Anda di halaman 1dari 71

INVENTARISASI JENIS-JENIS ARECACEAE DI STASIUN

PENELITIAN SORAYA KAWASAN EKOSISTEM LEUSER


KECAMATAN SULTAN DAULAT KOTA SUBULUSSALAM

SKRIPSI

ILMAL ALSAHANA
160805051

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2021
INVENTARISASI JENIS-JENIS ARECACEAE DI STASIUN
PENELITIAN SORAYA KAWASAN EKOSISTEM LEUSER
KECAMATAN SULTAN DAULAT KOTA SUBULUSSALAM

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar


Sarjana Sains

ILMAL ALSAHANA
160805051

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2021
PERNYATAAN ORISINALITAS

INVENTARISASI JENIS-JENIS ARECACEAE DI STASIUN


PENELITIAN SORAYA KAWASAN EKOSISTEM LEUSER
KECAMATAN SULTAN DAULAT KOTA SUBULUSSALAM

SKRIPSI

Saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah karya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan
ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Agustus 2021

Ilmal Alsahana
160805051
INVENTARISASI JENIS-JENIS ARECACEAE DI STASIUN
i
PENELITIAN SORAYA KAWASAN EKOSISTEM LEUSER
KECAMATAN SULTAN DAULAT KOTA SUBULUSSALAM

ABSTRAK

Arecaceae merupakan tumbuhan hasil hutan non-kayu, termasuk salah satu tumbuhan
yang mendominasi di dataran rendah seperti Stasiun Penelitian Soraya. Informasi
terkait jenis-jenis suku Arecaceae di lokasi ini belum pernah dilaporkan. Berdasarkan
survei yang telah dilakukan di Stasiun Penelitian Soraya ditemukan jenis-jenis
Arecaceae. Penelitian bertujuan untuk inventarisasi jenis-jenis Arecaceae di Stasiun
Penelitian Soraya. Penelitian dilaksanakan dari bulan November 2020 hingga Januari
2021 dengan menggunakan metode eksplorasi, yaitu menjelajah seluruh kawasan
stasiun penelitian. Ditemukan 9 marga yang termasuk dalam 17 jenis Arecaceae. Dari
seluruh jenis Arecaceae yang ditemukan, 12 jenis merupakan palem merambat dan 5
jenis palem berperawakan pohon. Jenis terbanyak pada penelitian yaitu marga
Calamus dengan 8 jenis. Suku Arecaceae menempati habitat yang bervariasi mulai
dari hutan tepi sungai yang tergenang air sampai daerah hutan dataran tinggi.

Kata Kunci: Aceh, Arecaceae, Inventarisasi, Stasiun Penelitian Soraya.

ii
INVENTARIZATION OF ARECACEAE SPECIES IN SORAYA
RESEARCH STATION LEUSER ECOSYSTEM AREA SULTAN
DAULAT SUBULUSSALAM

ABSTRACT

Arecaceae is one of non-wood plant at forest, which dominated at lowlands areas such
as Soraya Research Station. Information Arecaceae at the research station has never
been reported. Based on preliminary survey Soraya Research Station were dominated
by Arecaceae. The aim of the study was to collect the species of Arecaceae at Soraya
Research Station. The research was conducted from November 2020 to January 2021
using exploration methods, which conducted by exploring the entire area. The study
found showed that among Arecaceae, 9 genus and 17 species were found. From of the
species, 12 species of climbing palms and 5 types of tree-shaped palms. The most
common types in this study were Calamus with 8 species. Arecaceae at Soraya
Research Station were growth on various habitat, starting from riverside forests that
contains water to highland forest areas.

Keywords: Aceh, Arecaceae, Inventarization, Soraya Research Stasion.

iii
PENGHARGAAN

Alhamdulillahirabbil’alamiin, puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas


berkat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan
judul Inventarisasi Jenis-jenis Arecaceae di Stasiun Penelitian Soraya Kawasan
Ekosistem Leuser Kecamatan Sultan Daulat Kota Subulussalam.
Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada Ayahanda
tercinta Juanda dan Ibunda tercinta Ningsih, Keluarga Besar Kakek Suparno dan
Keluarga Besar Mak Neng terkasih atas do’a, cinta, kasih sayang dan dukungan baik
semangat maupun material serta perhatian setulus hati kepada penulis untuk
menyelesaikan naskah skripsi ini.
Terima kasih penulis sampaikan kepada Ibu Dr. Nursahara Pasaribu, M.Sc
selaku dosen pembimbing atas dukungan, arahan, waktu, serta kesabaran yang luar
biasa dalam membimbing penulis saat memulai menulis hingga naskah skripsi ini
selesai. Terima kasih juga Penulis sampaikan kepada Ibu Dr. Etti Sartina Siregar, M.Si
dan Ibu Dr. Kaniwa Berliani, M.Si selaku dosen penguji yang telah membantu dan
memberikan masukan dan saran untuk kesempurnaan penulisan naskah skripsi ini.
Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada Ibu.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Suci Rahayu, M.Si
selaku dosen penasehat akademik, Ibu Dr. Saleha Hannum S.Si, M.Si dan Bapak
Riyanto Sinaga, M.Si selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Biologi FMIPA
USU, ibu dan bapak dosen serta seluruh pegawai Program Studi Biologi FMIPA USU.
Terima kasih penulis sampaikan kepada pihak Forum Konservasi Leuser
(FKL) dan Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) yang telah memberi izin
pada penulis untuk melakukan penelitian di stasiun penelitian Soraya. Ucapan terima
kasih juga disampaikan kepada Bapak Muhammad Isa, S.Si dan Bapak Rudi
Hardiansyah Putra, M.Si yang telah memfasilitasi Penulis untuk melakukan penelitian
di stasiun penelitian Soraya dan banyak meluangkan waktu memberikan arahan dan
ide-ide sehingga penelitian terlaksana dengan baik. Terima kasih tak terhingga juga
Penulis sampaikan kepada Kakak-Abang terhebat di stasiun Soraya yaitu Abangda
Feri Sandria, S.Si selaku Manager Camp yang sudah banyak memberikan bantuan,

iv
meluangkan waktu untuk berdiskusi. Para asisten lapangan Pak Cik Ibrahim, Abangda
Awi, Abangda Tambo, Abangda Tami, Kakanda Kartini, Kakanda Nisa dan Abangda
Jul terima kasih atas kerjasamanya, sambutan hangat, canda tawa dan bantuannya
selama Penulis berada di Camp Soraya. Terima kasih juga kepada Kak Nelda, Kak
Itsna, Bang Rizky dan Ninda atas canda tawa, hiburan selama Penulis di Camp Soraya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman LED stambuk
2016 khususnya Anugrah Gilang P. Lubis, Sri Emilia Pretty dan Cindy Novia Lufti
yang telah berjuang bersama dalam suka maupun duka saat penelitian sampai
selesainya naskah skripsi ini. Terima kasih Sahabat Carbon Cycle (Sitik, Febry,
Maudyna, Silvia, Nisa, Olvita, Arief, Randi, Cege, Edy) yang telah memberikan
dukungan, semangat serta telah mengajarkan arti persahabatan dan mewarnai
kehidupan penulis selama perkuliahan. Terima kasih penulis ucapkan kepada Kak
Priya, Kak Aisyah dan Kak Yuli yang telah memberikan semangat, masukan dan
arahan selama menulis. Terima kasih penulis sampaikan keluarga besar rekan-rekan
Bidang Taksonomi dan Ekologi Tumbuhan, keluarga besar rekan-rekan Laboratorium
Biologi Dasar dan adik asuh stambuk 2018.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu
Penulis mengharapkan kritik dan saran dalam melengkapi kekurangan penyusunan
skripsi ini. Semoga kiranya skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Medan, Agustus 2021

Ilmal Alsahana

v
DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PENGESAHAN i
ABSTRAK ii
ABSTRACT iii
PENGHARGAAN iv
DAFTAR ISI vi
DAFTAR GAMBAR vii
DAFTAR LAMPIRAN viii

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan Penelitian 2
1.4 Manfaat Penelitian 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Morfologi Arecaceae 4
2.2 Habitat 6
2.3 Distribusi 7
2.4 Manfaat 8

BAB 3 METODE PENELITIAN


3.1 Waktu dan Tempat 9
3.2 Deskripsi Area 9
3.3 Metode Penelitian 10
3.4 Analisa Data 12

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Jenis-Jenis Arecaceae 13
4.2 Morfologi Arecaceae 15
4.3 Ekologi Arecaceae 21
4.4 Manfaat Arecaceae 22
4.5 Kunci Identifikasi 24
4.6 Deskripsi Jenis-Jenis Arecaceae 26

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan 43
5.2 Saran 43

DAFTAR PUSTAKA 44
LAMPIRAN 46

vi
DAFTAR GAMBAR

Nomor
Judul Halaman
Gambar
2.1 Organ panjat berkaitan daun pada rotan 5
3.1 Peta jalur pengamatan Arecaceae 10
4.1 Habitat Arecaceae 15
4.2 Habit Arecaceae 16
4.3 Permukaan batang Arecaceae 16
4.4 Duri flagel 17
4.5 Okrea 17
4.6 Crownshaft 18
4.7 Bentuk bangun anak daun Arecaceae 19
4.8 Sirus 19
4.9 Perbungaan Arecaceae 20
4.10 Buah Arecaceae 21

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor
Judul Halaman
Lampiran
1. Hasil identifikasi Arecaceae 46
2. Foto pelaksanaan penelitian 47
3. Data faktor fisik dan kimia Arecaceae 48
4. Tabel dan grafik data cuaca dan suhu 49
5. Tallysheet karakter morfologi Arecaceae 53
6. Surat izin masuk stasiun penelitian 59

viii
1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia terdiri atas 13.700 pulau yang kaya akan keanekaragaman hayati
dengan 47 ekosistem berbeda tersebar di tujuh kawasan biogeografi dan memiliki 10%
jenis tumbuhan di dunia. Indonesia memiliki dua bioma dunia, yaitu hutan hujan tropis
dan bioma savana. Bioma hutan hujan tropis memiliki keanekaragaman tumbuhan
sangat tinggi yang disebut flora Malesiana. Flora ini meliputi tumbuhan di daerah
Sumatera, Jawa-Bali, Kalimantan, Sulawesi, Sunda Kecil, Maluku dan Papua
(Supriatna, 2008; Sodiq, 2014). Sumatera dengan keanekaragaman hayati yang tinggi
memiliki kawasan konservasi beragam salah satunya Kawasan Ekosistem Leuser.
Kawasan Ekosistem Leuser merupakan kawasan hutan tropis yang terletak di
antara Danau Lau Tawar di Provinsi Aceh dan Danau Toba di Provinsi Sumatera.
Kawasan ini memiliki keanekaragaman Flora dan Fauna yang cukup tinggi. Flora yang
ditemukan pada kawasan ini sekitar 3500 jenis salah satunya tumbuhan Rafflesia.
Ekosistem Leuser terdiri dari 3 stasiun penelitian yaitu stasiun ketambe di bagian
Tenggara, stasiun penelitian suaq belimbing di bagian Selatan Aceh yang berada dalam
kawasan Taman Nasional Gunung Leuser dan stasiun penelitian Soraya. Secara
administratif, stasiun penelitian Soraya berada di kecamatan Sultan Daulat, kota
Subulussalam, Provinsi Aceh. Stasiun penelitian ini berada di dataran rendah yang
terdiri dari 150 lebih jenis tumbuhan diantaranya tumbuhan Palem (Djufri, 2015;
Iqbar, 2015; Maghfiriadi et al., 2019).
Tumbuhan Palem atau Arecaceae merupakan tumbuhan yang termasuk dalam
kelompok Angiospermae atau tumbuhan berbiji tertutup. Palem memiliki karakter
morfologi yang berbeda diantara tumbuhan monokotil seperti bentuk daun, ukuran
daun serta habitat yang spesifik. Tumbuhan Palem terdiri atas 200 marga dan sekitar
2500 jenis tersebar di daerah tropik Asia, Malesia, Australia, Afrika dan Amerika, serta
daerah subtropik daerah beriklim sedang baik di belahan bumi utara maupun di
belahan bumi selatan. Indonesia yang termasuk daerah tropis merupakan negara
terkaya di dunia akan keanekaragaman palem, sekitar 477 jenis palem telah diketahui,
2

