Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi
atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus
HIV. Virusnya Human Immunodeficiency Virus HIV yaitu virus yang memperlemah kekebalan
pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi
oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada dapat
memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa di
sembuhkan. HIV umumnya di tularkan melalui kontak langsung antara lapisan kulit dalam
(membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti
darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu. Penularan dapat terjadi
melalui hubungan intim (vaginal, anal, ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik yang
terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk
kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut.

1.2 Tujuan

a. Untuk mengetahui tentang defenisi HIV


b. Untuk mengetahui tentang etiologi HIV
c. Untuk mengetahui tentang patofisiologi HIV
e. Untuk mengetahui tentang WOC HIV
f. Untuk mengetahui tentang manifestasi klinis HIV
g. Untuk mengetahui tentang pemeriksaan penunjang HIV
h. Untuk mengetahui tentang penatalaksanaan HIV
i. Untuk mengetahui tentang komplikasi HIV
j. Untuk mengetahui tentang asuhan keperawatan HIV

1.3 Sistematika penulisan


BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Penyakit

2.1 Definisi

Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi
atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus
HIV. Pengertian AIDS menurut beberapa ahli antara lain:

a. AIDS adalah infeksi oportunistik yang menyerang seseorang dimana mengalami penurunan
sistem imun yang mendasar ( sel T berjumlah 200 atau kurang ) dan memiliki antibodi positif
terhadap HIV. (Doenges, 1999).

b. AIDS adalah suatu kumpulan kondisi klinis tertentu yang merupakan hasil akhir dari infeksi
oleh HIV. (Sylvia, 2005)

HIV (Human Immunodeficiency Virus). Termasuk salah satu retrovirus yang secara
khusus menyerang sel darah putih (sel T). Retrovirus adalah virus ARN hewan yang mempunyai
tahap ADN. Virus tersebut mempunyai suatu enzim, yaitu enzim transkriptase balik yang
mengubah rantai tunggal ARN (sebagai cetakan) menjadi rantai ganda kopian ADN (cADN).
Selanjutnya, cADN bergabung dengan ADN inang mengikuti replikasi ADN inang. Pada saat
ADN inang mengalami replikasi, secara langsung ADN virus ikut mengalami replikasi.

2.2 Etiologi

AIDS adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang merusak sistem kekebalan tubuh,
sehingga tubuh mudah diserang penyakit-penyakit lain yang dapat berakibat fatal. Padahal,
penyakit-penyakit tersebut misalnya berbagai virus, cacing, jamur protozoa, dan basil tidak
menyebabkan gangguan yang berarti pada orang yang sistem kekebalannya normal. Selain
penyakit infeksi, penderita AIDS juga mudah terkena kanker. Dengan demikian, gejala AIDS
amat bervariasi. Virus yang menyebabkan penyakit ini adalah virus HIV (Human Immuno-
deficiency Virus). Dewasa ini dikenal juga dua tipe HIV yaitu HIV-1 dan HIV-2. Sebagian besar
infeksi disebabkan HIV-1, sedangkan infeksi oleh HIV-2 didapatkan di Afrika Barat. Infeksi
HIV-1 memberi gambaran klinis yang hampir sama. Hanya infeksi HIV-1 lebih mudah di
tularkan dan masa sejak mulai infeksi (masuknya virus ke tubuh) sampai timbulnya penyakit
lebih pendek.

Cara penularan AIDS ( Arif, 2000 ) antara lain sebagai berikut :


a. Hubungan seksual, dengan risiko penularan 0,1-1% tiap hubungan seksual
b. Melalui darah, yaitu:
1 Transfusi darah yang mengandung HIV, risiko penularan 902)
2.Tertusuk jarum yang mengandung HIV, risiko penularan
3 Terpapar mukosa yang mengandung HIV,risiko penularan
4. Transmisi dari ibu ke anak :
a) Selama kehamilan
b) Saat persalinan, risiko penularan 50%
c) Melalui air susu ibu (ASI) 14%

2.3 Patofsiologi

Setelah terinfeksi HIV, 50-70% penderita akan mengalami gejala yang disebut sindrom
HIV akut. Gejala ini serupa dengan gejala infeksi virus pada umumnya yaitu berupa demam,
sakit kepala, sakit tenggorok, mialgia (pegalpegal di badan), pembesaran kelenjar dan rasa
lemah. Pada sebagian orang, infeksi dapat berat di sertai kesadaran menurun. Sindrom ini
biasanya akan menghilang dalam beberapa mingggu. Dalam waktu 3 – 6 bulan kemudian, tes
serologi baru akan positif, karena telah terbentuk antibodi. Masa 3 – 6 bulan ini disebut window
periode, di mana penderita dapat menularkan namun secara laboratorium hasil tes HIV-nya
masih negatif.

