Anda di halaman 1dari 24

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANTEN

NOMOR : 188/ /RSUB/ /2018

TENTANG

PEDOMAN PENGORGANISASIAN KOMITE FARMASI DAN TERAPI

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANTEN

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANTEN

Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu


Pelayanan di Rumah Sakit Umum Daerah
Banten, perlu disusun pedoman
pengorganisasian Komite Farmasi Dan Terapi;
b. bahwa Pedoman Pengorganisasian Komite
Farmasi Dan Terapi perlu ditetapkan dengan
Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
Banten;
Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29
tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35
tahun 2009 tentang Narkotika;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36
tahun 2009 tentang Kesehatan;
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44
tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan;
6. Peraturan pemerintahan Republik Indonesia
Nomor 72 tahun 1998 tentang Pengamanan
Sediaan Farmasi dan alat kesehatan;
7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1045/MENKES/Per/XI/2006 tentang
Pedoman Organisasi Rumah Sakit di Lingkungan
Departemen Kesehatan
1
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 269/MENKES/PER/III/2008 tentang
Rekam Medis;
10. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 290/MENKES/PER/III/2008 tentang
Persetujuan Tindakan Kedokteran;
11. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 971/MENKES/PER/XI/2009 tentang
Standar Kompetensi Pejabat Struktural
Kesehatan;
12. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1438/MENKES/PER/IX/2010 tentang
Standar Pelayanan Kedokteran;
13. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 340/MENKES/PER/III/2010 tentang
Klasifikasi Rumah Sakit;
14. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1691/MENKES/PER/VIII/2011 tentang
Keselamatan pasien rumah sakit;
15. Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1796/MENKES/PER/VIII/2011 Tentang
Registrasi Tenaga Kesehatan;
16. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 3 tahun 2015 tentang peredaran,
penyimpanan, pemusnahan, dan pelaporan
narkotik, psikotropik dan prekursor farmasi;
17. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 31 tahun 2016 tentang perubahan atas
peraturan Menkes nomor
889/MENKES/PER/V/2011 tentang registrasi,
izin praktek, dan izin kerja tenaga kefarmasian;
18. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 72 tahun 2016 tentang standar pelayanan
kefarmasian;
19. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 11/MENKES/PER/II/2017 tentang
Keselamatan Pasien;
20. Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik

2
Indonesia Nomor 189/MENKES/SK/III/2006
tentang kebijakan obat nasional;
21. Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 129/MENKES/SK/II/2008
tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit;
22. Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor HK 02.02/MENKES/523/2015
tentang Formularium Nasional;
23. Peraturan Gubernur Banten nomor 19 Tahun
2018 tentang Tentang Pembentukan Organisasi
dan Tata Kerja Cabang Dinas dan Unit Pelaksana
Teknis Daerah di Lingkungan Pemerintah Provinsi
Banten (Berita Daerah Provinsi Banten Tahun
2018 Nomor 19);
24. Surat Perintah Gubernur Banten Nomor
800/3269-BKD/2017 tanggal 31 Agustus 2017
perihal Penunjukan Pelaksana Tugas Direktur
Rumah Sakit Umum Daerah Banten pada Dinas
Kesehatan Provinsi Banten;

MEMUTUSKAN

Menetapkan :
Kesatu : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH BANTEN TENTANG PEDOMAN
PENGORGANISASIAN KOMITE FARMASI DAN
TERAPI.
Kedua : Memberlakukan Pedoman pengorganisasian Komite
Farmasi dan Terapi sesuai Lampiran Keputusan ini.

