Anda di halaman 1dari 27

PROJEK

MK. PENGOLAAN SUMBER


BELAJAR

PRODI S1 PENDIDKAN BIOLOGI

Skor Nilai:
PROJEK
PEMANFAATAN TRADISI MARDEMBAN DARI SUKU BATAK TOBA
SEBAGAI TANAMAN OBAT

NAMA MAHASISWA : NOVITA RULI FRANSISKA MARPAUNG 4183141049


: GIVINDA SITOMPUL 4183341004
: IRENE MARGARETHA SILABAN 4183141033
DOSEN PENGAMPU : SALWA REZEQI, S.Pd., M.Pd.

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020
 Sejarah Mardemban

Suku Batak Toba merupakan salah satu suku yang berada di negara Indonesia. Dimana
masyarakatnya sampai pada saat ini masih memiliki tradisi yang sangat kental, salah satunya
melakukan tradisi Pasahat Demban (menyampaikan sirih). Dikalangan masyarakat, umumnya
daerah-daerah yang mayoritas suku Batak Toba,masih melakukan tradisi lama yang diwariskan
kepada mereka. Dalam artikel Lius Sinurat, 2015, mengangkat topik “Mardemban dan
Marsuntil”menjelaskan bahwa "Mardemban" atau memakan demban (sirih) yang diracik bersama
dengan pining (pinang), hapur (kapur sirih), gambir dan timbaho (serat tembakau). Saat meraciknya,
pastikan Anda memperhatikan komposisi yang proporsional: berapa lembar sirih, kapur sirih, gambir
dan tembakau yang akan diracik.

Tradisi Pasahat Demban /menyampaikan sirih adalah kebiasaan pada masyarakat yang
berkembang sejak zaman dahulu. Sampai sekarang belum diketahui secara pasti bagaimana tradisi
mardemban ini ditemukan dan berkembang pesat didaerah batak(Toba,Simalungun,Karo dll) namun
keberadaannya sudah lama dilakukan dan dijalankan sebagai tradisi yang baik bagi masyarakat
Batak. Pasahat Demban /menyampaikan sirih yang menggunakan tanaman sirih sebagai objek
utama merupakan salah komponen yang digunakan dalam acara adat, Daun Sirih juga salah satu
jenis obat-obatan dari alam yang dapat dijadikan sebagai antiseptik di samping aman (tidak ada efek
samping). Masyarakat Batak Toba menganggap bahwa demban “sirih” adalah simbol bagi
masyarakat Batak Toba untuk berdoa dan melakukan adatistiadat dan merasa dekat kepada Tuhan
Yang Maha Kuasa atau dahulu disebut Oppung Mula Jadi Nabolon.
 Tujuan Budaya dan Kearifan Lokal

Ada banyak nilai-nilai kearifan lokal yang dikandung dalam tradisi adat Batak “Mardemban” yaitu
sebagai berikut:

Kearifan Gotong Royong

Pada acara manutup batang (menutup peti) terdapat kearifan gotongroyong yaitu: salah satu
peninggalan dari orangtua dulu bagi masyarakat Batak Toba di Sumbul Pegagan adalah gotong-
royong. Dalam setiap pekerjaan untuk kepentingan bersama selalu dikerjakan gotong-royong dalam
acara ini juga semua keluarga memberikan sirih maka peti akan diangkat beramai-ramai ke kuburan.
Setelah meletakkan sirih tidak perlu memanggil siapa-siapa untuk mengangkat peti lagi ke kuburan.

Pada acara kelahiran partus sibaso terdapat kearifan gotong royong. Masyarakat Batak Toba
merupakan masyarakat ysng menghsrgsi budayanya dan masih menjaga serta mempertahankan
budayanya dengan memberi sirih sebagai tanda penghormatan untuk siapapun.Dengan adanya sirih
nilai uang yang diberikan si ibu yang ingin melahirkan atau suaminya sebagai upah sibaso akan jauh
lebih berharga dibandingkan dengan tidak adanya sirih. Dengan adanya saling tolong-menolong
maka ada gotong-royong yang membuat masyarakat akan saling membantu dalam hal pekerjaan
yang dilakukan secara bersamaan. Dalam acara memasuki rumah baru terdapat juga kearifan gotong
royong dimana pihak laki-laki dan pihak perempuan saling bekerja sama mempersiapkan segala
keperluan untuk membuat adat tersebut yang dimulai dari pagi hari sampai selesainnya adat tersebut.

Kearifan Rasa Syukur

Pada acara pemerian namamartutu aek terdapat kearifan rasasyukur yang paling utama kepada
Tuhan Yang Maha Kuasa melalui demban yang diberikan. Pendeta yang membabtis anak yang baru
lahir mendoakannya supada kelak setelah besar dapat beriman kepada Tuhan dan mempercayai
Tuhan Yang Maha Kuasa. Pada acara kematian dalam tahapan panangkok saring-saring (menaikkan
tulang belulang) terdapat juga kearifan rasa syukur. Ini dapat dilihat pada saat pemberian demban
tiar yang disampaikan sebelum dan sesudah mengangkat tulang-belulang leluhur atau orangtua yang
sudah meninggal sebagai penghormatan terakhir kepada leluhur dna orangtua yang sudah meninggal
yang dikaitkan ke dalam keagamaan mengikutkan titah Tuhan yamg harus menghormati orangtua.
Dimana orangtua bukan hanya semasa hidupnya saja perlu dihormati tetapi setelah dia meningga
juga perludihormati dengan mengingat kebaikan-kebaikan yang diberikannya. Pada kearifan rasa
syukur ini keberhasilan suatu acara dilihat saat keturunan yang ditinggalkan telah mencapai
hamoraon (kekayaan), hasangapon (kehormatan)dan hagabeon (keturunan banyak).

Kearifan Kerukunan

Pada acara memasuki rumah terdapat juga kearifan kerukunan yang terlihat bahwa pihak laki-
laki dengan pihak perempuan hidup rukun terutama mereka satu tujuan dalam membuat acara adat
memasuki rumah baru.mereka menandakan bahwa seluruh keluarganya hidup rukun.

Kearifan Kesetiakawanan Sosial, dan Kepedulian

Kearifan kesetiakawanan sosial dan kepedulian terdapat pada seluruh upacara adat baik dalam
kelahiran, pernikahan dan kematian. Dapat terlihat bahwa pihak laki-laki, sibaso dengan ibu yang
melahirkan serta suaminya mereka memiliki kepedulian satu sama lain.

Kearifan Kesopansantunan

Kearifan kesopansantunan terdapat pada acara pernikahan tahapan mangalakai dan marhata
sinamot /membicarakan mahar. Pada acara mangalakkai apabila adiknya ingin menikah terlebih
dahulu dari abang atau kakaknya maka dia harus permisi dahulu dan meberikan demban tiar sebagai
tanda bahwa dengan diberikannya demban itu kelak abang atau kakaknya secepatnya mendapatkan
jodoh dan juga dalam meberikan restu kakak dan abangnya itu memberikan dengan tulus. Pada acara
marhata sinamot „membicarakan mahar‟pihak paranak dan parboru saling sopan dalam
membicarakan uang sinamot dan dan membicarakan proses adat yang akan dilakukan.

 Manfaat Mardemban Berdasarkan Pengalaman

Selain sebagai tradisi dan kebiasan, mardemban juga mempunyai banyak manfaat Berdasarkan
pengalaman dan juga kebiasaan adat batak, sirih “demban” diketahui mempunyai banyak sekali
manfaat, diantaranya sebagai berikut:

1. Menyehatkan dan menguatkan gigi,


masyarakat batak mempercayai bahwa dalam kandungan air sirih yang dikonsumsi terdapat suatu zat
tertentu atau kandungan tertentu yang bisa menyehatkan gigi dan juga diyakini bahwa semakin
sering mengonsumsi sirih “Demban” maka gigi akan kuat dantidak mudah keropos.