mewakili 46 marga. Tumbuhan palem yang terdapat di Indonesia sekitar 70% terdiri
atas rotan yang berasal dari marga Calamus dan Daemonorops di bagian barat dan
marga Gronophyllum di bagian timur. Sumatera dengan segala kekayaan jenis floranya
memiliki keanekaragaman palem cukup tinggi dengan 90 jenis palem yang termasuk
di dalamnya 25 marga (Dransfield, 1974; Johnson, 1996; Rustiami, 2002; Guan, 2003;
Arunachalam, 2012).
Penelitian terkait Arecaceae sebelumnya sudah banyak dilakukan di Provinsi
Aceh diantaranya yang dilakukan oleh Mutia (2003) di Stasiun Penelitian Ketambe,
Ekosistem Leuser, Siregar (2005) di Hutan Sikundur dan Ramadhani (2015) di
kawasan Malesia Barat dan Hutasuhut dan Rasyidah (2018) di Kawasan Hutan Taman
Nasional Gunung Leuser. Informasi mengenai suku Arecaceae di Stasiun Penelitian
Soraya Kawasan, Ekosistem Leuser, Kecamatan Sultan Daulat, Kota Subulussalam
belum pernah dilaporkan. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk
memperoleh data tentang keanekaragaman jenis Arecaceae di Stasiun Penelitian
Soraya Kawasan Ekosistem Leuser, Kecamatan Sultan Daulat Kota Subulussalam.

1.2 Permasalahan
Arecaceae atau suku palem-paleman merupakan tumbuhan hasil hutan non-
kayu. Suku ini memiliki keanekaragaman yang tinggi pada daerah tropis. Dari hasil
survei yang dilakukan, Stasiun Penelitian Soraya, Kawasan Ekosistem Leuser
ditemukan suku palem-paleman atau Arecaceae. Informasi mengenai Inventarisasi
Jenis-Jenis Arecaceae di Stasiun Penelitian Soraya Kawasan Ekosistem Leuser,
Kecamatan Sultan Daulat Kota Subulussalam belum pernah dilaporkan sebelumnya.

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini yaitu melakukan inventarisasi jenis-jenis Arecaceae di
Stasiun Penelitian Soraya, Kawasan Ekosistem Leuser, Kecamatan Sultan Daulat,
Kota Subulussalam.
3

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat penelitian ini yaitu:
a. Memberikan informasi berupa data-data keanekaragaman jenis Arecaceae di
Stasiun Penelitian Soraya Kawasan Ekosistem Leuser Kecamatan Sultan
Daulat Kota Subulussalam, Universitas Sumatera Utara, Herbarium
Medanense (MEDA), Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA), Dinas
Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK), Forum Konservasi Leuser (FKL)
dan Masyarakat yang memerlukan.
b. Menambah pengetahuan peneliti selanjutnya mengenai keanekaragaman jenis
Arecaceae khususnya di Provinsi Aceh.
4

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Morfologi Arecaceae


Arecaceae merupakan kelompok tumbuhan non-kayu yang memiliki variasi
morfologi yang lebih beragam dibandingkan tumbuhan monokotil lainnya. Arecaceae
memiliki perawakan seperti semak dengan tinggi 25 cm hingga pohon setinggi 60 m.
(Johnson, 1996; Dransfiel et al., 2008). Arecaceae memiliki beberapa bagian yaitu:

2.1.1 Batang
Batang palem terbentuk secara berkelompok (individu dengan beberapa batang
membentuk rumpun) atau soliter (individu yang memiliki satu batang). Palem juga ada
yang merambat pada pohon lain sebagai liana, bentuk ini salah satunya terdapat pada
jenis Hypaena dan Dypsis. Berdasarkan tinggi batang, palem dapat digolongkan
menjadi palem yang berupa pohon tinggi lebih dari 10 meter, pohon sedang (2 sampai
10 meter) dan semak kurang dari 2 meter (Johnson, 1998; Siregar, 2005; Handerson,
2009).

2.1.2 Daun
Daun merupakan variabel dalam perawakan palem. Pada kondisi hutan tropis,
daun palem memiliki ukuran yang besar dan dapat digunakan sebagai aspek kunci
identifikasi. Daun palem dianggap sebagai mahkota yang terletak di atas batang. Tipe
daun palem tunggal atau majemuk dengan susunan tulang menjari atau menyirip. Tepi
daun palem bercangap atau berbagi. Daun muda dalam posisi kuncup dan terlipat, bila
telah berkembang biasanya daun berujung tajam, tepi atau tulang daun berduri
(Johnson, 1998; Tjitrosoepomo, 2001; Henderson, 2009).
Tumbuhan palem terdapat beberapa bagian daun yang berkaitan dengan
strukturnya. Pada bagian pangkal, terdapat selubung daun berserat yang disebut
indumentum. Pada bagian pangkal dilapisi selaput pembungkus yang disebut okrea.
Pada palem merambat seperti rotan terdapat dua struktur yang berkaitan dengan daun
yaitu kuncir/cirrus (struktur serupa cambuk yang merupakan perpanjangan dari
5

pertulangan daun setelah anak daun teratas) dan flagel (cambuk berduri yang secara
umum mirip dengan kuncir namun berasal dari pelepah rotan) (Henderson, 2009)
(Gambar 2.1).

a b

Gambar 2.1 Organ panjat berkaitan daun pada rotan; Sirus pada marga Korthalsia
(a), Flagel pada marga Calamus (b) (Dransfield, 2008).

2.1.3 Duri
Duri pada tumbuhan palem umumnya dijumpai dari jenis rotan. Duri pada
rotan muncul pada daun mulai dari dari pelepah, tangkai, tulang daun, rakhis dan
flagel. Duri-duri yang terdapat pada flagel, kuncir dan rakhis menjadikan ujung
tumbuhan rotan bertahan dan tumbuh merambat pada batang utama atau cabang suatu
pohon. Duri pada pelepah rotan berfungsi melindungi rotan. Jumlah dan susunan duri
pada setiap jenis rotan bervariasi dan duri pada batang rotan bervariasi pula dari jenis
yang sama. Pada jenis Calamus literalis hanya dijumpai sedikit duri bahkan tidak
memiliki duri. Pada jenis Myrialepis paradoxa dan Plectocomia elongata dijumpai
susunan duri yang rapi. Perbedaan antar jenis dari marga Calamus terletak pada
susunan duri yang berbeda-beda arah pertumbuhannya. Beberapa jenis rotan yang
memilik tipe duri yang membesar dan datar, adapula jenis rotan lainnya memiliki tipe
duri mengerucut dan berbentuk seperti jarum. Duri dari jenis rotan berwarna hijau
muda sampai hijau kekuningan, tetapi beberapa jenis rotan dari C. godefroyi dan C.
salicifolius berwarna hitam dan duri dari C. rudentum berwarna abu-abu atau berwarna
jerami (Hourt, 2008; Jasni et al., 2012).
6

2.1.4 Bunga
Perbungaan pada palem berkaitan erat dengan siklus hidup. Bunga palem
berukuran kecil, banci (poligam), monoceus atau dioceus, tersusun dalam bunga
majemuk yang bersifat malai, ibu tangkai menebal, diselubungi oleh daun pelindung,
seludang bunga banyak atau sedikit, belubang atau seperti membran. Hiasan bunga
ganda, berupa 3 daun kelopak yang tepisah atau berlekatan. Tenda bunga dalam
lingkaran berjumlah masing-masing 3 atau bersatu dengan yang lain, kerapkali tebal
dan kokoh. Jumlah benang sari berkisar 3 sampai 6. Palem menghasilkan karangan
bunga di ketik daun (axilaris) atau berada di ujung daun (terminal) (Tjitrosoepomo,
2001; Steenis, 2006).

2.1.5 Buah
Buah palem diklasifikasikan sebagai buah drupa atau buah batu. Buah palem
memiliki ukuran, bentuk dan warna yang bervariasi. Ukuran buah berkisar antara
milimiter hingga 20 cm (Borassus). Bentuk buah terdiri dari rounded (seperti globe),
ellipsoid (seperti lapangan bola), ovoid (seperti telur) serta berbagai macam bentuk
lainnya. Hampir semua buah palem berwana hijau ketika dewasa, namun ketika
matang variasi warna buah berubah seperti hitam, kuning atau merah. Bakal buah
tumbuhan ini menumpang, beruang 1 sampai 3, tiap ruang berisi 1 bakal biji yang
sempurna perkembanganya disertai biji dengan endosperm dan lembaga yang kecil
(Tjitrosoepomo, 2001; Henderson, 2009; Broschat, 2013).

2.2 Habitat
Palem hidup di seluruh habitat di daerah tropis seperti hutan hujan, hutan semi
kering, hutan pegunungan, rawa air tawar, rawa asin, lembah sungai, sabana, gurun
dan gunung. Palem juga terdapat di habitat yang terbatas seperti mangrove (Nypa
fruticans), hutan riparian (Archontophoenix myolensis) dan dataran tinggi
(Laccospadix australasicus dan Linospadix palmerianus). Beberapa dari spesies ini
telah mengalami adaptasi/spesialisasi morfologi atau karakteristik berkaitan dengan
tempat lingkungannya (Johnson, 1996; Dowe, 2010).
Palem tumbuh secara baik pada kondisi tanah alluvial (sepanjang sungai),
intosol dan cukup lembab dengan iklim basah (tipe A dan B) atau basah sampai kering
7

(tipe A, B, C dan D). Palem juga dapat tumbuh pada berbagai kemiringan dari tanah
berbatu dan berlereng terjal. Palem memerlukan suhu rata-rata tahunan 25 sampai
170C, curah hujan 2000 mm sampai 2500 mm per tahun dengan rata-rata hujan turun
120 sampai 140 hari dalam setahun dan kelembaban relatif 80%. Dalam
pertumbuhannya, palem memerlukan cahaya dan cahaya yang mencapai kedasar hutan
berbeda-beda sehingga menjadi ciri tersendiri untuk menentukan pertumbuhan suatu
spesies (LIPI, 2000; Uhl dan Dransfield 1987 dalam Siregar, 2005).
Palem dari jenis rotan umumnya tumbuh secara alami, menyebar mulai daerah
pantai hingga pegunungan, pada elevasi 0 sampai 2900 m di atas permukaan laut,
secara ekologis rotan tumbuh dengan subur di berbagai tempat, baik dataran rendah
maupun agak tinggi, terutama di daerah yang lembab seperti tepian sungai (Kalima,
2008).

