SKRIPSI
ILMAL ALSAHANA
160805051
SKRIPSI
ILMAL ALSAHANA
160805051
SKRIPSI
Saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah karya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan
ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Ilmal Alsahana
160805051
INVENTARISASI JENIS-JENIS ARECACEAE DI STASIUN
i
PENELITIAN SORAYA KAWASAN EKOSISTEM LEUSER
KECAMATAN SULTAN DAULAT KOTA SUBULUSSALAM
ABSTRAK
Arecaceae merupakan tumbuhan hasil hutan non-kayu, termasuk salah satu tumbuhan
yang mendominasi di dataran rendah seperti Stasiun Penelitian Soraya. Informasi
terkait jenis-jenis suku Arecaceae di lokasi ini belum pernah dilaporkan. Berdasarkan
survei yang telah dilakukan di Stasiun Penelitian Soraya ditemukan jenis-jenis
Arecaceae. Penelitian bertujuan untuk inventarisasi jenis-jenis Arecaceae di Stasiun
Penelitian Soraya. Penelitian dilaksanakan dari bulan November 2020 hingga Januari
2021 dengan menggunakan metode eksplorasi, yaitu menjelajah seluruh kawasan
stasiun penelitian. Ditemukan 9 marga yang termasuk dalam 17 jenis Arecaceae. Dari
seluruh jenis Arecaceae yang ditemukan, 12 jenis merupakan palem merambat dan 5
jenis palem berperawakan pohon. Jenis terbanyak pada penelitian yaitu marga
Calamus dengan 8 jenis. Suku Arecaceae menempati habitat yang bervariasi mulai
dari hutan tepi sungai yang tergenang air sampai daerah hutan dataran tinggi.
ii
INVENTARIZATION OF ARECACEAE SPECIES IN SORAYA
RESEARCH STATION LEUSER ECOSYSTEM AREA SULTAN
DAULAT SUBULUSSALAM
ABSTRACT
Arecaceae is one of non-wood plant at forest, which dominated at lowlands areas such
as Soraya Research Station. Information Arecaceae at the research station has never
been reported. Based on preliminary survey Soraya Research Station were dominated
by Arecaceae. The aim of the study was to collect the species of Arecaceae at Soraya
Research Station. The research was conducted from November 2020 to January 2021
using exploration methods, which conducted by exploring the entire area. The study
found showed that among Arecaceae, 9 genus and 17 species were found. From of the
species, 12 species of climbing palms and 5 types of tree-shaped palms. The most
common types in this study were Calamus with 8 species. Arecaceae at Soraya
Research Station were growth on various habitat, starting from riverside forests that
contains water to highland forest areas.
iii
PENGHARGAAN
iv
meluangkan waktu untuk berdiskusi. Para asisten lapangan Pak Cik Ibrahim, Abangda
Awi, Abangda Tambo, Abangda Tami, Kakanda Kartini, Kakanda Nisa dan Abangda
Jul terima kasih atas kerjasamanya, sambutan hangat, canda tawa dan bantuannya
selama Penulis berada di Camp Soraya. Terima kasih juga kepada Kak Nelda, Kak
Itsna, Bang Rizky dan Ninda atas canda tawa, hiburan selama Penulis di Camp Soraya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman LED stambuk
2016 khususnya Anugrah Gilang P. Lubis, Sri Emilia Pretty dan Cindy Novia Lufti
yang telah berjuang bersama dalam suka maupun duka saat penelitian sampai
selesainya naskah skripsi ini. Terima kasih Sahabat Carbon Cycle (Sitik, Febry,
Maudyna, Silvia, Nisa, Olvita, Arief, Randi, Cege, Edy) yang telah memberikan
dukungan, semangat serta telah mengajarkan arti persahabatan dan mewarnai
kehidupan penulis selama perkuliahan. Terima kasih penulis ucapkan kepada Kak
Priya, Kak Aisyah dan Kak Yuli yang telah memberikan semangat, masukan dan
arahan selama menulis. Terima kasih penulis sampaikan keluarga besar rekan-rekan
Bidang Taksonomi dan Ekologi Tumbuhan, keluarga besar rekan-rekan Laboratorium
Biologi Dasar dan adik asuh stambuk 2018.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu
Penulis mengharapkan kritik dan saran dalam melengkapi kekurangan penyusunan
skripsi ini. Semoga kiranya skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
Ilmal Alsahana
v
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN i
ABSTRAK ii
ABSTRACT iii
PENGHARGAAN iv
DAFTAR ISI vi
DAFTAR GAMBAR vii
DAFTAR LAMPIRAN viii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan Penelitian 2
1.4 Manfaat Penelitian 3
DAFTAR PUSTAKA 44
LAMPIRAN 46
vi
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Judul Halaman
Gambar
2.1 Organ panjat berkaitan daun pada rotan 5
3.1 Peta jalur pengamatan Arecaceae 10
4.1 Habitat Arecaceae 15
4.2 Habit Arecaceae 16
4.3 Permukaan batang Arecaceae 16
4.4 Duri flagel 17
4.5 Okrea 17
4.6 Crownshaft 18
4.7 Bentuk bangun anak daun Arecaceae 19
4.8 Sirus 19
4.9 Perbungaan Arecaceae 20
4.10 Buah Arecaceae 21
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Judul Halaman
Lampiran
1. Hasil identifikasi Arecaceae 46
2. Foto pelaksanaan penelitian 47
3. Data faktor fisik dan kimia Arecaceae 48
4. Tabel dan grafik data cuaca dan suhu 49
5. Tallysheet karakter morfologi Arecaceae 53
6. Surat izin masuk stasiun penelitian 59
viii
1
BAB 1
PENDAHULUAN
mewakili 46 marga. Tumbuhan palem yang terdapat di Indonesia sekitar 70% terdiri
atas rotan yang berasal dari marga Calamus dan Daemonorops di bagian barat dan
marga Gronophyllum di bagian timur. Sumatera dengan segala kekayaan jenis floranya
memiliki keanekaragaman palem cukup tinggi dengan 90 jenis palem yang termasuk
di dalamnya 25 marga (Dransfield, 1974; Johnson, 1996; Rustiami, 2002; Guan, 2003;
Arunachalam, 2012).
