Anda di halaman 1dari 22

JURNAL KEDOKTERAN YARSI 24 (1) : 020-041 (2016)

Modal Sosial Kader Kesehatan dan Kepemimpinan


Tokoh Masyarakat Dalam Penemuan Penderita
Tuberkulosis

Health Cadres’ Social Capital and Community Figures’


Leadership in the Detection of Tuberculosis

Endang Sutisna Sulaeman1, Reviono2, Arry Setyowati3


1Magister Study Program of Public Health Postgraduate Program of Surakarta
Sebelas Maret University
2Pulmonology Department of Medical Faculty of Surakarta Sebelas Maret

University
3Pulmonary Department of Saras Husada Local General Hospital of Purworejo

KATA KUNCI modal social; kepeminpinan; tuberculosis; case detection rate


KEYWORDS social capital; leadership; tuberculosis; case detection rate

ABSTRAK Tuberkulosis (TB) merupakan kedaruratan global bagi


kemanusiaan. WHO menggulirkan Strategi DOTS (Directly
Observed Treatment Short-course) dan Strategi Stop TB
Partnership bertujuan untuk menjangkau semua penderita TB.
Kedua strategi tersebut belum mampu mencapai target CDR
(Case Detection Rate) secara konsisten. Penelitian ini bertujuan
menganalisis pengaruh dan peran modal sosial kader kesehatan
dan kepemimpinan tokoh masyarakat dalam penemuan TB paru
BTA positif (CDR). Metode yang digunakan adalah survei dan
studi kasus. Sasaran penelitian adalah Tim Penanggulangan TB
di Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kabupaten, serta kader
kesehatan, tokoh masyarakat, penderita TB, dan mantan
penderita TB di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah. Hasil
penelitian survei dengan analisis jalur menunjukkan, besaran
pengaruh langsung modal sosial kader kesehatan terhadap CDR
adalah 8,64%, pengaruh langsung kepemimpinan tokoh
masyarakat terhadap CDR adalah 33%, dan pengaruh modal
sosial kader kesehatan dan kepemimpinan tokoh masyarakat
secara simultan terhadap CDR adalah 27,7%. Hasil penelitian
studi kasus menyimpulkan, peran modal sosial kader kesehatan
dalam CDR terdiri dari dimensi kognitif, relasional dan
struktural. Dimensi kognitif meliputi kepedulian, saling percaya
dan rasa memiliki antar anggota keluarga, warga masyarakat,
serta kader dan petugas kesehatan. Dimensi relasional meliputi
kerjasama dan komunikasi yang dilandasi nilai-nilai bersama.
Dimensi struktural meliputi jaringan sosial, perkumpulan dan

20
MODAL SOSIAL KADER KESEHATAN DAN KEPEMIMPINAN TOKOH MASYARAKAT DALAM
PENEMUAN PENDERITA TUBERKULOSIS

persatuan masyarakat. Peran kepemimpinan tokoh masyarakat


dalam CDR adalah memberikan motivasi, tempat bertanya dan
konsultasi, mengadakan pertemuan rutin, serta mengelola
kegiatan dan menggalang donasi.

ABSTRACT Tuberculosis (TB) is a global emergency for humanity. WHO


launches DOTS (Directly Observed Treatment Short-Course)
and Stop TB Partnership strategies aiming to reach all people
with TB. Both strategies have not been able to reach the target of
CDR (case detection rate) consistently. This research aimed to
analyze the effect and the role of health cadres’ social capital and
community figures’ leadership in finding the people with
positive-BTA pulmonary tuberculosis (CDR). The methods
employed were survey and case study. The target of research
was TB management team in Puskesmas (Public Health Centre)
and Regency Health Service, and health cadres, community
figures, people with TB, and people with TB previously in
Sukoharjo Regency, Central Java. The result of research with
path analysis showed that the size of direct effect of health
cadres’ social capital on CDR was 8.64%, that of community
figures’ leadership on CDR was 33%, and that of health cadres’
social capital and community figures’ leadership simultaneously
on CDR was 27.7%. The result of case study research
concluded that the role of health cadres’ social capital in CDR
consisted of cognitive, relational and structural dimensions.
Cognitive dimension included care, mutual trust, and sense of
belonging among the members of family, members of society,
and health cadres and workers. Relational dimension included
cooperation and communication based on commonness value.
Structural dimension included social network, community
association and unity. The role of community figures’ leadership
in CDR was that it provided motivation, served as the one to
which any one asking question and consulting, conducted
routine meeting, and managed activity and raised donation.

Sejak tahun 1993, WHO Partnership” bertujuan untuk


menyatakan, Tuberkulosis (TB) menjangkau semua pasien,
merupakan kedaruratan global bagi mengintensifkan penanggulangan TB,
kemanusiaan. Pada tahun 1990 WHO dan memastikan tercapainya target
meluncurkan strategi DOTS untuk Millennium Development Goals (MDG’s)
menanggulangi TB. Fokus utama DOTS tahun 2015.
adalah penemuan dan penyembuhan
Corespondence:
penderita dengan prioritas penderita Dr. H. Endang Sutisna Sulaeman, dr. M.Kes Magister
TB Basil Tahan Asam (BTA) positif. Study Program of Public Health Postgraduate Program
of Surakarta Sebelas Maret University Jl. Ir. Sutarno No.
Selanjutnya pada tahun 2006 WHO 36 A Kentingan Surakarta 57126 Telpon (0271) 664178
menggulirkan “Strategi Stop TB E-mail: sutisnaend_dr@yahoo.com

21
ENDANG SUTISNA SULAEMAN, REVIONO, ARRY SETYOWATI

Target Stop TB Partnership adalah 65% (kisaran 63-68%) (WHO


adalah; (1) Pada tahun 2015, beban 2011). Kabupaten Sukoharjo Jawa
global penyakit TB (prevalensi dan Tengah baru mencapai 34,89% (2012).
mortalitas) akan berkurang sebesar 50% Berdasarkan penelitian pendahuluan,
dibandingkan tahun 1990, dan faktor-faktor penyebab CDR yang
setidaknya 70% orang yang terinfeksi rendah di Kabupaten Sukoharjo yaitu;
TB dapat dideteksi dengan strategi (1) partisipasi dan pemberdayaan
DOTS dan 85% diantaranya dinyatakan masyarakat untuk meningkatkan
sembuh, (2) Pada tahun 2050 TB bukan penjaringan kasus TB belum optimal,
lagi merupakan masalah kesehatan (2) penjaringan terlalu longgar atau
masyarakat global (WHO 2006, WHO terlalu sensitive, (3) program TB hanya
2010, Kementerian Kesehatan RI 2011). mengandalkan pasif case finding (PCF)
Melalui strategi DOTS dan Stop TB untuk menjaring kasus TB, (4)
Partnership, CDR belum konsisten bisa kerjasama lintas program maupun
tercapai, untuk itu perlu mengembang- lintas sektor belum optimal (Dinas
kan partisipasi masyarakat melalui Kesehatan Kabupaten Sukoharjo 2013).
peran modal sosial kader kesehatan Keberhasilan penanggulangan
dan kepemimpinan tokoh masyarakat TB perlu menjalin kerjasama dengan
dalam penemuan penderita TB BTA berbagai mitra. Mitra TB adalah setiap
positif (Case Detection Rate/CDR). orang atau kelompok yang memiliki
Indikator keberhasilan kepedulian, kemauan, kemampuan,
penanggulangan TB adalah CDR dan dan komitmen yang tinggi untuk
angka keberhasilan pengobatan (success memberikan dukungan serta kontribusi
rate/SR). Sasaran strategi nasional pada pengendalian TB berperan sesuai
pengendalian TB 2010-2014 yaitu potensinya. Potensi individu dapat
menurunkan prevalensi TB dari 235 per dimanfaatkan secara optimal untuk
100.000 penduduk menjadi 224 per keberhasilan pengendalian TB. Mitra
100.000 penduduk. Sasaran keluaran TB harus memiliki pemahaman yang
adalah; (1) meningkatkan persentase sama akan tujuan kemitraan yaitu
kasus baru TB paru (BTA positif) yang terlaksananya upaya percepatan
ditemukan dari 73% menjadi 90%, (2) pengendalian TB secara efektif, efisien,
meningkatkan persentase keberhasilan dan berkesinambungan (Kementerian
pengobatan kasus baru TB paru (BTA Kesehatan RI 2011). Penyakit menular
positif) mencapai 88%, (3) TB bukan saja masalah bagi penderita
meningkatkan persentase provinsi TB tetapi juga masalah sosial bagi
dengan case detection rate (CDR) di atas masyarakat. Kebijakan sosial sangat
70% mencapai 50%, (4) meningkatkan dibutuhkan untuk menurunkan
persentase provinsi dengan insidensi TB (Rasanathan et al., 2011).
keberhasilan pengobatan di atas 85% Program pengendalian TB
dari 80% menjadi 88% (Kementerian membutuhkan peran aktif kader
Kesehatan RI 2011). Insidensi TB di kesehatan, tokoh masyarakat, dan
Indonesia pada tahun 2010 menduduki penderita TB (Kementerian Kesehatan
urutan keempat dari lima negara RI 2011). Krianto (2005) menyatakan
terbesar di dunia yaitu 0,37-0,54 juta. perlunya mengembangkan ke-
Perkiraan CDR untuk semua bentuk TB pemimpinan lokal, meningkatkan
di tingkat global pada tahun 2010 mobilisasi, dan pendayagunaan sumber