2.3 Distribusi
Palem merupakan tumbuhan tropik klasik. Pendistribusian palem terdapat di
tiga pusat utama yaitu Amerika (Amerika Utara dan Amerika Selatan), Asia (India
sampai Jepang dan pada bagian selatan dari Australia hingga ke Samudera Hindia) dan
Afrika (Madagaskar dan Seychelles). Palem yang terdapat di semenanjung Malaysia
terdiri dari 31 genus dan sekitar 199 spesies. Secara global, palem yang terdapat pada
wilayah semenanjung Malaysia mencakup 14,6% dari seluruh genus palem. Indonesia
merupakan pusat keanekaragaman palem dunia, 215 genus yang terdapat di dunia.
Sekitar 46 genus terdapat di Indonesia dan 29 genus merupakan palem endemik
(Cranbrook, 1988; Henderson et al., 1995; Siregar 2005).
Persebaran tumbuhan tidak lepas dari peran serta hewan. Mamalia dan burung
merupakan agen penyebaran efektif. Pada jenis palem (Gryphjierax angolensis) tikus
dan burung merupakan agen penyebar dari buah merah rotan serta jenis Raphia.
Mamalia seperti gajah juga tertarik terhadap buah dari jenis palem Borassus dan
Hyphaene, dibuktikan dari biji palem yang ditemukan pada kotoran gajah (Steentoft,
1988).
8

2.4 Manfaat
Arecaceae atau palem merupakan tumbuhan multiguna. Tumbuhan palem telah
diketahui banyak manfaatnya, baik untuk bahan bangunan, kerajinan tangan, obat-
obatan, peralatan rumah tangga, sumber pangan, sumber energi, tanaman obat,
tanaman hias bahkan sebagai tanaman konservasi lingkungan. Palem selain
bermanfaat juga menghasilkan produk yang berasal dari beberapa kelompok palem
diantaranya minyak (Elais guineensis, Cocos nucifera), lilin (Copernicia prunifera),
serat (Cocos nucifera, Rattan spp.), makanan (Salacca zalacca, Nypha fruticans,
Arenga pinnata), obat-obatan (Areca catechu) dan sebagainya. Pemanfaatan jenis
tumbuhan oleh masyarakat merupakan salah satu alternatif penunjang kehidupan.
Bagian palem (Arecaceae) yang digunakan sebagian besar adalah daun, buah, batang,
akar dan biji. Pembuatan kerajinan sebagian besar menggunakan daun, tempurung
serta batang, kelapa (Cocos nucifera L.) (Irawanto, 2011; Paull dan Duarte, 2012;
Nuryanti et al., 2015; Silvia et al., 2017).
Palem juga dimanfaatkan sebagai tanaman hias tepi jalan ataupun taman kota.
Pangemanan et al. (2008) melaporkan terdapat beberapa jenis palem yang berpotensi
sebagai pengisi ruang terbuka hijau yaitu dari jenis eksotis dan jenis alam. Jenis palem
eksotis diantaranya Cyrtotachis renda (Palem merah, dari Kalimatan), Roystonea
regia (palem raja), Pinanga kuhlii, Chrysalidocarpus lutescens (palem kuning) dan
Rhapis exelsa. Palem jenis alam yaitu Areca vestiaria (Pinang yaki, khas Sulawesi
Utara), Pinanga caesia (Pinang tutul, khas Sulawesi Utara), Oncosperma horridum
(Bayeh), Corypha gebanga (Lontar), Levistonia rotundifolia (Woka), Pigaffeta filaris
(Nibong), Arenga microcarpa (Sagu baruk), Oncosperma tigillarium, Licuala spinosa,
Areca orsicarpa dan Caryota mitis (Sarei).
Rotan disamping bermanfaat sebagai bahan perabot rumah tangga juga telah
memberi sumbangan bagi peningkatan pendapatan masyarakat sekitar hutan,
pembentukan budaya dan daya kreasi, perekonomian dan aspek sosial. Tapanuli
Selatan merupakan salah satu masyarakat yang masih memanfaatkan rotan. Rotan
digunakan untuk anyaman alat rumah serta sayuran sebagai sumber pangan.
Tumbuhan ini masih banyak dijumpai di pasar tradisional Tapanuli Selatan (Siregar,
2005; Adnan et al., 2008).
9

BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2020 sampai Januari 2021 di
Stasiun Penelitian Soraya, Kawasan Ekosistem Leuser, Kecamatan Sultan Daulat,
Kota Subulussalam dan dilanjutkan di Laboratorium Sistematika Tumbuhan dan
Herbarium Medanense, Universitas Sumatera Utara.

3.2 Deksripsi Area


3.2.1 Kawasan Stasiun Penelitian Soraya
Stasiun Penelitian Soraya merupakan salah satu stasiun penelitian yang
terdapat di Kawasan Ekosistem Leuser, Kecamatan Sultan Daulat, Kota Subulussalam,
Provinsi Aceh. Secara administrasi Stasiun Penelitian Soraya terletak 20 km dari desa
Pasir Belo, Kecamatan Sultan Daulat. Lokasi penelitian terletak di tepi sungai Alas,
dengan luas wilayah kelola mencapai 17.000 Ha (FKL, 2020). Secara geografis
terletak di 27°55’25” LU dan 97°55’25” BT. Stasiun penelitian soraya merupakan
salah satu stasiun yang dibangun oleh Forum Konservasi Leuser (FKL) pada tahun
2016 bekerjasama dengan Dinas Lingkungan Hidup Kehutanan Aceh (DLHK).

3.2.2 Iklim
Kawasan Stasiun Penelitian Soraya merupakan kawasan yang memiliki iklim
tropis dengan curah hujan 2450 mm per tahun. Suhu di kawasan ini berkisar antara
25°C sampai 30°C dengan kelembaban di pagi hari 98% dan sore hari 95% (FKL,
2020).

3.2.3 Topografi
Kawasan Stasiun Penelitian Soraya termasuk ke dalam hutan tropis dataran
rendah berbukit. Kawasan ini berada pada ketinggian 75 sampai 350 mdpl (FKL,
2020).
10

3.2.4 Vegetasi
Hutan Stasiun Penelitian Soraya memiliki memiliki vegetasi umum yang
didominasi oleh Dipterocarpaceae seperti Damar Laut (Shorea spp.) dan Keruing
(Dipterocarpus spp.). Pada lokasi ini terdapat beberapa suku tumbuhan lain yang
mendominasi diantaranya Euphorbiaceae, Meliaceae, Lauraceae, Moraceae dan
Anacardiaceae (Iqbar, 2015).

3.3 Metode Penelitian


3.3.1 Metode
Penelitian dilakukan menggunakan metode survei (eksplorasi) di seluruh jalur
stasiun Penelitian Soraya, Kawasan Ekosistem Leuser. Pengamatan dan pengoleksian
dilakukan di sepanjang jalur track yang sudah ditetapkan sesuai dengan habitat
Arecaceae (Gambar 3.1).

Keterangan : Jalur pengamatan Arecaceae


Gambar 3.1 Peta jalur pengamatan Arecaceae
11

3.3.2 Pengamatan Karakteristik Morfologi


Pengamatan karakteristik morfologi meliputi pengamatan morfologi dan
pengukuran faktor fisik dan kimia di lingkungan Arecaceae. Pengamatan morfologi
terdiri atas perawakan tumbuh, morfologi batang, pelepah daun, daun, tipe perbungaan
dan morfologi buah. Selanjutnya dilakukan pengukuran faktor fisik dan kimia
lingkungan yaitu kelembaban udara dengan higrometer, suhu udara dengan
termometer, suhu tanah dengan termometer tanah, pH tanah dengan soil pH, intensitas
cahaya dengan lux meter, ketinggian tempat dengan altimeter serta titik kordinat
dengan GPS (Global Positioning System) dari setiap Arecaceae yang ditemukan.

3.3.3 Koleksi spesimen


Jenis-jenis Arecaceae yang ditemukan kemudian difoto, dicatat karakter
penting secara detail dengan menggunakan thallysheet (Lampiran 5) dan dikoleksi.
Pengkoleksian dan pembuatan spesimen herbarium mengikuti prosedur standar oleh
Dransfield (1986).

3.3.4 Identifikasi Karakter Morfologi


Spesimen dari lapangan dibuka, diganti koran dengan yang baru, diapit dengan
sasak, kemudian dikeringkan dalam oven pengering dengan suhu lebih kurang 600C
sampai spesimen kering dan berat spesimen menjadi konstan. Spesimen yang telah
kering diidentifikasi di Herbarium Medanense (MEDA). Identifikasi berdasarkan ciri
morfologi vegetatif dan generatif.
Pustaka acuan yang digunakan untuk identifikasi antara lain:
a. Plant Resources of South East Asia, Rattans (Dransfield and Manokaran, 1994).
b. Tropical Palms (Johnson, 1998).
c. Field Guide to Palms in Papua New Guinea (Barford et al., 2001).
d. Genera Palmarum, The Evolution and Classification of Palms (Dransfield et al.,
2008).
e. Palms of Southern Asia (Henderson, 2009).
f. Australian Palms Biogeography, Ecology and Systematic ( Dowe, 2010).
g. Atlas Rotan Indonesia Jilid 3 (Jasni et al., 2012).
h. Rotan Kekayaan Belantara Indonesia (Sanusi, 2012).
12

3.4 Analisis Data


Data jenis-jenis Arecaceae disajikan dalam bentuk tabel jenis, deskripsi
morfologi dan gambaran habitat secara umum dari masing-masing jenis Arecaceae
yang ditemukan dan kunci determinasi.
13

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Jenis-Jenis Arecaceae


Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Stasiun penelitian Soraya
diperoleh 9 marga Arecaceae yaitu Calamus, Caryota, Daemonorops, Korthalsia,
Myrialepis, Oncosperma, Orania, Pinanga dan Salacca dengan 17 jenis (Tabel 4.1).

Tabel 4.1 Jenis-Jenis Arecaceae di Stasiun Penelitian Soraya Kawasan Ekosistem


Leuser Kecamatan Sultan Daulat Kota Subulussalam
Perawakan (habit)
Marga Jenis
Merambat Tegak
Calamus C. exilis + -
C. griseus + -
C. javensis + -
C. polystachys + -
C. rhomboideus + -
C. trachycoleus + -
C. wallichiana + -
Calamus sp. + -
Caryota Caryota mitis - +
Daemonorops Daemonorops melanochaetes + -
Korthalsia K. junghuhnii + -
K. rostrata + -
Myrialepis Myrialepis paradoxa + -
Oncosperma Oncosperma trigillarium - +
Orania Orania sylvicola - +
Pinanga Pinanga coronate - +
Salacca Salacca zalacca - +
Keterangan :
+ : Ditemukan
- : Tidak ditemukan
14

