Padi sawah merupakan salah satu komoditi strategis untuk mencukupi kebutuhan
pangan sebagian besar masyarakat Nusa Tenggara Timur dan Kabupaten Manggarai pada
khususnya Kegagalan mengembangkan teknologi untuk meningkatkan produksi padi sawah
akan berdampak pada ketersediaan pangan di Nusa Tenggara Timur dan Kabupaten
Manggarai khususnya Teknologi unggulan -hasil pengkajian padi sawah sudah cukup banyak
tersedia baik varietas, cara tanam, maupun pemupukan. Beberapa komponen teknologi padi
sawah tersebut belum sepenuhnya diadopsi oleh petani sehingga produksi yang diharapkan
belum memberikan hasil yang optimal. Kondisi ini disebabkan antara lain karena proses
penyebarluasan hasil pengakajian yang dilakukan masíh terbatas pada beberapa metode
penyuluhan dan terpusat pada daerah lokasi pengkajian tertentu saja. .
Pengembangan sistem usaha tani padi sawah mengisaratkan adanya dukungan
teknologi hasil pengkajian spesifik lokasi. Hasil-hasil pengkajian ini perlu diikuti kegiatan
penyebar luasan pada wilayah sentra produksi padi dengan pendekatan berbagai metode
Penyuluhan Pertanian yang sesuai dengan kondisi dan karakter petani. .
Suatu teknologi baru usaha tani padi sawah akan memiliki daya dan hasil guna yang
tinggi apabila dapat diadopsi oleh petani secara penuh dan berkelanjutan, karena itu dalam
proses mempercepat adopsi teknologi pertanian di Nusa tenggaraTimur pada umunya dan
Kabupaten Manggarai secara khusus perlu mencermati kondisi rill sosial budaya masyarakat
guna mencapai efektifitas penyebar-luasan hasil pengkajian dan adopsi teknlogi oleh petani
Masyarakat Kabupaten Manggarai dalam pengembangan usahatani pada dasarnya memiliki
sifat kerja keras, sifat taat, suka menerima seuatu yang baru yang dianggap menguntungkan,
mudah kecewa bila ingkar janji. Keinginan untuk menerapkan teknlogi cukup tingi, namun
bersifat tidak terbuka karena masih dipengaruhi oleh tradisi dan kebiasaan-kebiasaan lama.
Mereka sulit untuk menyampaikan permasalahannya kepada siapa saja yang tidak atau belum
dikenal
Dengan memahami dan menghayati berbagai dimensi hidup masyarakat Kabupaten
Mnggarai, maka pendekatan yang dilakukan dalam rangka mempercepat proses adopsi
teknologi padi sawah kepada petani di Kabupaten Manggarai adalah pendekatan
perorangan, pendekatan kelompok, serta memahami pola budaya yang berkembang seperti
nilai-nilai, norma-norma yang berlaku. Padi sawah merupakan salah satu komoditi strategis
untuk mencukupi kebutuhan pangan sebagian besar masyarakat Nusa Tenggara Timur dan
Kabupaten Manggarai pada khususnya Kegagalan mengembangkan teknologi untuk
meningkatkan produksi padi sawah
akan berdampak pada ketersediaan pangan di Nusa Tenggara Timur dan Kabupaten
Manggarai khususnya Teknologi unggulan -hasil pengkajian padi sawah sudah cukup banyak
tersedia baik varietas, cara tanam, maupun pemupukan. Beberapa komponen teknologi padi
sawah tersebut belum sepenuhnya diadopsi oleh petani sehingga produksi yang diharapkan
belum memberikan hasil yang optimal. Kondisi ini disebabkan antara lain karena proses
penyebar luasan hasil pengakajian yang dilakukan masíh terbatas pada beberapa metode
penyuluhan dan terpusat pada daerah lokasi pengkajian tertentu saja. .
Pengembangan sistem usaha tani padi sawah mengisaratkan adanya dukungan
teknologi hasil pengkajian spesifik lokasi. Hasil-hasil pengkajian ini perlu diikuti kegiatan
penyebar luasan pada wilayah sentra produksi padi dengan pendekatan berbagai
metodePenyuluhan Pertanian yang sesuai dengan kondisi dan karakter petani. .
