Ipa Terapan X 1 PDF
Ipa Terapan X 1 PDF
Milik Negara
Tidak Diperdagangkan
750.014
BAS
k
2017
Disusun dengan huruf Times New Roman, 11 pt
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 31 ayat (3)
mengamanatkan bahwa Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang. Atas
dasar amanat tersebut telah diterbitkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Sejalan dengan itu, kompetensi keterampilan yang diharapkan dari seorang lulusan
SMK adalah kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak
dan konkret. Kompetensi itu dirancang untuk dicapai melalui proses pembelajaran berbasis
penemuan (discovery learning) melalui kegiatan-kegiatan berbentuk tugas (project based
learning), dan penyelesaian masalah (problem solving based learning) yang mencakup
proses mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan
mengomunikasikan. Khusus untuk SMK ditambah dengan kemampuan mencipta. Bahan
ajar ini merupakan penjabaran hal-hal yang harus dilakukan peserta didik untuk mencapai
Kritik, saran, dan masukan untuk perbaikan dan penyempurnaan pada edisi
berikutnya sangat kami harapkan; sekaligus, akan terus memperkaya kualitas penyajian
bahan ajar ini. Atas kontribusi itu, kami ucapkan terima kasih. Tak lupa kami
mengucapkan terima kasih kepada kontributor naskah, editor isi, dan editor bahasa atas
kerjasamanya. Mudah-mudahan, kita dapat memberikan yang terbaik bagi kemajuan
dunia pendidikan menengah kejuruan dalam rangka mempersiapkan Generasi Emas
seratus tahun Indonesia Merdeka (2045).
Halaman:
Kata Pengantar ................................................................................................................. iv
Daftar Isi .......................................................................................................................... vi
BAB 1 BESARAN FISIKA DAN PENGUKURANYA ................................................. 1
A. Besaran dan Satuan ...................................................................................... 1
B. Mengkonversi Satuan Panjang, Massa dan Waktu ........................................ 8
C. Mengkonversi Satuan Besaran Turunan ...................................................... 10
D. Mengkonversi Satuan Besaran Turunan Volume ........................................ 10
E. Pengukuran .................................................................................................. 11
F. Angka Penting ............................................................................................. 17
G. Pengukuran dan Ketidakpastian .................................................................. 18
BAB 2 GAYA, USAHA DAN ENERGI ....................................................................... 27
A. Gaya ........................................................................................................... 27
B. Hukum Newton ........................................................................................... 34
C. Usaha ........................................................................................................... 36
D. Energi .......................................................................................................... 36
BAB 3 KEKUATAN BAHAN, TEGANGAN PERMUKAAN DAN ELASTISITAS50
A. Karakteristik, Jenis dan Kekuatan bahan ..................................................... 50
B. Tegangan, Regangan dan Modulus Elastisitas ............................................ 65
C. Hukum Hooke untuk Susunan Pegas ........................................................... 72
BAB 4 SUHU DAN KALOR ......................................................................................... 78
A. Konsep Suhu dan Kalor ............................................................................... 78
B. Pengaruh kalor terhadap zat ........................................................................ 89
C. Perpindahan kalor ........................................................................................ 92
D. Perambatan Kalor ......................................................................................... 93
BAB 5 MATERI DAN PERUBAHANNYA ................................................................ 99
A. Materi dan Klasifikasinya ............................................................................ 99
B. Sifat dan Wujud Materi ............................................................................. 100
C. Perubahan Materi ...................................................................................... 101
D. Manfaat Perubahan Materi dalam Kehidupan ............................................ 103
BAB 6 MEDAN LISTRIK DAN MEDAN MAGNET .............................................. 108
A. Medan Listrik ............................................................................................ 108
B. Medan Magnet ........................................................................................... 118
BAB 7 POTENSIAL LISTRIK & LISTRIK SEARAH ........................................... 137
A. Potensial Listrik ......................................................................................... 137
B. Dielektrik .................................................................................................... 144
C. Arus Listrik Searah .................................................................................... 149
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 165
GLOSARIUM .............................................................................................................. 168
BIODATA PENULIS ................................................................................................... 169
1. Besaran
Setiap besaran memiliki satuan yang berbeda sesuai dengan yang telah
ditetapkan. Besaran dalam Fisika dikelompokkan menjadi besaran pokok dan besaran
turunan.
Besaran berdasarkan cara memperolehnya dapat dikelompokkan menjadi 2 macam
yaitu:
a. Besaran Fisika yaitu besaran yang diperoleh dari pengukuran. Karena diperoleh
dari pengukuran maka harus ada alat ukurnya. Sebagai contoh adalah massa.
Massa merupakan besaran fisika karena massa dapat diukur dengan
menggunakan neraca.
b. Besaran non Fisika yaitu besaran yang diperoleh dari penghitungan. Dalam hal
ini tidak diperlukan alat ukur tetapi alat hitung sebagai misal kalkulator. Contoh
besaran non fisika adalah Jumlah.
Besaran Fisika sendiri dibagi menjadi 2, yaitu besaran pokok dan besaran turunan.
1) Besaran Pokok
Besaran pokok adalah besaran yang satuannya telah ditetapkan terlebih dahulu
dan tidak bergantung pada besaran lainnya. Terdapat tujuh besaran pokok yang telah
ditetapkan, yakni massa, waktu, panjang, kuat arus listrik, temperatur, intensitas
2) Besaran Turunan
Besaran turunan adalah besaran yang diturunkan dari beberapa besaran pokok.
Sebagai contoh, volume sebuah balok adalah panjang × lebar × tinggi. Panjang, lebar,
dan tinggi adalah besaran pokok yang sama. Dengan kata lain, volume diturunkan dari
tiga besaran pokok yang sama, yakni panjang. Contoh lain adalah kelajuan, yakni jarak
dibagi waktu. Kelajuan diturunkan dari dua besaran pokok yang berbeda, yakni
panjang (jarak) dan waktu.
Satuan dari besaran turunan biasanya diturunkan dari besaran pokoknya, misal
volume satuanya m3. Namun, ada pula yang memilik satuan sendiri. Berikut tabel
besaran turunan dan satunya pada tabel 1.3.
Selain itu, berdasarkan ada tidaknya arah, besaran juga dikelompokkan menjadi
dua, yaitu besaran skalar dan besaran vektor.
a. Besaran skalar
yaitu besaran yang mempunyai besar dan satuan saja tanpa memiliki arah.
Contoh: panjang, massa, waktu.
b. Besaran vektor
yaitu besaran yang memiliki besar (nilai), satuan dan arah. Contoh: kecepatan,
gaya, perpindahan.
2. Satuan
Ada dua macam sistem satuan yang sering digunakan dalam ilmu Fisika dan ilmu
teknik, yakni sistem metrik dan sistem Inggris. Satuan dibahas dalam materi ini adalah
sistem metrik. Sistem metrik kali pertama digunakan di negara Prancis yang dibagi
menjadi dua bagian, yakni sistem MKS (meter, kilogram, sekon) dan CGS
(centimeter, gram, sekon). Akan tetapi, satuan internasional menetapkan sistem MKS
sebagai satuan yang dipakai untuk tujuh besaran pokok.
Sumber: http://fisikamagz.blogspot.co.id/
Gambar 1.1 Jarak dua goresan pada balok logam campuran dari platina dan iridium
yang tersimpan di International Bureau of Weight and Measures
Sumber: http://fisikamagz.blogspot.co.id/
Gambar 1.2 Duplikat massa standar yang disimpan di national institute of standard technology
(NIST), Amerika Serikat
rata-rata dari tahun ke tahun tidak sama, standar ini tidak berlaku lagi. Pada 1956, sekon
standar ditetapkan secara internasional, yakni:
1
1 𝑠𝑒𝑘𝑜𝑛 = 𝑙𝑎𝑚𝑎𝑛𝑦𝑎 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 1900
31.556.925,9747
Akhirnya pada 1967, ditetapkan kembali bahwa satu sekon adalah waktu yang
diperlukan atom Cesium untuk bergetar sebanyak 9.192.631.770 kali.
Sumber: http://fisikamagz.blogspot.co.id/
Gambar 1.3: Atom cesium-133 memancarkan gelombang dengan frekuensi osilasi
Sumber: http://www.berpendidikan.com/
Gambar 1.5 Perbandingan titik didih dan titik beku pada termometer
Sumber: http://www.bikasolusi.co.id/
Gambar 1.6 Candela standar
Sumber: https://www.sciencelearn.org.nz/
Gambar 1.7 1 Mole of Carbon
3. Dimensi
Dalam Fisika, ada tujuh besaran pokok yang berdimensi dan dua besaran
pokok tambahan yang tidak berdimensi. Semua besaran dapat ditemukan dimensinya.
Jika dimensi sebuah besaran diketahui, dengan mudah dapat diketahui pula jenis
Seperti pada besaran panjang dan massa, besaran waktu juga memiliki beberapa
satuan yang dapat salmg dikonversikan. Saman-satuan besaran waktu, antara lain jam,
menit, dan detik.
1 jam =60 menit
1 menit = 60 sekon
Jawab:
a. 5,5 km = 5,5 x 1000 = 5500 m
3000
b. 3000 cm = = 30 m
100
5000
c. 5000 g = = 5 kg
1000
Contoh 1.2
Konversikan satuan satuan berikut.
a. 6,5 m2 = ... cm 2
b. 700 mm2 = .... cm2
Jawab:
a. 6,5 m² = 6,5 x 10.000 cm² = 65000 cm²
700
b. 700 mm²= cm2 = 7cm²
100
Jawab:
Volume bak mandi 1 m³ = 1.000 L
1dm³ = 1 L. Jadi, petugas kebersihan harus mengangkut air sebanyak 1.000 L atau 1.000
kali.
E. Pengukuran
1. Pengukuran panjang
a. Mistar (Penggaris)
Mistar atau penggaris adalah alat ukur panjang yang sering digunakan. Alat
ukur ini memiliki skala terkecil 1 mm atau 0,1 cm. Mistar memiliki ketelitian
pengukuran setengah dari skala terkecilnya yaitu 0,5 mm. Pada saat melakukan
pengukuran dengan mistar, arah pandangan harus tegak lurus dengan dengan skala
pada mistar dan benda yang diukur. Jika tidak tegak lurus akan menyebabkan
kesalahan dalam pengukuran, bisa lebih besar atau lebih kecil dari ukuran aslinya.
Untuk mengukur panjang benda biasanya digunakan mistar atau penggaris.
Ada beberapa jenis mistar sesuai dengan skalanya. Mistar yang skala terkecilnya 1
mm disebut mistar berskala mm, sedangkan mistar yang skala rerkecilnya 1 cm
disebut mistar berskala cm. Mistar yang biasa digunakan adalah mistar berskala mm.
Satu skala terkecil mistar ini adalah 1 mm atau 0,1 cm. Oleh karena itu, ketelitian
mistar berskala mm adalah 1 mm atau 0,l cm.
Untuk mengukur panjang benda menggunakan mistar, posisi mata harus
berada pada tempat yang tepat, yaitu terlerak pada garis yang tegak lurus terhadap
mistar. Jika posisi rnata berada di luar garis tersebur, panjang benda yang diukur akan
terbaca lebih kecil arau lebih besar dari nilai yang sebenarnya. Akibatnya,
pengukuran menjadi kurang teliti dan terjadilah kesalahan pengukuran. Kesalahan
semacam ini dikenal dengan istilah kesalahan paralaks.
b. Jangka Sorong
Jangka sorong juga merupakan alat pengukur panjang dan biasa digunakan
untuk mengukur diameter suatu benda. Penemu jangka sorong adalah seorang ahli
teknik berkebangsaan Prancis, Pierre Vernier. Jangka sorong terdiri dari dua bagian,
yaitu rahang tetap dan geser (sorong). Skala panjang yang terdapat pada rahang tetap
adalah skala utama, sedangkan skala pendek pada rahang geser adalah skala nonius atau
vernier, diambil dari nama penemunya. Skala utama memiliki skala dalam cm dan mm.
Sedangkan skala nonius memiliki panjang 9 mm dan dibagi 10 skala. Sehingga beda
satu skala nonius dengan satu skala pada skala utama adalah 0,1 mm atau 0,01 cm. Jadi,
skala terkecil pada jangka sorong adalah 0,1 mm atau 0,01 cm.
c. Mikrometer Sekrup
Mikrometer sekrup biasa digunakan untuk mengukur benda-benda yang tipis,
seperti tebal kertas dan diameter rambut. Mikrometer sekrup terdiri atas dua bagian,
yaitu selubung (poros tetap) dan selubung luar (poros ulir). Skala panjang pada poros
tetap merupakan skala utama, sedangkan pada poros ulir merupakan skala nonius. Skala
utama mikrometer sekrup mempunyai skala dalam mm, sedangkan skala noniusnya
terbagi dalam 50 bagian. Satu bagian pada skala nonius mempunyai nilai 1/50 × 0,5 mm
atau 0,01 mm. Jadi, mikrometer sekrup memiliki ketelitian yang lebih tinggi dari dua
alat yang telah disebutkan sebelumnya, yaitu 0,01 mm.
Pada mikrometer sekrup di atas, ditunjukkan bahwa sku = 9 skala dan skn = 43
skala, maka panjang benda yang diukur dapat ditentukan dengan cara sebagai berikut:
Panjang benda = (sku . 0,5 + skn . 0,01) mm
= (9 . 0,5 + 43 . 0,01) mm
= (4,5 + 0,43) mm
= 4,93 mm
2. Pengukuran Massa
a. Timbangan Pasar
Timbangan yang banyak digunakan di pasar. Terdiri dari dua bagian utama,
yaitu bagian tempat benda dan bagian anak timbangan. Berkapasitas ukur maksimal
15-20 kg dan bisa dibawa dengan tangan.
Sumber: https://fjb.m.kaskus.co.id/
Gambar 1.13 Timbangan pasar
c. Timbangan Gantung
Timbangan jenis ini banyak di jumpai di pasar-pasar, kapasitas ukur maksimal
100 s.d. 150 kilogram. Cara menimbangnya yaitu dengan membungkus benda dalam
wadah karung (bisa yang lain) kemudian di kaitkan dengan pengait yang ada di
timbangan gantung.
