Dosen:
Disusun oleh:
Kelas 4F
BAB I
PENDAHULUAN
Traveling belakangan ini seolah menjadi gaya hidup baru kalangan masayarakat
Indonesia. Hobi ini marak dilakukan baik dikalangan anak muda maupun orang tua. Saat ini
traveling sangat naik daun dikalangan anak muda dalam membuktikan konsistensi dirinya
kepada orang-orang. Bagi sebagian orang, traveling merupakan salah satu hobi yang yang mahal.
Berjalan-jalan ke luar kota maupun ke luar negeri tentu membutuhkan biaya yang tidak sedikit
lantaran mencakup biaya transportasi, menginap, jalan-jalan, oleh-oleh, biaya konsumsi dan
lain sebagainya.
Melakukan traveling bukan sebuah hal yang mudah. Kita perlu menyiapkan berbagai macam
sekarang ini.
Untuk memenuhi kebutuhan traveler saat tarveling, sekarang di Indonesia sudah banyak
memudahkan traveler untuk memenuhi kebutuhan saat traveling. Beberapa OTA yang berada di
Indonesia meliputi Traveloka, Traveloka, Pegi-pegi, Agoda dan lain sebagainya. Masing-masing
dari OTA tersebut tentunya berkompetisi untuk menjadi pilihan masyarakat Indonesia agar
menjadi solusi dalam pemesanan tiket pesawat dan reservasi hotel dikala traveling.
Salah satu OTA yang digunakan oleh traveler di Indonesia adalah Traveloka. Traveloka adalah
salah satu situs pencarian tiket pesawat dan hotel terkemuka di Asia Tenggara. Traveloka
melayani lebih dari 18.000 rute penerbangan baik domestik dan internasional dan ribuan
Dalam mempromosikan produk atau jasa iklan dikenal sebagai salah satu bentuk promosi
yang paling dikenal dan paling banyak dibahas orang, hal inio kemungkinan karena daya
jangkaunya yang luas. Iklan juga menjadi instrumen penting, khusunya bagi perusahaan yang
memproduksi barang atau jasa yang ditujukan kepada masyarakat luas (Morissan, 2010 : 18).
Nielsen Advertising Information Services melansir, belanja iklan sepanjang 2017 mencapai Rp
134,8 triliun. Jumlahnya melonjak 14 persen dibanding tahun sebelumnya. Sementara itu
Traveloka menduduki posisi ketiga merek dengan nilai belanja iklan tertinggi sepanjang tahun
2017 dengan total belanja iklan sebesar Rp 687,7 miliar. Investasi besar-besaran menunjukkan
bahwa banyak perusahaan yang memiliki keyakinan akan efektivitas periklanan. Secara
umum, periklanan dihargai karena dikenal sebagai pelaksana beragam fungsi komunikasi yang
penting bagi perusahaan bisnis dan organisasi lainnya : (1) informing (memberi informasi), (2)
tambah) dan (5) assisting (mendampingi) upaya- upaya lain dari perusahaan (Shimp, 2003 : 357)
Dengan mengeluarkan jumlah yang begitu besar tentunya Traveloka ingin menjadikan
produknya menjadi tujuan utama masyarakat indonesia dalam memesan tiket pesawat dan
reservasi hotel. Akan tetapi masih banyak masyarakat Indonesia yang memilih untuk memesan
tiket dan reservasi hotel tidak melalui Traveloka ataupun online travel agent lainnya. Hal ini
terbukti dengan transaksi sebesar Rp 457 miliar selama pegelaran Garuda Indonesia Travel Fair
(GATF) tahun 2017 fase ke 1 yang berlangsung sejak 10-12 Maret 2017 di 24 kota Indonesia.
GATF 2017 berhasil melamaui target transaksi yang ditentukan yakni sebesar Rp 380 miliar.
Cashback kartu kredit dari bank yang bekerja sama dengan penyelenggaraan travel fair menjadi
salah satu alasan masyarakat untuk datang dan bertransaksi di travel fair. Sama halnya dengan
travel fair, Traveloka juga menyediakan promo cashback bahkan lebih dari satu bank
Selain itu masih banyaknya Travel Agent Konvensional juga menjadi penyebab masih
banyaknya masyarakat Indonesia yang belum beralih menggunakan Online Travel Agent
Travel Agent Konvensional antara lain Kawan Kurnia Tour & Travel, Nusantara Tour, TX Travel,
Inti Tout, Delta Buana Raya, Diffa Putra Wisata, Duta Putra Santika dan lain sebagainya.