Ketiga : Keputusan Direktur ini berlaku sejak tanggal


ditetapkan dengan ketentuan bahwa segala
sesuatunya akan disesuaikan sebagaimana mestinya,
bila kemudian hari ternyata terdapat kesalahan dalam
peraturan ini

Ditetapkan di Banten
3
Pada tanggal 27 Agustus 2018

Plt. DIREKTUR

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANTEN,

SUSI BADRAYANTI

Lampiran
Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum
Daerah Banten
Nomor : 188/ /RSUB/ /2018
Tentang Pedoman Pengorganisasian Komite
Farmasi Dan Terapi

4
PEDOMAN PENGORGANISASIAN KOMITE FARMASI DAN TERAPI (KFT)
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANTEN

BAB I
PENDAHULUAN

Rumah sakit adalah salah satu fasilitas pelayanan kesehatan


perorangan yang merupakan bagian dari sumber daya kesehatan yang
sangat diperlukan dalam mendukung upaya kesehatan. Penyelenggaraan
pelayanan kesehatan di rumah sakit mempunyai karakteristik yang sangat
komplek karena berbagai jenis tenaga kesehatan dengan perangkat keilmuan
yang beragam, berinteraksi satu sama lain. Ilmu pengetahuan kedokteran
yang berkembang semakin pesat dan yang perlu diikuti oleh tenaga
kesehatan dalam rangka memberikan pelayanan yang bermutu membuat
semakin kompleknya penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
Rumah sakit Umum Daerah Banten adalah unit kerja merupakan
institusi yang turut serta dalam pelayanan kesehatan. Rumah sakit Umum
Daerah Banten berkomitmen untuk selalu meningkatkan mutu pelayanan
dan keselamatan pasien sesuai standar pelayanan maupun peraturan /
undang-undang yang berlaku. Rumah sakit Umum Daerah Banten juga
senantiasa berupaya untuk mengikuti perkembangan, terutama
perkembangan teknologi serta ilmu pengetahuan di bidang kedokteran dan
teknologi informasi.
Dengan berbagai bentuk kegiatan yang ada, untuk menyelenggarakan
organisasi dan melaksanakan pelayanan rumah sakit secara terpadu dan
komprehensif di seluruh jajaran pelayanan Rumah sakit Umum Daerah
Banten , maka pengorganisasian setiap unit kerja / gugus tugas di
lingkungan Rumah sakit Umum Daerah Banten berpedoman pada tata
kelola organisasi yang telah ditetapkan.

5
BAB II

GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT

Rumah Sakit Umum Daerah Banten merupakan salah satu fasilitas


pelayanan kesehatan milik Pemerintah Provinsi Banten yang diresmikan
pada tanggal 3 Oktober Tahun 2013. Sebagai instansi pelayanan publik

6
Rumah Sakit Umum Daerah Banten memiliki peranan yang sangat strategis
dalam upaya mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat
Banten. Peran strategis ini terkait karena RSUD Banten adalah fasilitas
kesehatan yang padat teknologi dan padat pakar ilmu. Peran tersebut dewasa
ini makin menonjol mengingat timbulnya perubahan-perubahan epidemiologi
penyakit, perubahan struktur demografis, perkembangan IPTEK, perubahan
struktur sosio ekonomi masyarakat dan pelayanan yang lebih bermutu,
ramah dan sanggup memenuhi kebutuhan mereka yang menuntut
perubahan pola pelayanan kesehatan.
Rumah Sakit Umum Daerah Banten (RSUD Banten) sebagai unit
pelayanan publik pemerintah daerah dituntut untuk meningkatkan kualitas
kinerja pelayanannya. Hal ini seiring dengan program percepatan
pembangunan yang dicanangkan oleh Pemerintah Provinsi Banten. Tuntutan
masyarakat akan kualitas kinerja pelayanan dari waktu ke waktu semakin
meningkat terutama setelah memasuki era reformasi.
Hal ini merupakan tantangan yang serius terhadap keberadaan Rumah
Sakit Pemerintah dimasa yang akan datang, apakah masih tetap menjadi
tumpuan masyarakat sebagai pusat pelayanan kesehatan rujukan atau
tumpuan masyarakat beralih ketempat lain dalam memenuhi kebutuhan
pelayanan kesehatan. Untuk itu perbaikan kualitas pelayanan kesehatan
rujukan harus mendapat prioritas dari pemerintah daerah dalam hal
pelayanan terhadap pelanggan atau konsumen kesehatan.
Dengan demikian, nampak bahwa rumah sakit mengemban tugas yang
sangat berat, namun disatu sisi dituntut memberi pelayanan yang bermutu
yang dapat memuaskan konsumennya. Rumah sakit mempunyai misi
sebagai institusi yang berperan penting dalam pelayanan kesehatan
masyarakat, disisi lain perubahan kecenderungan dari instansi yang
sepenuhnya sosial menjadi sosio ekonomis juga sudah merupakan
kenyataan. Sementara itu, perubahan baik di tingkat lokal maupun global
terus saja terjadi yang memaksa rumah sakit secara terus menerus perlu
menyesuaikan dirinya.
Rumah Sakit Umum Daerah Banten dipimpin oleh direktur yang
mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerintah daerah
berdasarkan asas otonomi daerah dan tugas pembantuan dibidang

