridentifikasi merusak lingkungan, atau yang terlibat dalam kasus-kasus
pelanggaran HAM.
Kata kunci selanjutnya bagi IPM dalam menggerakan daya-kreatifnya
adalah berbagi (sharing). Etos berbagi merupakan kunci bagi IPM untuk
menemukan kembali kesegaran cara-cara IPM berpartisipasi dalam
transformasi sosial. Era baru yang tengah dihadapi oleh IPM adalah era distribusi
informasi. Era sharing ditandai dengan munculnya ruang-ruang publik baru baik
digital maupun non-digital. Perubahan ruang-ruang publik baru ini juga diikuti oleh
perebutan arah diskursus. Maka etos sharing akan menjaga IPM dari kecenderungan
yang sangat laten terjadi dalam perebutan arah diskursus yakni sikap pasif. Jika IPM
tak mampu mengambil bagian

31
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

dari perebutan arah diskursus, dengan mudah dapat ditenggelamkan. IPM akan jadi
kehilangan daya-kreatifnya. IPM punya kepentingan dalam mempertahankan
etos berbagi, yang dengan demikian juga harus mau mengubah caranya
berpartisipasi selama ini. Pada tahun 2015 saat diluncurkan aplikasi IPM berbasis
sistem android smartphone, wujud sharing IPM yang baru sebenarnya telah
diupayakan kembali. Hanya saja perlu ditekankan bahwa etos berbagi IPM harus
dibarengi oleh spirit berdaya aktivisnya. Artinya, masing-masing aktivis IPM
memiliki caranya masing- masing dalam berpartisipasi. Aktivis IPM yang memiliki
bakat dalam bidang teknologi tentu akan menentukan jalan sendiri dibandingkan
dengan aktivis IPM yang menyenangi sastra.
Etos berbagi harus berangkat dari perasaan berdaya setiap aktivis IPM.
Persis dalam konteks inilah etos berbagi akan menemukan kegairahannya
melahirkan daya-kreatif yang senantiasa segar dan bermakna. Etos berbagi
yang berlandaskan pada rasa berdaya akan menghasilkan inisiasi-inisiasi yang
membawa makna bagi kemanusiaan. Secara otomatis program-program yang
dibentuk pun akan membawa warna yang tak sekedar baru, mengikuti tren, atau
dengan setting yang mewah. Penekanannya adalah bahwa dalam etos berbagi,
inisiasi-inisiasi kreatif aktivis IPM memiliki nilai yang setara terutama bagi misi-
misi kemanusiaan. Misalnya gerakan pro-ekologi aktivis IPM dapat dipandang
sebagai percobaan kreatif yang membawa makna.
Generasi Berkemajuan ditandai oleh keberhasilannya menemukan ruang diri
yang selalu kontekstual dengan semangat zaman. KH. Ahmad Dahlan menjadi
contoh generasi muda yang berhasil mengejawantahkan etos kolaborasi dan etos
berbagi yang sangat kuat bagi kemanusiaan. KH. Ahmad Dahlan tak segan-segan
berkolaborasi dengan gerakan lainnya semacam Syarikat Dagang Islam (berdiri
tahun 1905, kemudian berubah nama menjadi Syarikat Islam pada tahun 1906)
atau Budi Utomo (berdiri tahun 1908). Begitu juga yang terjadi ketika KH. Ahmad
Dahlan membangun komunikasi dengan Jam‟iatul Khair yang baru berdiri pada tahun
1919, lebih muda dari Muhammadiyah yang didirikan bersama para muridnya. Etos
kolaborasi dan berbagi yang dirawat oleh KH. Ahmad Dahlan merupakan salah-satu
topik yang seringkali kurang diapresiasi sebagai salah-satu faktor daya-tahan dan
daya-kreatif Muhammadiyah sejak tahun 1912. Catatan penting dari contoh kerja
kolaborasi dan berbagi KH. Ahmad Dahlan terletak pada orientasi kemanusiaan yang
dibangunnya, bukan sekedar pada siapa

32
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

mitranya. Bagi KH. Ahmad Dahlan, tujuan transformatif merupakan tujuan utamanya
memperkuat Muhammadiyah dengan berkolaborasi dengan berbagai gerakan lain.

Daya-Kreatif
Istilah “kreatif” berarti bentuk aktivitas, tindakan, atau strategi, dalam mengatasi
hambatan dan tantangan secara inovatif. Istilah kreatif juga mengacu pada proses
menciptakan suatu hal baru berdasarkan inspirasi atau imajinasi. Individu atau
kelompok yang mampu menjadikan tindakan- tindakan keseharian dan memberi
dampak bagi perubahan penting dapat dikategorikan sebagai kreatif. Tindakan
kreatif tidak selalu mendatangkan manfaat praktis seperti peningkatan pada aspek
ekonomi masyarakat, tetapi pada perannya secara aktual dan historis.
Makna diksi “kreatif” yang digunakan terletak pada dua pertimbangan. Pertama,
diksi ini bisa dipahami oleh banyak kalangan dengan definisi yang sekalipun berbeda
secara prinsipil tetapi punya potensi untuk membuka cara baru memahami keadaan.
Kata “kreatif” sendiri bisa berubah posisi dan dipertukarkan dengan berbagai
istilah (baik sepadan atau tidak) untuk kepentingan dan peruntukan yang dengan
kadar tertentu bisa saja sama. Diksi kreatif memainkan peran penting dalam
ungkapan apresiatif. Sewaktu menggunakan kata “kreatif” pertama kali, ada
pertimbangan bahwa kata ini dapat digunakan untuk menggambarkan tindakan-
tindakan kreatif. Pada satu sisi ada semangat untuk mengapresiasi segala sesuatu
dengan bumbu sifat “kreatif”, dan itu peluang baik untuk dipergunakan.
Daya-kreatif berarti dorongan dalam menciptakan kemungkinan-
kemungkinan alternatif dari suatu wujud yang tampak terbatas, terhambat, atau tidak
mungkin. Daya-kreatif pada umumnya muncul karena kepemimpinan, peran,
strategi, kebijakan, kesempatan, atau situasi yang mendorong penciptaan inovatif.
Menurut Bernard Rose dalam bukunya Breakthrough Thinking for Nonprofit
Organizations (2002) menjelaskan bahwa daya-kreatif adalah proses mengungkap
dan mengolah realitas menjadi menarik yang berguna bagi manusia dan alam.
Daya-kreatif yang diasah akan menjadi keterampilan penting bagi individu atau pun
organisasi. Rose juga menjelaskan bahwa daya-kreatif merupakan faktor
pendorong kerja maksimal setiap organisasi non-profit.
IPM adalah organisasi non-profit yang berfungsi sebagai wadah
pengembangan diri mau pun komunitas pelajar tentu saja membutuhkan

33
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

pengetahuan dalam mengelola daya-kreatif sehingga membantu organisasi mencapai


visinya. Daya-kreatif juga telah menjadi jawaban mengapa IPM mampu bertahan
konsisten sebagai organisasi sejak tahun 1961. Dalam IPM, daya-kreatif anggota
sangat diapresiasi dan telah menginspirasi. Daya- kreatif yang diapresiasi terbukti
mendorong replikasi yang bermakna bagi setiap anggota dan struktur yang tercermin
dalam kebijakan-kebijakannya. Daya-kreatif memungkinkan IPM mengembangkan
eksistensinya karena selalu merespon perubahan zaman dengan pemahaman yang
matang dan visioner.

Generasi Berkemajuan
Generasi berkemajuan menurut Muhammadiyah, merujuk pada
kelompok, atau komunitas yang “mendorong pada kebaikan, dan mencegah
kemungkaran” (amar ma‟ruf dan nahy munkar). Generasi berkemajuan
memanfaatkan etos kolaborasi dan etos berbagi sebagai caranya memperoleh
inspirasi sekaligus caranya memperkuat proses amar ma‟ruf dan nahy munkar.
Bercermin dari KH. Ahmad Dahlan, generasi berkemajuan merupakan kelompok,
atau komunitas yang mampu berpikir mendalam atas kondisi realitas, potensi
mengubahnya, dan cara memanfaatkan kekuatan yang tersedia. KH. Ahmad
Dahlan memiliki visi mendalam terhadap kondisi masyarakat yang tertindas di bawah
hegemoni suprastruktur baik yang dijalankan oleh kolonial maupun feodalisme para
priyayi. Dengan demikian berpikir kritis-analitis melalui telaah literasi yang
mendalam akan menjadi landasan penting generasi berkemajuan.
Arti penting menjadi generasi berkemajuan bagi aktivis IPM terletak
pada lima hal. Pertama, sebagai proses pemurnian tauhid, yang juga berarti purifikasi
motif segala tindakan transformasi sosial sebagai bentuk pengabdian terhadap
Allah Swt. Kedua, sebagai proses pembelajaran kembali nilai-nilai al-Qur‟an dan
hadits yang mendorong inisiasi kreatif bagi ummat dalam rangka rahmatan lil alamin.
Ketiga, pelembagaan inisiasi- inisiasi kreatif dalam rangka merawat keberlanjutan
transformasi sosial sehingga mudah direplikasi. Keempat, berorientasi pada
pembaruan- pembaruan yang mampu mendukung kebermanfaatan yang
bermakna. Kelima, bersikap kolaboratif dengan berbagai pihak sebagai kehendak
murni mendorong kemajuan kehidupan.

34
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

BAB III
KEBIJAKAN PROGRAM JANGKA PANJANG 2014-2024
IKATAN PELAJAR MUHAMMADIYAH

Program IPM bukan semata-mata rencana dan pelaksanaan seperangkat kegiatan


yang praktis. Program IPM ialah perwujudan dari misi utama IPM yaitu
“Terbentuknya pelajar muslim yang berilmu, berakhlak mulia, dan
terampil dalam rangka menegakkan dan menjunjung tinggi nilai-nilai
ajaran Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-
benarnya”. Adapun visi ideal (tujuan utama), misi ideal (misi utama), dan agenda
aksi IPM diwujudkan melalui program sebagai berikut.

A. VISI IDEAL IPM


Terwujudnya pelajar Muslim yang Berkemajuan

B. MISI IDEAL IPM


1. Membebaskan pelajar dengan Tauhid yang murni berdasarkan Al- Quran
dan As-Sunnah.
2. Mencerdaskan pelajar dari kebodohan, dengan melakukan tradisi Iqra‟
dan keilmuan
3. Memberdayakan individu dan komunitas pelajar, dengan pendekatan apresiatif
terhadap minat, bakat dan potensi pelajar.

C. LANDASAN YURIDIS
Bahwa program Muhammadiyah dengan rangkaian kebijakan dan kegiatannya
senantiasa berpijak pada:
1. Al Quran dan As Sunnah sebagai sumber ajaran dan hukum Islam.
2. Mengindahkan falsafah dan dan dasar negara serta hukum yang sah
dalam kehidupan kebangsaan dan kenegaraan.
3. Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, dan Peraturan-
peraturan yang berlaku dalam Persyarikatan.

35
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

D. PRINSIP PELAKSANAAN PROGRAM


Program IPM dirumuskan dan dilaksanakan dengan berpedoman pada prinsip-
prinsip sebagai berikut:
1. Prinsip Ketauhidan; maksudnya program IPM hendaknya merupakan
perwujudan dari iman dan tauhid kepada Allah;
2. Prinsip Kerahmatan; maksudnya program IPM hendaknya merupakan
penjabaran dan pelaksanaan dari fungsi rahmatan lil alamin
3. Prinsip Kerisalahan; maksudnya program IPM hendaknya merupakan
penjabaran dan pelaksanaan dari fungsi kerisalahan umat Islam, yaitu dakwah
amar makruf nahi munkar dalam arti yang luas;
4. Prinsip Kemaslahatan; maksudnya program IPM hendaknya
memperhatikan kemaslahatan umum;
5. Prinsip Keilmuan; maksudnya program IPM direncanakan dan
dilaksanakan secara rasional dengan memperhatian dan memanfaatkan
secara ilmu pengetahuan dan teknologi yang memungkinkan;
6. Prinsip Kekaderan; maksudnya program IPM selalu dijiwai nilai-nilai
kekaderan. Semua yang dilakukan IPM dalam rangka proses kaderisasi yang
bersifat pemberdayaan anggota;
7. Prinsip Kemandirian; maksudnya program IPM direncanakan dan
dilaksanakan secara mandiri dengan tujuan menciptakan kemandirian pelajar.
8. Prinsip Kreativitas; maksudnya program IPM hendaknya merupakan
penjabaran dan pelaksanaan dari fungsi kekhalifahan umat Islam dalam
mengelola kehidupan secara kreatif;
9. Prinsip Kemanusiaan; maksudnya program IPM direncanakan dan
dilaksanakan tidak secara ekslusif. Artinya orientasi program IPM selalu
diarahkan untuk kemanusiaan, tanpa memandang suku, agama, ras, dan
budaya.

E. TUJUAN PROGRAM JANGKA PANJANG (VISI IPM 2024)


Program IPM Jangka Panjang adalah suatu tahapan pencapaian tujuan IPM itu
sendiri. Secara spesifik rumusan tujuan Program Jangka Panjang sebagai Visi
IPM 2024 adalah: “Membumikan Gerakan Pelajar

36
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

Berkemajuan dengan Menjadikan IPM sebagai Rumah Minat dan Bakat


Pelajar Indonesia disertai Nilai-nilai Ajaran Islam sebagai Komponen
Masyarakat Islam yang Sebenar-Benarnya ”, yang ditandai dengan:
1. Tebentuknya sistem gerakan IPM sebagai gerakan pelajar Indonesia yang
unggul di bandingkan gerakan-gerakan pelajar lain dalam melaksanakan
misi dakwah dan pencerdasan yang ditunjukkan dengan sistem gerakan yang
maju, profesional, modern yang dilandasi nilai keikhlasan dan komitmen
penggerakknya, disertai dengan pemahaman ideologi, paradigma, dan visi
gerakan IPM yang didalam individu- individu teraktualisasi nilai-nilai publik
dan sosial dalam ruang organisasi.
2. Terbentuknya sistem manajemen organisasi dan kepemimpinan kolektif-
kolegial yang efektif, produktif, dinamis sehingga mampu menghadirkan
keteladanan, memproyeksikan masa depan (berkemajuan) untuk
perubahan dengan memobilisasi seluruh potensi pelajar Indonesia untuk
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang berkualitas
dengan meningkatnya kehidupan keagamaan, moralitas, keilmuan, dan
etos kerja kemanusiaan.
3. Terbentukknya model dan pola jaringan pada level komunitas,
keummatan, kebangsaan dan cita-cita menuju peradaban global dengan
mendorong berkembangnya fungsi-fungsi kekuatan sosial dan pemerintahan
yang menjamin terwujudnya kehidupan bangsa dan negara yang maju, adil,
makmur, bermartabat, dan berdaulat di bawah naungan ridha Alah SWT
(baldatun tayyibatun wa rabbun ghafur).
4. Terbentukknya sumberdaya sebagai wahana melahirkan generasi Islami yang
berkemajuan (sumberdaya manusia) ditandai dengan sistem kaderisasi yang
berkelanjutan dan anggota organisasi sebagai subyek gerakan serta
transformasi kader di berbagai lini kehidupan, juga tersedianya modal bagi
berjalannya roda organisasi yang berorintasi sosial (sumberdaya finansial),
serta membangun tatanan infrastruktur seperti sistem informasi,komunikasi
dan karya yang memadai untuk keberlangsungan IPM.
5. Terbentuknya kesadaran bahwa IPM dalam melakukan aksi dan
pelayanan ialah sebagai wahana dakwah di dunia pelajar, baik lewat karya
kreatif, program dan kegiatan unggul yang sesuai dengan kebutuhan
pelajar Indonesia. Sehingga nilai-nilai ajaran Islam dan

37
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

tumbuhnya kesadaran sebagai warga dunia yang lebih luas akan


keutamaan kehidupan Islami, yang menjamin terciptanya tatanan kehidupan
(pergaulan) yang utama di segala bidang kehidupan sebagai wujud kehadiran
Islam yang bersisifat rahmatan lil‟‟alamin.

F. TAHAPAN KEBIJAKAN PROGRAM


Pokok kebijakan program jangka panjang merupakan pedoman dan arah
gerak Persyarikatan yang dilaksanakan secara bertahap melalui program dua
(2) tahunan selama sepuluh (10) tahun. Tahapan-tahapan program jangka
panjang tersebut adalah sebagai berikut.
1. Muktamar XVIII (2012-2014) : diarahkan kepada penumbuhan kesadaran
kritis dan aksi kreatif pelajar serta penjagaan karakter pelajar dengan
paradigma gerakan pelajar berkemajuan menuju gerakan yang kritis dan
progresif.
2. Muktamar XIX (2014-2016): diarahkan kepada pembangunan kekuatan dan
kualitas pelaku gerakan, ideologi gerakan IPM dengan mengoptimalkan
sistem perkaderan sebagai pendukung terwujudnya “Gerakan Pelajar
Berkemajuan” dan berorientasi ke masa depan, sehingga IPM memiliki
sumberdaya yang siap menjadi aktor dan subyek gerakan.
3. Muktamar XX (2016-2018) : diarahkan kepada IPM sebagai gerakan
ilmu, manifestasi Gerakan Pelajar Berkemajuan yang unggul di
kalangan pelajar serta terciptanya tradisi dan habitus iqra’ di dunia
pelajar sebagai faktor-faktor pendukung bagi terwujudnya
masyarakat utama yang berperadaban.
4. Muktamar XXI (2018-2020), diarahkan kepada pembangunan komunitas
kreatif sebagai strategi kultural Gerakan Pelajar Berkemajuan untuk
melakukan transformasi individu, transformasi sosial, dan transformasi
kebudayaan di tengah masyarakat global.
5. Muktamar XXII (2020-2022), diarahkan transformasi (perubahan cepat ke arah
kemajuan) dan terciptanya seluruh elemen sistem organisasi dan jaringan IPM
yang maju, profesional, dan modern; berkembangnya sistem kaderisasi, gerakan
ilmu, serta peningkatan dan pengembangan peran strategis IPM dalam
kehidupan umat, bangsa, dan dinamika global.

38
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

6. Muktamar XXIII (2022-2024), diarahkan perjuangan pembentukan


masyarakat ilmu sebagai cikal bakal terwujudnya tujuan Muhammadiyah,
yaitu masyarakat Islam yang sebenar-benarnya atau masyarakat utama, yang
bertujuan terbentuknya peradaban utama.

G. SASARAN KEBIJAKAN IPM


Sasaran kebijakan IPM diarahkan pada dua, sasaran persoal dan sasaran
institusional. Berikut ini penjelasannya.
1. Sasaran Personal. Diarahkan pada terwujudnya tradisi kesadaran kritis- progresif
dalam berfikir dan bertindak sesuai dengan maksud dan tujuan IPM.
2. Sasaran Institusional. Diarahkan pada terciptanya struktur kelembagaan yang
kuat dan fungsional melalui pengembangan ranting serta mekanisme
kepemimpinan yang mantap dalam mendukung gerakan Ikatan menuju gerakan
ilmu yang berparadigma pelajar berkemajuan.

H. HIRARKI KEBIJAKAN
1. PP IPM
a. Penentu kebijakan organisasi secara nasional
b. Melakukan koordinasi dengan PW IPM Se-Indonesia
c. Melakukan kerja-kerja dalam lingkup menggagas nilai-nilai baru dan
penguatan kapasitas kader IPM secara nasional
2. PW IPM
a. Menerjemahkan kebijakan-kebijakan Muktamar atau kebijakan yang telah
diputuskan oleh PP IPM di tingkat wilayahnya
b. Mensosialisasikan keputusan-keputusan PP IPM atau keputusan
bersama di tingkat nasional
c. Mengatur kebijakan-kebijakan strategis dalam lingkup kewilayahannya
d. Melakukan koordinasi dengan PP IPM dan konsolidasi dengan PD IPM-
nya
e. Melakukan kerja-kerja konkrit di tingkat wilayah sebagai upaya
pengembangan jaringan dan penguatan kapasitas organisasi maupun
para kadernya
3. PD IPM
a. Motor penggerak IPM secara daerah
b. Melakukan aksi-aksi riil yang telah menjadi keputusan Muktamar

39
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

dan keputusan musywarah di atasnya


c. Selalu berkoordinasi dengan PW IPM dan konsolidasi dengan PC IPM
atau PR IPM di tingkat daerahnya
4. PC IPM
a. Melakukan aksi-aksi riil yang telah menjadi keputusan Muktamar dan
keputusan musywarah di atasnya
b. Melaksanakan kegiatan-kegiatan yang langsung tertuju dan
bermanfaat pada sekolah dan kalangan pelajar
c. Selalu berkoordinasi dengan PD IPM dan konsolidasi dengan PR IPM
di tingkat daerahnya
5. PR IPM
a. Melaksanakan kebijakan-kebijakan kongkrit yang telah menjadi
keputusan Muktamar dan keputusan musywarah di atasnya
b. Selalu berkoordinasi dengan PD IPM atau PC IPM-nya

I. INDEKS PROGRESIVITAS GERAKAN IPM


Indeks Progresivitas Gerakan (IGP) IPM merupakan satu metode yang
digunakan oleh IPM untuk mengukur keberhasilan sebuah organisasi dalam satu
periode tertentu. Di sini, IPM telah merumuskan empat ranah yang menjadi tolok
ukur keberhasilan gerakan IPM dalam setiap satu periodenya di berbagai
jenjang struktur, baik dari Ranting hingga Pusat. Keempat ranah itu adalah ranah
kepemimpinan, ranah kaderisasi, ranah program kerja, dan ranah produk Masing-
masing ranah memiliki indikator yang menjadi tolok ukur keberhasilan dari masing-
masing ranah tersebut. Berikut ini penjelasannya:

No. Ranah Indikator


1. Visi tentang IPM yang ideal
2. Mampu membangun kesadaran kolektif
3. Memproduksi wacana-wacana gerakan
1. Kepemimpinan 4. Mampu menggerakkan aktor dan struktur
5. Mampu mengartikulasikan kepentingan basis
gerakan
6. Mampu membangun jaringan eksternal

40
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

1. Pelaksanaan Taruna Melati atau kegiatan


kaderisasi pendukung lainnya yang sesuai SPI
2. Ada kegiatan follow up kaderisasi
2. Kaderisasi 3. Pendampingan yang berkelanjutan
4. Munculnya komunitas-komunitas hasil
perkaderan sebagai basis gerakan

1. Adanya program-program di setiap bidang


sebagai penerjemahan gerakan
2. Adanya follow up dari program
3. Program Kerja
3. Adanya komunitas-komunitas
pascapelaksaan program
4. Ada kegiatan rutin di masing-masing bidang
1. Setiap bidang melahirkan produk dalam bentuk
artefak-artefak, seperti: buku, majalah, buletin,
4. Produk website, kaos, striker, dll.
2. Distribusi artefak baik di internal IPM maupun ke
eksternal.