Setelah melalui infeksi primer, penderita akan masuk ke dalam masa tanpa gejala. Pada
masa ini virus terus berkembang biak secara progresif di kelenjar limfe. Masa ini berlangsung
cukup panjang, yaitu 5 10 tahun. Setelah masa ini pasien akan masuk ke fase full blown AIDS.
Sel T dan makrofag serta sel dendritik / langerhans ( sel imun ) adalah sel-sel yang terinfeksi
Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) dan terkonsentrasi dikelenjar limfe, limpa dan sumsum
tulang. Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lewat pengikatan dengan
protein perifer CD 4, dengan bagian virus yang bersesuaian yaitu antigen grup 120. Pada saat sel
T4 terinfeksi dan ikut dalam respon imun, maka Human Immunodeficiency Virus ( HIV )
menginfeksi sel lain dengan meningkatkan reproduksi dan banyaknya kematian sel T 4 yang juga
dipengaruhi respon imun sel killer penjamu, dalam usaha mengeliminasi virus dan sel yang
terinfeksi.

Dengan menurunnya jumlah sel T4, maka system imun seluler makin lemah secara
progresif. Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan menurunnya fungsi sel T
penolong. Seseorang yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV ) dapat tetap tidak
memperlihatkan gejala (asimptomatik) selama bertahun-tahun. Selama waktu ini, jumlah sel T4
dapat berkurang dari sekitar 1000 sel perml darah sebelum infeksi mencapai sekitar 200-300 per
ml darah, 2-3 tahun setelah infeksi.

Sewaktu sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi ( herpes zoster dan jamur
oportunistik ) muncul, Jumlah T4 kemudian menurun akibat timbulnya penyakit baru akan
menyebabkan virus berproliferasi. Akhirnya terjadi infeksi yang parah. Seorang didiagnosis
mengidap AIDS apabila jumlah sel T4 jatuh dibawah 200 sel per ml darah, atau apabila terjadi
infeksi opurtunistik, kanker atau dimensia AIDS.