7
kesehatan terutama di lingkungan rumah sakit. Seiring dengan proses
pembangunan pada era desentralisasi, pembangunan yang telah berkembang
di lingkungan Pemerintah Provinsi Banten semakin besar pula tantangan
dan hambatan yang akan membentang di sepanjang masa suatu
pemerintahan.
Pembangunan yang terus dilaksanakan pemerintah tidak lain
ditujukan kepada peningkatan kesejahteraan warga masyarakat, oleh
karenanya pembangunan yang dilaksanakan harus sesuai dengan
kebutuhan masyarakat serta dapat dinikmati oleh seluruh warga
masyarakat.
Perencanaan pembangunan yang berangkat dari kebutuhan
masyarakat secara langsung akan meningkatkan kinerja pemerintah. Hal ini
dapat dilihat dari aspek kepuasan masyarakat akan pelayanan pemerintah
kepada warga masyarakat, selain itu peningkatan kesejahteraan warga
masyarakat merupakan salah satu tolok ukur dari keberhasilan
pembangunan. Pembangunan kesehatan sebagai salah satu bagian dari
pembangunan yang sedang, sudah dan akan dilaksanakan.
Sebagai salah satu Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
dilingkungan Pemerintah Provinsi Banten, RSUD Banten dituntut untuk
meningkatkan pelayanan kepada warga masyarakat. Transparansi dan
akuntabilitas wajib dikedepankan seiring dengan semakin berkembangnya
tuntutan zaman.

BAB III

VISI, MISI, FALSAFAH, MOTTO DAN TATA NILAI

RUMAH SAKIT

A. VISI :
“ Rumah Sakit yang Andal dan Terpercaya “

Rumah sakit yang andal mengandung arti sebagai Rumah sakit


Rujukan yang ada di Provinsi Banten yang bertujuan untuk memberikan
pelayanan yang berstandar Nasional dengan peralatan /fasilitas yang
8
sesuai dengan perkembangan teknologi kedokteran,dan Rumah sakit
terpercaya mengandung arti pelayanan yang diberikan kepada masyarakat
harus berstandar nasional melalui akreditasi dan upaya berkelanjutan
dalam mengembangkan kualitas pelayanan yang akuntabel.

B. MISI :
Adapun Misi Rumah Sakit Umum Daerah Banten adalah sebagai
berikut:

1. Meningkatkan kualitas pelayanan


2. Meningkatkan kompentensi SDM di seluruh unit rumah sakit
3. Mengembangkan sarana dan prasarana RS sesuai standar Rumah
Sakit Rujukan yang atraktif.
4. Memberikan pelayanan santun, tepat waktu, transparan dan
akuntabel.
5. Mendukung secara aktif program pemerintah dibidang kesehatan
sesuai RPJMD Provinsi Banten.

C. FALSAFAH
“Pelayanan yang Menyenangkan dan Berpihak Kepada Kepentingan
Pelanggan”

D. MOTTO
“ Melayani dengan santun “

E. TATA NILAI
“B – OPAL”
B = Bangkit yaitu dalam bahasa serang artinya bisa yaitu RSUD Banten
mampu melaksanakan tugas untuk mencapai hasil yang terbaik dan tidak
mudah menyerah.
O = Objektif yaitu memberikan pelayanan kepada semua lapisan
masyarakat tanpa membedakan status dan golongan.
9
P = Profesional yaitu menjalankan tugas sesuai aturan, keahlian,
keterampilan dan pengetahuan dibidangnya untuk mencapai kinerja
terbaik dengan tetap menjunjung tinggi kode etik, mengerti dan
memahami tugas pekerjaan dan bekerja cerdas.
A = Atraktif yaitu memiliki strategi, kreativitas dan lebih inovatif dalam
meningkatkan kualitas pelayanan di RSUD Banten.
L = Loyal yaitu patuh dan setia terhadap Visi dan Misi RSUD Banten.