Penelitian terkait Arecaceae sebelumnya sudah banyak dilakukan di Provinsi
Aceh diantaranya yang dilakukan oleh Mutia (2003) di Stasiun Penelitian Ketambe,
Ekosistem Leuser, Siregar (2005) di Hutan Sikundur dan Ramadhani (2015) di
kawasan Malesia Barat dan Hutasuhut dan Rasyidah (2018) di Kawasan Hutan Taman
Nasional Gunung Leuser. Informasi mengenai suku Arecaceae di Stasiun Penelitian
Soraya Kawasan, Ekosistem Leuser, Kecamatan Sultan Daulat, Kota Subulussalam
belum pernah dilaporkan. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk
memperoleh data tentang keanekaragaman jenis Arecaceae di Stasiun Penelitian
Soraya Kawasan Ekosistem Leuser, Kecamatan Sultan Daulat Kota Subulussalam.
1.2 Permasalahan
Arecaceae atau suku palem-paleman merupakan tumbuhan hasil hutan non-
kayu. Suku ini memiliki keanekaragaman yang tinggi pada daerah tropis. Dari hasil
survei yang dilakukan, Stasiun Penelitian Soraya, Kawasan Ekosistem Leuser
ditemukan suku palem-paleman atau Arecaceae. Informasi mengenai Inventarisasi
Jenis-Jenis Arecaceae di Stasiun Penelitian Soraya Kawasan Ekosistem Leuser,
Kecamatan Sultan Daulat Kota Subulussalam belum pernah dilaporkan sebelumnya.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Batang
Batang palem terbentuk secara berkelompok (individu dengan beberapa batang
membentuk rumpun) atau soliter (individu yang memiliki satu batang). Palem juga ada
yang merambat pada pohon lain sebagai liana, bentuk ini salah satunya terdapat pada
jenis Hypaena dan Dypsis. Berdasarkan tinggi batang, palem dapat digolongkan
menjadi palem yang berupa pohon tinggi lebih dari 10 meter, pohon sedang (2 sampai
10 meter) dan semak kurang dari 2 meter (Johnson, 1998; Siregar, 2005; Handerson,
2009).
2.1.2 Daun
Daun merupakan variabel dalam perawakan palem. Pada kondisi hutan tropis,
daun palem memiliki ukuran yang besar dan dapat digunakan sebagai aspek kunci
identifikasi. Daun palem dianggap sebagai mahkota yang terletak di atas batang. Tipe
daun palem tunggal atau majemuk dengan susunan tulang menjari atau menyirip. Tepi
daun palem bercangap atau berbagi. Daun muda dalam posisi kuncup dan terlipat, bila
telah berkembang biasanya daun berujung tajam, tepi atau tulang daun berduri
(Johnson, 1998; Tjitrosoepomo, 2001; Henderson, 2009).
Tumbuhan palem terdapat beberapa bagian daun yang berkaitan dengan
strukturnya. Pada bagian pangkal, terdapat selubung daun berserat yang disebut
indumentum. Pada bagian pangkal dilapisi selaput pembungkus yang disebut okrea.
Pada palem merambat seperti rotan terdapat dua struktur yang berkaitan dengan daun
yaitu kuncir/cirrus (struktur serupa cambuk yang merupakan perpanjangan dari
5
pertulangan daun setelah anak daun teratas) dan flagel (cambuk berduri yang secara
umum mirip dengan kuncir namun berasal dari pelepah rotan) (Henderson, 2009)
(Gambar 2.1).
a b
Gambar 2.1 Organ panjat berkaitan daun pada rotan; Sirus pada marga Korthalsia
(a), Flagel pada marga Calamus (b) (Dransfield, 2008).
2.1.3 Duri
Duri pada tumbuhan palem umumnya dijumpai dari jenis rotan. Duri pada
rotan muncul pada daun mulai dari dari pelepah, tangkai, tulang daun, rakhis dan
flagel. Duri-duri yang terdapat pada flagel, kuncir dan rakhis menjadikan ujung
tumbuhan rotan bertahan dan tumbuh merambat pada batang utama atau cabang suatu
pohon. Duri pada pelepah rotan berfungsi melindungi rotan. Jumlah dan susunan duri
pada setiap jenis rotan bervariasi dan duri pada batang rotan bervariasi pula dari jenis
yang sama. Pada jenis Calamus literalis hanya dijumpai sedikit duri bahkan tidak
memiliki duri. Pada jenis Myrialepis paradoxa dan Plectocomia elongata dijumpai
susunan duri yang rapi. Perbedaan antar jenis dari marga Calamus terletak pada
susunan duri yang berbeda-beda arah pertumbuhannya. Beberapa jenis rotan yang
memilik tipe duri yang membesar dan datar, adapula jenis rotan lainnya memiliki tipe
duri mengerucut dan berbentuk seperti jarum. Duri dari jenis rotan berwarna hijau
muda sampai hijau kekuningan, tetapi beberapa jenis rotan dari C. godefroyi dan C.
salicifolius berwarna hitam dan duri dari C. rudentum berwarna abu-abu atau berwarna
jerami (Hourt, 2008; Jasni et al., 2012).