Sumber: https://www.tokopedia.com/
Gambar 1.15 Timbangan gantung
d. Neraca Ohaus
Neraca Ohaus adalah alat ukur massa benda dengan ketelitian 0.01 gram.
Prinsip kerja neraca ini adalah sekedar membanding massa benda yang akan diukur
dengan anak timbangan. Anak timbangan neraca Ohaus berada pada neraca itu sendiri.
Kemampuan pengukuran neraca ini dapat diubah dengan menggeser posisi anak
timbangan sepanjang lengan. Anak timbangan dapat digeser menjauh atau mendekati
poros neraca. Massa benda dapat diketahui dari penjumlahan masing-masing posisi
anak timbangan sepanjang lengan setelah neraca dalam keadaan setimbang. Ada juga
yang mengatakan prinsip kerja massa seperti prinsip kerja tuas.
Sumber: https://untuksemua101.blogspot.co.id/
Gambar 1.16 Neraca ohaus
Ilustrasi cara membaca neraca Ohaus untuk mengukur massa benda. Berikut ini
cara mengukur massa menggunakan neraca Ohaus:
Sumber: http://www.e-sbmptn.com/
Gambar 1.17 Pembacaan neraca ohaus
Untuk membaca hasil pengukuran, mulailah dari angka di lengan 500 g, 100 gram
dan terakhir 10 gram. Pada contoh di atas, lengan 500 gram berada di tengah, ada
kemungkinan di model lain, lengan 500 gram ada di belakang atau malah di depan.
Hasil pengukuran pada contoh di atas:
Nilai baca = 400 + 90 + 8,2 = 498,2 gram.
1. Kesalahan Umum
Kesalahan umum adalah kesalahan yang disebabkan keterbatasan pada pengamat
saat melakukan pengukuran. Kesalahan ini dapat disebabkan karena kesalahan membaca
skala kecil, dan kekurangterampilan dalam menyusun dan memakai alat, terutama untuk
alat yang melibatkan banyak komponen.
2. Kesalahan Sistematik
Kesalahan sistematik merupakan kesalahan yang disebabkan oleh alat yang
digunakan dan atau lingkungan di sekitar alat yang memengaruhi kinerja alat. Misalnya,
kesalahan kalibrasi, kesalahan titik nol, kesalahan komponen alat atau kerusakan alat,
kesalahan paralaks, perubahan suhu, dan kelembaban.
d. Kesalahan Paralaks
Kesalahan paralaks terjadi bila ada jarak antara jarum penunjuk dengan garis-
garis skala dan posisi mata pengamat tidak tegak lurus dengan jarum.
3. Kesalahan Acak
Kesalahan acak adalah kesalahaan yang terjadi karena adanya fluktuasifluktuasi
halus pada saat melakukan pengukuran. Kesalahan ini dapat disebabkan karena adanya
gerak brown molekul udara, fluktuasi tegangan listrik, lkitasan bergetar, bising, dan radiasi.
a. Gerak Brown Molekul Udara
Molekul udara seperti kita ketahui keadaannya selalu bergerak secara tidak
teratur atau rambang. Gerak ini dapat mengalami fluktuasi yang sangat cepat dan
menyebabkan jarum penunjuk yang sangat halus seperti pada mikrogalvanometer
terganggu karena tumbukan dengan molekul udara.
d. Bising
Bising merupakan gangguan yang selalu kita jumpai pada alat elektronik.
Gangguan ini dapat berupa fluktuasi yang cepat pada tegangan akibat dari komponen
alat bersuhu.
Sumber: http://edu.anashir.com/
Gambar 1.18 Mistar ukur
Pada gambar 1.18, ujung benda terlihat pada tanda 15,6 cm lebih sedikit. Berapa
nilai lebihnya? Ingat, skala terkecil mistar adalah 1 mm. Telah kita sepakati bahwa
ketidakpastian pada pengukuran tunggal merupakan setengah skala terkecil alat. Jadi,
ketidakpastian pada pengukuran tersebut adalah sebagai berikut.
1
𝑥= ∗ 1𝑚𝑚 = 0,5𝑚𝑚 = 0,05𝑐𝑚
2
Karena nilai ketidakpastiannya memiliki dua desimal (0,05 mm), maka
hasilpengukurannyapun harus kita laporkan dalam dua desimal. Artinya, nilai x harus kita
laporkan dalam tiga angka. Angka ketiga yang kita laporkan harus kita taksir, tetapi
taksirannya hanya boleh 0 atau 5. Karena ujung benda lebih sedikit dari 15,6 cm, maka
nilai taksirannya adalah 5. Jadi, pengukuran benda menggunakan mistar tersebut dapat kita
laporkan sebagai berikut.
Panjang benda (l)
l = x0 ± Δx
= (15,6 ± 0,05) cm
Arti dari laporan pengukuran tersebut adalah kita tidak tahu nilai x (panjang benda)
yang sebenarnya. Namun, setelah dilakukan pengukuran sebanyak satu kali kita
mendapatkan nilai 15,6 cm lebih sedikit atau antara 15,60 cm sampai 15,70 cm. Secara
Rangkuman
➢ Besaran adalah sesuatu yang dapat diukur dan dinyatakan dengan angka.
➢ Satuan merupakan acuan yang digunakan dalam pengukuran atau membandingkan
dalam suatu pengukuran besaran.
➢ Berdasarkan cara menghitungnya besaran dibagi menjadi dua, besaran fisika dan
besaran non fisika.
➢ Besaran fisika dibagi menjadi besaran pokok dan besaran turunan.
➢ Satuan internasional menetapkan sistem MKS sebagai satuan yang dipakai untuk tujuh
besaran pokok.
➢ Dimensi suatu besaran menunjukkan bagaimana cara besaran tersebut tersusun oleh
besaran-besaran pokok.
➢ Angka penting adalah angka hasil pengukuran yang terdiri dari angka pasti (eksak)
dan angka taksiran. Angka pasti diperoleh dari penghitungan skala alat ukur,
sedangkan angka taksiran diperoleh dari setengah skala terkecil.
➢ Secara umum penyebab ketidakpastian hasil pengukuran ada tiga, yaitu kesalahan
umum, kesalahan sistematik, dan kesalahan acak.
UJI KOMPETENSI
A. Berilah tanda silang (X) pada huruf A, B, C, D, atau E di depan jawaban yang
tepat!
1. Diantara kelompok besaran berikut, yang termasuk kelompok besaran pokok
dalam system Internasional adalah …
a. Suhu, volume, massa jenis dan kuat arus
b. Kuat arus, panjang, waktu, dan massa jenis
c. Panjang, luas, waktu dan jumlah zat
d. Kuat arus, intersitas cahaya, suhu, waktu
e. Intensitas cahaya, kecepatan, percepatan, waktu
3. Kelompok besaran di bawah ini yang merupakan kelompok besaran turun adalah …
a. Panjang lebar dan luas
b. Kecepatan, percepatan dan gaya
c. Kuat arus, suhu dan usaha
d. Kecepatan, berat dan suhu
e. Intensitas cahaya, banyaknya mol dan volume
4. Sebuah sepeda motor bergerak dengan kecepatan sebesar 72 km/jam jika dinyatakan
dalam satuan Internasional (SI), maka kecepatan sepeda motor adalah …
a. 36 ms-1 d. 20 ms-1
b. 30 ms-1 e. 15 ms-1
c. 24 ms-1
7. Jika hasil pengukuran yang dihasilkan dengan mistar adalah 4,35 cm, maka
penulisan laporan hasil pengukuran yang benar adalah ...
a. (4,35 ± 0,1) cm d. (4,35 ± 0,04) cm
b. (4,35 ± 0,01) cm (4,35 ± 0,5) cm
c. (4,35 ± 0,05) cm
8. Suatu benda berbentuk bola kecil diukur diameternya menggunakan mikrometer skrup
seperti terlihat pada gambar di bawah ini. cara membaca skala mikrometer skrup
Bacaan skala yang tepat dari pengukuran diameter benda tersebut adalah
a. 5,31 mm d. 8,41 mm
b. 8,31 mm e. 7,31 mm
c. 6,31 mm
9. Sebuah benda diukur dengan jangka sorong. Jika skala pada pengukuran ditunjukkan
pada gambar di bawah ini, maka panjang benda tersebut adalah
a. 6,66 cm d. 6,06 cm
b. 5,64 cm e. 5,66 cm
c. 6,65 cm
A. Gaya
1. Pengertian Gaya
Gaya yang ada dalam kehidupan sehari-hari biasanya adalah gaya langsung.
Artinya, sesuatu yang memberi gaya berhubungan langsung dengan yang dikenai gaya.
Selain gaya langsung, juga ada gaya tak langsung. Gaya tak langsung merupakan gaya yang
bekerja di antara dua benda tetapi kedua benda tersebut tidak bersentuhan. Contoh gaya tak
langsung adalah gaya gravitasi. Pada bagian ini kita akan mempelajari beberapa jenis gaya,
antara lain, gaya berat, gaya normal, gaya gesekan, dan gaya sentripetal.
Gaya merupakan dorongan atau tarikan yang dapat merubah kecepatan, bentuk dan arah
benda.
Sumber: http://nyaikelcycle.blogspot.co.id/
Gambar 2.1 Bersepeda memberikan gaya langsung (dorongan) terhadap sepeda
Sumber: https://happychusnuraafi.wordpress.com/
Gambar 2.3 Gaya tak sentuh
2. Penggambaran gaya
Gaya dapat dilukiskan dengan anak panah.
A B
Gambar 2.4 Gambar Gaya
Keterangan:
A = titik pangkal
B = ujung panah
AB = panjang panah = besar gaya
Arah panah = arah gaya
R = F1 + F2
Arah = Searah F1 dan F2
R = F1 - F2 Atau R = F1 + (- F2)
Arah + Searah F1
Keadaan Seimbang terjadi jika resultan gaya yang bekerja pada sebuah
benda sama dengan nol. sebuah benda yang dikenai gaya dapat mengalami perubahan
sebagai berikut, di antaranya:
➢ Perubahan arah gerak
➢ Perubahan kecepatan
➢ Perubahan bentuk
➢ Perubahan posisi/kedudukan
Beberapa jenis gaya yang sering terjadi didalam kehidupan sehari-hari adalah:
Sumber: https://fisikareview.wordpress.com/tag/gaya-berat/
Gambar 2.6 Gaya berat
2. Gaya Normal
Diketahui bahwa benda yang dilepaskan pada ketinggian tertentu akan jatuh
bebas. Bagaimana jika benda tersebut di letakkan di atas meja, buku misalnya?
Mengapa buku tersebut tidak jatuh? Gaya apa yang menahan buku tidak jatuh?
Gaya yang menahan buku agar tidak jatuh adalah gaya tekan meja pada buku.
Gaya ini ada karena permukaan buku bersentuhan dengan permukaan meja dan sering
disebut gaya normal. Gaya normal (N) adalah gaya yang bekerja pada bidang yang
Sumber: https://fisikareview.wordpress.com/tag/gaya-berat/
Gambar 2.7 Arah gaya normal tegak lurus dengan bidang
3. Gaya Gesekan
Jika kita mendorong sebuah almari besar dengan gaya kecil, maka almari
tersebut dapat dipastikan tidak akan bergerak (bergeser). Jika kita mengelindingkan
sebuah bola di lapangan rumput, maka setelah menempuh jarak tertentu bola tersebut
pasti berhenti. Mengapa hal-hal tersebut dapat terjadi? Apa yang menyebabkan almari
sulit di gerakkan dan bola berhenti setelah menempuh jarak tertentu?
Gaya yang melawan gaya yang kita berikan ke almari atau gaya yang
menghentikan gerak bola adalah gaya gesek. Gaya gesek adalah gaya yang bekerja
antara dua permukaan benda yang saling bersentuhan. Arah gaya gesek berlawanan arah
dengan kecenderungan arah gerak benda.
Sumber: http://www.pakmono.com/
Gambar 2.8 Arah gaya gesek
𝑓𝑠,𝑚𝑎𝑘𝑠 = 𝜇𝑠 𝑁
Keterangan:
fs = gaya gesekan statis maksimum (N)
μs = koefisien gesekan statis
Gaya gesek kinetis (fk) adalah gaya gesek yang bekerja pada saat benda
dalam keadaan bergerak. Gaya ini termasuk gaya dissipatif, yaitu gaya dengan
usaha yang dilakukan akan berubah menjadi kalor. Perbandingan antara gaya
gesekan kinetis dengan gaya normal disebut koefisien gaya gesekan kinetis (ms).
Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut.
𝑓𝑘 = 𝜇𝑘 𝑁
Keterangan:
fk = gaya gesekan kinetis (N)
μk = koefisien gesekan kinetis
4. Gaya Sentripetal
Kita mengetahui bahwa benda yang mengalami gerak melingkar beraturan
mengalami percepatan sentripetal. Arah percepatan sentripetal selalu menuju ke pusat
lingkaran dan tegak lurus dengan vektor kecepatan. Menurut Hukum II Newton,
percepatan ditimbulkan karena adanya gaya. Oleh karena itu, percepatan sentripetal ada
karena adanya gaya yang menimbulkannya, yaitu gaya sentripetal.
Keterangan:
Fs = gaya sentripetal (N)
M = massa benda (kg)
V = kecepatan linear (m/s)
r = jari-jari lingkaran (m)
ω = kecepatan sudut
Gaya sentripetal pada gerak melingkar berfungsi untuk merubah arah gerak
benda. Gaya sentripetal tidak mengubah besarnya kelajuan benda. Setiap benda yang
mengalami gerak melingkar pasti memerlukan gaya sentripetal. Misalnya, planet-
planet yang mengitari matahari, elektron yang mengorbit inti atom, dan batu yang
diikat dengan tali dan diputar adalah contoh gaya sentripetal.
B. Hukum Newton
1. Hukum I Newton
Jika resultan gaya yang bekerja pada sebuah benda adalah nol (∑F = 0), maka
benda dalam keadaan diam atau bergerak lurus beraturan. Hukum I newton disebut uga
hukum kelembaman. Contoh: permainan tarik tambang dengan gaya yang sama besar.