Suatu teknologi baru usaha tani padi sawah akan memiliki daya dan hasil guna yang
tinggi apabila dapat diadopsi oleh petani secara penuh dan berkelanjutan, karena itu dalam
proses mempercepat adopsi teknologi pertanian di Nusa tenggaraTimur pada umunya dan
Kabupaten Manggarai secara khusus perlu mencermati kondisi rill sosial budaya masyarakat
guna mencapai efektifitas penyebar-luasan hasil pengkajian dan adopsi teknlogi oleh petani
Masyarakat Kabupaten Manggarai dalam pengembangan usahatani pada dasarnyamemiliki
sifat kerja keras, sifat taat, suka menerima seuatu yang baru yang dianggap menguntungkan,
mudah kecewa bila ingkar janji. Keinginan untuk menerapkan teknlogi cukup tingi, namun
bersifat tidak terbuka karena masih dipengaruhi oleh tradisi dan kebiasaan-kebiasaan lama.
Mereka sulit untuk menyampaikan permasalahannya kepada siapa saja yang tidak atau belum
dikenal Dengan memahami dan menghayati berbagai dimensi hidup masyarakat Kabupaten
Manggarai, maka pendekatan yang dilakukan dalam rangka mempercepat proses adopsi
teknologi padi sawah kepada petani di Kabupaten Manggarai adalah pendekatan
perorangan, pendekatan kelompok, serta memahami pola budaya yang berkembang seperti
nilai-nilai, norma-norma yang berlaku.
PERSIAPAN DAN PENGELOLAAN UMUM
Yang membuat lingko menjadi kebun adalah "teno". Teno adalah roh pelindung kebun yang
dipercayai memberi kesuburan serta perlindungan pada tanaman tanaman di dalamnya.
Sesungguhnya Teno itu adalah nama sejenis pohon yang dalam istilah Latin disebut melochia
arborea/melochia ef umbelata. Pohon ini dapat hidup dengan baik di tanah yang kurang
subur.
1. Tahap Persiapan
Para tetua suku berunding di rumah gendang untuk menentukan hal hal seperti, menetapkan
lingko mana yang akan dibagi, menetapkan jumlah anggota suku yang akan mendapat bagian
lahan, menyiapkan perlengkapan kerja , bahan bahan kebutuhan ritus ritus.
Sekembalinya dari pertemuan ini tu’a tu’a kilo dan tu’a panga berembug ke dalam untuk
menentukan siapa siapa anggota keluarga mereka yang bakal mendapat pembagian dan
mungkin ada juga orang luar yang ingin mendapat bagian seperti
1) warga lain suku yang sudah tinggal menetap dengan suku pemilik lingko. disebut sebagai
“ata long”.
2) warga lain suku yang secara khusus datang untuk meminta agar mendapat bagian tanah
disebut sebagai”ata kapu manuk lele tuak” dan
3) keturunan anak perempuan yang menetap dalam suku atau tidak menetap pada suku suami.
Nama nama mereka ini harus masuk melalui kilo atau panga di dalam suku.
Dalam pertemuan persiapan berikut agendanya adalah memasukan nama nama dari setiap
kilo/ panga yang bakal menerima lahan, menentukan hari membersihkan lingko, menentukan
titik pusat lingko, menentukan hari pembagian dan agenda yang paling penting yakni
menentukan Tu’a Teno. Tu’a Teno adalah orang yang berwewenang membagi lahan dan
menyelenggarakan ritus pembagian lingko.
Di antara suku suku di Manggarai ada yang mempunyai tu’a teno tetap namun ada juga tu’a
teno yang dipilih secara bergiliran setiap kali ada pembagian tanah lingko dari panga panga
yang ada dalam suku. Bahkan ada juga yang meminta bantuan seseorang dari kilo atau panga
keturunan saudari perempuan yang mereka percayai orang itu bertangan dingin dan selalu
membawa keberhasilan. Orang ini dipinjam tangannya untuk menancapkan teno dan disebut
sebagai "wari lime".
2. Tahap Pelaksanaan
Pada hari pembagian, kegiatan diawali dengan ritus "wuat wa’i" di rumah gendang. Wuat
wa’i adalah ritus memohon restu dan bimbingan dari leluhur dan roh pelindung kampung
atau naga beo agar acara pembagian lahan ini berjalan dengan lancar. Kurban pada ritus ini
adalah seekor ayam. Selesai ritus wu’at wai, warga kampung dipimpin oleh tu’a Teno
berprosesi (sorongge) menuju lingko yang akan dibagi.