41
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

BAB IV
PEDOMAN PROGRAM IPM

A. Tahapan Program
Alur logika materi muktamar IPM XX disusun berdasarkan pada tahapan
kebijakan program IPM sebagaimana yang termaktub di dalam Tanfidz
Muktamar IPM XIX tahun 2014. Tahapan kebijakan program IPM tersebut
dapat digambarkan sebagai berikut:

2022-2024
Pembentukan
masyarakat ilmu

2020-2022
Sistem organisasi yang profesional
dan modern, jaringan IPM mencapai
lingkup global (internasional), peran
IPM bagi bangsa

2018-2020
Terbentuknya komunitas
kreatif, mendorong
transformasi individu, sosial,
dan kebudayaan

2016-2018
Gerakan Ilmu, pematangan
habitus ‘Iqra, mendukung
terwujudnya masyarakat
utama

42
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

Bagan Alur Logika Materi

Alur materi Muktamar IPM XX disusun menggunakan siklus


Appreciative Inquiry (AI). Definisi “that inquires into, identifies, and further develops
the best of what is in an organization in order to create a better future” (Coghlan,
Preskill, Catsambas, 2003). AI adalah pendekatan yang digunakan untuk
mempelajari, menganalisis, dan membuat perencanaan pengembangan organisasi
berdasarkan pada kekuatan apa saja yang selama ini berfungsi dan bermakna
bagi organisasi. AI memanfaatkan best practice atau keberhasilan-keberhasilan
yang selama ini dicapai oleh organisasi, kemudian mengembangkannya sebagai
kekuatan yang akan mendorong perubahan lebih baik di masa ini dan di masa
yang akan datang.
Bagan alur materi Muktamar IPM XX terdiri atas lima siklus;
Discovery, Dream, Design, Delivery. Masing-masing siklus akan dijelaskan
sebagai berikut:
 Discovery: berkaitan dengan proses penemuan inti kekuatan yang
menggerakkan organisasi. Pertanyaannya diawali dengan apa yang selama
ini berfungsi dan bermakna bagi setiap aktivis IPM?, dalam

43
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

kondisi yang bagaimana semua aktivis IPM memaknai


keberadaannya bersama IPM?.
 Dream: berkaitan dengan apa yang diimpikan oleh organisasi. Dream adalah
visi dan atau misi yang ditentukan oleh organisasi dalam jangka waktu
tertentu.
 Design: berkaitan dengan apa yang harus dilakukan, disediakan, atau
dikondisikan agar Dream muncul?.
 Destiny: berkaitan dengan strategi atau bentuk aksi semacam apa yang
harus dilakukan agar Design dapat berjalan?.
 Delivery: berkaitan dengan strategi apa yang dibutuhkan agar destiny mampu
berjalan maksimal. Delivery juga berkaitan dengan upaya mendampingi
proses penerapan rancangan strategi, hingga mengevaluasinya.
Alur logika materi Muktamar IPM XX dibuat untuk memfasilitasi diskursus
bagi periode kepemimpinan IPM 2016-2018. Alur logika materi Muktamar IPM XX
dengan demikian tidak saja menyangkut dengan kepentingan muktamar,
melainkan juga berkaitan dengan keseluruhan rancangan besar arah kebijakan
IPM selama 2016-2018. Segala yang tergambar pada bagan alur logika
materi merupakan dasar dari pembahasan materi secara keseluruhan. Cara
membaca alur logika materi adalah sebagai berikut:
 Discovery (kekuatan yang ditemukan dalam IPM): Kekuatan atau faktor
mendasar yang menggerakkan aktivitas IPM adalah daya- kreatif. Daya-
kreatif dimaknai sebagai kesempatan yang diberikan IPM bagi setiap
anggotanya untuk menjadikan IPM sebagai tempat pembelajaran sekaligus
sebagai tempat mengembangkan keterampilan-keterampilan yang bermakna.
Daya-kreatif juga menjadi ciri utama dari faktor yang menggerakkan banyak
organisasi atau komunitas berbasis pelajar secara umum, tidak saja IPM.
Organisasi atau komunitas mana pun yang ingin mempertahankan
eksistensinya memerlukan pengapresasian daya-kreatif yang dimilikinya,
terutama yang bermanfaat bagi banyak orang.
 Dream (mimpi apa yang dibangun oleh IPM untuk periode 2016- 2018?):
berdasarkan pada tahapan kebijakan, mimpi utama IPM pada periode 2016-
2018 adalah terwujudnya IPM sebagai gerakan ilmu.

44
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

Daya-kreatif sebagai kekuatan IPM harus digunakan untuk


mewujudkan mimpi IPM sebagai gerakan ilmu.
 Design (apa yang harus dirancang oleh IPM?): tujuan IPM menjadi
gerakan ilmu dirancang melalui sejumlah program dan kebijakan yang
memungkinkan tujuan tersebut dapat dicapai. Program yang dibutuhkan
berkaitan dengan pengembangan program literasi, program peduli
lingkungan, program yang berkaitan langsung dengan kebutuhan Ipmawati
(peka gender), dan penguatan media informasi (dibutuhkan bidang yang
khusus mengelola media informasi IPM).
 Destiny (strategi apa yang harus digunakan IPM): strategi yang
dibutuhkan IPM untuk mewujudkan visi sebagai gerakan ilmu,
setidaknya membutuhkan tiga strategi. Pertama adalah memperkuat gerakan
literasi dan sosio-entrepreneurship, serta menggunakan AI sebagai metode
pengembangan organisasi (struktur dan wujud program).
 Delivery: IPM harus mendampingi proses untuk mewujudkan visi gerakan
ilmu melalui program-program yang telah dirancang dan sedang
digerakkan. Setiap jenjang kepemimpinan IPM wajib mendampingi
perkembangan struktur kepemimpinannya (internal) mau pun struktur
kepemimpinan di bawahnya (PP  PW  PD  PC  PR).

B. Basis Nilai Sistem Gerakan IPM


Sistem Gerakan IPM berkaitan dengan nilai-nilai yang mendasari seluruh program
dan aktivitas IPM. Sistem Gerakan IPM dirumuskan sebagai acuan utama
yang mendasar untuk IPM sebagai gerakan dakwah dan gerakan amar ma‟ruf
nahyi munkar. Sistem Gerakan IPM dilandaskan pada Al-Qur‟an dan As-
Sunnah. Secara spesifik, dasar nilai dari Sistem Gerakan IPM adalah surat Al-
Qolam ayat 1. Sistem Gerakan IPM juga dapat dimaknai sebagai “kesadaran
mendasar” yang dimiliki oleh setiap aktivis IPM. Sistem Gerakan IPM sebagai
kesadaran mendasar mengambil inspirasi dari surat Al-Qolam ayat 1, sehingga
bisa disebut sebagai kesadaran Al-Qolam atau kesadaran Nûn.
Surat Al-Qolam ayat 1 berbunyi “Nûn, WalQalami Wamâ Yasthurûn”.
Nun dapat dimaknai sebagai “nur” atau “cahaya”. Allah Swt di dalam surat Al-
Qolam ayat 1 mengumpakan Al-Qolam (pena) sebagai

45
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

media untuk mengekspresikan pikiran, perasaan, dan pengalaman. Al- Qolam


menjadi simbol pencerahan bagi akal dan nurani manusia (tanwir al-.uqul wa al-
qulub). Melalui Al-Qolam manusia diajak untuk mendorong perubahan,
sebagaimana sifat tajdid Muhammadiyah (Z. Baidhawy, dalam Azaki
Khoirudin, 2015).
Nûn adalah salah satu huruf hijaiyah, unsur sebuah kalimat. Nûn sebagai
huruf yang bergerak-dinamis, menjadi tanda atau simbol yang mengandung
pesan untuk memahami realitas sosial. Nûn juga dapat dimaknai sebagai teori-
teori atau rumus-rumus pengetahuan yang meru- pakan hasil kerja keras keilmuan
para ilmuan terdahulu (Azaki Khoirudin, 2015). Kesadaran Al-Qolam atau
kesadaran Nûn dengan demikian menuntun manusia untuk membaca,
menulis, dan mengupayakan transformasi sosial sebagai konsekuensi
logisnya. Kesadaran Nûn mengajarkan manusia bahwa realitas dapat
dipahami dengan memaksimalkan peran akal. Segala upaya yang
ditempuh atas kesadaran Nûn akan membawa manusia mengenal Allah Swt
sebagai Yang Maha Memiliki Ilmu. Dengan demikian kesadaran Al-Qolam atau
kesadaran Nûn tidak saja menuntun manusia ke jalan yang lurus tetapi juga
membuka pemahaman atas tanggungjawabnya sebagai khalifah fil- ardh. Di
antara beberapa tugas manusia ialah menjaga alam semesta dari kerusakan
yang ditimbulkan akibat pengabaian kesadaran Nûn. Maka penting bagi IPM
untuk menjadikan kesadaran Al-Qolam atau kesadaran Nûn sebagai basis dari
ideologi, paradigma, dan gerakannya.

Ideologi berarti teori atau strategi perjuangan untuk mewujudkan nilai- nilai Al-
Qolam dalam kehidupan sehari-hari. IPM memaknai ideologi sebagai
panduan mengimplementasikan keyakinan dan cita-citanya secara konkret di
kehidupan pelajar Indonesia. Ideologi juga

46
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

mempengaruhi cara pandang IPM dalam empat aspek pokok pembahasan;


kebangsaan, kenegaraan, kemanusiaan, dan persyarikatan. Dalam perihal
kebangsaan sudah jelas, berdasarkan nilai Al-Qolam yang berarti melek terhadap
realitas sejarah mengakui bahwa sifat kebangsaan Indonesia adalah “bhineka
tunggal ika” yang tidak keras menghadapi perbedaan.
Dalam perihal kenegaraan berarti IPM memegang prinsip darul ahdi wa
syahadah, dan tidak mengakui kategori selain itu karena akan bertentangan
dengan ajaran Islam Berkemajuan. Perihal kemanusiaan, ideologi IPM sudah
sangat jelas mengacu pada prinsip “pencerdasan, pembelaan, pemberdayaan,
dan pembebasan”. Sedangkan perihal persyarikatan, ideologi dituntun oleh
konsep Islam Berkemajuan yang memegang teguh tauhid dan sikap moderat
serta mengedepankan amal sosial.
Paradigma sebagai aspek kedua dari Al-Qolam berarti kerangka berpikir
utama IPM selalu disandarkan pada nilai-nilai Al-Qolam. Paradigma bagi
IPM didefinisikan sebagai seperangkat konsep yang berhubungan sama lain
secara logis dan membentuk sebuah kerangka pemikiran yang berfungsi untuk
memahami, menafsirkan dan menjelaskan realitas yang dihadapi.
Paradigma Al-Qolam dengan demikian membantu IPM untuk
menerjemahkan konsep Islam Berkemajuan yang sesuai dengan konteks
gerakan IPM.
Tertib Ibadah,
Tertib Belajar,
Tertib Organisasi

Pencerdasan,
Tiga Paradigma
Pemberdayaan,
IPM dan Pembebasan

Penyadaran,
Pemberdayaan,
dan Pembelaan

Pelajar Berkemajuan

47
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

Gerakan sebagai aspek ketiga dari Al-Qolam berarti IPM harus


konsisten dengan tiga identitas besarnya yakni sebagai gerakan ilmu, gerakan
aksi, gerakan transformatif. Muktamar XIX merumuskan gerakan ilmu IPM
sebagai berikut:
“..(gerakan ilmu adalah) perwujudan dari etos pengabdian sebagai dasar
dalam paradigma pelajar berkemajuan. Nilai utama dari ilmu adalah
”beribadah” sebagai ”pengabdian”, penghambaan. Penghambaan
atau pengabdian ini dalam Islam berupa rukun Islam. Dalam
“paradigma gerakan ilmu”, pengabdian ditransformasikan menjadi
pengabdian pada lima hal, yakni pada
(a) Allah; (b) Pengetahuan; (c) diri-sendiri;(d) sesama dan (e) alam [baca:
tiga implikasi praktis; diri-sendiri, sosial, dan lingkungan].”

Diri Sendiri

Implikasi Praktis Sosial

Lingkungan

Dengan demikian gerakan ilmu memiliki cakupan; yakni sebagai proses


transformasi diri menjadi dekat dengan Allah Swt. Gerakan ilmu juga sebagai
proses menimba pengetahuan yang berguna bagi diri sendiri, orang lain, dan
bagi alam semesta (ilmu pengetahuan sebagai cara mengerem kerusakan
alam). Oleh karena itu dalam IPM muncul empat narasi besar gerakan IPM:
Gerakan Tiga T; Gerakan Kritis- Transformatif (GKT); Gerakan Pelajar
Kreatif (GPK); dan Gerakan Pelajar Berkemajuan (GPB). Empat narasi
besar gerakan IPM itu bersumber dari inspirasi surat Al-Qolam ayat 1.
Gerakan ilmu mendapat prioritas utama karena basis IPM berasal dari
komunitas pelajar. IPM memaknai gerakan ilmu sebagai proses
mengejawantahkan pemikiran-pemikiran yang memungkinkan masyarakat
terberdayakan sehingga membuat kehidupan sosial semakin dinamis dan
transformatif. Oleh karena itu gerakan ilmu selalu bersamaan dengan dua
jenis gerakan aksi dan gerakan transformatif.

48
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

Ketiganya tidak dapat dipisahkan. Gerakan ilmu akan memperkuat basis pengetahuan
aksi sehingga memungkinkan proses transformatif terjadi.

C. Aktualisasi Nilai IPM


Aktualisasi Sistem Gerakan IPM adalah sejumlah nilai-nilai yang
dipegang oleh IPM dalam menyusun sistem gerakan, baik untuk program kerja
organisasi maupun untuk program kerja bidang. Aktualisasi nilai dibagi ke
dalam tiga aspek; individu, organisasi, dan sosial, yakni sebagai berikut:

Nilai Individu Nilai Berorganisasi Nilai Sosial


1. Kemurnian Aqidah 1. Good Governance 1. Keunggulan
2. Ketaatan beribadah 2. Tersistem 2. Amar ma‟ruf
3. Istiqamah 3. Kolektif-kolegial 3. Nahyi munkar
4. Keikhlasan 4. Musyawarah 4. Orientasi misi
5. Berjiwa gerakan 5. Menggembirakan 5. Amal shalih
6. Suka beramal (tabsyir) 6. Kemashlahata n
7. Bermasyarakat 6. Shidiq umum
8. Keteladanan 7. Amanah 7. Ekoliterasi
9. Moderat 8. Fathonah 8. Pro-dhuafa
10. Tajdid 9. Disiplin 9. Keandalan
11. Ekoliterasi 10. Komitmen 10. Keterpaduan
11. Ukhuwah 11. Kesinambung
12. Visioner an
13. Dinamis 12. Pencerahan
14. Ekoliterasi 13. Demokrasi
14. Transparansi
15. Toleransi
16. Anti
kekerasan

49
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

BAB V
PROGRAM KERJA IPM PERIODE 2016-2018

A. Dasar Program Kerja


Sistem Gerakan IPM adalah seperangkat nilai spesifik yang melandasi segala
aktivitas IPM, baik dalam manajemen organisasi, landasan program, atau
aktvitias IPM. Sistem Gerakan IPM berarti apa saja yang menjadi kriteria
keberhasilan gerakan IPM baik itu yang melingkupi pendekatan struktural
(struktur kepemimpinan) atau pun pendekatan kultural (komunitas). Terdapat
enam Sistem Gerakan IPM; keilmuan, kekaderan, keberpihakan, pemberdayaan,
keislaman, kemanusiaan, dan keorganisasian.

Keilmuan

Keberpihakan

Pemberdayaan
Capaian Umum
Keislaman

Kemanusiaan

Keorganisasian

1. Keilmuan, maksudnya program dan aktivitas IPM sebagai organisasi harus


dilandasi oleh prinsip keilmuan yang dicirikan sebagai berikut:
 Rasional/logis
 Berbasis kebutuhan pelajar
 Berbasis riset
 Memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan yang
sedang terjadi.
Keilmuan juga berarti segala program dan aktivitas IPM harus karena
tujuan keilmuan yakni sebagai sarana mempelajari ilmu dan
pengetahuan.

50
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

2. Kekaderan, maksudnya program dan aktivitas IPM selalu dilandasi oleh


nilai-nilai kekaderan. Semua yang dilakukan IPM dalam proses
berorganisasi selalu bersifat pemberdayaan anggota. Kekaderan meliputi:
 IPM memfasilitasi pengembangan kapasitas diri anggotanya dalam
aspek pemahaman ideologi.
 IPM memfasilitasi pengembangan kapasitas diri anggotanya dalam
aspek pemahaman paradigma.
 IPM memfasilitasi pengembangan kapasitas diri anggotanya dalam
aspek pemahaman gerakan.

3. Keberpihakan
Keberpihakan maksudnya ialah segala program dan aktivitas IPM harus
jelas letak keberpihakannya terhadap aspirasi pelajar. IPM memiliki
tanggungjawab untuk membawa aspirasi pelajar dan mengadvokasinya.
Kata “keberpihakan” menunjukkan bahwa posisi IPM tidak netral terhadap
keadaan. IPM harus terlibat aktif atas kepentingan pelajar. Keberpihakan
adalah salah-satu kriteria capaian umum yang sangat penting bagi IPM. Dalam
banyak kasus IPM harus mampu berpihak mengadvokasi kepentingan kelompok
pelajar-rentan (pelajar difabel, pelajar perempuan, pelajar putus sekolah, pelajar
dari kelas sosial menengah ke bawah). Dengan demikian capaian umum
keberhasilan IPM terletak pada kemampuannya menunjukkan
keberpihakan yang semakin dibutuhkan.

4. Pemberdayaan
Pemberdayaan sebagai kriteria capaian umum IPM berarti segala gerak
IPM senantiasa ditujukan bagi proses pengembangan kemampuan
anggotanya. Pemberdayaan berarti proses pengembangan kapasitas,
kemampuan, kreatifitas, dan kekuatan pelajar. Konsep pemberdayaan
yang digunakan oleh IPM selalu bersifat partisipatoris dan dua arah. Proses
pemberdayaan dalam IPM bertujuan sebagai cara membentuk integritas,
kemandirian, kecakapan, dan keterampilan yang dibutuhakn dalam
kehidupan sehari-hari.

51
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

5. Keislaman
IPM merupakan organisasi berbasis pelajar dengan nilai-nilai keislaman;
tauhid. Keislaman sebagai salah-satu kriteria capaian umum berarti IPM
dalam menjalankan organisasi harus menyadari posisinya sebagai sayap
dakwah Islam Muhammadiyah. IPM bertanggungjawab memformulasikan
model dakwah yang ramah, menyenangkan, dan membawa manfaat bagi
pelajar dan remaja pada umumnya. IPM dituntut untuk selalu menawarkan
inovasi dakwah bagi mad‟u muda.

6. Kemanusiaan
Kemanusiaan berarti segala proses yang terjadi di dalam
pengembangan organisasi harus bersifat manusiawi. Mengakomodir segala
kapasitas yang ada pada anggota IPM. IPM bertanggungjawab untuk
menjadi wadah bagi pelajar secara keseluruhan tanpa terkecuali. IPM
tidak hanya mewadahi aspirasi kelompok sosial pelajar tertentu, tetapi
secara menyeluruh.