2.4 Tanda dan gejalan

1. Sesak napas/ nafas pendek


2. Demam
3. Diare
4. Dehidrasi
5. Mual muntah
6. Hilangnya selera makan
7. Penurunan berat badan
8. lemah
2.5 Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
Tes laboratorium untuk menetapkan diagnosis infeksi HIV dapat dibagi dalam dua kelompok
yaitu tes yang mencari adanya virus tersebut dalam tubuh penderita :
1) Tes untuk diagnosa infeksi HIV :
a. ELISA
b. Western blot
c. P24 antigen test
d. Kultur HIV
2) Tes untuk deteksi gangguan system imun.
a) Hematokrit.
b) LED c) CD4 limfosit
c) Rasio CD4/CD limfosit
d) Serum mikroglobulin B2
e) Hemoglobulin
b. Diagnostik
Pemeriksaan diagnostic untuk penderita AIDS (Arif Mansjoer, 2000) adalah :
1) Lakukan anamnesi gejala infeksi oportunistik dan kanker yang terkait dengan AIDS.
2) Telusuri perilaku berisiko yang memmungkinkan penularan.
3) Pemeriksaan fisik untuk mencari tanda infeksi oportunistik dan kanker terkait. Jangan lupa
perubahan kelenjar, pemeriksaan mulut, kulit, dan funduskopi.
4) Dalam pemeriksaan penunjang dicari jumlah limfosot total, antibodi HIV, dan pemeriksaan
Rontgen.
2.6 Penatalaksanaan
a. Medis
Apabila terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka terapinya yaitu (Endah
Istiqomah : 2009) :
1) Pengendalian Infeksi Opurtunistik
Bertujuan menghilangkan,mengendalikan, dan pemulihan infeksi opurtunistik, nasokomial,
atau sepsis. Tidakan pengendalian infeksi yang aman untuk mencegah kontaminasi bakteri
dan komplikasi penyebab sepsis harus di pertahankan bagi pasien di lingkungan perawatan
kritis.
2) Terapi AZT (Azidotimidin) Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT
yang efektif terhadap AIDS, obat ini menghambat replikasi antiviral Human
Immunodeficiency Virus (HIV) dengan menghambat enzim pembalik traskriptase. AZT
tersedia untuk pasien AIDS yang jumlah sel T4 nya <>3 . Sekarang, AZT tersedia untuk
pasien dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV) positif asimptomatik dan sel T4 >
500 mm3
3. Terapi Antiviral Baru Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system imun
dengan menghambat replikasi virus/ memutuskan rantai reproduksi virus pada prosesnya.
Obat-obat ini adalah :
a) Didanosine
b) Ribavirin
c) Diedoxycytidine
d) Recombinant CD 4 dapat larut
4) Vaksin dan Rekonstruksi Virus Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut
seperti interferon, maka perawat unit khusus perawatan kritis dapat menggunakan keahlian
di bidang proses keperawatan dan penelitian untuk menunjang pemahaman dan keberhasilan
terapi AIDS.
b. Non Medis Melakukan konseling yang bertujuan untuk :
1) Memberikan dukungan mental-psikologis
2) Membantu merekab untuk bisa mengubah perilaku yang tidak berisiko tinggi menjadi
perilaku yang tidak berisiko atau kurang berisiko.
3) Mengingatkan kembali tentang cara hidup sehat, sehingga bisa mempertahankan kondisi
tubuh yang baik.
4) Membantu mereka untuk menemukan solusi permasalahan yang berkaitan dengan
penyakitnya, antara lain bagaimana mengutarakan masalah-masalah pribadi dan sensitif
kepada keluarga dan orang terdekat. mengutarakan masalah-masalah pribadi dan sensitif
kepada keluarga dan orang terdekat.
2.7 Komplikasi
a. Oral Lesi Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis, peridonitis
Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral, nutrisi, dehidrasi, penurunan berat
badan, keletihan dan cacat
b. Neurologik
a) Kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human Immunodeficiency Virus
(HIV) pada sel saraf, berefek perubahan kepribadian, kerusakan kemampuan motorik,
kelemahan, disfasia, dan isolasi social
b) Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia, ketidakseimbangan
elektrolit, meningitis / ensefalitis. Dengan efek : sakit kepala, malaise, demam,
paralise, total / parsial
c) Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi sistemik, dan maranik
endokarditis.
d) Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human Immunodeficienci
Virus (HIV)
c. Gastrointestinal
a. Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma, dan
sarcoma Kaposi. Dengan efek, penurunan berat badan, anoreksia, demam,
malabsorbsi, dan dehidrasi.
b. Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat illegal, alkoholik.
Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, ikterik,demam atritis.
c. Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal yang sebagai
akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rectal, gatal-gatal dan siare.
d. Respirasi
Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus influenza,
pneumococcus, dan strongyloides dengan efek nafas pendek, batuk, nyeri, hipoksia,
keletihan,gagal nafas.
e. Dermatologik Lesi kulit stafilokokus: virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis
karena xerosis, reaksi otot, lesi scabies/ tuma, dan dekobitus dengan efek nyeri, gatal,
rasa terbakar, infeksi skunder dan sepsis.
f. Sensorik
1) Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan
2) Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan pendengaran
dengan efek nyeri.