Tiba di lingko yang hendak dibagi tu’a teno duduk diseputar titik pusat kebun dan anggota-
anggota yang akan menerima bagian bersama tu’a tu’a kilo dan panga duduk membentuk
sebuah lingkaran yang besar. Kemudian ritual dimulai dengan "tente arong", membuat lubang
tempat teno akan diletakan/ditancapkan,na’a ruha one arong , meletakan telur di
lubang/arong, renge ela yaitu doa persembahan babi kurban dan puncak acaraTua Teno
melakukan tente teno/derek teno.
Secara harafiah "tente teno" berarti menancapakan kayu teno pada pusat lingko itu. Teno
yang ditancapkan harus memecahkan telur yang telah diletakkan terlebih dahulu. Yang
terakhir "mbukut", memerciki/menuang darah babi persembahan yang telah didoakan pada
teno sebagai meterai sahnya perkawinan yang adikodrati dan ibu bumi.
Teno yang di tancapkan menyerupai gasing atau mangka dalam bahasa Manggarai.
Mangka/gasing merupakan lambang dunia atas (adikrodati) dan tanah merupakan lambang
ibu/feminim. Penancapan teno (lingga) ke dalam tanah melambangkan perkawinan sakral
antara Bapa ”dunia adikrodati” dengan Ibu Bumi. ("ema eta", "enden wa").
Perkawinan ini dilandasi keyakinan tradisional, bahwa tanah bersifat feminim atau ibu yang
membuat benih yang bersifat maskulin dapat bertumbuh, dan melahirkan hidup baru.
Selanjutnya di sekeliling teno dibuat lengker yakni sebuah lingkaran kecil tali dari sejenis
tanaman merambat di mana ditancapkan kayu kayu kecil yang disebut lance koe.
Jarak antara satu lance koe dengan lance koe lainnya tergantung pada besarnya jari yang di
tempelkan ketanah.
Ada jarak sebesar lima lima jari yang disebut "moso rembo", ada jarak tiga jari yang disebut
"lide", jarak dua jari dan jarak satu jari dan yang paling kecil yaitu jari kelingking di sebut
koret atau lidi adalah bagian yang diberikan kepada para pendatang yaitu ata long atau ata
kapu manuk lele tuak.
Tindakan mengulur jari sebagai dasar jarak antara lance disebut "sor moso". Sor berarti
mengulur. Sor moso berarti hak untuk memperoleh bagian tanah yang besarnya tergantung
pada banyaknya jari yang dipakai untuk mengukur jarak antara kedua lance koe. Banyaknya
jumlah jari itu tergantung status/kedudukan yang dimiliki dalam suku seperti status status,
tu’a golo, tu’a teno, tu’a panga, tu’a kilo, anggota biasa dstnya.
Dari patok lance koe lepar yakni belahan batang bambu akan diletakan kearah patok lance
yang ditanamkan di lingkaran luar yang lebih besar kemudian dari patok di lingkaran luar tadi
bambu diletakan kearah lance acer, kayu patok panjang yang masing masing dipegang oleh
anggota sor moso yang duduk melingkar dalam sebuah lingkaran yang lebih besar. Dengan
membagi kebun dari lingkaran kecil, keluar ke patok di lingkaran besar kemudian kearah
lingkaran lebih luar yang lebih besar lagi di mana orang duduk melingkar itulah yang
membuat bentuk pembagian dengan berpusat di lodok itu berbentuk seperti sarang laba laba.
Besar atau kecilnya lingkaran tempat sor moso tergantung banyak dan sedikitnya jumlah
anggota suku yang akan menerima bagian lahan. Apabila jumlah penerima banyak tentu
lengker/ lingkaran pusatnya semakin besar dan sebaliknya bila penerimanya sedikit maka
lengkernya akan kecil.