Menurut wawancara peneliti dengan salah satu pegawai Nusantara Tour, kunjungan
masyarakat Semarang ke Nusantara Tour untuk memesan tiket pesawat atau reservasi hotel
masih tinggi meskipun sudah banyak website dan aplikasi yang memudahkan hal tersebut seperti
Menurut buku karya Terence A. Shimp yang berjudul Periklanan Promosi Aspek Tambahan
Komunikasi Pemasaran Terpadu (2003 : 120), setidaknya ada 3 set karakteristik konsumen yang
Setiap calon pembeli yang terterpa iklan memiliki pengaruh yang berbeda- beda, karena
khalayak memiliki latar belakang yang berbeda. Kebiasaan mengkonsumsi media setiap
Usia, tingkat pendidikan, penghasilan, pekerjaan dan jenis kelamin merupakan macam
karakteristik demografis yang digunakan sebagai dasar untuk membagi segmentasi pasar (Kotler,
berbeda-beda, hal ini dikarenakan setiap individu memiliki kepribadian yang berbeda sehingga
Berdasarkan fenomena tersebut, maka peneliti berminat untuk meneliti hubungan terpaan
iklan Traveloka dan tingkat penghasilan dengan minat masyarakat bertransaksi di Traveloka.
Sosial media adalah aplikasi yang berbasis internet yang membantu konsumen untuk
2010). Oleh karenanya, media sosial, khususnya Youtube dianggap sebagai media promosi yang
suatu produk yang ditujukan kepada masyarakat lewat suatu media (Kasali, 2007). Lalu menurut
Jefkins (2001 : 5) iklan adalah pesan-pesan penjualan yang paling persuasif yang diarahkan kepada
para calon pembeli potensial pada produk barang atau jasa tertentu dengan biaya tertentu pula.
Hal ini dilihat sebagai suatu peluang yang potensial bagi para perusahaan barang-barang elektronik
untuk memperluas jangkauan sasaran konsumen dengan memasuki dunia media sosial, oleh
karenanya kini banyak iklan-iklan yang muncul di media sosial dan yang akan di bahas dalam
penelitian ini adalah media sosial Youtube, karena dianggap sebagai media promosi yang potensial,
karena di dalamnya tidak hanya terjadi proses komunikasi namun juga dapat digunakan sebagai
medium pemasaran. Youtube, adalah salah satu media sosial yang paling sering dikunjungi oleh
para pengguna internet karena konten-konten audio visual di Youtube lebih bervariasi daripada di
televisi, apalagi bagi para remaja yang selalu haus akan informasi baru, bagi mereka Youtube
Remaja dalam rentang usia 12-21 tahun akan menjadi objek penelitian dalam penelitian ini.
Sebagaimana yang kita ketahui, remaja selaku pengguna media sosial seringkali diterpa iklan di
Iklan dimaksudkan untuk memperkenalkan suatu produk baru kepada khalayak luas, tidak hanya
sebatas memperkenalkan, agar produk tersebut banyak dibeli oleh konsumen, maka pesan iklan
berfungsi mengkomunikasikan keuntungan suatu merek produk (May Lwin, 2002), serta yang
terpenting adalah mampu menarik perhatian dan mempersuasi khalayak sasaran (William J. Stanton
, 1994).
impulse buying adalah keputusan untuk melakukan pembelian yang dilakukan oleh konsumen di
toko setelah melihat produk yang ada, Ma’ruf (2006) mengatakan bahwa impulse buying adalah
proses pembelian barang yang dilakukan secara spontan. Hal ini menunjukkan bahwa suatu
pembelian dikategorikan sebagai impulse buying jika tidak terdapat perencanaan atas pembelian
produk bersangkutan.
Traveloka ?
Dengan total belanja iklan mencapai Rp 687,7 miliar disepanjang tahun 2017, Traveloka sudah
sangat intents menjelaskan keunggulan dan kemudahan dari situs dan aplikasi mereka kepada
utama dalam masalah memesan tiket pesawat dan reservasi hotel di Indonesia.
