Makalah Analisa Struktur 2.8
Makalah Analisa Struktur 2.8
MAKALAH
Dibuat Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Lulus Mata Kuliah Analisa Struktur
Pesawat Terbang Program Studi Diploma IV Teknik Pesawat Udara Angkatan
Ke-11 A&B
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas limpahan berkah dan
karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini sesuai dengan
waktu yang telah di tetapkan. Makalah dengan judul “ANALISA STRUKTUR
FUSELAGE PESAWAT TERBANG HIGH WING AIRCRAFT CESSNA 1969
THRU 1976 MODEL 172 SKYHAWK SERIES ” diajukan untuk memenuhi salah
satu syarat lulus mata kuliah Analisa struktur pesawat terbang Diploma IV Teknik
Pesawat Udara Angkatan ke-11 A&B di Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia,
Curug, Tangerang.
1. Bapak Oka Fatra selaku dosen pengampu mata kuliah Analisa Struktur
Pesawat Terbang.
2. Bapak Novyanto Widadi. S.AP., MM selaku Ketua Sekolah Tinggi
Penerbangan Indonesia.
3. Bapak Nurhedi Deryanto, SSiT, ST, MM. selaku Ketua Jurusan Teknik
Penerbangan.
4. Ibu Lilies Esthi Riyanti, SSiT., MT Selaku Ketua Program Studi Teknik
Pesawat Udara.
5. Para Dosen Pendidikan Teknik Pesawat Udara.
6. Orang Tua tercinta, adik dan sahabat yang selalu memberikan doa dan
dukungan. Serta rekan-rekan ATPU 11 A B dan adik adik ATPU 12 A B
atas masukan dan saran yang telah banyak diberikan.
Penulis
1
2
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
pesawat amfibi mesin tunggal biasanya terpasang pada tiang yang melekat
untuk stabilitas dan manuver pesawat.Pada pesawat piper warrior III engine
mounting tidak hanya berfungsi sebagai penahan dan penopang bagi engine,
namun juga sebagai rangka dudukan bagi nose landing gear yang menahan
pukul 07.40 WIB pada 16 November 2011 dan kehilangan kontak ketika
terbang di udara
6
SERIES”.
B. Pembatasan Masalah
piper warrior III PA-28-161?”. Pada makalah ini penulis hanya akan
membahas beban statis yang terjadi ada engine mounting pesawat piper
C. Perumusan Masalah
BAB II
struktur.
1. Beban
menentukan beban apa saja yang ditanggung dari struktur tersebut. Ada dua
jenis beban pada struktur yang harus dipertimbangkan dalam desain. Tipe
pertama disebut dengan ‘Beban Mati’ yang merupakan berat dari kumpulan
setiap anggota struktur maupun berat objek benda yang ditempatkan secara
permanen. Tipe kedua yaitu ‘Beban Hidup’ yang mana beban yang bergerak
tegangan tekuk bisa terjadi bila ada kelebihan beban dan ‘menekuk’ adalah
hasil dari tindakan kompresi. Menurut Euler Formula atau rumus yang
Dimana :
E = Modulus elastisitas bahan
I = Minimum momen inersia
L = Panjang
B. Teori momen
pada keadaan geraknya. Jika massa benda besar, maka benda sukar dipercepat
atau sukar diubah geraknya, tetapi sebaliknya jika massa benda kecil, maka
C. Teori Vibration
mesin-mesin, baik gerak rotasi maupun translasi. Pengetahuan akan getaran dan
troubleshooting.
D. Teori Stress
1. Tension Strength
adalah kebalikan dari kekuatan tekan, dan nilainya bisa berbeda. Beberapa
bahan dapat patah begitu saja tanpa mengalami deformasi, yang berarti
benda tersebut bersifat rapuh atau getas (brittle). Bahan lainnya akan
melakukan uji tarik dan mencatat perubahan regangan dan tegangan. Titik
ukuran bahan, melainkan karena faktor jenis bahan. Faktor lainnya yang
spesimen.
12
2. Compressive Strength
dari data yang didapatkan dari mesin uji. Beberapa bahan akan patah pada
belum patah, terutama pada bahan yang tidak dapat kembali ke kondisi
3. Bending Strength
4. Torsion Strength
dan dipuntir di ujung yang lain oleh momen momen atau puntir yang
seperti yang ditunjukkan pada gambar. Bilah seperti itu dikatakan dalam
torsi.
14
BAB III
GAMBAR
15
`
16
BAB IV
ANALISA STRUKTUR
oleh engine mounting baik saat engine dalam keadaan mati (engine off) atau
Pada analisis ini penulis membagi empat titik pada engine mounting
Beban tarik
Beban tekan
Beban tekan
17
Beban vibrasi
Beban geser
BAB V
A. Kesimpulan
1. Besar beban yang diterima pada rancangan alat pemindah baterai ini
sehingga dipilihlah bahan S45C untuk bagian frame dari alat ini.
mm.
18
3. Pada alat ini menggunakan tali baja standar SNI berdiameter 3 mm kelas
mm berbahan S30C-D.
123.750 𝑁/𝑚𝑚2.
10. Dalam pemilihan penahan rangka atas dipilihlah bahan S35C yang
pelepasan.
19
B. Saran
sebagai berikut :
saat proses penurunan katrol tidak dapat dikunci sehingga pada saat
2. Pada proses penaikan rangka atas, rangka atas harus di lepas terlebih
dahulu dari rangka atas, akan lebih praktis apabila rangka atas dapat
DAFTAR PUSTAKA
Sularso, & Suga, K. (2002). Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin
(10th ed.). Jakarta: PT. Pradnya Paramita.