Modul Bantuan Hidup Dasar Dan Penanganan Tersedak TBM BEM IKM FKUI PDF
Modul Bantuan Hidup Dasar Dan Penanganan Tersedak TBM BEM IKM FKUI PDF
1
PENDAHULUAN
Referensi
1. World Health Organization. Global atlas on cardiovascular disease prevention
and control. Switzerland: WHO; 2011. 164p. ISBN 978 92 4 156437 3
2. AHA. About cardiac arrest [Internet]. 2014 [cited 24 June 2015]. Available
from:
http://www.heart.org/HEARTORG/Conditions/More/CardiacArrest/About-
Cardiac-Arrest_UCM_307905_Article.jsp
3. Prevention of Choking Among Children. PEDIATRICS [Internet]. 2010 [cited
24 June 2015];125(3):601-607. Available from:
http://pediatrics.aappublications.org/content/125/3/601.full#sec-1
2
TUJUAN PEMBELAJARAN
3
LAMPIRAN
Keadaan henti jantung saat ini menjadi salah satu penyebab tertinggi kasus
kematian di berbagai belahan dunia. Henti jantung dapat terjadi kapan saja, di mana
saja, dan disebabkan oleh berbagai macam hal juga kondisi dan lingkungan yang
beragam. Anak dan bayi pun dapat terkena kejadian henti jantung ini. Oleh karena itu,
dibutuhkan serangkaian tindakan guna mencegah kematian yang diakibatkan oleh
henti jantung.1 Untuk melakukan pertolongan terhadap kejadian ini, diperlukan
sebuah teknik untuk menolong nyawa saat henti jantung. Teknik ini dinamakan
dengan Bantuan Hidup Dasar (BHD).1
Bantuan Hidup Dasar (BHD) merupakan sebuah fondasi utama yang
dilakukan untuk menyelamatkan seseorang yang mengalami henti jantung. BHD
terdiri dari identifikasi henti jantung dan aktivasi Sistem Pelayanan Gawat Darurat
Terpadu (SPGDT), Resusitasi Jantung Paru (RJP) dini, dan kejut jantung
menggunakan automated external defibrillator (AED) atau alat kejut jantung
otomatis.2 Resusitasi Jantung Paru (RJP) adalah serangkaian tindakan penyelamatan
jiwa untuk meningkatkan kemungkinan bertahan hidup dari korban yang mengalami
henti jantung.1 Inti dari RJP yang optimal adalah bagaimana cara memberikan RJP
sedini mungkin dan seefektif mungkin,1 oleh karena itu pada bahasan ini akan
dijelaskan mengenai bagaimana cara mengenali korban henti jantung sedini mungkin
hingga bagaimana cara menanganinya.
Keberhasilan dari resusitasi setelah henti jantung akan bergantung pada
langkah-langkah yang harus kita lakukan secara berurutan. Hal ini disebut juga
Rantai Keselamatan (gambar 1) yang mencakup:
1. Deteksi dini dari henti jantung dan aktivasi sistem pelayanan gawat
darurat terpadu (SPGDT)
2. Melakukan RJP secara dini dengan teknik penekanan yang tepat
3. Melakukan kejut jantung secara dini
4. Melakukan Bantuan Hidup Lanjut yang efektif
5. Melakukan resusitasi setelah henti jantung secara terintegrasi
4
Gambar 1. Rantai Keselamatan1
Sesuai dengan Rantai Keselamatan, ketika pertama kali melihat korban, hal
yang harus dilakukan adalah memastikan/mengetahui apakah korban mengalami
henti jantung atau tidak.1 Setelah mengenali tanda-tanda, penolong secepatnya
mengaktifkan SPGDT, dan meminta alat kejut jantung otomatis (AED), dan segera
lakukan RJP dengan awalnya berupa penekanan dada. Lalu jika alat kejut jantung
otomatis (AED) datang, segera pasangkan pada korban untuk melakukan kejut
jantung jika terdeteksi perlu kejut jantung. Untuk poin nomor 4 dan 5 dari Rantai
Keselamatan, yaitu Bantuan Hidup Lanjut dan resusitasi pasca henti jantung
secara terintegrasi dilakukan oleh tenaga medis lanjutan.1
Berikut penjelasan lengkap mengenai masing-masing poin di atas pada
korban dewasa:
1. Identifikasi korban henti jantung dan Aktivasi SPGDT Segera
Sebelum melakukan tindakan, pertama penolong harus mengamankan