2. Menyehatkan Badan,
diyakini oleh masyarakat juga bahwa kandungan dari air sirih yang dikonsumsi apabila ditelan atau
diminum akan membawakan efek yang menyehatkan bagi tubuh maka tak jarang ditemui bahwa
masyarakat yang mengonsumsi sirih tidak akan membuang ludah dari hasil kunyahan sirih yang
dikonsumsi namun akan menelannya karna dianggap berkhasiat bagi kesehatan. Diyakini bahwa air
dari sirih tersebut mampu menjaga kesehatan organ dalam tubuh khususnya organ pencernaan.

3. Pengharum aroma tubuh,


diyakini oleh masyarakat juga bahwa kandungan dari air sirih bisa menghilangkan bau badan apabila
dikonsumsi. Tidak banyak orang yang meyakininya namun juga sebagian besar masyarakat
meyakininya.

4. Higienis,
diyakini juga oleh masyarakat bahwa kandungan dari air perasan sirih mampu menghilangkan
keputihan dan membuat organ kewanitaan lebih sehat.

 Tumbuhan yang Digunakan Pada Tradisi “Mardemban”

Campuran demban atau sirih terdiri dari, demban (sirih), pining (pinang), hapur (kapur sirih),
gambir, serta timbaho (serat tembakau). Tentunya dengan komposisi yang pas agar
jangan tarhapur atau mangurbak pamangan (luka atau iritasi di rongga mulut bagian mulut).
Biasanya terdiri dari:

1) 2 lembar daun sirih 


2) 2 lembar daun gambir kering atau bisa juga dengan buah gambir
3) 4 iris pining/pinang
4) hapur (kapur sirih) secukupnya 
5) serta timbaho.
Timbaho ini biasa digunakan untuk membersihkan gigi saat mardemban (memakan sirih) yang
disebut juga marsungkil. Sebenarnya banyak sekali manfaat dari mardemban ini.
 Cara Pengolahan/Penggunaan

Berikut adalah bagaimana cara untuk mengonsumsi sirih “Demban” dalam tradisi adat Batak Toba:

1. Sediakan 2 helai/lembar daun sirih yang sudah dicuci bersih menggunakan air bersih. Lalu susun
bertindih seperti memegang uang.
2. Olesi permukaan daun sirih bagian atas menggunakan kapur sirih yang secukupnya disekitar
bagian tengah daun kira-kira 1CM dari tepi dau sirih.
3. Ambil 2 helai daun gambir lalu taruh ditengah helai daun sirih yang sudah diolesi kapur sirih.
Namun, sebagian besar masyarakat yang mengonsumsi gambir ini juga bisa menggunakan buah
gambir itu sendiri baik dihaluskan lebih dahulu atau dibuat dalam potongan-potongan kecil.
4. Lalu tambahkan dengan 4 irisan buah pining /pinang kedalam daun sirih tersebut, lalu lipatlah
daun sirih tersebut dari bagian tepi daun hingga bisa membentuk persegi panjang dengan rapi
dan tertutup rapat.
5. Sirih “Demban” siap untuk dikonsumsi. Selanjutnya ambillah timbaho/suntil dan bentuk dalam
bulatan-bulatan kecil kira-kira sebesar kelereng lalu suntil siap untuk dikonsumsi bersamaan
dengan sirih.