6
2.1.4 Bunga
Perbungaan pada palem berkaitan erat dengan siklus hidup. Bunga palem
berukuran kecil, banci (poligam), monoceus atau dioceus, tersusun dalam bunga
majemuk yang bersifat malai, ibu tangkai menebal, diselubungi oleh daun pelindung,
seludang bunga banyak atau sedikit, belubang atau seperti membran. Hiasan bunga
ganda, berupa 3 daun kelopak yang tepisah atau berlekatan. Tenda bunga dalam
lingkaran berjumlah masing-masing 3 atau bersatu dengan yang lain, kerapkali tebal
dan kokoh. Jumlah benang sari berkisar 3 sampai 6. Palem menghasilkan karangan
bunga di ketik daun (axilaris) atau berada di ujung daun (terminal) (Tjitrosoepomo,
2001; Steenis, 2006).
2.1.5 Buah
Buah palem diklasifikasikan sebagai buah drupa atau buah batu. Buah palem
memiliki ukuran, bentuk dan warna yang bervariasi. Ukuran buah berkisar antara
milimiter hingga 20 cm (Borassus). Bentuk buah terdiri dari rounded (seperti globe),
ellipsoid (seperti lapangan bola), ovoid (seperti telur) serta berbagai macam bentuk
lainnya. Hampir semua buah palem berwana hijau ketika dewasa, namun ketika
matang variasi warna buah berubah seperti hitam, kuning atau merah. Bakal buah
tumbuhan ini menumpang, beruang 1 sampai 3, tiap ruang berisi 1 bakal biji yang
sempurna perkembanganya disertai biji dengan endosperm dan lembaga yang kecil
(Tjitrosoepomo, 2001; Henderson, 2009; Broschat, 2013).
2.2 Habitat
Palem hidup di seluruh habitat di daerah tropis seperti hutan hujan, hutan semi
kering, hutan pegunungan, rawa air tawar, rawa asin, lembah sungai, sabana, gurun
dan gunung. Palem juga terdapat di habitat yang terbatas seperti mangrove (Nypa
fruticans), hutan riparian (Archontophoenix myolensis) dan dataran tinggi
(Laccospadix australasicus dan Linospadix palmerianus). Beberapa dari spesies ini
telah mengalami adaptasi/spesialisasi morfologi atau karakteristik berkaitan dengan
tempat lingkungannya (Johnson, 1996; Dowe, 2010).
Palem tumbuh secara baik pada kondisi tanah alluvial (sepanjang sungai),
intosol dan cukup lembab dengan iklim basah (tipe A dan B) atau basah sampai kering
7
(tipe A, B, C dan D). Palem juga dapat tumbuh pada berbagai kemiringan dari tanah
berbatu dan berlereng terjal. Palem memerlukan suhu rata-rata tahunan 25 sampai
170C, curah hujan 2000 mm sampai 2500 mm per tahun dengan rata-rata hujan turun
120 sampai 140 hari dalam setahun dan kelembaban relatif 80%. Dalam
pertumbuhannya, palem memerlukan cahaya dan cahaya yang mencapai kedasar hutan
berbeda-beda sehingga menjadi ciri tersendiri untuk menentukan pertumbuhan suatu
spesies (LIPI, 2000; Uhl dan Dransfield 1987 dalam Siregar, 2005).
Palem dari jenis rotan umumnya tumbuh secara alami, menyebar mulai daerah
pantai hingga pegunungan, pada elevasi 0 sampai 2900 m di atas permukaan laut,
secara ekologis rotan tumbuh dengan subur di berbagai tempat, baik dataran rendah
maupun agak tinggi, terutama di daerah yang lembab seperti tepian sungai (Kalima,
2008).
2.3 Distribusi
Palem merupakan tumbuhan tropik klasik. Pendistribusian palem terdapat di
tiga pusat utama yaitu Amerika (Amerika Utara dan Amerika Selatan), Asia (India
sampai Jepang dan pada bagian selatan dari Australia hingga ke Samudera Hindia) dan
Afrika (Madagaskar dan Seychelles). Palem yang terdapat di semenanjung Malaysia
terdiri dari 31 genus dan sekitar 199 spesies. Secara global, palem yang terdapat pada
wilayah semenanjung Malaysia mencakup 14,6% dari seluruh genus palem. Indonesia
merupakan pusat keanekaragaman palem dunia, 215 genus yang terdapat di dunia.
Sekitar 46 genus terdapat di Indonesia dan 29 genus merupakan palem endemik
(Cranbrook, 1988; Henderson et al., 1995; Siregar 2005).
Persebaran tumbuhan tidak lepas dari peran serta hewan. Mamalia dan burung
merupakan agen penyebaran efektif. Pada jenis palem (Gryphjierax angolensis) tikus
dan burung merupakan agen penyebar dari buah merah rotan serta jenis Raphia.
Mamalia seperti gajah juga tertarik terhadap buah dari jenis palem Borassus dan
Hyphaene, dibuktikan dari biji palem yang ditemukan pada kotoran gajah (Steentoft,
1988).
8
2.4 Manfaat
Arecaceae atau palem merupakan tumbuhan multiguna. Tumbuhan palem telah
diketahui banyak manfaatnya, baik untuk bahan bangunan, kerajinan tangan, obat-
obatan, peralatan rumah tangga, sumber pangan, sumber energi, tanaman obat,
tanaman hias bahkan sebagai tanaman konservasi lingkungan. Palem selain
bermanfaat juga menghasilkan produk yang berasal dari beberapa kelompok palem
diantaranya minyak (Elais guineensis, Cocos nucifera), lilin (Copernicia prunifera),
serat (Cocos nucifera, Rattan spp.), makanan (Salacca zalacca, Nypha fruticans,
Arenga pinnata), obat-obatan (Areca catechu) dan sebagainya. Pemanfaatan jenis
tumbuhan oleh masyarakat merupakan salah satu alternatif penunjang kehidupan.
Bagian palem (Arecaceae) yang digunakan sebagian besar adalah daun, buah, batang,
akar dan biji. Pembuatan kerajinan sebagian besar menggunakan daun, tempurung
serta batang, kelapa (Cocos nucifera L.) (Irawanto, 2011; Paull dan Duarte, 2012;
Nuryanti et al., 2015; Silvia et al., 2017).