lingkungan sekitar dan diri sendiri serta memperkenalkan diri pada orang
sekitar jika ada. Bersamaan dengan itu, penolong juga perlu memeriksa
pernapasan korban, jika korban tidak sadarkan diri dan bernapas secara
abnormal (terengah-engah), penolong harus mengasumsikan korban
2
mengalami henti jantung. Penolong harus dapat memastikan korban tidak
responsif dengan cara memanggil korban dengan jelas, lalu menepuk-nepuk
korban atau menggoyangkan bahu korban.2,3
Jika korban tidak memberikan
respons maka penolong harus segera
mengaktifkan SPGDT dengan menelepon
Ambulans Gawat Darurat 118 Dinas
Kesehatan DKI Jakarta, atau nomor 021 –
65303118, atau ambulans rumah sakit
terdekat. Ketika mengaktifkan SPGDT,
Gambar 2. Memeriksa kesadaran korban2
5
penolong harus siap dengan jawaban mengenai lokasi kejadian, kejadian yang
sedang terjadi, jumlah korban dan bantuan yang dibutuhkan. Rangkaian
tindakan tersebut dapat dilakukan secara bersamaan apabila pada lokasi
kejadian terdapat lebih dari satu penolong, misalnya, penolong pertama
memeriksa respons korban kemudian melanjutkan tindakan BHD sedangkan
penolong kedua mengaktifkan SPGDT dengan menelepon ambulans terdekat
dan mengambil alat kejut jantung otomatis (AED).4
6
mengembang kembali untuk memungkinkan darah terisi terlebih dahulu pada
jantung (prinsip mengembang sempurna). Penolong juga harus
meminimalisasi interupsi saat melakukan penekanan (prinsip interupsi
minimal).2
Bantuan napas diberikan setelah membuka jalan napas korban dengan
teknik menengadahkan kepala dan mengangkat dagu (head tilt – chin lift).2
Gambar 4. Membuka jalan napas dengan menengadahkan kepala dan mengangkat dagu2
Setelah itu cuping hidung korban dijepit menggunakan ibu jari dan
telunjuk agar tertutup kemudian diberikan napas bantuan sebanyak dua kali,
masing-masing sekitar 1 detik, buang napas seperti biasa melalui mulut.2
Napas bantuan diberikan dari mulut ke mulut atau menggunakan pelindung
wajah yang diletakkan di wajah korban. Lihat dada korban saat memberikan
napas bantuan, apakah dadanya mengembang, kemudian tunggu hingga
kembali turun untuk memberikan napas bantuan berikutnya.2
7
kejut jantung otomatis (AED) datang dan siap untuk digunakan atau bantuan
dari tenaga kesehatan telah datang.1
Gambar 7. Meminta orang-orang disekitar agar tidak menyentuh korban jika akan melakukan kejut
jantung2
8
Gambar 8. Melakukan RJP setelah dilakukan kejut jantung otomatis2
Posisi Pemulihan
Posisi ini dilakukan jika korban sudah bernapas dengan normal. Posisi
ini dilakukan untuk menjaga jalan napas tetap terbuka dan mengurangi risiko
tersumbatnya jalan napas dan tersedak. Tidak ada standard baku untuk
melakukan posisi pemulihan, yang terpenting adalah korban dimiringkan agar
tidak ada tekanan pada dada korban yang bisa mengganggu pernapasan.
Namun rekomendasi posisi pemulihan adalah meletakkan tangan kanan
korban ke atas, tekuk kaki kiri korban, kemudian tarik korban sehingga korban
miring ke arah kanan dengan lengan di bawah kepala korban. Berikut gambar
mengenai posisi pemulihan:
9
Secara umum, langkah-langkah pertolongan bantuan hidup dasar pada dewasa
dari identifikasi korban sampai pemasangan AED adalah sebagai berikut:
10
Selanjutnya adalah Bantuan Hidup Dasar pada anak. Berikut adalah Rantai
Keselamatan (gambar 11) pada anak:
11
Untuk kasus bayi, penekanan dada dilakukan pada tulang dada dengan
2 jari, tempatkan jari dibawah garis antara puting bayi. Jangan sampai
melakukan penekanan pada ujung tulang dada dan tulang rusuk.