22
MODAL SOSIAL KADER KESEHATAN DAN KEPEMIMPINAN TOKOH MASYARAKAT DALAM
PENEMUAN PENDERITA TUBERKULOSIS

daya dalam pemecahan masalah 1998). Modal sosial mencakup tiga


kesehatan. Kajian peran modal sosial dimensi yaitu kognitif, relasional, dan
(social capital) dalam intervensi struktural. Dimensi kognitif memfokus-
kesehatan merupakan konsep yang kan pada makna dan pemahaman
menarik perhatian penelitian bersama antara individu atau
kesehatan. Modal sosial berhubungan kelompok, merasa memiliki satu
dengan perilaku kesehatan. Modal dengan yang lain. Dimensi relasional
sosial yang rendah akan menginduksi berfokus pada karakter koneksi antara
perilaku yang tidak sehat (Murti 2010). individu yang dicirikan melalui
Kemajuan pengendalian TB di negara kepercayaan dan kerjasama. Dimensi
dengan pendapatan rendah sampai struktural berhubungan dengan
sedang tidak hanya memerlukan kemampuan individu membuat ikatan
kekuatan program pengendalian, antara yang lemah dan yang kuat
diagnosis dan pengobatan TB tetapi dalam suatu sistem (Nahapiet et al.,
juga modal sosial TB (Bolin et al., 2003). 1998 cit. Sulaeman 2013). Dimensi
Konsep modal sosial pertama kali kognitif seperti kepercayaan
diperkenalkan oleh Hanifan (1916 cit. masyarakat, kebersamaan dapat
Sulaeman 2013), mengartikan sebagai meningkatkan perasaan aman individu
kohesi sosial dan investasi pribadi dalam masyarakat (Fujiwara et al.,
dalam masyarakat. Modal sosial berada 2008). Dimensi kognitif - kepercayaan
dalam kehidupan sehari-hari dan perasaan memiliki sangat
masyarakat, seperti saling berkunjung, berhubungan dengan perasaan sehat
persekutuan, simpati, dan saling fisik dan mental. Dimensi struktural
berhubungan antara individu, membuka hubungan baik dengan
keluarga, tetangga serta kelompok institusi formal maupun informal dan
sehingga terakumulasi menjadi modal menurunkan dampak negatif gaya
sosial yang dapat memenuhi hidup yang buruk (Harpham et al.,
kebutuhan sosial dan berpotensi untuk 2001).
meningkatkan kondisi kehidupan Bolin et al., (2003) berpendapat
masyarakat secara keseluruhan modal sosial merupakan sumber daya
(Conrad 2007, Oksanen 2009). yang terdapat dalam struktur
Modal sosial sebagai karakteristik masyarakat, jika digunakan dapat
organisasi sosial misalnya jejaring, memberikan manfaat bagi
norma, dan kepercayaan sosial yang kesejahteraan anggota masyarakat.
memudahkan koordinasi dan Beberapa teori tentang modal sosial
kerjasama untuk kepentingan bersama maupun bukti empiris menunjukan
(Putnam 1993). Sebagai sumber daya tingkat modal sosial yang tinggi di
yang diakses oleh individu dan suatu masyarakat erat kaitannya
kelompok dalam sebuah struktur dengan tingkat kesehatan anggota
sosial, yang memudahkan kerjasama, masyarakat. Modal sosial yang tinggi
tindakan kolektif, dan terpeliharanya memudahkan anggota masyarakat
norma-norma bersama (Fujiwara et al., untuk berbagi informasi kesehatan,
2008). Sebagai kemampuan para pelaku mengakses, dan menggunakan sumber
untuk mendapatkan manfaat melalui daya yang tersedia di dalam
keanggotaannya dalam jejaring sosial masyarakat. Menurut Lynch et al.,
atau struktur sosial lainnya (Portes (2000) investasi modal sosial

23
ENDANG SUTISNA SULAEMAN, REVIONO, ARRY SETYOWATI

merupakan strategi yang berguna social capital meningkatkan kesempatan


untuk kesehatan masyarakat. warga mengakses sumber-sumber daya
Selanjutnya Macinko (2001) untuk memproduksi kesehatan.
berpendapaat bahwa modal sosial Menurut Murti (2010) interaksi antara
berhubungan positif dengan kesehatan. warga dan pemerintah daerah,
Jaringan sosial merupakan sumber kepercayaan warga terhadap sistem
fundamental untuk mencegah pelayanan kesehatan formal, kedekatan
penyakit. Individu yang tinggal di antara warga masyarakat dan
masyarakat dengan tingkat modal pemimpin formal serta koordinasi
sosial tinggi melaporkan dirinya lebih antar institusi merupakan contoh
sehat secara jasmani dan rohani linking social capital.
dibandingkan individu yang tinggal Murti (2010) melakukan survei
dalam masyarakat dengan tingkat rumah tangga di Surakarta, Pati, dan
modal sosial rendah. Tulungagung menggunakan sampel
Menurut Holtgrave et al., (2004) sebanyak 1.986 perempuan. Studi
modal sosial dapat membangun tersebut menemukan hubungan positif
infrastruktur komunitas untuk antara modal sosial dan kesehatan
memecahkan masalah TB. Kawachi et perempuan. Penemuan penderita TB
al. (2000) menjelaskan mekanisme paru BTA positif sangat tergantung
modal sosial dalam masyarakat dan dari inisiatif dan motivasi penderita
pengaruhnya terhadap kesehatan yaitu; untuk memeriksakan gejala
(1) modal sosial menyediakan saluran penyakitnya ke sarana pelayanan
distribusi pengetahuan dan informasi kesehatan, tingkat sosio ekonomi,
yang berkaitan dengan kesehatan, (2) pengetahuan, dan tingkat kewaspadaan
modal sosial dapat berfungsi sebagai kesehatan (Dye et al., 2009, Ngadaya et
mekanisme untuk menjaga norma al., 2009). Menurut WHO (2010) modal
perilaku sehat dan mengerahkan sosial memberikan kontribusi
kontrol sosial terhadap perilaku penguatan sistem kesehatan pada
merugikan kesehatan, (3) modal sosial program penanggulangan TB melalui
sebagai modal yang memungkinkan mobilisasi sosial dalam konteks
untuk mempromosikan akses terhadap nasional dan regional sebagai proses
layanan dan fasilitas kesehatan, (4) membangkitkan keinginan masyarakat
modal sosial berfungsi sebagai secara aktif dengan meneguhkan
penghubung dalam proses psiko-sosial konsensus dan komitmen sosial di
termasuk pengembangan dukungan antara pengambil kebijakan dalam
sosial dan saling menghormati. penanggulangan TB. WHO Global Plan
Beberapa studi menunjukkan to Stop TB 2006-2015 menyatakan,
modal sosial berhubungan dengan sumber utama manusia sangat
berbagai indikator kesehatan ataupun menentukan program pengendalian
perilaku kesehatan seperti mortalitas TB. Kader kesehatan adalah orang yang
(Kawachi et al., 1997). Penelitian diharapkan memegang peran penting
Sundquist dan Yang (2000) di bidang kesehatan. Kader kesehatan
menemukan linking social capital adalah anggota masyarakat yang
(menghubungkan modal sosial) memiliki pengetahuan, kemauan, dan
berhubungan dengan kesehatan. kemampuan menggerakkan
Menurut Blakely et al., (2006) linking