2. Hukum II Newton
Percepatan sebuah benda yang bergerak berbanding lurus dengan gaya yang
bekerja dan berbanding terbalik dengan massa benda.
a = F/m
F = gaya
m = Massa benda
a = percepatan benda
Sumber: http://dienchephalon.blogspot.co.id/
Gambar 2.11 Mobil kiri lebih cepat lajunya, karena bermassa lebih kecil
Sumber: http://ojhoblogaddress.blogspot.co.id/
Gambar 2.12 Bola yang dilempar ke tanah akan dipantulkan kembali
C. Usaha
Sesuatu dikatakan memiliki usaha apabila memenuhi syarat berikut:
1. Ada gaya yang bekerja
2. Mengalami perpindahan
Dengan demikianusaha didefinisikan sebagai sejumlah gaya yang bekerja pada
suatu benda sehingga menyebabkan benda berpindah sepanjang garis lurus dan searah
dengan arah gaya.
Apabila suatu benda yang dikenai gaya namun tidak mengalami perpindahan
dapat diartikan usaha yang bekerja pada benda adalah nol.
Besar usaha dinyatakan dengan persamaan berikut:
𝑾 = 𝑭. ∆𝒙
Keterangan:
W = usaha yang dilakukan pada suatu benda
F = gaya yang bekerja pada suatu benda
∆𝑥 = perpindahan yang dialami benda tersebut.
1 J = 1 N x 1 m = 1 Nm.
Pada kasus tersebut, gaya yang bekerja pada suatu benda searah dengan
perpindahan benda tersebut. Bagaimana apabila gaya yang bekerja pada benda itu tidak
searah dengan arah perpindahannya (membentuk sudut tertentu)?
Bila gaya yang bekerja pada suatu benda tidak searah dengan arah perpindahan
benda itu, maka usaha yang dilakukan akan menjadi lebih kecil. Perhatikan Gambar 2.14.
Usaha yang dilakukan pada suatu benda apabila gaya yang bekerja pada benda itu tidak
searah dengan arah perpindahannya secara matematis dinyatakan sebagai berikut:
𝑊 = F cos 𝑎 . ∆𝑥
Keterangan:
𝑎 = sudut antara arah gaya dana rah perpindahannya.
= 50 N (cos300).8m
1
= 50. √3.8
2
= 200 √3 joule
D. Energi
Apa yang dimaksud dengan energi? Secara sederhana, energi merupakan
kemampuan melakukan usaha. Definisi yang sederhana ini sebenarnya kurang tepat atau
kurang valid untuk beberapa jenis energi (misalnya energi panas atau energi cahaya tidak
dapat melakukan kerja). Definisi tersebut hanya bersifat umum. Secara umum, tanpa energi
kita tidak dapat melakukan kerja. Sebagai contoh, jika kita mendorong sepeda motor yang
mogok, usaha alias kerja yang kita lakukan menggerakan sepeda motor tersebut. Pada saat
yang sama, energi kimia dalam tubuh kita menjadi berkurang, karena sebagian energi kimia
dalam tubuh berubah menjadi energi kinetik sepeda motor.
Usaha dilakukan ketika energi dipindahkan dari satu benda ke benda lain. Contoh
ini juga menjelaskan salah satu konsep penting dalam sains, yakni kekekalan energi.
Jumlah total energi pada sistem dan lingkungan bersifat kekal alias tetap. Energi tidak
pernah hilang, tetapi hanya dapat berubah bentuk dari satu bentuk energi menjadi bentuk
energi lain.
1. Bentuk Energi
Konsep bentuk energi tidak terlepas dari perubahan energi, karena yang
berubah adalah bentuk energi. Air yang mendidih karena dipanaskan mampu
menggerakkan baling-baling kertas. Dalam peristiwa ini terjadi perubahan dari energi
termal pada air menjadi energi kinetik (gerak) pada gerakan baling-baling kertas. Dari
peristiwa ini dapat memahami bahwa ada bentuk energi termal (panas) dan bentuk
energi kinetik. Contoh peristiwa yang lain yaitu jika seseorang meletakkan bola di
tempat yang lebih tinggi, kemudian bola tersebut menggelinding ke bawah. Pada saat
bola berada di tempat yang tinggi dan diam, ia memiliki energi potensial dan ketika
bola bergerak energi potensial berubah menjadi energi kinetik. Peristiwa ini dapat
diamati pada gambar berikut.
a. Energi Kinetik
Kata kinetik berasal dari bahasa yunani, kinetikos, yang artinya “gerak”. Ketika
benda bergerak, benda memiliki kecepatan. Dengan demikian, kita dapat menyimpulkan
Agar benda dipercepat beraturan sampai bergerak dengan laju v maka pada benda
tersebut harus diberikan gaya total yang konstan dan searah dengan arah gerak benda sejauh
s. Untuk itu dilakukan usaha atau kerja pada benda tersebut sebesar W = F. S , dengan F =
m a. Karena benda memiliki laju awal vo, laju akhir vt dan bergerak sejauh s, maka untuk
menghitung nilai percepatan a, kita menggunakan persamaan vt2 = vo2 + 2 .a. s.
vt2 − v02
a=
2s
𝑣𝑡2 −𝑣02
W= F.s = (ma)(s) = (m)( )s
2𝑠
𝑣𝑡2 −𝑣02 1
W= m ( ) = m (𝑣𝑡2 − 𝑣02 )
2𝑠 2
1 1
W= m𝑣𝑡2 - m𝑣02 (persamaan1)
2 2
1
W= m𝑣𝑡2 vo = 0
2
Persamaan ini menjelaskan usaha total yang dikerjakan pada benda. Karena W =
EK, maka kita dapat menyimpulkan bahwa besar energi kinetik translasi pada benda
tersebut adalah:
W = EK = ½ mv2 persamaan 2
Persamaan 1 di atas dapat kita tulis kembali menjadi:
W = EK1 - EK0 = ΔEK persamaan 3
b. Energi Potensial
Istilah potensial memiliki kata dasar “potensi”, yang dapat diartikan sebagai
kemampuan yang tersimpan. Secara umum, energi potensial diartikan sebagai energi yang
tersimpan dalam sebuah benda atau dalam suatu keadaan tertentu. Energi potensial, karena
masih tersimpan, sehingga baru bermanfaat ketika berubah menjadi energi lain misalnya
pada air terjun, energi potensial diubah menjadi energi kinetik sehingga dapat menggerakan
turbin yang kemudian akan digunakan untuk menghasilkan energi listrik.
Dalam pengertian yang lebih sempit, yakni dalam kajian mekanika, energi
potensial adalah energi yang dimiliki benda karena kedudukan atau keadaan benda tersebut.
Berikut akan dipaparkan dua contoh energi potensial yang mengacu pada pengertian ini,
yakni energi potensial gravitasi dan energi potensial pegas.
Energi potensial gravitasi adalah energi yang dimiliki suatu benda karena
kedudukannya (ketinggiannya) terhadap suatu bidang acuan tertentu. Semakin tinggi benda
di atas permukaan tanah, makin besar energi potensial yang dimiliki benda tersebut.
Dengan demikian, energi potensial (EP) gravitasi sebuah benda merupakan hasil
kali gaya berat benda (mg) dan ketinggiannya (h).
h = h1 – h0
EP = mgh
Berdasarkan persamaan energi potensial di atas, tampak bahwa makin tinggi (h)
benda di atas permukaan tanah, makin besar energi potensial (EP) yang dimiliki benda
tersebut. Energi potensial gravitasi bergantung pada jarak vertikal alias ketinggian benda
W = - mg (h1 - h0)
W = - (EP1 - EP0)
W = −𝛥𝐸𝑃
Persamaan ini menyatakan bahwa usaha yang dilakukan oleh gaya yang
menggerakan benda dari h0 ke h1 (tanpa percepatan) sama dengan perubahan energi
potensial benda antara h0 dan h1. Setiap bentuk energi potensial memiliki hubungan dengan
suatu gaya tertentu dan dapat dinyatakan sama dengan energi potensial gravitasi. Secara
umum, perubahan energi potensial yang memiliki hubungan dengan suatu gaya tertentu,
sama dengan usaha yang dilakukan gaya jika benda dipindahkan dari kedudukan pertama
ke kedudukan kedua. Dalam makna yang lebih sempit, bisa dinyatakan bahwa perubahan
energi potensial merupakan usaha yang diperlukan oleh suatu gaya luar untuk
memindahkan benda antara dua titik, tanpa percepatan.
c. Energi Mekanik
Jika pada suatu sistem hanya bekerja gaya-gaya dalam yang bersifat konservatif
(tidak bekerja gaya luar dan gaya dalam tak konservatif),maka energi mekanik sistem pada
posisi apa saja selalu tetap (kekal). Artinya energi mekanik sistem pada posisi akhir sama
dengan energi mekanik sistem pada posisi awal.
Jadi energi mekanik dapat dirumuskan:
Em = EP + EK
Contoh:
Sebuah benda jatuh dari ketinggian 6 meter dari atas tanah. Berapa kecepatan
benda tersebut pada saat mencapai ketinggian 1 meter dari tanah, bila percepatan gravitasi
bumi 10 m/s2 ?
Penyelesaian:
Diketahui:
h1 = 6 m
h2 = 1 m
g= 10 m/ s2
2. Perubahanya Energi
Energi merupakan konsep yang sangat abstrak. Energi tidak memiliki massa,
tidak dapat diamati, dan tidak dapat diukur secara langsung. Akan tetapi kita dapat
merasakan perubahannya. Kita dapat beraktivitas sehari-hari karena tubuh kita
memiliki energi. Sumber energi utama di alam ini adalah matahari.
Energi dapat menyebabkan perubahan pada benda atau lingkungan.
Perubahan energi yang dimaksud dapat terjadi dengan berbagai cara. Matahari sebagai
sumber energi utama memberikan banyak manfaat dalam berbagai perubahan energi.
Matahari menghasilkan energi radiasi yang dapat diubah menjadi berbagai bentuk
energi lainnya yang tentu saja sangat berguna bagi kehidupan. Reaksi nuklir yang
terjadi di matahari menghasilkan energi termal (kalor). Oleh karena itu suhu matahari
tetap tinggi meskipun radiasi dipancarkan terus menerus ke ruang angkasa.
Sumber: http://edukasifisikasmp.blogspot.co.id/
Gambar 2.18 Api unggun sebagai perubahan energi
Rangkuman
➢ Gaya merupakan dorongan atau tarikan yang dapat merubah kecepatan, bentuk dan arah
benda.
➢ Gaya Sentuh adalah gaya yang timbul jika benda bersentuhan dengan benda lain .
Contoh: gaya gesek, gaya tarik, dan gaya dorong
➢ Gaya tak sentuh adalah gaya yang timmbul sekalipun benda tidak bersentuhan dengan
benda linya . Contohnya: gaya gravitasi, gaya listrik, gaya magnet.
➢ Gaya termasuk besaran vektor (besaran yang memiliki besar/nilai dan arah). Alat untuk
mengukur gaya = dynamometer atau nama lainya neraca pegas.
➢ Resultan gaya menjumlahkan gaya searah dan mengurahi dengan gaya yang berlawanan
arah.
➢ Hukum Newton
Hukum I Newton (Hukum Kelembaman) ΣF=0
Hukum II Newton F=m.a
Hukum III Newton aksi=reaksi
➢ Usaha adalah sejumlah gaya yang bekerja pada suatu benda sehingga menyebabkan
benda berpindah sepanjang garis lurus dan searah dengan arah gaya.
➢ Energi energi merupakan kemampuan melakukan usaha.
➢ Energi Kinetik adalah energi yang dimiliki benda bergerak.
UJI KOMPETENSI
A. Berilah tanda silang (X) pada huruf A, B, C, D, atau E di depan jawaban yang
tepat!
1. Balok mengalami gaya tarik F1 = 15 N ke kanan dan gaya F2 ke kiri. Jika benda tetap
diam berapa besar F2?
A. 15 N
B. 20 N
C. 22 N
D. 25 N
E. 10 N
2. Balok meluncur ke kanan dengan kecepatan tetap 4 ms-1. Jika F1 = 10 N; F2 = 20
N, berapa besar F3?
A. 5 m/s2
B. 5.5 m/s2
C. 6 m/s2
D. 6.5 m/s2
E. 7.5 m/s2
5. Sebuah balok yang massanya 6 kg meluncur ke bawah pada sebuah papan licin yang
dimiringkan 30° dari lantai. Jika jarak lantai dengan balok 10 m dan besarnya gaya
A. 1000 J
B. 800 J
C. 600 J
D. 400 J
E. 100 J
Sumber: https://www.tneutron.net/seni/bahan-keramik-plastis/
Gambar 3.1 Bahan tersedia di alam
2. Bahan-bahan Tiruan
Bahan-bahan tiruan (syntetic materials) biasanya diperoleh dari senyawa
kimia dengan komposisi berbagai unsur akan diperoleh suatu sifat tertentu secara
spesifik atau sifat yang menyerupai sifat bahan alam. Bahan ini dikenal sebagai bahan
plastic (Plastics Materials), yakni suatu bahan yang pertama kali dibuat oleh
a. Thermoplastics
Thermoplastics dapat mencair melalui proses pemanasan dan dapat diubah
bentuknya melalui pencetakan sebagaimana yang dilakukan pada bahan seperti Polythene,
Polystyrene, Poly Vinyl Cloride (PVC), Nylon, Perspex, Propylene dan lain-lain.
Sumber: http://www.sespoly.com/products/tpo-thermoplastic-olefin/
Gambar 3.2: Thermoplastic polyolefin
b. Thermosetting
Thermosetting memiliki perbedaan dengan thermoplastics dimana pemanasan
akan hanya dapat melakukan perubahan formasi rantai molekul secara kimiawi dalam
bentuk ikatan melintang tiga dimensi. Gaya tarik antara rantai Molekul dapat terbentuk
oleh pergeseran tempat molekul dalam pemisahan diri akibat larutan dari bahan
tersebut. Tempat plastisizer memberikan pengaruh terhadap sifat polymer. Contohnya
Sumber: https://kikimiqbalsoft.blogspot.co.id/
Gambar 3.3 Beberapa produk jenis thermosetting
Sumber: https://www.merdeka.com/
Gambar 3.4 Produk synthetic-rubbers
Sumber: https://www.indotrading.com/
Gambar 3.5 Produk plastic poly vinyl cloride (pvc)
Sumber: https://www.slideshare.net/kenyassri01/besi-beton
Gambar 3.6 Besi
Sumber: https://www.alibaba.com/
Gambar 3.7 Contoh bentuk tembaga
3) Timah hitam atau Timbal (Lead) Timah hitam atau Timbal (Lead) memiliki
ketahanan terhadap serangan bahan kimia terutama larutan asam sehingga cocok
digunakan pada Industri Kimia. Bahan Timah Hitam (Plumber) juga sering digunakan
sebagai bahan flashing serta bahan paduan solder Juga digunakan sebagai lapisan
bantalan paduan dengan penambahan free-cutting steel akan menambah sifat mampu
mesin (Machinability).