Dari Tabel 4.1 diketahui marga Calamus memiliki jumlah jenis terbanyak yaitu
delapan jenis diikuti marga Korthalsia dua jenis dan marga Caryota, Daemonorops,
Korthalsia, Myrialepis, Oncosperma, Orania, Pinanga dan Salacca masing-masing
satu jenis. Dari 17 jenis palem yang ditemukan, 12 jenis merupakan palem merambat
atau lebih dikenal dengan rotan, sedangkan 5 jenis palem berperawakan pohon. Jumlah
jenis Arecaceae yang ditemukan pada lokasi penelitian lebih tinggi jika dibandingkan
dengan jumlah jenis yang dilaporkan oleh Hutasuhut dan Rasyidah (2018) di Kawasan
Hutan Taman Nasional Gunung Leuser berjumlah 4 marga dengan 13 jenis. Akan
tetapi jenis-jenis Arecaceae di lokasi penelitian jauh lebih rendah dari yang dilaporkan
oleh Mutia (2003) di Stasiun Penelitian Ketambe, Ekosistem Leuser yaitu 11 marga,
26 jenis dan Siregar (2005) di Hutan Sikundur berjumlah 12 marga, 31 jenis.
Perbedaan jumlah jenis Arecaceae yang diperoleh pada lokasi penelitian salah
satunya disebabkan oleh perbedaan luas hutan yang dijelajah serta kondisi ketinggian
hutan yang sesuai dengan habitat jenis Arecaceae. Hal ini sesuai dengan pendapat
Sanusi (2012), jumlah Arecaceae yang ditemukan dalam areal hutan atau areal yang
ditumbuhi pepohonan sulit diketahui secara pasti. Keanekaragaman Arecaceae tidak
menyebar rata dalam areal hutan, tetapi tumbuh berumpun atau tumbuh soliter dalam
kelompok hutan. Tingginya jumlah jenis Arecaceae tidak bergantung pada luas
kawasan sebaliknya, suatu kawasan yang tidak begitu luas berpotensi memiliki
keanekaragaman Arecaceae tinggi seperti yang dilaporkan oleh Siregar (2005) di
Hutan Sikundur dengan luas kurang lebih 500 Ha menemukan 12 marga, 31 jenis.
Stasiun penelitian Soraya merupakan kawasan hutan tropis dataran rendah
berbukit. Kawasan ini berada pada ketinggian 75 sampai 350 mdpl dengan luas 17.000
Ha dan faktor lingkungan seperti kelembaban udara 95 sampai 98%, suhu udara 25oC
sampai 30oC yang sangat berpotensi sebagai habitat Arecaceae. Hai ini sejalan dengan
Simpsons (2006) yang mengemukakan Arecaceae terdistribusi sebagian besar di
daerah topis dengan iklim hangat dan ekologi dari jenis Arecaceae menjadi acuan
tumbuh. Rachman dan Jasni (2013) juga berpendapat indikator pertumbuhan
Arecaceae dari jenis rotan umumnya dijumpai pada ketinggian 0 sampai 1500 mdpl
dengan kondisi curah hujan tidak kurang dari 2.000 mm/tahun, kelembaban udara 40
sampai 60% dan intensitas cahaya 20 sampai 50%.
15

4.2 Morfologi Arecaceae


4.2.1 Habitat
Jenis-jenis Arecaceae hidup tersebar di berbagai habitat. Beberapa diantaranya
hidup di daerah teresterial, daerah perairan seperti di tanah lembab atau di daerah dekat
aliran sungai (Gambar 4.1). Dari 17 jenis Arecaceae yang ditemukan di lokasi
penelitan, 13 jenis mendiami habitat teresterial yaitu Calamus exillis, Calamus griseus,
Calamus javensis, Calamus polystachys, Calamus rhomboideus, Calamus sp.,
Calamus trachycoleus, Calamus wallichiana, Caryota mitis, Daemonorops
melanochaetes, Korthalsia junghuhnii, Myrialepis paradoxa dan Orania sylvicola.
Jenis Korthalsia rostrata dan Oncosperma trigillarium ditemukan pada daerah yang
lembab dekat dengan aliran sungai. Jenis Pinanga coronata dan Salacca zalacca
ditemukan pada daerah yang tergenang air. Sebagian besar jenis-jenis Arecaceae
ditemukan di dalam hutan terbuka dengan cahaya matahari penuh dan daerah
tergenang air.

a b c

Gambar 4.1 Habitat Arecaceae; habitat teresterial pada Myrialepis paradoxa (a),
habitat dekat aliran sungai pada Oncosperma trigillarium (b), habitat
tergenang air pada Pinanga coronata (c).

4.2.2 Habit
Jenis-jenis Arecaceae memiliki perawakan merambat dan tegak (Gambar 4.2).
Jenis Arecaceae dengan perawakan merambat terdapat pada marga Calamus,
Daemonorops, Korthalsia dan Myrialepis, sedangkan jenis dengan perawakan tegak
terdapat pada marga Caryota, Oncosperma, Orania, Pinanga dan Salacca. Jenis-jenis
Arecaceae yang ditemukan pada lokasi penelitian tumbuh secara soliter dan
berkelompok. Jenis Arecaceae yang tumbuh secara soliter terdapat pada marga
16

Caryota, Oncosperma, Orania, Pinanga dan Salacca, sedangkan jenis yang tumbuh
secara berkelompok terdapat pada marga Calamus, Daemonorops, Korthalsia dan
Myrialepis.

a b

Gambar 4.2 Habit Arecaceae; perawakan merambat pada Myrialepis paradoxa (a),
perawakan tegak Oncosperma trigillarium (b).

4.2.3 Batang
Permukaan batang Arecaceae yang ditemukan pada penelitian yaitu licin
memperlihatkan berkas-berkas daun, berduri dan berlendir (Gambar 4.3). Jenis
Arecaceae dengan permukaan batang licin memperlihatkan berkas-berkas daun
terdapat pada marga Orania dan Pinanga, jenis dengan permukaan batang berduri
terdapat pada marga Calamus, Daemonorops, Korthalsia, Myrialepis, Salacca dan
Oncosperma dan jenis dengan permukaan batang berlendir terdapat pada marga
Caryota.

a b c

Gambar 4.3 Permukaan batang Arecaceae; permukaan batang berduri pada


Oncosperma trigillarium (a), permukaan batang licin memperlihatkan
berkas-berkas daun pada Pinanga coronata (b), permukaan batang licin
berlendir pada Caryota mitis (c).
17

Pada organ batang Arecaceae terdapat struktur organ panjat yang disebut flagel.
Flagel yang ditemukan memiliki dua struktur duri yaitu berduri kelompok dan berduri
tersebar (Gambar 4.4). Flagel berduri kelompok terdiri dari jenis Calamus exilis,
Calamus javensis dan Calamus rhomboideus dan flagel berduri tersebar terdiri dari
jenis Calamus griseus dan Calamus sp.

a b

Gambar 4.4 Duri flagel; flagel berduri kelompok pada Calamus exilis (a), flagel
berduri tersebar pada Calamus sp. (b).

Pada batang Arecaceae juga terdapat selaput yang membungkus pelepah yang
disebut okrea (Gambar 4.5). Jenis Arecaceae yang memiliki okrea terdapat pada jenis
Korthalsia rostrata. Tipe okrea yang ditemukan berbentuk seperti perahu, berduri
kecil dan berwarna cokelat.

a b

Gambar 4.5 Okrea; tipe okrea berbentuk perahu, berduri kecil dan berwarna cokelat
pada jenis Korthalsia rostrata (a), okrea bebas pada jenis Korthasila
junghuhnii (b).
18

4.2.4 Daun
Pada daun Arecaceae terdapat dasar daun melingkar memanjang yang disebut
crownshaft. Jenis Arecaceae yang memiliki crownshaft terdapat pada jenis Pinanga
coronata (Gambar 4.6). Crownshaft yang ditemukan berwarna hijau kemerahan
dengan bagian dalamnya terdapat bakal bunga yang selanjutnya menjadi buah.

Gambar 4.6 Crownshaft berwarna hijau kemerahan pada jenis Pinanga coronata.

Jenis-jenis Arecaceae memiliki bentuk anak daun lanset, jorong dan belah
ketupat (Gambar 4.7). Jenis Arecaceae beranak daun lanset terdapat pada jenis
Calamus exillis, jenis Arecaceae beranak daun memanjang terdapat pada Calamus
javensis dan jenis Arecaceae beranak daun belah ketupat terdapat pada Korthalsia
junghuhnii. Tipe permukaan daun Arecaceae yaitu licin, berduri dan kasap. Jenis
Arecaceae dengan permukaan daun licin terdapat pada jenis Pinanga coronata, jenis
Arecaceae dengan permukaan daun berduri terdapat pada Daemonorops
melanochaetes dan jenis Arecaceae dengan permukaan daun kasap terdapat pada
Calamus javensis. Daging daun Arecaceae yaitu tebal dan tipis. Jenis Arecaceae
berdaging daun tebal terdapat pada Myrialepis paradoxa dan jenis Arecaceae
berdaging tipis terdapat pada Calamus polystachys.
19

a b c

Gambar 4.7 Bentuk bangun anak daun Arecaceae; bentuk anak daun lanset pada
Calamus exillis (a), bentuk anak daun memanjang pada Calamus
javensis (b), bentuk anak daun belah ketupat pada Korthalsia junghuhnii
(c).

Pada daun Arecaceae terdapat duri cambuk yang muncul dari perpanjangan
tangkai daun disebut sirus. Jenis Arecaceae yang memiliki sirus terdapat marga
Calamus, Daemonorops, Korthalsia dan Myrialepis. Sirus memiliki panjang yang
berbeda-beda. Berdasarkan hasil penelitian, sirus terpanjang terdapat pada jenis
Myrialepis paradoxa yaitu 110 cm, sedangkan tipe sirus terpendek terdapat pada jenis
Calamus rhomboideus yaitu 2 cm.

a b

Gambar 4.8 Sirus; sirus berukuran panjang pada Myrialepis paradoxa (a), sirus
berukuran pendek pada Calamus rhomboideus (b).
20

4.2.5 Perbungaan
Letak perbungaan pada Arecaceae aksilar (ketiak daun) dan terminal (ujung
daun) (Gambar 4.9). Dari 17 jenis Arecaceae yang ditemukan, tiga jenis memiliki
bunga aksilar yaitu Calamus wallichiana, Daemonorops melanochaetes dan Salacca
zalacca, sedangkan satu jenis memiliki bunga terminal yaitu Calamus griseus. Dari
empat jenis yang berbunga, Daemonorops melanochaetes memiliki ciri khusus berupa
daun gantilan (dasar daun berduri) yang menutupi perbungaan dan Salacca zalacca
memiliki sabut tebal yang melindungi perbungaan. Warna perbungaan Arecaceae yang
ditemukan terdiri dari cokelat, orange dan merah. Jenis Arecaceae yang memiliki
perbungaan warna cokelat terdapat pada Daemonorops melanochaetes dan Salacca
zalacca, jenis Arecaceae yang memiliki perbungaan warna orange terdapat pada
Calamus walichiana, jenis Arecaceae yang memiliki perbungaan warna merah
terdapat pada Calamus griseus.

a b c
Gambar 4.9 Perbungaan Arecaceae; letak bunga aksilar pada Calamus wallichiana
(a), letak bunga aksilar dan dibungkus daun gantilan pada Daemonorops
melanochaetes (b), letak bunga terminal menjutai kebawah pada
Calamus griseus (c).

4.2.6 Buah
Tipe buah Arecaceae yaitu buah drupa atau buah batu dengan ukuran diameter
berkisar 1 sampai 1,5 cm dan permukaan buah yang ditutupi sisik dengan arah
bervariasi (Gambar 4.10). Berdasarkan hasil penelitian jenis Arecaceae dengan
diameter buah 1,5 cm terdapat pada Daemonorops melanochaetes, sedangkan jenis
Arecaceae dengan diameter buah 1 cm terdapat pada Calamus wallichiana. Jenis
Arecaceae dengan permukaan buah bersisik menghadap ke atas terdapat pada Calamus
21

wallichiana, sedangkan jenis Arecaeae yang memiliki buah bersisik menghadap ke


bawah terdapat pada Daemonorops melanochaetes.

a b
Gambar 4.10 Buah Arecaceae; buah bersisik menghadap ke atas berukuran 1 cm pada
Calamus wallichiana (a), buah bersisik menghadap ke bawah berukuran
1,5 cm pada Daemonorops melanochaetes (b).

