TENTANG
2
Indonesia Nomor 189/MENKES/SK/III/2006
tentang kebijakan obat nasional;
21. Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 129/MENKES/SK/II/2008
tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit;
22. Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor HK 02.02/MENKES/523/2015
tentang Formularium Nasional;
23. Peraturan Gubernur Banten nomor 19 Tahun
2018 tentang Tentang Pembentukan Organisasi
dan Tata Kerja Cabang Dinas dan Unit Pelaksana
Teknis Daerah di Lingkungan Pemerintah Provinsi
Banten (Berita Daerah Provinsi Banten Tahun
2018 Nomor 19);
24. Surat Perintah Gubernur Banten Nomor
800/3269-BKD/2017 tanggal 31 Agustus 2017
perihal Penunjukan Pelaksana Tugas Direktur
Rumah Sakit Umum Daerah Banten pada Dinas
Kesehatan Provinsi Banten;
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Kesatu : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH BANTEN TENTANG PEDOMAN
PENGORGANISASIAN KOMITE FARMASI DAN
TERAPI.
Kedua : Memberlakukan Pedoman pengorganisasian Komite
Farmasi dan Terapi sesuai Lampiran Keputusan ini.
Ditetapkan di Banten
3
Pada tanggal 27 Agustus 2018
Plt. DIREKTUR
SUSI BADRAYANTI
Lampiran
Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum
Daerah Banten
Nomor : 188/ /RSUB/ /2018
Tentang Pedoman Pengorganisasian Komite
Farmasi Dan Terapi
4
PEDOMAN PENGORGANISASIAN KOMITE FARMASI DAN TERAPI (KFT)
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANTEN
BAB I
PENDAHULUAN
5
BAB II
6
Rumah Sakit Umum Daerah Banten memiliki peranan yang sangat strategis
dalam upaya mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat
Banten. Peran strategis ini terkait karena RSUD Banten adalah fasilitas
kesehatan yang padat teknologi dan padat pakar ilmu. Peran tersebut dewasa
ini makin menonjol mengingat timbulnya perubahan-perubahan epidemiologi
penyakit, perubahan struktur demografis, perkembangan IPTEK, perubahan
struktur sosio ekonomi masyarakat dan pelayanan yang lebih bermutu,
ramah dan sanggup memenuhi kebutuhan mereka yang menuntut
perubahan pola pelayanan kesehatan.
Rumah Sakit Umum Daerah Banten (RSUD Banten) sebagai unit
pelayanan publik pemerintah daerah dituntut untuk meningkatkan kualitas
kinerja pelayanannya. Hal ini seiring dengan program percepatan
pembangunan yang dicanangkan oleh Pemerintah Provinsi Banten. Tuntutan
masyarakat akan kualitas kinerja pelayanan dari waktu ke waktu semakin
meningkat terutama setelah memasuki era reformasi.
Hal ini merupakan tantangan yang serius terhadap keberadaan Rumah
Sakit Pemerintah dimasa yang akan datang, apakah masih tetap menjadi
tumpuan masyarakat sebagai pusat pelayanan kesehatan rujukan atau
tumpuan masyarakat beralih ketempat lain dalam memenuhi kebutuhan
pelayanan kesehatan. Untuk itu perbaikan kualitas pelayanan kesehatan
rujukan harus mendapat prioritas dari pemerintah daerah dalam hal
pelayanan terhadap pelanggan atau konsumen kesehatan.
Dengan demikian, nampak bahwa rumah sakit mengemban tugas yang
sangat berat, namun disatu sisi dituntut memberi pelayanan yang bermutu
yang dapat memuaskan konsumennya. Rumah sakit mempunyai misi
sebagai institusi yang berperan penting dalam pelayanan kesehatan
masyarakat, disisi lain perubahan kecenderungan dari instansi yang
sepenuhnya sosial menjadi sosio ekonomis juga sudah merupakan
kenyataan. Sementara itu, perubahan baik di tingkat lokal maupun global
terus saja terjadi yang memaksa rumah sakit secara terus menerus perlu
menyesuaikan dirinya.
