Anda di halaman 1dari 23

PENGARUH TERPAAN IKLAN TRAVELOKA DAN PENGHASILAN TERHADAP

MINAT MASYARAKAT BERTRANSAKSI DI TRAVELOKA

Dosen:

Yearry Panji Setianto, S.Sos, M.Si, PhD.

Disusun oleh:

Rizki Khairun Fadhilla (6662170099)

Kelas 4F

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA


2019

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Traveling belakangan ini seolah menjadi gaya hidup baru kalangan masayarakat

Indonesia. Hobi ini marak dilakukan baik dikalangan anak muda maupun orang tua. Saat ini

traveling sangat naik daun dikalangan anak muda dalam membuktikan konsistensi dirinya

kepada orang-orang. Bagi sebagian orang, traveling merupakan salah satu hobi yang yang mahal.

Berjalan-jalan ke luar kota maupun ke luar negeri tentu membutuhkan biaya yang tidak sedikit

lantaran mencakup biaya transportasi, menginap, jalan-jalan, oleh-oleh, biaya konsumsi dan

lain sebagainya.

Melakukan traveling bukan sebuah hal yang mudah. Kita perlu menyiapkan berbagai macam

keperluan dari tiket, hotel hingga transportasi di tempat tujuan.


Berkat kemajuan teknologi dan internet, semua hal tersebut bisa dilakukan dengan mudah

sekarang ini.

Untuk memenuhi kebutuhan traveler saat tarveling, sekarang di Indonesia sudah banyak

muncul situs-situs Online Travel Agent (OTA) yang sangat

memudahkan traveler untuk memenuhi kebutuhan saat traveling. Beberapa OTA yang berada di

Indonesia meliputi Traveloka, Traveloka, Pegi-pegi, Agoda dan lain sebagainya. Masing-masing

dari OTA tersebut tentunya berkompetisi untuk menjadi pilihan masyarakat Indonesia agar

menjadi solusi dalam pemesanan tiket pesawat dan reservasi hotel dikala traveling.

Salah satu OTA yang digunakan oleh traveler di Indonesia adalah Traveloka. Traveloka adalah

salah satu situs pencarian tiket pesawat dan hotel terkemuka di Asia Tenggara. Traveloka

melayani lebih dari 18.000 rute penerbangan baik domestik dan internasional dan ribuan

hotel dikawasan Asia Pasifik.

Dalam mempromosikan produk atau jasa iklan dikenal sebagai salah satu bentuk promosi

yang paling dikenal dan paling banyak dibahas orang, hal inio kemungkinan karena daya

jangkaunya yang luas. Iklan juga menjadi instrumen penting, khusunya bagi perusahaan yang

memproduksi barang atau jasa yang ditujukan kepada masyarakat luas (Morissan, 2010 : 18).

Nielsen Advertising Information Services melansir, belanja iklan sepanjang 2017 mencapai Rp

134,8 triliun. Jumlahnya melonjak 14 persen dibanding tahun sebelumnya. Sementara itu

Traveloka menduduki posisi ketiga merek dengan nilai belanja iklan tertinggi sepanjang tahun

2017 dengan total belanja iklan sebesar Rp 687,7 miliar. Investasi besar-besaran menunjukkan

bahwa banyak perusahaan yang memiliki keyakinan akan efektivitas periklanan. Secara

umum, periklanan dihargai karena dikenal sebagai pelaksana beragam fungsi komunikasi yang
penting bagi perusahaan bisnis dan organisasi lainnya : (1) informing (memberi informasi), (2)

persuading (mempersuasi), (3) reminding (mengingatkan), (4)adding value (memberikan nilai

tambah) dan (5) assisting (mendampingi) upaya- upaya lain dari perusahaan (Shimp, 2003 : 357)

Dengan mengeluarkan jumlah yang begitu besar tentunya Traveloka ingin menjadikan

produknya menjadi tujuan utama masyarakat indonesia dalam memesan tiket pesawat dan

reservasi hotel. Akan tetapi masih banyak masyarakat Indonesia yang memilih untuk memesan

tiket dan reservasi hotel tidak melalui Traveloka ataupun online travel agent lainnya. Hal ini

terbukti dengan transaksi sebesar Rp 457 miliar selama pegelaran Garuda Indonesia Travel Fair

(GATF) tahun 2017 fase ke 1 yang berlangsung sejak 10-12 Maret 2017 di 24 kota Indonesia.