4.3 Ekologi Arecaceae


Berdasarkan kondisi di stasiun penelitian Soraya, jenis-jenis Arecaceae secara
umum hidup mulai dari ketinggian 76 sampai 166,61 mdpl dengan kelembaban udara
94 sampai 99%, intensitas cahaya 102 sampai 836 Candela dan curah hujan berkisar
600 mm per tahun. Habitat yang ditempati suku Arecaceae dimulai dari hutan tepi
sungai yang tergenang air sampai daerah hutan dataran tinggi. Pada umumnya jenis-
jenis Arecaceae menempati daerah hutan terbuka dengan cahaya matahari penuh. Hal
ini sesuai dengan Dowe (2010) yang mengemukakan Arecaceae secara umum tumbuh
dominan pada lingkungan hangat sampai lingkungan panas dengan curah hujan sedang
hingga tinggi dan akan berkurang tingkat keanekaragamannya jika berada di
lingkungan yang dingin. Lasarus (2008) juga menyatakan jenis-jenis Arecaceae
memiliki sifat tumbuh yang berbeda antar satu dan lainnya. Beberapa jenis Arecaceae
ada yang suka dengan cahaya penuh, cahaya semi dan adapula yang tidak suka cahaya.
Berdasarkan kondisi penelitian, keanekaragaman jenis Arecaceae dipengaruhi
oleh kondisi lingkungan seperti ketinggian, suhu udara, pH tanah, intensitas cahaya
dan kelembaban udara. Data ekologi Arecaceae di stasiun penelitian Soraya
menunjukkan suhu udara 26 sampai 28oC, kelembaban berkisar 94 sampai 99%, pH
tanah 4 sampai 6 (Lampiran 3). Hasil penelitian menunjukkan bahwa lokasi penelitian
tergolong dataran rendah dengan kelembaban sesuai untuk pertumbuhan dan
22

penyebaran Arecaceae. Hal ini terkait dengan Sanusi (2012) yang mengemukakan
kondisi terbaik bagi Arecaceae untuk tumbuh terdapat pada daerah lereng bukit yang
cukup lembab dengan ketinggian berksiar 0 sampai 2900 meter di atas permukaan laut.
Kelembaban tinggi berkisar 60%, areal bekas tebangan hutan, semak belukar dan
tersedianya pohon penyangga juga menjadi acuan tumbuh Arecaceae (Rachman dan
Jasni, 2013). Selain itu, Januminro (2009) juga menyatakan suhu udara terbaik bagi
Arecaceae berkisar 24 sampai 30 oC dengan kondisi pH tanah berkisar 6 sampai 7 yang
mendukung pertumbuhan Arecaceae.
Diketahui bahwa curah hujan yang terbentuk di daerah penelitian pada bulan
November menunjukkan kriteria hujan sedang dengan kisaran suhu lingkungan 22
sampai 37 oC di pagi hari dan kisaran 24 sampai 37 oC di sore hari (Lampiran 4.a).
Pada bulan Desember curah hujan yang terbentuk menunjukkan kriteria hujan ringan
dengan kisaran suhu lingkungan 22 sampai 37 oC di pagi hari dan kisaran 25 sampai
37 oC di sore hari (Lampiran 4.b).

4.4 Manfaat Arecaceae


Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat sekitar lokasi penelitian,
Arecaceae merupakan tumbuhan bermanfaat bagi masyarakat maupun hewan. Pada
umumnya masyarakat menggunakan Arecaceae sebagai bahan pangan, bahan
kerajinan, peralatan rumah tangga hingga tanaman hias. Jenis Myrialepis paradoxa
atau rotan tebu dijadikan sumber makanan bagi masyarakat Subulussalam dimana
pucuk atau umbut rotan segar tersebut sering diolah menjadi ayang (sejenis urap) atau
gulai pangkat. Jenis Pinanga coronata dan Salacca zalacca memiliki buah yang dapat
dimanfaatkan sebagai bahan makanan. Jenis Arecaceae dari marga Calamus,
Korthalsia, Daemonorops dan Myrialepis dapat digunakan sebagai bahan kerajinan
dan bahan peralatan rumah tangga. Batang rotan menjadi bagian yang sering
digunakan sebagai bahan peralatan rumah tangga seperti mebel dimana batang rotan
dikikis sampai tipis lalu dianyam untuk selanjutnya dijadikan bahan mebel (ranjang,
kursi, meja) dan kerajinan (cincin, gelang). Jenis Oncosperma trigillarium memiliki
perawakan menarik yang berpotensi menjadi tumbuhan hias. Selain bermanfaat bagi
masyarakat Arecaceae juga bermanfaat bagi hewan yang hidup di dalam hutan. Orang
utan, monyet ekor panjang, beruk dan gajah menghisap pucuk atau umbut rotan segar
23

guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Jenis Korthalsia rostrata yang memiliki okrea
juga bermanfaat sebagai habitat hewan kecil seperti semut. Hal ini sejalan dengan
pendapat Johnson (1998), manusia telah memanfaatkan Arecaceae sejak zaman
dahulu. Produk yang dihasilkan dari Arecaceae seperti bahan makanan, bahan
bangunan, alat rumah tangga, serat dan bahan bakar. Arecaceae menjadi kelompok
tumbuhan dengan tingkat manfaat terbanyak setelah suku Graminae dan Leguminosae
dan kegunaannya paling banyak ditemukan di daerah tropis.
Sumatera merupakan salah satu sentra produsen Arecaceae (rotan) di Indonesia
dan dari berbagai manfaat yang telah ditemukan, diketahui belum ada upaya budidaya
yang optimal untuk memanfaatkan berbagai potensi yang dapat ditemukan pada
Arecaceae, khususnya di wilayah Subulussalam. Oleh karena itu, perlu adanya upaya
dari pemerintah setempat untuk memaksimalkan fungsi tumbuhan Arecaceae di
wilayah tersebut guna mempertahankan nilai konservasi Arecaceae.
24

4.5 Kunci Identifikasi


4.5.1 Kunci Identifikasi Marga

1. a. Palem merambat ................................................................................................. 2


b. Palem tegak ........................................................................................................ 5
2. a. Batang Memiliki flagel ......................................................................... Calamus
b. Batang Bebas flagel ........................................................................................... 3
3. a. Batang memiliki okrea ....................................................................... Korthalsia
b. Batang bebas okrea ............................................................................................ 4
4. a. Ruas batang jelas, susunan duri teratur .............................................. Myrialepis
b. Ruas batang tidak jelas, susunan duri tersebar .............................. Daemonorops
5. a. Permukaan batang berduri ................................................................................. 6
b. Permukaan batang licin ..................................................................................... 7
6. a. Duri berbentuk segitiga ................................................................... Oncosperma
b. Duri berbentuk jarum .............................................................................. Salacca
7. a. Pelepah daun memiliki crownshaft ........................................................ Pinanga
b. Pelepah daun bebas crownshaft ......................................................................... 8
8. a. Daun menyirip ganda ............................................................................. Caryota
b. Daun menyirip tunggal ............................................................................ Orania

4.5.2 Kunci Identifikasi Jenis


1. a. Palem tegak ......................................................................................................... 2
b. Palem merambat ................................................................................................. 6
2. a. Permukaan batang berduri .................................................................................. 3
b. Permukaan batang licin ...................................................................................... 4
3. a. Bentuk duri segitiga, tersebar ....................................... Oncosperma trigillarium
b. Bentuk duri jarum, teratur .......................................................... Salacca zalacca
4. a. Pelepah membentuk crownshaft, urat daun jelas ..................... Pinanga coronata
b. Pelepah bebas crownshaft, urat daun tidak jelas ................................................ 5
5. a. Anak daun menyirip tunggal, tepi rata........................................Orania sylvicola
b. Anak daun menyirip ganda, tepi sisik ikan..................................... Caryota mitis
25

6. a. Batang memiliki flagel........................................................................................ 7


b. Batang bebas flagel ........................................................................................... 11
7. a. Flagel dengan duri berkelompok ........................................................................ 8
b. Flagel dengan duri tersebar............................................................................... 10
8. a. Pelepah berduri segitiga ................................................................. Calamus exilis
b. Pelepah berduri jarum ......................................................................................... 9
9. a. Bentuk anak daun jorong, bebas sirus ...................................... Calamus javensis
b. Bentuk anak daun belah ketupat, sirus 2 cm .................... Calamus rhomboideus
10. a. Ujung daun runcing, tepi rata .....................................................Calamus griseus
b. Ujung daun meruncing, tepi bergelombang ......................................Calamus sp.
11. a. Panjang sirus >100 cm ..................................................................................... 12
b. Panjang sirus <100 cm...................................................................................... 13
12. a. Permukaan daun licin, berdaging......................................... Myrialepis paradoxa
b. Permukaan daun berduri, tipis ............................................ Calamus polystachys
13. a. Batang memiliki okrea ........................................................... Korthalsia rostrata
b. Batang bebas okrea ........................................................................................... 14
14. a. Bentuk anak daun belah ketupat ........................................ Korthalsia junghuhnii
b. Bentuk anak daun menyirip .............................................................................. 15
15. a. Anak daun berkelompok dua ............................................ Calamus trachycoleus
b. Anak daun berhadapan ..................................................................................... 16
16. a. Perbungaan dilindungi daun gantilan .................... Daemonorops melanochaetes
b. Perbungaan bebas daun gantilan......................................... Calamus wallichiana
26

4.6 Deskripsi Jenis-jenis Arecaceae


4.6.1 Calamus exilis Griffith
Teresterial, rotan merumpun, merambat 8 sampai 10 m, diameter batang
dengan pelepah 8,5 cm, tanpa pelepah 6 cm, permukan berduri hitam tersebar, hijau.
Flagel 2 sampai 2,5 m, berduri kelompok. Pelepah daun hijau, permukaan berduri
rapat, bentuk segitiga, panjang 0,8 sampai 1,2 cm, susunan duri tersebar, duri hitam.
Daun 60 sampai 65 cm, hijau, tangkai daun 47 sampai 50 cm, hijau, tangkai daun
berduri tunggal berseling, jumlah anak daun 30 lembar. Anak daun panjang 25 sampai
30 cm, lebar 2 cm, menyirip berhadapan, ujung runcing, tepi rata, urat daun tidak jelas,
permukaan atas dan bawah berduri hitam, duri 0,5 cm. Perbungaan dan buah tidak
ditemukan.
Nama lokal : Rotan rih
Spesimen : IA 08
Distribusi : Peninsular Malaysia dan Sumatera (Dransfield dan
Manokaran, 1993).
Habitat dan Ekologi : Tumbuhan merumpun kecil di dalam hutan dengan cahaya
penuh dan merambat di pohon pada ketinggian 132,19 mdpl.

Habit Batang

Flagel Daun
27

4.6.2 Calamus griseus J. Dransf.


Teresterial, rotan merumpun, merambat 12 sampai 15 m, diameter batang
dengan pelepah 2 cm, tanpa pelepah 1,8 cm, jarak antar ruas 30 sampai 33 cm,
permukaan berduri tersebar, hijau. Lutut tipis, tidak berduri. Flagel 2,5 m, berduri
tersebar. Pelepah daun hijau, permukaan berduri tidak rapat, tidak teratur , bentuk
jarum, panjang 1,5 cm, hijau ujung kehitaman. Indumentum cokelat. Daun 28 sampai
30 cm, hijau, tangkai daun 24 cm, tangkai daun berduri tunggal, hijau, jumlah anak
daun 12 lembar. Anak daun panjang 17,5 cm, lebar 4 cm, jorong, ujung runcing, tepi
rata, urat daun terlihat jelas, licin. Perbungaan tipe monoceus, panjang 24 cm,
panjang tiap tangkai 8 cm, letak aksilar, menjuntai kebawah, merah. Buah tidak
ditemukan.
Nama lokal : Rotan benang
Spesimen : IA 16, IA 20
Distribusi : Peninsular Malaysia, Pahang, Sumatera.
Habitat dan Ekologi : Tumbuhan merumpun kecil di tanah berlumpur dan
merambat di pohon pada ketinggian 126,9 mdpl.