10
11
BAB V
STRUKTUR ORGANISASI KOMITE FARMASI DAN TERAPI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANTEN

Struktur organisasi Komite Farmasi dan Terapi (KFT) RSUD Banten


adalah sebagai berikut :

Direktur

Ketua KFT

Sekretaris KFT

Ex Officio Ex Officio SMF Apoteker Keperawatan


Representatif
Pimpinan Komite Mutu

BAB VI
URAIAN TUGAS DAN WEWENANG

12
Komite Farmasi dan Terapi dipimpin oleh ketua yang didukung oleh
sekretaris dan anggota yang terdiri dari para dokter full timer sebagai
representative dokter di Rumah Sakit Umum Daerah Banten, apoteker
pendamping sebagai representative apoteker, perawat dari bidang
keperawatan sebagai representative perawat, Ketua Komite Mutu, dan
Direktur rumah Sakit.
Uraian jabatan di Komite Farmasi dan Terapi dideskripsikan masing-
masing sebagai berikut :

URAIAN TUGAS DAN WEWENANG

KETUA KOMITE FARMASI DAN TERAPI

PENGERTIAN : Ketua Komite Farmasi dan Terapi (KFT) adalah


seorang dokter yang mempunyai tugas pokok
mengkoordinasi kegiatan KFT dan bertanggung
jawab kepada Direktur
KEDUDUKAN DALAM : Berada di bawah dan bertanggung jawab
STRUKTUR kepada Direktur
ORGANISASI
URAIAN TUGAS : 1. Mewujudkan pengobatan rasional melalui
penetapan kebijakan penggunaan obat
2. Menyusun dan melaksanakan rencana kerja
anggaran (RKA)
3. Melaporkan kepada Direktur tentang
pelaksanaan program kerja
TANGGUNG JAWAB : 1. Bertanggung jawab atas terselenggaranya
pengobatan yang rasional di Rumah Sakit
Umum Daerah Banten
2. Bertanggung jawab atas penggunaan obat di
Rumah Sakit Umum Daerah Banten
WEWENANG : 1. Memimpin jalannya organisasi Komite
Farmasi dan Terapi
3. Memberi masukkan atau rekomendasi
kepada pimpinan rumah sakit dalam

13
menetapkan kebijakan penggunaan obat di
Rumah Sakit Umum Daerah Banten.
SYARAT JABATAN
1. Pendidikan Formal : Dokter
2. Pendidikan Non : -
Formal :
3. Surat Izin : SIP Dokter
Minimal 5 tahun

URAIAN TUGAS DAN WEWENANG

SEKRETARIS KOMITE FARMASI DAN TERAPI


PENGERTIAN : Sekretaris Komite Farmasi dan Terapi (KFT)
adalah seorang apoteker yang mempunyai tugas
pokok menjadi sekretaris eksekutif dalam
mendukung ketua untuk mengkoordinasi dan
menyiapkan rancangan program kegiatan KFT
14
dan mengelola pertemuan secara strategis
dalam upaya mewujudkan pengobatan rasional
dan bertanggung jawab kepada Ketua Komite
Farmasi dan Terapi.