Sumber: https://ayurahma9298.wordpress.com/
Gambar 3.9 Seng (zinc)
Sumber: https://www.satujam.com/bahan-dasar-alumunium/
Gambar 3.10 Alumunium
6) Nickel dan Chromium (Nickel and Chromium) Nickel dan Chromium (Nickel and
Chromium) digunakan secara luas sebagai paduan dengan baja untuk memperoleh
sifat khusus juga digunakan sebagai lapisan pada berbagai logam.
Sumber: https://www.amazon.com/Nickel-Chromium-Resistance-Wire-Chromel-
Gambar 3.11 Nickel dan Chromium
7) Titanium (Ti) logam dengan warna putih kelabu dengan kekuatan setara baja dan
stabil hingga temperatur 4.0000C memiliki berat jenis 4,5 kg/dm3. Titanium
digunakan sebagai pemurni baja atau digunakan sebagai unsur paduan
pada aluminium.
2) Titanium (Ti)
Titanium (Ti) memiliki warna putih kelabu, sifatnya yang kuat seperti baja dan
stabil hingga temperature 40000C, tahan korosi dan memiliki berat jenis (ρ) = 4,5 kg/dm3.
Titanium (Ti) digunakan sebagai unsur pemurni pada baja serta sebagai bahan
paduan dengan Aluminium dan logam lainnya.
Titanium (Ti) memiliki titik cair 16600C dan kekuatan tarik 470 N/mm2 serta
densitas 56 %.Titanium (Ti) tidak termasuk logam baru walaupun pengembangannya baru
dilakukan pada tahun 1949, karena sebenarnya Titanium (Ti) telah terdeteksi sejak tahun
1789 dalam bentuk Oxide Silicon, karena pengaruh oxygen maka pada saat itu tidak
memungkinkan untuk dilakukan extraction, dimana Titanium (Ti) merupakan bagian
penting dari Oxygen, namun pada akhirnya ditemukan metoda pemurnian Titanium (Ti)
ini melalui pemanasan dengan Carbon dan Clorine, kemudian dengan Magnesium
dan dengan Sodium pada suhu pemanasan antara 8000C hingga 9000C yang menghasilkan
Titanium Tetraclorite sebagai produk awal dari Titanium (Ti) yang selanjutnya
menggunakan Magnesiumcloride atau Sodiumcloride.
Sumber: http://rumushitung.com/
Gambar 3.13 Stannum (Sn)
Timah putih, Tin, Stannum (Sn) paling banyak digunakan sebagai timah pateri
serta paduan pada logam-logam bantalan seperti Bronzes dan gunmetal atau ditambahkan
sedikit pada paduan Tembaga Seng (Kuningan, Brasses) untuk memperoleh ketahanan
korosi. Timah putih, Tin, Stannum (Sn) diproses dari bijih timah (Tinstone), extracsinya
dilakukan melalui pencairan dengan temperature tinggi sehingga timah dapat mengalir
keluar dari berbagai unsur pengikatnya.
6) Manganese (Mn)
Manganese (Mn) logam yang memiliki titik cair 1.2600C Unsur Manganese (Mn)
ini diperoleh melalui proses reduksi pada bijih Manganese sebagaimana proses yang
dilakukan dalam pembuatan baja. Manganese digunakan pada hampir semua jenis baja dan
besi tuang sebagai unsur paduan kendati tidak menghasilkan pengaruh yang signifikan
dalam memperbaiki sifat baja tetapi tidak berpengaruh buruk karena di dalam baja
memiliki kandungan unsur Sulphur. Disamping itu Manganese (Mn) merupakan unsur
paduan pada Aluminium, Magnesium ,Titanium dan Kuningan.
Sumber: https://ayurahma9298.wordpress.com/
Gambar 3.14 Manganese (Mn)
7) Chromium (Cr)
Chromium ialah logam berwarna kelabu, sangat keras dengan titik cair yang
tinggi yakni 18900C , Chromium diperoleh dari unsur Chromite, yaitu senyawa
FeO.Cr2. Unsur Chromite (Fe2 Cr2 06 ) serta Crocoisite (PbCrO4). Chromium
Sumber: https://www.mindat.org/element/Chromium
Gambar 3.15 Chromium
8) Aluminium (Al)
Aluminium ialah logam yang berwarna putih terang dan sangat mengkilap
dengan titik cair 6600C sangat tahan terhadap pengaruh Atmosphere juga bersifat
electrical dan Thermal Conductor dengan koefisien yang sangat tinggi. Chromium
bersifat non magnetic. Secara komersial Aluminium memiliki tingkat
kemurnianhingga 99,9 % , dan Aluminium non paduan kekuatan tariknya ialah
60 N/mm2 dan dikembangkan melelui proses pengerjaan dingin dapat ditingkatkan
sesuai dengan kebutuhannya hingga 140 N/mm2.
Sumber: http://images-of-elements.com/aluminium.php
Gambar 3.16 Alumunium
Sumber: https://homeopathytoheal.wordpress.com/tag/cuprum-metallicum/
Sumber: https://ayurahma9298.wordpress.com/
Gambar 3.18: Magnesium (Mg)
Sumber: http://lanamatrix.blogspot.co.id/
Gambar 3.19 Uji tarik mekanik (UTM)
Karena tegangan dan regangan dipeoleh dengan cara membagi beban dan
perpanjangan dengan faktor yang konstan, kurva beban – perpanjangan akan mempunyai
bentuk yang sama seperti pada gambar 3.2. Kedua kurva sering dipergunakan.
Sumber: http://www.matadunia.id/
Gambar 3.20 Kurva tegangan regangan teknik (σ-ε)
Bentuk dan besaran pada kurva tegangan-regangan suatu logam tergantung pada
komposisi, perlakukan panas, deformasi plastis yang pernah dialami, laju regangan,
temperatur, dan keadaan tegangan yang menentukan selama pengujian.
Parameter-parameter yang digunakan untuk menggambarkan kurva tegangan
regangan logam adalah kekuatan tarik, kekuatan luluh atau titik luluh, persen perpanjangan,
dan pengurangan luas. Parameter pertama adalah parameter kekuatan, sedangkan yang
kedua menyatakan keuletan bahan.
𝜎𝑢 = 𝑃𝑚𝑎𝑘𝑠/ 𝐴𝑜
Korelasi emperis yang diperluas antar kekuatan tarik dengan sifat mekanik lainnya
seperti kekerasan dan kekuatan lelah, sering dipergunakan. Hubungan tersebut hanya
terbatas pada hasil penelitian beberapa jenis material.
2. Kekuatan Luluh
Kekuatan luluh menyatakan besarnya tegangan yang dibutuhkan tegangan yang
dibutuhkan untuk berdeformasi plastis material. Pengukuran besarnya tegangan pada saat
mulai terjadi deformasi plastis atau batas luluh, tergantung pada kepekaan pengukuran
regangan. Sebagian besar material mengalami perubahan sifat dari elastis menjadi plastis,
yang berlangsung sedikit demi sedikit dan titik saat deformasi plastis mulai terjadi, sukar
ditentukan secara teliti. Sehingga kekuatan luluh sering dinyatakan sebagai kekuatan luluh
offset, yaitu besarnya tegangan yang dibutuhkan untuk menghasilkan sejumlah kecil
deformasi plastis yang ditetapkan (regangan offset). Kekuatan luluh offset ditentukan
tegangan pada perpotongan antara kurva tegangan-regangan dengan garis sejajar dengan
kemiringan kurva pada regangan tertentu. Di Amerika Serikat regangan offset ditentukan
sebesar 0,2 atau 0,1 % ( e = 0,002 atau 0,001 mm/mm).
Beberapa bahan pada dasarnya tidak mempunyai bagian linear pada kurva
tegangan-regangan, misalnya tembaga lunak atau besi cor kelabu. Untuk bahan-bahan
tersebut, metode offset tidak dapat digunakan dan untuk pemakaian praktis, kekuatan
luluh didiefinisikan sebagai tegangan yang diperlukan untuk menghasilkan regangan
total tertentu, misalnya e = 0,5 %.
3. Keuletan
Keuletan adalah suatu besaran kualitatif dan sifat subyektif suatu bahan, yang
secara umum pengukurannya dilakukan untuk memenuhi tiga kepentingan, yaitu:
➢ Menyatakan besarnya deformasi yang mampu dialami suatu material, tanpa terjadi
patah. Hal ini penting untuk proses pembentukan logam, seperti pengerolan dan
ekstruksi.
➢ Menunjukkan kemampuan logam untuk mengalir secara plastis sebelum
patah.Keuletan logam yang tinggi menunjukkan kemungkinan yang besar untuk
berdeformasi secara lokal tanpa terjadi perpatahan.
➢ Sebagai petunjuk adanya perubahan kondisi pengolahan.
4. Modulus Elastisitas
Modulus elastisitas atau modulus Young adalah besarnya gaya yang bekerja
pada luas penampang tertentu untuk meregangkan benda. Dengan kata lain, modulus
Young merupakan perbandingan antara tegangan dan regangan pada benda. Nilai
modulus Young menunjukkan tingkat elastisitas suatu benda. Semakin besar nilai
modulus Young, semakin besar pula tegangan yang diperlukan untuk meregangkan
benda. Modulus Young dirumuskan sebagai berikut:
𝐹
𝐹 𝑙𝑜
𝑌= 𝐴 =
∆𝑙 𝐴 ∆𝑙
𝑙𝑜
Modulus elastisitas biasanya diukur pada temperatur tinggi dengan metode
dinamik.
5. Kelentingan
Kelentingan (resilience) adalah kemampuan suatu bahan untuk menyerap
energi pada waktu berdeformasi secara elastis dan kembali kebentuk awal apabila
bebannya dihilangkan. Kelentingan biasa dinyatakan sebagai modulus kelentingan,
Ketangguhan adalah jumlah energi yang diserap material sampai terjadi patah,
yang dinyatakan dalam Joule. Energi yang diserap digunakan untuk berdeformasi,
mengikuti arah pembebanan yang dialami. Pada umumnya ketangguahan
menggunakan konsep yang sukar dibuktikan atau didefinisikan. Terdapat beberapa
pendekatan matematik untuk menentukan luas daerah di bawah kurva tegangan-
regangan.
Untuk logam-logam ulet mempunyai kurva yang dapat didekati dengan
persamaan-persamaan berikut:
𝑈𝑇 ≈ 𝜎𝑢 . 𝑒𝑓
𝑈𝑇 ≈ (𝜎𝑜 + 𝜎𝑢 ) 𝑒𝑓 /2
𝑈𝑇 ≈ 2/3 (𝜎𝑢 ) 𝑒𝑓
Sumber: http://www.matadunia.id/
Gambar 3.22 Perbandingan antara kurva tegangan regangan teknik dengan kurva tegangan
regangan sesungguhnya
a. Hukum Hooke
Pada tahun 1678, Robert Hooke menyatakan apabila pegas ditarik dengan suatu
gaya tanpa melampaui batas elastisitasnya, pada pegas akan bekerja gaya pemulih yang
sebanding dengan simpangan benda dari titik seimbangnya tetapi arahnya berlawanan
𝐹𝑝 = −𝑘 ∆𝑥
Tanda negatif pada Hukum Hooke bermakna bahwa gaya pemulih pada pegas
selalu berlawanan dengan arah simpangan pegas. Tetapan pegas (k) menyatakan ukuran
kekakuan pegas. Pegas yang kaku memiliki nilai k yang besar, sedangkan pegas lunak
memiliki k kecil.
Dari persamaan di atas, besarnya gaya yang bekerja pada benda dapat
ditulis sebagai berikut.
𝑌𝐴
𝐹= ∆𝑙
𝑙𝑜
𝑌𝐴
𝐾=
𝑙𝑜
Rangkuman
➢ Material terdiri dari bahan alam dan bahan buatan. Bahan alam merupakan bahan baku
prorduk yang diperoleh dan digunakan secara langsung dari bahan alam. Bahan-bahan
tiruan (syntetic materials) biasanya diperoleh dari senyawa kimia dengan komposisi
berbagai unsur akan diperoleh suatu sifat tertentu secara spesifik atau sifat yang
menyerupai sifat bahan alam.
➢ Klasifikasi bahan teknik teridir dari bahan metal dan non-metal.
8. Jika F adalah gaya dan ∆x adalah pertambahan panjang pegas, maka konstanta pegas
yang digunakan adalah...
a. 100 N/m
b. 200 N/m
c. 300 N/m
d. 400 N/m
e. 500 N/m
9. Sebuah bahan elastis dalam keadaan tergantung bebas. Pada saat ujung yang bebas
digantungi dengan beban 50 gram, bahan elastis bertambah panjang 5 mm. Berapakah
pertambahan panjang bahan elastis tersebut jika ujung yang bebas digantungi dengan
beban 150 gram?
a. 15 mm
b. 20 mm
c. 25 mm
d. 30 mm
e. 35 mm
a. Jenis-jenis Termometer
Seperti diketahui, alat untuk mengukur suhu dinamakan termometer.
Termometer dibuat berdasarkan sifat termometrik bahan, yaitu kepekaan bahan
terhadap perubahan suhu atau perubahan besaran fisika akibat perubahan suhu.
Beberapa contoh perubahan besaran fisika yang dapat digunakan untuk membuat
termometer adalah pemuaian zat cair dalam pipa kapiler, perubahan hambatan listrik
kawat platina, pemuaian keping bimetal, dan perubahan tekanan gas pada volume
tetap.
2) Termometer Raksa
Termometer raksa adalah termometer yang bahan pengisinya adalah
raksa. Sebagai contoh termometer raksa adalah termometer skala Celsius.
Sumber: http://alatukur.co/fungsi-dan-jenis-termometer/
Gambar 4.1 Termometer raksa.