24
MODAL SOSIAL KADER KESEHATAN DAN KEPEMIMPINAN TOKOH MASYARAKAT DALAM
PENEMUAN PENDERITA TUBERKULOSIS

masyarakat untuk berpartisipasi dalam yang berpendidikan tinggi mempunyai


pembangunan kesehatan (WHO 2007). kemampuan dan berpengalaman
Menurut Ebi et al., (2008) peran sebagai sumber daya manusia yang
kader kesehatan adalah memberikan sangat berharga untuk suatu organisasi
pelayanan promotif, preventif dan (Holtgrave et al., 2004). Individu
kuratif sesuai kebutuhan masyarakat dengan pendapatan lebih tinggi juga
setempat. Kader kesehatan memiliki hubungan sosial, merasakan
memberikan dukungan yang besar, suatu kewajiban untuk berperan bagi
mengembangkan komitmen yang kuat, lingkungannya. Individu dari populasi
dan memberikan solusi yang lebih yang homogen lebih mungkin untuk
kreatif untuk meningkatkan CDR. menjadi kader kesehatan karena
Kader kesehatan ikut serta dalam masyarakat lebih percaya kepada orang
perencanaan, implementasi, dari populasinya sendiri dibanding
monitoring, dan evaluasi program TB. orang dari populasi lain. Kepercayaan
Sementara itu menurut Awofeso (2008) sangat penting karena individu yang
peran kader kesehatan dalam program bersaangkutan merasa lebih nyaman
pengendalian TB adalah; (1) melakukan (Ainy et al., 2012).
penyuluhan kepada masyarakat, (2) Rogers (1999 cit. Sulaeman 2013)
merujuk penderita yang batuk lebih berpendapat bahwa dalam setiap
dari 2 minggu, membagi pot dahak di sistem sosial terdapat “opinion leader”
posyandu, (3) pengawasan minum obat (pemimpin opini)-pemimpin masya-
TB paru, (4) memberikan kesadaran rakat yang diminta pertimbangan
untuk berobat secara lengkap, (5) ketika orang mau menerima atau
menjelaskan usaha pencegahan dan menolak inovasi baru. Tokoh
penularan penyakit TB kepada masyarakat adalah orang yang
penderita dan masyarakat, serta (6) terkemuka atau kenamaan dibidang
pencatatan dan pelaporan. politik, budaya, kesehatan dan bidang
Kader kesehatan dapat lainnya di masyarakat (Pusat
membangun jaringan yang kuat untuk Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
mendapat dukungan sosial sehingga Departemen Pendidikan dan
dapat menurunkan stres, tekanan, dan Kebudayaan 2007). Tokoh masyarakat
risiko terkena penyakit. Dukungan di tingkat desa/kelurahan meliputi
sosial dan aktivitas fisik mempunyai aparat pemerintahan desa/kelurahan
korelasi yang positif dan sebagai (kepala desa/lurah, kepala urusan
motivator utama (Baum et al., 2003). kesejahteraan rakyat dan kepala
Dukungan yang diberikan teman, dusun), pengurus Badan Perwakilan
tetangga, dan masyarakat kepada Desa (BPD), pengurus Lembaga
penderita TB akan membuat penderita Pemberdayaan Masyarakat Desa
TB akan lebih terbuka tentang /Kelurahan (LPMD/LPMK), pengurus
penyakitnya. Dua manfaat potensial Pemberdayaan dan Kesejahteraan
yang diperoleh, yaitu manfaat Keluarga (PKK) desa/kelurahan, ketua
psikologis dimana mereka tidak perlu RT, pendidik/guru, pemimpin agama
menyembunyikan penyakitnya dan dan organisasi masyarakat.
manfaat material yaitu mereka Kouzes et al., (2007 cit. Sulaeman
mendapatkan dukungan dan dorongan 2013) menyimpulkan terdapat lima
diri mereka sendiri. Kader kesehatan aspek peran kepemimpinan, yaitu;

25
ENDANG SUTISNA SULAEMAN, REVIONO, ARRY SETYOWATI

(1) model the way: memberikan masyarakat dalam penemuan TB paru


contoh dalam pelaksanaan kegiatan, (2) BTA positif (CDR) di Kabupaten
inspire a shared vision: memberikan Sukoharjo Jawa Tengah.
inspirasi pada visi bersama, (3)
challenge the process: melakukan BAHAN DAN CARA KERJA
pembaharuan dalam proses pencapaian
tujuan, (4) enable others to act: Desain penelitian adalah potong-
meningkatkan kemampuan staf untuk lintang (cross-sectional) dengan
bertindak melalui kerjasama tim, pendekatan rancangan gabungan yaitu
memberikan kepercayaan dan memadukan pendekatan kuantitatif
mengembangkan kemampuan staf, dan kualitatif. Tempat penelitian di
serta (5) encourage the heart: Kabupaten Sukoharjo Provinsi Jawa
memberikan semangat dan Tengah. Waktu penelitian dilakukan
penghargaan. Holtgrave (2002) selama lima bulan mulai bulan Agustus
berpendapat bahwa kepemimpinan sampai dengan Desember 2013.
tokoh masyarakat sangat potensial Penelitian kuantitatif dilakukan di 8
untuk meningkatkan kepedulian Puskesmas meliputi 4 Puskesmas
terhadap tanda dan gejala TB, berperan mewakili Puskesmas yang telah
aktif mendorong penderita TB mencapai target CDR dan 4 Puskesmas
menjalani pengobatan TB dan mewakili Puskesmas yang belum
memberitahu keuntungan pengobatan mencapai target CDR. Populasi
lengkap, serta membantu mengatasi penelitian kuantitatif adalah seluruh
keluhan penderita. Tokoh masyarakat desa berjumlah 177 desa dengan
bekerja sama dengan kader kesehatan mengambil sampel sebanyak 80 desa.
mengawasi penderita TB dalam minum Teknik pencuplikan sampel dilakukan
obat. Hal ini akan menurunkan angka secara disproportionate stratified random
kegagalan pada penderita TB yang sampling. Teknik pengumpulan data
mendapat pengobatan lengkap. menggunakan kuesioner tertutup.
Penelitian Flueggne (2011) Responden penelitian sebanyak 120
menyimpulkan, ada empat hal penting orang terdiri dari 80 orang kader
untuk meningkatkan CDR yaitu; (1) kesehatan dan 40 orang dari Tim
menganalisis dan menyimpulkan Penanggulangan TB Puskesmas.
berbagai metode yang terintegrasi Populasi penelitian kualitatif
dengan adanya laporan kasus TB, (2) berupa situasi sosial yaitu interaksi
mendeskripsikan lingkungan dan secara sinergis antara tempat, pelaku,
budaya untuk mengurangi kasus TB, dan aktivitas dalam program
(3) menggali sejumlah metode penemuan kasus baru TB BTA positif.
kemasyarakatan yang disesuaikan Teknik pencuplikan dilakukan dengan
dengan daerah setempat, (4) purposive dan snowball sampling. Sampel
identifikasi kompetensi model budaya penelitian memilih dua desa yaitu satu
yang potensial untuk penemuan kasus desa sebagai representasi desa yang
TB yang lebih baik. telah mencapai target CDR dan satu
Penelitian ini bertujuan untuk desa sebagai representasi desa yang
mengetahui dan menganalisis belum mencapai CDR. Informan terdiri
pengaruh dan peran modal sosial kader dari dua kategori; (1) Kelompok
kesehatan dan kepemimpinan tokoh petugas (Tim Penanggulangan TB
Puskesmas) masing-masing Puskesmas

26
MODAL SOSIAL KADER KESEHATAN DAN KEPEMIMPINAN TOKOH MASYARAKAT DALAM
PENEMUAN PENDERITA TUBERKULOSIS

sebanyak 6 orang, (2) Kelompok kepercayaan data; triangulasi peneliti


komunitas masing-masing desa yaitu bekerja kolaboratif dalam tim
sebanyak 18 informan. Informan penelitian (3 orang) dalam
seluruhnya sebanyak 48 orang meliputi mengidentifikasi kode, mengembang-
informan petugas Puskesmas sebanyak kan kategori dan tema, triangulasi
12 orang, dan informan kelompok metode dan sumber data, yaitu
komunitas sebanyak 36 orang. Dengan menggunakan berbagai jenis data yang
komposisi informan seperti itu, maka dikumpulkan dengan berbagai metode
triangulasi sumber informasi dan dan sumber data, misalnya rekaman
metoda dalam penelitian kualitatif dari wawancara, catatan lapangan, dan
telah dapat dipenuhi. Teknik pemeriksaan anggota (member checking)
pengumpulan data dilakukan dengan untuk memberikan umpan balik hasil
cara wawancara mendalam (in depth analisis data. Triangulasi teori juga
interview), focus group discussion (FGD), digunakan dalam desain pertanyaan
observasi partisipasi (participan wawancara dan tinjauan teoritis.
observation) dan kajian dokumen.
Analisis data penelitian HASIL
menggunakan pendekatan analisis
gabungan kuantitatif dan kualitatif. Penelitian Kuantitatif
Analisis data kuantitatif meliputi 1. Analisis Univariat: Penilaian
analisis univariat, analisis bivariat, dan responden pada peran modal sosial
analisis multivariat. Analisis univariat kader kesehatan dan peran
untuk mengetahui deskripsi distribusi kepemimpinan tokoh masyarakat
frekuensi tiap variabel. Analisis bivariat terhadap CDR
untuk mengetahui korelasi antara Rata-rata penilaian responden
variabel bebas modal sosial kader pada peran modal sosial kader
kesehatan dan kepemimpinan tokoh kesehatan terhadap CDR yaitu 3,44
masyarakat dengan variabel terikat (baik) dan rata-rata penilaian
yaitu CDR. Analisis bivariat responden pada peran
menggunakan uji korelasi Spearman kepemimpinan tokoh masyarakat
(non parametrik). Analisis multivariat terhadap CDR yaitu 3,5 (baik).
dilakukan dengan analisis jalur (path Pencapaian CDR di Puskesmas
analysis). wilayah Sukoharjo masih dibawah
Analisis data dalam penelitian target yang ditetapkan yaitu 34,89%
studi kasus meliputi reduksi data, dan rentang nilai maksimum dengan
penyajian data, dan kesimpulan yang minimum masih terlalu lebar yaitu
dilakukan secara interaktif dan siklik 0–118,3.
dengan proses pengumpulan data,
sebagai suatu proses analisis interaktif 2. Analisis Bivariat
dan analisis jalinan. Analisis Hasil uji normalitas data
menggunakan matriks, data menujukkan data tidak berdistribusi
dikelompokkan per-variabel untuk normal. Untuk itu digunakan uji
kategori yang sama dan dianalisis non-parametrik dengan peringkat
segera setelah selesai wawancara Spearman. Korelasi dinyatakan
mendalam. Beberapa jenis triangulasi bermakna antara dua variabel yang
digunakan untuk memaksimalkan diuji jika p < 0,05.