 Latar Belakang
Di indonesia, tradisi makan sirih, merupakan bagian dari kebudayaan dan kehidupan
masyarakat dan sudah dikenal sejak abad ke-6 masehi serta tradisi tersebut dilakukan hampir di
seluruh wilayah di Indonesia, seperti; di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Nusa Tenggara, dan Papua
(NN, 2009). Tradisi makan sirih ini tidak dapat dipastikan dari mana asalnya. Tidak sedikit orang
yang mengatakan bahwa tradisi makan sirih berasal dari India. Pendapat ini lebih didasarkan pada
cerita-cerita sastra dan sejarah lisan. Berdasarkan catatan perjalanan Marcopolo, yang dikenal
sebagai penjelajah pada abad ke-13 mencatat bahwa masyarakat di Kepulauan Nusantara banyak
yang makan sirih (Damyanti 2005).
Makan sirih merupakan salah satu bentuk tradisi yang ada di masyarakat yang secara turun-
menurun dilakukan. Sirih digunakan sebagai tanaman obat, yang juga sangat berperan dalam
kehidupan dan berbagai upacara adat berbagai suku bangsa masyarakat Indonesia. Sirih adalah jenis
tumbuhan yang mirip dengan tanaman lada, dengan nama ilmiahnya adalah Piper Betle, dan ada
beberapa daerah di Indonesia memberikan nama lain terhadap sirih yaitu, Belo (Batak Karo),
Demban (Batak Toba), Ranub (Aceh), Afo (Nias), Sirieh, Sirih (Minang), namun demikian nama
paling umum adalah sirih.
Makan sirih adalah budaya Indonesia dengan meramu daun sirih dan bahan-bahan lain
sebagai ramuannya. Perlengkapan atau ramuan yang digunakan untuk makan sirih secara umum
adalah terdiri dari sirih, kapur, gambir, pinang, dan tembakau. Seperti halnya dibeberapa kawasan di
Indonesia NTT (Nusa Tenggara Timur), pa happa atau makan sirih pinang merupakan salah satu
budaya yang sangat melekat pada masyarakat Sumba. Dimana perpaduan buah sirih dan buah pinang
yang kemudian dicampur dengan kapur, dikunyah, dan diludahkan yang akan menghasilkan bercak
merah tersebut.
Mardemban adalah istilah untuk makan sirih dalam bahasa batak toba yang memerlukan
bahan-bahan lain sebagai ramuannya, yang terdiri dari demban (sirih), pining (pinang), hapur (kapur
sirih), gambir, serta timbaho (serat tembakau). Semua bahan-bahan dan ramuan dibungkus dalam
sirih, kemudian dikunyah. Kemudian timbaho (serat tembakau) digunakan dengan cara menyuntikan
atau digoyangkan ke bagian atas dan bawah bibir, setelah sirih dikunyah dan menghasilkan warna
merah.
Lain halnya yang dilakukan oleh orang Nias ketika memakan sirih, dimana tembakau
dimakan bersamaan dengan bahan ramuan lainnya. Meskipun begitu bahan-bahan atau perlengkapan
bahan makan sirih relatif sama, yaitu; yang terdiri dari sirih, kapur, gambir, pinang, dan tembakau.
Makan sirih pada orang Nias ini dilakukan oleh kaum lakilaki dan kaum perempuan, sirih beserta
ramuannya menyodorkan atau disuguhkan pada setiap tamu yang datang ke rumah.
Kebiasaan ini juga sudah menjadi tradisi yang dilakukan oleh semua lapisan masyarakat
Papua. Baik itu laki-laki, perempuan, tua, muda, tanpa membedakan setatus sosial. Bahkan anak
kecilpun sudah terbiasa menginang (pada masyarakat Papua istilah makan sirih disebut dengan
menginang) dan meninggalkan warna merah di gigi. Ramuan yang biasa diigunakan adalah gambir,
kapur sirih, dan buah pinang (http://santhiserad.com/2012/09/bagai-pinangdibelah-dua-artikel-flink/
diakses tanggal 26 maret jam 15.20). Sedangkan ramuan pelengkap bisa terdiri dari tembakau,
kapulaga, cengkeh, kunyit. Ramuan pelengkap ini berbeda antara satu orang dengan orang lainnya.
Berbeda halnya dengan orang Karo, man belo hanya dilakukan oleh kaum perempuan saja (baik
anak-anak, singuda-nguda atau anak gadis, pernanden atau ibu-ibu, dan nini-nini atau nenek-nenek).
Sedangkan untuk kaum laki-laki man belo tidak dilakukan, karena dianggap tabu. Lain halnya
dengan orang batak toba, tradisi mardemban ini dilakukan oleh kaum perempuan dan laki-laki,
namun keseringan dilakukan oleh kaum perempuan.
Suku Batak Toba adalah salah satu Suku Bangsa Batak terbesar yang mendiami daerah tepi
Danau toba, Pulau Samosir, Dataran Tinggi Toba, Pulau Samosir, Dataran Tinggi Toba, Asahan,
Silindung, daerah antara Barus dan Sibolga, Pegunungan Pahae, dan Habinsaran. Secara umum Suku
Bangsa Batak terdiri dari beberapa bagian yaitu : 1. Batak Mandailing yang mendiami daerah induk
Mandailing, Ulu, Pahatan dan bagian selatan dari Padang Lawas, 2. Batak Angkola yang mendiami
daerah induk Angkola dan Sipirok, sebagian dari Sibolga dan Batang Toru, dan bagian utara dari
Padang Lawas, 3. Batak Simalungun yang mendiami daerah induk Simalungun, 4. Batak Pak-Pak
yang mendiami daerah induk Dairi, 5. dan Batak Karo mendiami Dataran Tinggi Karo, Langkat
Hulu, Deli Hulu, Serdang Hulu dan sebagian Dairi (Yunus 1994:10). Logat bahasa yan dipergunakan
oleh oleh sub bangsa ini ialah empat logat diantaranya, logat Karo, logat Simalungun, logat Dairi dan
logat Toba. Sedangkan Batak Toba, Angkola dan Mandailing menggunakan logat bahasa yang sama
yaitu logat Toba (Bangun, 1980 :94).
Keenam dari Suku Bangsa ini merupakan salah satu suku terbesar di Sumatera Utara, yaitu
menganut garis keturunan patrilineal (menarik garis keturunan dari laki-laki). Para anggota laki-laki
kelompok keturunan patrilineal menarik garis keturunan mereka dari nenek moyang bersama melalui
laki-laki. Dari uraian di atas, telah menjelaskan bahwa suku bangsa Batak terbagi ke dalam enam
suku bangsa, tetapi dalam penelitian ini peneliti akan membahas salah satu suku yaitu Suku Bangsa
Batak toba. Yang dimana tradisi mardemban ini sangat berperan dalam kehidupan dan berbagai
upacara adat. Adapun tujuan tradisi Mardemban ini adalah untuk menunjukkan nilai-nilai kesopanan
yang terkandung di dalam nya. Sama halnya dengan setiap kali kita membutuhkan sesuatu kita harus
menyampaikannya dengan penuh rasa syukur dan sopan santun agar setiap apapun yang kita
kehendaki dan butuhkan dapat tercapai dengan sebagai mana mestinya. Fungsi Mardemban ini juga
sebagai tata pergaulan dan tata nilai kemasyarakatan. Misalnya, bahan-bahan mardemban dijadikan
hidangan penghormatan untuk tamu, dan sebagai alat pengikat dalam pertunangan sebelum
menikah.Tradisi Mardemban juga digunakan sebagai sesaji yang digunakan dalam upacara adat
istiadat dan upacara kepercayaan atau religi.
Tradisi Mardemban yang dilakukan oleh masyarakat Batak Toba, khususnya pada saat ini
sangat sering ditemui di daerah suku Batak lainnya. Hal inilah yang membuat penulis untuk
mendeskripsikan dan mengkaji tradisi mardemban ini untuk dijadikan sebagai sumber belajar yang
mengangkat kearifan lokal dari suku Batak toba.
Penulis tinggal di daerah Batak Toba sehingga sering melihat dan menyaksikan tradisi dari
mardemban ini. Selain itu, penulis juga asli suku Batak Toba. Akan tetapi tradisi Mardemban ini
sudah jarang dilakukan oleh generasi muda Batak Toba terkhususnya yang tinggal di daerah
perkotaan, hal ini disebabkan karena memang pada umumnya tradisi mardemban ini dilakukan oleh
para Masyarakat yang tinggal di daerah Perdesaan. Sehingga besar kemungkinan tradisi mardemban
ini akan mengalami kepunahan. Hal inilah yang melatarbelakangi penulis untuk mengangkat kembali
dan juga menginformasikan kembali dalam bentuk sebuah aplikasi mengenai tradisi dari
Mardemban suku Batak Toba ini. Sehingga Penulis dalam kaitannya sebagai sumber belajar penulis
mengangkat judul “Manfaat Mardemban sebagai Tanaman Obat”
Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan mardemban ?
2. Bahan-bahan apa saja yang digunakan dalam mardemban ?
3. Apa manfaat dari mardemban bagi kesehatan?
4. Apa manfaat dari tiap bahan-bahan yang terkandung dalam mardemban?
Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari mardemban.
2. Untuk mengetahui bahan-bahan yang dipakai dalam mardemban .
3. Untuk mengetahui manfaat dari mardemban bagi kesehatan.
4. Untuk mengetahui manfaat dari tiap bahan-bahan yang terkandung dalam mardemban.
Sasaran Penulisan
Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah diatas maka kami sampai kepada
kesepakatan untuk mencapai tujuan tersebut diatas. Dimana kami akan mengembangkan sebuah
sumber belajar terkhusus untuk jenjang pendidikan di Sekolah Dasar dikarenakan berhubungan
dengan salah satu anggota dari kelompok kami adalah mahasiswa yabg mengikuti program Kampus
Mengajar sehingga kami mengangkat sebuah ide dari kearifan Lokal tradisi suku Batak " Mardem
an" sebagaimana dijelaskan diatas bahwa tradisi ini adalah tradisi dimana orang-orang suku Batak
yang mengonsumsi daun sirih yang dicampurkan dengan berbagai bahan lainnya yang dianggap
memiliki banyak sekali manfaat dalam kehidupan. Sehingga berdasarkan nilai-nilai tersebut kami
mengambil ide ini dan mengaitkannya dengan pembelajaran IPA kelas Vl sekolah dasar, dimana
pada pembelajaran kelas Vl semester l(ganjil) terdapat materi pembelajaran mengenai " Tumbuhan
dan Manfaat Tumbuhan". Pada awalnya kami kesulitan untuk mencocokkan materi ini dengan ide
yang kami punya. Namun dengan adanya materi ini dan ide kami yang mengandung manfaat dari
Tumbuhan sehingga kami mendapat gagasan yang lebih baik lagi. Sasaran dari ide kami ini adalah
Daun sirih sebagai tanaman yang mempunyai banyak sekali manfaat dan fungsi terlebih dalam dunia
obat-obatan dan sanitasi sehingga kami mengambil inisiatif untuk mengangkat ide "penggunaan
Tanaman Daun Sirih sebagai tanaman Obat". Hal ini berkaitan dengan materi pembelajaran IPA
kelas Vl Sekolah Dasar yaitu materi "Tumbuhan dan Manfaat Tumbuhan" . Sehingga dalam
kaitannya terhadap sumber belajar maka kami akan mengangkat ide " Manfaat Mardemban sebagai
Tanaman Obat"