4) Termometer Klinis
Termometer ini digunakan untuk mengukur suhu tubuh manusia. Oleh karena
itu, termometer ini sering disebut termometer suhu badan. Bagian-bagian dari
termometer klinis adalah tabung raksa, bagian yang menyempit, dan pipa kapiler
(Gambar 4.2). Zat cair yang digunakan untuk bahan pengisi termometer ini adalah
raksa. Skala termometer klinis memiliki jangkauan di atas dan di bawah suhu rata-rata
tubuh manusia, yaitu 37oC. Suhu terendah tubuh manusia tidak pernah kurang dari
Sumber: http://alatukur.co/fungsi-dan-jenis-termometer/
Gambar 4.2 Termometer Klinis
Sumber: http://alatukur.co/fungsi-dan-jenis-termometer/
Gambar 4.3 Termometer klinis digital.
Sumber : http://fastrans22.blogspot.co.id/
Gambar 4.4 Termometer dinding
Sumber : http://fastrans22.blogspot.co.id/
Gambar 4.5 Termometer maksimum-minimum Six.
C: R: (F-32) = 5: 4: 9
T = suhu dalam 0K
tC = suhu dalam 0C T = t C + 2730
c. Pemuaian Zat
1) Pemuaian panjang
Bila suatu batang pada suatu suhu tertentu panjangnya Lo, jika suhunya
dinaikkan sebesar t, maka batang tersebut akan bertambah panjang sebesar L yang
dapat dirumuskan sebagai berikut:
L = Lo . . t
A = Ao . t At = Ao (1 + t)
dan
t = t1 – t0
Satuan: Keterangan:
MKS CGS At = Luas benda setelah dipanaskan t 0C
Ao & At m2 cm2 Ao = Luas mula-mula.
t 0
C 0
C = Koefisien muai Luas
0 -1
C 0 -1
C t = Selisih antara suhu akhir dan suhu mula-
mula.
3) Pemuaian Volume
Bila suatu benda berdimensi tiga (mempunyai volume) mula-mula
volumenya Vo pada suhu to, dipanaskan sampai t10, volumenya akan menjadi Vt,
dan pertambahan volumenya adalah:
V = Vo . t
Vt = Vo (1 + t) dan t = t1 – t0
Satuan: Keterangan:
MKS CGS Vt = Volume benda setelah
Vo & Vt m3 cm3 dipanaskan t 0C
t 0
C 0
C Vo = Volume mula-mula.
0 -1
C 0 –1
C = Koefisien muai ruang
t = Selisih antara suhu akhir dan suhu mula-mula.
Namun tidak semua benda menurut hukum pemuaian ini, misalnya air. Di
dalam interval 00-40 C air akan berkurang volumenya bila dipanaskan, tetapi setelah
4) Pemuaian Gas
Sejumlah gas bermassa m, bertekanan P, bertemperatur T dan berada dalam
ruang tertutup yang bervolume V.
Dari percobaan-percobaan gas tersebut dapat menunjukkan hal-hal sebagai
berikut:
a) Untuk sejumlah gas bermassa tertentu, pada tekanan tetap, ternyata volumenya
sebanding dengan temperatur mutlaknya atau dikenal dengan Hukum Gay Lussac
dan proses ini disebut dengan proses isobarik.
V=C.T V
=C
Atau T
b) Untuk sejumlah gas bermassa tertentu, pada temperatur konstan, ternyata tekanan
gas berbanding terbalik dengan volumenya atau dikenal dengan Hukum Boyle dan
proses ini disebut dengan proses isotermis.
C
atau P=
V P.V = C
P1 V1 = P2 V2
Jadi, pada temperatur tetap berlaku:
c) Selain itu gas dapat diekspansikan pada volume tetap dan prosesnya disebut dengan
proses isokhoris atau dikatakan tekanan gas sebanding dengan temperatur
mutlaknya.
P =C
Atau P=C.T
T
P1 = P 2
Jadi, pada volume tetap berlaku:
T1 T 2
P V = Konstan P1 V1 P2 V2
Atau T =
T1 T2
dan persamaan di atas disebut:
d) Massa Jenis
Misalkan:
➢ Vo dan o berturut-turut adalah volume dan massa jenis benda sebelum
dipanaskan.
➢ Vt dan t berturut-turut adalah volume dan massa jenis benda setelah dipanaskan.
➢ m adalah massa banda.
o =
m Vt = Vo (1 + t )
Vo γo
t =
t =
m t =
m 1 γ Δt
Vt Vo (1 γ Δ t)
2. Kalor
Kalor adalah bentuk energi yang berpindah dari suhu tinggi ke suhu rendah.
Jika suatu benda menerima/melepaskan kalor, maka suhu benda itu akan naik/turun
atau wujud benda berubah. Kalor dikenal sebagai bentuk energi yaitu energi panas
dengan notasi Q.
Satuan Kalor: Satuan kalor adalah kalori (kal) atau kilo kalori (k kal).
kalori/kilo kalori adalah: jumlah kalor yang diterima/dilepaskan oleh 1 gram/1 kg air
untuk menaikkan/menurunkan suhunya 10 C. Kesetaraan satuan kalor dan energi
mekanik ini ditentukan oleh percobaan joule.
Q = H . t
Q = m . c . t
H=m.c
3. Perubahan wujud.
Semua zat yang ada di bumi ini terdiri dari 3 tingkat wujud yaitu:
➢ tingkat wujud padat
➢ tingkat wujud cair
➢ tingkat wujud gas
Sumber:http://yuliapuspitasa7.blogspot.co.id/
Gambar 4.6 Perubahan fisis benda
Sumber: http://nugraha999.blogspot.co.id/
Gambar 4.7 Perubahan wujud air
a. Di bawah suhu 00 C air berbentuk es (padat) dan dengan pemberian kalor suhunya
akan naik sampai 00 C. Q2 merupakan panas yang diperlukan untuk menaikkan
suhu es pada fase ini adalah:
Q = m x ces x t
b. Tepat pada suhu 00 C, es mulai ada yang mencair dan dengan pemberian kalor
suhunya tidak akan berubah (Q2). Proses pada Q3 disebut proses MELEBUR
(perubahan fase dari padat menjadi cair). Panas yang diperlukan untuk proses ini
adalah:
Q = m . Kl
c. Setelah semua es menjadi cair, dengan penambahan kalor suhu air akan naik lagi.
Proses untuk merubah suhu pada fase ini membutuhkan panas sebesar:
Q = m . cair . t
Pada proses mencair ini waktu yang diperlukan lebih lama, karena kalor jenis air
(cair) lebih besar daripada kalor jenis es (ces).
d. Setelah suhu air mencapai 1000 C, sebagian air akan berubah menjadi uap air dan
dengan pemberian kalor suhunya tidak berubah (Q4). Proses Q4 adalah proses
Q = m . Kd
Kd = Kalor didih air.
0
Suhu 100 C disebut titik didih air.
e. Setelah semua air menjadi uap air, suhu uap air dapat ditingkatkan lagi dengan
pemberian panas dan besarnya yang dibutuhkan:
Q = m . cgas .
t
Proses dari Q1 s/d Q4 sebenarnya dapat dibalik dari Q4 ke Q1, hanya saja pada proses
dari Q4 ke Q1 benda harus mengeluarkan panasnya.
➢ Proses Q4 ke Q3 disebut proses mengembun (Perubahan fase uap ke cair)
➢ Proses Q2 ke Q1 disebut membeku (Perubahan fase dari cair ke padat).
C. Perpindahan kalor
Menurut Asas Black:
Kalor lepas = Kalor diterima
Catatan:
• Kalor jenis suatu benda tidak tergantung dari massa benda, tetapi tergantung pada sifat
dan jenis benda tersebut. Jika kalor jenis suatu benda adalah kecil maka kenaikan suhu
benda tersebut akan cepat bila dipanaskan.
• Pada setiap penyelesaian persoalan kalor (asas Black) lebih mudah jika dibuat diagram
alirnya.
a. Konduksi
Perambatan kalor tanpa disertai perpindahan bagian-bagian zat perantaranya,
biasanya terjadi pada benda padat.
H = K . A . (DT/ L)
Keterangan:
H = jumlah kalor yang merambat per satuan waktu
DT/L = gradien temperatur (ºK/m)
K = koefisien konduksi
A = luas penampang (m²)
L = panjang benda (m)
b. Konveksi
Perambatan kalor yang disertai perpindahan bagian-bagian zat, karena
perbedaan massa jenis.
H = K . A . DT
Keterangan:
H = jumlah kalor yang merambat per satuan waktu
K = koefisien konveksi
DT = kenaikan suhu (ºK)
c. Radiasi
Perambatan kalor dengan pancaran berupa gelombang-gelombang
elektromagnetik. Pancaran kalor secara radiasi mengikuti Hukum Stefan Boltzmann:
W = e . s . T4
Keterangan:
W = intensitas/energi radiasi yang dipancarkan per satuan luas per satuan waktu
s = konstanta Boltzman =5,672 x 10-8 watt/cm2.ºK4
e = emisivitas emissivity (o < e < 1)
T = suhu mutlak absolute temperature (ºK)
C: R: (F-32) = 5: 4: 9
➢ Pemuaian panjang
L = Lo . . t
➢ Pemuaian luas
=2A = Ao . t
➢ Pemuaian volume
=3V = Vo . t
➢ Pemuaian gas
Pemuaian gas dibedakan tiga macam, yaitu
a. Pemuaian gas pada suhu tetap (isotermal),
b. Pemuaian gas pada tekanan tetap(isobarik), dan
c. Pemuaian gas pada volume tetap(isokhoris).
➢ Kalor adalah bentuk energi yang berpindah dari suhu tinggi ke suhu rendah.
➢ Kapasitas kalor
Q = H . t
➢ Perambatan kalor
Konduksi
H = K . A . (DT/ L)
Konveksi
H = K . A . DT
Radiasi
W = e . s . T4
UJI KOMPETENSI
A. Berilah tanda silang (X) pada huruf A, B, C, D, atau E di depan jawaban yang
tepat!
1. Derajat skala Fahrenheit dan Celcius akan menunjukan skala yang sama pada...
a. –20
b. –30
c. –40
d. –50
e. –60
2. Sebuah termometer menunjukan angka 30° celcius. Jika dinyatakan dalam skala
Fahrenheit adalah ....
a. 30,6 °F
b. 46,4 °F
c. 54,2 °F
d. 86,0 °F
e. 107,0 °F
3. Diketahui kalor laten pencairan es 80 kal/g, kalor jenis es 0,5 kal/goC dan kalor jenis air
1 kal/goC. Kalor yang dibutuhkan untul menaikan suhu 200 gram es dari -10oC
sehingga seluruhnya menjadi air bersuhu 10oC adalah....
a. 2000 kal d. 4600 kal
b. 2400 kal e. 5000 kal
c. 4000 kal
a. 1720C
b. 1080C
c. 600C
d. 440C
e. 220C
7. Dari suatu percobaan didapatkan data sebagai berikut:
M ∆T T Q
cair ( J/kgoC )
( Kg ) ( oC ) ( Sekon ) ( Joule )
0,1 3 30 detik 4200 1260
0,2 6 30 detik 4200 5040
0,3 9 30 detik 4200 11340
0,23 10 30 detik 4200 9660
0,25 10 30 detik 4200 10500
Berdasarkan data di atas, banyaknya kalor yang di perlukan untuk menaikkan suhu air
adalah .....
b. Sifat Fisika
Sifat fisika adalah sifat yang berhubungan dengan jumlah dan ukuran zat dengan
memperhatikan hal berikut:
- rasa - massa jenis - titik didih
- warna - daya hantar - titik lebur
- bau - kilap logam - koefisien muai
- wujud - kelarutan - hambat jenis
C. Perubahan Materi
1. Bentuk Perubahan Wujud
Wujud materi tidak selalu tetap. Setiap materi yang mendapat perlakuan
tertentu pasti akan berubah baik wujud maupun bentuknya. Perubahan wujud tersebut
dapat berlangsung secara fisika, kimia, atau biologi.
a. Perubahan Fisika
Perubahan fisika adalah perubahan suatu zat yang tidak menghasilkan zat
baru dan dapat diubah kembali menjadi zat semula. Perubahan fisika sering
disebut sebagai perubahan yang bersifat sementara.
Contoh: perubahan pada air. Jika air didinginkan akan membeku menjadi es. Jika
es dipanaskan maka akan kembali menjadi air.
b. Perubahan Kimia
Perubahan kimia adalah perubahan suatu zat yang menghasilkan zat baru
dan tidak dapat diubah menjadi zat semula. Perubahan kimia bersifat tetap.
Contoh: perubahan kertas yang dibakar. Kertas akan berubah wujud dan
bentuknya menjadi abu. Abu itu tidak dapat diubah lagi menjadi kertas
dengan perlakuan apapun.
c. Perubahan Biologi
Perubahan biologi adalah perubahan suatu benda yang dipengaruhi oleh
organisme hidup dan tidak dapat lagi kembali seperti semula.
UJI KOMPETENSI
A. Berilah tanda silang (X) pada huruf A, B, C, D, atau E di depan jawaban yang
tepat!
1. Zat berikut yang termasuk senyawa adalah....
a. Intan d. Belerang
b. Udara e. Alkohol
c. Perunggu
2. Kelompok unsur-unsur berikut menjadi unsur logam dan unsur bukan logam...
a. Aluminium
b. Belerang
c. Karbon
d. Tembaga
e. Perak
f. Nitrogen
g. Besi
h. Pospor
i. Crom
j. Brom
k. Oksigen
l. Hidrogen
m. Natrium
n. Platina
o. Emas
3. Materi mempunyai massa dan berat. Jelaskan perbedaan kedua besaran tersebut...
4. Jelaskan cara membersihkan minyak goreng yang tercampur dengan batu pasir dan
solar!
5. Jelaskan cara memperoleh air minum dari air kali yang keruh!
A. Medan Listrik
1. Hukum Coulomb
Hukum Coulomb tidak dapat terlepas dari muatan listrik. Sebelum
membicarakan hukum tersebut, perhatikan gambar 6.1 berikut mengenai sebuah batang
plastik yang digosok dengan kain sutera kemudian digantung menggunakan seutas
benang. Jika batang plastik lain yang telah digosok dengan kain sutera didekatkan
dengan batang pertama, ternyata kedua batang plastik tersebut saling menolak. Berbeda
jika batang pertama didekatkan dengan batang lain yang digosok menggunakan bulu,
ternyata keduanya saling tarik menarik.