27
ENDANG SUTISNA SULAEMAN, REVIONO, ARRY SETYOWATI

a. Peran modal sosial kader kesehatan terhadap CDR

Tabel 1. Uji korelasi bivariat antara peran modal sosial kader kesehatan pada
subvariabel dimensi kognitif, relasional, dan struktural dengan CDR

Korelasi Spearman terhadap CDR 2012 (Y)


Variabel dan dimensi
p r Kekuatan korelasi
Modal Sosial Kader Kesehatan (X1) 0,000* 0,560 sedang
Kognitif 0,024* 0,263 lemah
Relasional 0,015* 0,282 lemah
Struktural 0,049* 0,230 lemah
Sumber : Data Primer, 2012

Tabel 1 menunjukkan hasil terhadap CDR. Nilai p=0.015


uji korelasi bivariat antara didapatkan untuk pengujian
variabel peran modal sosial kader korelasi antara dimensi relasional
kesehatan meliputi dimensi modal sosial kader kesehatan
kognitif, relasional, dan struktural terhadap CDR yang menunjukkan
terhadap CDR dengan korelasi keduanya bermakna (p <
menggunakan uji Spearman. Nilai 0.05) dengan koefisien korelasi (r)
p=0.000 yang menunjukkan sebesar 0,282 menunjukkan
korelasi antara keduanya secara korelasi positif lemah. Dengan
statistik bermakna (p < 0,05) demikian terdapat korelasi positif
dengan koefisien korelasi (r) lemah dan bermakna antara
sebesar 0.560. Dengan demikian dimensi relasional modal sosial
terdapat korelasi positif sedang kader kesehatan terhadap CDR.
dan bermakna antara peran modal Nilai p=0.049 didapatkan untuk
sosial kader kesehatan terhadap pengujian korelasi antara dimensi
CDR. Nilai p=0.024 didapatkan struktural modal sosial kader
untuk pengujian korelasi antara kesehatan terhadap CDR yang
dimensi kognitif modal sosial menunjukkan korelasi keduanya
kader kesehatan terhadap CDR bermakna (p < 0.05) dengan
yang menunjukkan korelasi koefisien korelasi (r) sebesar 0,230
keduanya bermakna (p < 0.05) menunjukkan korelasi positif
dengan koefisien korelasi (r) dengan kekuatan korelasi lemah.
sebesar 0,263 menunjukkan Dengan demikian terdapat
kekuatan korelasi positif lemah. korelasi positif lemah dan
Dengan demikian terdapat bermakna antara dimensi
korelasi positif lemah dan struktural modal sosial kader
bermakna antara dimensi kognitif kesehatan terhadap CDR.
modal sosial kader kesehatan

28
MODAL SOSIAL KADER KESEHATAN DAN KEPEMIMPINAN TOKOH MASYARAKAT DALAM
PENEMUAN PENDERITA TUBERKULOSIS

b. Peran kepemimpinan tokoh masyarakat terhadap CDR

Tabel 2. Uji korelasi bivariat antara peran subvariabel kepemimpinan tokoh


masyarakat terhadap CDR

Korelasi Spearman terhadap CDR 2012 (Y)


Variabel dan dimensi
p r Kekuatan korelasi
Kepemimpinan Tokoh Masyarakat (X2) 0,070 0,212 lemah
Memberi Contoh/Teladan 0,014* 0,284 lemah
Memberi Inspirasi 0,316 0,118 sangat lemah
Melakukan Inovasi 0,129 0,178 sangat lemah
Memberi Motivasi 0,341 0,112 sangat lemah
Meningkatkan Kemampuan Staf 0,090 0,198 sangat lemah
Sumber : Data Primer, 2012

Tabel 2 menunjukkan uji subvariabel memberi inspirasi


korelasi bivariat dengan tokoh masyarakat terhadap CDR
menggunakan uji Spearman antara dengan koefisien korelasi (r) 0.118.
peran kepemimpinan tokoh Dengan demikian terdapat
masyarakat terhadap CDR. Nilai korelasi positif sangat lemah dan
kemaknaan p=0,070 didapatkan tidak bermakna antara aspek
untuk pengujian antara variabel memberi inspirasi tokoh
bebas kepemimpinan tokoh masyarakat terhadap CDR. Nilai
masyarakat dengan variabel kemaknaan p=0.129 dengan
terikat CDR dengan koefisien koefisien korelasi (r) sebesar 0,178
korelasi (r) 0,212. Dengan didapatkan untuk pengujian
demikian terdapat korelasi positif antara subvariabel melakukan
lemah dan tidak bermakna antara inovasi tokoh masyarakat
peran kepemimpinan tokoh terhadap CDR.
masyarakat terhadap CDR. Nilai Dengan demikian terdapat
kemaknaan p=0.014 untuk uji korelasi positif sangat lemah dan
korelasi antara kepemimpinan tidak bermakna antara
tokoh masyarakat terhadap aspek subvariabel melakukan inovasi
memberi contoh/teladan tokoh tokoh masyarakat terhadap CDR.
masyarakat terhadap CDR dengan Nilai kemaknaan p=0.341 dengan
koefisien korelasi (r) sebesar 0.284. koefisien korelasi (r) sebesar 0.112
Dengan demikian terdapat didapatkan untuk pengujian
korelasi positif lemah dan antara subvariabel melakukan
bermakna antara aspek memberi memberi motivasi tokoh
contoh atau teladan tokoh masyarakat terhadap CDR yang
masyarakat terhadap CDR. Nilai menunjukkan korelasi keduanya
kemaknaan p=0.316 didapatkan tidak bermakna (p > 0.05). Dengan
untuk pengujian korelasi antara demikian terdapat korelasi positif

29
ENDANG SUTISNA SULAEMAN, REVIONO, ARRY SETYOWATI

lemah dan tidak bermakna antara memiliki antar anggota keluarga,


subvariabel melakukan inovasi sesama warga serta kader dan
tokoh masyarakat terhadap CDR. petugas kesehatan. Bila ada salah
Nilai kemaknaan p=0.090 dengan satu warga yang sakit seperti TB,
koefisien korelasi (r) sebesar 0.198 kader kesehatan memberitahukan
didapatkan untuk penguji antara kepada warga binaannya, serta
subvariabel aspek meningkatkan menggerakan untuk menjenguk
kemampuan staf tokoh masya- dan mengumpulkan iuran warga
rakat terhadap CDR. Dengan untuk membantu pengobatan. Saat
demikian terdapat korelasi positif menjenguk orang sakit, warga
lemah dan tidak bermakna antara berdiskusi serta bertanya tentang
subvariabel meningkatkan ke- penyakitnya, obatnya, dan cara
mampuan staf tokoh masyarakat pencegahannya.
terhadap CDR. Kepercayaan masyarakat
terhadap kader kesehatan dalam
3. Analisis Multivariat program pengendalian TB semakin
Analisis multivariat dilakukan berkembang dengan adanya
melalui analisis jalur (path analysis). pelatihan kader dalam program TB,
Diperoleh nilai F sebesar 6.606 sehingga kader mempunyai bekal
dengan nilai probabilitas (sig) 0,000. pengetahuan dan keterampilan
Karena nilai sig < 0,05, disimpulkan program TB yang memadai. Kader
terdapat pengaruh modal sosial kesehatan berperan sebagai sebagai
kader kesehatan dan kepemimpinan panutan, pendidik dan penggerak
tokoh masyarakat dalam memberi dalam membantu penemuan
contoh atau teladan terhadap CDR. penderita TB di masyarakat.
Berdasarkan hasil perhitungan Berikut beberapa kutipan
analisis jalur, dikesimpulan bahwa pernyataan informan:
besaran pengaruh langsung modal “…..adanya saling percaya antar
sosial kader kesehatan terhadap anggota keluarga, sesama warga
CDR adalah 8,64%. Besaran dan terhadap kader kesehatan;
pengaruh langsung kepemimpinan anggota keluarga menyarankan
tokoh masyarakat terhadap CDR untuk memeriksakan ke
adalah 33%. Besaran pengaruh puskesmas; bila ada salah satu
simultan modal sosial kader warga yang sakit seperti TB,
kesehatan dan kepemimpinan tokoh kader kesehatan memberitahukan
masyarakat terhadap CDR adalah kepada warga binaannya, serta
27,7%. menggerakan untuk menjenguk
dan mengumpulkan iuran warga
Penelitian Kualitatif untuk membantu pengobatan;
1. Peran modal sosial kader kader kesehatan meng-
kesehatan dalam CDR informasikan ciri-ciri penderita
Dimensi kognitif modal sosial TB, melakukan penyuluhan agar
kader kesehatan yang berhubungan warga terhindar dari penyakit
dengan CDR yaitu adanya TB; warga percaya kepada kader
kesehatan, dan menjalankan apa
kepedulian kader kesehatan
yang disarankan kader kesehatan
terhadap warga masyarakat,
dalam pengobatan TB sampai
adanya saling percaya dan rasa