 Deskripsi Tumbuhan yang digunakan untuk mardemban

1. Tanaman Sirih (Piper betle L.)

a. Sistematika tanaman sirih


Menurut Tjitrosoepomo (1988) kedudukan tanaman sirih dalam sistematika tumbuhan
(taksonomi) diklasifikaiskan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Divisio : Spermatophyta Sub
Divisio : Angiospermae
Kelas : Dikotiledonaea
Ordo : Piperales
Famili : Piperaceae
Genus : Piper
Spesies : Piper betle L.
b. Nama daerah
Sirih adalah jenis tumbuhan yang mirip dengan tanaman lada, dengan nama ilmiahnya adalah
Piper Betle, dan ada beberapa daerah di Indonesia memberikan nama lain terhadap sirih yaitu,
Belo (Batak Karo), Demban (Batak Toba), Ranub (Aceh), Afo (Nias), Sirieh, Sirih (Minang),
Suruh (Jawa); seureuh (Sunda); base (Bali); leko, kowak, malo, malu (Nusa Tenggara); dentie,
parigi, gamyeng (Sulawesi); gies, bido (Maluku), namun demikian nama paling umum adalah
sirih.
c. Morfologi tanaman
Tanaman Sirih (Piper betle L.) termasuk jenis tumbuhan
perdu merambat dan bersandarkan pada batang pohon lain,
batang berkayu, berbuku-buku, beralur, warna hijau keabu-
abuan, daun tunggal, bulat panjang, warna hijau, perbungaan
bulir, warna kekuningan, buah buni, bulat, warna hijau
keabu-abuan (Damayanti dkk, 2006). Tanaman ini
panjangnya mampu mencapai puluhan meter. Bentuk
daunnya pipih menyerupai jantung, tangkainya agak
https://blogpictures.99.co/daun-sirih-hi 1 panjang, tepi daun rata, ujung daun meruncing, pangkal
daun berlekuk, tulang daun menyirip, dan daging daun tipis.
Permukaan daun warna hijau dan licin, sedangkan batang pohonnya berwarna hijau tembelek
atau hijau agak kecoklatan dan permukaan kulitnya kasar serta berbuku-buku. Daun sirih yang
subur berukuran lebar antara 8-12 cm dan panjangya 10-15 cm (Damayanti dkk, 2006).
d. Habitat dan budidaya
Sirih diketemukan di bagian timur pantai Afrika, di sekitar pulau Zanzibar, daerah sekitar
sungai Indus ke timur menelusuri sungai Yang Tse Kiang, kepulauan Bonin, kepulauan Fiji
dan kepulauan Indonesia. Sirih tersebar di Nusantara dalam skala yang tidak terlalu luas. Di
Jawa tumbuh liar di hutan jati atau hutan hujan sampai ketinggian 300 m di atas permukaan
laut. Syarat tumbuh tanaman sirih (Piper betle L.) pada dasarnya hidup subur dengan ditanam
di atas tanah gembur yang tidak terlalu lembab dan memerlukan cuaca tropika dengan air yang
mencukupi. Tanaman sirih menyukai tempat yang terbuka atau sedikit terlindung, tumbuh
merambat. Untuk memperoleh tumbuhan yang baik diperlukan tanah yang kaya akan humus,
subur dan pengairan yang baik.
Untuk memperbanyak tanaman selalu digunakan stek sulur. Stek diambil dari sulur yang
tumbuh dari bagian ujung atas sepanjang 40 cm sampai 50 cm. Untuk pertumbuhannya sirih
memerlukan sandaran pohon hidup seperti dadap, kapok randu, kelor, watu atau gamal. Stek
atau stump dari pohon-pohon ini disiapkan penanamannya dalam musim hujan sebelum
menanam sirih. Sandaran ditanam dengan jarak 1,5 m dengan panjang stek atau stump 3 m atau
4 m. Tiap selang dua baris dibuat selokan atau parit untuk mengalirkan air karena sirih tidak
tahan terhadap tanah yang terlalu basah. Sirih dapat juga dipanjatkan langsung pada pohon
hidup yang sudah ada seperti pohon aren, pohon pinang atau pohon kelapa. Bila sandaran
sudah berakar baik, pada permulaan musim hujan dibuat lubang sekitar sandaran. Stek sirih
ditanam sepanjang dua buku dan sisanya diikatkan pada tiang sandaran. Dari ketika daun akan
tumbuh cabang dan ranting yang menggantung dan bagian inilah yang akan dipanen. Bila
tanaman telah berumur satu tahun, panen dapat dimulai. Produksi tertinggi akan diperoleh
apabila sirih telah mencapai ujung sandarannya. Yang dipanen adalah daun yang berasal dari
sulur yang menggantung sebanyak 3 atau 4 ruas. Panen dilakukan pada waktu pagi sekali
ketika daunnya masih segar. Bila tanaman telah kena cahaya matahari warnanya akan berubah
menjadi kuning kehijauan dan bila dikunyah terasa lebih pedas.
e. Khasiat tanaman
Daun sirih memiliki sifat styptic (menahan perdarahan), vulnerary (menyembuhkan luka kulit),
stomach (obat saluran pencernaan), menguatkan gigi dan membersihkan tenggorokan. Ada
pula yang menyatakan daun sirih selain memiliki kemampuan antiseptik, mempunyai kekuatan
sebagai antioksidasi dan fungisida. Minyak atsiri dan ekstraknya pun mampu melawan
beberapa bakteri gram positif dan gram negatif (Moeljanto dan Mulyono, 2003).

f. Kandungan kimia
Daun sirih mengandung minyak atsiri (42%), yang terdiri dari betlephenol, kavikol,
seskuiterpen, hidroksikavikol, cavibetol, estragol, dan karvakrol. Beberapa penelitian ilmiah
juga menyatakan bahwa daun sirih juga mengandung diastase 0,8% sampai 1,8%, gula, dan
tanin (Moeljanto dan Mulyono, 2003).
Minyak atsiri atau minyak eteris adalah istilah yang digunakan untuk minyak mudah menguap.
Umumnya tidak berwarna akan tetapi bila dibiarkan lebih lama warnanya berubah menjadi
kecoklatan karena terjadi oksidasi. Untuk mencegahnya disimpan di tempat yang sejuk dan
kering di dalam wadah tertutup rapat dan berwarna gelap. Umumnya larut dalam pelarut
organik dan tidak larut dalam air. Sebagian besar minyak atsiri terdiri dari persenyawaan
hidrokarbon asiklik dan hidrokarbon isosiklik serta hidrokarbon yang telah mengikat oksigen
seperti alkohol, fenol dan eter.
Menurut Guenther (1987), komponen minyak atsiri dapat digolongkan menjadi empat
kelompok besar, yaitu:
a. Terpen, yang ada hubungannya dengan isopren.
b. Persenyawaan berantai lurus tidak mengandung rantai cabang.
c. Turunan benzena.
d. Bermacam-macam persenyawaan lain, misalnya turunan alkohol, aldehid, keton.
Contohnya:
1) Alkohol: linolol, borneol, sineol, eugenol fenil, etil alkohol.
2) Aldehid: benzaldehid, anisaldehid, serinamaldehid, sitral.
3) Keton: kamfor, methon, asetoferon, piperiton.
Pemakaian daun sirih untuk obat disebabkan adanya minyak atsiri yang dikandungnya. Dalam
hal ini, Prof. J. F. Eykman, seorang ahli kimia pada masa penjajahan Belanda melakukan upaya
pemisahan minyak atsiri dari daun sirih. Usaha tersebut dilakukan di Kebun Raya Bogor pada
tahun 1885. Setelah dipisahkan, ternyata sepertiga dari minyak atsiri tersebut terdiri dari
phenol dan sebagian besar adalah kavikol. Kavikol inilah yang memberikan bau khas daun
sirih dan memiliki daya pembunuh kuman atau bakteri lima kali lipat dari phenol biasa
(Moeljanto dan Mulyono, 2003).

