Unsur Imajinasi Dalam Sastra
Unsur Imajinasi Dalam Sastra
Menurut tarigan dalam bukunya “prinsip-prinsip dasar sastra” yang telah ditelaah dari tiga
sumber yaitu: brook dan warren dalam buku mereka “understanding fiction”, S. Tasrif dan
brooks,purser, dan warren dalam buku mereka yang berjudul An Approach to Literature.
Unsur-unsur imajinasi dalam sastra meliputi :
1.Tema.
Setiap sasra pasti memiliki dasar atau tema yang merupakan sasaran tujuan. Penulis
melukiskan watak para tokoh dalam karyanya dengan dasar tersebut. Sehingga tidaklah
berlebihan bila dikatakan bahwa Tema merupakan hal yang paling penting dalam seluruh
cerita.
Brooks dan Warren mengatakan bahwa “tema adalah dasar atau makna suatu cerita atau
novel” (1959: 688), sementara dalam buku lain book,purser dan warren mengatakan bahwa
“tema adalah pandangan hidup tertentu atau perasaan tertentu mengenai kehidupan atau
rangkain nilai-nilai tertentu yang membentuk atau membangun dassar atau gagasan utama
dari suatu karya sastra Brooks (dalam tarigan 1959 : 820)
Sang pengarang harus membuat ceritanya tegang, sehingga para pembaca terus membaca
dengan pertanyaan dalam hati: apa yang akan terjadi?, macam apakah orang-orang itu?
Mengapa itu bisa terjadi?, apa artinya itu ?, bagaimana akhir cerita itu? Books (dalam
tarigan 1952 : 9-10)
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ketegangan (suspense) adalah cara menyusun suatu
cerita sehingga para pembaca selalu ingin tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.
3.Alur
Alur atau plot adalah “struktur gerak yang terdapat dalam fiksi atau drama Brook [et al]
(dalam tarigan 1959 : 818). Pada prinsipnya, seperti juga bentuk-bentuk sastra lainnya, suatu
fiksi haruslah bergerak dari suatu permulaan (beginning) melalui suatu pertengahan
(middle) menuju suatu akhir (ending), yang dalam dunia sastra lebih dikenal sebagai
eksposisi, komplikasi, dan resolusi (denouement).
4.pelukisan tokoh
Sang penulis harus dapat melukiskan rupa, pribadi atau watak para tokoh dengan sebaik-
baiknya, karna para pembaca tentu sangat ingin mengenal dan mengetahui para tokoh-tokoh
tersebut.
Ada beberapa cara yang dapat digunkan oleh pengarang untuk menggambarkan penokohan
para tokoh tersebut, antara lain:
5. konfilk
Memang harus diakui bahwa konflik itu merupakan bagian penting dari alur suatu
cerita. “ segala fiksi mengandung konflik. Para pelaku berjuang menantang alam
sekitar atau berjuang satu sama lain (konflik ekstren) ataupun melibatkan diri dalam
perjuangan-perjuangan dengan akunya sendiri, dengan das Ich, dengan kata hatinya
(konflik intern)”, kata Brook dan Warren (dalam tarigan 1959: 682)
7.Latar
Secara singkat, latar adalah “latar belakang fisik, unsur tempat dan ruang, dalam suatu
cerita” Brooks [et al] (dalam tarigan 1952: 819). Sebuah latar dapat dipergunakan
sebagai menyatakan beberapa maksud atau tujuan, antara lain:
Pertama, suatu latar yang dengan mudah dikenali biasanya cenderung memperbesar
keyakinan terhadap tokoh dan geraknya serta tindakannya.
Kedua, latar suatu cerita mempunyai relasi yang lebih langsung dengan arti
keseluruhan dan arti yang umum dari suatu cerita.
Ketiga, kadang-kadang mungkin juga terjadi bahwa latar itu dapat bekerja bagi
maksud-maksud yang lebih tertentudan terarah dari pada menciptakan suatu atmosfer
yang bermanfaat.
8. pusat.