30
MODAL SOSIAL KADER KESEHATAN DAN KEPEMIMPINAN TOKOH MASYARAKAT DALAM
PENEMUAN PENDERITA TUBERKULOSIS

tuntas”….” (St, 28 Agustus warga masyarakat digerakkan


2013; Gnd, Bulu 27 Agustus oleh kader kesehatan, seperti
2013). dalam pengumpulan dana untuk
“….adanya rasa memiliki satu biaya berobat, meng-
sama, warga turut prihatin dan komunikasikan kepada warga
peduli terhadap penderita TB masyarakat untuk mendampingi
terutama lansia, warga akan dan mengantar berobat; mencari
mengantar ke puskesmas dan jalan keluar, misal menghimpun
membantu dalam minum obat; sumbangan warga, meminjam
adanya kepercayaan masyarakat mobil warga untuk
pada pelayanan kesehatan mengantarkan orang sakit ke
Puskesmas, dimana terdapat Puskesmas atau Rumah Sakit”
bukti penderita TB BTA positif (Amn, Kartasura 28 Agustus
yang sembuh setelah menjalani 2013; Wrs, Kartasura 28
pengobatan di Puskesmas” (St, Agustus 2013).
Bulu 27 Agustus 2013). “….adanya nilai-nilai bersama,
Sementara itu dimensi seperti tidak membeda-bedakan
relasional modal sosial kader antara penderita TB dengan
kesehatan memfokuskan pada penderita yang lain, warga tidak
karakter hubungan antara individu mengucilkan penderita TB dan
yang diwujudkan melalui tetap menjalin komunikasi,
kerjasama dan komunikasi yang memberikan nasihat serta
dilandasi nilai-nilai bersama, yang mengingatkan untuk berobat
dimanifestasikan dalam pemberian teratur; adanya norma bersama
saran dan nasihat, mendampingi untuk menjenguk orang sakit;
berobat, mencari jalan keluar untuk saat menjenguk, warga
biaya pengobatan, melalui menanyakan keluhan penderita
sumbangan perorangan, iuran atau sehingga warga mengetahui
penyakitnya, masyarakat lebih
mengambil dari kas RT. Seperti
peka terhadap gejala TB; adanya
disampaikan informan berikut:
norma bersama, membuat TB
“…..adanya kerjasama antara
lebih mudah diketahui
warga masyarakat, agar
masyarakat.” (Whd, Kartasura
penderita TB lebih cepat
28 Agustus 2013; Fth, Bulu, 27
diketahui dan mencegah penular-
an TB; adanya komunikasi Agustus 2013; Krs, Bulu, 27
antara warga, seperti saling Agustus 2013).
menginformasikan ciri-ciri Sementara itu, dimensi
penderita TB, melakukan pe- struktural modal sosial kader
nyuluhan agar mengetahui kesehatan berhubungan dengan
pencegahan, pengobatan, cara kemampuan individu untuk
penularan agar terhindar dari membuat ikatan yang lemah
penyakit TB,, dan lain-lain; menjadi kuat dalam suatu sistem,
adanya komunikasi dan kerja- seperti jaringan sosial,
sama antara warga masyarakat perkumpulan dan persatuan
dan kader kesehatan, penderita masyarakat. Adanya jejaring
TB BTA positif akan cepat masyarakat, penyebaran informasi
diketahui; kerjasama antara berpola dari atas bisa sampai ke

31
ENDANG SUTISNA SULAEMAN, REVIONO, ARRY SETYOWATI

bawah, sehingga warga mendapat sumbangan untuk membantu


informasi TB, dan memperluas pengobatan, dan penderita TB
penjaringan penderita TB BTA tidak dikucilkan dan ”. (Krs,
positif. Adanya perkumpulan Bulu, 27 Agustus 2013; Gnd,
masyarakat seperti PKK desa, Bulu, 27 Agustus 2013).
pertemuan dusun, paguyuban RT, 2. Peran kepemimpinan tokoh
dan posyandu merupakan media masyarakat dalam CDR
untuk menyampaikan berbagai Tokoh masyarakat memiliki
informasi terkait dengan kesehatan peran yang sangat penting dalam
termasuk TB. CDR di wilayah kerja Puskesmas,
Adanya perkumpulan akan yaitu memberikan motivasi, tempat
mempermudah dan mempercepat bertanya dan konsultasi. Seperti
penemuan penderita TB BTA penuturan salah satu Kepala Desa,
positif, sehingga penderita TB ”Ada penderita TB yang sulit
dapat segera diketahui dan diobati. diajak memeriksakan diri dan sulit
Adanya persatuan masyarakat, diberi nasihat oleh kader atau bidan,
menciptakan perasaan ke- namun berhasil dimotivasi oleh tokoh
bersamaan sehingga pendeita TB masyarakat dengan melakukan
tidak dikucilkan. Elemen-elemen pendekatan pribadi”.
tersebut terungkap dalam Warga masyarakat akan
penelitian studi kasus penelitian bertanya atau melakukan
ini. Seperti disampaikan informan konsultasi kepada tokoh
berikut : masyarakat, baik tokoh formal
“….adanya jejaring masyarakat seperti ketua RT, ketua RW atau
yang dibangun oleh kader kepala dusun, maupun maupun
kesehatan, informasi dari atas tokoh informal seperti pendidik
bisa sampai ke bawah, misal ataupun guru mengaji. Menurut
bidan desa dapat penuturan salah seorang informan,
menginformasikan penyakit TB “…peran tokoh masyarakat
yang diderita oleh warga adalah memberi contoh dan
masyarakat, warga mendapat menggerakkan dalam penemuan
informasi TB dari kader TB paru BTA positif, melapor
kesehatan dan petugas puskesmas kepada petugas Puskesmas bila
sehingga penderita TB BTA ada anggota masyarakat yang
positif lebih cepat diketahui, dan menunjukkan gejala TB,
memperlancat pengobatan TB; memberikan motivasi kepada
adanya perkumpulan masyarakat masyarakat dengan cara
yang digerakkan kader kesehatan, berkunjung ke rumah warga
akan mempermudah dan untuk memberikan penyuluhan
memperluas penjaringan pen- tentang kesehatan termasuk TB,
derita TB BTA positif,; adanya membantu keuangan untuk
perkumpulan masyarakat, warga pengobatan, menengok warga
mendapat informasi dan saran yang sakit, menyediakan
tentang penemuan dan pe- anggaran untuk transport kader
ngobatan TB; adanya persatuan kesehatan”. (Whd, Kartasura 28
masyarakat, warga melakukan Agustus 2013).
iuran dan memberikan

32
MODAL SOSIAL KADER KESEHATAN DAN KEPEMIMPINAN TOKOH MASYARAKAT DALAM
PENEMUAN PENDERITA TUBERKULOSIS

Tokoh masyarakat bersama- Puskesmas” (Stj, Kartasura, 28


sama perangkat desa dan kader Agustus 2013).
kesehatan mengadakan pertemuan Kendala dalam pe-
secara rutin sebulan sekali untuk nanggulangan TB, antara lain TB
membicarakan berbagai masalah dianggap bukan merupakan
kesehatan di masyarakat termasuk masalah kesehatan masyarakat yang
masalah TB. Seorang tokoh utama dibandingkan dengan
masyarakat menuturkan, penyakit lain seperti DBD, sehingga
”… Tokoh masyarakat bersama- respons dari masyarakat sangat
sama perangkat desa dan kader kurang dan warga yang
kesehatan mengadakan menindaklanjuti dengan me-
pertemuan secara rutin sebulan meriksakan diri ke Puskesmas
sekali untuk membicarakan sangat sedikit. Sementara itu
berbagai masalah kesehatan di informan lain mengatakan,
masyarakat, termasuk ”….peran tokoh masyarakat
permasalahan TB; kemudian dalam penemuan TB masih kurang
mengundang petugas Puskesmas optimal, mereka kurang memberi
untuk memberikan penyuluhan contoh dalam penemuan TB, hal ini
kesehatan atau penanggulangan disebabkan kurangnya pengetahuan
kesehatan di desa” (Sgm, tokoh masyarakat tentang TB sehingga
Kartasura, 28 agustus 2013). perlu dilakukan pelatihan tentang TB
Kegiatan pertemuan khusus kepada tokoh masyarakat” (Stn,
untuk penemuan penderita TB tidak Kartasura, 28 agustus 2013).
secara khusus dibahas di Desa. Selanjutnya seorang Kepala
Tidak ada aparat Desa yang secara Dusun menuturkan,
khusus diberi tugas untuk “….pengetahuan saya (kepala
menangani penanggulangan TB. dusun) tentang TB masih sedikit;
Perhatian aparat desa masih bersifat kepemimpinan desa belum
umum seperti terhadap penyakit mengembangkan kemampuan
yang lain. Bila ada warga staf (pamong desa), selama ini
masyarakat menderita batuk lebih belum ada informasi tentang TB
dari dua minggu, tokoh masyarakat yang diberikan kepada perangkat
memberikan saran untuk segera desa; belum ada pemimpin yang
memeriksakan diri ke Puskesmas, memberikan contoh dan
menghubungi kader kesehatan atau memberikan semangat dalam
petugas Puskesmas agar kegiatan penemuan penderita TB
mengunjungi penderita. Salah BTA positif” (Str, Kartasura 28
seorang Kepala Desa Agustus 2013).
menyampaikan, Tokoh masyarakat berperan
”….bila ada warga masyarakat dalam mengelola kegiatan dan
menderita batuk lebih dari dua minggu, bantuan yang akan diberikan,
tokoh masyarakat memberikan saran seperti sarana transportasi yang
untuk segera memeriksakan diri ke akan dipakai untuk menjenguk
Puskesmas atau kepala desa dan apatat orang sakit. Seperti disampaikan
desa menghubungi kader kesehatan atau anggota LPMD berikut:
petugas Puskesmas agar mengunjungi “….kegiatan menjenguk orang
penderita tersebut dan mengantar ke sakit ke rumah sakit merupakan