Habit Batang

Daun Perbungaan
28

4.6.3 Calamus javensis Blume


Teresterial, rotan merumpun, merambat 8 sampai 10 m, diameter batang
dengan pelepah 7 cm, tanpa pelepah 5 cm, permukaan batang berduri rapat, panjang
duri 1 sampai 1,5 cm, hijau. Lutut tipis, berduri, susunan duri tersebar, bentuk jarum,
hijau. Flagel 2 sampai 3 m, berduri kelompok. Pelepah daun hijau, permukaan
pelepah duri rapat, bentuk jarum, panjang duri 1 sampai 2 cm, duri teratur berseling
satu, kuning ujung kehitaman. Daun 1 sampai 1,5 m, hijau tua, tangkai daun 28 sampai
30 cm, berduri bekelompok, kuning ujung kehitaman, jumlah anak daun 10 sampai 12
lembar. Anak daun panjang 26 sampai 28 cm, lebar 7 sampai 10 cm, jorong berseling
satu, ujung meruncing, tepi rata, urat daun tidak jelas, kasar. Perbungaan dan buah
tidak ditemukan.
Nama lokal : Rotan lilin
Spesimen : IA 05
Distribusi : Asia Tenggara, Thailand, Malaysia, Singapura, Sumatera,
Jawa, Kalimantan hingga Palawan (Dransfield dan
Manokaran, 1993).
Habitat dan Ekologi : Tumbuhan merumpun kecil di dalam hutan dan merambat
di pohon pada ketinggian 145 sampai 153,07 mdpl.

Habit Batang Daun


29

4.6.4 Calamus polystachys Becc.


Teresterial, rotan merumpun, merambat 5 sampai 6 m, diameter batang
dengan pelepah 7 cm, tanpa pelepah 6,5 cm, jarak antar ruas 3,5 sampai 4,5 cm, ruas
membengkak seperti cincin, berduri hitam panjang, bentuk jarum saling menghadap,
hijau. Lutut berduri rapat, jarum, warna duri hitam. Pelepah daun hijau muda,
permukaan berduri rapat, jarum, duri tersebar, duri 1 cm, hitam. Daun 95 cm, hijau,
tangkai daun 25 cm, berduri berkelompok, jumlah anak daun 45 lembar, hijau. Anak
daun panjang 38 cm, lebar 2 cm, menyirip berhadapan, ujung runcing, tepi rata, urat
daun tidak jelas, permukaan berduri, daging daun tipis seperti kertas. Sirus 105 cm.
Perbungaan dan buah tidak ditemukan.
Nama lokal : Rotan cincin
Spesimen : IA 10, IA 14
Distribusi : Peninsular Malaysia, Sumatera dan Jawa (Dransfield dan
Manokaran, 1993).
Habitat dan Ekologi : Tumbuhan merumpun kecil di dalam hutan dan merambat di
pohon pada ketinggian 115,9 sampai 158,1 mdpl.

Habit Batang Daun


30

4.6.5 Calamus rhomboideus Bl.


Teresterial, rotan merumpun, merambat 3 sampai 4 m, diameter batang
dengan pelepah 7 sampai 8 cm, tanpa pelepah 4,5 sampai 5 cm. Lutut pendek
menggembung. Flagel 34,5 sampai 37 cm, berduri kelompok. Pelepah daun hijau,
permukaan pelepah berduri tidak rapat, tidak teratur, bentuk jarum, panjang 1 sampai
1,5 cm, hijau ujung kehitaman. Indumentum cokelat. Daun 55 cm, hijau, tangkai
daun 49 cm, tangkai daun berduri kelompok 3 menghadap ke bawah, hitam, jumlah
anak daun 7 sampai 8 lembar. Anak daun panjang 26 sampai 27 cm, lebar 12 sampai
12,5 cm, belah ketupat berseling satu, ujung runcing, tepi berbulu halus, urat daun
jelas, licin. Sirus 2 cm. Perbungaan dan buah tidak ditemukan.
Nama lokal : Rotan
Spesimen : IA 09
Distribusi : Sumatera dan Jawa (Dransfield dan Manokaran, 1993).
Habitat dan Ekologi : Tumbuhan berumpun kecil di hutan terbuka dengan cahaya
penuh dan merambat pada ketinggian 105,31 mdpl.

Habit Batang

Sirus Daun
31

4.6.6 Calamus sp.


Teresterial, rotan merumpun, merambat 5 m, diameter batang dengan
pelepah 2,5 cm, tanpa pelepah 2 cm, jarak antar ruas 5 sampai 7 cm, permukaan berduri
merah pekat, hijau, Lutut berduri tersebar, segitiga, hijau ujung kehitaman. Flagel 124
cm, berduri tersebar. Pelepah daun hijau, permukaan berduri segitiga, susunan duri
teratur, panjang 0,1 cm, hijau ujung kehitaman. Indumentum cokelat. Daun 36,5 cm,
hijau, tangkai daun 6,5 cm, berduri kecil, jumlah anak daun 12 lembar. Anak daun
panjang 17 sampai 18 cm, lebar 5,5 cm, lanset, ujung meruncing, tepi bergelombang,
licin, urat daun jelas. Perbungaan dan buah tidak ditemukan.
Nama lokal : Rotan saga
Spesimen : IA 13
Distribusi : Sumatera.
Habitat dan Ekologi : Tumbuhan berumpun kecil di dalam hutan dan merambat di
pohon pada ketinggian 166,61 mdpl.

Habit Batang

Flagel Daun
32

4.6.7 Calamus trachycoleus Beccari


Teresterial, rotan merumpun, merambat 5 sampai 6 m, diameter batang
dengan pelepah 4,5 sampai 5,5 cm, tanpa pelepah 4 sampai 5 cm, permukaan berduri
tidak rapat, jarum, tersebar, panjang duri 1 cm, duri hijau. Lutut tipis berduri. Pelepah
daun hijau. Daun 87 sampai 90 cm, hijau, tangkai daun 64 sampai 70 cm, tangkai
daun berduri tunggal, jumlah anak daun 12 lembar. Anak daun panjang 20 sampai 25
cm, lebar 2 sampai 3 cm,menyirip berkelompok dua, ujung meruncing, tepi rata, licin,
urat daun tidak jelas. Sirus 40 cm. Perbungaan dan buah tidak ditemukan.
Nama lokal : Rotan baheng
Spesimen : IA 11
Distribusi : Indonesia, Sabah, Kalimantan (Dransfield dan Manokaran,
1993).
Habitat dan Ekologi : Tumbuhan merumpun kecil di hutan terbuka dan merambat di
pohon pada ketinggian 125,8 mdpl.

Habit Batang

Sirus Daun
33

4.6.8 Calamus wallichiana L.


Teresterial, rotan merumpun, merambat 4 sampai 5 m, diameter batang
dengan pelepah 6 m, tanpa pelepah 5,5 cm, jarak antar ruas 4 cm, permukaan berduri,
cokelat. Lutut tipis berduri tidak teratur, segitiga, duri cokelat. Pelepah daun hijau
muda, permukaan ditumbuhi duri tidak rapat, jarum, teratur, duri 5 cm, duri hitam
cokelat ujung kehitaman. Indumentum cokelat. Daun 150 cm, hijau, tangkai daun 88
cm, berduri tunggal, jumlah anak daun 58 sampai 60 lembar. Anak daun panjang 43
cm, lebar 2,5 cm, menyirip berhadapan, ujung runcing, tepi rata, urat daun tidak jelas,
daging daun tipis, permukaan atas dan bawah berduri cokelat. Sirus 23 cm.
Perbungaan tipe monoceus, panjang 32 cm, lebar 3 cm, jantan, aksilar, kuning
keemasan. Buah tidak matang, diameter 1 cm, bulat, 51 buah, bersisik menghadap ke
atas, hijau.
Nama lokal : Rotan duduk
Spesimen : IA 03, IA 18
Distribusi : Sumatera.
Habitat dan Ekologi : Tumbuhan berumpun di dalam hutan dan merambat pada
ketinggian 95,51 sampai 158,06 mdpl.

Habit Batang Daun

Perbungaan Buah
34

4.6.9 Caryota mitis Lour.


Teresterial, palem tegak berkelompok, tegak lurus 4 sampai 5 m, diameter
batang dengan pelepah 20 cm, tanpa pelepah 18 cm, permukaan licin berlendir,
cokelat. Pelepah daun hijau. Indumentum cokelat. Daun panjang 5 sampai 7 m,
hijau, tangkai daun 1 sampai 2 m, jumlah anak daun 170 lembar. Anak daun menyirip
ganda berhadapan, ujung terkoyak, tepi seperti sisik ikan, licin, urat daun tidak jelas,
anak tangkai daun pendek. Perbungaan dan buah tidak ditemukan.
Nama lokal : Merdin
Spesimen : IA 07
Distribusi : Andaman, Kamboja, Laos, Myanmar, Nicobar, Thailand,
Vietnam, Borneo, Jawa, Malaya, Filipina, Sulawesi,
Sumatera, Bangka Belitung.
Habitat dan Ekologi : Tumbuhan berkelompok besar di dalam hutan dan ternaungi
cahaya pada ketinggian 129,24 mdpl.

Habit Batang Daun


35

4.6.10 Daemonorops melanochaetes (Becc.) J. Dransf.


Teresterial, rotan merumpun, merambat 4 sampai 5 m, diameter batang
dengan pelepah 11,5 cm, tanpa pelepah 10 cm, jarak antar ruas 22 cm, permukaan
berduri, hijau. Lutut berduri jarum, tidak teratur, hitam. Pelepah daun hijau,
permukaan berduri rapat, bentuk jarum, tidak teratur, panjang duri 2,5 cm, hijau
dengan ujung kehitaman, Indumentum cokelat. Daun 170 cm, hijau, tangkai daun
165 cm, berduri berkelompok, jumlah anak daun 60 sampai 64 lembar. Anak daun
panjang 41 cm, lebar 3 cm, menyirip sejajar, ujung meruncing, tepi rata, urat daun
tidak jelas, daging daun tipis, permukaan berduri. Sirus 45 cm. Perbungaan tipe
monoceus, panjang 26 sampai 30 cm, lebar 6 cm, jantan, aksilar, ditutupi daun
gantilan. Buah hijau saat muda, kuning saat matang, diameter 1,5 cm, jumlah 72 buah,
bulat, permukaan bersisik menghadap kebawah.
Nama lokal : Jernang gajah
Spesimen : IA 17
Distribusi : India, Cina Selatan, Kepulauan Malaya, Semenanjung
Malaya, Kalimantan, Jawa, Sumatera, Bangka, Belitung.
Habitat dan Ekologi : Tumbuhan merumpun besar di dalam hutan dan merambat
pada ketinggian 158,37 mdpl.

Habit Batang Daun

Perbungaan Buah
36

4.6.11 Korthalsia junghuhnii Blume


Teresterial, rotan merumpun, merambat 50 m, diameter batang dengan
pelepah 12 cm, tanpa pelepah 10 cm, permukaan berduri kecil, tidak teratur, cokelat
muda kehijauan. Pelepah daun hijau kecokelatan, permukaan berduri jarang, duri
berkelompok, segitiga, panjang 1 cm, duri cokelat kehitaman. Indumentum tipis,
cokelat. Daun 50 sampai 80 cm, hijau tua, tangkai daun 40 sampai 50 cm, berduri
tersebar, jumlah anak daun 11 lembar. Anak daun panjang 26 sampai 30 cm, lebar 60
sampai 70 cm, belah ketupat berseling satu, ujung meruncing, tepi belah ketupat, urat
daun jelas, licin, anak tangkai daun pendek, tidak berduri. Sirus 89 cm. Perbungaan
dan buah tidak ditemukan.
Nama lokal : Danan
Spesimen : IA 02, IA 04
Distribusi : Sumatera dan Jawa.
Habitat dan Ekologi : Tumbuhan merumpun kecil di dalam hutan dan merambat
pada ketinggian 123,64 sampai 142,13 mdpl.