B. KONSEP ASKEP
1. Pengkajian
a. Data Demografi
Nama klien :
Umur :
Diagnosa Medik :
Tanggal Masuk :
Alamat :
Suku :
Agama :
Pekerjaan :
Status perkawinan :
Status pendidikan :
b. Riwayat Penyakit
1) Keluhan Utama
Klien mengeluh demam, merasa capek, mudah lelah, letih, lesu, flu, pusing, dan diare
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat kesehatan menunjukkan terjadinya panas, merasa capek, mudah lelah, letih, lesu, flu,
pusing, dan diare
3) Riwayat Penyakit Terdahulu
Klien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit yang di alaminya saat ini.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Menurut pengakuan keluarga, dalam keluarganya tidak ada yang mengalami penyakit yang
sedang di derita pasien ataupun penyakit menular lainnya.
5) Keluhan waktu di data
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 7 Desember 2011 di temukan benjolan pada
leher.
c. Pemeriksaan fisik
1) Aktivitas/istirahat
a. Gejala: mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktivitas biasanya, progresi
kelelaha/malaise. Perubahan pola tidur.
b. Tanda: kelelahan otot, menurunya masa otot. Respon fisiologis terhadap aktivitas seperti
perubahan dalam TD, frekuensi jantung, pernafasan.
2) Sirkulasi
a. Gejala: proses penyembuhan luka yang lambat; perdarahan lama pada cedera.
b. Tanda: takikardia, perubahan TD postural, menurunnya volume nadi perifer, pucat atau
sianosis; parpanjangan pengisian kapiler.
3) Integritas ego
a) Gejala: faktor stress yang berhubungan dengan kehilangan (keluarga, pekerjan, gaya hidup,
dll), mengkuatirkan penampilan (menurunya berat badan, dll), mengingkari diagnosa,
merasa tidak berdaya,putus asa, tidak berguna, rasa bersalah, dan depresi.
b) Tanda: mengingkari, cemas, depresi, takut, menarik diri, perilaku marah, menangis, kontak
mata yang kurang.
4) Eliminasi
a) Gejala: diare yang intermiten, terus menerus, sering atau tanpa disertai kram abdominal.
Nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi.
b) Tanda: feses enter atau tanpa disertai mucus atau darah. Diare pekat yang sering, nyeri tekan
abdominal, lesi atau abses rectal, perianal. Perubahan dalam jumlah, warna, dan karakteristik
urine.
5) Makanan/cairan
a) Gejala: tidak nafsu makan, perubahan dalam mengenali makanan, mual/ muntah. Disfagia,
nyeri retrosternal saat menelan. penurunan berat badan yang progresif.
b) Tanda: Penurunan berat badan, dapat menunjukkan adanya bising usus hiperaktif, turgor
kulit buruk, lesi pada rongga mulut, adanya selaput puih dan perubahan warna, edema.
6) Hygiene
a) Gejala: tidak dapat menyelesaikan AKS
b) Tanda: memperlihatkan penampilan yang tidak rapih. Kekurangan dalam banyak atau semua
perawatan diri, aktivitas perawatan diri.
7) Neurosensori
a) Gejala: pusing/ pening, sakit kepala. Perubahan status mental, kehilangan ketajaman/
kemampuan diri untuk mengawasi masalah, tidak mampu mrngingat/konsentrasi menurun.
kelemahan otot, tremor, dan perubahan ketajaman penglihatan. Kebas, kesemutan pada
ekstremiats (kaki menunjukkan perubahan paling awal).
b) Tanda: perubahan status mental, dengan rentang antara kacau mental sampai demensia,
lupa, konsentrasi buruk, tingkat kasadaran menurun, apatis, retardasi psikomotor/ respon
lambat. Ide paranoid, ansietas yang berkembang bebas, harapan yang tidak realistis. Timbul
reflek tidak normal, menurunnya kekuatan otot, dan gaya berjalan ataksia. remor pada
motorik kasar/ halus, menurunnya motorik fokalis. Hemoragi retina dan eksudat
8) Nyeri/kenyamanan
a) Gejala: nyeri umum /local, sakit, rasa terbakar pada kaki. Sakit kepala, nyeri dada pleuritis.
b) Tanda: pembengkakan pada sendi, nyeri pada kelenjar, nyeri tekan. Penurunan rentang
gerak, perubahan gaya berjalan/pincang, gerak otot melindungi yang sakit.
9) Pernapasan
a) Gejala: ISK sering, menetap. Napas pendek yang progresif. Batuk (mulai dari sedang sampai
parah), produktif/ non-produktif sputum. Bendungan atau sesak pada dada.
b) Tanda: takipnea, disters pernapasan. Perubahan bunyi napas. Sputum :kuning
10) Keamanan
a. Gejala: riwayat jatuh, terbakar, pingsan, luka yang lambat penyembuhannya. Riwayat
menjalani tranfusi darah yang sering atau berulang. Riwayat penyakit defisiensi imun,
yakni kanker tahap lanjut. Demam berulang: suhu rendah, peningkatan suhu intermiten
/memuncak; berkeringat malam.
b. Tanda: perubahan integritas kulit : terpotong, ram, mis. Eczema, eksantem, psoriasis,
perubahan warna, perubahan ukuran/ mola warna mla,; mudah terjadi memar yang tidak
dapat di jelaskan sebabnya. Rectum, luka-luka perianal/abses,.timbulnya nodulnodul,
pelebaran kelenjar linfe pada dua area tubuh/lebih (leher, ketiak, paha).menurunnya
kekebalan imim, tekanan otot, perubahan pada gaya berjalan.
11) Seksualitas
a. Gejala: riwayat perilaku beresiko tinggi yakni mengadakan hubungan seksual dengan
pasangan yang positif HIV, pasangan seksual mltipel, aktivitas seksual yang tidak
terlindung, dan seks anal. Menurunnya libido, terlalu sakit untuk melakukan hubungan seks.
penggunaan kondom yang tidak konsisten. Menggunakan pil pencegah kehamilan.
b. Tanda: kehamilan atau resiko terhadap hamil. Genetalia : manifestasi kulit(mis. Kutil,
herpes)
12) Interaksi social
a. Gejala: masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis, misalnya; Kehilangan karabat/ orang
terdekat, teman, pendukung.rasa takut untuk mengungkapkannya pada orang lain, takut akan
penolakan/kehilangan pendapatan. Isolasi, keseian, teman dekat ataupun pasangan yang
meninggal karena AIDS. Mempertanyakan kemampuan untuk tetap mandiri, tidak mampu
membuat rencana.
b. Tanda: perubahan ada interaksi keluarga/ orang terdekat.aktivitas yang tak terorganisasi.