33
ENDANG SUTISNA SULAEMAN, REVIONO, ARRY SETYOWATI

kebiasaan warga yang sudah kesehatan yang tidak diberi


rutin dilakukan; kegiatan ini pelatihan. Penelitian Medina et al.,
dibantu oleh tokoh masyarakat, (2011) menemukan tingginya kasus
misalnya meminjamkan mobil; penyakit infeksi termasuk
jika membutuhkan bantuan dana, tuberkulosis berbanding terbalik
maka tokoh masyarakat dengan tingkat kepercayaan
memimpin pengumpulan dana sebagai kekuatan dari dimensi
sumbangan warga masyarakat kognitif modal sosial. Stigmatisasi,
untuk membantu biaya diskriminasi dan rendahnya tingkat
pengobatan” (Gnd, Bulu, 27 kepercayaan antara masyarakat
Agustus 2013). merupakan akibat dari ketakutan
terinfeksi dari komunitas.
PEMBAHASAN Penelitian Zolowere et al., (2007) di
Malawi Afrika Selatan
A. Peran modal sosial kader menunjukkan kesediaan penderita
kesehatan dalam CDR TB mengungkapkan keadaan
Menurut Murti (2010) upaya
penyakitnya kepada anggota
mencapai penemuan TB paru BTA
keluarga, teman, dan sahabat
positif memerlukan kerjasama
didasarkan atas kepercayaan, kasih
lintas sektoral dan pendekatan
sayang, keinginan untuk sembuh,
multidisiplin sehingga mampu
dan tanggung jawab terhadap
mengubah determinan kesehatan
lingkungan.
penderita TB. Kawachi dan
Modal sosial merupakan
Berkman (2001) menegaskan bahwa
sumber dukungan moral dan
modal sosial dapat mempengaruhi
material yang sangat berharga.
kesehatan seperti halnya
Tanpa dukungan kepercayaan, rasa
determinan sosial dan lingkungan
bebas dari stigmatisasi, dan
serta mendorong orang untuk
diskriminasi penderita akan
mempromosikan tindakan kolektif.
mengalami hambatan motivasi
Penelitian Hawe et al., (2000 cit.
untuk mengungkapkan keadaan
Sulaeman 2013) membuktikan
penyakitnya. Penelitian Smith
bahwa modal sosial berhubungan
(2004) menyimpulkan, implikasi
dengan kesehatan antara lain
terbesar TB adalah marginalisasi
adanya pertukaran informasi
penderita dengan tingkat modal
antara warga masyarakat, yaitu
sosial yang rendah ke dalam
tetangga saling memberikan saran
kemiskinan karena kehilangan
atau informasi berharga untuk
pekerjaan dan diskriminasi sosial.
mendapatkan pelayanan kesehatan.
Penelitian Meulemans et al., (2005)
Penelitian Datiko et al., (2009)
di Afrika Selatan menyimpulkan
di Ethiopia Selatan menyimpulkan
bahwa meskipun stigmatisasi
bahwa kader kesehatan yang diberi
masyarakat dirasakan berlebihan
pelatihan selama satu tahun
terhadap penyakit yang diderita
tentang gejala TB, cara penularan
tetapi dengan modal sosial yang
TB, kriteria suspek TB, pengobatan,
kuat berupa akses yang luas
risiko gagal atau putus
terhadap lingkungannya (tidak
pengobatan, mendapatkan temuan
merasa dikucilkan dan terisolasi)
CDR lebih tinggi daripada kader

34
MODAL SOSIAL KADER KESEHATAN DAN KEPEMIMPINAN TOKOH MASYARAKAT DALAM
PENEMUAN PENDERITA TUBERKULOSIS

penderita dapat secara persisten, penderita TB. Kader kesehatan


rasional, dan efektif menyikapi perempuan membesarkan hati
keadaan sakitnya. Penelitian anggota keluarga penderita TB,
Holtgrave et al., (2004) memberi pengetahuan tentang TB
menyimpulkan bahwa terdapat serta memberitahu bagaimana cara
hubungan antara variabel modal mencegah penularan TB. Keluarga
sosial, kemiskinan, dan penderita TB dimotivasi untuk
kesenjangan pendapatan dengan menjaga kesehatan lingkungan,
angka kejadian TB, Modal sosial dan diberi pinjaman keuangan
merupakan prediktor yang sangat untuk meningkatkan status
kuat (highly predictor level) terhadap keuangan keluarga penderita TB.
angka kejadian TB. Dukungan masyarakat sangat
Kader kesehatan merupakan penting untuk menemukan kasus
sumber tenaga yang murah dan baru, mengurangi stigma penderita
representatif, bekerja paruh waktu TB dan mendorong penderita
dan bukan pegawai kesehatan untuk berobat. Peran kader
profesional (Ebi 2008). Kader kesehatan pada program
kesehatan menyediakan waktu, pengendalian TB adalah memberi
pengetahuan, dan perhatian sesuai motivasi dan dukungan kepada
tugasnya. Tugas kerja yang jelas penderita TB.
merupakan kunci kesuksesan kader Kader kesehatan seharusnya
kesehatan (Awofeso et al., 2008). diterima, dipercaya, dan dihargai
Kemampuan, jumlah, dan masyarakat untuk mencapai tujuan
penyebaran kader kesehatan sangat bersama (Awofeso 2008). Program
menentukan kualitas, efisiensi, dan pengendalian TB di Ethiopia
keberhasilan program TB serta memperkenalkan penemuan kasus
sangat potensial meningkatkan baru dengan mengikutsertakan
CDR (Baral et al., 2007). Kader kader kesehatan berbasis
kesehatan mendapat dukungan komunitas. Pemerintah Ethiopia
yang tinggi jika mereka berasal dari menyadari bahwa salah satu cara
lingkungannya. Jenis kelamin meningkatkan CDR adalah dengan
merupakan faktor penting. Kader mengidentifikasi, menggali potensi,
kesehatan wanita lebih rajin dan dan bekerja sama dengan
lebih dapat dimotivasi dibanding masyarakat. Kader kesehatan diberi
laki-laki. pelatihan, koordinasi, dan
Kader kesehatan yang berusia wawancara sebelum memulai
tua lebih dapat meningkatkan intervensi penemuan kasus TB
jaringan sosial, memiliki hubungan (Awofeso 2008). Kader kesehatan
yang lebih luas, lebih berwibawa, melakukan komunikasi, memberi
dan dapat mempengaruhi (U.S. pengetahuan, kesadaran, dan
Department of Health and Human mengubah persepsi bahwa TB
Services 2005). Motivasi kerja kader adalah penyakit yang dapat diobati
bersumber dari masyarakat, dan disembuhkan (Lum et al.,
supervisi, dan pelatihan (Baum 2005). Penelitian Agboatwalla et al.,
2003). Kader kesehatan berperan (2004) menunjukkan bahwa kader
penting mengurangi stigma kesehatan lebih berhasil melakukan

35
ENDANG SUTISNA SULAEMAN, REVIONO, ARRY SETYOWATI

pendekatan kepada masyarakat pembangunan. Sinergi yang jelas di


dibandingkan tenaga kesehatan. antara mereka dapat berperan
saling melengkapi. Bukti dampak
B. Peran kepemimpinan tokoh dari kepemimpinan tokoh
masyarakat dalam CDR masyarakat sejak tahun 2000
Terungkap melalui studi menunjukkan adanya keikutsertaan
kasus, bahwa peran kepemimpinan masyarakat ke dalam ruang tata
tokoh masyarakat dalam CDR kelola masyarakat. Sejak tahun 2006
adalah memberikan motivasi, telah menekankan kebutuhan
tempat bertanya dan konsultasi, untuk menggerakkan ke-
mengadakan pertemuan secara pemimpinan masyarakat yang
rutin, serta mengelola kegiatan dan kuat.
menggalang donasi. Komponen Selanjutnya Lassey et al., (1976
keempat dari tujuh strategi utama cit. Sulaeman, 2012) menegaskan
pengendalian TB dalam Strategi bahwa, untuk meningkatkan
Rencana Kerja Kementerian kompetensi kepemimpinan
Kesehatan RI adalah melibatkan komunitas perlu difokuskan pada
penderita TB dan masyarakat. hal-hal berikut; (a) pengambilan
Dalam penanggulangan TB perlu keputusan dilakukan secara
mengembangkan strategi advokasi, partisipatif, (b) melakukan
komunikasi dan mobilisasi sosial perencanaan perubahan sosial dan
(AKMS) yang saling berkaitan. memperluas partisipasi publik, (c)
Mobilisasi sosial berarti melibatkan proses perubahan yang
semua unsur masyarakat sehingga direncanakan harus dimengerti dan
memungkinkan masyarakat untuk bisa dilaksanakan secara luas oleh
melakukan kegiatan secara kolektif masyarakat, serta (d) potensi
dengan mengumpulkan sumber kemampuan kepemimpinan
daya dan membangun solidaritas diperluas pada populasi melalui
untuk mengatasi masalah bersama kecakapan pengetahuan, pelatihan
(Kementerian Kesehatan RI 2011). keterampilan, dan pengalaman
Penelitian Agboatwalla (2002) kepemimpinan. Menurut penelitian
di Pakistan menyimpulkan, jika Ferguson et al., (2011) konstruksi-
pemantauan program ditingkatkan onisme sosial memberikan
dan pelaksanaan DOTS lebih kerangka teoritis untuk memahami
berbasis penderita dan masyarakat, bagaimana masyarakat me-
target CDR yang ditetapkan dapat mandang peluang kepemimpinan
dicapai. Masyarakat diberi dalam lembaga masyarakat serta
pengetahuan bahwa TB adalah bagaimana proses lembaga men-
penyakit yang dapat disembuhkan dorong peningkatan keikutsertaan.
untuk menghapus stigma yang Empat tema utama yang perlu
melekat pada penyakit dan diperhatikan, yaitu suara
meningkatkan deteksi kasus. masyarakat dan kepemilikan,
Penelitian Adrian (2010) keamanan emosional, kekuasaan,
menyimpulkan bahwa ke- dan dukungan timbal balik. Untuk
pemimpinan tokoh masyarakat keberhasilan program masyarakat
berperan untuk mengikutsertakan
masyarakat dalam program