KEDUDUKAN DALAM : Berada di bawah dan bertanggung jawab


STRUKTUR kepada Ketua Komite Farmasi dan Terapi.
ORGANISASI
URAIAN TUGAS : 1. Melaksanakan kegiatan sekretaris eksekutif
untuk mendukung ketua dalam memimpin
organisasi Komite Farmasi dan Terapi
2. Menyusun dan melaksanakan rencana kerja
anggaran tahunan (RKA) bersama ketua
3. Melaporkan kepada Direktur tentang
pelaksanaan program kerja

TANGGUNG JAWAB : 1. Bertanggung jawab atas terselenggaranya


pengobatan yang rasional di Rumah Sakit
Umum Daerah Banten
2. Bertanggung jawab atas penggunaan obat di
Rumah Sakit Umum Daerah Banten

WEWENANG : 1. Memberi masukan atau rekomendasi


kepada ketua dalam mengusulkan ke
pimpinan untuk menetapkan kebijakan
penggunaan obat di Rumah Sakit Umum
Daerah Banten

SYARAT JABATAN
1. Pendidikan Formal : Apoteker
2. Pendidikan Non : Pelatihan PIO
Formal Pelatihan Manajemen Farmasi
Pelatihan Farmasi Klinik
3. Surat Izin : SIPA

15
4. Pengalaman Kerja : Minimal 3 tahun

URAIAN TUGAS DAN WEWENANG

ANGGOTA KOMITE FARMASI DAN TERAPI


PENGERTIAN : Anggota Komite Farmasi dan Terapi (KFT)
adalah tenaga kesehatan yang ditetapkan oleh
pimpinan RS untuk menjalankan tugas pokok
menjadi representative dalam upaya
mewujudkan pengobatan rasional dan
bertanggung jawab kepada Ketua Komite

16
Farmasi dan Terapi

KEDUDUKAN DALAM : Berada di bawah dan bertanggung jawab


STRUKTUR kepada Ketua Komite Farmasi dan Terapi.
ORGANISASI

URAIAN TUGAS : 1. Mewujudkan pengobatan rasional melalui


penetapan kebijakan dan monitoring
penggunaan obat
2. Memimpin jalannya organisasi Komite
Farmasi dan Terapi
3. Melaksanakan program kerja dengan KPI
4. Melaporkan kepada Direktur tentang
pelaksanaan program kerja

TANGGUNG JAWAB : Bertanggung jawab atas pelaksanaan RKA yang


ditetapkan dalam upaya pengobatan yang
rasional di Rumah Sakit Umum Daerah Banten

WEWENANG : Mempunyai peran serta aktif dalam


memberikan masukan atau rekomendasi
kepada ketua dalam mengusulkan kepada
pimpinan untuk menetapkan kebijakan
penggunaan obat di Rumah Sakit Umum
Daerah Banten

SYARAT JABATAN
1. Pendidikan Formal : Representatif Pimpinan RS
Komite Mutu
Dokter Ketua SMF
Apoteker
Dokter

2. Pendidikan Non : Pelatihan PIO

17
Formal Pelatihan Manajemen Farmasi
Pelatihan Farmasi Klinik
3. Surat Izin Minimal 3 tahun
4. Pengalaman Kerja : -

BAB VII

TATA HUBUNGAN KERJA


Direktur
A. Bagan hubungan tata kerja

Instalasi

Farmasi

Komite
Farmasi
dan Terapi

Bidang Komite
Keperawata Medis
n

Bidang 18

Pelayanan

Medis
B. Hubungan tata kerja antara Komite Farmasi dan Terapi dengan gugus
tugas lain sebagai berikut :
1. Seleksi obat yang akan masuk formularium dilakukan secara
kolaboratif antara dokter-dokter yang terwakili oleh Ketua SMF,
apoteker yang merupakan representative dan manajemen instalasi,
serta representative perawat dari bidang keperawatan yang mewakili
perawat.
2. Instalasi Farmasi sebagai satu-satunya bagian di rumah sakit yang
memiliki kewenangan sesuai perundang-undangan dalam mengelola
sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai sesuai
dengan kebijakan satu pintu. Obat yang dipergunakan di Rumah Sakit
Umum daerah Banten, dikelola sesuai kebijakan satu pintu yang
ditetapkan Undang-Undang, yaitu dikelola oleh Instalasi Farmasi
3. Resep yang ditulis dokter dilayani oleh Instalasi Farmasi untuk pasien
dari berbagai gugus tugas pelayanan (Instalasi Rawat Inap, Instalasi
Rawat Jalan, IGD dan IBS).
4. Karena farmasi merupakan instalasi penunjang yang mempunyai
peran penting dalam pengendalian finansial, maka diperlukan
dukungan direktur untuk mengendalikan para dokter dalam peresepan
sesuai formularium. Selain itu dalam rangka pengendalian sistem
pelayanan obat pada pasien yang efektif dan sesuai dengan standar
dan ketentuan yang berlaku, direktur mempunyai peran strategis
dalam kesuksesan sistem pelayanan obat yang ditetapkan dalam KFT
19
untuk menghasilkan sistem pelayanan yang efektif dan efisien demi
kepuasan pelanggan.
5. Koordinasi dengan gugus tugas lain melalui Direktur dan Ketua Komite
Medis.