2. Tanaman pining (pinang)

a. Deskripsi tanaman
Tumbuhan pinang (Areca catechu L.) merupakan salah satu dari jenis tumbuhan yang
memiliki banyak kegunaan antara lain untuk dikonsumsi, bahan industry kosmetika,
kesehatan, dan bahan pewarnaan pada industry tekstil (Ihsanurrozi,2014). Tumbuhan ini
tumbuh dan tersebar luas di wilayah India, Malaysia, Taiwan, Indonesia dan negara asia
lainnya, baik secara individu maupun populasi (Jaiswel et al , 2011), umumnya tumbuhan ini
di tanam sebagai tanaman pagar atau pembatas perkebunan (Staples & Bevacqua, 2006).
Adapun klasifikasi ilmiah dari pinang, sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Division : Magnoliophyta
Classis : Liliopsida
Order : Arecales
Family : Arecaceae
Genus : Areca
Spesies : Areca catechu L.
b. Nama daerah
Nama daerah dari tumbuhan pinang ini antara lain pineng, pineung (Aceh), pinang (Gayo),
batang mayang (Karo), pining (Toba), pinang (Minangkabau), gahat, gehat, kahat, taan,
pinang (Kalimantan), bua, hua, soi, hualo, hual, soin, palm (Maluku), mamaan, nyangan,
luhuto, luguto, poko rapo, amongan (Sulawesi), jambe, penang, wohan (Jawa)
(Widyanigrum, 2011).
c. Morfologi
Pinang merupakan tumbuhan palma family
Arecaceae yang tingginya dapat mencapai 12
hingga 30 m, berakar serabut berwarna putih,
batang tegak lurus bergaris tengah 15 sampai 20
cm, tidak bercabang dengan bekas daun yang
lepas terlihat jelas. Pembentukan batang baru
terjadi setelah 2 tahun dan berbuah pada umur 5
hingga 8 tahun tergantung pada keadaan tanah, tanah dengan kelembaban yang baik dan
memiliki rentang pH 5-8 sangat mendukung untuk pertumbuhan (Staples & Bevacqua, 2006).
Daun memiliki panjang sekitar 1,5 hingga 2 cm. daunnya tunggal menyirip bertoreh sangat
dalam tumbuh berkumpul di ujung batang membentuk roset batang (Jaiswel et al , 2011).
Pinang merupakan tumbuhan berumah satu (monoceous) dengan perbungaan uniseksual
dimana bunga jantan dan bunga betinanya berada dalam satu perbungaan (Staples &
Bevacqua, 2006).
Kumpulan bunga jantan yang terletak di bagian terminal (ujung) perbungaan ukurannya kecil
dan mudah sekali rontok, sedangkan bunga betinanya yang terletak di bagian pangkal
memiliki ukuran yang lebih besar dengan panjang sekitar 1,2 hingga 2 cm. Bunga jantan dan
betina memiliki enam tepal yang sesil, berwarna putih dan beraroma (Ihsanurrozi, 2014).
d. Organ yang digunakan dalam mardemban
Tanaman pinang adalah tanaman yang sudah lama dikenal di Indonesia untuk ramuan ramuan
sirih biasanya yang masih segar dan masak, warnanya kuning kemerahan sirih dan harganya
relatif cukup murah. Buah pinang yang digunakan untuk hingga merah kecoklatan. Buah
pinang (Areca catechu) termasuk dalam jenis palma pada daerah Pasifik, Afrika dan Asia,
yang dapat ditemui di pulau NTB, Jawa, Sumatra dan Kalimantan. Tanaman ini sering
dijadikan bahan obat tradisional serta bahan untuk menyirih (nyeupah) (Sajaratud,2013)
e. Kandungannya
Kandungan kimia dari pinang telah diketahui sejak abad ke 18. Dari sekian banyak
komponen utama dari biji pinang adalah karbohidrat, lemak, serat, polyphenol termasuk
flavonoid dan tanin, alkaloid dan mineral. Polyphenol dan alkaloid dari golongan piridin
mendapat perhatian lebih dari sekian banyak kandungan kimia yang terdapat dalam pinang,
dikarenakan zat-zat tersebut diketahui memiliki dampak yang signifikan terhadap kesehatan.
Biji pinang rasanya pahit, pedas dan hangat serta mengandung 0,3 - 0,6% alkaloid. Selain itu
juga mengandung red tannin 15%, lemak 14% (Palmitic, oleic, stearic, caproic, caprylic,
lauric, myristic acid), kanji dan resin.
Biji buah pinang mengandung alkaloid, seperti arekolin (C8H13NO2), arekolidin, arekain,
guvakolin, guvasin dan isoguvasin. Ekstrak etanolik biji buah pinang mengandung tannin
terkondensasi, tannin terhidrolisis, flavan, dan senyawa fenolik, asam galat, getah, lignin,
minyak menguap dan tidak menguap, serta garam (Ihsanurrozi, 2014).
Arekolin (C8H13NO2) merupakan alkaloid utama yang terdapat dalam biji pinang dan
menjadi alkaloid terpenting dalam fisiologisnya, selain asekolidin, arekain, guvakolin,
guvasin, dan isoguvasin (Jaiswal et al., 2011). Biji segar mengandung kira-kira 50% lebih
banyak alkaloid dibandingkan dengan biji yang telah mengalami perlakuan, selain itu
konsentrasi flavonoid dalam biji pinang menurun seiring dengan bertambahnya kematangan
buah (Ihsanurrozi, 2014).

f. Manfaat tumbuhan pinang


Tumbuhan pinang memiliki banyak manfaat, penggunaan pinang yang paling populer pada
masyarakat adalah kegiatan menyirih dengan bahan campuran biji pinang, daun sirih, dan
kapur. Ada juga yang mencampur dengan tembakau (Chamima, 2012). Sementara bagi
masyarakat Papua, selain sebagai obat penguat gigi, masyarakat pesisir pantai desa Assai dan
Yoon-noni, yang didiami oleh suku Menyah, Arfak, Biak, dan Serui (Papua), menggunakan
biji pinang muda ini sebagai obat untuk mengecilkan Rahim setelah melahirkan. Dibuat
dengan cara memasak buah pinang muda tersebut dan airnya diminum selama satu minggu
(Agoes, 2010).
Air rebusan dari biji pinang digunakan untuk mengatasi penyakit seperti haid dengan darah
berlebihan, hidung berdarah (mimisan), koreng, borok, bisul, eksim, kudis, difteri, cacingan,
(kremi, gelang, pita, tambang), mencret, dan disentri oleh masyarakat desa semayang Kutai,
Kalimantan Timur (Agoes, 2010).
Biji pinang yang aromatis memiliki efek antioksidan dan antimutagenic, astringent (bersifat
menyiutkan), serta bersifat memabukkan, sehingga telah lama digunakan sebagai taeniafuge
untuk mengobati cacingan, selain itu pinang digunakan juga untuk mengatasi bengkak karena
retensi cairan (edema), rasa penuh di dada, luka, batuk berdahak, diare, terlambat haid
(menstruasi), keputihan, beri-beri, malaria, dan memperkecil pupil mata (Ihsanurrozi, 2014).
Biji buah pinang berpotensi untuk dikembangkan sebagai agen sitotoksik yang dapat
dikombinasikan dengan agen kemoterapi sehingga mampu meningkatkan sensitivitas sel
kanker. Tumbuhan pinang berpotensi anti kanker karena memiliki efek antioksidan dan
antimutagenic (Meiyanto, dkk, 2008).
3. Hapur (kapur sirih)

a. Deskrpsi
Dalam dunia industri, kapur sirih bukan berasal dari tanaman sirih. Melainkan bahan kimia
yang diberi sebutan orang Indonesia bernama kalsium hidroksida. Kapur sirih adalah kalsium
hidroksida yang berupa bubuk berwarna putih dan tidak berbau. Penggunaan kapur ini di
dunia industri mulai dari campuran pengolahan limbah, produksi kerta, konstruksi, campuran
dalam isian akar gigi, dan masih banyak lagi.
b. Kandungan nutrisi pada kapur
Kapur sirih terbuat dari cangkang kerang kepah yang dibakar denga potongan kulit kayu
selama 10 sampai 11 jam. Cangkang dihancurkan dengan air lalu dihaluskan hingga menjadi
bubuk putih kapur sirih. Kapur inilah mengandung senyawa kalsium hidroksida Ca (OH)2
dan mengandung sifat basa kuat. Akaline pada kapur ini juga digadang-gadang sangat tinggi
hingga (pH 11-12,5).