7. Keorganisasian
Keorganisasi berarti berfungsinya IPM sebagai sebuah sistem.
Landasan semua program IPM adalah sistem, di mana IPM bergerak atas
sistem yang berfungsi. Pemimpin IPM harus mampu mengayomi dan
mewadahi setiap anggota agar dengan ikhlas berperan maksimal di IPM,
dengan berbagai strategi manusiawi yang dapat ditempuhnya. IPM adalah
organisasi, maka sudah sewajarnya dijalankan berdasarkan pada
sifat keorganisasian. Semua program dan kebijakan IPM harus
didasarkan pada musyawarah mufakat. Organisasi IPM dijalankan
dengan melibatkan kesepakatan semua pihak.

52
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

B. Lima Aspek Pengembangan Program Kerja


Sistem Gerakan IPM adalah bentuk konkret penerapan sistem gerakan.
Capaian bidang berbasis program ditentukan melalui lima aspek
pengembangan program kerja yang menjadi penerjemah Visi IPM yang bersifat
tujuan yang sifatnya adiluhung, berjangka panjang, dan menunjukkan
kedalaman nilai.
1. Sistem Gerakan: Sistem Gerakan berkaitan dengan alur internalisasi dan
eksternalisasi nilai organisasi. Internalisasi nilai berarti nilai apa saja yang
diharapkan menjadi pegangan bersama antara setiap anggota organisasi.
Jika berkaitan dengan bidang-bidang, berarti nilai semacam apakah yang
diharapkan oleh bidang yang bersangkutan menjadi pegagan dan komitmen
bersama. Sedangkan eksternalisasi nilai berarti nilai apa sajakah yang
diharapkan mampu menjadi tujuan organisasi atau secara spesifik setiap
bidang yang ada di IPM. Sistem gerakan disusun dengan berpedoman pada
nilai-nilai yang tertuang dalam Aktualisasi Sistem Gerakan IPM (BAB IV,
Sub-Bab C).
2. Organisasi dan Kepemimpinan: organisasi dan kepemimpinan berarti
hal apa saja yang dibutuhkan atau harus disediakan oleh organisasi dan
kepemimpinan dalam memfasilitasi perjalanan organisasi menuju
terwujudnya visi.
3. Jaringan: jaringan berkaitan dengan apa yang harus dilakukan oleh bidang
atau organisasi dalam memfasilitasi tercapainya visi yang berkaitan dengan
kemitraan. Misalnya untuk mencapai visi gerakan Iqro‟ maka perlu
ditentukan bagaimana, dengan siapa, IPM harus membangun jejaring.
4. Sumber daya: sumber daya adalah hal apa saja yang dapat dicapai oleh
kerja organisasi atau bidang berkaitan dengan peningkatan kapasitas
anggota dan sasaran program. Sumber daya juga berarti dukungan apa
yang dibutuhkan oleh organisasi atau bidang agar visinya tercapai
(dukungan finansial atau infrastruktur).
5. Aksi: aksi adalah wujud konkret dari strategi perencanaan visi. Aksi juga
berarti garis besar dari apa yang dapat dilakukan agar visi tercapai.

53
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

C. Program Kerja Bidang-Bidang dan Lembaga-Lembaga

No. Aspek-Aspek Bidang-Bidang

Bidang Organisasi
1 Terwujudnya IPM sebagai organisasi
terdepan dalam merespon dinamika zaman dan
Visi
perkembangan global sebagai wujud
gerakan pelajar berkemajuan.
2 Mengembangkan sistem organisasi IPM yang
Sistem Gerakan
maju, efektif, dan profesional berbasis data
3 Meningkatkan kualitas dan fungsi-fungsi
kepemimpinan organisasi di berbagai
Organisasi dan
tingkatan yang berbasis pada penerapan
Kepemimpinan
budaya kerja organisasi yang manusiawi,
apresiatif, amanah dan terukur.
4 Memperkuat jaringan kelembagaan IPM di
Indonesia melalui komunikasi intensif dan
Jaringan
pendampingan sehingga mampu bersinergi
membangun organisasi.
5 Meningkatkan kualitas kepemimpinan di berbagai
Sumber daya tingkatan yang mampu menjalankan
misi ikatan.
6  Meningkatkan konsolidasi gerakan di
berbagai tingkatan yang berorientasi pada
penguatan jejaring internal dan akar
rumput melalui pembinaan dan
Aksi
pendampingan
 Melengkapi dan menguatkan basis data
organisasi sebagai dasar pelaksanaan
program yang terukur dan tepat sasaran.
Bidang Perkaderan
1 Berkembangnya kapasitas anggota dan
Visi kader IPM sebagai pelaku gerakan yang
memiliki keunggulan kapasitas, komitmen

54
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

ideologis, dan mampu memajukan serta


menyebar-luaskan peran IPM sebagai
gerakan pelajar dalam dinamika
kemanusiaan, umat, bangsa, dan
Muhammadiyah.
2 Memperkuat kapasitas kader dan ideologi dengan
mengoptimalkan Sistem Perkaderan IPM dengan
mengadakan Pelatihan Kader Taruna Melati
Sistem Gerakan
secara massif yang berdaya emansipatif dan
mencerahkan dengan spirit
Islam Berkemajuan.
3 Mendukung segala proses kaderisasi baik
dalam wujud formal, informal, dan non-formal.
Organisasi dan Berkomitmen untuk menjaga proses
Kepemimpinan perkaderan yang manusiawi, apresiatif, dan fokus
pada pengembangan kapasitas diri
kader sebagai generasi berkemajuan.
4 Meningkatkan koordinasi dan kerjasama
secara tersistem antar pimpinan dalam hal
Jaringan
pelaksanaan perkaderan di lingkungan
masing-masing.
5 Membentuk dan meningkatkan kualitas
fasilitator dan membina fasilitator yang
mampu mengembangkan perkaderan
Sumber daya
fungsional yang lebih relevan dan kompatible
dengan kepentingan dan kebutuhan para
kader.
6  Mengadakan kajian-kajian perkaderan
untuk pengembangan konsep, model,
pendekatan, dan metode yang lebih
berkualitas dalam pelaksanaan perkaderan IPM
Aksi untuk dijadikan pedoman kegiatan
perkaderan di setiap tingkatan pimpinan.
 Identifikasi, penyusunan database, dan
pemetaan kader yang dimiliki IPM di
semua lini.

55
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

 Mengadakan hari ber-IPM disaat momen-


momen liburan sekolah atau saat milad
IPM.
Bidang Pengkajian Ilmu Pengetahuan (PIP)
1 Terbentuknya tradisi iqro‟ (membaca, menulis,
riset), serta pengembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi (iptek), dan eksplorasi aspek-
Visi aspek kehidupan yang bercirikan Islam, sehingga
mampu menjadi alternatif kemajuan dan
keunggulan
Peradaban.
2 Mengembangkan tradisi iqro‟ di lingkungan IPM
sebagai bagian dari pengembangan gerakan
Sistem Gerakan
ilmu melalui gerakan literasi dan
komunitas ilmiah remaja
3 Menguatkan kapasitas kepemimpinan yang mampu
mengembangkan program-program penelitian dan
Organisasi dan
ilmu pengetahuan-teknologi sebagai basis
Kepemimpinan
pengambilan kebijakan dan
pengembangan kemajuan.
4 Membentuk dan bersinergi dengan komunitas
Jaringan literasi untuk menumbuhkan tradisi keilmuan di
kalangan pelajar.
5 Meyiapkan kader yang mampu berpikir kreatif
Sumber daya dan bersikap ilmiah dalam mengoptimalkan gerakan
ilmu di kalangan pelajar.
6  Membentuk pusat-pusat keilmuan,
seperti perpustakaan, rumah baca, dan
komunitas kreatif-ilmiah di kalangan
pelajar.
 Menyelenggarakan kegiatan-kegiatan
Aksi
pencerdasan seperti bedah buku,
seminar, bedah film, diskusi, dan lain- lain.

56
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

Bidang Kajian dan Dakwah Islam (KDI)


1 Berkembangnya dakwah islam pelajar yang
bersifat inspiratif, menggembirakan dan
mencerahkan. Dakwah yang memahami
Visi
karakteristik mad‟u kontemporer. Sehingga Islam
menjadi sumber hidup kreatif bagi
pengembangan kehidupan sehari-hari pelajar.
2 Menghidupkan dakwah dan kajian Islam yang
mampu merespon dinamika dan kebutuhan
Sistem Gerakan zaman sehingga menjadikan Islam sebagai
sumber inspirasi melalui Pelatihan Da‟i
Pelajar Muhammadiyah.
3  Mengoptimalkan peran bidang kajian
dakwah Islam dalam mendorong spirit Islam
berkemajuan secara keorganisasian dan
Organisasi dan
kepemimpinan
Kepemimpinan
 Mengoptimalkan bidang kajian dan
dakwah islam sebagai sumber inspirasi
daya-kreatif pelajar Muhammadiyah.
4 Membangun sinergi dan kerjasama secara sistemik
untuk memperkuat kerja dakwah pelajar
Muhammadiyah sekaligus dalam rangka
Jaringan
menciptakan kolaborasi yang mampu memberi
dampak luas spirit Islam
berkemajuan.
5 Meningkatkan kapasitas, kualitas dan kuantitas
mubaligh pelajar untuk memenuhi kebutuhan
Sumber daya dakwah di kalangan pelajar sehingga ajaran
Islam menjadi inspirasi
kreatif pelajar.
6  Membentuk dan mengembangkan pusat
penelitan, kajian, dan informasi bidang
keislaman dan Menyusun pedoman-
Aksi
pedoman/tuntunan-tuntunan dan materi
keislaman dengan merujuk pada
Himpunan Putusan Tarjih yang dapat

57
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

menjadi acuan pelajar secara umum atau


anggota IPM, seperti pedoman kultum,
kurikulum kultum, materi khutbah, dan
tuntunan kehidupan beragama sehari-
hari
 Meningkatkan fungsi media dakwah
seperti buletin, leaflet, website, tabligh
seluler, android, dan media lainnya yang
menyajikan materi/pesan Islam yang
bersifat mem-bimbing, meneguhkan,
menggembirakan, dan mencerahkan
 Responsif terhadap isu-isu lokal,
nasional bahkan internasional.
Bidang Apresiasi Seni, Budaya, dan Olahraga (ASBO)
1 Berkembangnya seni-budaya dan olahraga di
kalangan pelajar berspiritkan Islam
berkemajuan dan mencerahkan peradaban
Visi
manusia sebagai makhluk yang berbudaya dan
berakhlak mulia dan sehat jasmani-
rohani.
2 Meningkatkan upaya pengembangan seni
budaya dan olahraga di kalangan pelajar yang
sesuai dengan nilai-nilai Islam dan
Sistem Gerakan
Muhammadiyah melalui Kegiatan Apresiasi Seni
dan Budaya serta dengan
menyelenggarakan Pekan Olahraga Pelajar
3 Menguatkan kapasitas kelembagaan seni, budaya,
Organisasi dan
dan olahraga di semua jenjang
Kepemimpinan kepemimpinan IPM.
4 Menguatkan jejaring komunitas-komunitas seni,
baik di IPM, sekolah, ataupun luar dalam
Jaringan
pengembangan seni, budaya, dan olahraga di
kalangan pelajar.
5 Mengangkat potensi seni, budaya, dan
Sumber daya olahraga pelajar agar mampu bersaing di
kancah yang lebih luas.

58
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

6 Membentuk komunitas-komunitas seni,


budaya, dan olahraga serta
Aksi
menyelenggarakan kegiatan pelatihan,
apresiasi, dan penciptaan seni budaya.
Bidang Advokasi
1 Terwujudnya kesadaran advokasi di
lingkungan IPM atas persoalan-persoalan
agama, pendidikan, budaya, sosial-politik, dan
Visi ekonomi yang menjadi lokus gerakan IPM
sebagai “Gerakan Pelajar Berkemajuan” wujud
dakwah amar ma‟ruf dan nahi munkar
di kalangan pelajar.
2 Mengembangkan kesadaran advokatif dan
emansipatif serta mengintensifkan kajian- kajian
khusus tentang isu-isu strategis advokasi hak-
Sistem Gerakan hak pelajar serta kebijakan nasional yang
menyangkut kepentingan pelajar melalui
pengembangan sekolah advokasi dan tindakan
pendampingan
advokatif.
3 Menguatkan kapasitas kepemimpinan dan
Organisasi dan kelembagaan dikalangan pelajar yang
Kepemimpinan responsif terhadap isu-isu strategis dan
kebijakan publik serta menjadi rumah advokasi
bagi pelajar muhammadiyah.
4 Meningkatkan usaha dan Mengembangkan
kerjasama dengan pemerintah dan berbagai
Jaringan lembaga untuk kepentingan penegakkan
hukum dalam berbagai aspek termasuk dalam
pemberatasan korupsi.
5 Memfasilitasi pengembangan kualitas pelajar yang
Sumber daya memiliki kapasitas dalam bidang
advokasi yang amanah,professional dan
mengemban misi IPM.
6 Aksi  Pembentukan kesadaran hukum melalui
berbagai lembaga sosial termasuk lewat

59
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

jalur pendidikan
 Menyelenggarakan pendidikan kader
advokasi dan menyusun panduan
mengenai pendampingan pelajar terutama
yang berkaitan dengan kasus- kasus
kekerasan yang menimpa pelajar, dan juga
yang berkaitan dengan pengembangan
kapasitas advokatif pelajar, serta yang
berkaitan dengan advokasi kepentingan
pelajar difabel, pelajar buruh, dan pelajar yang
dilanggar hak-hak dasarnya.
 Mengembangkan forum-forum kajian
khusus tentang berbagai isu
internasional yang strategis,
seminar/publik mengenai situasi dunia, untuk
menjadi bahan penyikapan dan langkah
IPM dalam menghadapi perkembangan
dunia internasional.

Bidang Pengembangan Kreatifitas dan Kewirausahaan (PKK)


1 Berkembangnya budaya kewirausahaan di kalangan
Visi pelajar sebagai wujud dari daya-
kreatif dan prinsip kemandirian pelajar.
2 Menumbuhkan kemandirian pelajar dengan nilai-
nilai entrepreneurship sejak dini menuju Indonesia
yang berdaulat secara ekonomi melalui
Sistem Gerakan
Pendidikan Sosio-Enterpreneurship dan
pendampingan pengembangan
kewirausahaan pelajar.
3 Menguatkan lembaga/bidang kewirausahaan,
mengembangkan sistem manajemen bisnis dan
Organisasi dan
tata kelola ekonomi serta pemanfaatan aset-aset
Kepemimpinan
untuk mendorong kemandirian
ekonomi IPM.
4 Mengintensifkan kerjasama dan kolaborasi
Jaringan
dalam rangka pengembangan daya-kreatif

60
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

bidang sehingga menjadi kekuatan yang


bermanfaat luas.
5 Menciptakan sikap mandiri, terampil, dan
Sumber daya
kreatif
6  Memberikan motivasi bagi para pelajar
untuk berwirausaha berbasis ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni serta minat
bakat pelajar, serta didorong oleh keinginan
membangun kemandirian emansipatif
pelajar.
 Pemberdayaan pelajar dalam
Aksi meningkatkan keterampilan diri sejak dini
menuju kemandirian
 Pemberdayaan pelajar dalam
meningkatkan keterampilan diri sejak dini
menuju kemandirian seperti: membentuk unit-
unit bisnis,koperasi,kedai/warung,bisnis
online dll

Bidang Ipmawati
1 Memperkuat dan mendukung penuh peran pelajar
perempuan sebagai kader kemanusiaan,
kebangsaan, keummatan, dan persyarikatan melalui
Visi pengarusutamaan dan dukungan emansipatif bagi
keterlibatan pelajar perempuan dalam berbagai
dimensi
kehidupan.
2  Mengkaji, mengembangkan, dan
mendorong isu-isu tentang hak-hak
aksesibilitas pelajar perempuan dalam
menggunakan ruang publik, bebas dari
Sistem Gerakan diskriminasi, kekerasan, dan stigma atau
stereotip kultural yang menciptakan
perempuan sebagai kelompok rentan
 Meningkatkan kepedulian dan respon
terhadap permasalahan pelajar

61
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

perempuan serta permasalahan remaja


perempuan pada umumnya.
 Meningkatkan pengkajian gerakan-
gerakan perempuan peduli pendidikan baik
dikalangan pelajar dan kalangan
perempuan pada umumnya.
 Meningkatkan kepedulian terhadap isu- isu
perekambangan hukum, politik, sosial,
ekonomi dan budaya.
 Meningkatkan progrefitas perempuan
dalam memandang isu-isu kekinian
terutama kekerasan pelajar perempuan dan
perempuan pada umumnya.
 Mengoptimalisasi potensi kader putri
Muhammadiyah dan proses kaderisasi
melalui Pendidikan Khusus Ipmawati
(Diksusti)
 Meningkatkan kesadaran akan pentingnya
memahami kebutuhan pelajar perempuan
terutama yang berkaitan dengan kesehatan
reproduksi melalui Pendampingan
Kesehatan Reproduksi
Pelajar (Pekarejar)
3  Mampu mengajak dan meningkatkan
usaha-usaha advokasi terhadap
kekerasan perempuan terutama human
trafficking yang merusak kehidupan
keluarga dan masa depan bangsa
dikalangan antar organisasi perempuan
Organisasi dan
maupun OKP.
Kepemimpinan
 Menjadikan kader perempuan seagai
penyelaras dan penegasan terkait
perannya dengan isu-isu kontenporer
seperti perdagangan perempuan
khususnya diawah umur, ekploitasi
pelajar sampai pada persoalan secara

62
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

struktur mapun secara teologis .


 Mampu memperjuangkan hak-hak pelajar
perempuan tanpa memandang
diskriminasi terhadap kelompok yang
cenderung memarjinalkan perempuan.
4  Mengoptimalisasikan potensi kader putri (IPM)
dalam proses kaderisasi khususnya di
lembaga ortom Muhammadiyah yaitu
Nasyiatul Aisyiyah dan Aisyiyah.
 Meningkatkan usaha dan kerjasama
dengan beragai pihak dalam mencegah
sekaligus mengadvokasi kejahatan
Human Trafficking yang pada umumnya
menimpa kaum pelajar perempuan.
Jaringan  Mengembangkan kerjasama dengan
stakeholder yang peduli terhadap
perempuan dengan memberikan
pendampingan serta, pencerdasan
emosional maupun spiritual di kalangan
pelajar.
 Mendukung program-program yang
berkomitmen terhadap proses
emansipasi perempuan

5 Terus melakukan pencerdasan,


pendampingan dan penyadaran terhdap
perempuan di beragai sektor publik
sehingga adanya tranformasi kader
Sumber daya perempuan dari masa kemasa sehingga tidak
adalagi diksriminatif, maupun termarjinalkan
baik di lingkungan sekolah serta lingkungan
masyarakat secara
luas.
6  Aktif melaksanakan pengajian dan diskusi
Aksi dalam rangka peneguhan ideologi
gerakan Muhammadiyah dan IPM.

63
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

 Menguatkan gerakan perempuan melalui


komunitas-komunitas antikekerasan.
 Melaksanakan seminar kesehatan
produksi yang mampu menamah
pemahaman terhdap perempuan.
 Mengemangkan gerakan litarasi untuk
mengajak para pelajar perempuan serta
perempuan pada umumnya untuk terus
ergerak pada pencerdasan diri.
 Konsen terhadap isu-isu terkini terkait
persoalan perempuan melalui kerjsama
antar LSM perempauan.

Lembaga Lingkungan Hidup


1 Membangun paradigma kesadaran atas
lingkungan hidup di kalangan pelajar IPM
Visi sebagai wujud tanggungjawab khalifah
filardh yang wajib melindungi
lingkungan.
2 Meningkatkan proses penyadaran,
kampanye, dan pengarusutamaan isu peduli
Sistem Gerakan lingkungan hidup melalui Konferensi dan
Workshop Pelajar Peduli
Lingkungan Hidup.
3  Menjadikan organisai sebagai gerakan yang
menumbuhkan kesadaran akan
pentingnya menjaga lingkungan sehingga
IPM mampu menjawab dan paling tidak
sudah siap menjadi organisasi yang tidak
Organisasi dan hanya konsen pada isu-isu pendidikan
Kepemimpinan melainkan ikut mengambil peran dalam
mencegah kerusakan lingkungan.
 Mampu megartikulasiksn pentingnya basis
gerakan berjamaah untuk ikut

64
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

mencegah kerusakan lingkungan


sehingga IPM tidak hanya mampu
memproduksi wacana-wacana gerakan
serta melakukan aksi dan pelayanan
tetapi juga sebagai wahana dakwah
dikalangan pelajar dan masyarakat
secara nyata dan merata.