Pusat atau fokus adalah tempat materi suatu karya imajinatif berkonsentrasi. Fokus ini
mungkin saja berubha atau beralih dari waktu ke waktu dalam suatu fiksi; atau
mungkin pula tetap konstan. Sebagai contoh, fokus itu dapat tertuju pada tokoh, pada
suatu ide, pada suatu latar dan sebagainya.
Dan menurut Brooks dan warren (1959: 657) terdapat tiga titik fokus yaitu :
a. Pusat minat (focus of interest)
b. Pusat tokoh (focus of charahter)
c. Pusat narasi (focus of naration)
9. kesatuan
Suatu fiksi mempunyai aneka macam unsur, tetapi semuanya tetap merupakan
kesatuan yang utuh selagi bagian-bagiannya itu mempunyai hubungan yang baik.
Secara singkat dapat dikatakan bahwa “ unitas (kesatuan) adalah rasa keseluruhan dan
kesatuan Brook dan Warren (dalam tarigan, 1959: 688)
10. Logika
Sering orang mengatakan bahwa kebenaran itu lebih aneh dari pada fiksi. Secara
singkat yang disebut logika dalam fiksi adalah hubungan yang terdapat antara tokoh,
pelaku dengan pelaku, ataupun antara tokoh dan latar Brook & Warren ( dalam
tarigan; 1959: 685)
11.interpretasi
12. kepercayaan.
Suatu fiksi yang baik adalah apabila setiap tokohnya sekaran nyata, gerakannya
memuaskan dan logis, idenya serius, maka kita akan merasakan dunia itu nyata, dan
jika kita mendiskusiakn hal-hal tersebut maka secara langsung kita
memperbincangkan konsep pengarang terhadapa setiap elemen pembangun karya
sastra tersebut.
13.pengalaman keseluruhan
Pengalaman keseluruhan adalah apa yang dapat diberikan oleh karya sastra kepada
penikmatnya, karena karya sastra merupakan pengutaraan pengalaman kepada seluruh
pembacanya, entah itu pengalaman yang fakta maupun yang fiktif.
14. gerakan
Gerakan-gerakan (entah itu yang didalam ruang maupun ynag didalam waktu)
kejadian-kejadian serta momentum yang terdapat dalam suatu cerita haruslah wajar
dan logis, tidak dibuat-buat maupun dipaksakan ditujukan agar menarik minat
pembaca.
Maslah penyaringan atau seleksi tidak hanya berlaku bagi eksposisi, deskripsi dan
komplikasi saja, tetapi harus diadakan dengan baik dan seksama pada seluruh struktur
alur. Berhasil atau tidaknya pengarang dalam karya fiksinya, tergantung kepada
kepandaiannya memilih hal-hal yang sesuai dengan logika, memilih hal-hal yang
sugestif, yang dapat emnghidupkan imajinasi kita.
18.jarak
19.skala.
Yang dimaksud skala disini ialah, jumlah relatif dari detail-detail usaha yang
diperbolehkan dijalankan pda bagian-bagian yang yang beraneka ragam dalam suatu
cerita, Brook dan Warren (dalam tarigan 1959:687)
Sehingga pertanyaan yang muncul ialah, berapa lamakah hendaknya cerita ini
berlangsung?
Pertanyaan ini mengandung dua unsur yaitu
Unsur mekanis yang mencangkup taraf komplikasi yang inheren atau yang erat
hubungannya dengan materi-materi yang terdpat dalam cerita.
20.kelajuan
Kelajuan atau pace adalah “lajunya kecepatan yang membuat bagian-bagin cerita tang
beraneka ragam itu bergerak, mulai dari rangkuman sampai adegan yang dilaporkan
sepenuhnya” Brooks dan Warren (dalam tarigan , 1959: 686)
21. gaya
Berhasil atau tidaknya seorang pengarang fiksi, justru tergantung dari kecakapannya
mempergunakan gaya yang serasi dalam karyanya. Dan dalam penggunaan majas atau
gaya bahasa tergantung pada latar belakang pengarang (unsur ekstrinsik)