3. Tahap penutup
Acara pelaksanaan pembagian tanah ini berlangsung hanya satu hari. Inti pembagiannya
cukup sampai pada penancapan patok lance acer di mana para penerima lahan duduk. Titik
pada lance koe,patok lance pada lingkaranluar dan patok lance acer pada lingkaran orang
duduk akan menjadi panduan untuk penancapan patok patok berikutnya sampai pada batas
paling luar kebun/ cicing dan dapat dilakukan pada hari berikutnya. Sebelum matahari
terbenam semuanya harus berprosesi pulang ke kampung. Prosesi pulang kampung ini
dinamakan” barong poli“, mewartakan bahwa acara pembagian tanah telah selesai.
ISTILAH
tujuh ritual adat petani di Manggarai mulai dari pembukaan lahan hingga syukuran atas panen
1. Lea Lose
Lea lose adalah upacara (adak) saat membuka kebun baru. Adak yang dipimpin tua teno
(ketua adat yang bertanggung jawab dalam urusan tanah ulayat) ini bertujuan untuk meminta
restu para pemilik atau penjaga hutan yang sebentar lagi dijadikan kebun. Lea lose penting,
selain memohon berkat dari nenek moyang, juga menghindari beo (kampung) dari bala yang
mungkin ditimpakan si empunya hutan.
2. Benco Raci
Setelah hutan dibuka, biasa disebut rimu (tebang hutan) dan dibakar, tua teno atau setiap
pemilik kebun, mengadakan adak benco raci. Adak ini dibuat sebelum menanam padi atau
jagung di lahan yang sudah disiapkan. Tujuannya untuk memohon berkat atas benih baru.
3. Wasa
Wasa diadakan saat padi atau jagung berumur sekitar 1-2 bulan untuk memohon perlindungan
dan berkat atas benih yang sudah tumbuh. Maklum, saat-saat seperti ini jagung atau padi
menjadi incaran kera atau babi hutan.
4. Oli
Oli adalah adak memohon berkat kesuburan atas seluruh tanaman dari wura agu ceki (nenek
moyang suku). Ada dua jenis oli, yaitu oli beo dan oli uma weru (kebun baru). Oli beo dibuat
di kampung dan oli uma weru dibuat di kebun baru. Kedua jenis oli ini dipimpin oleh tua
teno, yang ditandai dengan penanaman satu biji jagung di natas beo (halaman kampung) oleh
tua teno. Kemudian, sang tua teno melempar sebuah biji pinang yang sudah dibelah ke udara.
Apabila kedua belah biji pinang jatuh dalam keadaan terbuka, maka itu menandakan seluruh
tanaman di kebun akan bertumbuh subur. Tapi, kalau salah satu atau kedua belah biji pinang
jatuh dalam keadaan tertutup, maka seluruh tanaman ditengarai tidak akan bertumbuh sesuai
dengan harapan. Saat adak oli, warga beo biasanya menanak nasi dalam bambu yang dibakar,
biasa disebut tapa kolo.
Kedua adak ini dibuat untuk menandakan jagung dan padi siap dipanen. Sebelum adak ini
dibuat, setiap pemilik kebun atau siapa saja tidak boleh memanen jagung atau mengetam
padi. Biasanya dikenal istilah “tako le anak koe” untuk orang-orang yang diam-diam
memanen jagung di kebunnya sebelum adak ini dibuat.
6. Penti
Penti merupakan adak untuk mengungkapkan rasa syukur atas panen dan kehidupan, yang
telah dilalui selama satu tahun terakhir. Upacara ini juga sebagai ungkapan mohon
perlindungan serta keharmonisan untuk kehidupan yang akan datang. Penti biasanya
dilakukan saat dimulainya kegiatan berladang (wulang cekeng). Adak ini biasanya diisi
dengan upacara adat, pemberkatan, serta atraksi budaya yang sangat unik, seperti caci (tarian
ketangkasan)
Tanaman Padi
Tanaman padi termasuk tanaman yang berumur pendek. Biasanya hanya berumur
kurang dari satu tahun dan berproduksi satu kali. Setelah tanaman padi itu berbuah
dan dipanen, padi tidak tumbuh seperti semula lagi, tetapi mati.
a. Akar
Akar adalah bagian tanaman yang berfungsi untuk menyerap air dan zat
makanan dari tanaman tanah, kemudian terus diangkut ke bagian atas
tanaman.