Palem juga dimanfaatkan sebagai tanaman hias tepi jalan ataupun taman kota.
Pangemanan et al. (2008) melaporkan terdapat beberapa jenis palem yang berpotensi
sebagai pengisi ruang terbuka hijau yaitu dari jenis eksotis dan jenis alam. Jenis palem
eksotis diantaranya Cyrtotachis renda (Palem merah, dari Kalimatan), Roystonea
regia (palem raja), Pinanga kuhlii, Chrysalidocarpus lutescens (palem kuning) dan
Rhapis exelsa. Palem jenis alam yaitu Areca vestiaria (Pinang yaki, khas Sulawesi
Utara), Pinanga caesia (Pinang tutul, khas Sulawesi Utara), Oncosperma horridum
(Bayeh), Corypha gebanga (Lontar), Levistonia rotundifolia (Woka), Pigaffeta filaris
(Nibong), Arenga microcarpa (Sagu baruk), Oncosperma tigillarium, Licuala spinosa,
Areca orsicarpa dan Caryota mitis (Sarei).
Rotan disamping bermanfaat sebagai bahan perabot rumah tangga juga telah
memberi sumbangan bagi peningkatan pendapatan masyarakat sekitar hutan,
pembentukan budaya dan daya kreasi, perekonomian dan aspek sosial. Tapanuli
Selatan merupakan salah satu masyarakat yang masih memanfaatkan rotan. Rotan
digunakan untuk anyaman alat rumah serta sayuran sebagai sumber pangan.
Tumbuhan ini masih banyak dijumpai di pasar tradisional Tapanuli Selatan (Siregar,
2005; Adnan et al., 2008).
9
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.2.2 Iklim
Kawasan Stasiun Penelitian Soraya merupakan kawasan yang memiliki iklim
tropis dengan curah hujan 2450 mm per tahun. Suhu di kawasan ini berkisar antara
25°C sampai 30°C dengan kelembaban di pagi hari 98% dan sore hari 95% (FKL,
2020).
3.2.3 Topografi
Kawasan Stasiun Penelitian Soraya termasuk ke dalam hutan tropis dataran
rendah berbukit. Kawasan ini berada pada ketinggian 75 sampai 350 mdpl (FKL,
2020).
10
3.2.4 Vegetasi
Hutan Stasiun Penelitian Soraya memiliki memiliki vegetasi umum yang
didominasi oleh Dipterocarpaceae seperti Damar Laut (Shorea spp.) dan Keruing
(Dipterocarpus spp.). Pada lokasi ini terdapat beberapa suku tumbuhan lain yang
mendominasi diantaranya Euphorbiaceae, Meliaceae, Lauraceae, Moraceae dan
Anacardiaceae (Iqbar, 2015).
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari Tabel 4.1 diketahui marga Calamus memiliki jumlah jenis terbanyak yaitu
delapan jenis diikuti marga Korthalsia dua jenis dan marga Caryota, Daemonorops,
Korthalsia, Myrialepis, Oncosperma, Orania, Pinanga dan Salacca masing-masing
satu jenis. Dari 17 jenis palem yang ditemukan, 12 jenis merupakan palem merambat
atau lebih dikenal dengan rotan, sedangkan 5 jenis palem berperawakan pohon. Jumlah
jenis Arecaceae yang ditemukan pada lokasi penelitian lebih tinggi jika dibandingkan
dengan jumlah jenis yang dilaporkan oleh Hutasuhut dan Rasyidah (2018) di Kawasan
Hutan Taman Nasional Gunung Leuser berjumlah 4 marga dengan 13 jenis. Akan
tetapi jenis-jenis Arecaceae di lokasi penelitian jauh lebih rendah dari yang dilaporkan
oleh Mutia (2003) di Stasiun Penelitian Ketambe, Ekosistem Leuser yaitu 11 marga,
26 jenis dan Siregar (2005) di Hutan Sikundur berjumlah 12 marga, 31 jenis.
Perbedaan jumlah jenis Arecaceae yang diperoleh pada lokasi penelitian salah
satunya disebabkan oleh perbedaan luas hutan yang dijelajah serta kondisi ketinggian
hutan yang sesuai dengan habitat jenis Arecaceae. Hal ini sesuai dengan pendapat
Sanusi (2012), jumlah Arecaceae yang ditemukan dalam areal hutan atau areal yang
ditumbuhi pepohonan sulit diketahui secara pasti. Keanekaragaman Arecaceae tidak
menyebar rata dalam areal hutan, tetapi tumbuh berumpun atau tumbuh soliter dalam
kelompok hutan. Tingginya jumlah jenis Arecaceae tidak bergantung pada luas
kawasan sebaliknya, suatu kawasan yang tidak begitu luas berpotensi memiliki
keanekaragaman Arecaceae tinggi seperti yang dilaporkan oleh Siregar (2005) di
Hutan Sikundur dengan luas kurang lebih 500 Ha menemukan 12 marga, 31 jenis.
Stasiun penelitian Soraya merupakan kawasan hutan tropis dataran rendah
berbukit. Kawasan ini berada pada ketinggian 75 sampai 350 mdpl dengan luas 17.000
Ha dan faktor lingkungan seperti kelembaban udara 95 sampai 98%, suhu udara 25oC
sampai 30oC yang sangat berpotensi sebagai habitat Arecaceae. Hai ini sejalan dengan
Simpsons (2006) yang mengemukakan Arecaceae terdistribusi sebagian besar di
daerah topis dengan iklim hangat dan ekologi dari jenis Arecaceae menjadi acuan
tumbuh. Rachman dan Jasni (2013) juga berpendapat indikator pertumbuhan
Arecaceae dari jenis rotan umumnya dijumpai pada ketinggian 0 sampai 1500 mdpl
dengan kondisi curah hujan tidak kurang dari 2.000 mm/tahun, kelembaban udara 40
sampai 60% dan intensitas cahaya 20 sampai 50%.