Meskipun demikian, ada sebagian masyarakat Indonesia yang masih bergantung pada travel
agent konvensional untuk memenuhi kebutuhan mereka dalam berwisata.. Hal ini dibuktikan
dengan masih banyaknya masyarakat yang masih rela mengantri untuk mendapatkan tiket
pesawat dan voucher hotel di Travel Fair yang dilaksanakan oleh berbagai macam maskapai
Pada pelaksanaan GA Travel Fair 2017 phase 1 dan 2 berhasil mendatangkan sebanyak total
lebih dari 140 ribu pengunjung dengan total penjualan mencapai lebih dari Rp 430 miliar Rata-
rata masyarakat mengunjungi travel fair atau travel agent konvensional bertujuan untuk membeli
tiket pesawat dan voucher hotel untuk liburan jangka Panjang Berdasarkan hasil observasi penulis
untuk membandingkan harga dari penerbangan Jakarta-Tokyo PP pada bulan Oktober 2017
baik yang ditawarkan oleh travel agent konvensional maupun Traveloka. Umtuk harga yang
diberikan oleh Nusantara Tour sebesar Rp 5.300.000 sedangkan harga yang tertera pada website
Traveloka sebesar Rp 5.254.000. Dengan perbandingan harga yang terpaut sebesar empat
puluh enam ribu rupiah, antara Traveloka dan travel agent konvensional tidak memiliki perbedaan
yang signifikan dalam hal harga. Berdasarkan penjelasan diatas, maka muncul pertanyaan
penelitian sebagai berikut : Apakah terpaan iklan Traveloka dan tingkat penghasilan
BAB II
KERANGKA TEORI
Pertama adalah penelitian skripsi oleh Kinanti Bunga Wulansari (2015) yang berjudul Pengaruh
Terpaan iklan promosi penjualan melalui media sosial (Facebook, Twitter, dan Instagram) dan
Reference Group terhadap minat belanja secara online penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
bagaimana pengaruh terpaan iklan promosi penjualan melalui media sosial, (facebook, twitter, dan
instagram) dan reference group terhadap minat belanja secara online. Penelitian ini menggunakan
Technology Acceptance Model Theory dan Darley, Blankson dan Luethge’s Model untuk
menjelaskan pengaruh terpaan iklan promosi penjualan melalui media sosial (Facebook, Twitter,
dan Instagram) dan Reference Group terhadap minat belanja secara online. Sementara populasi
yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah wanita usia 18 hingga 26 tahun yang memiliki
akun media sosial Facebook, Twitter, dan Instagram sebanyak 50 orang, dengan teknik purposive
sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua nilai signifikansi lebih keil dari α (0,05)
sehingga terpaan iklan promosi penjualan melalui facebook, twitter dan instagram dan reference
group memengaruhi minat belanja secara online. Dan yang paling berpengaruh adalah melalui
Kedua adalah penelitian skripsi oleh Sri Tjandra Arwati yang berjudul Hubungan Terpaan Iklan
di Majalah Kawanku terhadap Keyakinan Remaja Putri Membeli Majalah Komik Nakayoshi
Gress tahun 2006. Penelitian ini bertujuan untuk memahami peranan terpaan iklan yang
dihubungkan dengan keyakinan membeli konsumen. Teori yang digunakan adalah Hierarchy
Effect yang menjelaskan bahwa konsumen yang terterpa iklan dengan baik akan melalui tahap-
tahap kognitif dan afektif yaitu sampai pada tahap khalayak yakin (conviction) terhadap produk
yang akan dibeli. Penelitian ini menggunakan metode survey dengan kuesioner pada populasi
remaja putri berusia 16-18 tahun di empat toko buku yaitu Gramedia Pondok Indah, Gramedia
Mall Taman Anggrek, Gramedia Matraman dan Gramedia Citraland. Untuk menguji hubungan
antara terpaan iklan dengan keyakinan membeli, peneliti menggunakan metode ukur person
correlation. Kemudian untuk melihat pengaruh variable Konsep Diri terhadap hubungan antara
terpaan iklan dan keyakinan membeli, metode ukur yang digunakan adalah metode elaborasi
partial correlation. Dari pengujian terbukti adanya hubungan nyata dan kuat antara terpaan dan
keyakinan membeli. Sedangkan variable Konsep Diri tidak terbukti sebagai variable suppressor