Akar tanaman padi dibedakan lagi menjadi : (1) akar tunggang, yaitu akar
yang tumbuh pada saat benih berkecambah; (2) akar serabut, yaitu akar yang
tumbuh setelah padi berumur 5-6 hari dan berbentuk akar tunggang yang
akan menjadi akar serabut; (3) akar rumput, yaitu akar yang keluar dari akar
tunggang dan akar serabut, dan merupakan saluran pada kulit akar yang
berada di luar, serta berfungsi sebagai pengisap air dan zatmakanan; (4) akar
tanjuk, yaitu akar yang tumbuh dari ruas batang rendah.
b. Batang
Padi memiliki batang yang beruas-ruas. Panjang batang tergantung pada
jenisnya. Padi jenis unggul biasanya berbatang pendek atau lebih pendek
daripada jenis lokal. Jenis padi yang tumbuh di tanah rawa dapat lebih
panjang lagi, yaitu antara 2-6 meter.
c. Anakan
d. Daun
1) Helaian padi
Helaian padi ini terletak pada batang padi serta berbentuk
memanjang seperti pita. Ukuran panjang dan lebar padi
tergantung varietas yang bersangkutan.
2) Pelepah padi
3) Lidah daun
Bagian generatif
a. Malai
Malai adalah sekumpulan bunga padi (spikelet) yang keluar dari buku
paling atas. Bulir-bulir padi terletak pada cabang pertama dan cabang
kedua, sedangkan sumbu utama malai adalah ruas buku yang terakhir
pada batang.
Panjang malai tergantung pada varietas padi yang ditanam dan cara
bercocok tanam. Panjang malai dapat dibedakan menjadi tiga macam,
yaitu : malai pendek kurang 20 cm, malai sedang antara 20-30 cm, dan
malai panjang lebih dari 30 cm.
b. Buah padi
Buah padi sering kita sebut gabah. Gabah adalah ovary yang telah masak,
bersatu dengan lemma, dan palea. Buah ini merupakan penyerbukan dan
pembuahan yang mempunyai bagian-bagian sebagai berikut :
1) Embrio (lembaga), yaitu calon batang dan calon daun.
2) Endosperm, merupakan bagian dari buah atau bij padi yang besar.
c. Bentuk gabah
2.1.3.1 Iklim
Suhu memliki peranan penting dalam pertumbuhan padi. Suhu yang panas
merupakan temperatur yang sesuai bagi tanaman padi, misalanya daerah tropika
yang dilalui garis khatulistiwa, seperti di negara kita.
Tanaman padi dapat tumbuh dengan baik pada suhu 230C ke atas,
sedangkan di Indonesia suhu tidak terasa karena suhunya hampir konstan
sepanjang tahun. Adapun salah satu pengaruh suhu terhadap tanaman padi ialah
kehampaan pada biji (Ina, 2007).
Tinggi Tempat
Sinar Matahari
Angin
Musim
lain
Burung menyerang tanaman padi yang sudah dalam fase matang susu
sampai pemasakan biji (sebelum panen). Serangan mengakibatkan biji hampa,
adanya gejala seperti beluk, dan biji banyak yang hilang.
Pemilihan varietas padi yang baik dan berkualitas merupakan kunci dari
kesuksesan dalam kegiatan bertani tanaman padi. Tanaman padi yang berkembang
di indonesia memiliki beberapa varietas unggulan, seperti IR64, ciliwung, cigeulis
dan lain-lain.
Golongan Cere
Warna telinga
daun Tidak berwarna
Kerontokan Sedang
Kerebahan Sedang
Indeks glikemik 64
Persiapan Benih
Pemilihan benih padi yang berkualitas yang bermutu baik atau bernas,
dengan metode SRI, harus terlebih dahulu diadakan pengujian benih. Pengujian
benih dilakukan dengan cara penyeleksian menggunakan larutan air garam, yan
langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
Benih padi yang akan diuji di masukan ke dalam ember yang berisi larutan
garam. Aduk benih padi selama kira-kira satu menit.
Benih yang mengambang dengan yang tenggelam dipisahkan. Benih yang
tenggelam adalah benih yang bermutu baik atau bernas.
Benih yang baik atau bernas ini, kemudian dicuci dengan air biasa sampai
bersih. Dengan indikasi bila benih digigit sudah tidak terasa garam.