Sumber: http://kusumandarutp.blogspot.co.id/
Gambar 6.1 Dua batang plastik bermuatan positif akan tolak-menolak
Sumber: http://dheedeos.blogspot.co.id/
Gambar 6.2 Neraca puntir alat percobaan coulomb
Besarnya gaya oleh suatu muatan terhadap muatan lain telah dipelajari oleh
Charles Augustin Coulomb. Peralatan yang digunakan pada eksperimennya adalah
neraca puntir yang mirip dengan neraca puntir yang digunakan oleh Cavendish pada
percobaan gravitasi. Bedanya, pada neraca puntir Coulomb massa benda digantikan
oleh bola kecil bermuatan.
Untuk memperoleh muatan yang bervariasi, Coulomb menggunakan cara
induksi. Sebagai contoh, mula-mula muatan pada setiap bola adalah q0, besarnya
1
muatan tersebut dapat dikurangi hingga menjadi q0 dengan cara membumikan salah
2
satu bola agar muatan terlepas kemudian kedua bola dikontakkan kembali. Hasil
eksperimen Coulomb menyangkut gaya yang dilakukan muatan titik terhadap muatan
titik lainnya.
Sumber: http://xancite.com/
Gambar 6.3 Gaya pada benda muatan listrik
Keterangan:
F = gaya tarik-menarik atau tolak-menolak/gaya Coulomb (Newton)
1
k = bilangan konstanta = = 9. 109N m2/C2
4𝜋𝜀0
Keterangan:
F1 = gaya Coulomb pada q3 akibat yang ditimbulkan oleh q1
F2 = gaya Coulomb pada q3 akibat yang ditimbulkan oleh q2
F = gaya Coulomb pada q3 akibat muatan q1 dan q2
Gaya Coulomb pada muatan q3 adalah F = F1 +F2. Karena letak ketiga
muatan tidak dalam satu garis lurus, maka besarnya nilai F dihitung dengan:
2. Medan Listrik
Sebuah muatan akan mempunyai medan listrik di sekitarnya sehingga jika sebuah
muatan uji diletakkan pada jarak tertentu, muatan uji tersebut akan mengalami gaya
Sumber: http://citraboxy.blogspot.co.id/
Gambar 6.4 Medan listrik
Sumber: http://www.myrightspot.com/
Gambar 6.5 Garis gaya listrik dari muatan positif menuju muatan negatif
Keterangan:
E = kuat medan (N/C)
Q = muatan (C)
r = jarak muatan uji ke muatan tertentu (m)
Dari Persamaan di atas terlihat bahwa untuk mengetahui besarnya kuat medan
listrik dari sebuah muatan, kita hanya memerlukan besarnya muatan tersebut serta jarak
muatan uji dari muatan yang akan dicari besar medan listriknya.Terlihat bahwa semakin
besar muatannya, semakin besar kuat medan listriknya untuk jarak yang sama. Semakin
dekat muatan uji dari suatu muatan yang akan dicari kuat medannya, semakin besar kuat
medan listriknya untuk muatan yang sama.
Sumber: https://gurumuda.net/medan-listrik.htm
Gambar 6.6 Arah medan listrik
5. Hukum Gauss
Pada pembahasan sebelumnya, Anda mengetahui cara menentukan kuat medan
listrik akibat adanya partikel-partikel bermuatan. Bagaimanakah menentukan kuat
medan listrik yang tersebar dalam suatu benda, misalnya bola? Untuk menentukan kuat
medan listrik akibat distribusi muatan tertentu dipergunakan Hukum Gauss.
Gauss menurunkan hukumnya berdasarkan pada konsep-konsep garis-garis
medan listrik. Kita bahas terlebih dulu konsep fluks listrik. Fluks listrik didefinisikan
sebagai jumlah garis-garis medan listrik yang menembus tegak lurus suatu bidang.
Perhatikan medan listrik serba sama yang arahnya seperti ditunjukkan pada
Gambar 4.1.a Garis-garis medan menembus tegaklurus suatu bidang segiempat seluas
A. Jumlah garis-garis medan per satuan luas sebanding dengan kuat medan listrik,
sehingga jumlah garis medan listrik yang menembus bidang seluas A sebanding dengan
EA. Hasil kali antara kuat nedan listrik tersebut dinamakan fluks listrik Φ.
Φ=E×A
Satuan untuk E adalah N/C, sehingga satuan untuk fluks listrik (dalam SI)
adalah (N/C)(m2) yang dinamakan weber (Wb). 1 weber = 1 NC-1m2.
Untuk medan listrik menembus bidang tidak tegak lurus, perhatikan gambar 6.7.
Φ = EA’
Dengan A’ = A cos θ, sehingga:
Φ = EA cos θ
Dengan θ adalah sudut antara arah E dan arah normal bidang n. Arah normal
bidang adalah arah yang tegak lurus terhadap bidang (lihat gambar 4.1.c).
Berdasarkan konsep fluks listrik ini, muncullah hukum Gauss, sebagai berikut:
Jumlah garis-garis medan listrik (fluks listrik) yang menembus suatu permukaan
tertutup sama dengan jumlah muatan listrik yang dilingkupi oleh permukaan tertutup itu
dibagi dengan permitivitas udara.
Σ𝑞
𝜙 = 𝐸𝐴 𝑐𝑜𝑠𝜃 =
𝜀0
dengan A=luas permukaan tertutup, θ=sudut antara E dan arah normal n, dan Σq = muatan
total yang dilingkupi oleh permukaan tertutup.
Hasil ini berlaku untuk dua titik pada permukaan konduktor. Dengan demikian,
V konstan pada semua bagian permukaan konduktor bermuatan dalam keadaan
setimbang. Dengan kata lain, permukaan konduktor bermuatan yang berada dalam
kesetimbangan elektrostatik merupakan permukaan ekipotensial, karena medan listrik
bernilai nol di dalam konduktor, sehingga dapat disimpulkan bahwa potensial listrik
adalah konstan pada semua bagian konduktor dan nilainya sama dengan potensial listrik
di permukaan konduktor. Karena itu pula, tidak diperlukan usaha untuk memindahkan
muatan uji dari bagian dalam suatu konduktor bermuatan ke permukaannya.
Tinjau sebuah bola konduktor logam yang pejal dengan jari-jari R dan memiliki
muatan positif total Q. Medan listrik di luar bola tersebut adalah k Q/r2 dan mengarah
radial ke luar. Potensial listrik di dalam dan di permukaan bola adalah k Q/R.
B. Medan Magnet
1. Induksi Magnetik
Medan magnet merupakan medan vektor, artinya besaran yang dilukiskan
medan tersebut adalah besaran vektor. Besaran vektor medan magnet ini biasanya
disebut induksi magnetik dan dinyatakan dengan vektor B. Induksi magnet adalah kuat
2. Hukum Biot-Savart
Hukum Biot Savart dikemukakan oleh ilmuwan dari Prancis yaitu Jean Bastiste Biot
dan Felix Savart. Berdasarkan hasil eksperimennya tentang pengamatan medan magnet di
suatu titik P yang dipengaruhi oleh suatu kawat penghantar dl, yang dialiri arus listrik I
diperoleh kesimpulan bahwa besarnya kuat medan magnet (yang kemudian disebut
induksi magnet yang diberi lambang B) di titik P.
Sebuah kawat apabila dialiri oleh arus listrik akan menghasilkan medan magnet
yang garis-garis gayanya berupa lingkaran-lingkaran yang berada di sekitar kawat
tersebut. Arah dari garis-garis gaya magnet ditentukan dengan kaidah tangan kanan
(apabila kita menggenggam tangan kanan ibu jari sebagai arah arus listrik sedang
keempat jari yang lain merupakan arah medan magnet).
Keterangan:
Sumber: http://muhsuinelektronika.blogspot.co.id/
Gambar 6.10 Hukum biot savart
Sumber: http://muhsuinelektronika.blogspot.co.id/
Gambar 6.11 Hukum biot savart dan medan magnet
Keterangan:
= jarum kompas
Kuat medan magnet di suatu titik di sekitar kawat berarus listrik disebut
induksi magnet (B). Besar Induksi maget (B) oleh Biot dan Savart dinyatakan:
➢ Berbanding lurus dengan arus listrik (I)
➢ Berbanding lurus dengan panjang elemen kawat penghantar (ℓ)
➢ Berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara titik itu ke elemen kawat
penghantar
➢ Berbanding lurus dengan sinus sudut antara arah arus dan garis penghubung titik
itu ke elemen kawat penghantar
Secara matematis untuk menentukan besarnya medan magnet disekitar
kawat berarus listrik digunakan metode kalkulus. Hukum Biot Savart tentang
medan magnet disekitar kawat berarus listrik adalah:
𝜇0 𝑑𝑙 𝑠𝑖𝑛𝜃
𝑑𝐵 =
4𝜋 𝑟 2
Sumber: http://muhsuinelektronika.blogspot.co.id/
Gambar 6.13 Medan magnet di sekitar kawat lurus panjang berarus listrik
Sumber: http://muhsuinelektronika.blogspot.co.id/
Gambar 6.14 Medan magnet disumbu kawat melingkar berarus listrik
Keterangan:
Bp = Induksi magnet di P pada sumbu kawat melingkar dalam tesla ( T)
I = kuat arus pada kawat dalam ampere ( A )
a = jari-jari kawat melingkar dalam meter ( m )
r = jarak P ke lingkaran kawat dalam meter ( m )
θ = sudut antara sumbu kawat dan garis hubung P ke titik pada lingkaran kawat
dalam derajad (°)
x = jarak titik P ke pusat lingkaran dalam mater ( m )
Sumber: http://muhsuinelektronika.blogspot.co.id/
Gambar 6.15 Besarnya medan magnet di pusat kawat melingkar
Keterangan:
B = Medan magnet dalam tesla ( T )
μo = permeabilitas ruang hampa = 4п . 10 -7 Wb/amp. m
I = Kuat arus listrik dalam ampere ( A )
a = jarak titik P dari kawat dalam meter (m)
r = jari-jari lingkaran yang dibuat
Sumber: http://excecel.blogspot.co.id/
Gambar 6.17 Toroida
∮ 𝐵. 𝑑𝑙 = 𝜇0 𝑙𝑐 𝐶
∮ 𝑐 𝐵 𝑑𝑙 = 𝐵 ∮ 𝑐 𝑑𝑙 = 𝜇0 𝑙𝑐
∮ 𝐵 𝑑𝑙 = 𝐵2𝜋𝑟 = 𝜇0 𝑙𝑐
∮ 𝐵 𝑑𝑙 = 𝐵2𝜋𝑟 = 𝜇0 𝑁𝑙
Sumber: http://fisika12.blogspot.co.id/
Gambar 6.18 Besar gaya Lorentz
Sumber: https://istanafisika.wordpress.com/
Gambar 6.19 Gerak partikel bermuatan
Sumber: http://rumushitung.com/
Gambar 6.21 Kaidah tangan kanan
Untuk mengetahui letak kutub utara dan kutub selatan yang terbentuk pada
kumparan berarus listrik, dapat dilakukan dengan cara:
1. Perhatikan arah listrik yang mengalir pada kumparan.
2. Ujung kumparan yang pertama kali mendapat arus listrik dijadikan sebagai pedoman
untuk menentukan letak kutub-kutub magnet.
3. Kemudian, genggam ujung kumparan yang pertama kali teraliri arus listrik dengan
posisi jari tangan kanan sesuai dengan letak kawan pada inti besi.
4. Apabila kawat itu berada di depan inti besi, letakkan telapak tangan menghadap ke
depan, kemudian genggam kumparan yang berinti besi.
5. Letak kutub utara magnet ditunjukkan oleh arah ibu jari, sedangkan arah sebaliknya
menunjukkan kutub selatan.
6. Jika kawat penghantar yang pertama kali teraliri arus listrik berada di belakang inti besi,
maka hadapkan telapak tangan ke belakang, kemudian genggam kumparan kawat itu.
7. Dengan cara yang sama kita dapat juga menentukan letak kutub utara, dan kutub selatan
magnet.
Ternyata penghantar berarus listrik yang ditempatkan dalam medan magnet juga
mengalami gaya magnet. Hal ini ditemukan pertama kali oleh Hendrik Antoon Lorentz.
Gaya Lorentz terjadi apabila kawat penghantar berarus listrik berada di dalam medan
magnetik. Besar gaya Lorentz bergantung pada besar medan magnetik, panjang
penghantar, dan besar arus listrik yang mengalir dalam kawat penghantar. Untuk arah aliran
arus listrik tegak lurus terhadap arah medan magnet, gaya Lorentz dapat dinyatakan
dengan:
F=BxIxl
Keterangan:
F = gaya Lorentz pada kawat (N)
B = medan magnet (Tesla)
I = arus listrik (A)
l = panjang kawat (m)
Sumber: https://satriaskyterror.wordpress.com/
Gambar 6.23 Bentuk galvanometer
Pada mulanya bentuk galvanometer seperti alat yang dipakai Oersted yaitu jarum kompas
yang diletakkan dibawah kawat yang dialiri arus yang akan diukur. Kawat dan jarum diantara
keduanya mengarah utara-selatan apabila tidak ada arus di dalam kawat. Akibat adanya arus listrik
yang mengalir melalui kawat akan tercipta medan magnet sehingga arah jarum magnet di dekat
kawat akan bergeser arah jarum magnetnya. Kepekaan galvanometer semacam ini bertambah
apabila kawat itu dililitkan menjadi kumparan dalam bidang vertical dengan jarum kompas
ditengahnya. Dan instrument semacam ini dibuat oleh Lord Kelvin pada tahun 1890, yang tingkat
kepekaanya jarang sekali dilampaui oleh alat-alat yang ada pada saat ini.
Galvanometer selalu berorientasi sehingga letak kumparan selalu paralel dengan garis
magnetik meridian lokal, yang tak lain adalah komponen horisontal BH dari medan magnetik bumi.
Saat arus mengalir melalui kumparan galvanometer, medan magnet lain (B) tercipta dan posisinya
tegak lurus dengan kumparan. Kekuatan medan magnetnya dirumuskan sebagai:
𝜇0 𝑛𝑙
𝐵=
2𝑟
Keterangan:
- I adalah arus dalam satuan ampere,
- n adalah jumlah lilitan kumparan
- r adalah jari-jari kumparan.