4 Mampu membangun relasi sosial secara luas baik


di kalangan pelajar, masyarakat, pemerintah,
Jaringan dan lembaga sosial sehingga semakin sadar akan
pentingnya menjaga dan
melindungi lingkungan semakin terbangun.
5 Menguatkan peran bersama Muhammadiyah
Disaster Medical Centre (MDMC) dan Majelis
Lingkungan Hidup (MLH) agar mampu bekerja
Sumber daya sama dan tampil sebagai gerakan pelajar yang
juga konsen terhadap konsekuensi alam, serta
upaya melestarikan
lingkunga hidup.
6  Melakukan pencerdasan kepada
masyarakat melalui gerakan sadar
lingkungan baik pendidikan formal
maupun pendidikan non formal.
 Meningkatkan gerakan ekoliterasi
(kesadaran melek lingkungan hidup)
secara konsen sebagai upaya
pentingnya menjaga dan melestarikan
Aksi
lingkungan.
 Mengembangkan forum-forum sadar
lingkungan untuk mengkaji isu-isu
kerusakan lingkungan serta terus
melakukan seminar/publik mengenai
situasi dunia terutama pemasan global,
penipisan ozon, limbah pabrik, dan
eksploitasi sumber daya alam oleh

65
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

korporasi asing.
 Turut berpartisipasi dalam
mengkampanyekan hidup cinta
lingkungan.
Lembaga Media, Komunikasi, Teknologi dan Informasi (LKTI)
1 Berkembangnya kemampuan pemanfaatan media,
komunikasi, teknologi, dan informasi di IPM sebagai
Visi
sarana dakwah dan syiar Islam
di kalangan pelajar.
2 Mengembangkan model pengembangan media,
komunikasi, teknologi, dan informasi sebagai sarana
penguatan internal organisasi dan penyebarluasan
Sistem Gerakan
gagasan melalui penyelenggaraan Kelas
Manajemen Media
bagi Pelajar
3 Memperkuat kapasitas internal organisasi melalui
Organisasi dan
pemanfaatan media, komunikasi,
Kepemimpinan
teknologi, dan informasi.
4 Membangun jaringan dengan berbagai pihak di
bidang media, komunikasi, teknologi, dan informasi
Jaringan
sebagai langkah penguatan strategi
gerakan.
5 Melahirkan kader yang sadar dan mampu
mengoptimalkan media, komunikasi,
Sumber daya
teknologi, dan informasi sebagai sarana
dakwah dan syiar IPM.
6 Mengembangkan jaringan media yang dapat
Aksi menyuarakan kepentingan pelajar dan sesuai
dengan nilai-nilai dasar IPM.

66
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

BAB VI
AGENDA AKSI

Agenda aksi pada dasarnya merupakan bagian dari implementasi visi IPM yang
bersifat langsung, nasional, dan kelanjutan dari diskursus yang dibangun pra-
Muktamar (forum TMU, forum Konpiwil, dan Pleno). Agenda aksi dirancang sebagai
strategi umum dalam upaya mendorong daya-kreatif sehingga mampu mewujudkan
visi IPM sebagai gerakan ilmu. Skema agenda aksi bergantung pada strategi
penguatan struktur, sekaligus strategi kultural berupa pengembangan komunitas.
Struktur akan menjadi faktor penting dalam merancang dan
mengimplementasikan agenda aksi. Sedangkan komunitas akan berperan
sebagai strategi kreatif yang membantu struktur memaksimalkan implementasi
agenda aksi.

A. Gerakan Jihad Literasi


1. Pendahuluan
Gerakan Jihad Literasi adalah gerakan yang dibentuk untuk
membumikan tradisi literasi. Gerakan ini dibentuk sebagai manifestasi gerakan
ilmu yang menjadi paradigma pelajar berkemajuan. Kemunculannya
didasari oleh rendahnya tingkat literasi masyarakat Indonesia. Rendahnya
tradisi literasi di kalangan masyarakat menjadi sebab ketertinggalan
masyarakat Indonesia.

2. Konsep Dasar
Membumikan tradisi literasi sebagai manifestasi gerakan ilmu Ikatan Pelajar
Muhammadiyah

3. Tujuan
a. Mengenalkan dan membudayakan tradisi literasi dalam ikatan
b. Mewujudkan tradisi baca tulis di kalangan pelajar
c. Membentuk pelajar yang berwawasan luas dan berkemajuan

4. Bentuk Aksi
a. Pembentukan pojok-pojok baca di kelas dan kantor IPM
b. Pembentukan komunitas „Sahabat Buku‟
c. Penyelenggaraan perpustakaan keliling

67
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

d. Diskusi buku dan arisan buku


e. Pelatihan jurnalistik

5. Penyelenggara
IPM di setiap jenjang struktur kepemimpinan

6. Sasaran
Pelajar, remaja, dan pimpinan IPM di berbagai jenjang tingkatan

7. Penutup
Meningkatnya tradisi literasi menjadi prasyarat peningkatan kualitas
kehidupan. Jihad literasi oleh karenanya harus dilandasi semangan
pencerdasan, pemberdayaan, dan pembebasan masyarakat.

B. Gerakan Pendampingan Teman Sebaya


1. Pendahuluan
Gerakan Pendampingan Teman Sebaya adalah gerakan advokasi yang
diselenggarakan oleh pelajar untuk memperoleh hak-haknya. Gerakan ini
dilatarbelakangi atas maraknya tindakan yang merugikan dan merenggut hak-
hak pelajar di sekolah dan lingkungan sekitar. Pendampingan yang
dilakukan oleh teman sebaya dan berada di lingkungan sama dirasa lebih
efektif dibandingkan upaya advokasi yang dilakukan oleh pihak luar yang
belum mengerti konteks latar kondisinya.

2. Konsep Dasar
Pembelaan hak-hak pelajar yang dimulai dari individu dan jejaring pertemanan

3. Tujuan
a. Memperjuangkan terpenuhinya hak-hak pelajar
b. Mengupayakan regulasi yang berpihak kepada pelajar
c. Membentuk budaya kritis

4. Bentuk Aksi
a. Pembentukan kelompok advokasi teman sebaya di sekolah

68
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

b. Pelatihan advokasi
c. Seminar dan diskusi pemetaan isu
d. Pembuatan modul atau buku panduan advokasi
e. Kampanye advokasi

5. Penyelenggara
IPM di setiap jenjang struktur kepemimpinan

6. Sasaran
Pelajar dan remaja

7. Penutup
Gerakan membela teman sebaya diharapkan dapat membentuk
kesadaran kritis di kalangan pelajar sehingga mampu memperjuangkan
hak-haknya secara mandiri.

C. Gerakan Konservasi Lingkungan


1. Pendahuluan
Kerusakan ekologi yang mengancam keberlangsungan hidup manusia
menjadi persoalan yang disorot banyak pihak. Tindakan culas manusia yang
hanya mengeksploitasi alam tanpa menjaga dan merehabilitasinya seringkali
berdampak pada munculnya bencana. Para penjarah ekologi seperti tidak
sadar bahwa apa yang dilakukannya mengancam anak cucunya. Tindakan
buruk ini harus diputus dengan meningkatkan kesadaran menjaga dan
melestarikan lingkungan sejak dini. Usia remaja adalah masa yang strategis
untuk memupuk kesadaran ini.

2. Konsep Dasar
Meningkatkan kesadaran ekoliterasi di kalangan pelajar dan pimpinan IPM

3. Tujuan
a. Meningkatkan kesadaran generasi muda dalam melestarikan lingkungan
b. Membentuk agen-agen muda penyelaman lingkungan

69
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

4. Bentuk Aksi
a. Membentuk komunitas muda pelestari lingkungan
b. Diskusi buku, film dokumenter kerusakan lingkungan
c. Bakti sosial membersihkan sekolah, sungai, pantai, dan lain
sebagainya
d. Penanaman bibit tanaman
e. Kampanye sosial penyelamatan lingkungan
f. Penanaman pohon di lingkungan sekolah
g. Pelatihan pengelolaan sampah
h. Kampanye peduli lingkungan

5. Penyelenggara
Pelajar dan pimpinan IPM di semua jenjang tingkatan

6. Sasaran
Pelajar dan pimpinan IPM di semua jenjang tingkatan

7. Penutup
Mewujudkan generasi yang sadar terhadap kelestarian lingkungan adalah
bagian dari semangat berkemajuan ala Muhammadiyah. Sadar bahwa
lestarinya lingkungan di masa kini akan berpengaruh pada keberlangsungan
hidup di masa depan adalah pandangan yang melampaui zaman. Oleh karena
itu, semangat ini perlu dipupuk sedini mungkin.

70
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

PERUBAHAN ANGGARAN DASAR


DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA
IKATAN PELAJAR MUHAMMADIYAH

71
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

ANGGARAN DASAR
IKATAN PELAJAR MUHAMMADIYAH

BAB I
NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN

Pasal 1
Nama dan Tempat Kedudukan
1. Organisasi ini bernama Ikatan Pelajar Muhammadiyah disingkat IPM, yang
didirikan di Surakarta pada tanggal 5 Shafar 1381 Hijriyah bertepatan
dengan tanggal 18 Juli 1961 Miladiyah.
2. Ikatan Pelajar Muhammadiyah berkedudukan di Pimpinan Pusat.

BAB II
ASAS, IDENTITAS, LAMBANG, DAN SEMBOYAN

Pasal 2
Asas
Ikatan Pelajar Muhammadiyah berasaskan Islam

Pasal 3
Identitas
Ikatan Pelajar Muhammadiyah adalah Organisasi Otonom Muhammadiyah,
merupakan gerakan Islam, dakwah amar ma’ruf nahi munkar di kalangan pelajar,
beraqidah Islam dan bersumber pada Al-Qur‘an dan As-Sunnah Al- Maqbulah.

Pasal 4
Lambang
Lambang Ikatan Pelajar Muhammadiyah adalah segi lima berbentuk perisai runcing di
bawah yang merupakan deformasi bentuk pena dengan jalur besar tengah runcing
di bawah berwarna kuning, diapit oleh dua jalur berwarna merah dan dua jalur
berwarna hijau dengan matahari bersinar sebagai keluarga Muhammadiyah di mana
tengah bulatan matahari terdapat

72
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

gambar buku dan tulisan Al-Qur’an surat Al-Qolam ayat 1 dan tulisan IPM di bawah
matahari.

Pasal 5
Semboyan
IPM bersemboyan
‫ ن‬, َ‫سَ امَ وم َلَلقَ او‬
‫نَ وَرَ ط ي‬
Nuun Walqolami Wamaa Yasthuruun
yang berarti : Nuun, demi pena dan apa yang mereka tulis.

BAB III
MAKSUD DAN TUJUAN SERTA USAHA

Pasal 6
Maksud dan Tujuan
Terbentuknya pelajar muslim yang berilmu, berakhlak mulia, dan terampil dalam
rangka menegakkan dan menjunjung tinggi nilai-nilai ajaran Islam sehingga
terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.

Pasal 7
Usaha
1. Menanamkan kesadaran beragama Islam, memperteguh iman,
menertibkan peribadatan dan mempertinggi akhlak karimah.
2. Mempergiat dan memperdalam pemahaman agama Islam untuk
mendapatkan kemurnian dan kebenaran-Nya.
3. Memperdalam, memajukan, dan meningkatkan ilmu pengetahuan, teknologi,
sosial dan budaya.
4. Membimbing, membina, dan menggerakkan anggota guna
meningkatkan fungsi dan peran IPM sebagai kader persyarikatan, umat,
dan bangsa dalam menunjang pembanguan manusia seutuhnya menuju
masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
5. Segala usaha yang tidak menyalahi ajaran Islam dengan mengindahkan
hukum dan falsafah yang berlaku.

73
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

BAB IV
BASIS MASSA

Pasal 8
Basis Massa
Basis massa Ikatan Pelajar Muhammadiyah adalah pelajar.

Pasal 9
Pengertian Pelajar
Pelajar adalah kelas sosial yang menuntut ilmu secara terus-menerus serta memiliki hak
dan kewajiban dalam bidang pendidikan.

BAB V
KEANGGOTAAN, KADER, DAN SIMPATISAN

Pasal 10
Anggota
Anggota IPM adalah:
1. Pelajar muslim yang belajar di sekolah Muhammadiyah maupun non
Muhammadiyah setingkat SMP dan atau SMA.
2. Pelajar muslim yang berusia 12 tahun sampai 21 tahun yang mendaftar sebagai
anggota Ikatan Pelajar Muhammadiyah.
3. Mereka yang pernah menjadi anggota sebagaimana ketentuan ayat 1 dan 2,
yang diperlukan oleh organisasi dengan usia maksimal genap 24 tahun.
4. Anggota sebagaimana tersebut dalam ayat 3 di atas yang karena terpilih
menjadi pimpinan bisa melanjutkan keanggotaannya sampai masa
jabatannya selesai.

Pasal 11
Kader
Kader IPM adalah anggota yang telah mengikuti perkaderan serta mampu dan
pernah menjadi penggerak inti ikatan.

74
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

Pasal 12
Simpatisan
Simpatisan adalah mereka yang menyetujui maksud dan tujuan IPM tetapi tidak
memenuhi syarat sebagai anggota.

BAB VI
SUSUNAN, PEMBENTUKAN, PENETAPAN, PELEBURAN, DAN
PEMEKARAN, ORGANISASI

Pasal 13
Susunan Organisasi
1. Ranting adalah kesatuan anggota di sekolah atau madrasah atau pondok
pesantren atau desa/kelurahan atau panti asuhan.
2. Cabang adalah kesatuan ranting-ranting di tingkat kecamatan. cabang
membawahi ranting.
3. Daerah adalah kesatuan cabang dan atau ranting di tingkat
kabupaten/kota. Daerah membawahi cabang dan atau ranting.
4. Wilayah adalah kesatuan daerah di tingkat provinsi. Wilayah
membawahi daerah, cabang dan ranting.
5. Pusat adalah kesatuan kesatuan anggota di tingkat nasional yang
membawahi wilayah, daerah, cabang dan ranting.

Pasal 14
Penetapan Organisasi
1. Penetapan Wilayah dan Daerah dengan ketentuan luas lingkungannya
ditetapkan oleh Pimpinan Pusat.
2. Penetapan Cabang dengan ketentuan luas lingkungannya ditetapkan oleh
Pimpinan Wilayah.
3. Penetapan Ranting dengan ketentuan luas lingkungannya ditetapkan oleh
Pimpinan Daerah.

75
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

Pasal 15
Pembentukan, Peleburan, dan Pemekaran
Pembentukan, peleburan, dan pemekaran organisasi diatur oleh pimpinan di
atasnya.

BAB VII
PIMPINAN

Pasal 16
Pimpinan Pusat
1. Pimpinan Pusat adalah pimpinan tertinggi yang memimpin IPM secara
nasional.
2. Pimpinan Pusat dipilih dan ditetapkan dalam Muktamar dengan surat
keputusan Pimpinan Pusat IPM.
3. Perubahan dan penambahan personil (reshuffle) Pimpinan Pusat menjadi
wewenang Pimpinan Pusat dilaksanakan dalam pleno pimpinan yang menjamin
adanya peningkatan efisiensi dan penyegaran jalannya kepemimpinan dan
ditetapkan dengan surat keputusan serta diumumkan ke pimpinan wilayah.

Pasal 17
Pimpinan Wilayah
1. Pimpinan Wilayah adalah pimpinan dalam wilayah dan melaksanakan
kepemimpinan di wilayahnya.
2. Pimpinan Wilayah dipilih dan ditetapkan dalam Musyawarah Wilayah dengan
surat keputusan Pimpinan Pusat.
3. Pimpinan Wilayah adalah wakil Pimpinan Pusat di wilayahnya.
4. Perubahan dan penambahan personal (reshuffle) Pimpinan Wilayah menjadi
wewenang Pimpinan Wilayah dilaksanakan dalam pleno pimpinan yang
menjamin adanya peningkatan efisiensi dan penyegaran jalannya
kepemimpinan dan ditetapkan dengan surat keputusan Pimpinan Pusat
serta diumumkan ke pimpinan daerah.

76
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

Pasal 18
Pimpinan Daerah
1. Pimpinan Daerah adalah pimpinan dalam daerah dan melaksanakan
kepemimpinan di daerahnya.
2. Pimpinan Daerah dipilih dan ditetapkan dalam Musyawarah Daerah dengan
surat keputusan Pimpinan Wilayah.
3. Pimpinan Daerah karena jabatannya adalah menjadi wakil Pimpinan Wilayah
di daerahnya.
4. Perubahan dan penambahan personal (Reshuffle) Pimpinan Daerah menjadi
wewenang Pimpinan Daerah dilaksanakan dalam pleno pimpinan yang
menjamin adanya peningkatan efisiensi dan penyegaran jalannya
kepemimpinan dan ditetapkan dengan surat keputusan Pimpinan Wilayah
serta diumumkan ke pimpinan cabang dan atau ranting.

Pasal 19
Pimpinan Cabang
1. Pimpinan Cabang adalah pimpinan dalam cabang dan melaksanakan
kepemimpinan di Cabangnya.
2. Pimpinan Cabang dipilih dan ditetapkan dalam Musyawarah Cabang dengan
surat keputusan Pimpinan Daerah.
3. Pimpinan Cabang karena jabatannya adalah menjadi wakil Pimpinan Daerah
di cabangnya.
4. Perubahan dan penambahan personal (Reshuffle) Pimpinan Cabang menjadi
wewenang Pimpinan Cabang dilaksanakan dalam pleno pimpinan yang
menjamin adanya peningkatan efisiensi dan penyegaran jalannya
kepemimpinan dan ditetapkan dengan surat keputusan Pimpinan Daerah
serta diumumkan ke pimpinan ranting.

Pasal 20
Pimpinan Ranting
1. Pimpinan Ranting adalah pimpinan dalam ranting dan melaksanakan
kepemimpinan di rantingnya.

77
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

2. Pimpinan Ranting dipilih dan ditetapkan dalam Musyawarah Ranting dengan


surat keputusan pimpinan di atasnya.
3. Pimpinan Ranting karena jabatannya adalah menjadi wakil Pimpinan Cabang
di rantingnya.
4. Penambahan dan perubahan personal (Reshuffle) Pimpinan Ranting menjadi
wewenang Pimpinan Ranting dilaksanakan dalam pleno pimpinan yang
menjamin adanya peningkatan efisiensi dan penyegaran jalannya
kepemimpinan dan ditetapkan dengan surat keputusan pimpinan di
atasnya.

Pasal 21
Pemilihan Pimpinan
1. Pemilihan Pimpinan dilakukan pada musyawarah tertinggi masing- masing
tingkatan struktur dengan sistem pemilihan formatur.
2. Syarat anggota pimpinan dan cara pemilihan diatur dalam Anggaran Rumah
Tangga.

Pasal 22
Pergantian Pimpinan
1. Pergantian pimpinan yang dimaksud adalah pergantian pimpinan dalam periode
tertentu
2. Pimpinan IPM yang telah habis masa jabatannya, tidak lagi menjalankan
tugas dan fungsinya
3. Pergantian pimpinan harus menjamin adanya peningkatan kualitas
kepemimpinan
4. Pergantian pimpinan dinyatakan sah jika sudah terjadi serah terima jabatan
yang dilakukan pada saat pergantian ketua umum yang baru.
5. Serah terima jabatan dilakukan pada saat pergantian Ketua Umum yang
baru.

78
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

Pasal 23
Masa Jabatan Pimpinan
1. Masa jabatan Pimpinan Pusat, Pimpinan Wilayah, Pimpinan Daerah, dan
Pimpinan Cabang selama 2 tahun, sedangkan Pimpinan Ranting selama 1
tahun.
2. Masa jabatan terhitung mulai dari terpilihnya Ketua Umum yang dilakukan
pada saat permusyawaratan tertinggi di masing-masing tingkatan struktur.
3. Jabatan Ketua Umum di setiap tingkatan struktur dijabat maksimal satu kali
masa jabatan.
4. Jabatan anggota pimpinan di setiap tingkatan struktur maksimal selama dua kali
periode secara berturut-turut.

Pasal 24
Perangkapan Jabatan
1. Rangkap jabatan di setiap tingkatan struktur IPM adalah dilarang.
2. Rangkap jabatan dalam Organisasi Otonom Muhammadiyah, hanya dapat
dibenarkan setelah mendapat izin dari pimpinan yang bersangkutan.
3. Rangkap jabatan dengan organisasi politik dan/atau organisasi massa yang
berafiliasi dengan organisasi politik adalah dilarang.
4. Rangkap jabatan dengan organisasi kepelajaran dan kepemudaan
lainnya adalah dilarang.

Pasal 25
Perubahan Pimpinan
1. Perubahan pimpinan yang dimaksud adalah perubahan komposisi pimpinan
baik berupa penambahan, pengurangan, dan perubahan tugas bidang.
2. Perubahan pimpinan harus menjamin adanya peningkatan kualitas
kepemimpinan

79
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

BAB VIII
LEMBAGA IPM

Pasal 26
Lembaga IPM
1. Pimpinan IPM dapat membentuk lembaga IPM.
2. Lembaga IPM adalah badan pembantu pimpinan yang melaksanakan hal-hal
yang tidak dapat ditangani langsung oleh pimpinan dalam hal pelaksanaan
dan pengembangan operasional program.
3. Pimpinan IPM mempunyai wewenang membuat pedoman untuk
mengatur lembaga IPM.

BAB IX
PERMUSYAWARATAN

Pasal 27
Muktamar
1. Muktamar adalah permusyawaratan tertinggi dalam ikatan yang
diselenggarakan oleh dan atas tanggung jawab Pimpinan Pusat.
2. Muktamar diselenggarakan setiap 2 (dua) tahun sekali.