12
napas dengan teknik mulut penolong ke mulut dan hidung bayi, pastikan
seluruh mulut dan hidung korban tertutup. Untuk anak, lakukan dengan
teknik mulut ke mulut seperti pada orang dewasa. Setiap napas diberikan
sekitar 1 detik, pastikan terdapat kenaikan dada ketika diberikan napas
bantuan.4
5. Mengaktifkan SPGDT
Jika ada dua penolong, salah satu penolong harus segera mengaktifkan
SPGDT bersamaan dengan Bantuan Hidup Dasar yang dilakukan oleh
penolong yang satu. Pada anak, SPGDT dilakukan setelah melakukan
siklus RJP selama 2 menit (5 siklus, di mana masing-masing siklus terdiri
dari 30 penekanan dan 2 bantuan napas). Setelah itu, penolong harus
kembali dan menggunakan alat kejut jantung otomatis (AED) jika ada atau
melanjutkan RJP. RJP dilakukan hingga bantuan datang atau korban
bernapas secara normal kembali.4
13
Referensi
1. Travers AH, Rea TD, Bobrow BJ, Edelson DP, Berg RA, Sayre MR, et al.
Part 4: CPR Overview: 2010 American Heart Association Guidelines for
Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care.
Circulation 2010;122; S676-S684
2. Berg RA, Hemphill R, Abella BS, Aufderheide TP, Cave DM, Hazinski MF,
et al. Part 5: Adult Basic Life Support: 2010 American Heart Association
Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular
Care. Circulation 2010;122; S685-S705
3. Butterworth J, Mackey DC, Wasnick J. Morgan and Mikhail’s Clinical
Anesthesiology, 5th ed. 2013. McGraw-Hill Medical
4. Berg MD, Schexnayder SM, Chameides L, Terry M, Dooghue A, Hickey RW,
et al. Part 13: Pediatric Basic Life Support: 2010 American Heart Association
Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular
Care. Circulation 2010;122; S862-S875
5. Koster RW, Baubin MA, Bossaert LL, Caballero A, Cassan P, Castren M, et
al. European resuscitation council guidelines for resuscitation 2010 Section 2.
Adult basic life support and use of automated external defibrillator.
Resuscitation 81 (2010) 1277 – 1292
Referensi gambar
1. Travers AH, Rea TD, Bobrow BJ, Edelson DP, Berg RA, Sayre MR, et al.
Part 4: CPR Overview: 2010 American Heart Association Guidelines for
Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care.
Circulation 2010;122; S676-S684
2. Koster RW, Baubin MA, Bossaert LL, Caballero A, Cassan P, Castren M, et
al. European resuscitation council guidelines for resuscitation 2010 Section 2.
Adult basic life support and use of automated external defibrillator.
Resuscitation 81 (2010) 1277 – 1292
14
Daftar Tilik Bantuan Hidup Dasar Dewasa
15
Daftar Tilik Bantuan Hidup Dasar Anak
16
Materi: Tersedak
Tersedak atau tersumbatnya saluran napas dengan benda asing dapat menjadi
penyebab kematian. Biasanya saat seseorang mengalami tersedak, orang lain dapat
membantu saat korban masih sadar. Penanganan yang dilakukan biasanya berhasil
dan tingkat kelangsungan hidupdapat mencapai 95%.1
Pada orang dewasa, tersedak paling sering terjadi ketika makanan tidak
dikunyah sempurna, serta makan sambil berbicara atau tertawa. Pada anak-anak,
penyebab tersedak adalah tidak dikunyahnya makanan dengan sempurna dan makan
terlalu banyak pada satu waktu. Selain itu, anak-anak juga sering memasukkan benda-
benda padat kecil ke dalam mulutnya.2
Karena pengenalan tanda-tanda tersedak merupakan kunci dari keberhasilan
penanganan, penting bagi kita untuk dapat membedakan tersedak dengan pingsan,
serangan jantung, kejang, atau keadaan-keadaan lain yang juga dapat menyebabkan
kesulitan bernapas tiba-tiba, kebiruan, dan hilang kesadaran.1
Benda asing dapat menyebabkan penyumbatan yang ringan atau berat.