15
a b c
Gambar 4.1 Habitat Arecaceae; habitat teresterial pada Myrialepis paradoxa (a),
habitat dekat aliran sungai pada Oncosperma trigillarium (b), habitat
tergenang air pada Pinanga coronata (c).
4.2.2 Habit
Jenis-jenis Arecaceae memiliki perawakan merambat dan tegak (Gambar 4.2).
Jenis Arecaceae dengan perawakan merambat terdapat pada marga Calamus,
Daemonorops, Korthalsia dan Myrialepis, sedangkan jenis dengan perawakan tegak
terdapat pada marga Caryota, Oncosperma, Orania, Pinanga dan Salacca. Jenis-jenis
Arecaceae yang ditemukan pada lokasi penelitian tumbuh secara soliter dan
berkelompok. Jenis Arecaceae yang tumbuh secara soliter terdapat pada marga
16
Caryota, Oncosperma, Orania, Pinanga dan Salacca, sedangkan jenis yang tumbuh
secara berkelompok terdapat pada marga Calamus, Daemonorops, Korthalsia dan
Myrialepis.
a b
Gambar 4.2 Habit Arecaceae; perawakan merambat pada Myrialepis paradoxa (a),
perawakan tegak Oncosperma trigillarium (b).
4.2.3 Batang
Permukaan batang Arecaceae yang ditemukan pada penelitian yaitu licin
memperlihatkan berkas-berkas daun, berduri dan berlendir (Gambar 4.3). Jenis
Arecaceae dengan permukaan batang licin memperlihatkan berkas-berkas daun
terdapat pada marga Orania dan Pinanga, jenis dengan permukaan batang berduri
terdapat pada marga Calamus, Daemonorops, Korthalsia, Myrialepis, Salacca dan
Oncosperma dan jenis dengan permukaan batang berlendir terdapat pada marga
Caryota.
a b c
Pada organ batang Arecaceae terdapat struktur organ panjat yang disebut flagel.
Flagel yang ditemukan memiliki dua struktur duri yaitu berduri kelompok dan berduri
tersebar (Gambar 4.4). Flagel berduri kelompok terdiri dari jenis Calamus exilis,
Calamus javensis dan Calamus rhomboideus dan flagel berduri tersebar terdiri dari
jenis Calamus griseus dan Calamus sp.
a b
Gambar 4.4 Duri flagel; flagel berduri kelompok pada Calamus exilis (a), flagel
berduri tersebar pada Calamus sp. (b).
Pada batang Arecaceae juga terdapat selaput yang membungkus pelepah yang
disebut okrea (Gambar 4.5). Jenis Arecaceae yang memiliki okrea terdapat pada jenis
Korthalsia rostrata. Tipe okrea yang ditemukan berbentuk seperti perahu, berduri
kecil dan berwarna cokelat.
a b
Gambar 4.5 Okrea; tipe okrea berbentuk perahu, berduri kecil dan berwarna cokelat
pada jenis Korthalsia rostrata (a), okrea bebas pada jenis Korthasila
junghuhnii (b).
18
4.2.4 Daun
Pada daun Arecaceae terdapat dasar daun melingkar memanjang yang disebut
crownshaft. Jenis Arecaceae yang memiliki crownshaft terdapat pada jenis Pinanga
coronata (Gambar 4.6). Crownshaft yang ditemukan berwarna hijau kemerahan
dengan bagian dalamnya terdapat bakal bunga yang selanjutnya menjadi buah.
Gambar 4.6 Crownshaft berwarna hijau kemerahan pada jenis Pinanga coronata.
Jenis-jenis Arecaceae memiliki bentuk anak daun lanset, jorong dan belah
ketupat (Gambar 4.7). Jenis Arecaceae beranak daun lanset terdapat pada jenis
Calamus exillis, jenis Arecaceae beranak daun memanjang terdapat pada Calamus
javensis dan jenis Arecaceae beranak daun belah ketupat terdapat pada Korthalsia
junghuhnii. Tipe permukaan daun Arecaceae yaitu licin, berduri dan kasap. Jenis
Arecaceae dengan permukaan daun licin terdapat pada jenis Pinanga coronata, jenis
Arecaceae dengan permukaan daun berduri terdapat pada Daemonorops
melanochaetes dan jenis Arecaceae dengan permukaan daun kasap terdapat pada
Calamus javensis. Daging daun Arecaceae yaitu tebal dan tipis. Jenis Arecaceae
berdaging daun tebal terdapat pada Myrialepis paradoxa dan jenis Arecaceae
berdaging tipis terdapat pada Calamus polystachys.
19
a b c
Gambar 4.7 Bentuk bangun anak daun Arecaceae; bentuk anak daun lanset pada
Calamus exillis (a), bentuk anak daun memanjang pada Calamus
javensis (b), bentuk anak daun belah ketupat pada Korthalsia junghuhnii
(c).
Pada daun Arecaceae terdapat duri cambuk yang muncul dari perpanjangan
tangkai daun disebut sirus. Jenis Arecaceae yang memiliki sirus terdapat marga
Calamus, Daemonorops, Korthalsia dan Myrialepis. Sirus memiliki panjang yang
berbeda-beda. Berdasarkan hasil penelitian, sirus terpanjang terdapat pada jenis
Myrialepis paradoxa yaitu 110 cm, sedangkan tipe sirus terpendek terdapat pada jenis
Calamus rhomboideus yaitu 2 cm.
a b
Gambar 4.8 Sirus; sirus berukuran panjang pada Myrialepis paradoxa (a), sirus
berukuran pendek pada Calamus rhomboideus (b).