.Perendaman Benih
Penganginan Benih
Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah untuk tanam padi metode SRI tidak berbeda dengan cara
pengolahan tanah untuk tanam padi cara konvesional yaitu dilakukan untuk
mendapatkan struktur tanah yang lebih baik bagi tanaman, terhindar dari gulma.
Pengolahan dilakukan dua minggu sebelum tanam dengan menggunakan traktor
tangan, sampai terbentuk struktur lumpur. Permukaan tanah diratakan untuk
mempermudah mengontrol dan mengendalikan air (Mutakin Jenal, tanpa tahun)
Pemeliharaan
Sistem tanam metode SRI tidak membutuhkan genangan air yang terus
menerus, cukup dengan kondisi tanah yang basah. Penggenangan dilakukan hanya
untuk mempermudah pemeliharan. Pada prakteknya pengelolaan air pada sistem
padi organik dapat dilakukan sebagai berikut; pada umur 1-10 Hari Setelah Tanam
(HST) tanaman padi digenangi dengan ketinggian air rata-rata 1 cm, kemudian
pada umur 10 hari dilakukan penyiangan. Setelah dilakukan penyiangan tanaman
tidak digenangi. Untuk perlakuan yang masih membutuhkan penyiangan
berikutnya, maka dua hari menjelang penyiangan tanaman digenang. Pada saat
tanaman berbunga, tanaman digenang dan setelah padi matang susu tanaman tidak
digenangi kembali sampai panen (Mutakin Jenal, tanpa tahun).
Pencegahan hama dan penyakit pada SRI tidak menggunakan bahan kimia,
tetapi dilakukan pencengahan dan apabila terjadi gangguan hama/penyakit
digunakan pestisida nabati dan atau digunakan pengendalian secara fisik dan
mekanik (Mutakin Jenal, tanpa tahun).
Pupuk
Pupuk Organik
Pupuk organik adalah nama kolektif untuk semua jenis bahan organik asal
tanaman dan hewan yang dapat dirombak menjadi hara tersedia bagi tanaman.
Dalam Permentan No.2/Pert/Hk.060/2/2006, tentang pupuk organik dan
pembenah tanah, dikemukakan bahwa pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar
atau seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal dari tanaman dan atau hewan yang
telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan mensuplai
bahan organik untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Definisi tersebut
menunjukkan bahwa pupuk organik lebih ditujukan kepada kandungan C-organik atau
bahan organik daripada kadar haranya; nilai C-organik itulah yang menjadi pembeda
dengan pupuk anorganik. Bila C-organik rendah dan tidak masuk dalam ketentuan pupuk
organik maka diklasifikasikan sebagai pembenah tanah organik. Pembenah tanah atau
soilameliorant menurut SK Mentan adalah bahan-bahan sintesis atau alami, organikatau
mineral (Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian, 2006).
Pupuk Anorganik
Unsur hara merupakan salah satu faktor yang menunjang pertumbuhan dan
perkembangan yang optimal (Susilowati, 2003). Tanaman padi memerlukan
suplai nutrisi yang seimbang, karena defisiensi atau kelebihan nutrisi (terutama N)
menyebabkan pertumbuhan tanaman kurang baik, rentan terhadap hama dan
penyakit, serta menurunkan kualitas dan jumlah buah cabai (Hopkins et al., 2008).
Defisiensi nutrisi dapat membatasi pertumbuhan daun, mengurangi produksi
karbohidrat, dan pertumbuhan buah. Sedangkan kelebihan nutrisi menyebabkan
ketidakseimbangan nutrisi dan merangsang pertumbuhan vegetatif yang
berlebihan (Mekkelsen, 2006).