Penyelamat harus segera melakukan penanganan jika korban tersedak menunjukkan
tanda-tanda penyumbatan yang berat yaitu tanda-tanda pertukaran udara yang buruk
dan kesulitan bernapas, antara lain batuk tanpa suara, kebiruan, dan ketidakmampuan
untuk berbicara atau bernapas.1 Korban dapat sambil memegang atau mencengkeram
lehernya. Hal itu merupakan tanda umum dari tersedak. Segera tanyakan, “Apa anda
tersedak?” Jika korban mengiyakan dengan bersuara dan masih dapat bernapas, ini
dapat menunjukkan korban mengalami
sumbatan saluran napas yang ringan. Jika
korban mengiyakan dengan menganggukkan
kepalanya tanpa berbicara, ini dapat
menunjukkan korban mengalami sumbatan
saluran napas yang berat.3 Pada bayi yang
tersedak, harus diperhatikan apakah ada
perubahan sikap bayi tersebut karena mereka
belum bisa melakukan tanda umum tersedak.
Perubahan yang mungkin terlihat adalah
kesulitan bernapas, batuk yang lemah, dan
suara tangisan lemah.1 Gambar 1. Tanda umum tersedak1
17
Ketika yang ditemukan adalah tanda-tanda penyumbatan ringan dan korban
dapat batuk, jangan menghalangi proses batuk dan usaha bernapas spontan dari
korban. Jika batuk pada korban menjadi tanpa suara, kesulitan bernapas meningkat,
dan disertai suara napas tidak biasa pada korban, atau jika korban menjadi tidak
sadarkan diri yang merupakan tanda-tanda penyumbatan berat, segera aktivasi
SPGDT. Jika terdapat lebih dari satu penyelamat, satu penyelamat mengaktivasi
SPGDT dan satu penyelamat lagi membantu korban.1
Terdapat beberapa manuver yang terbukti efektif untuk menangani tersedak,
antara lain back blow (tepukan di punggung), abdominal thrust (hentakan pada
perut) disebut juga dengan manuver Heimlich, dan chest thrust (hentakan pada
dada).1
Tepukan di punggung (back blow) dilakukan dengan memberikan lima kali
tepukan di punggung korban. Berikut cara melakukan tepukan di punggung (back
blow)3
1. Berdiri di belakang korban den sedikit bergeser kesamping
2. Miringkan korban sedikit ke depan dan sangga dada korban dengan salah satu
tangan
3. Berikan lima kali tepukan di punggung bagian atas di antara tulang belikat
menggunakan tangan bagian bawah
18
Berikut cara melakukan manuver hentakan pada perut1,2:
1. Miringkan korban sedikit ke depan dan berdiri di
belakang korban dan letakkan salah satu kaki di
sela kedua kaki korban.
2. Buat kepalan pada satu tangan dengan tangan lain
menggenggam kepalan tangan tersebut. Lingkarka
tubuh korban dengan kedua lengan kita.
3. Letakkan kepalan tangan pada garis tengah tubuh
korban tepat di bawah tulang dada atau di ulu hati
4. Buat gerakan ke dalam dan ke atas secara cepat
dan kuat untuk membantu korban membatukkan
benda yang menyumbat saluran napasnya.
Manuver ini terus diulang hingga korban dapat
kembali bernapas atau hingga korban kehilangan
kesadaran.1 Gambar 2. Manuver Hentakan pada perut (Heimlich)1
20
Referensi:
1. Berg CRA, Hemphill R, Abella BS, Aufderheide TP, Cave DM, Hazinski MF,
Lerner EB, Rea TD, Sayre MR, Swor RA. 2010 American Heart Association
Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular
Care Science Part 5: Adult Basic Life Support. Circulation. 2010;122:S685-
S705.
2. Cunha JP. Choking [Internet]. [updated 2014 May 23; cited 2015 Jun 26]
Available at: http://www.emedicinehealth.com/choking/page7_em.htm
3. ECC Guidelines. Part 3: Adult Basic Life Support. Circulation.
2000;102(Supplement 1):I-22-I-59.
4. ECC Guidelines. Part 9: Pediatric Basic Life Support. Circulation.
2000;102(Supplement 1):I-253-I-290.
Referensi Gambar:
1. AHA Guidelines. Part 3: Adult Basic Life Support. Circulation.
2000;102(Supplement 1):I-22-I-59.
2. Medline Plus. Choking [Internet]. [updated 2015 June 24; cited 2015 June 30];
Available at: http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/choking.html
3. Berg CRA, Hemphill R, Abella BS, Aufderheide TP, Cave DM, Hazinski MF,
Lerner EB, Rea TD, Sayre MR, Swor RA. 2010 American Heart Association
Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular
Care Science Part 5: Adult Basic Life Support. Circulation. 2010;122:S685-
S705.
21
Daftar Tilik Tersedak
22