36
MODAL SOSIAL KADER KESEHATAN DAN KEPEMIMPINAN TOKOH MASYARAKAT DALAM
PENEMUAN PENDERITA TUBERKULOSIS

perlu ditunjang dengan yang efektif adalah; (a) memiliki


pemberdayaan kepemimpinan. kejujuran dan berhasil meraih
Petter et al., (2002 cit. Pitts, kepercayaan masyarakat, (b)
2005) memformulasikan secara memiliki keteladanan yang nyata,
komprehensif tujuh dimensi (c) Menerapkan gaya ke-
pemberdayaan kepemimpinan, pemimpinan sesuai situasi
yaitu: kekuasaan, pengambilan masyarakat, (d) memiliki visi
keputusan, informasi, otonomi, tentang kondisi lingkungan
inisiatif dan kreativitas, sosialnya yang sangat diyakini dan
pengetahuan dan keterampilan, didukung dengan karakter nyata
serta pertanggung jawaban. yang bermanfaat bagi pemenuhan
Penelitian Ashwell et al., (2009) kebutuhan masyarakat, dan (e)
menegaskan bahwa kemandirian memiliki kemampuan ber-
berkelanjutan di bidang kesehatan komunikasi secara efektif dengan
dapat dicapai melalui masyarakat dan lingkungan
kepemimpinan tokoh masyarakat sosialnya.
dan mempertahankan aktivitas, Penelitian Widagdo (2007)
menguatkan intervensi pogram dan menyimpulkan, desa dengan
meningkatkan interaksi antara kepala desa yang memberikan
masyarakat dan sistem kesehatan, motivasi lebih baik kinerja dan
serta meningkatkan penggunaan kelestarian kegiatan dibandingkan
pelayanan kesehatan oleh dengan desa yang kepala desanya
masyarakat. tidak memberikan motivasi.
Penelitian Kironde (2002) di Motivasi dapat berupa; (a)
Asia Selatan menyimpulkan bahwa pemberian tugas yang selalu
tokoh masyarakat berperan dalam dimonitor dan disupervisi, (b)
program pengendalian TB. memberitahukan mana yang salah
Dukungan tokoh masyarakat dan mana yang benar, (c) selalu
sangat penting dalam penemuan mempertimbangkan kemampuan
penderita TB, karena stigma kader sebelum member tugas, (d)
tentang penyakit TB membuat memberi imbalan dalam bentuk
orang cenderung menyembunyikan apapun, dan (e) memperhatikan
penyakit mereka dan tidak kesejahteraan kader. Penelitian
melakukan pengobatan. Penderita Pranata (2014) menyimpulkan
TB yang mendapat dukungan dari bahwa keberhasilan program
tokoh masyarakat lebih mungkin kesehatan ditentukan oleh; (a)
untuk menyelesaikan pengobatan. pemimpin mempunyai kepedulian
Sumardjo (2003 cit. Sulaeman, 2012) tinggi terhadap masalah kesehatan
melakukan penelitian di Jawa Barat setempat, (b) tokoh agama dan
dan Jawa Tengah menemukan fakta masyarakat setempat mau terlibat
bahwa kepemimpinan lokal yang secara langsung dalam kegiatan
efektif setidaknya apabila memiliki kesehatan, (c) masyarakat tidak
empat prasyarat yaitu terpercaya, segan berkontribusi dalam hal
kompeten, komunikatif, dan biaya dan tenaga, dan (d)
memiliki komitmen kerjasama yang melibatkan organisasi yang
tinggi. Adapun ciri kepemimpinan potensial seperti PKK, BPD, LSM,

37
ENDANG SUTISNA SULAEMAN, REVIONO, ARRY SETYOWATI

karang taruna, lembaga Perlu meningkatkan peran modal sosial


keagamaan, dan lembaga adat. kader kesehatan dimensi relasional
yaitu kerjasama dan komunikasi yang
SIMPULAN DAN SARAN dilandasi nilai-nilai bersama, dalam
penemuan TB paru BTA positif, (4)
Simpulan Perlu meningkatkan peran modal sosial
Berdasarkan hasil analisis data kader kesehatan dimensi struktural
dan pembahasan dapat disimpulkan yaitu jaringan sosial, perkumpulan dan
sebagai berikut; (1) Besaran pengaruh persatuan masyarakat, dalam
langsung modal sosial kader kesehatan penemuan TB paru BTA positif, (5)
terhadap CDR adalah 8,64%, Besaran Perlu meningkatkan peran ke-
pengaruh langsung kepemimpinan pemimpinan tokoh masyarakat dalam
tokoh masyarakat terhadap CDR CDR yaitu memberikan motivasi,
adalah 33%, dan Besaran pengaruh tempat bertanya dan konsultasi,
modal sosial kader kesehatan dan mengadakan pertemuan, mengelola
kepemimpinan tokoh masyarakat kegiatan dan menggalang donasi, serta
secara simultan terhadap CDR adalah memberi contoh dalam penemuan TB
27,7%, (2) Peran modal sosial kader paru BTA positif.
kesehatan yang berhubungan dengan
CDR terdiri dari dimensi kognitif, Ucapan terima kasih
relasional dan struktural. Kami menghaturkan terima
Dimensi kognitif meliputi kasih kepada Ketua Lembaga
kepedulian, saling percaya dan rasa Penelitian dan Pengabdian Kepada
memiliki antar anggota keluarga, Masyarakat Universitas Sebelas Maret
sesama warga serta kader dan petugas yang telah mendanai penelitian ini
kesehatan. Dimensi relasional meliputi dalam skim Hibah Unggulan Madya,
kerjasama dan komunikasi yang serta kepada Pemerintah Daerah
dilandasi nilai-nilai bersama. Dimensi Kabupaten Sukoharjo Jawa Tengah dan
struktural meliputi jaringan sosial, dr. H. Guntur Subiyantoro, M.Si,
perkumpulan dan persatuan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten
masyarakat, (3) Peran kepemimpinan Sukoharjo Jawa Tengah yang telah
tokoh masyarakat dalam CDR adalah memberikan izin dan fasilitasinya
memberikan motivasi, tempat bertanya sehingga penelitisn ini dapat
dan konsultasi, mengadakan terlaksana.
pertemuan secara rutin, serta
mengelola kegiatan dan dan KEPUSTAKAAN
menggalang donasi.
Adrian M. 2010. The community leadershp
Saran and place-shaping roles of english
Berdasarkan hasil penelitian, local government synergy or tension?
disarankan; (1) Perlu meningkatkan Public Policy and Administration 2010
25: 175
peran modal sosial kader kesehatan
Agboatwalla M, Kazi GN, Shah SK, Noor,
dimensi kognitif yaitu kepedulian,
Domki A, Saeed S, et al., 2004.
saling percaya dan rasa memiliki antar Community involvement in enhancing
anggota keluarga, sesama warga serta case detection and treatment success
kader dan petugas kesehatan, dalam rates of tuberculosis patients under
penemuan TB paru BTA positif, (2)

38
MODAL SOSIAL KADER KESEHATAN DAN KEPEMIMPINAN TOKOH MASYARAKAT DALAM
PENEMUAN PENDERITA TUBERKULOSIS

DOTS strategy in pakistan. National Conrad D. Defining social capital.