20
4.2.5 Perbungaan
Letak perbungaan pada Arecaceae aksilar (ketiak daun) dan terminal (ujung
daun) (Gambar 4.9). Dari 17 jenis Arecaceae yang ditemukan, tiga jenis memiliki
bunga aksilar yaitu Calamus wallichiana, Daemonorops melanochaetes dan Salacca
zalacca, sedangkan satu jenis memiliki bunga terminal yaitu Calamus griseus. Dari
empat jenis yang berbunga, Daemonorops melanochaetes memiliki ciri khusus berupa
daun gantilan (dasar daun berduri) yang menutupi perbungaan dan Salacca zalacca
memiliki sabut tebal yang melindungi perbungaan. Warna perbungaan Arecaceae yang
ditemukan terdiri dari cokelat, orange dan merah. Jenis Arecaceae yang memiliki
perbungaan warna cokelat terdapat pada Daemonorops melanochaetes dan Salacca
zalacca, jenis Arecaceae yang memiliki perbungaan warna orange terdapat pada
Calamus walichiana, jenis Arecaceae yang memiliki perbungaan warna merah
terdapat pada Calamus griseus.
a b c
Gambar 4.9 Perbungaan Arecaceae; letak bunga aksilar pada Calamus wallichiana
(a), letak bunga aksilar dan dibungkus daun gantilan pada Daemonorops
melanochaetes (b), letak bunga terminal menjutai kebawah pada
Calamus griseus (c).
4.2.6 Buah
Tipe buah Arecaceae yaitu buah drupa atau buah batu dengan ukuran diameter
berkisar 1 sampai 1,5 cm dan permukaan buah yang ditutupi sisik dengan arah
bervariasi (Gambar 4.10). Berdasarkan hasil penelitian jenis Arecaceae dengan
diameter buah 1,5 cm terdapat pada Daemonorops melanochaetes, sedangkan jenis
Arecaceae dengan diameter buah 1 cm terdapat pada Calamus wallichiana. Jenis
Arecaceae dengan permukaan buah bersisik menghadap ke atas terdapat pada Calamus
21
a b
Gambar 4.10 Buah Arecaceae; buah bersisik menghadap ke atas berukuran 1 cm pada
Calamus wallichiana (a), buah bersisik menghadap ke bawah berukuran
1,5 cm pada Daemonorops melanochaetes (b).
penyebaran Arecaceae. Hal ini terkait dengan Sanusi (2012) yang mengemukakan
kondisi terbaik bagi Arecaceae untuk tumbuh terdapat pada daerah lereng bukit yang
cukup lembab dengan ketinggian berksiar 0 sampai 2900 meter di atas permukaan laut.
Kelembaban tinggi berkisar 60%, areal bekas tebangan hutan, semak belukar dan
tersedianya pohon penyangga juga menjadi acuan tumbuh Arecaceae (Rachman dan
Jasni, 2013). Selain itu, Januminro (2009) juga menyatakan suhu udara terbaik bagi
Arecaceae berkisar 24 sampai 30 oC dengan kondisi pH tanah berkisar 6 sampai 7 yang
mendukung pertumbuhan Arecaceae.
Diketahui bahwa curah hujan yang terbentuk di daerah penelitian pada bulan
November menunjukkan kriteria hujan sedang dengan kisaran suhu lingkungan 22
sampai 37 oC di pagi hari dan kisaran 24 sampai 37 oC di sore hari (Lampiran 4.a).
Pada bulan Desember curah hujan yang terbentuk menunjukkan kriteria hujan ringan
dengan kisaran suhu lingkungan 22 sampai 37 oC di pagi hari dan kisaran 25 sampai
37 oC di sore hari (Lampiran 4.b).
guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Jenis Korthalsia rostrata yang memiliki okrea
juga bermanfaat sebagai habitat hewan kecil seperti semut. Hal ini sejalan dengan
pendapat Johnson (1998), manusia telah memanfaatkan Arecaceae sejak zaman
dahulu. Produk yang dihasilkan dari Arecaceae seperti bahan makanan, bahan
bangunan, alat rumah tangga, serat dan bahan bakar. Arecaceae menjadi kelompok
tumbuhan dengan tingkat manfaat terbanyak setelah suku Graminae dan Leguminosae
dan kegunaannya paling banyak ditemukan di daerah tropis.
Sumatera merupakan salah satu sentra produsen Arecaceae (rotan) di Indonesia
dan dari berbagai manfaat yang telah ditemukan, diketahui belum ada upaya budidaya
yang optimal untuk memanfaatkan berbagai potensi yang dapat ditemukan pada
Arecaceae, khususnya di wilayah Subulussalam. Oleh karena itu, perlu adanya upaya
dari pemerintah setempat untuk memaksimalkan fungsi tumbuhan Arecaceae di
wilayah tersebut guna mempertahankan nilai konservasi Arecaceae.
24
Habit Batang
Flagel Daun
27
Habit Batang
Daun Perbungaan
28
Habit Batang
Sirus Daun
31
Habit Batang
Flagel Daun
32
Habit Batang
Sirus Daun
33
Perbungaan Buah
34
Perbungaan Buah
36
Habit Okrea
Batang Daun
38
Sirus Daun
39
Habitat Habit
Batang Daun
40
Habit Batang
Crownshaft Daun
42
Daun Perbungaan
43
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Hasil penelitian tentang inventarisasi jenis-jenis Arecaceae di Stasiun
Penelitian Soraya Kawasan Ekosistem Leuser Kecamatan Sultan Daulat Kota
Subulussalam diperoleh 9 marga dengan 17 jenis yaitu: Calamus exilis, Calamus
griseus, Calamus javensis, Calamus polystachys, Calamus rhomboideus, Calamus sp.,
Calamus trachycoleus, Calamus wallichiana, Caryota mitis, Daemonorops
melanochaetes, Korthalsia junghuhnii, Korthalsia rostrata, Myrialepis paradoxa,
Oncosperma trigilarium, Orania sylvicola, Pinanga coronata dan Salacca zalacca.