Tabel 2.1 Tabel Fungsi dan Gejala Kekurangan Makro dan Mikronutrien
Bentuk yang
Fungs
Nutrien diserap oleh i Gejala kekurangan
tanaman
Komponen dari Batang tipis dan keras,
Nitrogen NH4-, NO3- beberapa daun
organik
Bentuk yang
Fung Gejala
Nutrien diserap oleh si kekurangan
tanaman
fosfolipid, koenzim
HPO42- DNA, yang baru tumbuh berwarna
tanama
n bagian tepi daun.
berkemban
dan terlibat dalam perakaran tidak g
pembelaha dengan
n sel, baik
perkembanga
n sel, dan
pembentukan dinding
sel
bergugura
dalam reaksi n.
pembentuk DN
an A dan
RN
A
penyus
un dari berbagai daun
respiras
enzim i dan
oksida
si
Seng enzim
Zn2+, Aktivas Beberap Bintik-bintik kemerahan
Zn(OH)2 i a pada
dibutuhka
dan n untuk bagian kotiledon daun
sintesi pengatu
s zat r
tumbu
h yaitu, asam
indolasetat
.
pembentukan dinding
sel,
transpo elektron
rt , dan
reaksi
oksidasi
metabolis
me
Bionutrien
Tanaman Keterangan
MHR+Loga
m 2,01 0,15 0,75 Mardiansyah, A., 2010
(b/v), kadar fosfat sebesar 0,34 % (b/v) dan kadar kalium sebesar 2, 86 % (b/v) (Feri,
2008) dan hasil analisi kadar logam pada tanaman CAF didapatkan kalsium sebesar
0,59976 % massa, magnesium sebesar 0,02322 % massa, besi 0,01245 % massa, zink
sebesar 0,00068 % massa, mangan sebesar 0,00055 % massa dan tembaga sebesar
0,00033 % massa) (Fahmi, 2010).
Bionutrien Aplikasi
pemberian pertumbuhan
bokor
bokor
bokor
Hara fungsional adalah hara yang apabila ada dalam tanah atau medium
dapat memperbaiki pertumbuhan tanaman. Misalnya. Unsur Natrium (Na) dapat
menggantikan peran dari unsur Kalium (K). Unsur lain yang merupakan unsur
hara fungsional adalah Kobalt (Co) yang berperan dalam memperkuat ketahanan
tanaman terhadap lingkungan yang tidak menguntungkan tanaman itu sendiri.
Sedangkan hara potensial adalah unsur hara yang sering ditemukan dalam tubuh
tanaman, akan tetapi belum jelas fungsi dari unsur hara ini.
Jika dilihat berdasarkan jumlah yang dibutuhkan oleh tanaman, hara dapat
dibagi menjadi unsur hara makro, yaitu N, P, S (anion) dan K, Ca, Mg (kation)
dan unsur hara mikro yaitu B, Cl, Cu, Fe, Mn, Mo, Zn, Co, Se, Si, dan Na.
Penyerapan unsur hara pada tanaman melalui akar mengikuti aturan aliran
massa (massa flow) dan difusi ion. Pada hipotesis aliran massa, gerakan unsur
hara ini mengikuti aliran air ke akar secara pasif.
Menurut Rains, D.W, et al., (1961), penyerapan kation melalui akar
dengan bantuan bahan organik, dapat mempertahankan pH tanah sehingga tanah
tidak mudah terdegradasi. Aliran ini dapat juga terjadi karena adanya proses
keluar-masuknya air dalam bentuk uap melalui stomata daun (transpirasi daun).
Jumlah hara yang mencapai akar melalui proses ini dipengaruhi oleh konsentrasi
hara yang terkandung dalam larutan tanah dan laju gerak air ke permukaan akar,
atau laju transpirasi. Jika penyerapan hara lebih besar daripada pengisian hara
kembali (resupply) dalam jangka waktu penjang maka akan terbentuk
depletionzone disekitar akar. Sedangkan pada hipotesis difusi ion, gerak unsur
haradisebabkan karena adanya perbedaan gradien konsentrasi secara difusi.
Perlu anda ketahui, untuk mendapatkan sebutir beras membutuhkan proses panjang, dari
Penyiapan lahan pertanian, Pembibitan padi, Penanaman padi dan proses Memanen, serta
terakhir adalah Penggilingan padi menjadi beras. Proses Memanen yang benar sangat
berpengaruh terhadap hasil panen padi, karena kesalahan proses memanen bisa berakibat pada
berkurangnya hasil padi pada suatu wilayah. Petani di Indonesia pada umumnya masih
menggunakan cara-cara tradisonal untuk memanen padi. cara memanen seperti ini sudah
diturunkan secara turun-temurun.