yang harusnya memperkuat hubungan antara terpaan iklan dan keyakinan membeli, melainkan
sebagai variable intervening yang memperlemah hubungan. Perbedaan dengan penelitian yang
terdahulu adalah digunakannya variabel Konsep Diri sebagai variable suppressor. Penelitian ini
Penelitian selanjutnya adalah sebuah jurnal yang ditulis pada tahun 2016 oleh Andra Fatma
Kurniasari yang berjudul Pengaruh Terpaan Iklan Layanan Masyarakat, Penggunaan Media
Sosial, Konsep Pemasaran Sosial, Dynamic Social Impact Theory dan Teori Dukungan Sosial,
dengan didapatkan hasil koefisien determinasi pada angka 70,2 yang mengindikasikan bahwa
seluruh variable berhasil memengaruhi ibu bekerja dalam memberikan ASI eksklusif. Perbedaan
dengan penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian terdahulu menggunakan teori yng masuk
ke dalam ranah sosiopsikologis juga menggunakan beberapa variable control yaitu Penggunaan
Terakhir adalah penelitian skripsi oleh Hanna Larosa Tampubolon mengenai Pengaruh Terpaan
Iklan Televisi Terhadap Keputusan Pembelian (Studi Pada Iklan Provider Simpati Freedom)
(2010). Penelitian tersebut menggunakan teori terpaan iklan televise dan keputusan pembelian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh dari variable terpaan iklan televise terhadap
keputusan pembelian namun hubungannya lemah. Penelitian ini mengkaji seluruh dimensi pada
konstruk terpaan iklan – video, audio, talent, script and storyboard, frekuensi, dan durasi – dan
hasilnya menyimpulkan bahwa seluruh dimensi tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap
keputusan pembelian. Dari seluruh dimensi, script and storyboard merupakan dimensi yang paling
memengaruhi. Perbedaan dengan penelitian ini adalah digunakannya dimensi variable, sementara
Pengertian dasar dari terpaan ialah sebuah interaksi konsumen dengan pesan dari pemasar
(Shimp, 2003) Terpaan merupakan sebuah tahap awal yang penting menuju tahap – tahap
selanjutnya dari proses informasi. Terpaan terjadi manakala stimulus datang dengan jarak yang
dapat diterima oleh sensor kita (Hawkins,1986). Menurut Ardianto dan Erdinaya (2005: 2), terpaan
dapat diartikan sebagai kegiatan mendengar, melihat, dan membaca pesan-pesan media ataupun
mempunyai pengalaman dan perhatian terhadap pesan tersebut yang dapat terjadi pada individu
atau kelompok. Terpaan di sini memiliki maksud yang dapat memberikan sesuatu hal yang
dipahami dan mendapatkan hal – hal baru yang mampu mengena atau menerpa kehadiran dari
sesuatu tersebut.
Sikap individu mampu dibentuk oleh informasi yang menerpanya. Dapat diartikan bahwa
sikap seseorang terhadap sebuah merek produk mampu dibentuk oleh terpaan iklan sendiri. Sikap
yang dihasilkan oleh terpaan iklan ini dapat berbentuk positif maupun negatif terhadap iklan yang
disiarkan. Iklan yang disukai oleh seseorang mampu memberikan sikap yang positif, sedangkan
iklan yang tidak disukai oleh seseorang mampu memberikan sikap yang negatif.1
Terpaan ditentukan dari freakuensi (seberapa sering iklan dilihat dan dibaca), intensitas
(seberapa jauh khalayak mengerti pesan iklan), dan durasi (seberapa lama khalayak
memperhatikan iklan) suatu iklan dilihat dan dibaca. Sesering dan selama apapun seseorang
melihat iklan, belum tentu ia akan memahaminya atau melihatnya dengan seksama, bisa jadi hanya
Iklan sendiri memiliki pengertian sebuah komunikasi non-personal yang dilakukan antara
produsen dengan calon konsumen dalam bentuk sebuah promosi merek produk mereka melalui
media massa yang dibayarkan oleh pihak sponsor dalam bentuk tayangan gambar maupun bahasa
yang diolah untuk membujuk calon konsumen membeli produk yang mereka tawarkan.2 Iklan telah
menjadi komoditas yang mampu menyulap khalayak untuk sukarela melakukan apa yang