Suku Arecaceae ditemukan di berbagai habitat seperti di hutan tepi sungai yang
tergenang air sampai daerah hutan dataran tinggi dengan cahaya matahari penuh.
5.2 Saran
Keanekaragaman jenis-jenis Arecaceae di Stasiun Penelitian Soraya Kawasan
Ekosistem Leuser Kecamatan Sultan Daulat Kota Subulussalam perlu diteliti lebih
lanjut saat musim berbunga dan berbuah, guna mempermudah proses identifikasi
dengan informasi yang lebih rinci.
44
DAFTAR PUSTAKA
[LIPI] Lembaga Ilmu Penelitian Indonesia, 2000. Koleksi Palem Kebun Raya Cibodas.
UPT Balai Pengembangan Kebun Raya – LIPI. Cianjur.
Adnan H, Tadjudin D, Yuliani EL, Komarudin H, Lopulalan D, Siagian YL,
Munggoro DW, 2008. Belajar dari Bungo; Mengelola Sumberdaya Alam di
Era Desentralisasi. Center for International Forestry Research (CIFOR).
Indonesia.
Arunachalam V, 2012. Genomics Of Cultivated Palms. Elsevier. India.
Barfod AS, Banka R, Dowe JL, 2001. Field Guide to Palms in Papua New Guinea.
University of Aarhus. Denmark.
Broschat TK, 2013. Palm Morphology and Anatomy. University of Florida. Florida.
Cranbrook E, 1988. Key Environments Malaysia. Pergamon Press. Malaysia.
Djufri, 2015. Ekosistem Leuser di Provinsi Aceh Sebagai Laboratorium Alam Yang
Menyimpan Keakayaan Biodiversitas Untuk Diteliti Dalam Rangka Pencarian
Bahan Baku Obat-Obatan. Prosiding Seminar Nasional Masyarakat
Biodiversitas Indonesia, 1(7).
Dowe JL, 2010. Australian Palms Biogeography, Ecology and Systematics. CSIRO
Publishing. Australia.
Dransfield J and Manokaran N, 1994. Plant Resource of South-East Asia: Rattans.
LIPI Press. Indonesia.
Dransfield J, 1974. Notes on The Palms Flora of Central Sumatera. Reinwardtia, 8(4):
519-513.
Dransfield J, Uhl NW, Asmussen CB, Baker WJ, Harley MM, Lewis CE, 2008.
Genera Palmarum, The Evolution adn Classification of Palms. Kew
Publishing. United State of America.
Guan SL, 2015. Palms of Malaysia. Garden Flora & Fauna. 12-15, 52.
Henderson A, 2009. Palms of Southeast Asia. The New York Botanical Garden. United
States of America.
Henderson A, Galeano G, Bernal R, 1995. Field Guide to The Palms of The Americas.
Princeton University Press. America.
Hourt KE, 2008. A Field Guide of The Rattans of Cambodia. WWF Greater Mekong-
Cambodia Country Programme. Cambodia.
Hutasuhut MA dan Rasyidah, 2018. Inventarisasi Jenis-Jenis Arecaceae di Kawasan
Hutan Taman Nasional Gunung Leuser Desa Telagah Kabupaten Langkat
Sumatera Utara. Klorofil, 2(2): 1-7.
Iqbar, 2015. Keanekaragaman Tumbuhan Berhabitus Pohon di Stasiun Soraya
Ekosistem Leuser. Prosiding Seminar Nasional Biotik.
Irawanto R, 2011. Palem Kebun Raya Purwodadi: Koeksi dan Asalnya. Berk. Penel.
Hayati Edisi Khusus, 5(A): 59-62.
Jasni, Krisdianto, Kalima T, Abdurachman, 2012. Atlas Rotan Indonesia Jilid 3. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan Pengelolaan Hasil
Hutan. Bogor.
Johnson D, 1996. Palms: Their Conservation and Sustained Utilization. International
Union for Conservation of Nature and Natural Resource. Switzerland and
Cambridge.
45
Johnson D, 1998. Tropical Palms. Food And Organization of the United Nations. Italy.
Kalima T, 2008. Keragaman Spesies Rotan yang Belum Dimanfaatkan di Hutan
Tumbang Hiran, Katingan, Kalimantan Tengah. Info Hutan, 5(2): 161-175.
Lasarus, 2008. Pusat Penyuluhan Pertanian. PT. Agro Media Pustaka. Jakarta.
Maghfiriadi F, Zulfahmi I, Paujiah E, Saronf MA, 2015. Iktiofauna di Sungai Alas
sekitar Stasiun Penelitian Soraya Kawasan Ekosistem Leuser, Subulussalam,
Aceh. Jurnal Ikhtiologi Indonesia, 19(3): 361-374.
Mutia F, 2003. Inventarisasi dan Habitat Palem (Arecaceae) di Stasiun Penelitian
Ketambe Ekosistem Leuser. [Skripsi]. Jurusan Biologi, FMIPA. Unsyiah
Darussalam-Banda Aceh.
Navarro CG, Jaramillo C, Herrera F, Wing SL, Callejas Rm 2009. Palms (Arecaceae)
From A Paleocene Rainforest of Northern Colombia. American Journal of
Botany, 96(7): 1300-1312.
Nuryanti S, Linda R, Lovadi, 2015. Pemanfaatan Tumbuhan Arecaceae (Palem-
Paleman) oleh Masyarakat Dayak Randu, di Desa Batu Buil Kecamatan
Belimbing Kabupaten Melawi. Protobiont, 4(1): 128-135.
Pangemanan L, Komalig C, Kaligis Tm 2008. Beberapa Jenis Palem yang Berpotensi
Sebagai Tanaman Pengisi Ruang Terbuka Hijau. Ekoton, 8(2): 49-52.