Pasal 28
Muktamar Luar Biasa
(MLB)
1. Muktamar Luar Biasa adalah Muktamar yang diselenggarakan apabila
keberadaan ikatan dalam bahaya dan atau terancam dibubarkan, yang Tanwir
tidak berwenang untuk memutuskan dan tidak dapat ditangguhkan sampai
Muktamar berikutnya.
2. Muktamar Luar Biasa diadakan oleh Pimpinan Pusat atas Keputusan
Tanwir.

80
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

Pasal 29
Tanwir
1. Tanwir adalah permusyaratan tertinggi ikatan setelah Muktamar yang
diselenggarakan oleh dan atas tanggung jawab Pimpinan Pusat.
2. Tanwir diselenggarakan sekurang-kurangnya sekali dalam satu periode.

Pasal 30
Musyawarah Wilayah
(Musywil)
1. Musyawarah Wilayah adalah permusyawaratan tertinggi di tingkat wilayah yang
diselenggarakan oleh dan atas tangung jawab Pimpinan Wilayah.
2. Musyawarah Wilayah diselenggarakan setiap 2 (dua) tahun sekali.

Pasal 31
Konferensi Pimpinan Wilayah
(Konpiwil)
1. Konferensi Pimpinan Wilayah adalah permusyawaratan tertinggi tingkat wilayah
setelah Musyawarah Wilayah yang diselenggarakan oleh dan atas
tanggungjawab Pimpinan Wilayah.
2. Konferensi Pimpinan Wilayah diselenggarakan sekurang-kurangnya sekali
dalam satu priode.

Pasal 32
Musyawarah Daerah
(Musyda)
1. Musyawarah Daerah adalah permusyaratan tertinggi di tingkat daerah yang
diselenggarakan oleh dan atas tanggung jawab Pimpinan Daerah.
2. Musyawarah daerah diselenggarakan setiap 2 (dua) tahun sekali.

81
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

Pasal 33
Konferensi Pimpinan Daerah
(Konpida)
1. Konferensi Pimpinan Daerah adalah permusyawaratan tertinggi di tingkat
daerah setelah Musyda, yang diselenggarakan oleh dan atas tanggung jawab
Pimpinan Daerah.
2. Konferensi Pimpinan Daerah diselenggarakan sekurang-kurangnya sekali
dalam satu periode.

Pasal 34
Musyawarah Cabang
(Musycab)
1. Musyawarah Cabang adalah permusyawaratan tertinggi di tingkat Cabang
yang diselenggarakan oleh dan atas tanggung jawab Pimpinan Cabang.
2. Musyawarah Cabang diselenggarkan setiap 2 (dua) tahun sekali.

Pasal 35
Konferensi Pimpinan Cabang
(Konpicab)
1. Konferensi Pimpinan Cabang adalah permusyawaratan tertinggi di tingkat
cabang setelah Musycab, yang diselenggarakan oleh dan atas tanggung
jawab Pimpinan Cabang.
2. Konferensi Pimpinan Cabang diselenggarakan sekurang-kurangnya sekali
dalam satu periode.

Pasal 36
Musyawarah Ranting
(Musyran)
1. Musyawarah Ranting adalah permusyawaratan tertinggi di tingkat ranting yang
diselenggarakan oleh dan atas tanggungjawab Pimpinan Ranting.
2. Musyawarah Ranting di selenggarakan setiap 1 (satu) tahun sekali.

82
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

Pasal 37
Keabsahan dan Keputusan Permusyawaratan
1. Permusyawaratan dapat berlangsung tanpa memandang jumlah yang hadir,
asal yang bersangkutan telah diundang secara sah.
2. Keputusan permusyawaratan diusahakan diambil berdasarkan
musyawarah mufakat dan apabila tidak tercapai diambil dengan
pemungutan suara maka putusan dengan suara terbanyak.
3. Keputusan Muktamar berlaku setelah diberitahukan kepada Pimpinan Pusat
Muhammadiyah dan ditanfidzkan oleh Pimpinan Pusat IPM.
4. Keputusan Musywil, Musyda, dan Musycab berlaku setelah diberitahukan
kepada Pimpinan Muhammadiyah setingkat dan disahkan oleh pimpinan di
atasnya.
5. Keputusan Musyran berlaku setelah diberitahukan kepada pimpinan sekolah
atau Pimpinan Ranting Muhammadiyah setempat dan disahkan oleh pimpinan
di atasnya.
6. Keputusan Tanwir, Konpiwil, Konpida dan Konpicab berlaku setelah
ditanfidzkan oleh Pimpinan yang bersangkutan dan diberitahukan kepada
Pimpinan Muhammadiyah setingkat.

Pasal 38
Tanfidz
1. Tanfidz adalah pernyataan berlakunya keputusan setiap permusyawratan
(Muktamar, tanwir, Musywil, Konpiwil, Musyda, Konpida, Musycab,
Konpicab, dan Musyran) dan rapat pleno yang ada di IPM.
2. Keputusan Muktamar dan Tanwir berlaku sejak ditanfidzkan oleh PP IPM
dan diberitahukan kepada untuk mendapatkan pengesahan dari Pimpinan
Pusat Muhammadiyah.
3. Keputusan Musywil, Konpiwil, Musyda, Konpida, Musycab, Konpicab, dan
Musyran, serta rapat berlaku setelah ditanfidzkan oleh pimpinan masing-
masing tingkatan struktur setelah mendapat pengesahan dari pimpinan di
atasnya dan diberitahukan kepada pimpinan Muhammadiyah di masing-
masing tingkatan struktur.

83
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

4. Tanfidz bersifat redaksional, mempertimbangkan kemaslahatan dan tidak


bertentangan dengan Anggaran dasar dan Anggaran Rumah Tangga IPM.

BAB X
RAPAT

Pasal 39
Rapat dibedakan menjadi dua jenis : Rapat Pimpinan dan Rapat Kerja.

BAB XI
KEUANGAN DAN KEKAYAAN

Pasal 40
Pengertian
Keuangan dan Kekayaan IPM adalah semua harta benda yang diperoleh dari
sumber yang sah dan halal serta digunakan untuk kepentingan pelaksanaan
organisasi.

Pasal 41
Sumber
Keuangan IPM diperoleh dari:
1. Iuran Anggota
2. Uang Pangkal
3. Pimpinan Muhammadiyah setingkat.
4. Sumber lain yang halal dan tidak mengikat.

Pasal 42
Pengelolaan dan Pengawasan
Ketentuan mengenai pengelolaan dan pengawasan keuangan dan
kekayaan diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

84
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

BAB XII
LAPORAN

Pasal 43
Laporan
Pimpinan IPM semua tingkatan struktur wajib membuat laporan perkembangan
organisasi, laporan pertanggungjawaban, laporan kebijakan dan keuangan
disampaikan kepada permusyawaratan masing-masing tingkatan struktur.

BAB XIII
ANGGARAN RUMAH TANGGA

Pasal 44
Anggaran Rumah Tangga
1. Anggaran Rumah Tangga menjelaskan Anggaran Dasar dan mengatur segala
sesuatu yang belum diatur dalam Anggaran Dasar ini.
2. Anggaran Rumah Tangga disahkan oleh Muktamar.

BAB XIV
PEMBUBARAN
Pasal 45
Pembubaran
1. Pembubaran dan atau perubahan konstitusi IPM menjadi wewenang Pimpinan
Pusat Muhammadiyah, Muktamar IPM, dan Muktamar Luar Biasa IPM.
2. Pembubaran IPM ditetapkan oleh Tanwir atau Muktamar
Muhammadiyah atas usulan PP Muhammadiyah.
3. Sesudah IPM dibubarkan, maka segala hak miliknya menjadi hak milik
Muhammadiyah.

85
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

BAB XV
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR

Pasal 47
Perubahan Anggaran Dasar
Anggaran dasar Ikatan Pelajar Muhammadiyah merupakan keputusan
mutlak dan tidak dapat diganggu gugat kecuali
1. Anggaran dasar tidak sesuai dengan kondisi IPM.
2. Anggaran dasar dapat diubah berdasarkan kajian dari Pimpinan
Wilayah dengan menyerahkan bukti kajian.
3. Perubahan anggaran dasar dapat diusulkan pada tanwir dan
disahkan di muktamar.

BAB XVI
PENUTUP
Pasal 48
Penutup
1. Anggaran Dasar ini disusun sebagai penyempurnaan dan pengganti Anggaran
Dasar sebelumnya, disahkan pada Muktamar IPM XX di Samarinda,
Kalimantan Timur.
2. Setelah Anggaran Dasar ini ditetapkan, maka Anggaran Dasar
sebelumnya dinyatakan tidak berlaku lagi.

86
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

ANGGARAN RUMAH TANGGA


IKATAN PELAJAR MUHAMMADIYAH

Pasal 1
Keberadaan Organisasi
Ikatan Pelajar Muhammadiyah berdiri pada tanggal 5 Shafar 1381 Hijriyah,
bertepatan dengan tanggal 18 Juli 1961 dalam Konferensi Pemuda
Muhammadiyah di Surakarta. Ikatan Pelajar Muhammadiyah pernah
mengalami perubahan menjadi Ikatan Remaja Muhammadiyah (IRM) yang
ditetapkan dengan Surat Keputusan Pimpinan Pusat IRM No.
VI/PP.IRM/1992 tertanggal 24 Rabi’ul Akhir 1413 Hijriyah, bertepatan tanggal
22 Oktober 1992 dan disahkan oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah melalui
SK No.53/SK/IV.13/1.b/1992 tertanggal 22 Jumadil ‘Ula 1413 Hijriyah bertepatan
pada tanggal 18 November 1992. Pada tanggal 28 Syawal 1429 Hijriyah
bertepatan pada tanggal 28 Oktober 2008 pada Muktamar IRM di Surakarta
kembali lagi menjadi Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM).

Pasal 2
Kedudukan Pimpinan Pusat
Pimpinan Pusat IPM berkedudukan di Yogyakarta. Sedangkan
penyelenggaraan aktivitasnya berada di dua kantor yaitu di Yogyakarta dan Jakarta.

Pasal 3
Lambang
1. Lambang Ikatan Pelajar Muhammadiyah sebagaimana tersebut dalam
Anggaran Dasar adalah sebagai berikut :

87
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

2. Makna lambang IPM adalah :


a. Bentuk segi lima perisai, runcing dibawah merupakan deformasi bentuk
pena.
b. Warna kuning berarti keilmuan; putih berarti kesucian; merah berarti
keberanian; hijau berarti kerahmatan; dan hitam berarti
ketauhidan.
c. Gambar matahari yang berwarna kuning menunjukan bahwa IPM adalah
kader Muhammadiyah.
d. Di tengah bulatan matahari terdapat gambar kitab Al-Qur’an yang
berarti sumber pengetahuan.
e. Di bawah bulatan matahari terdapat tulisan ayat Al-Qur’an, surat Al-
Qalam ayat 1 yang berbunyi “Nuun Walqalami Wamaa Yasthuruun”
(dalam tulisan Arab). Artinya : Nuun, Demi pena dan apa yang
dituliskannya.
f. Tulisan Al-Qur’an tersebut ditulis dengan menggunakan huruf Arab,
warna hitam dan merupakan semboyan IPM. Huruf IPM berwarna
merah dengan kontur hitam. Merah berarti berani serta aktif
menyampaikan dakwah Islam karena IPM mengemban tugas sebagai
pelopor, pelangsung dan penyempurna amal usaha
Muhammadiyah.

Pasal 4
Bendera
1. Bendera Ikatan Pelajar Muhammadiyah berbentuk persegi panjang berukuran
panjang berbanding lebarnya dua berbanding tiga berwarna kuning, di bagian
tengah bergambar lambang Ikatan Pelajar

88
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

Muhammadiyah dengan tulisan IKATAN PELAJAR MUHAMMADIYAH font


arial berwarna merah di bawahnya seperti berikut :

IKATAN PELAJAR MUHAMMADIYAH

2. Warna kuning dalam dasar bendera berarti keilmuan yang


menggambarkan keluasan pengetahuan dan keluhuran budi pekerti.
3. Ketentuan lain tentang lambang dan bendera ditetapkan oleh Pimpinan Pusat.

Pasal 5
Pengajuan Kartu Tanda Anggota
1. Pengajuan kartu tanda anggota diajukan secara tertulis disampaikan
kepada Pimpinan Ranting atau Cabang atau Daerah.
2. Pimpinan Daerah selambat-lambatnya 6 (enam) bulan sekali melaporkan
tentang keanggotaan di daerah kepada Pimpinan Wilayah dan Pimpinan
Pusat.
3. Bagi mereka yang telah memenuhi persyaratan menjadi anggota, berhak
mendapatkan kartu anggota.
4. Ketentuan pelaksanaan dan pembuatan KTA diatur oleh Pimpinan Pusat.

Pasal 6
Kewajiban dan Hak Anggota
1. Setiap anggota Ikatan Pelajar Muhammadiyah wajib untuk :
a. Taat kepada AD/ART, keputusan organisasi dan IPM.
b. Setia pada nilai-nilai perjuangan IPM.

89
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

c. Menjaga nama baik IPM, dan menjadi teladan utama sebagai pelajar
muslim.
d. Turut mendukung dan mengembangkan kebijakan dan amal
perjuangan IPM.
e. Membayar Uang Pangkal yang ditetapkan oleh Pimpinan Pusat IPM dan
Iuran Anggota yang ditetapkan oleh Pimpinan Daerah IPM.
2. Hak Anggota :
a. Memiliki kartu tanda anggota IPM.
b. Mendapatkan pengkaderan dari IPM.
c. Mendapatkan informasi yang sama terkait perkembangan
organisasi.
d. Memberikan saran dan menyatakan pendapat demi kebaikan
organisasi.
e. Berhak memilih dan dipilih dalam permusyawaratan pada tingkatan
struktur pimpinannya.

Pasal 7
Kewajiban dan Hak Kader
1. Kewajiban Kader :
a. Taat kepada AD/ART IPM dan menjalankan keputusan dan
peraturan IPM.
b. Setia pada nilai-nilai perjuangan IPM.
c. Menegakkan dan menjunjung nama baik IPM dan
Muhammadiyah.
d. Menjadi teladan yang utama sebagai pelajar muslim.
e. Turut mendukung dan melaksanakan kebijakan dan amal
perjuangan IPM.
f. Menjadi penggerak dan bertanggung jawab dalam melaksanakan
kebijakan dan amal perjuangan IPM.
2. Hak Kader :
a. Menyatakan pendapat di dalam dan di luar permusyawaratan.
b. Memilih dan dipilih di dalam permusyawaratan pada tingkatan struktur
kepemimpinannya.

90
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

c. Mendapatakan pembinaan secara terus menerus dari IPM.

Pasal 8
Pemberhentian Anggota
1. Anggota berhenti karena :
a. Meninggal dunia
b. Keluar dari Islam
c. Meminta berhenti atas kehendak sendiri
d. Diberhentikan
e. Habis masa kenggotaannya
2. Anggota diberhentikan oleh Pimpinan karena :
a. Melakukan tindakan yang bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar
perjuangan IPM
b. Melakukan tindakan yang merugikan dan merusak nama baik
organisasi
c. Melakukan tindak pidana dan terbukti kesalahannya di depan
pengadilan
3. Anggota yang diberhentikan berhak mengajukan keberatan kepada tingkatan
struktur yang memberhentikan. Apabila tingkatan struktur yang bersangkutan
menolak maka anggota yang diberhentikan berhak melakukan banding kepada
tingkatan struktur di atasnya.

Pasal 9
Ranting
1. Ranting adalah kesatuan anggota di sekolah, madrasah, pondok
pesantren, masjid/mushalla, panti asuhan, desa/kelurahan atau komunitas
yang berfungsi melakukan pembinaan dan pemberdayaan angoota.
2. Ranting sekurang-kurangnya mempunyai :
a. Pimpinan ranting terdiri atas sekurang-kurangnya 10 orang.
b. Pengajian pimpinan secara rutin sekurang-kurangya 1 kali dalam
sebulan.
c. Memiliki kegiatan atau program pemberdayaan dan pembinaan pelajar.

91
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

d. Memiliki tempat sebagai pusat kegiatan.


3. Pengesahan pendirian Ranting dan ketentuan luas lingkungannya ditetapkan
oleh Pimpinan Daerah dengan surat keputusan.
4. Pembina IPM di sekolah Muhammadiyah tingkat SMP/sederajat dan atau
SMU/sederajat adalah Kepala Sekolah atau orang yang ditunjuk oleh Kepala
Sekolah.
5. Pembina IPM di ranting non-sekolah adalah Pimpinan Ranting
Muhammadiyah, Ketua Panti Asuhan, Ketua Takmir Masjid, atau Direktur
Pondok Pesantren.
6. Syarat Pembina IPM Ranting adalah alumni IPM dan atau Angkatan Muda
Muhammadiyah.

Pasal 10
Cabang
1. Cabang didirikan atas rekomendasi Pimpinan Cabang Muhammadiyah dan
atau Musyawarah Cabang IPM kemudian disahkan oleh Pimpinan Wilayah
IPM dengan Surat Keputusan.
2. Surat Keputusan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat 1 di atas
ditembuskan kepada PD, dan PP IPM serta Pimpinan Cabang
Muhammadiyah setempat.
3. Cabang sekurang-kurangnya mempunyai :
a. 2 (dua) Pimpinan Ranting
b. Pengajian pimpinan secara rutin sekurang-kurangnya sekalidalam
sebulan
c. Pengajian umum secara rutin tingkat cabang sekurang-kurangnya sekali
dalam sebulan
d. Memiliki program kerja dan kegiatan
e. Pelatihan kader pimpinan tingkat cabang
4. Cabang membawahi Ranting-ranting.

92
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

Pasal 11
Daerah
1. Daerah didirikan atas rekomendasi Pimpinan Daerah Muhammadiyah dan atau
Musywarah Daerah IPM kemudian disahkan oleh Pimpinan Pusat IPM
dengan Surat Keputusan.
2. Surat Keputusan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat 2 di atas
ditembuskan kepada PW IPM, Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM),
dan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) setempat.
3. Daerah sekurang-kurangnya mempunyai :
a. 2 (Dua) Pimpinan Cabang
b. Pengajian pimpinan secara rutin sekurang-kurangnya dua kali dalam
sebulan
c. Pengajian umum secara rutin tingkat daerah sekurang-kurangnya sekali
dalam sebulan
d. Memiliki program kerja dan kegiatan
e. Pelatihan kader Pimpinan tingkat Daerah
4. Daerah membawahi Cabang dan Ranting.

Pasal 12
Wilayah
1. Wilayah didirikan atas rekomendasi Pimpinan Wilayah Muhammadiyah dan atau
Musywarah Wilayah IPM kemudian disahkan oleh Pimpinan Pusat IPM
dengan Surat Keputusan.
2. Surat Keputusan sebagaimana dimaksud yang dimaksud dalam ayat 1
diterbitkan oleh PP IPM, dan ditembuskan kepada Pimpinan Wilayah
Muhammadiyah (PWM) setempat, dan Pimpinan Pusat
Muhammadiyah.
3. Wilayah sekurang-kurangnya mempunyai :
a. 3 (tiga) Pimpinan Daerah
b. Pengajian pimpinan secara rutin sekurang-kurangnya dua kali dalam
sebulan
c. Memiliki program kerja dan kegiatan
d. Pelatihan kader pimpinan tingkat wilayah
4. Wilayah membawahi Daerah, Cabang, dan Ranting.

93
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

Pasal 13
Pusat
1. Pusat ditetapkan berdasarkan Keputusan Muktamar.
2. Pusat membawahi Wilayah, Daerah, Cabang, dan Ranting.

Pasal 14
Kepemimpinan
1. Kepemimpinan IPM menggunakan prinsip kolektif-kolegial.
Maksudnya dalam melaksanakan dan memutuskan segala sesuatu dilakukan
dengan bersama-sama dengan penuh pertimbangan dan kebijaksanaan.
2. Kepemimpinan IPM bersifat kritis-apresiatif. Maksudnya senantiasa
memperhatikan pendapat anggota, menghargai eksistensi anggota dan menerima
kritik dan masukan dari anggotanya.

Pasal 15
Susunan Pimpinan
Susunan Pimpinan terdiri atas :
1. Pimpinan Pusat
2. Pimpinan Wilayah
3. Pimpinan Daerah
4. Pimpinan Cabang
5. Pimpinan Ranting

Pasal 16
Pimpinan Pusat
1. Pimpinan Pusat menentukan kebijakan IPM berdasarkan keputusan Muktamar
dan Tanwir serta pedoman Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
2. Pimpinan Pusat mentanfidzkan permusyawaratan tingkat pusat,
memimpin dan mengawasi pelaksanaan kebijakan IPM.
3. Untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, Pimpinan Pusat membuat
pedoman kerja dan pembagian tugas serta wewenang antar anggota Pimpinan
Pusat.

94
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

4. Dalam melaksanakan kebijakan ekstern yang menyangkut masalah penting,


Pimpinan Pusat berkewajiban konsultasi dengan Pimpinan Pusat
Muhammadiyah.
5. Pimpinan Pusat dapat memberntuk perwakilan yang wewenang dan
kedudukannya dalam rapat pleno Pimpinan Pusat atas dasar ketentuan
Muktamar.
6. Personal Pimpinan Pusat harus berdomisili di Yogyakarta dan atau
Jakarta.