Habit Batang Daun


37

4.6.12 Korthalsia rostrata Blume


Teresterial, rotan merumpun, memanjat 6 sampai 8 m, diameter batang
dengan pelepah 5 cm, tanpa pelepah 4 cm, hijau, permukaan berduri kecil, rapat.
Pelepah daun hijau muda. Okrea memeluk batang, seperti perahu, berduri kecil,
cokelat. Indumentum tidak jelas. Daun 62 sampai 65 cm, hijau, tangkai daun 20 cm,
berduri tunggal, pendek, jumlah anak daun 12 sampai 14 lembar. Anak daun panjang
21 sampai 23 cm, lebar 8 sampai 10 cm, belah ketupat berseling satu, ujung meruncing,
tepi belah ketupat, licin, urat daun jelas. Sirus 47 sampai 60 cm. Perbungaan dan
buah tidak ditemukan.
Nama lokal : Rotan semut
Spesimen : IA 12
Distribusi : Sumatera, Peninsular Malaysia, Borneo dan Thailand.
Habitat dan Ekologi : Tumbuhan merumpun kecil dekat aliran sungai dan merambat
di pohon pada ketinggian 117 mdpl.

Habit Okrea

Batang Daun
38

4.6.13 Myrialepis paradoxa (Kurz) J. Dransf


Teresterial, rotan merumpun, merambat 20 sampai 30 m, diameter dengan
pelepah 10 cm, tanpa pelepah 9 cm, jarak antar ruas 3 sampai 4 cm, ruas dikelilingi
duri panjang 2 sampai 3 cm, hijau. Pelepah daun hijau, permukaan berduri rapat,
bentuk jarum, panjang duri 2 sampai 3 cm, susunan duri teratur, duri kuning muda
meghadap kebawah. Daun panjang 150 sampai 160 cm, hijau, tangkai daun 40 sampai
50 cm, berduri tunggal berseling, jumlah anak daun 40 sampai 50 lembar. Anak daun
panjang 25 sampai 28 cm, lebar 5 sampai 7 cm, lanset, ujung runcing, tepi rata, licin
berdaging tebal, urat daun tidak jelas. Sirus 110 cm. Perbungaan dan buah tidak
ditemukan.
Nama lokal : Rotan tabu
Spesimen : IA 06
Distribusi : Sumatera, Singapura, Peninsular Malaysia, Thailand,
Vietnam, Cambodia dan Burma.
Habitat dan Ekologi : Tumbuhan merumpun kecil di dalam hutan dan merambat di
pohon pada ketinggian 99,8 mdpl.

Habitat Habit Batang

Sirus Daun
39

4.6.14 Oncosperma trigillarium (Jack.) Ridl.


Dekat aliran sungai, Palem tegak berkelompok, tegak lurus 7 sampai 8 m,
diameter batang dengan pelepah 35 cm, tanpa pelepah 30 cm, jarak antar ruas 23
sampai 25 cm, permukaan berduri hitam, segitiga, cokelat. Pelepah daun merah
kecokelatan, permukaan berduri rapat, tidak teratur, segitiga, 4 cm. Daun 170 cm,
hijau, tangkai daun 136 cm, jumlah anak daun 68 sampai 70 lembar. Anak daun
panjang 52 sampai 55 cm, lebar 35 cm, menyirip berhadapan, ujung runcing, tepi rata,
licin, urat daun tidak jelas. Perbungaan dan buah tidak ditemukan.
Nama lokal : Nibong
Spesimen : IA 15
Distribusi : Semenanjung Malaya, Kalimantan, Sumatera, Jawa, Bangka,
Belitung.
Habitat dan Ekologi : Tumbuhan tegak berkelompok besar dekat aliran sungai,
bertanah lembab pada ketinggian 115,79 mdpl.

Habitat Habit

Batang Daun
40

4.6.15 Orania sylvicola (Griff.) H.E Moore


Teresterial, palem tegak berkelompok, tegak lurus 6 sampai 7 m, diameter
dengan pelepah 50 sampai 55 cm, tanpa pelepah 40 sampai 45 cm, jarak antar ruas 13
sampai 16 cm, kasar, cokelat. Pelepah daun hijau kecokelatan, tidak membentuk
crownshaft. Indumentum hitam kecokelatan. Daun 3 m, warna atas hijau, warna
bawah keperakan, tangkai daun 150 cm, jumlah anak daun 56 sampai 60 lembar. Anak
daun panjang 40 sampai 50 cm, lebar 4 sampai 10 cm, menyirip berhadapan, ujung
membelah, tepi rata, licin, urat daun tidak jelas. Perbungaan dan buah tidak
ditemukan.
Nama lokal : Aren pola
Spesimen : IA 01
Distribusi : Thailand, Malesia Borneo, Jawa, Malaya, Sumatera, Bangka,
Belitung.
Habitat dan Ekologi : Tumbuhan tegak berkelompok besar di dalam hutan dan
ternaungi cahaya pada ketinggian mdpl 133,03 mdpl.

Habit Batang Daun


41

4.6.16 Pinanga coronata (Blume ex Mart.) Blume.


Teresterial terkadang aquatik, palem tegak berkelompok, tegak lurus 3 sampai
4 m, diameter batang dengan pelepah 17 cm, tanpa pelepah 9,5 cm, jarak antar ruas
3,5 cm, permukaan licin, hijau. Crownshaft hijau kemerahan. Pelepah daun hijau
kekuningan. Daun 150 cm, hijau, tangkai daun 26 cm, jumlah anak daun 42 sampai
44 lembar. Anak daun panjang 45 cm, lebar 40 cm, menyirip berhadapan, ujung
runcing, tepi rata, licin, urat daun jelas. Perbungaan dan buah tidak ditemukan.
Nama lokal : Pinang berkeng
Spesimen : IA 21
Distribusi : Semenanjung Malaya, Sumatera, Borneo, Jawa dan Bali.
Habitat dan Ekologi : Tumbuhan tegak berkelompok kecil pinggir hutan dan
tergenang air pada ketinggian pada ketinggian 144,91 mdpl.

Habit Batang

Crownshaft Daun
42

4.6.17 Salacca zalacca (Gaertn.) Voss


Semi aquatik/berair, Palem tegak 6 sampai 7 m, permukaan batang berduri
panjang, duri cokelat. Pelepah daun hijau, permukaan ditumbuhi duri sangat rapat,
teratur, bentuk jarum, panjang duri 8 sampai 10 cm, duri hitam. Daun panjang 2,5
sampai 4 m, permukaan atas hijau, permukaan bawah putih keperakan, berduri
kelompok, tangkai daun 1,5 sampai 2 m, jumlah anak daun 68 sampai 70 lembar. Anak
daun panjang 64 sampai 70 cm, lebar 6 sampai 6,5 cm, menyirip berhadapan, ujung
runcing, tepi rata, licin, urat daun tidak jelas. Perbungaan tipe monoceus, bunga
ditutupi sabut tebal, aksilar, jantan, warna cokelat. Buah tidak ditemukan.
Nama lokal : Salak
Spesimen : IA 19
Distribusi : Sumatera, Jawa, Maluku, Sulawesi dan Borneo.
Habitat dan Ekologi : Tumbuhan tegak berumpun besar di hutan rawa semi
permanen pada ketinggian 133,56 mdpl.

Habitat Habit Batang

Daun Perbungaan
43

BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Hasil penelitian tentang inventarisasi jenis-jenis Arecaceae di Stasiun
Penelitian Soraya Kawasan Ekosistem Leuser Kecamatan Sultan Daulat Kota
Subulussalam diperoleh 9 marga dengan 17 jenis yaitu: Calamus exilis, Calamus
griseus, Calamus javensis, Calamus polystachys, Calamus rhomboideus, Calamus sp.,
Calamus trachycoleus, Calamus wallichiana, Caryota mitis, Daemonorops
melanochaetes, Korthalsia junghuhnii, Korthalsia rostrata, Myrialepis paradoxa,
Oncosperma trigilarium, Orania sylvicola, Pinanga coronata dan Salacca zalacca.
Suku Arecaceae ditemukan di berbagai habitat seperti di hutan tepi sungai yang
tergenang air sampai daerah hutan dataran tinggi dengan cahaya matahari penuh.

5.2 Saran
Keanekaragaman jenis-jenis Arecaceae di Stasiun Penelitian Soraya Kawasan
Ekosistem Leuser Kecamatan Sultan Daulat Kota Subulussalam perlu diteliti lebih
lanjut saat musim berbunga dan berbuah, guna mempermudah proses identifikasi
dengan informasi yang lebih rinci.
44

DAFTAR PUSTAKA

[LIPI] Lembaga Ilmu Penelitian Indonesia, 2000. Koleksi Palem Kebun Raya Cibodas.
UPT Balai Pengembangan Kebun Raya – LIPI. Cianjur.
Adnan H, Tadjudin D, Yuliani EL, Komarudin H, Lopulalan D, Siagian YL,
Munggoro DW, 2008. Belajar dari Bungo; Mengelola Sumberdaya Alam di
Era Desentralisasi. Center for International Forestry Research (CIFOR).
Indonesia.
Arunachalam V, 2012. Genomics Of Cultivated Palms. Elsevier. India.
Barfod AS, Banka R, Dowe JL, 2001. Field Guide to Palms in Papua New Guinea.
University of Aarhus. Denmark.
Broschat TK, 2013. Palm Morphology and Anatomy. University of Florida. Florida.
Cranbrook E, 1988. Key Environments Malaysia. Pergamon Press. Malaysia.
Djufri, 2015. Ekosistem Leuser di Provinsi Aceh Sebagai Laboratorium Alam Yang
Menyimpan Keakayaan Biodiversitas Untuk Diteliti Dalam Rangka Pencarian
Bahan Baku Obat-Obatan. Prosiding Seminar Nasional Masyarakat
Biodiversitas Indonesia, 1(7).
Dowe JL, 2010. Australian Palms Biogeography, Ecology and Systematics. CSIRO
Publishing. Australia.
Dransfield J and Manokaran N, 1994. Plant Resource of South-East Asia: Rattans.
LIPI Press. Indonesia.
Dransfield J, 1974. Notes on The Palms Flora of Central Sumatera. Reinwardtia, 8(4):
519-513.
Dransfield J, Uhl NW, Asmussen CB, Baker WJ, Harley MM, Lewis CE, 2008.
Genera Palmarum, The Evolution adn Classification of Palms. Kew
Publishing. United State of America.
Guan SL, 2015. Palms of Malaysia. Garden Flora & Fauna. 12-15, 52.
Henderson A, 2009. Palms of Southeast Asia. The New York Botanical Garden. United
States of America.
Henderson A, Galeano G, Bernal R, 1995. Field Guide to The Palms of The Americas.
Princeton University Press. America.
Hourt KE, 2008. A Field Guide of The Rattans of Cambodia. WWF Greater Mekong-
Cambodia Country Programme. Cambodia.
Hutasuhut MA dan Rasyidah, 2018. Inventarisasi Jenis-Jenis Arecaceae di Kawasan
Hutan Taman Nasional Gunung Leuser Desa Telagah Kabupaten Langkat
Sumatera Utara. Klorofil, 2(2): 1-7.
Iqbar, 2015. Keanekaragaman Tumbuhan Berhabitus Pohon di Stasiun Soraya
Ekosistem Leuser. Prosiding Seminar Nasional Biotik.
Irawanto R, 2011. Palem Kebun Raya Purwodadi: Koeksi dan Asalnya. Berk. Penel.
Hayati Edisi Khusus, 5(A): 59-62.
Jasni, Krisdianto, Kalima T, Abdurachman, 2012. Atlas Rotan Indonesia Jilid 3. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan Pengelolaan Hasil
Hutan. Bogor.
Johnson D, 1996. Palms: Their Conservation and Sustained Utilization. International
Union for Conservation of Nature and Natural Resource. Switzerland and
Cambridge.
45