c. Manfaat kapur sirih


Budaya nyirih atau mardemban dalam Bahasa batak tobanya sering kali dilakukan oleh orang
dahulu untuk mengunyah daun sirih dan menambahkan kalium hidroksida sebagai bahan
pelengkap.
Secara umum, adapun beberapa manfaat dari kapur sirih tersebut diantaranya sebagai berikut:
1. Perawatan gigi
Kalsium hidroksida telah digunakan sebagai agen terapi utama dalam kedokteran gigi
sejak beberapa dekade lalu karena dinilai memiliki banyak manfaat kesehatan. Dalam
kedokteran gigi, kalsium hidroksida digunakan untuk memperbaiki saluran akar gigi (root
canal) dan melindungi pulpa gigi yang rusak. Hal ini karena kasium hidroksida memiliki
sifat sebagai agen antibakteri dan mineralisasi. Selain itu, kalsium hidroksida juga dapat
membantu membunuh bakteri-bakteri jahat penyebab infeksi serta dijadikan pengobatan
jangka pendek untuk mengurangi rasa sakit dan pembengkakan sebelum operasi
endodontik. Meski memang digunakan sebagai perawatan gigi sejak lama, anda tidak
boleh menggunakan kapur sirih sembarangan. Idealnya, penggunaan bubuk putih ini di
bawah pengawasan dokter gigi. Tujuan tentu agar Anda terhindar dari berbagai hal-hal
buruk yang bisa saja terjadi sewaktu-waktu.
2. Meluruskan rambut
Bagi Anda yang punya rambut bergelombang atau pun keriting dan sedang mendamba-
dambakan punya rambut lurus, kapur sirih mungkin bisa membantu. Faktanya, kalsium
hidroksida sering ditambahkan dalam beberapa produk hair relaxing. Hair relaxing
merupakan krim atau cairan yang dirancang khusus untuk meluruskan rambut yang
keriting. Kalsium hidroksida dapat membantu meluruskan rambut yang keriting karena
bahan satu ini berfungsi untuk memecah ikatan sidulfide yang menghubungkan sistein,
yaitu asam amino yang banyak terkandung pada rambut keriting. Ketika ikatan sidulfide
terpecah, proses ini akan secara permanen mengubah struktur fisik rambut keriting
menjadi lebih lurus, halus, dan mudah diatur.
3. Campuran produk makanan
Banyak orang menggunakan kapur sirih untuk membuat makanan jadi lebih renyah dan
adonan lebih kalis. Beberapa makanan yang menggunakan kapur sirih sebagai
campurannya di antaranya:
- Acar. Mau acar Anda renyah dan terasa segar? Anda bisa menambahkan kapur
sirih ke dalamnya. Kalsium dalam kapur sirih ternyata dapat berikatan dengan
pektin, sehingga membuat acar jadi lebih renyah.
- Tepung jagung. Orang-orang di Amerika Tengah telah menggunakan kalsium
hidroksida untuk memproses jagung selama ribuan tahun. Mereka merendam biji
jagung mentah dalam air yang dicampur dengan kalsium hidroksida. Proses ini
memudahkan untuk mengolah jagung menjadi tepung sekaligus membantu
merangsang jagung agar mau melepaskan nutrisi penting, seperti niasin.
- Gula. Kalsium hidroksida juga dapat digunakan untuk proses pemurnian gula jenis
tertentu. Sebagai contoh, tebu dan gula bit kadang diproses menggunakan proses
pemurnian yang disebut karbonatasi. Selama karbonasi, larutan gula yang tidak
diolah dicampur dengan kalsium hidroksida. Proses ini dapat menghilangkan
kotoran dan meningkatkan stabilitas produk.
- Jus buah. Jus buah terkadang diperkaya dengan kalsium agar nilai gizinya
bertambah banyi. Ada banyak cara untuk melakukannya, salah satunya dengan
menambahkan kalsium hidroksida.
Tak hanya terbatas pada produk makanan, kalsium hidroksida juga bisa digunakan
dalam pemrosesan beberapa minuman ringan dan minuman beralkohol.

4. Gambir

a. Deskripsi
Gambir (Uncaria gambir (Hunter) Roxb.) merupakan tumbuhan yang tumbuh di kawasan
tropis dan digunakan sebagai antidiare dan astringen di Asia (Anggraini dkk., 2011).
Tumbuhan ini dikenal di Sumatera sebagai gambee, gani, kacu, sontang, gambe, gambie,
gambu, gimber, pengilom, dan sepelet. Di Jawa dikenal sebagai santun dan ghambhir. Di
Kalimantan dikenal sebagai gamelo, gambit, game, gambiri, gata dan gaber. Di Nusa Tenggara
dikenal sebagai Tagambe, gembele, gamelo, gambit, gambe, gambiri, gata dan gaber. Di
Maluku dikenal sebagai kampir, kambir, ngamir, gamer, gabi, tagabere, gabere, gaber dan
gambe (Anonim b, 2000).
Gambir berasal dari Asia Tenggara
terutama pulau Sumatera, dan banyak
dibudidayakan di daerah Sumatera
Barat. Tumbuhan ini hidup di area
terbuka di dalam hutan, kawasan hutan
hutan yang lembab, area terbuka bebas
peladangan atau pinggir hutan pada
ketinggi 200 – 900 m dpl (Sampurno
dkk., 2007). Taksonomi gambir
menurut (Haryanto, 2009) adalah:
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotiledon
Bangsa : Rubiales
Suku : Rubiaceae
Marga : Uncaria
Spesies : Uncaria gambir (Hunter) Roxb.
b. Organ sediaan pembuatan gambir
Sediaan gambir biasanya diperoleh dari daun dan ranting muda tanaman (folii extracum
siccum). Simplisia berbentuk kubus tidak beraturan atau agak silindris pendek, terkadang
bercampur dengan bagian yang remuk, tebalnya 2-3 cm, ringan, mudah patah dan berliang
renik-renik. Warna permukaan luar cokelat muda hingga cokelat tua kemerahan atau
kehitaman. Warna permukaan yang baru dipatahkan cokelat muda sampai cokelat kekuningan.
Gambir memiliki bau yang lemah serta rasa yang semula phit dan sangat kelat kemudian agak
manis (Anonim b, 1989).
Sediaan tradisional gambir dapat dibuat dengan merebus daun dan tangkai selama 1,5 jam dan
kemudian diperas untuk memperoleh ekstraknya. Ekstrak kental lalu diletakkan dalam paraku,
sebuah wadah terbuat dari kayu yang dirancang khusus untuk ekstrak kental gambir yang
berukuran 3 m x 30 cm x 10 cm selama 24 jam. Ekstrak kemudian dibentuk bulat dan
dikeringkan di bawah sinar matahari selama sekitar 3 hari (Anggraini dkk., 2011)
c. Morfologi tumbuhan gambir
- Morfologi batang gambir
Tanaman gambir adalah tanaman perdu yang memanjat. Tanaman gambir mempunyai
batang yang merupakan padatan berbentuk kubus atau silinder tak beraturan dan tidak
berambut. Percabangan tanaman gambir adalah simpodial. Warna permukaan luar
batang gambir berwarna cokelat muda hingga cokelat tua kemerahan. Baunya khas
dan rasanya sedikit pahit kemanisan.
- Morfologi daun gambir
Daun gambir adalah daun tunggal yang tumbuh di tangkai batang. Daun gambir
berbentuk oval memanjang dengan bagian ujung daun meruncing dan bagian tepi
daun bergerigi. Permukaan daun tidak berbulu atau licin, dengan tangkai daunnya
berukuran pendek. Panjang daun gambir sekitar 8-13 cm dengan lebar 4-7 cm. Daun
gambir memiliki kait di antara dua tangkai daunnya. Daun gambir letaknya
berhadapan, dan pertulangan daun bagian bawah menonjol.
- Morfologi Bunga gambir
Bunga tanaman gambir adalah bunga majemuk yang bentuknya seperti lonceng dan
tumbuh di ketiak daun. Ukuran bunga gambir sekitar 5 cm. mahkotanya berjumlah 5
helai yang berbentuk lonjong dan berwarna ungu. Kelopak bunga gambir pendek dan
benang dari berjumlah lima.
- Morfologi buah gambir
Buah tanaman gambir berbentuk polong semu yang berpenampang sampai 2 cm. buah
gambir ini penuh dengan biji-biji yang halus dan berukuran kurang lebih 1-2 mm.
Bagian luar buah terdapat sayap yang memungkinkan biji gambir tersebar karena
angin. Biji gambir berjumlah banyak, berbentuk seperti jarum dan berukuran kecil
serta berwarna kuning.