Pasal 17
Pimpinan Wilayah
1. Pimpinan Wilayah menentukan kebijakan IPM dalam wilayahnya
berdasarkan garis kebijakan pimpinan di atasnya dan keputusan
permusyawaratan wilayah.
2. Pimpinan Wilayah mentanfidzkan keputusan-keputusan permusyawaratan
wilayah, memimpin dan mengawasi pelaksanaan kebijakannya.
3. Pimpinan Wilayah memimpin dan mengawasi pelaksanaan kebijakan atau
intruksi Pimpinan Pusat di wilayahnya.
4. Untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, Pimpinan Wilayah
membuat pedoman kerja dan pembagian tugas serta wewenang antar personil
Pimpinan Wilayah atas dasar pedoman kerja yang dibuat oleh PP IPM.
5. Pimpinan Wilayah membimbing dan meningkatkan kegiatan daerah dalam
wilayahnya.
6. Dalam melaksanakan kebijakan ekstern yang menyangkut masalah penting,
Pimpinan Wilayah berkewajiban berkonsultasi dengan Pimpinan Wilayah
Muhammadiyah.
7. Pimpinan Wilayah dapat membentuk Perwakilan Pimpinan Wilayah sesuai
dengan keputusan Musyawarah Wilayah.
8. Personal Pimpinan Wilayah berdomisili di tempat kedudukan Pimpinan
Wilayah, dan apabila tidak demikian maka harus mendapatkan
persetujuan dalam rapat pleno pimpinan tingkat Wilayah.

95
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

Pasal 18
Pimpinan Daerah
1. Pimpinan Daerah menentukan kebijakan IPM dalam daerahnya
berdasarkan garis kebijakan pimpinan di atasnya dan keputusan
permusyawaratan daerah.
2. Pimpinan Daerah mentanfidzkan keputusan-keputusan permusyawaratan
daerah, memimpin dan mengawasi pelaksanaan kebijakannya.
3. Pimpinan Daerah memimpin dan mengawasi pelaksanaan kebijakan
atau instruksi Pimpinan Pusat dan Pimpinan Wilayah.
4. Untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, Pimpinan Daerah
membuat pedoman kerja dan pembagian tugas serta wewenang antar personal
Pimpinan Daerah atas dasar pedoman kerja yang dibuat oleh PP IPM.
5. Pimpinan Daerah membimbing dan meningkatkan amal usaha atau
kegiatan cabang dan atau ranting dalam daerahnya.
6. Dalam melaksanakan kebijakan ekstern yang menyangkut masalah penting,
Pimpinan Daerah berkewajiban berkonsultasi dengan Pimpinan Daerah
Muhammadiyah.
7. Personal Pimpinan Daerah berdomisili di tempat kedudukan Pimpinan Daerah,
dan apabila tidak demikian maka harus mendapatkan persetujuan dalam
rapat pleno pimpinan tingkat Daerah.

Pasal 19
Pimpinan Cabang
1. Pimpinan Cabang menentukan kebijakan IPM dalam cabangnya
berdasarkan garis kebijakan pimpinan di atasnya dan keputusan
permusyawaratan cabang.
2. Pimpinan Cabang mentanfidzkan keputusan-keputusan permusyawaratan
daerah, memimpin dan mengawasi pelaksanaan kebijakannya.
3. Pimpinan Cabang memimpin dan mengawasi pelaksanaan kebijakan atau
intruksi Pimpinan Pusat, Pimpinan Wilayah dan Pimpinan Daerah.

96
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

4. Untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, Pimpinan Daerah


membuat pedoman kerja dan pembagian tugas serta wewenang antar personal
Pimpinan Cabang atas dasar pedoman kerja yang dibuat oleh PP IPM.
5. Pimpinan Cabang membimbing dan meningkatkan amal usaha atau kegiatan
cabang ranting-ranting dalam cabangnya.
6. Dalam melaksanakan kebijakan ekstern yang menyangkut masalah penting,
Pimpinan Cabang berkewajiban berkonsultasi dengan Pimpinan Cabang
Muhammadiyah.
7. Personal Pimpinan Cabang berdomisili di tempat kedudukan Pimpinan
Cabang, dan apabila tidak demikian maka harus mendapatkan
persetujuan dalam rapat pleno pimpinan tingkat Cabang.

Pasal 20
Pimpinan Ranting
1. Pimpinan Ranting menentukan kebijakan IPM dalam rantingnya
berdasarkan garis kebijakan pimpinan di atasnya dan keputusan
permusyawaratan ranting.
2. Pimpinan Ranting mentanfidzkan keputusan-keputusan
permusyawaratan ranting, memimpin dan mengawasi pelaksanaan
kebijakannya.
3. Pimpinan Ranting memimpin dan mengawasi pelaksanaan kebijakan atau
intruksi Pimpinan Pusat, Pimpinan Wilayah, Pimpinan Daerah, dan Pimpinan
Cabang.
4. Untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, Pimpinan Ranting
membuat pedoman kerja dan pembagian tugas serta wewenang antar personal
Pimpinan Ranting atas dasar pedoman kerja yang dibuat oleh PP IPM.
5. Pimpinan Ranting membimbing anggota dalam beragama, meningkatkan
kesadaran berorganisasi dan menyalurkan aktivitas dalam amal usaha IPM
sebagai bakat, minat, dan kemampuannya.
6. Dalam melaksanakan kebijakan ekstern yang menyangkut masalah penting,
Pimpinan Ranting berkewajiban berkonsultasi dengan Kepala Sekolah,
Pimpinan Ranting Muhammadiyah atau pembina IPM.

97
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

7. Pimpinan Ranting di perguruan Muhammadiyah tingkat SMP/sederajat atau


SMA/sederajat dibina oleh kepala sekolah dan atau yang dimandati oleh
kepala sekolah untuk membantunya dalam upaya menggerakkan IPM
ranting di sekolah yang bersangkutan.
8. Pimpinan Ranting yang berkedudukan di luar sekolah Muhammadiyah adalah
personal IPM yang tergabung dalam sekolah non- Muhammadiyah
atau Komunitas dapat dibina langsung oleh Pimpinan Wilayah,
Pimpinan Daerah atau Pimpinan Cabang IPM.

Pasal 21
Pemilihan Pimpinan
1. Pemilihan Pimpinan dilakukan dengan memilih formatur.
2. Pedoman tata tertib pemilihan Pimpinan dibuat oleh Pimpinan
setingkatnya, sesuai dengan hasil keputusan musyawarah.
3. Untuk pemilihan pimpinan dibentuk panitia pemilihan :
a. Untuk Pimpinan Pusat ditetapkan oleh Tanwir.
b. Untuk Pimpinan Wilayah, Daerah dan Cabang ditetapkan oleh
musyawarah masing-masing atas usul Pimpinan IPM yang
bersangkutan.
c. Untuk Pimpinan Ranting ditetapkan dalam rapat pleno Pimpinan.
4. Syarat untuk dapat dicalonkan sebagai anggota Pimpinan IPM :
a. Telah menjadi kader IPM dan mengamalkan ajaran Islam sesuai Al-
Qur’an dan As-Sunnah Al-Maqbulah.
b. Setia pada maksud dan tujuan serta perjuangan IPM.
c. Taat pada garis perjuangan IPM.
d. Cakap dan amanah menjalankan tugasnya.
e. Tidak merangkap keanggotaan/jabatan, sebagaimana diatur dalam
AD.
f. Memenuhi syarat-syarat administrasi.

Pasal 22
Pergantian Pimpinan
1. Pergantian pimpinan hanya dilaksanakan pada permusyawaratan tertinggi
tiap tingkatan struktur.

98
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

2. Pergantian pimpinan dilaksanakan apabila masa jabatan pimpinan genap 2


tahun atau 1 tahun untuk ranting atau dinyatakan sudah selesai.
3. Pergantian pimpinan maksimal dilaksanakan 3 (tiga) bulan setelah masa
jabatannya selesai atau satu bulan untuk pimpinan ranting.

Pasal 23
Batas Umur Pimpinan
Batas maksimal umur :
1. Pimpinan Pusat IPM adalah 24 tahun tepat pada saat Muktamar.
2. Pimpinan Wilayah IPM adalah 24 tahun tepat pada saat Musywil.
3. Pimpinan Daerah IPM adalah 22 tahun tepat pada saat Musyda.
4. Pimpinan Cabang IPM adalah 20 tahun tepat pada saat Musycab.
5. Pimpinan Ranting IPM adalah 18 tahun tepat pada saat Musyran.

Pasal 24 Perubahan
Pimpinan (reshufle)
1. Perubahan pimpinan dapat dilakukan dalam setiap Rapat Pleno IPM dengan
persyaratan 2/3 pimpinan hadir.
2. Perubahan pimpinan disahkan melalui surat keputusan pimpinan di atasnya
atau surat keputusan Pimpinan Pusat.
3. Perubahan pimpinan harus disosialisasikan kepada pimpinan
dibawahnya paling lambat 3 bulan setelah di SK-kan.

Pasal 25
Pemberhentian Personal Pimpinan
1. Personal pimpinan dinyatakan berhenti, dengan alasan :
a. Meminta berhenti atas kehendak sendiri
b. Diberhentikan
2. Personal pimpinan diberhentikan oleh pimpinan bersangkutan.
3. Personal pimpinan dapat diberhentikan karena :
a. Melakukan tindakan yang bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar
perjuangan IPM

99
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

b. Melakukan tindakan yang merugikan dan merusak nama baik organisasi

c. Melakukan tindak pidana dan terbukti kesalahannya di depan


pengadilan
4. Personal pimpinan yang diberhentikan dapat mengajukan banding
pada pimpinan diatasnya.
5. Personal pimpinan yang dinyatakan berhenti sebagaimana ayat 1,
dapat diberhentikan melalui rapat pleno.

Pasal 26
Pedoman Kerja
Untuk ketertiban jalannya pimpinan, maka Pimpinan Pusat IPM membuat pedoman
umum kerja.

Pasal 27
Bidang-Bidang
1. Bidang adalah unsur pimpinan yang menjalankan tugas pokok dan program-
program organisasi.
2. Bidang wajib di IPM adalah bidang Perkaderan, Bidang KDI dan
Bidang PIP.
3. Selain Bidang wajib dibentuk oleh masing masing tingkat
pimpinan, berdasarkan hasil permusyawaratan tertinggi di masing
masing tingkatan pimpinan.

Pasal 28
Lembaga
1. Pimpinan IPM dapat membentuk lembaga IPM.
2. Lembaga IPM adalah badan pembantu pimpinan yang melaksanakan
hal-hal yang tidak dapat ditangani langsung oleh pimpinan dalam hal
pelaksanaan dan pengembangan operasional program.
3. Batas wewenang dan kedudukan lembaga IPM seperti yang dimaksud ayat 1 di
atas ditentukan dalam surat keputusan pimpinan yang bersangkutan.

100
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

4. Lembaga IPM bertanggung jawab kepada Pimpinan IPM yang


bersangkutan.
5. Personal lembaga IPM direkrut dari anggota IPM, simpatisan atau pelajar
muslim lain yang dianggap dapat mengemban amanah lembaga dan diberi
tanggung jawab oleh masing-masing pimpinan.
6. Pimpinan IPM dapat membubarkan lembaga IPM atau merubah susunan
anggota pengurusnya.
7. Pimpinan IPM membuat kaidah umum lembaga IPM yang disyahkan dalam
permusyawaratan di tingkatannya.
8. Pimpinan IPM berhak dan berkewajiban melakukan pembinaan dan
pengawasan terhadap lembaga khusus di tingkatan struktur yang
bersangkutan.

Pasal 29
Susunan Jabatan
1. Susunan jabatan Pimpinan IPM disusun oleh Ketua Umum dan formatur
IPM yang terpilih dalam tiap permusyawaratan IPM.
2. Susunan jabatan pimpinan IPM terdiri atas Ketua Umum, Ketua Bidang,
Sekretaris Umum, Sekretaris Bidang, Bendahara Umum, dan Anggota
Bidang.

Pasal 30
Muktamar
1. Muktamar diselenggarakan atas undangan Pimpinan Pusat.
2. Undangan, acara dan materi muktamar minimal telah sampai kepada yang
bersangkutan 2 (dua) bulan sebelumnya.
3. Muktamar dinyatakan sah apabila dihadiri muktamirin dengan tidak
memandang jumlah yang hadir, asalkan undangan secara sah sudah sampai
disampaikan kepada yang bersangkutan.
4. Muktamirin terdiri atas :
a. Peserta:
1) Ketua Umum, Ketua Bidang, Sekretaris Umum dan
Bendahara Umum Pimpinan Pusat IPM

101
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

2) Ketua Umum Pimpinan Wilayah atau yang mewakili dan 6 orang


utusan Pimpinan Wilayah
3) Ketua Umum Pimpinan Daerah atau yang mewakili dan 2 orang
utusan Pimpinan Daerah
b. Peninjau :
1) Personil Pimpinan Pusat yang tidak menjadi peserta muktamar
2) Mereka yang diundang oleh Pimpinan Pusat secara sah
5. Setiap peserta muktamar berhak atas satu suara.
6. Isi dan susunan acara Muktamar ditetapkan oleh Pimpinan Pusat IPM
berdasarkan keputusan Tanwir pertama.
7. Ketentuan tata tertib Muktamar diatur oleh Pimpinan Pusat dan
dibacakan pada Pleno Muktamar.
8. Acara pokok dalam Muktamar :
a. Laporan pertanggung jawaban Pimpinan Pusat
1) Kebijakan Pimpinan Pusat
2) Pelaksanaan keputusan Muktamar dan Tanwir sebelumnya
3) Keuangan
b. Laporan perkembangan dan pandangan umum Pimpinan Wilayah
terhadap kinerja Pimpinan Pusat sesuai dengan Indeks
Progresifitas IPM
c. Penyusun kebijakan program kerja periode berikutnya
d. Pemilihan Pimpinan Pusat
e. Masalah-masalah IPM yang bersifat urgen/penting
f. Rekomendasi
9. Selambat-lambatnya sebulan setelah Muktamar Pimpinan Pusat harus
mentanfidzkan hasil keputusan Muktamar dan menyampaikannya pada Pimpinan
Pusat Muhammadiyah, Pimpinan Wilayah IPM, dan Pimpinan Daerah se-
Indonesia.
10. Keputusan Muktamar mulai berlaku sejak ditanfidzkan oleh Pimpinan Pusat
sampai diubah atau dicabut kembali oleh Muktamar berikutnya.

102
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

Pasal 31
Muktamar Luar Biasa
(MLB)
1. Muktamar Luar Biasa diselenggarakan atas undangan Pimpinan Pusat
berdasarkan desakan 50% + 1 dari jumlah Pimpinan Wilayah.
2. Muktamar Luar Biasa dinyatakan sah apabila dihadiri Muktamirin dengan
tidak memandang jumlah yang hadir asalkan undangan sudah secara sah telah
disampaikan kepada yang bersangkutan.
3. Muktamirin terdiri atas :
a. Peserta :
1) Ketua Umum, Ketua Bidang, Sekretaris Umum, dan
Bendahara Umum Pimpinan Pusat
2) Ketua Umum Pimpinan Wilayah atau yang mewakilinya dan 2 orang
utusan Pimpinan Wilayah
3) Ketua Umum Pimpinan Daerah atau yang mewakilinya dan 2 orang
utusan Pimpinan Daerah
b. Peninjau :
1) Personil Pimpinan Pusat yang tidak menjadi peserta
Muktamar Luar Biasa
2) Mereka yang diundang oleh Pimpinan Pusat
4. Muktamirin berhak atas satu suara.
5. Isi dan susunan acara Muktamar Luar biasa disesuaikan dengan alasan
penyelenggaraan Muktamar Luar Biasa.
6. Keputusan Muktamar Luar Biasa mulai berlaku setelah ditanfidzkan oleh
Pimpinan Pusat sampai diubah atau dicabut oleh Muktamar berikutnya.
7. Selambat-lambatnya 2 (dua) minggu setelah Muktamar Luar Biasa, Pimpinan
Pusat harus menyampaikan hasil keputusan Muktamar Luar Biasa kepada
Pimpinan Pusat Muhammadiyah sebagai pemberitahuan.

Pasal 32
Tanwir
1. Tanwir diselenggarakan atas undangan Pimpinan Pusat.

103
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

2. Undangan, acara dan materi konferensi pimpinan nasional Tanwir minimal


sampai kepada yang bersangkutan 1 (satu) bulan sebelum acara konferensi
pimpinan nasional Tanwir diselenggarakan.
3. Tanwir dinyatakan sah apabila dihadiri musyawirin dengan tanpa
memandang jummlah yang hadir, asalkan undangan secara sah sudah
disampaikan kepada yang bersangkutan.
4. Musyawirin Tanwir terdiri atas :
a. Peserta:
1) Ketua Umum, Ketua Bidang, Sekretaris Umum, dan
Bendahara Umum Pimpinan Pusat
2) Ketua Umum Pimpinan Wilayah atau yang mewakilinya dan 2 orang
utusan
b. Peninjau :
1) Personil Pimpinan Pusat yang tidak menjadi peserta Tanwir
2) Mereka yang diundang oleh Pimpinan Pusat secara sah
5. Setiap peserta Tanwir ditetapkan oleh Pimpinan Pusat.
6. Isi dan susunan acara Tanwir ditetapkan oleh Pimpinan Pusat.
7. Acara pokok dalam Tanwir :
a. Progres report perkembangan IPM Nasional
b. Evaluasi dan kebijakan IPM Nasional
c. Masalah penting yang tidak dapat ditangguhkan sampai Muktamar
d. Mempersiapkan acara-acara Muktamar yang akan datang
8. Sebelum Muktamar dapat diselenggarakan Tanwir dengan agenda khusus
persiapan Muktamar dan masalah penting.
9. Ketentuan tata tertib Tanwir ditentukan oleh Pimpinan Pusat dan
dibacakan pada pleno Tanwir.
10. Keputusan Tanwir mulai berlaku setelah ditanfidzkan oleh Pimpinan Pusat.
11. Selambat-lambatnya sebulan setelah Tanwir, keputusan harus
ditanfidzkan oleh Pimpinan Pusat menyampaikannya pada Pimpinan Wilayah
IPM, dan Pimpinan Daerah IPM se-Indonesia.
12. Agenda pokok Tanwir Pra-Muktamar :
a. Pembacaan tata tertib Tanwir Pra Muktamar

104
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

b. Pembacaan Tanwir sebelumnya (pertama), seperti Panitia


Pemilihan, Tim Verifikasi Keuangan, Tim Materi Muktamar, dll.

Pasal 33
Musyawarah Wilayah
(Musywil)
1. Musyawarah wilayah diselenggarakan atas undangan Pimpinan Wilayah.
2. Musywil diselenggarakan sekurang-kurangnya 3 bulan setelah Muktamar.
3. Undangan, acara dan materi musyawarah wilayah minimal sampai kepada
yang bersangkutan sebulan sebelumnya.
4. Musyawarah wilayah dinyatakan sah apabila dihadiri oleh musyawirin dengan
tidak memandang jumlah yang hadir, asalkan undangan secara sah sudah
disampaikan kepada yang bersangkutan.
5. Musyawirin terdiri atas :
a. Peserta:
1) Ketua Umum Pimpinan Wilayah, Ketua Bidang, Sekretaris
Umum, dan Bendahara Umum Pimpinan Wilayah.
2) Ketua Umum Pimpinan Daerah atau yang mewakili dan 6 orang
utusan Pimpinan Daerah
3) Ketua Umum Pimpinan Cabang atau yang mewakili dan 2
orang utusan
b. Peninjau :
1) Pimpinan Wilayah yang tidak menjadi peserta musyawarah wilayah
2) Mereka yang diundang oleh Pimpinan Wilayah
6. Setiap peserta musyawarah wilayah berhak atas satu suara.
7. Isi dan susunan acara Musyawarah Wilayah ditetapkan oleh Pimpinan
Wilayah dengan berdasarkan Konferensi Pimpinan Wilayah
(Konpiwil) sebelumnya.
8. Acara pokok dalam Musyawarah Wilayah :
a. Laporan Pertanggungjawaban Pimpinan Wilayah :
1) Kebijakan Pimpinan Wilayah

105
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

2) Organisasi dan administrasi


3) Pelaksanaan keputusan Musyawarah dan kebijakan
pimpinan di atasnya serta Keputusan Musyawarah Wilayah
dan Konpiwil sebelumnya
4) Keuangan
b. Laporan perkembangan dan pandangan Pimpinan Daerah
terhadap kinerja Pimpinan Wilayah
c. Penyusunan program IPM berikutnya
d. Pemilihan Pimpinan Wilayah
e. Masalah urgen dalam wilayah
f. Rekomendasi
9. Pimpinan Daerah dalam memberikan pandangan kepada PW IPM,
sekaligus memberikan penilaian terhadap tingkat pencapaian
keberhasilan program pimpinan pusat wilayah sesuai dengan Indeks
Progresifitas Gerakan IPM.
10. Hasil penilaian sebagaimana ayat 9, digunakan sebagai acuan untk periode
kepemimpinan selanjutnya.
11. Ketentuan Tata Tertib Musyawarah Wilayah diatur oleh Pimpinan
Wilayah dan dibacakan pada pleno Musyawarah Wilayah.
12. Keputusan Musyawarah Wilayah mulai berlaku sejak ditanfidzkan oleh
Pimpinan Wilayah sampai diubah atau dicabut oleh Musyawarah Wilayah
berikutnya.
13. Selambat-lambatnya sebulan setelah Musyawarah Wilayah, Pimpinan Wilayah
harus memyampaikan hasil keputusan Musyawarah Wilayah kepada
Pimpinan Wilayah Muhammadiyah setempat sebagai pemberitahuan dan
kepada Pimpinan Pusat untuk mendapatkan pengesahan.
14. Apabila sampai dua minggu setelah penyerahan hasil Musyawarah Wilayah
tersebut belum ada jawaban dari Pimpinan Pusat, maka keputusan
tersebut dianggap sah.
15. Pada waktu berlangsungnya Musyawarah Wilayah dapat
diselenggarakan acara atau kegiatan pendukung yang tidak mengganggu
jalannya Musyawarah wilayah.