13) Penyuluhan/pembelajaran
a. Gejala: kegagalan untuk mengikuti perwatan, melanjutkan perilaku beresiko tinggi (seksual/
penggunaan obat-obatan IV). Penggunaan/ penyalahgunaan obat-obatan IV, saat ini
merokok, penyalahgunaan alcohol.

b. Pertimbangan rencana pemulangan: memerlukan bantuan keuangan, obat-obatan/ tindakan,


perawatan kulit/luka, peralatan/ bahan, transpotasi, belanja makanan dan persiapan;
perawatan diri, prosedur perawatan teknis, dll.

2. Dianosa Keperawatan

a. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunosupresi, malnutrisi dan pola hidup yang
beresiko.
b. Resiko tinggi infeksi (kontak pasien) berhubungan dengan infeksi HIV, adanya infeksi
nonopportunisitik yang dapat di transmisikan.
c. Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaran oksigen, malnutrisi,
kelelahan.
d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang kurang,
meningkatnya kebutuhan metabolic, dan menurunnya absorbsi zat gizi.
e. Diare berhubungan dengan infeksi GI f. Tidak efektif koping keluarga berhubungan dengan
cemas tentang keadaan yang orang di cintai
BAB III
TINJAUAN KASUS

Tn. Y di sangkal mempunyai riwayat hepatitis.Tn Y saat mudanya (>10 tahun yang lalu)
sering ke diskotik dengan teman-teman ceweknya dan melakukan hubungan seks di luar
pengawalan orang tua karena kedua orang tuanya berada di Belgia. Tn.Y mudah lelah sehingga
menjadi malas untuk mengerjakan sesuatu. Sering mengalami diare yang tidak diketahui
penyebabnya. Pada pemeriksaan fisik di dapatkan sel-T CD4+ adalah 100 sel/mm3. Diberikan
vitamin dan surat pengantar untuk periksa darah dan urin dari dokter. Selang seminggu
kemudian, pasien datang lagi membawa hasil pemeriksaan. Setelah di analisa oleh dokter
bedasarkan hasil pemeriksaan Tn.Y di diagnosa mengidap penyakit HIV.