d. Kandungan kimia gambir


Kandungan utama ekstrak Gambir adalah katekin sekitar 7-33%. Selain katekin ekstrak
gambir mengandung bermacam-macam komponen, antara lain : Asam kathechu tannat 20-
55%, pyrokatechol 20-30 %, gambir floresen 1-3 %, katechu merah 3-5%, quersetin 2-4 %,
fixed oil 1-2% dan wax 1-2 %.
Ekstrak Gambir mengandung senyawa fungsional yang termasuk dalam golongan senyawa
polifenol dan senyawa ini merupakan hasil metabolit sekunder tanaman yang menyusun
golongan tanin. Salah satu yang termasuk dalam senyawa polifenol adalah flavanoid. Katekin
merupakan senyawa golongan tannin oligomeric procya-nidin (OPC). Katekin biasanya
disebut asam catechoat dengan rumus kimia C15H14O6, tidak berwarna. Katekin dalam
gambir merupakan senyawa flavonoid yang mempunyai fungsi sebagai antialergi, antivirus,
antifungi dan antiinflamasi dan flavonoid mempunyai toksisitas yang rendah, sehingga dapat
di gunakan sebagai obat pada manusia.
e. Manfaat Gambir
Buah gambir memiliki banyak manfaat khususnya untuk kesehatan tubuh, antara lain,
mengobati sakit kepala terutama sakit kepala sebelah atau migrain, mengobati diare akut,
mengatasi penyakit disentri, meredakan penyakit radang tenggorokan, menyembuhkan
penyakit panas dalam yang mengganggu kesehatan mulut dan gusi, mengobati luka bakar,
serta mengatasi sariawan dan bibir pecah-pecah.
Gambir biasa digunakan sebagai komponen menyirih, gambir merangsang keluarnya getah
empedu sehingga membantu kelancaran proses pencernaan di perut dan usus. Fungsi lain
adalah sebagai campuran obat, sebagai obat luka bakar, obat sakit kepala, obat kumur, serta
obat sakit kulit.
Buah gambir sering digunakan para ibu- ibu dan nenek- nenek untuk campuran menyirih
yang berguna untuk menguatkan gigi sehingga tidak mudah keropos ataupun patah. Bukti
emperis dan bukti ilmiah tersebut merupakan pentunjuk bahwa daun gambir mengandung
komponen bioaktif yang berperan sebagai antrimikroba.
Gambir juga bisa di pergunakan sebagai perawatan kecantikan. Diantaranya bisa membantu
mengurangi noda bekas jerawat di wajah dengan mengunakan masker gambir. Dalam bidang
kesehatan, khasiat gambir sebagai astringen dan hemostatic
Getah gambir juga bisa dipergunakan untuk terapi maag. Orang tua jaman dahulu sering
menggunakan gambir untuk obat sakit perut dan diare, mengobati sakit kepala terutama sakit
kepala sebelah atau migrain, penyakit radang tenggorokan dan juga sebagai obat penyakit
panas dalam. Selain itu Penggunaan gambir yang umum dikenal dalam makan sirih sebagai
campuran bahan untuk penambah rasa nikmat.
Penelitian yang berkaitan dengan aktivitas ekstrak gambir telah banyak dilakukan diantaranya
aktivitas antioksidan dan anti bakteri dari turunan metal ekstrak etanol daun gambir sebagai
antiseptik mulut dan gambir sebagai imunodilator. Selain itu juga telah diteliti kemampuan
ekstrak gambir sebagai penghambat sintesa asam lemak, efektoksik ekstrak gambir terhadap
organ ginjal, hati dan jantung serta antifeedan terhadap hama Spodopteralitura.
Penelitian yang berkaitan dengan aktivitas ekstrak gambir telah banyak dilakukan diantaranya
aktivitas antioksidan dan antibakteri dari turunan metil ekstrak etanol daun gambir
(Kresnawaty dan Zainuddin, 2009), sebagai antiseptik mulut (Lucida et al,2007), dan gambir
sebagai imunodilator (Ismail dan Asad,2009). Selain itu juga telah diteliti kemampuan
ekstrak gambir sebagai penghambat sintesa asam lemak (Shu-Yan et al,. 2008), beberapa
aktivitas ekstrak gambir di atas sebagian besar disebabkan oleh katekin yang terkandung di
dalam gambir.
Beberapa aayuktivitas ekstrak gambir di atas sebagian besar disebabkan oleh katekin yang
terkandung di dalam gambir. Selain uji aktivitas dari ekstrak gambir, telah dilakukan juga
beberapa uji aktivitas dari katekin, diantaranya katekin sebagai antimikroba, sebagai
antispasmodik, bronkodilator dan vasodilator serta digunakan pada penderita gingivitis.
Untuk penggunaan sebagai kosmetik, telah dilakukan uji diantaranya sebagai antiaging,
sebagai anti jerawat dan untuk menurunkan berat badan.

5. Timbaho (tembakau)

a. Deskripsi
Tembakau adalah tanaman musiman yang tergolong dalam
tanaman perkebunan. Pemanfaatan tanaman tembakau terutama
pada daunnya yaitu untuk pembuatan rokok. Tanaman
tembakau diklasifikasikan sebagai berikut :
Famili : Solanaceae
Sub Famili : Nicotianae
Genus : Nicotianae
Spesies :Nicotiana tabacum dan Nicotiana rustica (Cahyono, 1998).
Nama umum : Tembakau
Nama daerah :
Sumatera : Bakong (Aceh) Bako (Gayo) Timbako (Batak Kara) Timbaho
(Batak Toba) Bago (Nias) Tembakau (Me- layu) Temakaw
(Bengkulu) Tembakau (Minang- kabau) Tembaku (Lampung)
Jawa : Bako (Sunda) Bako (Jawa Tengah) Debak (Madura)
Bali : bako
Nusa tenggara : Tembako (Sasak)
Sulawesi : Modo (Roti) Tabako (Timor) Tambako (Makasar) Tabaku
(Seram)
Maluku : Tabaku (ternate)