Johnson D, 1998. Tropical Palms. Food And Organization of the United Nations. Italy.
Kalima T, 2008. Keragaman Spesies Rotan yang Belum Dimanfaatkan di Hutan
Tumbang Hiran, Katingan, Kalimantan Tengah. Info Hutan, 5(2): 161-175.
Lasarus, 2008. Pusat Penyuluhan Pertanian. PT. Agro Media Pustaka. Jakarta.
Maghfiriadi F, Zulfahmi I, Paujiah E, Saronf MA, 2015. Iktiofauna di Sungai Alas
sekitar Stasiun Penelitian Soraya Kawasan Ekosistem Leuser, Subulussalam,
Aceh. Jurnal Ikhtiologi Indonesia, 19(3): 361-374.
Mutia F, 2003. Inventarisasi dan Habitat Palem (Arecaceae) di Stasiun Penelitian
Ketambe Ekosistem Leuser. [Skripsi]. Jurusan Biologi, FMIPA. Unsyiah
Darussalam-Banda Aceh.
Navarro CG, Jaramillo C, Herrera F, Wing SL, Callejas Rm 2009. Palms (Arecaceae)
From A Paleocene Rainforest of Northern Colombia. American Journal of
Botany, 96(7): 1300-1312.
Nuryanti S, Linda R, Lovadi, 2015. Pemanfaatan Tumbuhan Arecaceae (Palem-
Paleman) oleh Masyarakat Dayak Randu, di Desa Batu Buil Kecamatan
Belimbing Kabupaten Melawi. Protobiont, 4(1): 128-135.
Pangemanan L, Komalig C, Kaligis Tm 2008. Beberapa Jenis Palem yang Berpotensi
Sebagai Tanaman Pengisi Ruang Terbuka Hijau. Ekoton, 8(2): 49-52.
Paull RE, Duarte O, 2012. Tropical Fruits. MPG Books Ltd. Cambridge.
Rachman O dan Jasni, 2013. Rotan Sumberdaya, Sifat dan Pengolahannya. Badan
Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Bogor.
Ramadhani DP, 2015. Daemonorops fissa Complex in West Malesia. [Tesis]. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Rustiami H, 2002. Keanekaragaman Palem di Gunung Kerinci dan Gunung Tujuh,
Taman Nasional Kerinci Seblat, Sumatera. Floribunda, 2(1): 6-8.
Sanusi D, 2012. Rotan Kekayaan Belantara Indonesia. Brillian Internasional.
Surabaya.
Silvia Y, Hasanuddin, Djufri, 2017. Etnobotanu Tumbuhan Anggota Arecaceae di
Kecamatan Seulimum. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Unsyiah, 2(2): 30-43.
Simpson MG, 2006. Plant Systematics. Elsevier Academic Press. United State of
America.
Siregar EBM, 2005. Inventarisasi Jenis Palem (Arecaceae) Pada Kawasan Hutan
Dataran Rendah di Stasiun Penelitian Sikundur (Kawasan Ekosistem Leuser)
Kab. Langkat. e-USU Repository.
Sodiq M, 2014. Ilmu Kealaman Dasar. Kencana. Jakarta.
Steenis V, 2006. Flora. Pradnya Paramita. Jakarta.
Steentoft M, 1988. Flowering Plants in West Africa. Cambridge University Press.
Africa.
Supriatna J, 2008. Melestarikan Alam Indonesia. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.
Tjitrosoepomo G, 2001. Morfologi Tumbuhan. Gajah Mada University Press.
Yogyakarta.
46
47

Lampiran 2. Foto pelaksanaan penelitian

Mengukur Faktor Fisik-Kimia

Pengamatan Morfologi Arecaceae

Mencatat Morfologi Arecaceae


48

Lampiran 3. Data Faktor Fisik dan Kimia Arecaceae

Faktor Fisik
Keting Kelem Kelem Inten
No Jenis gian Suhu Suhu
pH baban baban sitas
(mdpl) Udara Tanah
Tanah Udara Tanah Cahaya
(0C) (0C)
(%) (%) (Candela)
1 Calamus exilis 132,19
28,4 28 5,8 99 8 486
2 Calamus 126,9
27,9 25 5,6 99 6,8 592
griseus
3 Calamus 145-
javensis 26,8- 196,2-
153,07 24-25 5-6,2 99 >8
27,7 289
4 Calamus 125,80-
polystachys 26,4- 115,9-
153,07 24-25 5-5,7 98-99 >8
27,4 158,1
5 Calamus 105,31
27,5 25 5,8 99 8 836
rhomboideus
6 Calamus sp. 166,61
28,1 25 5,2 98 7,5 102,2
7 Calamus 76
27,4 25 4 96 >8 181,3
trachycoleus
8 Calamus 95,51-
wallichiana 26,6- 28,2-
158,06 21-22 5,8-6 98-99 6-8
27,7 151,2
9 Caryota mitis 129,24
27,7 25 6 99 7,5 198,1
10 Daemonorops 158,37
25,5 21,5 5 99 5,5 439
melanochaetes
11 Korthalsia 123,64-
junghuhnii 142,13 25,8 24 6,2 99 >8 104,5

12 Korthalsia 117
28,3 25 5,6 98 >8 296
rostrata
13 Myrialepis 99,8
27,9 25 5 99 >8 157
paradoxa
14 Oncosperma 115,79
27,4 25 5,9 99 6 130,6
trigillarium
15 Orania 133,03
26,1 25 6,4 94 >8 102,4
sylvicola
16 Pinanga 144,91
28,1 24 5,8 99 >8 235
coronata
17 Salacca 133,56
27,1 19,5 6 99 7 62,6
zalacca
Keterangan:
- : Sampai
> : Lebih besar
49

Lampiran 4. Tabel dan Grafik Data Cuaca dan Suhu


a. Tabel Cuaca dan Suhu Bulan November 2020
Suhu (oC)
Curah Hujan (mm)
Tanggal Total Pagi Sore
06:00 18:00 Min Max Min Max
1 3,5 1 4,5 26 34 25 36
2 1 0 1 24 36 27 37
3 19 19 38 25 36 25 37
4 19 0 19 22 34 24 36
5 0 0 0 23 36 25 37
6 3 5 8 24 36 25 36
7 0 3,5 3,5 23 36 25 37
8 4 6,3 10,3 23 35 24 37
9 2,5 0 2,5 23 35 25 37
10 0 10 10 24 36 25 37
11 0 0 0 23 37 25 37
12 3,6 6,5 10,1 25 37 25 36
13 0 0 0 23 35 25 37
14 6,4 19 25,4 25 37 24 36
15 4,2 0 4,2 23 36 24 37
16 0,5 0 0,5 24 35 25 37
17 0 0 0 24 35 25 36
18 0 0 0 23 35 24 37
19 19 3,5 22,5 23 33 24 37
20 36 0 36 25 33 25 36
21 9,5 4 13,5 26 35 26 37
22 0 4,9 4,9 23 34 25 37
23 0 19,5 19,5 24 35 25 36
24 3 0 3 23 36 26 37
25 1 0 1 22 37 25 35
26 0,5 1 1,5 23 34 25 36
27 14 18 32 22 37 26 35
28 13 2,5 15,5 23 33 25 35
29 1 0 1 22 33 25 35
30 0 0 0 26 34 25 36
50

Lampiran 4. (Lanjutan).
b. Tabel Cuaca dan Suhu Bulan Desember 2020
Suhu (oC)
Curah Hujan (mm)
Tanggal Total Pagi Sore
06:00 18:00 Min Max Min Max
1 7,2 0 7,2 23 34 25 36
2 0 0 0 24 34 25 37
3 0 5,6 5,6 26 34 26 37
4 19,2 0,1 19,3 26 34 25 36
5 16,5 19,2 35,7 23 34 24 36
6 0 0 0 22 34 25 36
7 0 0 0 23 35 25 37
8 1,5 0 1,5 22 35 29 37
9 0,9 0 0,9 23 37 26 37
10 1,2 0 1,2 23 36 25 36
11 0 0 0 22 35 25 36
12 0 0 0 23 35 25 37
13 0 0 0 22 35 26 36
14 0 0 0 22 37 25 36
15 20,5 8,5 29 22 34 25 36
16 0 16 16 23 35 25 36
17 3,4 0 3,4 23 34 25 36
18 0 6,5 6,5 23 34 26 37
19 5,6 7,5 13,1 23 34 25 36
20 5 0 5 26 35 25 36
21 0 0 0 26 34 25 36
22 1,5 1 2,5 24 34 26 36
23 0,1 0 0,1 26 35 25 36
24 0 3,5 3,5 23 36 25 36
25 0 0 0 23 33 25 37
26 2 0,2 2,2 26 34 26 36
27 0 0 0 23 34 25 36
28 0,5 8,2 8,7 22 34 24 36
29 11 0 11 23 33 25 36
51

Lampiran 4. (Lanjutan).
c. Grafik Cuaca Bulan November 2020

Data Curah Hujan November 2020


40

35

30
Curah Hujan (mm)

25

20

15

10

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

d. Grafik Suhu Bulan November 2020

Data Suhu November 2020


40

35
Suhu (oC)

30

25

20

15

10

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

Pagi Min Pagi Max Sore Min Sore Max


52

Lampiran 4. (Lanjutan).
e. Grafik Cuaca Bulan Desember 2020

Curah Hujan Desember 2020


40

35

30
Curah Hujan (mm)

25

20

15

10

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29

f. Grafik Suhu Bulan Desember 2020

Data Suhu Desember 2020


40

35

30

25
Suhu (oC)

20

15

10

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29

Pagi Min Pagi Max Sore Min Sore Max


53

Lampiran 5. Tallysheet Karakter Morfologi Arecaceae


Lampiran 5.1 Tallysheet Karakter Batang
Karakter Morfologi
Batang
No Jenis Habitat Habit Diameter Diameter
Panjang
Percabangan dengan tanpa Tinggi Permukaan Warna
ruas
pelepah pelepah
54

Lampiran 5.1 (Lanjutan).


Karakter Morfologi
Batang
No Jenis Lutut Okrea Organ Panjat
Susunan Bentuk Warna Flagel
Kehadiran Duri Kehadiran Bentuk Susunan
duri duri duri Panjang
duri
55

Lampiran 5.2 Tallysheet Karakter Daun


Karakter Morfologi
Daun
No Jenis Pelepah daun
Indumentum
Warna Kerapatan duri Bentuk duri Panjang duri Susunan duri Warna duri Permukaan
Kehadiran Warna
56

Lampiran 5.2 (Lanjutan).


Karakter Morfologi
Daun
No Jenis Daun Anak Daun
Panjang Duri
Panjang daun Tangkai daun Ukuran duri Bentuk Pinggir Susunan Panjang Lebar Urat daun Sirus Permukaan Rakis Jumlah
tangkai daun tangkai daun
57

Lampiran 5.3 Tallysheet Perbungaan


Karakter Morfologi
No Jenis Perbungaan
Tipe Panjang Lebar Kelamin Letak Jumlah braktea Daun gantilan Warna
58

Lampiran 5.4 Tallysheet Karakter Buah


Karakter Morfologi
No Jenis Buah

Pematangan Diameter Bentuk Jumlah Permukaan Warna sisik Endosperma


59

Lampiran 6. Surat Izin Masuk Stasiun Penelitian


a. Surat rekomendasi Penelitian dari Forum Konservasi Leuser
60

Lampiran 6. (Lanjutan).
b. Surat Izin Masuk Stasiun Penelitian dari Dinas Lingkungan Hidup dan
Kehutanan

Anda mungkin juga menyukai