106
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

Pasal 34
Konferensi Pimpinan Wilayah
(Konpiwil)
1. Konferensi Pimpinan Wilayah (Konpiwil) diselenggarakan atas
undangan Pimpinan Wilayah.
2. Undangan, acara dan materi Wilayah (Konpiwil) minimal sampai
kepada yang bersangkutan sebulan sebelumnya.
3. Konpiwil dinyatakan sah apabila dihadiri Musyawirin Konpiwil dengan tidak
memandang jumlah yang hadir, asalkan undangan secara sah sudah
disampaikan kepada yang bersangkutan.
4. Musyawirin Konpiwil terdiri atas :
a. Peserta:
1) Ketua Umum, Ketua Bidang, Sekretaris Umum dan
Bendahara Umum Pimpinan Wilayah
2) Ketua Umum Pimpinan Daerah atau yang mewakilinya dan 2 orang
utusan Pimpinan Daerah
b. Peninjau :
1) Pimpinan Wilayah yang tidak menjadi peserta Konpiwil.
2) Mereka yang diundang oleh Pimpinan Wilayah
5. Setiap peserta konpiwil berhak atas satu suara.
6. Isi dan susunan acara konpiwil ditetapkan oleh Pimpinan Wilayah.
7. Acara pokok dalam Konpiwil :
a. Laporan Kebijakan Pimpinan Wilayah
b. Masalah urgen yang tidak dapat ditangguhkan sampai
Musyawarah Wilayah
c. Masalah yang oleh Musywil diserahkan kepada Konpiwil
d. Evaluasi gerak organisasi dan pelaksanaan program
e. Mempersiapkan acara-acara Musywil berikutnya
8. Sebelum Musywil dapat diselenggarakan Konpiwil dengan agenda khusus
Persiapan Musywil dan masalah urgen.
9. Ketentuan tata tertib konpiwil ditentukan oleh Pimpinan Wilayah dan
dibacakan dalam sidang pleno Konpiwil.
10. Keputusan Konpiwil mulai berlaku setelah ditanfidzkan oleh Pimpinan
Wilayah.

107
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

11. Selambat-lambatnya sebulan setelah Konpiwil, Pimpinan Wilayah harus


menyampaikan hasil keputusan Konpiwil kepada Pimpinan Wilayah
Muhammadiyah setempat sebagai pemberitahuan dan kepada Pimpinan
Pusat IPM untuk mendapatkan pengesahan.
12. Apabila sampai dua minggu sesudah penyerahan hasil keputusan
Konpiwil tersebut belum ada jawaban dari Pimpinan Pusat, maka
keputusan tersebut dianggap sah.
13. Pada waktu berlangsungnya Konpiwil dapat diselenggarakan acara atau
kegiatan pendukung yang tidak mengganggu jalannya Konpiwil.
14. Agenda Pokok Konpiwil Pra-Musywil :
a. Pembacaan tata tertib Konpiwil dan Musywil
b. Pembacaan hasil kerja Konpiwil sebelumnya (pertama), seperti Panitia
Pemilihan, Tim Verifikasi, Tim Materi, Panitia Musywil, dll.

Pasal 35
Musywarah Daerah
(Musyda)
1. Musyawarah Daerah diselenggarakan atas undangan Pimpinan Daerah.
2. Musyda diselenggarakan sekurang-kurangnya 3 bulan setelah akhir periode
kepemimpinan PW IPM dan dikeluarkannya keputusan Induk Musywil.
3. Undangan, acara, dan materi Musyawarah Daerah minimal sampai kepada
yang bersangkutan sebulan sebelumnya.
4. Musyawarah dinyatakan sah apabila dihadiri oleh Musyawirin dengan tidak
memandang jumlah yang hadir, asalkan undangan secara sah sudah
disampaikan kepada yang bersangkutan.
5. Musyawirin terdiri atas :
a. Peserta :
1) Ketua Umum, Ketua Bidang, Sekretaris Umum dan
Bendahara Umum Pimpinan Daerah.
2) Ketua Umum Pimpinan Cabang atau yang mewakilinya dan 6 orang
utusan.

108
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

3) Ketua Umum Pimpinan Ranting atau yang mewakilinya


dan 2 orang utusan.
b. Peninjau :
1) Pimpinan Daerah yang tidak menjadi peserta Musyawarah Daerah.
2) Mereka yang diundang oleh Pimpinan Daerah.
6. Setiap peserta Musyawarah Daerah berhak atas satu suara.
7. Isi dan susunan acara Musyawarah Daerah ditetapkan oleh Pimpinan Daerah
dengan berdasarkan keputusan Konpida sebelumnya.
8. Acara pokok Musyawarah Daerah :
a. Laporan Pertanggungjawaban Pimpinan Daerah
1) Kebijakan Pimpinan Daerah
2) Organisasi dan Administrasi
3) Pelaksanaan keputusan Musyawarah dan kebijakan
pimpinan di atasnya serta Pelaksanaan keputusan
Musyawarah Daerah dan Konpicab sebelumnya
4) Keuangan
b. Laporan perkembangan Pimpinan Cabang atau Ranting dan
pandangan Pimpinan Cabang atau Ranting terhadap kinerja
Pimpinan Daerah
c. Penyusunan Program Kerja IPM periode berikutnya
d. Pemilihan Pimpinan Daerah
e. Masalah IPM yang urgen dalam Daerahnya
9. Pimpinan Cabang atau Ranting dalam memberikan pandangan kepada PD IPM,
sekaligus memberikan penilaian terhadap tingkat pencapaian keberhasilan
program pimpinan daerah sesuai dengan Indeks Progresifitas Gerakan
IPM.
10. Hasil penilaian sebagaimana ayat 9, digunakan sebagai acuan untuk periode
kepemimpinan selanjutnya.
11. Ketentuan tata tertib Musyawarah Daerah diatur oleh Pimpinan Daerah.
12. Keputusan Musyawarah Daerah mulai berlaku setelah sejak ditanfidzkan
oleh Pimpinan Daerah sampai diubah atau dicabut kembali oleh Musyawarah
Daerah berikutnya.

109
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

13. Selambat-lambatnya sebulan setelah Musyda, Pimpinan Daerah harus


menyampaikan hasil keputusan Musyda kepada Pimpinan Daerah
setempat sebagai pemberitahuan dan kepada Pimpinan Wilayah IPM untuk
mendapatkan pengesahan dengan tembusan kepada Pimpinan Pusat.
14. Apabila sampai sebulan sesudah penyerahan hasil Musyawarah Daerah
tersebut belum ada jawaban dari Pimpinan Wilayah, maka keputusan
tersebut dianggap sah.
15. Pada waktu berlangsungnya Musyawarah Daerah dapat diselenggarakan
acara atau kegiatan yang tidak mengganggu jalannya Musyawarah Daerah.

Pasal 36
Konferensi Pimpinan Daerah
(Konpida)
1. Konferensi Pimpinan Daerah (Konpida) diselenggarakan atas undangan
Pimpinan Daerah.
2. Undangan, acara dan materi Konpida minimal sampai kepada yang
bersangkutan sebulan sebelumnya.
3. Konpida dinyatakan sah apabila dihadiri oleh Musyawirin Konpida
dengan tidak memandang jumlah yang hadir, asalkan undangan secara sah
sudah disampaikan kepada yang bersangkutan.
4. Musyawirin Konpida terdiri atas :
a. Peserta:
1) Ketua Umum, Ketua Bidang, Sekretaris Umum dan
Bendahara Umum Pimpinan Daerah
2) Ketua Umum Pimpinan Cabang atau yang mewakilinya dan 2 orang
utusan Pimpinan Cabang (Jika dalam Pimpinan Daerah ada yang
tidak mewakili cabang, maka yang diundang adalah Pimpinan
Ranting)
b. Peninjau :
1) Pimpinan Daerah yang tidak menjadi peserta Konpida
2) Mereka yang diundang oleh Pimpinan Daerah
5. Setiap peserta Konpida berhak atas satu suara.

110
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

6. Isi dan susunan acara Konpida ditetapkan oleh Pimpinan Daerah.


7. Acara pokok Konpida :
8. Ketentuan tata tertib Konpida ditentukan oleh Pimpinan Daerah dan
dibacakan dalam rapat pleno Konpida.
9. Keputusan Konpida mulai berlaku sejak ditanfidzkan oleh Pimpinan Daerah.
10. Selambat-lambatnya sebulan setelah Konpida, Pimpinan Daerah harus
menyampaikan hasil keputusan Konpida kepada Pimpinan Daerah
Muhammadiyah setempat sebagai pemberitahuan dan kepada Pimpinan
Wilayah IPM untuk mendapatkan pengesahan dengan tembusan kepada
Pimpinan Pusat.
11. Apabila sampai sebulan sesudah penyerahan hasil keputusan Konpida tersebut
belum ada jawaban dari Pimpinan Wilayah, maka keputusan tersebut
dianggap sah.
12. Pada waktu berlangsungnya Konpida dapat diselenggarakan acara
pendukung atau kegiatan pendukung yang tidak mengganggu jalannya
Konpida.
13. Agenda pokok Konpida Pra-Musyda :
a. Pembacaan tata tertib Konpida dan Musyda
b. Pembacaan hasil kerja Konpida sebelumnya (pertama) seperti Panitia
Pemilihan, Tim Verifikasi, Tim Materi, dll.
14. Pimpinan Daerah bertanggungjawab atas penyelenggaraan Konpida.

Pasal 37
Musyawarah Cabang
(Musycab)
1. Musyawarah Cabang diselenggarakan atas undangan Pimpinan
Cabang.
2. Musycab diselenggarakan sekurang-kurangnya 3 bulan setelah akhir periode
kepemimpinan PD IPM dan dikeluarkannya keputusan induk Musyda.
3. Undangan, acara dan materi Musyawarah Cabang minimal sampai kepada
yang bersangkutan dua minggu sebelumnya.

111
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

4. Musyawarah Cabang dinyatakan sah apabila dihadiri oleh peserta


Musyawarah Cabang Musyawirin dengan tidak memandang jumlah yang
hadir, asalkan undangan sudah disampaikan secara sah kepada yang
bersangkutan.
5. Musyawarah Cabang Musyawirin terdiri atas :
a. Peserta:
1) Ketua Umum, Ketua Bidang, Sekretaris Umum, dan
Bendahara Umum Pimpinan Cabang
2) Ketua Umum Ketua Bidang, Sekretaris Umum, dan
Bendahara Umum Pimpinan Ranting
b. Peninjau :
1) Pimpinan Cabang yang tidak menjadi peserta Musyawarah
Cabang
2) Mereka yang diundang oleh Pimpinan Cabang
6. Setiap Peserta Penuh Musyawarah Cabang berhak atas satu suara.
7. Isi dan Susunan Musyawarah Cabang ditetapkan oleh Pimpinan Cabang
dengan berdasarkan keputusan Konpicab sebelumnya.
8. Acara Pokok dalam Musyawarah Cabang :
a. Laporan Pertanggung jawaban Pimpinan Cabang :
1) Kebijakan Pimpinan Cabang
2) Organisasi dan Administrasi
3) Pelaksanaan keputusan Musyawarah dan kebijakan
pimpinan di atasnya serta pelaksanaan keputusan
Musyawarah Cabang dan Konpicab sebelumnya
4) Keuangan
b. Laporan perkembangan Pimpinan Ranting dan pandangan Pimpinan
Ranting dan pandangan Pimpinan Ranting terhadap kinerja
Pimpinan Cabang
c. Pernyusunan program IPM periode berikutnya
d. Pemilihan Pimpinan Cabang
e. Masalah IPM yang urgen di cabangnya
f. Rekomendasi
9. Pimpinan Ranting dalam memberikan pandangan kepada PC IPM,
sekaligus memberikan panilaian terhadap tingkat pencapaian

112
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

keberhasilan program pimpinan Cabang sesuai dengan Indeks Progresifitas


Gerakan IPM.
10. Hasil penilaian sebagaimana ayat 9, digunakan sebagai acuan untuk periode
kepemimpinan selanjutnya.
11. Keputusan Musyawarah Cabang mulai berlaku sejak ditanfidzkan oleh
Pimpinan Cabang sampai diubah atau dicabut oleh Musyawarah Cabang
berikutnya.
12. Selambat-lambatnya sebulan setelah Musyawarah Cabang, Pimpinan Cabang
harus menyampaikan hasil keputusan Musyawarah Cabang kepada
Pimpinan Cabang Muhammadiyah setempat sebagai pemberitahuan dan
kepada Pimpinan Daerah IPM untuk mendapatkan pengesahan dengan
tembusan Pimpinan Wilayah.
13. Apabila sampai sebulan sesudah penyerahan hasil Musyawarah Cabang
tersebut belum ada jawaban dari Pimpinan Daerah, maka keputusan
tersebut dianggap sah.
14. Pada waktu berlangsungnya Musyawarah Cabang dapat
diselenggarakan acara atau kegiatan pendukung yang tidak mengganggu
jalannya Musyawarah Cabang.

Pasal 38
Konferensi Pimpinan Cabang
(Konpicab)
1. Konferensi Pimpinan Cabang (Konpicab) diselenggarakan atas
undangan Pimipnan Cabang.
2. Undangan, acara dan materi Konpicab minimal sampai kepada yang
bersangkutan 2 minggu sebelumnya.
3. Konpicab dinyatakan sah apabila dihadiri oleh Musyawirin Konpicab dengan
tidak memandang jumlah yang hadir, asalkan undangan secara sah sudah
disampaikan kepada yang bersangkutan.
4. Musyawirin terdiri atas :
a. Peserta:
1) Ketua Umum Ketua Bidang, Sekretaris Umum dan
Bendahara Umum Pimpinan Cabang

113
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

2) Ketua umum pimpinan ranting atau yang mewakili dan 2 orang


utusan Pimpinan Ranting
b. Peninjau :
1) Pimpinan Cabang yang tidak menjadi peserta Konpicab
2) Mereka yang diundang oleh Pimpinan Cabang
5. Setiap peserta berhak atas satu suara.
6. Isi dan susunan acara Konpicab ditetapkan oleh Pimpinan Cabang.
7. Acara Pokok Konpicab :
a. Laporan Kebijakan Pimpinan Cabang
b. Masalah urgen yang tidak dapat ditangguhkan sampai Musycab
c. Masalah yang oleh Musycab diserahkan kepada Konpicab
d. Evaluasi gerak organisasi dan pelaksanaan program
e. Mempersiapkan acara-acara Musyda berikutnya
8. Ketentuan tata tertib Konpicab ditentukan oleh Pimpinan Cabang dan
dibacakan dalam rapat pleno Konpicab.
9. Keputusan Konpicab mulai berlaku setelah sejak ditanfidzkan oleh
Pimpinan Cabang.
10. Selambat-lambatnya sebulan setelah Konpicab, Pimpinan Cabang harus
menyampaikan hasil keputusan Konpicab kepada Pimpinan Cabang
Muhammadiyah setempat sebagai pemberitahuan dan kepada Pimpinan
Daerah IPM untuk mendapatkan pengesahan dengan tembusan kepada
Pimpinan Pusat.
11. Apabila sampai sebulan sesudah penyerahan hasil keputusan Konpicab
tersebut belum ada jawaban dari Pimpinan Daerah, maka keputusan
tersebut dianggap sah.
12. Pada waktu berlangsungnya Konpicab dapat diselenggarakan acara atau
kegiatan pendukung yang tidak mengganggu jalannya Konpicab.
13. Agenda pokok Konpicab Pra Musycab :
a. Pembacaan tata tertib Konpicab dan Musycab
b. Pembacaan hasil kerja Konpicab sebelumnya (pertama), seperti Panitia
Pemilihan, Tim Verifikasi, Tim Materi, Panitia Musycab, dll
14. Pimpinan Cabang bertanggung jawab atas penyelenggaraan Konpicab.

114
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

Pasal 39
Musyawarah Ranting
(Musyran)
1. Musyawarah Ranting diselenggarakan atas undangan Pimpinan Ranting.
2. Undangan, acara dan materi Musyawarah Ranting minimal sampai kepada
yang bersangkutan seminggu sebelumnya.
3. Musyawarah Ranting dinyatakan sah apabila dihadiri oleh Musyawirin
dengan tidak memandang jumlah yang hadir, asalkan undangan secara sah
disampaikan kepada yang bersangkutan.
4. Musyawirin terdiri atas :
a. Peserta:
1) Personal Pimpinan Ranting
2) Seluruh anggota Ranting atau wakil-wakil anggota sesuai
kebijakan Pimpinan Ranting
b. Peninjau :
Mereka yang diundang oleh Pimpinan Ranting
5. Setiap peserta Musyawarah Ranting berhak atas satu suara.
6. Isi dan susunan acara Musyawarah Ranting ditetapkan oleh Pimpinan
Ranting.
7. Acara pokok dalam Musyawarah Ranting :
a. Laporan Pertanggung Jawaban Pimpinan Ranting
1) Program Kerja Pimpinan Ranting
2) Organisasi dan Administrasi
3) Pelaksanaan keputusan Musyawarah dan kebijakan pimpinan di
atasnya serta keputusan Musyawarah Ranting sebelumnya
4) Keuangan
b. Penyusunan Program Kerja IPM periode berikutnya
c. Pemilihan Pimpinan Ranting
d. Masalah IPM yang urgen di Rantingnya
e. Rekomendasi
8. Ketentuan tata tertib Musyawarah Ranting diatur oleh Pimpinan Ranting dan
disahkan dalam sidang pleno Musyawarah Ranting.

115
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

9. Keputusan Musyawarah Ranting mulai berlaku setelah sejak ditanfidzkan


oleh Pimpinan Ranting sampai diubah atau dicabut oleh Musyawarah
Ranting berikutnya.
10. Selambat-lambatnya sebulan setelah Musyawarah Ranting, Pimpinan Ranting
harus menyampaikan hasil keputusan Musyawarah Ranting kepada
Pimpinan Ranting Muhammadiyah setempat sebagai pemberitahuan dan
kepada Pimpinan Cabang atau Daerah IPM untuk mendapatkan
pengesahan dengan tembusan kepada Pimpinan Daerah.
11. Apabila sampai sebulan sesudah penyerapan hasil Musyawarah Ranting
tersebut belum ada jawaban dari Pimpinan Cabang atau Daerah, maka
keputusan tersebut dianggap sah.
12. Pada waktu berlangsungnya Musyawarah Ranting dapat diselenggarakan
acara atau kegiatan pendukung yang tidak mengganggu jalannya
Musyawarah Ranting.
13. Pimpinan Ranting bertanggung jawab atas penyelenggaraan
Musyawarah Ranting.

Pasal 40
Keputusan Musyawarah
1. Keputusan Musyawarah diusahakan dengan mufakat.
2. Keputusan dilakukan dengan pemungutan suara dengan kondisi jikalau dari
musyawarah mufakat tidak menemukan keputusan, maka keputusan
diambil dengan suara terbanyak mutlak.
3. Pemungutan suara atas seseorang atau maslah yang penting dapat
dilakukan secara tertulis atau secara langsung.
4. Apabila dalam pemungutan suara terdapat suara yang sama banyak, maka
pemungutan suara dapat diulani dengan terlebih dahulu memberi kesempatan
kepada masing-masing pihak untuk menambah penjelasan, apabila setelah
tiga kali hasil pemungutannya masih tetap sama, atau tidak memenuhi syarat
untuk pengambilan keputusan, maka persoalannya dibekukan atau
diserahkan kepada Pimpinan di atasnya atau Pimpinan Muhammadiyah
setingkat atau Kepala Sekolah.

116
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

Pasal 41
Keputusan Induk
1. Keputusan Induk adalah keputusan keseluruhan hasil sidang
permusyawaratan di masing–masing tingkatan.
2. Keputusan induk berisi :
a. Keputusan sidang pleno dan komisi
b. Keputusan sidang formatur
3. Keputusan induk berlaku sejak ditetapkan.

Pasal 42
Formatur
1. Formatur adalah 9 orang yang memeroleh suara terbanyak pada
permusyawaratan tertinggi di masing – masing tingkatan pimpinan.
2. Formatur bertugas :
a. Menentukan ketua umum dan sekretaris jendral / umum
b. Menyusun struktur pimpinan
3. Tugas formatur berakhir sampai dengan tersusunnya struktur pimpinan.