b. Morfologi
Habitus : Sernak, semusim, tinggi ± 2 m.
Batang : Berkayu, bulat, berbulu, diameter ± 2 cm, hijau.
Daun : Tunggal, berbulu, bulat telur, tepi rata, ujung runcing, pangkal tumpul,
panjang 20-50 cm, lebar 5-30 cm, tangkai panjang 1-2 cm, hijau keputih-
putihan.
Bunga : Majemuk, tumbuh di ujung batang. kelopak bunga berbulu, pangkal
berlekatan. ujung terbagi lima, tangkai bunga berbulu, hijau. benang sari lima,
kepala sari abu-abu, putik panjang 3-3,5 cm, kepala putik satu, putih, mahkota
bentuk terompet, merah muda.
Buah : Kotak, bulat telur, masih muda hijau setelah tua coklat.
Biji : Kecil, coklat.
Akar : Tunggang, putih.
Bagian tanaman yang digunakan adalah daun
Cara kerja : 1. Bersifat sebagai insektisida
2. Racun ssaraf , kontak dan perut
3. Fumigan
c. Kandungan kimia
Daun Nicotiana tabacum mengandung alkaloida, saponin. flavonoida dan politenol.
d. Khasiat
Daun Nicotiana tabacum berkhasiat sebagai obat luka. Untuk obat luka dipakai ± 25 gram
daun segar Nicotiana tabacum, dicuci dan ditumbuk sampai lumat. ditambah minyak tanah ±
25 ml diperas dan disaring. Hasil saringan dioleskan pada luka

LEMBAR KERJA SISWA


TANAMAN OBAT SEBAGAI KEARIFAN LOKAL SUKU BATAK

Satuan pendidikan : SD
Mata pelajaran : Biologi
Kelas : IV
Materi Pokok : Manfaat Tumbuhan dan Hewan Bagi Kehidupan Manusia
(Buku Tema, Hal 79)
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit (1x Pertemuan)

Kelompok :
Anggota :
Kelas :

1. Sebutkan dan jelaskan salah satu kearifan lokal dari suku batak !
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................

2. Apakah tujuan budaya dari kearifan lokal yang kamu pilih !


...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
3. Apa saja tanaman yang dipakai sebagai bahan dasar dari kearifan lokal yang
kamu pilih !
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................

4. Apa manfaat dari setiap tanaman yang menjadi dasar kearifan lokal dari kearifan
lokal yang kamu pilih !
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
5. Apakah manfaat dari dari kearifan lokal yang kamu pilih !
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................

LEMBAR KERJA SISWA


MANFAAT TANAMAN-TANAMAN YANG DIPAKAI DALAM MARDEMBAN
Kelompok :
Anggota :
Kelas :

No Nama Tumbuhan Ciri-ciri Manfaat

1.

2.

3.

4.

5.
LEMBAR PENILAIAN
PENILAIAN PROSES DAN HASIL BELAJAR
 Nilai sikap
Perubanan tingkah laku
Tanggung
Santun Peduli
Jawab
No Nama
S S S
K C B K C B K C B
B B B
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 ..........
2 ..........
3 ……..
4 ……………
..
5 ……………
..
Ds t ……………
..

Keterangan:
K (Kurang) : 1, C (Cukup) : 2, B (Baik) : 3, SB (Sangat Baik) : 4

 Nilai Kognitif

No. Butir pertanyaan Bobot soal Kriteria Persoalan Nilai skor


0 5 10 15 20
1. Sebutkan dan 20
jelaskan salah satu
kearifan lokal dari
suku batak !

2. Apakah tujuan 25
budaya dari kearifan
lokal yang kamu
pilih !

3. Apa saja tanaman 25


yang dipakai sebagai
bahan dasar dari
kearifan lokal yang
kamu pilih !

4. Apa manfaat dari 15


setiap tanaman yang
menjadi dasar
kearifan lokal dari
kearifan lokal yang
kamu pilih !

5. Apakah manfaat dari 5


dari kearifan lokal
yang kamu pilih !

 Nilai Psikomotorik

No. Butir pertanyaan Bobot soal Kriteria Persoalan Nilai skor

0 5 10 15 20
1. 20
2. 20
3. 20
4. 20
5. 20
DAFTAR PUSTAKA

Agoes A. 2010. Tanaman Obat Indonesia. Jakarta: Selemba Medika


Anggraini T, Tai A, Yoshino T, Itani T (2011). Antioxidative activity and catechin content of
four kinds of Uncaria gambir extracts from West Sumatra, Indonesia. Faculty of Agricultural
Technology, Andalas University. West Sumatera. African Journal of Biochemistry Research
5(1): 33-38
Bangun, Payung. 1980. KebudayaanBatak. Jakarta: Jambatan
Damyanti R, Mulyono. (2006). Khasiat Dan Manfaat Daun Sirih Obat Mujarab Dari Masa Ke
Masa. Jakarta:Agro Media pustaka
https://www.gobatak.com/mardemban-mardaunbari/
http://www.lusius-sinurat.com/2015/03/mardemban-dan-marsuntil.html
http://santhiserad.com/2012/09/bagai-pinang-dibelah-dua-artikel-flink/diaksestanggal 20 April
jam 15.20
Ilhasanurrozi, Mohamad. 2014. Perbandingan Jumlah Anak Dari Mencit Betina Yang
Dikawinkan Dengan Mencit Jantan Yang Mendapat Perlakuan Jus Biji Pinang Muda Dan Jus
Daun Jati Belanda (Online). repository.upi.edu. Diakses: 22 April 2021.
Ismail, S., Asad, M (2009). Immunomodulatory activity of acacia catechu. Indian J Physiol
Pharmacol ; 53 (1) : 25–33
Jaiswal, P., Kumar, P., Singh, V.K., & Singh, D.K. (2011). “Areca catechu L.: A Valuable
Medicine Against Different Helath Problems”. Research Journal of Medicinal Plant. 5, (2), 145–
152.
Kresnawaty I, Zainuddin A (2009). Aktivitas antioksidan dan antibakteri dari derivat metil
ekstrak etanol daun gambir (Uncaria gambir), Jurnal Littri 15(4), Hlm. 145 – 151.
Lisan .Jakarta : Asosiasi Tradisi Lisan.
Lucida, H., Bakhtiar, A., Putri, A,W (2007). Formulasi sediaan antiseptik mulut dari katekin
gambir. Universitas Andalas: Padang.
Marbun, Dame R, Wowor, Vonny,dkk. (2013). Gambaran Kebiasaan Menyirih dan Lesi
Mukosa Mulut pada Mahasiswa Papua Di Manado.FK
USR.http://download.portalgaruda.org/art icle.php?article=107407&val=1000 .
Moeljanto, R.D., Mulyono. 2003. Khasiat dan Manfaat Daun Sirih, Obat Mujarab dari Masa ke
masa. Agromedia Pustaka; 7-11, Yogyakarta.
Meiyanto, dkk. 2008. Ekstrak Etanolik Biji buah Pinang (Areca catechu L.) mampu menghambat
Proliferasi dan memacu apoptosis sel MCF-7. Majalah Farmasi Indonesia. Volume 19. Nomor
1: 12-19
n.n. (2009). Makan Sirih Pinang, Budaya di Kalimantan, (Online),
(www.talawang.blogspot.com,
Sajaratud D, 2013. Pembuatan Tanin dari Buah Pinang. Fakultas Ilmu Tarbiyah & Keguruan
Institut agama Islam Negeri: Sumatera Utara.
Sibarani, Robert. 2012. Kearifan Lokal: Hakikat; Peran, dan Metode Tradisi
Staples & Bevaqua. (2006). Areca catechu (Betel Nut Palm). [Online]. Tersedia:
http://www.agroforestry.net/tti/Areca-catechu-betel-nut.pdf [22 April 2021]
Tambunan R. Hukum Adat Dalihan Natolu. Medan: Mitra Medan
Yunus, H. Ahmad.1994. Makna Pemakaian Rebu dalam Kehidupan Kekerabatan Orang Batak
Karo. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Anda mungkin juga menyukai