Berikut merupakan Langkah Memanen Padi Secara Tradisional :
1. Siapkan peralatan untuk memanen padi, seperti : Sabit, Terpal sebagai alas saat
merontokan padi dan Alat Perontok Padi (Dalam bahasa Jawa disebut Gepyokan).
2. Langkah pertama, potong batang padi dengan menggunakan sabit. Caranya, gengam satu
rumpun batang padi dan potong tepat di batang bagian bawah. Setelah itu, tumpuk ke
dalam tumpukan kecil. Berhati-hatilah pada saat memotong batang padi, karena jika anda
lalai, bukan tidak mingkin jari anda akan terpotong.
3. Setelah semua batang padi terpotong, kumpulkan tumpukan-tumpukan kecil tersebut ke
dekat terpal yang sudah digelar. Siapkan alat perontok tradisional, dan mulailah merontok
padi.
4. Merontok padi dapat diloakukan dengan cara memegang segengam batang padi. Pegang
batang bagian bawah dan pukul-pukulkan padi ke alat perontok sampai padi rontok. Bagi
pemula, jangan menggenam batang padi terlalu besar, karena hasilnya tidak akan
maksimal. Cara merontokan padi seperti ini cukup menguras tenaga.
5. Terakhir, setelah semua padi selesai dirontokan. Bersihkan padi dari daun-daun padi yang
ikut rontok beserta kotoran lainya. Jemur padi hingga kering dan padi siap untuk digiling
atau disimpan.
Untuk menghasilkan sebutir beras memerlukan usaha keras dari Petani, mulai dari Waktu, Mater,
juga Tenaga. Oleh sebab itu jangan anda biasakan membuang-buang nasi atau menyisakan nasi.
Hargailah setiap butir nasi, karena tidak semua orang seberuntung anda bisa mengkonsumsi nasi
setiap hari. Terakhir, Tetap Hijaukan Bumi Kita.
Penutup
Dari uraian di atas penulis, menemukan suatu cara hidup masyarakat Manggarai yang
sangat mengedepankan nilai relasional antara sang pencipta/ Allah, para leluhur, sesama manuisa
dan alam semesata. Relasional tersebut sangat kuat membentuk satu kesatuan yang tidak
terpisahkan. Dalam relasi dengan yang lain, masyarakat Manggarai melihat apa yang dilaur
dirinya menjadi bagian dari dirinya sendiri, karena masyarakat Manggarai tidak pernah lepas dari
kebersamaan dengan yang lain.
Mereka saling berelasi satu sama lain seperti sarang laba-laba yang saling terikat antara
yang satu dengan yang lain dan mengalir dari satu titik pusat utama. Titik pusat utama dalam
sistem lingko lodok(kebun sarang laba-laba) masyarakat menyebutnya Sang Wujud tertinggi
yang tidak lain adalah Allah sendiri yang menciptakan segala sesuatu di alam semesta ini.
Kesatuan dan kebersaman dengan yang lain menjadi tanda dan syarat mutlak dalam
membangun kebahagian dan keharmonisan dalam hidup bersama. Dalam ritus sitem lingko
lodok (kebun sarang laba-laba), masyarakat Manggarai diajak untuk melihat asal-usul,
lingkungan yang ada di sekitar dan sejarahnya sehingga ia semakin mengenal jati dirinya. Go’et-
go’et (ungkapan-ungkapan) dalam masyarakat Manggarai memperlihatkan suatu relasi yang
sangat mendalam atau passion dengan yang lain. Melalui bahasa kiasan yang penuh makna
tersebut ditampilkan khazanah nilai-nilai hidup yang luhur dalam relasi dengan yang lain. Sistem
kerjasama juga merupakan bentuk ungkapan kebersamaan dalam hidup dengan yang lain. Yang
lain di sini lain adalah soal relasi kepada Allah, para leluhur, sesama manusia dan alam
semesta yang harus diperhatikan, dipelihara dilindungi, dan dijaga demi keharmonisan dalam
hidup bersama.
Dengan demikian hidup dalam kebersamaan, kesatuan, kekeluargaan dan persaudaraan
adalah suatu kualitas mutlak yang tidak bisa dihindari oleh masyarakat Manggarai sebagai
makluk sosial. Sebab kehidupan yang tentram, damai, sejahtera, dan harmonis adalah idaman
semua masyarakat Manggarai.