Rumah Sakit Umum Daerah Banten dipimpin oleh direktur yang
mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerintah daerah
berdasarkan asas otonomi daerah dan tugas pembantuan dibidang
7
kesehatan terutama di lingkungan rumah sakit. Seiring dengan proses
pembangunan pada era desentralisasi, pembangunan yang telah berkembang
di lingkungan Pemerintah Provinsi Banten semakin besar pula tantangan
dan hambatan yang akan membentang di sepanjang masa suatu
pemerintahan.
Pembangunan yang terus dilaksanakan pemerintah tidak lain
ditujukan kepada peningkatan kesejahteraan warga masyarakat, oleh
karenanya pembangunan yang dilaksanakan harus sesuai dengan
kebutuhan masyarakat serta dapat dinikmati oleh seluruh warga
masyarakat.
Perencanaan pembangunan yang berangkat dari kebutuhan
masyarakat secara langsung akan meningkatkan kinerja pemerintah. Hal ini
dapat dilihat dari aspek kepuasan masyarakat akan pelayanan pemerintah
kepada warga masyarakat, selain itu peningkatan kesejahteraan warga
masyarakat merupakan salah satu tolok ukur dari keberhasilan
pembangunan. Pembangunan kesehatan sebagai salah satu bagian dari
pembangunan yang sedang, sudah dan akan dilaksanakan.
Sebagai salah satu Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
dilingkungan Pemerintah Provinsi Banten, RSUD Banten dituntut untuk
meningkatkan pelayanan kepada warga masyarakat. Transparansi dan
akuntabilitas wajib dikedepankan seiring dengan semakin berkembangnya
tuntutan zaman.
BAB III
RUMAH SAKIT
A. VISI :
“ Rumah Sakit yang Andal dan Terpercaya “
B. MISI :
Adapun Misi Rumah Sakit Umum Daerah Banten adalah sebagai
berikut:
C. FALSAFAH
“Pelayanan yang Menyenangkan dan Berpihak Kepada Kepentingan
Pelanggan”
D. MOTTO
“ Melayani dengan santun “
E. TATA NILAI
“B – OPAL”
B = Bangkit yaitu dalam bahasa serang artinya bisa yaitu RSUD Banten
mampu melaksanakan tugas untuk mencapai hasil yang terbaik dan tidak
mudah menyerah.
O = Objektif yaitu memberikan pelayanan kepada semua lapisan
masyarakat tanpa membedakan status dan golongan.
9
P = Profesional yaitu menjalankan tugas sesuai aturan, keahlian,
keterampilan dan pengetahuan dibidangnya untuk mencapai kinerja
terbaik dengan tetap menjunjung tinggi kode etik, mengerti dan
memahami tugas pekerjaan dan bekerja cerdas.
A = Atraktif yaitu memiliki strategi, kreativitas dan lebih inovatif dalam
meningkatkan kualitas pelayanan di RSUD Banten.
L = Loyal yaitu patuh dan setia terhadap Visi dan Misi RSUD Banten.
10
11
BAB V
STRUKTUR ORGANISASI KOMITE FARMASI DAN TERAPI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANTEN
Direktur
Ketua KFT
Sekretaris KFT
BAB VI
URAIAN TUGAS DAN WEWENANG
12
Komite Farmasi dan Terapi dipimpin oleh ketua yang didukung oleh
sekretaris dan anggota yang terdiri dari para dokter full timer sebagai
representative dokter di Rumah Sakit Umum Daerah Banten, apoteker
pendamping sebagai representative apoteker, perawat dari bidang
keperawatan sebagai representative perawat, Ketua Komite Mutu, dan
Direktur rumah Sakit.
Uraian jabatan di Komite Farmasi dan Terapi dideskripsikan masing-
masing sebagai berikut :
13
menetapkan kebijakan penggunaan obat di
Rumah Sakit Umum Daerah Banten.