BAB VIII

POLA KETENAGAAN DAN KUALIFIKASI PERSONIL

Pola ketenagaan di KFT adalah sebagai berikut :

Jumla
NO SDM Keterangan
h
1 Ketua Komite Farmasi dan 1 Dokter Full Timer
Terapi
2 Sekretaris KFT 1 Apoteker
3 Dokter spesialis full timer Dokter spesialis full timer di
Rumah Sakit Umum Daerah
Banten sebagai representative
kedokteran.
20
4 Apoteker 1 Apoteker pendamping sebagai
Representatif Apoteker sesuai
bidangnya (PIO, ward
farmasis, ambulatory, logistic,
kritikal, dll)
5 Perawat atau tenaga 1 Representative Perawat atau
kesehatan lain tenaga kesehatan lain
6 Ex Officio Pimpinan 1 Direktur sebagai
representative Pimpinan RS
7 Ex Officio Ketua Tim Mutu 1 Ketua Tim Mutu sebagai
representative Tim Mutu.

Kualifikasi personil di Komite Farmasi dan Terapi

No Jabatan Pendidikan Masa Kerja Sertifikasi


1. Ketua Komite Dokter yang Minimal 3 Rational drug use
Farmasi dan bisa diterima tahun
Terapi di antara
medis
2. Sekretaris KFT Apoteker Minimal 3 Kepala Instalasi
tahun Farmasi,
sertifikat PIO,
Logistik, kursus
farmasi klinik
dasar
3. Dokter full timer Dokter Minimal 3 Manajemen
Ketua SMF tahun Terapi
sebagai Anggota
KFT
4. Apoteker sebagai Apoteker Minimal 3 Manajemen
Anggota KFT tahun Farmasi,
21
Manajemen
Logistik, PIO,
Farmasi Klinik
5. Perawat sebagai S1 Minimal 3 Pelatihan
Anggota KFT Keperawatan tahun Administering
obat, Manajemen
logistic

BAB X

PERTEMUAN/RAPAT

Komite Farmasi dan Terapi mengadakan pertemuan-pertemuan


sebagai berikut :

NO PERTEMUAN FREKUENSI PIC


1. Evaluasi/Revisi Formularium Tiap dua tahun Ketua KFT
sekali
2. Evaluasi Penggunaan Obat Minimal satu tahun Sekretaris
Terpilih sekali
3. Rapat dalam menetapkan Sesuai RKA Ketua KFT
kebijakan penggunaan obat di
RS

22
BAB XI
PENUTUP

Pedoman pelayanan KFT ini dijadikan acuan dalam proses pelayanan


KFT dalam semua proses penggunaan obat di seluruh bagian rumahsakit
sesuai standar Pelayanan Kefarmasian Dan Penggunaan Obat (PKPO).
Pelaksanaan dari setiap hal yang diatur dalam pedoman ini dilakukan dalam
koordinasi dengan bagian lain, antara lain Instalasi Farmasi, KomiteMedis,
Bidang Pelayanan Medis, Instalasi Rawat Jalan, Instalasi Rawat Inap,
Instalasi Kamar Bedah, Instalasi Gawat Darurat, Bidang Keperawatan, dan
Bagian Rekam Medis.

Ditetapkan di Banten

Pada tanggal 27 Agustus 2018

23
Plt. DIREKTUR

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANTEN,

SUSI BADRAYANTI

24

Anda mungkin juga menyukai