GATF 2017 berhasil melamaui target transaksi yang ditentukan yakni sebesar Rp 380 miliar.

Cashback kartu kredit dari bank yang bekerja sama dengan penyelenggaraan travel fair menjadi

salah satu alasan masyarakat untuk datang dan bertransaksi di travel fair. Sama halnya dengan

travel fair, Traveloka juga menyediakan promo cashback bahkan lebih dari satu bank

menawarkan berbagai macam cashback yang berlaku sepanjang tahun.

Selain itu masih banyaknya Travel Agent Konvensional juga menjadi penyebab masih

banyaknya masyarakat Indonesia yang belum beralih menggunakan Online Travel Agent

layaknya Traveloka dalam bertaransaksimemesan tiket pesawat maupun reservasi hotel. Di

Semarang saja terdapat 30

Travel Agent Konvensional antara lain Kawan Kurnia Tour & Travel, Nusantara Tour, TX Travel,

Inti Tout, Delta Buana Raya, Diffa Putra Wisata, Duta Putra Santika dan lain sebagainya.

Menurut wawancara peneliti dengan salah satu pegawai Nusantara Tour, kunjungan

masyarakat Semarang ke Nusantara Tour untuk memesan tiket pesawat atau reservasi hotel
masih tinggi meskipun sudah banyak website dan aplikasi yang memudahkan hal tersebut seperti

Traveloka, Agoda, Traveloka dan lain sebagainya.

Menurut buku karya Terence A. Shimp yang berjudul Periklanan Promosi Aspek Tambahan

Komunikasi Pemasaran Terpadu (2003 : 120), setidaknya ada 3 set karakteristik konsumen yang

secara independen atau bersama-sama mempengaruhi konsumsi seseorangdan bagaimana

merespon komunikasi pemasaran, yaitu karakteristik demografi, psikografi dan geodemografi.

Setiap calon pembeli yang terterpa iklan memiliki pengaruh yang berbeda- beda, karena

khalayak memiliki latar belakang yang berbeda. Kebiasaan mengkonsumsi media setiap

khalayak berbeda-beda, sehingga potensi untuk terkena terpaan iklan pu berbeda.

Usia, tingkat pendidikan, penghasilan, pekerjaan dan jenis kelamin merupakan macam

karakteristik demografis yang digunakan sebagai dasar untuk membagi segmentasi pasar (Kotler,

2009 :236). Setiap individu memilik karakteristik yang

berbeda-beda, hal ini dikarenakan setiap individu memiliki kepribadian yang berbeda sehingga

berpengaruh terhadap perilaku mereka dalam minat bertransaksi.

Berdasarkan fenomena tersebut, maka peneliti berminat untuk meneliti hubungan terpaan

iklan Traveloka dan tingkat penghasilan dengan minat masyarakat bertransaksi di Traveloka.

Sosial media adalah aplikasi yang berbasis internet yang membantu konsumen untuk

membagikan opini, pengetahuan, pengalaman, dan perspektif konsumen (Kaplan M. Andreas,

2010). Oleh karenanya, media sosial, khususnya Youtube dianggap sebagai media promosi yang

potensial bagi perusahaan untuk mempromosikan produknya.