diinginkan. Menambahkan aneka demonstrasi produk pun mampu menyulap khalayak untuk
1
Aida Siswandini, Nur. Skripsi Hubungan Antara Terpaan Iklan Komersial dengan Gaya Hidup Konsumtif Remaja, (Jakarta :
FIS UNJ,2007), h. 15
2
Ibid, h. 19
Praktisi Periklanan Inggris mendefinisikan istilah periklanan sebagai berikut : periklanan
merupakan pesan-pesan penjualan yang paling persuasif, yang diarahkan kepada para calon
pembeli yang paling potensial atas produk barang atau jasa tertentu dengan biaya semurah-
murahnya (Jefkins, 1996 : 5). Masyarakat Periklanan Indonesia mendefinisikan iklan sebagai
segala bentuk pesan tentang suatu produk yang disampaikan lewat media, ditujukan kepada
Iklan sendiri saat ini tidak hanya disiarkan oleh televisi saja melainkan sosial media seperti
youtube pun menyiarkan iklan. Banyaknya masyarakat khususnya remaja yang lebih memilih
untuk menonton melalui youtube yang membuat merek – merek produk akhirnya menyiarkan iklan
mereka. Tidak dipungkiri, bukan hanya stasiun televisi saja yang menggantungkan hidupnya pada
iklan dan sponsor, melainkan saat ini sosial media youtube pun menggantungkan hidupnya pada
Merek produk yang mengiklankan diri mereka pada stasiun televisi maupun sosial media
youtube memiliki patokan pada besaran kuantitatif untuk mengukur awareness, cognition,
affection, maupun psikomotorik dari target iklan mereka. Seperti iklan Traveloka terbaru yang
ditayangkan pihak youtube mampu memberikan kekuatan baru masyarakat khususnya remaja
untuk secara sukarela tertarik dan membeli produk tersebut. Sehingga iklan Traveloka tersebut
mampu memberikan dampak terhadap merek produk mereka kepada msyarakat khususnya remaja.
Dampak efektif dari terpaan iklan yang berulang kali tersebut yaitu memperoleh perhatian
dan pengalaman dari individu penerima yang terkena terpaan pesan iklan tersebut, serta terbuka
menerima pesan-pesan yang disampaikannya, seperti yang diungkapkan oleh Sissors dan Bumba.
Terpaan media atau media exposure lebih lengkap dari pada akses. Terpaan tidak hanya
menyangkut apakah seseorang itu benar-benar terbuka dengan pesan-pesan yang disampaikan oleh
media tersebut. Terpaan merupakan kegiatan mendengar, melihat, dan membaca pesan-pesan
media massa ataupun mempunyai pengalaman dan perhatian terhadap pesan tersebut yang dapat
Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa terpaan iklan dapat dikatakan
Terpaan dalam ilmu komunikasi merupakan perilaku penggunaan media yang menurut Alo
Liliweri penggunaan media meliputi tiga hal yaitu isi pesan, daya tarik iklan dan intensitas
penayangan.Terpaan iklan dalam penelitian ini meliputi frekuensi menonton iklan di televisi,
intensitas menonton iklan di televisi dan durasi menonton iklan di televisi. Biasanya bentuk nyata
dari terpaan iklan adalah mendengar, melihat, menonton, membaca atau ikut membaurkan diri
dengan isi iklan tersebut. Frekuensi dapat diukur dengan tingkat keseringan menonton iklan dan
2.3 Pengaruh
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 849), “Pengaruh adalah daya yang ada atau
timbul dari sesuatu (orang atau benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau
adalah kekuatan yang muncul dari suatu benda atau orang dan juga gejala dalam yang dapat
memberikan perubahan terhadap apa-apa yang ada di sekelilingnya. Jadi, dari pendapat-
pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pengaruh merupakan suatu daya atau kekuatan
yang timbul dari sesuatu, baik itu orang maupun benda serta segala sesuatu yang ada di
Traveloka dengan menggunakan teori Advertising Exposure. Menurut Aaker dalam bukunya
dijelaskan tentang proses terpaan iklan terhadap konsumen. Dalam teori Advertising Exposure
dijelaskan efek dari iklan sebagai salah satu bentuk komunikasi pemasaran dan membangun
sebuah brand di benak konsumen, ternmasuk formasi sikap dan perilaku pembeli.