Pasal 43
Rapat Pimpinan
1. Rapat pimpinan adalah rapat yang diadakan untuk membicarakan masalah
kebijakan, program dan atau masalah-masalah yang mendesak untuk
segera diselesaikan dalam waktu cepat yang diselenggarakan oleh dan
atas tanggung jawab pimpinan bersangkutan.
Rapat pimpinan terdiri atas :
a. Rapat Rutin
b. Rapat Pleno
2. Rapat rutin dilaksanakan minimal dua minggu sekali, sedangkan rapat pleno
dilaksanakan minimal 6 bulan sekali.
3. Fungsi Rapat Rutin :
a. Koordinasi gerakan dan program IPM secara mingguan
b. Hal-hal urgen
4. Fungsi Rapat Pleno :

117
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

a. Koordinasi gerakan dan program IPM secara bulanan


b. Personalia
c. Up Grade Pimpinan
d. Hal-hal yang urgen
5. Ketentuan lain mengenai rapat pimpinan diatur dalam pedoman umum.

Pasal 44
Rapat Kerja
1. Rapat kerja adalah rapat yang diadakan untuk merumuskan pelaksanaan
keputusan musyawarah tertinggi di setiap struktur yang menyangkut program
dan kegiatan organisasi.
Rapat kerja terdiri atas :
a. Rapat Kerja Pimpinan
b. Rapat Kerja Nasional/Wilayah/Daerah/Cabang/Ranting
2. Ketentuan lain mengenai rapat kerja diatur dalam pedoman umum.

Pasal 45
Laporan
Setiap Pimpinan berkewajiban untuk membuat laporan tentang keadaan IPM
meliputi bidang organisasi, amal usaha, administrasi, inventarisasi organisasi dan
kegiatan-kegiatan termasuk laporan bidang/lembaga khusus, problematika, usul dan
saran dari tingkat Pimpinan IPM masing-masing disampaikan kepada Pimpinan di
atasnya, dengan ketentuan bagi Pimpinan Wilayah, Daerah, setiap tiga bulan dan
Pimpinan Ranting setiap dua bulan.

Pasal 46
Keuangan
1. Uang Pangkal ditetapkan oleh Pimpinan Pusat.
2. Iuran Anggota besarnya ditetapkan oleh Pimpinan Daerah.
3. Pengelolaan/penarikan Iuran Anggota akan diatur dalam peraturan khusus
yang dibuat oleh Pimpinan Daerah masing-masing.
4. Distribusi Iuran Anggota adalah sebagai berikut :
a. 40% untuk Pimpinan Ranting
b. 30% untuk Pimpinan Cabang

118
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

c. 20% untuk Pimpinan Daerah


d. 10% untuk Pimpinan Wilayah
5. Setiap tahun Pimpinan IPM masing-masing tingkat mengadakan
perhitungan, pemeriksaan kas dan hak milik serta melaporkannya kepada
permusyawaratan yang bersangkutan.
6. Musyawarah memeriksa pertanggungjawaban keuangan IPM dengan
membentuk tim verifikasi/pemeriksaan keuangan.
7. Perorangan, badan-badan, lembaga-lembaga, organisasi-organisasi dan
sebagainya dapat menjadi donatur IPM dengan tidak mengikat.
8. Laporan keuangan IPM harus didasari pada prinsip transparansi dan
akuntabilitas.
9. Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan keuangan akan diatur dalam
pedoman Administrasi Keuangan dan ditanfidzkan oleh Pimpinan Pusat
IPM.

Pasal 47
Perubahan Anggaran Rumah Tangga
Anggaran Rumah Tangga ini diubah atas usulan Tanwir melalui pengkajian dan
tawaran draf perubahan Muktamar selanjutnya, dan disetujui oleh 2/3 (dua pertiga)
peserta yang hadir.

Pasal 48
Aturan Tambahan
1. IPM menggunakan tahun Hijriah dimulai sesuai dengan penanggalan yang
dikeluarkan oleh PP Muhammadiyah.
2. Pedoman administrasi IPM diatur oleh Pimpinan Pusat.
3. Hal-hal dalam peraturan Anggaran Rumah Tangga ini yang memerlukan
peraturan pelaksanaan, diatur lebih lanjut dengan peraturan yang dibuat
oleh Pimpinan Pusat.
4. Serah terima jabatan dilaksanakan pada akhir permusyawaratan
tertinggi di masing-masing tingkatan pimpinan.
5. Segala ketentuan yang bertentangan dengan anggaran rumah tangga ini
dinyatakan tidak berlaku lagi.

119
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

Pas al 49
Pen utup
Anggaran Ru mah Tangga ini disahkan pada Muktamar XX.

120
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

121
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

PENUTUP

IPM dalam beberapa tahun terakhir semakin kuat dalam dua hal. Pertama adalah
gerakan literasi, sebagai proses pematangan IPM dalam menjaga spirit Iqro‟.
Kedua adalah keberhasilan IPM dalam gerakan sosio- entrepreneurship dalam
kategori organisasi. Dua hal ini tentu saja menjadi catatan penting bagi IPM, tidak
saja bagi beberapa wilayah melalui kerja kerasnya melakukan inovasi-inovasi
penting. Lebih daripada itu, semuanya adalah hasil dari kerja keras kolaborasi semua
pihak. IPM seluruh Indonesia punya andil penting dalam mengembangkan dan
meneruskan langkah positif organisasi.
Pada masa ini IPM dengan massa nasional terbesar sebagai gerakan pelajar,
dituntut untuk terus memperlihatkan kontribusinya yang bersifat global, terutama
dalam isu-isu ekologi (lingkungan hidup). Pelajar memegang peranan penting
dalam mengontrol atau mengerem kerusakan alam. Isu ini sama sekali tidak
berhubungan dengan program-program lembaga funding dunia, tetapi menjadi
kewajiban setiap aktivis IPM karena dengan jelas merupakan salah-satu amanah
penting Islam Berkemajuan. Muhammadiyah periode 2005-2015 yang berhasil
menggugat UU No. 7 tahun 2004 tentang Sumberdaya Air serta merevisi UU
Nomor 22 tahum 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi menjadi UU Migas.
Muhammadiyah telah membuktikan diri sebagai gerakan Islam Berkemajuan.
Pelajar IPM pada masa ini memiliki kesadaran ekologis (ekoliterasi) yang
tinggi. Terlihat dari pendekatan yang digunakan oleh pelajar IPM dalam
mengkritisi proses kerusakan alam menggunakan pendekatan struktural dan
analisa yang kritis atas peran lembaga funding melalui program MDG‟S dan
SDG‟S. Hal ini menunjukkan bahwa IPM teliti dalam melihat akar persoalan yang
dalam. Semoga hal ini dapat dilanjutkan secara berkesinambungan.
Demikian, Tanfidz Muktamar XX disusun atas bantuan banyak pihak, oleh
karena itu diucapkan penghargaan yang sebesar-besarnya. Semoga Allah
senantiasa membantu kita dalam menggerakkan IPM.

122
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

LAMPIRAN I

STRUKTUR PIMPINAN
IKATAN PELAJAR MUHAMMADIYAH

Struktur Ikatan Pelajar Muhammadiyah bersifat desentralisasi dan kolektif- koligeal.


Artinya, bahwa posisi ketua dan sekretaris tidak hanya dimiliki oleh satu orang, tetapi
masing-masing bidang juga berhak memiliki posisi tersebut. Berikut ini adalah
strukturnya.

STRUKTUR
PIMPINAN PUSAT IPM
KETUA Umum
KETUA BIDANG (Organisasi)
KETUA BIDANG (Perkaderan)
KETUA BIDANG (Pengkajian Ilmu Pengetahuan)
KETUA BIDANG (Kajian dan Dakwah Islam)
KETUA BIDANG (Apresiasi Seni, Budaya, dan Olahraga)
KETUA BIDANG (Advokasi)
KETUA BIDANG (Pengembangan Kreatifitas dan Kewirausahaan) KETUA
BIDANG (Ipmawati)

SEKRETARIS Jenderal
SEKRETARIS BIDANG (Organisasi)
SEKRETARIS BIDANG (Perkaderan)
SEKRETARIS BIDANG (Pengkajian Ilmu Pengetahuan)
SEKRETARIS BIDANG (Kajian dan Dakwah Islam)
SEKRETARIS BIDANG (Apresiasi Seni, Budaya, dan Olahraga)
SEKRETARIS BIDANG (Advokasi)
SEKRETARIS BIDANG (Pengembangan Kreatifitas dan Kewirausahaan)
SEKRETARIS BIDANG (Ipmawati)

BENDAHARA Umum
Bendahara I Bendahara
II

123
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

ANGGOTA Bidang
Anggota Bidang (Organisasi)
Anggota Bidang (Perkaderan)
Anggota Bidang (Pengkajian Ilmu Pengetahuan)
Anggota Bidang (Kajian dan Dakwah Islam)
Anggota Bidang (Apresiasi Seni, Budaya, dan Olahraga)
Anggota Bidang (Advokasi dan Kebijakan Publik)
Anggota Bidang (Pengembangan Kreatifitas dan Kewirausahaan)
Anggota Bidang (Ipmawati)

STRUKTUR
PIMPINAN WILAYAH IPM
KETUA Umum
KETUA BIDANG (Organisasi)
KETUA BIDANG (Perkaderan)
KETUA BIDANG (Pengkajian Ilmu Pengetahuan)
KETUA BIDANG (Kajian dan Dakwah Islam)
KETUA BIDANG (Apresiasi Seni, Budaya, dan Olahraga)
KETUA BIDANG (Advokasi)
KETUA BIDANG (Pengembangan Kreatifitas dan Kewirausahaan) KETUA
BIDANG (Ipmawati)

SEKRETARIS Umum
SEKRETARIS BIDANG (Organisasi)
SEKRETARIS BIDANG (Perkaderan)
SEKRETARIS BIDANG (Pengkajian Ilmu Pengetahuan)
SEKRETARIS BIDANG (Kajian dan Dakwah Islam)
SEKRETARIS BIDANG (Apresiasi Seni, Budaya, dan Olahraga)
SEKRETARIS BIDANG (Advokasi)
SEKRETARIS BIDANG (Pengembangan Kreatifitas dan Kewirausahaan)
SEKRETARIS BIDANG (Ipmawati)

BENDAHARA Umum
Bendahara I Bendahara
II

124
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

ANGGOTA Bidang
Anggota Bidang (Organisasi)
Anggota Bidang (Perkaderan)
Anggota Bidang (Pengkajian Ilmu Pengetahuan)
Anggota Bidang (Kajian dan Dakwah Islam)
Anggota Bidang (Apresiasi Seni, Budaya, dan Olahraga)
Anggota Bidang (Advokasi dan Kebijakan Publik)
Anggota Bidang (Pengembangan Kreatifitas dan Kewirausahaan)
Anggota Bidang (Pemberdayaan Pelajar Perempuan)

STRUKTUR
PIMPINAN DAERAH IPM
KETUA Umum
KETUA BIDANG (Organisasi)
KETUA BIDANG (Perkaderan)
KETUA BIDANG (Pengkajian Ilmu Pengetahuan)
KETUA BIDANG (Kajian dan Dakwah Islam)
KETUA BIDANG (Apresiasi Seni, Budaya, dan Olahraga)
KETUA BIDANG (Advokasi)
KETUA BIDANG (Pengembangan Kreatifitas dan Kewirausahaan) KETUA
BIDANG (Ipmawati)

SEKRETARIS Umum
SEKRETARIS BIDANG (Organisasi)
SEKRETARIS BIDANG (Perkaderan)
SEKRETARIS BIDANG (Pengkajian Ilmu Pengetahuan)
SEKRETARIS BIDANG (Kajian dan Dakwah Islam)
SEKRETARIS BIDANG (Apresiasi Seni, Budaya, dan Olahraga)
SEKRETARIS BIDANG (Advokasi)
SEKRETARIS BIDANG (Pengembangan Kreatifitas dan Kewirausahaan)
SEKRETARIS BIDANG (Ipmawati)

BENDAHARA Umum
Bendahara I Bendahara
II

125
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

ANGGOTA Bidang
Anggota Bidang (Organisasi)
Anggota Bidang (Perkaderan)
Anggota Bidang (Pengkajian Ilmu Pengetahuan)
Anggota Bidang (Kajian dan Dakwah Islam)
Anggota Bidang (Apresiasi Seni, Budaya, dan Olahraga) Anggota
Bidang (Advokasi)
Anggota Bidang (Pengembangan Kreatifitas dan Kewirausahaan)
Anggota Bidang (Ipmawati)

STRUKTUR
PIMPINAN CABANG IPM
KETUA Umum
KETUA BIDANG (Perkaderan)
KETUA BIDANG (Pengkajian Ilmu Pengetahuan)
KETUA BIDANG (Kajian dan Dakwah Islam)
KETUA BIDANG (Apresiasi Seni, Budaya, dan Olahraga)
KETUA BIDANG (Advokasi)
KETUA BIDANG (Pengembangan Kreatifitas dan Kewirausahaan) KETUA
BIDANG (Ipmawati)

SEKRETARIS Umum
SEKRETARIS BIDANG (Perkaderan)
SEKRETARIS BIDANG (Pengkajian Ilmu Pengetahuan)
SEKRETARIS BIDANG (Kajian dan Dakwah Islam)
SEKRETARIS BIDANG (Apresiasi Seni, Budaya, dan Olahraga)
SEKRETARIS BIDANG (Advokasi)
SEKRETARIS BIDANG (Pengembangan Kreatifitas dan Kewirausahaan)
SEKRETARIS BIDANG (Ipmawati)

BENDAHARA Umum
Bendahara I Bendahara
II

ANGGOTA Bidang
Anggota Bidang (Perkaderan)
Anggota Bidang (Pengkajian Ilmu Pengetahuan)

126
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

Anggota Bidang (Kajian dan Dakwah Islam)


Anggota Bidang (Apresiasi Seni, Budaya, dan Olahraga) Anggota
Bidang (Advokasi dan Kebijakan Publik)
Anggota Bidang (Pengembangan Kreatifitas dan Kewirausahaan)
Anggota Bidang (Ipmawati)

STRUKTUR
PIMPINAN RANTING IPM

KETUA Umum
KETUA BIDANG (Perkaderan)
KETUA BIDANG (Pengkajian Ilmu Pengetahuan)
KETUA BIDANG (Kajian dan Dakwah Islam)
KETUA BIDANG (Apresiasi Seni, Budaya, dan Olahraga)
KETUA BIDANG (Advokasi)
KETUA BIDANG (Pengembangan Kreatifitas dan Kewirausahaan) KETUA
BIDANG (Ipmawati)

SEKRETARIS Umum
SEKRETARIS BIDANG (Perkaderan)
SEKRETARIS BIDANG (Pengkajian Ilmu Pengetahuan)
SEKRETARIS BIDANG (Kajian dan Dakwah Islam)
SEKRETARIS BIDANG (Apresiasi Seni, Budaya, dan Olahraga)
SEKRETARIS BIDANG (Advokasi)
SEKRETARIS BIDANG (Pengembangan Kreatifitas dan Kewirausahaan)
SEKRETARIS BIDANG (Ipmawati)

BENDAHARA Umum
Bendahara I Bendahara
II

ANGGOTA Bidang
Anggota Bidang (Perkaderan)
Anggota Bidang (Pengkajian Ilmu Pengetahuan)
Anggota Bidang (Kajian dan Dakwah Islam)
Anggota Bidang (Apresiasi Seni, Budaya, dan Olahraga) Anggota
Bidang (Advokasi dan Kebijakan Publik)

127
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

Anggota Bidang (Pengembangan Kreatifitas dan Kewirausahaan)


Anggota Bidang (Ipmawati)

KETERANGAN:
1. Struktur IPM bersifat desentralisasi. Artinya, setelah posisi Ketua Umum
dan Sekretaris Umum tidak ada Wakil Ketua dan Wakil Sekretaris, tetapi
langsung Ketua dan sekretaris bidang yang bekerja sesuai dengan tugas
bidangnya masing-masing.
2. Jabatan Sekretaris Jenderal (Sekjen) khusus untuk Pimpinan Pusat IPM.
3. Untuk Bidang Organisasi hanya ada pada struktur PP, PW, dan PD IPM.
Sedangkan di tingkat PR dan PC IPM tidak ada.
4. Sesuai dengan ART IPM, BIDANG WAJIB yang ada di struktur
Ranting adalah Bidang Perkaderan, KDI, dan PIP.

128
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

Data Personel PP IPM 2016-2018


Nama Jabatan Domisili No. HP Alamat Email
Velandani Prakoso Jogja/ 085747000596 andanprakoso85@gmail.com
Ketua Umum
Jakarta
Amiruddin Awalin Ketua Organisasi Jakarta 08227499889 awalin.amiruddin@gmail.com
Rafika Rahmawati Ketua Perkaderan Jogja 085425281436 rafikarahmawati@gmail.com
Ansar HS Ketua Kajian dan 082152306799 ansorhs99@gmail.com
Dakwah Islam Jakarta
Maharina Novia Ketua Pengkajian 082232871090 maharinanovi@gmail.com
Zahro Ilmu Pengetahuan Jogja
Syahrian Ketua Seni Budaya 082114385136 syahrianipm@gmail.com
dan Olahraga Jakarta
Muhammad Irsyad Jakarta 082385956154 ajoicad22@gmail.com
Ketua Advokasi
Azhar Nasih Ulwan Ketua Pengembangan 085762670135 azharnasihy@gmail.com
Kreativitas dan Jogja
Kewirausahaan
Muhammad Abid 081255085399 muhammadabidmujaddid09123
Mujaddid Ketua Ipmawati Jakarta @gmail.com
Hafizh Syafaaturrahman 085624228155/ hafizh_orang@muslim.com
Sekretaris Jenderal Jakarta 081224905743
Adam Syarief Thamrin 087852343022 adamsyariefthamrin
Sekretaris Organisasi Jogja
@gmail.com
Abdullah As Syi Abul 081235403991 abdullahcakwo29@gmail.com
Sekretaris Perkaderan Jakarta
Huda
Muh. Salman Sekretaris Kajian dan 087879439514 elfaris3037@gmail.com
Jogja
Alfarisi Dakwah Islam
Imam Akbari Sekretaris Pengkajian 085810339000 imamakbari@gmail.com
Ilmu Pengetahuan Jakarta
Innasya Yudita S. Sekretaris Apresiasi 085223338797 innasyayudita@gmail.com
Seni Budaya dan Jakarta
Olahraga
Teo Rendra Arifin Sekretaris Advokasi Jakarta 082279424040 teorendra1@gmail.com
M. Fadhil Abdillah Sekretaris 085362725242 fadhil.muhammad.ad @gmail.com
Pengembangan Kreativitas
Jakarta
dan
Kewirausahaan
Siska Dewi 085374336780/ siskadewi.ipm@gmail.com
Sekretaris Ipmawati Jakarta 083193898756
Nurcholis Ali Sya‟bana 087871448839 nurcholisali1@gmail.com
Bendahara Umum Jakarta /081295225725
Tarra Prayoga Bendahara I Jakarta 08998906446 taragie08@gmail.com
Amalia Nur Latifah Bendahara II Jogja 085729376823 aenlatifa@yahoo.com
Rangga Yudha Anggota Organisasi Jakarta 085766887194 ranggay2@gmail.com
Uswatun Hasanah Anggota Organisasi Jogja 085241165420 uhasanah1709@gmail.com
Ghassan Nikko 085743161911 ghassannikkohasbi
Anggota Perkaderan Jogja
Hasbi @yahoo.co.id
Zaka Mubarok Anggota Perkaderan Jakarta 087882007887 zakamubarok@hotmail.com
Muhammad Arif Husein Anggota Kajian dan 08562812813 arifhusein300@gmail.com
Jogja
Dakwah Islam
Khairul Sakti Lubis Anggota Kajian dan 085360024431 sakti.khairul@gmail.com
Jakarta
Dakwah Islam

129
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

Khairul Arifin Anggota Pengkajian Ilmu 081578224533 khairul.arifin16@gmail.com


Jogja
Pengetahuan
Galih Qoobid Mulqi Anggota Pengkajian Ilmu 085735445596 galih.qm@gmail.com
Jogja
Pengetahuan
Fathya Fikri Izzuddin Anggota Apresiasi 081219020395 fathyafikri@gmail.com
Seni Budaya dan Jogja fathyafikri@radiomu.web.id
Olahraga
Achmad Rezza Anggota Apresiasi Seni 085738286648 edja.adja.ya@gmail.com
Budaya dan Jakarta
Olahraga
Muhammad Ihsan 085323366693 mihsanas13@gmail.com
Abdusani Anggota Advokasi Jakarta
Taufik Hidayat Anggota Advokasi Jakarta 082324000042 taufiik.hid12@gmail.com
Ibnu Setyawan Anggota Pengembangan 085743513511 ibnusetyawan86@gmail.com
Kreativitas dan
Kewirausahaan Jogja

Sadida Inani Anggota Ipmawati Jogja 085755598557 inanisadida@gmail.com


Annisa Nur Fitriana Anggota Ipmawati Jogja 085793763067 sayaannisanf@gmail.com

130
Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah

131

Anda mungkin juga menyukai