SYARAT JABATAN
1. Pendidikan Formal : Dokter
2. Pendidikan Non : -
Formal :
3. Surat Izin : SIP Dokter
Minimal 5 tahun
SYARAT JABATAN
1. Pendidikan Formal : Apoteker
2. Pendidikan Non : Pelatihan PIO
Formal Pelatihan Manajemen Farmasi
Pelatihan Farmasi Klinik
3. Surat Izin : SIPA
15
4. Pengalaman Kerja : Minimal 3 tahun
16
Farmasi dan Terapi
SYARAT JABATAN
1. Pendidikan Formal : Representatif Pimpinan RS
Komite Mutu
Dokter Ketua SMF
Apoteker
Dokter
17
Formal Pelatihan Manajemen Farmasi
Pelatihan Farmasi Klinik
3. Surat Izin Minimal 3 tahun
4. Pengalaman Kerja : -
BAB VII
Instalasi
Farmasi
Komite
Farmasi
dan Terapi
Bidang Komite
Keperawata Medis
n
Bidang 18
Pelayanan
Medis
B. Hubungan tata kerja antara Komite Farmasi dan Terapi dengan gugus
tugas lain sebagai berikut :
1. Seleksi obat yang akan masuk formularium dilakukan secara
kolaboratif antara dokter-dokter yang terwakili oleh Ketua SMF,
apoteker yang merupakan representative dan manajemen instalasi,
serta representative perawat dari bidang keperawatan yang mewakili
perawat.
2. Instalasi Farmasi sebagai satu-satunya bagian di rumah sakit yang
memiliki kewenangan sesuai perundang-undangan dalam mengelola
sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai sesuai
dengan kebijakan satu pintu. Obat yang dipergunakan di Rumah Sakit
Umum daerah Banten, dikelola sesuai kebijakan satu pintu yang
ditetapkan Undang-Undang, yaitu dikelola oleh Instalasi Farmasi
3. Resep yang ditulis dokter dilayani oleh Instalasi Farmasi untuk pasien
dari berbagai gugus tugas pelayanan (Instalasi Rawat Inap, Instalasi
Rawat Jalan, IGD dan IBS).
4. Karena farmasi merupakan instalasi penunjang yang mempunyai
peran penting dalam pengendalian finansial, maka diperlukan
dukungan direktur untuk mengendalikan para dokter dalam peresepan
sesuai formularium. Selain itu dalam rangka pengendalian sistem
pelayanan obat pada pasien yang efektif dan sesuai dengan standar
dan ketentuan yang berlaku, direktur mempunyai peran strategis
dalam kesuksesan sistem pelayanan obat yang ditetapkan dalam KFT
19
untuk menghasilkan sistem pelayanan yang efektif dan efisien demi
kepuasan pelanggan.
5. Koordinasi dengan gugus tugas lain melalui Direktur dan Ketua Komite
Medis.
BAB VIII
Jumla
NO SDM Keterangan
h
1 Ketua Komite Farmasi dan 1 Dokter Full Timer
Terapi
2 Sekretaris KFT 1 Apoteker
3 Dokter spesialis full timer Dokter spesialis full timer di
Rumah Sakit Umum Daerah
Banten sebagai representative
kedokteran.
20
4 Apoteker 1 Apoteker pendamping sebagai
Representatif Apoteker sesuai
bidangnya (PIO, ward
farmasis, ambulatory, logistic,
kritikal, dll)
5 Perawat atau tenaga 1 Representative Perawat atau
kesehatan lain tenaga kesehatan lain
6 Ex Officio Pimpinan 1 Direktur sebagai
representative Pimpinan RS
7 Ex Officio Ketua Tim Mutu 1 Ketua Tim Mutu sebagai
representative Tim Mutu.
BAB X
PERTEMUAN/RAPAT
22
BAB XI
PENUTUP
Ditetapkan di Banten
23
Plt. DIREKTUR
SUSI BADRAYANTI
24