Pada teori ini dijelaskan bahwa konsumen akan menentukan sikap terhadap brand berdasarkan
informasi-informasi yang telah mereka terima dan pada akhirnya, konsumen akan melakukan
tindakan terhadap sikap yang telah mereka tentukan sebelumnya, yakni apakah ia bersedia untuk
Dari penjelasan teori diatas bahwa pada tahapan akhir diharapkan konsumen menentukan
pilihan yakni behavioral intention. Target sasaran diharapkan bersedia untuk membayar untuk
brand tersebut. Didalam penelitian ini, target sasaran diharapkan akan mempunyai minat
tingkat penghasilan terhadap minat berttransaksi dapat dijelaskan dengan Teori Kategori
Sosial. Teori ini dikembangkan oleh De Fleur dan Ball Rokeach, dimana di dalam teori tersebut
dijelaskan bahwa terdapat kategori sosial yang luas dalam masyarakat yang kurang lebih memiliki
perilaku sama terhadap rangsangan –rangsangan tertentu. Golongan sosial tersebut didasarkan
pasa usia, jenis kelamin, tingkat penghasilan, tingkat pendidikan, tempat tinggal, dan
masyarakat modern. Dinyatakan bahwa masyarakat yang memiliki sifat-sifat tertentu yang sama
akan membentuk sikap yang sama dalam menghadapi rangsangan tertentu. Persamaan dalam
orientasi serta sikap akan berpengaruh pula terhadap tanggapan mereka dalam menerima pesan
komunikasi.
Masyarakat yang memiliki orientasi sama, kurang lebih memilih isi komunikasi yang sama dan
akan menanggapi isi komunikasi tersebut dengan cara yang sama (Suprapto, 2009 : 23).
Media massa memberikan pengaruh yang berbeda, pengaruh tersebut diseleksi, disharing
sesuai dengan faktor-faktor personal yang dimiliki audiens sehingga terdapat perbedaan reaksi
Berdasarakan kategori yang berbeda setiap katrakteristik yang berbeda akan memberikan respon
yang berbeda pula. Perbedaan usia akan membuat seseorang memberikan respon yang berbeda,
Begitu pula dengan tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan yang berbeda akan
memberikan respon yang berbeda. Hal tersebut dapat digambarkan melalui contoh bahwa orang
yang berpendidikan tinggi akan cenderung lebih sering mengkonsumsi medias surat kabar
dibandingkan dengan orang yang berpendidikan rendah yang akan mengkonsumsi televisi lebih
banyak, orang yang berpendapatan tinggi seperti pengusaha akan cenderung lebih sering
Dari penjelasan teori diatas dapat disimpulkan bahwa setiap individu yang memiliki tingkat
penghasilan yang berbeda akan mendapatkan pengaruh yang berbeda atas pesan yang
disampaikan oleh media. Didalam penelitian ini, target sasaran diharapkan akan mempunyai
Traveloka
Ho: ada pengaruh signifikan iklan Traveloka dan penghasilan terhadap eminat masyarakat
bertransaksi di Traveloka
H1: tidak ada pengaruh signifikan iklan Traveloka dan penghasilan terhadap eminat
Jenis penelitian yang digunakan merupakan Eksplanatif. Menurut buku Rachmat Kriyantono,
Ph.D (2006: 69) Eksplanatif adalah periset menghubungkan atau mencari sebab akibat antara dua
atau lebih konsep (variabel) yang akan di teliti. Periset membutuhkan definisi konsep, kerangka
konseptual, dan kerangka teori. Periset perlu melakukan kegiatan berteori untuk menfghasilkan
dugaan awal (hipotesis) antara variabel satu dengan lainnya. Variabel adalah konsep yang bisa
diukur. Kegiatan berteori ini ada dalam kerangka teori. Sering disebut pula sebagai jenis riset
Penelitian ini menggunakan sifat penelitian kuantitatif. Di mana pada pmenelitian ini
memberikan hubungan yang fundamental antara pengamatan empiris dan ekspresi matematis dari
dan statistik objektif melalui perhitungan ilmiah berasal dari sampel orang-orang atau penduduk
yang diminta menjawab atas sejumlah pertanyaan tentang survei untuk menentukan frekuensi dan
Metode penelitian yang digunaan yakni survei. Karena pada penelitian ini menggunakan
survei kepada pengguna Youtube. Metode survei adalah metode riset dengan menggunakan
tentang sejumlah responden yang dianggap mewakili populasi tertentu. Dalam survei proses
pengumpulan dan analisis data sosial bersifat sangat terstruktur dan mendetail melalui kuesioner
sebagai instrumen utama untuk mendapatkan informasi dari sejumlah responden yang diasumsikan
Pada metode survei ini kita menggunakan jenis ekspalanatif yaitu bila periset ingin
mengetahui mengapa situasi kondisi tertentu terjadi ata apa yang mempengaruhi terjadinya
sesuatu. Periset tidak sekedar menggambarkan terjadinya fenomena tapi telah mencoba
menjelaskan mengapa fenomena itu terjadi dan apa pengaruhnya. Pada metode survei ini pula kita
menggunakan sifat asosiatif yang bermaksud menjelaskan hubungan (kolerasi) antar variabel
(Kriyantono, 2006).