Paull RE, Duarte O, 2012. Tropical Fruits. MPG Books Ltd. Cambridge.
Rachman O dan Jasni, 2013. Rotan Sumberdaya, Sifat dan Pengolahannya. Badan
Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Bogor.
Ramadhani DP, 2015. Daemonorops fissa Complex in West Malesia. [Tesis]. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Rustiami H, 2002. Keanekaragaman Palem di Gunung Kerinci dan Gunung Tujuh,
Taman Nasional Kerinci Seblat, Sumatera. Floribunda, 2(1): 6-8.
Sanusi D, 2012. Rotan Kekayaan Belantara Indonesia. Brillian Internasional.
Surabaya.
Silvia Y, Hasanuddin, Djufri, 2017. Etnobotanu Tumbuhan Anggota Arecaceae di
Kecamatan Seulimum. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Unsyiah, 2(2): 30-43.
Simpson MG, 2006. Plant Systematics. Elsevier Academic Press. United State of
America.
Siregar EBM, 2005. Inventarisasi Jenis Palem (Arecaceae) Pada Kawasan Hutan
Dataran Rendah di Stasiun Penelitian Sikundur (Kawasan Ekosistem Leuser)
Kab. Langkat. e-USU Repository.
Sodiq M, 2014. Ilmu Kealaman Dasar. Kencana. Jakarta.
Steenis V, 2006. Flora. Pradnya Paramita. Jakarta.
Steentoft M, 1988. Flowering Plants in West Africa. Cambridge University Press.
Africa.
Supriatna J, 2008. Melestarikan Alam Indonesia. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.
Tjitrosoepomo G, 2001. Morfologi Tumbuhan. Gajah Mada University Press.
Yogyakarta.
46
47
Faktor Fisik
Keting Kelem Kelem Inten
No Jenis gian Suhu Suhu
pH baban baban sitas
(mdpl) Udara Tanah
Tanah Udara Tanah Cahaya
(0C) (0C)
(%) (%) (Candela)
1 Calamus exilis 132,19
28,4 28 5,8 99 8 486
2 Calamus 126,9
27,9 25 5,6 99 6,8 592
griseus
3 Calamus 145-
javensis 26,8- 196,2-
153,07 24-25 5-6,2 99 >8
27,7 289
4 Calamus 125,80-
polystachys 26,4- 115,9-
153,07 24-25 5-5,7 98-99 >8
27,4 158,1
5 Calamus 105,31
27,5 25 5,8 99 8 836
rhomboideus
6 Calamus sp. 166,61
28,1 25 5,2 98 7,5 102,2
7 Calamus 76
27,4 25 4 96 >8 181,3
trachycoleus
8 Calamus 95,51-
wallichiana 26,6- 28,2-
158,06 21-22 5,8-6 98-99 6-8
27,7 151,2
9 Caryota mitis 129,24
27,7 25 6 99 7,5 198,1
10 Daemonorops 158,37
25,5 21,5 5 99 5,5 439
melanochaetes
11 Korthalsia 123,64-
junghuhnii 142,13 25,8 24 6,2 99 >8 104,5
12 Korthalsia 117
28,3 25 5,6 98 >8 296
rostrata
13 Myrialepis 99,8
27,9 25 5 99 >8 157
paradoxa
14 Oncosperma 115,79
27,4 25 5,9 99 6 130,6
trigillarium
15 Orania 133,03
26,1 25 6,4 94 >8 102,4
sylvicola
16 Pinanga 144,91
28,1 24 5,8 99 >8 235
coronata
17 Salacca 133,56
27,1 19,5 6 99 7 62,6
zalacca
Keterangan:
- : Sampai
> : Lebih besar
49
Lampiran 4. (Lanjutan).
b. Tabel Cuaca dan Suhu Bulan Desember 2020
Suhu (oC)
Curah Hujan (mm)
Tanggal Total Pagi Sore
06:00 18:00 Min Max Min Max
1 7,2 0 7,2 23 34 25 36
2 0 0 0 24 34 25 37
3 0 5,6 5,6 26 34 26 37
4 19,2 0,1 19,3 26 34 25 36
5 16,5 19,2 35,7 23 34 24 36
6 0 0 0 22 34 25 36
7 0 0 0 23 35 25 37
8 1,5 0 1,5 22 35 29 37
9 0,9 0 0,9 23 37 26 37
10 1,2 0 1,2 23 36 25 36
11 0 0 0 22 35 25 36
12 0 0 0 23 35 25 37
13 0 0 0 22 35 26 36
14 0 0 0 22 37 25 36
15 20,5 8,5 29 22 34 25 36
16 0 16 16 23 35 25 36
17 3,4 0 3,4 23 34 25 36
18 0 6,5 6,5 23 34 26 37
19 5,6 7,5 13,1 23 34 25 36
20 5 0 5 26 35 25 36
21 0 0 0 26 34 25 36
22 1,5 1 2,5 24 34 26 36
23 0,1 0 0,1 26 35 25 36
24 0 3,5 3,5 23 36 25 36
25 0 0 0 23 33 25 37
26 2 0,2 2,2 26 34 26 36
27 0 0 0 23 34 25 36
28 0,5 8,2 8,7 22 34 24 36
29 11 0 11 23 33 25 36
51
Lampiran 4. (Lanjutan).
c. Grafik Cuaca Bulan November 2020
35
30
Curah Hujan (mm)
25
20
15
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
35
Suhu (oC)
30
25
20
15
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Lampiran 4. (Lanjutan).
e. Grafik Cuaca Bulan Desember 2020
35
30
Curah Hujan (mm)
25
20
15
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
35
30
25
Suhu (oC)
20
15
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
Lampiran 6. (Lanjutan).
b. Surat Izin Masuk Stasiun Penelitian dari Dinas Lingkungan Hidup dan
Kehutanan