Kedua medan magnet yang saling tegak lurus akan menghasilkan resultan secara vektor dan
jarum penunjuk akan menunjuk arah resultan kedua vektor tersebut dengan sudut:
𝐵
𝜃 = 𝑡𝑎𝑛−1
𝐵𝐻
atau 𝐼 = 𝐾 𝑡𝑎𝑛𝜃, dimana K disebut sebagai factor reduksi dari tangen galvanometer.
Salah satu masalah dengan tangen galvanometer adalah resolusi degradasinya berada pada
arus tinggi dan arus rendah (coba lihat grafik tangen). Resolusi maksimum didapatkan saat θ bernilai
45°. Saat nilai θ dekat dengan 0° atau 90°, perubahan prosentase signikikan di aliran arus akan
mengakibatkan jarum bergerak beberapa derajat.
Uji Kompetensi
A. Berilah tanda silang (X) pada huruf A, B, C, D, atau E di depan jawaban yang
tepat!
1. Jarak dua muatan A dan B adalah 3 meter. Titik O berada di antara kedua muatan
berjarak 2 meter dari muatan B. qA = –300 μC dan qB = 600 μC. k = 9 × 109 N m2 C–
2
. Kuat medan listrik di titik O pengaruh muatan qA dan qBadalah…
A. 9 × 105 N/C D. 60 × 105 N/C
B. 18 × 105 N/C E. 81 × 105 N/C
C. 52 × 105 N/C
2. Dua buah muatan masing-masing q1 = -20 μC dan q2 = –40 μC. Bila pada titik P
yang berjarak 20 cm dari q2 resultan kuat medan listrik bernilai nol maka
nilai x adalah…
A. 11 cm D. 14 cm
B. 12 cm E. 15 cm
C. 13 cm
3. Perhatikan gambar berikut.
A.
B.
C.
E.
9. Sebuah kawat lurus dialiri arus listrik 5 A seperti gambar (µ0 = 4π . 10-7 Wb/A.m)
5. Sebuah muatan 200 coulumb berada pada jarak 10 m terhadap muatan 20 coulumb
yang lain. Hitunglah medan listrik pada muatan 200 coulumb tersebut!
6. Seutas kawat dialiri arus listrik i = 2 A seperti gambar berikut !
Tentukan:
a) Kuat medan magnet di titik P
b) Arah medan magnet di titik P
c) Kuat medan magnet di titik Q
d) Arah medan magnet di titik Q
7. Perhatikan gambar berikut ini!
Tentukan besar dan arah kuat medan magnet di titik P yang berjarak 1 meter dari
kawat ketiga!
10. Perhatikan gambar berikut. Kawat A dan B dialiri arus listrik I1 dan I2 masing-
masing sebesar 2 A dan 3 A dengan arah keluar bidang baca.
Tentukan besar dan arah kuat medan magnet di titik C yang membentuk segitiga
sama sisi dengan titik A dan B!
A. Potensial Listrik
Potensial listrik didefinisikan sebagai energy potensial listrik per satuan muatan
listrik. Misalkan ketika berada pada titik a, muatan q mempunyai energi potensial listrik
sebesar EPa , maka potensial listrik pada titik a dirumuskan sebagai berikut:
𝐸𝑃𝑎
𝑉𝑎 =
𝑞
Keterangan:
V = potensial listrik
EP = energi potensial listrik
q = muatan listrik.
Potensial listrik tidak hanya ada di titik a tetapi juga pada semua titik dalam medan
listrik. Titik a digunakan sebagai contoh. Sebagaimana akan dijelaskan kemudian, potensial
listrik tidak bergantung pada muatan q.Energi potensial listrik dan muatan listrik
merupakan besaran skalar sehingga potensial listrik juga termasuk besaran skalar. Satuan
system internasional energi potensial listrik adalah Joule dan satuan sistem internasional
muatan listrik adalah Coulomb, sehingga satuan sistem internasional potensial listrik
adalah Joule per Coulomb (J/C). Nama lain J/C adalah Volt, berasal dari nama ilmuwan
Italia dan penemu baterai listrik, Alessandro Volta (1745-1827).
1. Beda Potensial
Potensial listrik di suatu titik misalnya potensial listrik di titik a yakni EPa, tidak
dapat diketahui nilainya karena yang bermakna adalah perubahan potensial listrik.
Perubahan potensial listrik dapat diketahui nilainya baik melalui perhitungan maupun
pengukuran. Potensial listrik berubah ketika muatan q bergerak dari satu titik ke titik
lainnya. Misalkan muatan q bergerak dari titik a ke titik b maka perubahan potensial listrik
adalah:
𝐸𝑃𝑎 𝐸𝑃𝑏 𝐸𝑃𝑎 − 𝐸𝑃𝑏
𝑉𝑎 − 𝑉𝑏 = − =
𝑞 𝑞 𝑞
∆𝐸𝑃 𝑊𝑎𝑏
𝑉𝑎𝑏 = =
𝑞 𝑞
2. Kapasitansi
Kapasitansi adalah jumlah elektron yang dapat disimpan dibawah tekanan yang
diberikan oleh listrik (tegangan/voltase). Sifat kapasitansi dalam elektronika ditunjukkan
oleh kapasitor. Kapasitor terbagi menjadi dua:
2) Kapasitor Silinder
Kapasitor silinder terdiri dari suatu konduktor silinder kecil atau kabel dengan
jari-jari a dan suatu lapisan konduktor berbentuk silinder konsentrik dengan jari-jari b
yang lebih besar dari a. Kabel koaksial, seperti yang digunakan pada televisi dapat
dikategorikan sebagai kapasitor silinder. Kapasitansi pada persatuan panjang dari suatu
kabel koaksi penting dalam penentuan karakteristik transmisi kabel. Kapasitansi adalah:
𝑄 2𝜋𝜀0 𝐿
𝐶= =
𝑉 ln(𝑏𝑙𝑎)
3) Rangkaian Kapasitor
a) Rangkaian Seri
Dua kapasitor atau lebih dapat disusun secara seri dengan ujungnya yang disambung-
sambungkan secara berurutan seperti pada gambar di bawah ini:
Sumber: http://www.nafiun.com/
Pada rangkaian seri ini muatan yang tersimpan pada kapasitor akan sama , jadi Q
Total sama dengan muatan di kapasitor 1, kapasitor 2 dan kapasitor 3, akibatnya beda
potensial tiap kapasitor akan berbanding terbalik dengan kapasitas kapasitornya, sesuai
dengan persamaan Q = C V.
Pada rangkaian seri beda potensial= tegangan sumber=tegangan total E=V tot,
akan terbagi menjadi tiga bagian. Dari penjelasan ini dapat disimpulkan sifat-sifat yang
dimiliki rangkaian seri sebagai berikut:
a. Q total = Q1 = Q2 = Q3
b. E= Vtot = V1 + V2 + V3
c. 1/Cs = 1/C2 + 1/C2 + 1/C3
b) Rangkaian Paralel
Rangkaian paralel adalah gabungan dua kapasitor atau lebih dengan kutub-kutub yang
sama menyatu seperti gambar di bawah ini:
Pada rangkaian ini beda potensial ujung-ujung kapasitor akan sama karena
posisinya sama. Akibatnya muatan yang tersimpan sebanding dengan kapasitornya.
Muatan total yang tersimpan sama dengan jumlah totalnya. Dari keteranganya dapat
disimpulkan sifat-sifat yang dimiliki paralel sebagai berikut:
a. Q total = Q1 + Q2 + Q3
b. E = Vtotal = V1 = V2 = V3
c. Cp = C1 + C2 + C3
d. Energi Kapasitor
Misalkan kita memiliki dua pelat logam paralel diatur dalam jarak d dari satu
sama lain. Kita menempatkan muatan positif pada salah satu pelat dan muatan negatif
di sisi lain. Dalam konfigurasi ini, akan ada medan listrik seragam diantara mereka.
Besarnya kuat medan bidang ini diberikan oleh:
E=V/d
di mana V adalah perbedaan potensial (tegangan) antara dua pelat.
Jumlah muatan, Q, yang dihasilkan oleh masing-masing lempeng
diberikan oleh:
Q = C.V
dimana V adalah perbedaan tegangan antara pelat dan C adalah kapasitansi dari
konfigurasi pelat. Kapasitansi dapat dianggap sebagai kemampuan yang dimiliki
perangkat untuk menyimpan muatan. Dalam kasus plat paralel kapasitansi diberikan
oleh
𝜀0 𝐴
𝐶=
𝑑
B. Dielektrik
Dielektrik adalah suatu bahan yang memiliki daya hantar arus yang sangat kecil
atau bahkan hampir tidak ada. Bahan dielektrik ini dapat berwujud padat, cair dan gas.
Ketika bahan ini berada dalam medan listrik, muatan listrik yang terkandung di dalamnya
tidak mengalami pergerakan sehingga tidak akan timbul arus seperti bahan konduktor
ataupun semikonduktor, tetapi hanya sedikit bergeser dari posisi setimbangnya yang
mengakibatkan terciptanya pengutuban dielektrik. Pengutuban tersebut menyebabkan
muatan positif bergerak menuju kutub negatif medan listrik, sedangkan muatan negatif
bergerak pada arah berlawanan (yaitu menuju kutub positif medan listrik). Hal ini
menimbulkan medan listrik internal (di dalam bahan dielektrik) yang menyebabkan jumlah
keseluruhan medan listrik yang melingkupi bahan dielektrik menurun. Sifat inilah yang
menyebabkan bahan dielektrik itu merupakan isolator yang baik.
Meskipun isolator juga memiliki konduksi listrik yang rendah, namun istilah
“dielektrik” biasanya digunakan untuk bahan-bahan isolator yang memiliki tingkat
kemampuan pengutuban tinggi yang besarannya diwakili oleh konstanta dielektrik.
Konstanta dielektrik atau permitivitas listrik relatif adalah sebuah konstanta yang
melambangkan rapatnya fluks elektrostatik dalam suatu bahan bila diberi potensial listrik.
Konstanta ini merupakan perbandingan energi listrik yang tersimpan pada bahan tersebut
jika diberi sebuah potensial, relatif terhadap ruang hampa, yang dapat ditulis secara
matematis:
𝜀𝑠
𝜀𝑟 =
𝜀0
dimana εs merupakan permitivitas statis dari bahan tersebut, dan ε0 adalah permitivitas
ruang hampa. Permitivitas ruang hampa diturunkan dari persamaan Maxwell dengan
menghubungkan intensitas medan listrik E dengan kerapatan fluks listrik D. Pada ruang
hampa, permitivitas ε sama dengan ε0, sehingga konstanta dielektriknya adalah 1.
Permitivitas relatif dari sebuah medium berhubungan dengan kerentanan
(susceptibility) listriknya (χe) melalui persamaan:
Karena sifatnya yang sangat sulit menghantarkan listrik, maka bahan dielektrik ini
identik dengan bahan-bahan selain konduktor dan semikonduktor, yaitu isolator. Contoh
umum tentang dielektrik adalah sekat isolator diantara plat konduktor yang terdapat dalam
kapasitor. Bahan dielektrik ada dua jenis, yakni polar dan non-polar. Molekul dielektrik
polar berarti bahwa molekul dielektrik tersebut dalam keadaan tanpa medan listrik, antara
elektron dan intinya telah membentuk dipol. Sedangkan molekul non-polar ketika tidak ada
medan listrik antara elektron dan inti tidak tampak sebagai dua muatan terpisah.
Dielektrik molekul polar maupun non polar bila diletakkan dalam medan listrik
akan mengalami polarisasi. Bagian permukaan dielektrik yang terpolarisasi terdapat
muatan-muatan negatip disatu permukaan dan muatan positif di permukaan lain. Muatan-
muatan ini bukan muatan bebas, tetapi masing-masing terikat pada molekul yang terletak
didekat permukaan, dan selebihnya dielektik bermuatan total nol.
Dielektrik sebagai salah satu bahan listrik mempunyai beberapa sifat-sifat
kelistrikan. Adapun fungsi yang paling penting dari suatu bahan dielektrik adalah:
1. Untuk mengisolasi antara satu penghantar dengan penghantar lainnya.
2. Menahan gaya mekanis akibat adanya arus pada konduktor yang diisolasinya.
3. Mampu menahan tekanan yang diakibatkan panas dan reaksi kimia. Tekanan yang
diakibatkan oleh medan elektrik, gaya mekanik, thermal maupun kimia dapat terjadi
secara serentak. Dengan kata lain, suatu bahan dielektrik dapat dikatakan ekonomis
jika bahan dielektrik tersebut dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama dengan
menahan semua tekanan tersebut diatas.
Sumber : https://www.google.co.id/
Gambar 7.4 Sebuah muatan Q di dalam empat permukaan tertutup
Sumber:http://www.google.co.id/
Gambar 7.5 Dua muatan listrik dalam permukaan tertutup
Gambar di atas menunjukkan dua muatan listrik yang berada di dalam permukaan
tertutup. Muatan Q1 dan Q2 positif sehingga jika digambarkan maka masing-masing muatan
mempunyai garis medan listrik yang menembus keluar dari dalam permukaan tersebut.
Fluks listrik total adalah jumlah total garis-garis medan listrik yang menembus keluar dari
permukaan tertutup.
Karena garis-garis medan listrik dari muatan Q1 setara dengan fluks listrik senilai
Φ = Q1/εo dan garis-garis medan listrik dari muatan Q2 setara dengan fluks listrik senilai Φ
= Q2/εo maka jumlah total garis-garis medan listrik sama dengan Q1/εo + Q2/εo = 1/εo (Q1 +
Q2).
Berdasarkan penjelasan ini dapat disimpulkan bahwa fluks listrik total adalah
1/εo kali muatan listrik total dalam permukaan tertutup tersebut. Pernyataan ini merupakan
hukum Gauss.