A. Pengkajian
1. Data Demografi
 Nama klien : Tn.Y
 Umur : 38 th
 Diagnosa Medik : HIV – AIDS
 Tanggal Masuk : 7 November 2014
 Alamat : Jl Delima No. 05 Panam. Pekanbaru
 Suku : Batak
 Agama : Islam
 Pekerjaan : swasta
 perkawinan : Duda Status
 pendidikan : SMA
 penanggung jawab : Tn.a (adik kandung)

2. Riwayat Penyakit
a. Keluhan Utama:
Klien mengeluh demam, merasa capek, mudah lelah, flu, letih, lesu, pusing, dan diare
lebih dari 3x sehari. Pasien mengalami berat badan menurun derastis dari 60 kg menjadi 54
kg
b. Keluhan waktu di kaji:
pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 7 November 2014 di temukan benjolan pada
leher.
- Keadaan umum : lemah dan pucat
- Kesadaran : composmetis
- Tekanan darah : 130 / 80 mmHg
- Frek.nadi : 100x/ menit
- RR : 28x/menit
- Temperature : 38,7ºc
c. Riwayat Penyakit Terdahulu:
Klien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit yang seperti di alaminya saat ini
sebelumnya.

d. Riwayat Kesehatan Keluarga:


Menurut pengakuan keluarga, dalam keluarganya tidak ada yang mengalami penyakit yang
sedang di derita pasien.

3. riwayat pola kebiasaaan:


a. Aktivitas/ istirahat
klien mengatakan mudah lelah dan lesu , tidur hanya 4 jam yang biasanya 6-8 jam pada
malam hari, dan merasa tidak segar setelah bangun tidur
b. Integritas ego
klien mengatakan stress dengan keadaan yang di alamai takut keluarga dan teman-teman
menjauhi serta khawatir kehilangan pekerjaan
c. Eliminasi
klien mengatakan mengalami diere terus-menerus, nyeri panggul dan rasa terbakar saat
miksi
d. Makanan/cairan
klien mengatakan tidak nafsu makan, adanya perasaan mual dan ingin muntah, dan sulit
menelan
e. Hygiene
saat di rumah sakit klien mengatakan mandi hanya1 x sehari
f. Neurosensori
klien mengatakan merasa pusing dan sakit kepala, konsentrasi menurun, dan sering
mengalami kesemutan pada daerah ekstremitas
g. Nyeri/kenyamanan
klien mengatakan nyeri otot dan sendi, serta ada rasa terbakar pada kaki
h. Pernapasan
klien mengatakan ketika batuk tidak ada sputum
4. pengkajian fisik
a. System pernafasan: hasil auskultasi tidak adanya suara tambahan, dengan respirasi
28x/menit
b. System kardiovaskular : wajah pucat, tampak mata cekung, tekanan darah 130/80, nadi
100x/menit
c. System pencernaan: abdomen simetris, hiperperistaltik, turgor kulit jelek
d. System integument : suhu tubuh 38,7ºc, turgor kulit jelek
e. System hematologi : wajah pucat dan bibir kering
5. Hasil Lab
a. Jumlah limfosit CD4 100 yang normal berkisar antara 500 dan 1.600.
b. LISA ( +)
c. Western Blot (+)
6. analisa data
No Data senjang Penyebab Masalah
( symptom) (etiologi) ( problem)
1 DS: Kehilangan cairan aktif Hipovolemia
 Pasien mengatakan diare
terus-menerus sehari
sampai 3x bab
 Pasien mengatakan
mudah capek
 Pasien mengatakan
mudah lelah dan lesuh
DO:
 Mukosa bibir kering
 Turgor kulit jelek
 TD 130 / 80 mmHg
 Frek.nadi: 100x/ menit
 RR : 28x/menit
 Temperature: 38,7ºc
2 DS: Peningkatan kebutuhan Devisit nutrisi
 Pasien mengatakan capek metabolisme
 Pasien mengatakan mudah
lelah
 Pasien mengatakan susah
menelan
 Pasien tidak nafsu makan
DO:
 Pasien tampak lesu dan
pucat
 Pasien tampak tidak segar
 Pasien mengalami berat
badan menurun derastis
dari 60 kg menjadi 54 kg
 Porsi makan klien tidak
habis
3. DS: Kelemahan dan keletihan Intoleransi aktivitas
 Pasien mengatakan rasa
terbakar pada kaki
 Pasien mengatakan pusing,
sakit kepala
 klien mengatakan nyeri
otot, sendi dan punggung
 Pasien mengalami
kelemahan otot
DO:
 Pasien terlihat letih dan pucat
 Pasien tampak menahan nyeri
 Pasien mengakami takikardia

Anda mungkin juga menyukai