3.3 Objek Penelitian
Objek penelitian merupakan sebuah isu atau permasalahan yang diteliti. Menurut Suharsini
“Objek penelitian adalah variabel atau apa yang menjadi titik perhatian
suatu penelitian, sedangkan subjek penelitian merupakan tempat dimana variabel melekat”
3.3.1 Populasi
objek penelitian yang berkaitan dengan permasalahan yang ada. Dalam penelitian ini objek yang
memeiliki titik perhatian adalah remaja pada usia 10-24 tahun di Kota Serang dengan jumlah
3.3.2 Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang ingin diteliti; dipandang sebagai
suatu pendugaan terhadap populasi, namun bukan populasi itu sendiri. Sampel dianggap sebagai
perwakilan dari populasi yang hasilnya mewakili keseluruhan gejala yang diamati.
Ukuran dan keragaman sampel menjadi penentu baik tidaknya sampel yang diambil. Terdapat dua
cara pengambilan sampel, yaitu secara acak (random)/probabilita dan tidak acak (non-
random)/non-probabilita.
Pada penelitian ini menggunakan teknik pengambilan acak probability jenis pengumpulan
sampling sederhana. Sampling random sederhana adalah setiap anggota populasi mempunyai
peluang yang sama untuk dipilih menjadi sampel (Rachmat: 2006) Sehingga pada penelitian ini
penarikan sampel diakukan secara acak kepada responden tanpa harus membagi ke dalam
tingkatan.
Untuk menentukan jumlah sampel dalam penelitian ini, menggunakan rumus Slovin.
dimana
n: jumlah sampel
N: jumlah populasi
Menentukan jumlah sampel pada penelitian ini dengan rumus Slovin maka pencatatannya
seperti ini, dengan jumlah populasi 145.816 jiwa dan batas toleransi kesalahan 5% dengan tingkat
N
𝑛=
1 + 𝑁𝑒 2
145.816
=
1 + (145.816 X 0,052 )
145.816
=
365,54
= 398,90
Jumlah sampel yang didapat 398,90 dibulatkan menjadi 399 jiwa. Dengan demikian jumlah
Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini menggunakan teknik survey
dengan cara menyebarkan kuesioner dengan sifat angket tertutup kepada sampel yang diambil dari
populasi. Angket yang di sebar kepada responden menggunakan metode likert. (Rangkuti, 1997)
Skala Likert yang digunakan peneliti mengacu dengan penilaian (1 – 5) sangat tidak setuju, setuju,
Tujuan dari angket sendiri untuk mencari informasi secara lengkap dari responden tanpa
merasa khawatir kepada responden yang memberikan jawaban tidak sesuai dengan kenyataan
a. Terpaan Iklan
1. Saya sering
melihat iklan
traveloka
2. Saya sering
melihat iklan
Traveloka
Seberapa sering setidaknya 3 kali
Frekuensi iklan dilihat dan dalam seminggu.
dibaca 3. Saya sering
melihat adegan
dimana model
digambarkan
sedang memakai
Traveloka saat
Terpaan iklan menonton iklan
Traveloka tersebut
1. Saya melihat
secara keseluruhan
tayangan iklan
Traveloka
2. Saya menonton
Seberapa lama
iklan Traveloka
khalayak dari awal hingga
Durasi
memperhatikan akhir
3. Saya melihat iklan
iklan
Traveloka lebih
dari 15 detik
4. Saya melewatkan
satu detikpun
tayangan iklan
Traveloka
1. Saya memahami
isi pesan yang
disampaikan pada
iklan traveloka
2. Dialog pada iklan
jelas sehingga
seberapa jauh pesan yang
Intensitas khalayak mengerti disampaikan
pesan iklan mudah untuk
dipahami
3. Saya dapat
mempresentasikan
ulang maksud
pesan iklan
traveloka