Program Manager TB Control Program Electronic Journal of Sociology 2007.
Government of Pakistan. [cited 2011Nov15].
Ainy A, Makky M, Fajar NA. Alert village: Availablefrom:http://www.sociology.
an awareness and health promotion org/content/2007/_contrad_social_ca
programme on healthy behaviors. pital.pdf.
BMC Public Health. 2012; 12: p. 1-2. Datiko D, Lindtjørn B. Health extension
Ashwell HES dan Barclay L 2009. A workers improve tuberculosis case
retrospective analysis of a community- detection and treatment success in
based health program in Papua New Southern Ethiopia: A Community
Guinea. Health Promotion randomized trial. PLos one
International, Vol. 24 No. 2. Published Community TB Care in Ethiopia. 2009;
by Oxford University Press. 4: p. 5443-50.
Downloaded from hpp.sagepub.com at Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo.
University of Wollongong on 2013. Profil kesehatan kabupaten
November 24, 2011 Sukoharjo Provinsi Jawa Tengah.
Awofeso N, Schelokova I, Dalhatu A 2008. Sukoharjo
Training of front-line health workers Dye C, Lönnroth K, Jaramillo E, Williams
for tuberculosis control: Lessons from BG, Raviglione M. Trends in
Nigeria and Kyrgyzstan. Human tuberculosis incidence and their
Resources for Health. 6 (20): p. 1478- determinants in 134 countries. Bull
91. World Health Organ. 2009; 87: 683–91.
Baral SC, Karki DK, Newell JN. Causes of Ebi KL, Semenza J. Community-based
stigma and discrimination associated adaptation to the health impacts of
with tuberculosis in Nepal: a climate change. Am J Prev Med. 2008.
qualitative study. BMC Public Health. 35(5): p. 501-7.
2007;7 (211):1-10. U.S. Department of Health and Human
Baum FE, Ziersch AM. Social capital. J Services. Substance Abuse and Mental
Epidemiol Community Health. 2003. Health Services Administration Center
57: p. 320-3. for Substance Abuse Treatment.
Blakely T, Ivory V. Commentary: Bonding, Empowering America Grassroots.
bridging, and linking-but still not 2005. Successful strategies for
much going on. International Journal recruiting, training, and utilizing
of Epidemiology. 2006;35:614–5. volunteers. Washington DC
Bolin K, Lindgren B, Lindstrom M, Nystedt Ferguson KM, Kim MA, McCoy S.
P. Investments in social capital- Enhancing empowerment and
implications of social interactions for leadership among homeless youth in
the production of health. Social Science agency and community settings: A
and Medicine. 2003;56:2379-90. grounded theory approach. Child
Bourdieu P. The forms of capital. In: J. Adolesc Social Worker Journal (2011)
Richardson, Editor. Handbook of 28:1–22. Published online: 30
Theory and Research for the Sociology September 2010. Springer
of Education (New York, Greenwood), Science+Business Media, LLC 2010.
1986; 241-58. Downloaded from hpp.sagepub.com at
Coleman JS. Social capital in the creation of University of Wollongong on
human capital. The American Journal November 24, 2011
of Sociology. Supplement: Fujiwara T, Kawachi I. Social capital and
Organizations and institutions: health. A study of adult twins in the
Sociological and economic approaches U.S. Am J Prev Med. 2008; 35 (2):139 –
to the analysis of social structure. 44.
1988;94:S95-S120.

39
ENDANG SUTISNA SULAEMAN, REVIONO, ARRY SETYOWATI

Harpham T, Grant E, Thomas E. Measuring van Rensburg D. Social capital and


social capital within health surveys: community TB care in the Free State,
key issues. Health Policy and South Africa. Acta Academica
Planning. 2001;17( 1):106-11. Supplementum. 2005 (1):128-53.
Holtgrave DR, Crosby RA. Social Murti B. 2010. Determinan sosio-ekonomi,
determinants of tuberculosis case rates modal sosial, dan implikasinya bagi
in the United States. Am J Prev Med. kesehatan masyarakat. Pidato
2004; 26 (2): 159–62. Pengukuhan Guru Besar Ilmu
Kawachi I, Kennedy BP, Lochner K, Kesehatan Masyarakat Fakultas
Prothrow-Stith D. Social capital, Kedokteran Universitas Sebelas Maret.
income inequality, and mortality. Am J Surakarta.
Public health. 1997; 87:1491-98. Nahapiet J, Ghoshal S. Social capital,
Kawachi I, Berkman LF. Socialties and intellectual capital, and the
mental health. Journal of Urban organizational advantage. The
Health. 2001;78 (3): 458-67. academy of management review. 1998;
Kementerian Kesehatan Republik 23 (2): 242-66.
Indonesia Direktorat Jenderal Ngadaya ES, Mfinanga GS, Wandwalo ER,
Pengendalian Penyakit dan Morkve O. Detection of pulmonary
Penyehatan Lingkungan. 2011. tuberculosis among patients with
Pedoman nasional penanggulangan cough attending outpatient
tuberkulosis. Jakarta. departments in Dar Es Salaam,
Kironde S, Bajunirwe F. 2002. Lay workers Tanzania: does duration of cough
in directly observed treatment (DOT) matter?. BMC Health Services
programmes for tuberculosis in high Research. 2009; 9 (112):1-5.
burden settings: Should they be paid? Oksanen T. 2009. Workplace social capital
A review of behavioural perspectives. and employee health.. [cited 2011
African Health Sciences. Vol 2(2): p. Des18]. http://
73-8. www.doria.fi/bitstream/handle/1002
Krianto T. 2005. Pemberdayaan masyarakat 4/47617/Annales D876 Oksanen.pdf?
dalam promosi kesehatan. Hal 254-280. sequence=1
dalam Notoatmodjo S. Promosi Pitts DW. Leadership, empowerment, and
kesehatan teori dan aplikasi. Cetakan public organizations. Review of Public
Pertama. Jakarta: PT Rineka Cipta. Personnel Administration 2005 25: 5.
Lum T, Lightfoot E. The effects of Downloaded from rop.sagepub.com at
volunteering on the physical and University of Wollongong on
mental health of older people. November 28, 2011
Research on Aging. 2005; 27; p. 31-55. Portes A. 1998. Social Capital: Its origins
Lynch J, Due P, Muntaner C, Smith GD. and applications in modern sociology.
Social capital-Is it a good investment Annual review of sociology. Vol 24: p.
strategy for public health? J Epidemiol 1-24.
Community Health. 2000; 54:404-8. Pranata, Setia., Lely Pratiwi, Niniek.,
Macinko J, Startfiiel B. The utility of social Rahanto, Sugeng. 2014. Pemberdayaan
capital in research on health masyarakat di bidang kesehatan,
determinants. The Johns Hopkins gambaran peran kader posyandu
Medical Institutions. 2001; 79 (3): p. dalam upaya penurunan angka
387-427. kematian ibu dan bayi di kota Manado
Medina DG, Le QV. Infectious diseases and dan Palangkaraya. Buletin Penelitian
interpersonal trust: international Sistem Kesehatan. Vol 14 No 2 April
evidence. 2011; 3 (4): 206-10. 2011.
Meulemans H, Ouytsel JV, Rigouts L, Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Mortelmans D, Heunis C, Matebesi Z, Bahasa Departemen Pendidikan dan

40
MODAL SOSIAL KADER KESEHATAN DAN KEPEMIMPINAN TOKOH MASYARAKAT DALAM
PENEMUAN PENDERITA TUBERKULOSIS

Kebudayaan. 2007. Kamus umum kader kesehatan dalam meningkatkan


bahasa indonesia. Jakarta: Balai kinerja Posyandu. Jurnal Promosi
Pustaka Kesehatan Indonesia (The Indonesian
Putnam R. Bowling alone: America's Journal oh Health Promotion). Volume
declining social capital. Journal of 2/No.1/Januari 2007.
Democracy. 1995; 6 (1):65-78. World Health Organization. 2006. The Stop
Rasanathan K, Kurup AK, Jaramillo E, TB Strategy, Building on and
Lönnroth K. The social determinants of enhancing DOTS to meet the TB-
health: key to global tuberculosis related Millennium Development
control. Int J Tuberc Lung Dis. 2011; Goals. Switzerland: World Health
Vo1 5 (6): p. 30–36. Organization.
Smith I. What is the health, social, and World Health Organization. 2007.
economic burden of tuberculosis?. In: Community health workers: What do
Frieden T, editor. Toman's tuberculosis we know about them?. Geneva: World
case detection, treatment, and Health Organization.
monitoring: questions and answers. World Health Organization. 2008.
2nd edition. Geneva: WHO; 2004. p. Implementing the WHO stop TB
233-7. strategy. A handbook for national
Sulaeman E.S. 2012. Pemberdayaan tuberculosis control programmes.
masyarakat di bidang kesehatan teori Spain: World Health Organization.
dan implementasi. Cetakan pertama. World Health Organization. 2010. The
Yogyakarta : Gajah Mada University global plan to stop TB 2011-2015.
Press. Transforming the fight towards
Sulaeman ES. 2012. Model pemberdayaan elimination of tuberculosis.
masyarakat dalam kemampuan Switzerland: World Health
mengidentifikasi masalah kesehatan: Organization.
studi pada program Desa Siaga. Jurnal World Health Organization. Advocacy,
Kedokteran YARSI 20 (3) : 118 – 127 communications, and social
(2012) mobilization for TB control. Report of
Sulaeman ES. 2013. Model pemberdayaan the Regional Workshop Colombo; 2010
masyarakat bidang kesehatan. Sept 14-17; India; 2010. p. 1-33.
Surakarta: UNS PRESS. ISBN 978-979- World Health Organization. 2011. World
498-848-0. www.unspress.uns.ac.id Health Organization Report 2011
Sundquist K, Yang M. Linking social Global Tuberculosis Control. Geneva:
capital and self-rated health: A World Health Organization press.
multilevel analysis of 11.175 men and Zolowere D, Manda K, Panulo B, Muula
women in Sweden. Health & Place. AS. Experiences of self-disclosure
2007;13 (2):324-34. among tuberculosispatients in rural
Widagdo. 2007. Ciri-ciri kepala desa yang Southern Malawi. Rural and Remote
berpengaruh terhadap peran serta Health. 2008; 8 (1037):1-9.

41

Anda mungkin juga menyukai