Secara matematis:
Φtotal = 1/εo (Qtotal) ———- Persamaan hukum Gauss
Keterangan:
V = Voltage (Beda Potensial atau Tegangan yang satuan unitnya adalah Volt (V))
I = Current (Arus Listrik yang satuan unitnya adalah Ampere (A))
R = Resistance (Hambatan atau Resistansi yang satuan unitnya adalah Ohm (Ω))
Sumber: http://teknikelektronika.com/
Gambar 7.6 Rangkaian dasar hukum ohm
Energi dan Daya Listrik merupakan dua istilah yang berbeda. Namun keduanya
memiliki kaitan satu sama lain. Menurut teorinya, energi listrik adalah energi yang
ditimbulkan oleh muatan listrik (statis) sehingga mengakibatkan gerakan muatan listrik
(dinamis). Sedangkan Daya listrik termasuk energi juga, namun didefinisikan sebagai
energi listrik yang digunakan dalam satu satuan waktu.
Energi didefinisikan sebagai kemampuan suatu benda/alat untuk melakukan kerja
atau usaha. Sedangkan energi listrik adalah energi yang ditimbulkan oleh muatan listrik
(statis) sehingga mengakibatkan gerakan muatan listrik (dinamis). Dalam teorinya
dicontohkan yaitu beda potensial (tegangan) menimbulkan (membutuhkan) energi untuk
menggerakkan muatan elektron dari titik potensial rendah menuju titik potensial tinggi.
Apabila dalam sebuah rangkaian diberi potensial V sehingga menyebabkan aliran
muatan listrik Q dan arus sebesar I, maka energi listrik yang diperlukan adalah:
W merupakan energi listrik dalam satuan Joule. Dimana diketahui bahwa 1 Joule
adalah energi yang diperlukan untuk memindahkan muatan sebesar 1 Coulomb (6.24 x
1018 muatan), dengan beda potensial sebesar 1 volt.
Setelah pembahasan sebelumnya membahas tentang energi listrik. Maka daya
listrik dapat didefinisikan sebagai energi listrik yang digunakan dalam satu satuan waktu.
Daya listrik dinotasikan dengan huruf kapital P. Maka persamaan rumus daya listrik dapat
dituliskan sebagai berikut:
𝑊 𝑉×𝐼×𝑡
𝑃= =
𝑡 𝑡
Sumber: http://mafia.mafiaol.com/
Gambar 7.8 Diagram sel listrik atau baterai
Sebuah baterai secara riil dimodelkan sebagai ggl ε yang sempurna dan
terangkai seri dengan resistor r yang disebut hambatan dalam baterai, tampak
seperti pada gambar diatas. Oleh karena r ini berada di dalam baterai, kita tidak
akan pernah bisa memisahkannya dari baterai. Kedua titik a dan b menunjukkan
dua kutub baterai, kemudian yang akan kita ukur adalah tegangan di antara kedua
kutub tersebut. Ketika tidak ada arus yang ditarik dari baterai, tegangan kutub sama
dengan ggl, yang ditentukan oleh reaksi kimia pada baterai: Vab= ε . Jika
arus I mengalir dari baterai, ada penurunan tegangan di dalam baterai yang nilainya
sama dengan I . r.
Dengan demikian, tegangan kutub baterai (tegangan yang sebenarnya
diberikan) dirumuskan:
Vab = ε – I.r
Sumber: http://teknikelektronika.com/
Gambar 7.9 Rangkaian seri resistor
Rangkaian Paralel Resistor adalah sebuah rangkaian yang terdiri dari 2 buah atau
lebih Resistor yang disusun secara berderet atau berbentuk Paralel. Sama seperti dengan
Keterangan:
Rtotal = Total Nilai Resistor
R1 = Resistor ke-1
R2 = Resistor ke-2
R3 = Resistor ke-3
Rn = Resistor ke-n
Berikut ini adalah gambar bentuk Rangkaian Paralel:
Sumber: http://teknikelektronika.com/
Gambar 7.10 Rangkaian paralel resistor
3. Hukum Kirchoff
Hukum Kirchoff merupakan salah satu dari banyak rumus yang juga paling sering
digunakan dalam menyelesaikan masalah dan melakukan rekayasa dalam rangkaian listrik.
Dikemukakan oleh seorang ilmuan bernama Gustav Robert Kirchoff. Dalam teorinya
terdapat dua hukum yaitu Hukum Kirchoff I dan II. Hukum Kirchoff I merupakan aturan
yang berkaitan dengan arus sedangkan Hukum Kirchoff II merupakan aturan yang
berkaitan dengan tegangan.
∑ 𝐼𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 = ∑ 𝐼𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟
Sumber: http://teknikelektronika.com/
Gambar 7.11 Hukum kirchoff i
b) Hukum Kirchoff II
Hukum Kirchoff I lebih dikenal dengan Hukum Kirchoff Tegangan
atau Kirchoff Voltage Law (KVL)yang berbunyi: “Jumlah tegangan pada suatu
rangkaian listrik tertutup adalah sama dengan nol”.
Rumus Hukum Kirchoff II:
∑ εr = ∑ iR
Keterangan:
ε = gaya gerak listrik ; volt (V)
I = arus ; ampere (A)
r = hambatan dalam sumber ; ohm (Ω) *kadang diabaikan
R = hambatan rangkaian; ohm (Ω)
Hukum Kirchoff II pada umumnya digunakan dalam perhitungan dengan
metode Loop sehingga dalam perhitungannya Hukum Kirchoff II memiliki beberapa
tahap dan aturan sebagai berikut:
4. Rangkaian R-C
Rangkaian RC adalah suatu rangkaian seri yang tersusun oleh resistor atau
penghambat / hambatan dan kapasitor yang terhubung oleh suatu sumber arus atau
sumber tegangan. Disini kita memasukkan kapasitor sebagai sebuah elemen rangkaian
yang akan menghantarkan kita ke konsep arus-arusyang berubah terhadap waktu. Jika
sebuah hambatan dimasukkan didalam rangkaian maka pertambahan muatan dari
kapasitor per satuan waktu menuju nilai kesetimbangannya. Sifat rangkaian RCdidalam
selama pemuatan dan pelucutan dapat dipelajari dengan sebuah osciloskop. Yang dapat
mempertunjukkan pada layar floresensinyagrafik-grafik variasi potensialdengan waktu.
Sehingga dapat terlihat perbedaan potensial V terhadap kapasitor dan perbedaan
potensial V melalui hambatan sebagai fungsi-fungsi dari waktu.Membandingifasa
tegangan di setiap elemen terhadap arus I.
Sumber: https://belajar.kemdikbud.go.id/
Gambar 7.12 Rangkaian R-C
Uji Kompetensi
A. Berilah tanda silang (X) pada huruf A, B, C, D, atau E di depan jawaban yang
tepat!
1. Sebuah bola konduktor memiliki rapat muatan permukaan 20 mC/m2 dan diameter 16
cm. Potensial dititik yang berjarak 10 cm dari pusat bola adalah...
A. 512 π kV D. 51,2 π kV
B. 460,8 π kV E. 46,1 π kV
C. 342,6 π kV
2. Dua buah muatan masing-masing Q1 = + 16 µC dan Q2 = - 4 µC berjarak 1 meter satu
sama lain. Titik yang memiliki potensial nol terletak....
A. 0,4 m dari Q1 dan 0,6 m dari Q2 D. 0,2 m dari Q1 dan 0,8 m dari Q2
B. 0,6 m dari Q1 dan 0,4 m dari Q2 E. Ditengah-tengah keduanya
C. 0,8 m dari Q1 dan 0,2 dari Q2
3. Muatan q1 = 5,0 μC dan muatan q2 = 6,0 μC. Konstanta Coulomb (k) = 9 x 109 Nm2C−2,
1 μC = 10−6 C. Tentukan potensial listrik pada titik A!
4. Dua pelat sejajar masing-masing bermuatan positif dan negatif. Medan listrik di antara
kedua pelat adalah 500 Volt/meter. Jarak antara kedua pelat adalah 2 cm. Tentukan
perubahan energi potensial proton ketika bergerak dari pelat bermuatan positif ke pelat
bermuatan negatif!
5. Dua muatan disusun seperti pada gambar di bawah ini. Muatan di A adalah +9 μC dan
muatan di B adalah -4 μC. Konstanta Coulomb (k) = 9 x 109 Nm2C−2, 1 μC = 10−6 C.
Berapa perubahan energi potensial listrik muatan B jika bergerak ke muatan A ?
Tentukan:
a) Hambatan pengganti
b) Kuat arus rangkaian
c) Kuat arus yang melalui R4
d) Kuat arus yang melalui R1
e) Kuat arus yang melalui R2
Hambatan luar R = 1,5 Ω dirangkai seperti gambar. Tentukan besar kuat arus listrik
yang mengalir pada rangkaian!
9. Dua buah baterai dengan ggl masing-masing 3 volt dan hambatan dalam 0,5 Ω disusun
paralel.
Hambatan luar R = 1,5 Ω dirangkai seperti gambar. Tentukan besar kuat arus listrik
yang mengalir pada rangkaian!
Buche, F.J. 1975. Introduction to Physics for Scientist and Engineers, Fourth Edition. New
York: McGraw-Hill Book Company.
Giancoli, Douglas C. 2000. Physics for Scientists & Engineers with Modern Physics, Third
Edition. New Jersey: Prentice Hall.
Halliday, David, Robert Resnick, dan Jearl Walker. 2001. Fundamentals of Physics, Sixth
Edition. New York: John Wiley & Sons.
Hewitt, Paul G. 1998. Conceptual Physics, Eight Edition. New York: Addison Wesley
Longman.
Jones, E.R. dan Chiulders, R.L. 1994. Contemporary College Physics, Second Edition.
New York: Addison Wesley Longman.
Sears, F.W. et al. 1983. University Physics. New York: Addison-Wesley Publishing
Company.
Sears, F.W. dan Zemanski. 2002. Fisika Universitas. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Sutrisno. 1983. Seri Fisika Dasar. Bandung: Seri Fisika Dasar, Penerbit ITB.
Tipler, Paul A. 1991. Physics for Scientists and Engineers, Third Edition. New Jersey:
Worth Publisher.
Tim Redaksi Dorling Kindersley. 1997. Jendela IPTEK, Cetakan Pertama. Jakarta: Balai
Pustaka.
Tim Redaksi Pustaka Setia. 2005. Panduan SPMB IPA 2006. Bandung: Pustaka Setia.
Tim Redaksi Usborne Publishing LTD. 2000. Science Encyclopedia. London: Usborne
Publishing LTD.
Tim Widya Gamma. 2005. Pemantapan Menghadapi Ujian Nasional (UN) dan Ujian
Sekolah (US) SMA IPA 2005/2006. Bandung: Yrama Widya.
www.wikipedia.com
http://fisikamagz.blogspot.co.id/2016/05/nilai-satuan-sistem-internasional.html
https://mdesyra.wordpress.com/2012/03/19/arus-searah/
http://www.berpendidikan.com/2015/12/pengertian-dan-rumus-menghitung-konversi-
satuan-suhu-celsius-reamur-kelvin-fahtenheit.html
http://www.bikasolusi.co.id/sekilas-tentang-pencahayaan/
http://www.rumusmatematikadasar.com/2015/01/tangga-konversi-pengukuran-satuan-
berat-matematika.html
http://edu.anashir.com/2013/11/alat-ukur-panjang-mistar-jangka-sorong.html
https://fjb.m.kaskus.co.id/product/5159008c552acf631b000013/jual-timbangan-mekanik-
-mejabalitabobot-ingsutdacin-logam-kuningandll?goto=newpost?goto=newpost
https://ukurkadarair.com/pengertian-alat-ukur-dengan-macam-jenisnya/
https://www.tokopedia.com/shalsashop/timbangan-gantung-camry-50-kg
https://untuksemua101.blogspot.co.id/2017/03/pengertian-neraca-sama-lengan-dan.html
http://www.e-sbmptn.com/2014/09/cara-membaca-neraca-ohaus.html
https://happychusnuraafi.wordpress.com/2015/06/12/gaya-fisika/
https://fisikareview.wordpress.com/tag/gaya-berat/
https://belajar.kemdikbud.go.id/SumberBelajar/tampilajar.php?ver=22&idmateri=215&m
nu=Uraian1
http://edukasifisikasmp.blogspot.co.id/2011/04/bab-2-energi-dan-usaha-1.html
http://excecel.blogspot.co.id/2012/10/fisika-medan-
magnet.htmlhttp://fastrans22.blogspot.co.id/2013/10/alat-pengukur-cuaca-
iklim-dan-cara.html
http://www.sespoly.com/products/tpo-thermoplastic-olefin/
http://dienchephalon.blogspot.co.id/2016/06/hukum-newton-2.html
https://kikimiqbalsoft.blogspot.co.id/2011/10/lamborghini-aventador-lp700-4-2012.html
http://xancite.com/?page_id=238
https://www.alibaba.com/product-detail/china-cheap-Solid-cube2-Beryllium-
Copper_60537981438.html
http://nugraha999.blogspot.co.id/2014/12/suhu-dan-kalor.html
https://fathoniarief.blogspot.co.id/2008/01/timah-hitam.html
http://dhiniislamiatikarsa.blogspot.co.id/2016/12/induksi-elektromagnetik-hukum-
faraday.html
https://www.merdeka.com/uang/pemerintah-cari-pasar-baru-produk-olahan-karet.html
http://alatukur.co/fungsi-dan-jenis-termometer/
https://istanafisika.wordpress.com/2013/05/05/soal-dan-pembahasan-persiapan-sbmptn-
fisika-kelaswaistana/
http://yuliapuspitasa7.blogspot.co.id/2013/11/diagram-proses-perubahan-zat-1.html
http://nyaikelcycle.blogspot.co.id/
https://www.slideshare.net/kenyassri01/besi-beton
http://www.myrightspot.com/2016/11/menentukan-arah-medan-listrik-dan-kuat.html
https://www.indotrading.com/tangerang/pvc_623/
https://ayurahma9298.wordpress.com/2012/10/25/penyebaran-tanaman-hiperakumulator-
terhadap-zinc-seng/
http://www.matadunia.id/2016/01/sifat-sifat-material.html
https://www.satujam.com/bahan-dasar-alumunium/
http://khadijahtabrani.blogspot.co.id/2012/07/potensial-listrik-yang-ditimbulkan-
oleh_09.html
https://www.mindat.org/element/Chromium
http://rumushitung.com/2014/12/27/unsur-kimia-timah-sn-dan-kegunaannya/
http://lanamatrix.blogspot.co.id/
http://images-of-elements.com/aluminium.php