Salah satu bentuk promosi adalah periklanan, iklan didefinisikan sebagai pesan yang menawarkan

suatu produk yang ditujukan kepada masyarakat lewat suatu media (Kasali, 2007). Lalu menurut

Jefkins (2001 : 5) iklan adalah pesan-pesan penjualan yang paling persuasif yang diarahkan kepada

para calon pembeli potensial pada produk barang atau jasa tertentu dengan biaya tertentu pula.

Hal ini dilihat sebagai suatu peluang yang potensial bagi para perusahaan barang-barang elektronik

untuk memperluas jangkauan sasaran konsumen dengan memasuki dunia media sosial, oleh

karenanya kini banyak iklan-iklan yang muncul di media sosial dan yang akan di bahas dalam

penelitian ini adalah media sosial Youtube, karena dianggap sebagai media promosi yang potensial,

karena di dalamnya tidak hanya terjadi proses komunikasi namun juga dapat digunakan sebagai

medium pemasaran. Youtube, adalah salah satu media sosial yang paling sering dikunjungi oleh

para pengguna internet karena konten-konten audio visual di Youtube lebih bervariasi daripada di

televisi, apalagi bagi para remaja yang selalu haus akan informasi baru, bagi mereka Youtube

adalah medium yang pas untuk memenuhi kebutuhan itu.

Remaja dalam rentang usia 12-21 tahun akan menjadi objek penelitian dalam penelitian ini.

Sebagaimana yang kita ketahui, remaja selaku pengguna media sosial seringkali diterpa iklan di

media sosial tersebut.

Iklan dimaksudkan untuk memperkenalkan suatu produk baru kepada khalayak luas, tidak hanya

sebatas memperkenalkan, agar produk tersebut banyak dibeli oleh konsumen, maka pesan iklan

berfungsi mengkomunikasikan keuntungan suatu merek produk (May Lwin, 2002), serta yang

terpenting adalah mampu menarik perhatian dan mempersuasi khalayak sasaran (William J. Stanton

, 1994).

impulse buying adalah keputusan untuk melakukan pembelian yang dilakukan oleh konsumen di

toko setelah melihat produk yang ada, Ma’ruf (2006) mengatakan bahwa impulse buying adalah
proses pembelian barang yang dilakukan secara spontan. Hal ini menunjukkan bahwa suatu

pembelian dikategorikan sebagai impulse buying jika tidak terdapat perencanaan atas pembelian

produk bersangkutan.

Oleh karenanya, kami mengidentifikasi bahwasanya ada masalah mengenai adakah

Pengaruh iklan Traveloka dan penghasilan terhadap eminat masyarakat bertransaksi di

Traveloka ?

1.2 Rumusan Masalah

Dengan total belanja iklan mencapai Rp 687,7 miliar disepanjang tahun 2017, Traveloka sudah

sangat intents menjelaskan keunggulan dan kemudahan dari situs dan aplikasi mereka kepada

masyarakat Indonesia. Dengan demikian seharusnya Traveloka sudah menjadi rujukan

utama dalam masalah memesan tiket pesawat dan reservasi hotel di Indonesia.

Meskipun demikian, ada sebagian masyarakat Indonesia yang masih bergantung pada travel

agent konvensional untuk memenuhi kebutuhan mereka dalam berwisata.. Hal ini dibuktikan

dengan masih banyaknya masyarakat yang masih rela mengantri untuk mendapatkan tiket

pesawat dan voucher hotel di Travel Fair yang dilaksanakan oleh berbagai macam maskapai

penerbangan dan travel agent konvensional.

Pada pelaksanaan GA Travel Fair 2017 phase 1 dan 2 berhasil mendatangkan sebanyak total

lebih dari 140 ribu pengunjung dengan total penjualan mencapai lebih dari Rp 430 miliar Rata-

rata masyarakat mengunjungi travel fair atau travel agent konvensional bertujuan untuk membeli

tiket pesawat dan voucher hotel untuk liburan jangka Panjang Berdasarkan hasil observasi penulis

untuk membandingkan harga dari penerbangan Jakarta-Tokyo PP pada bulan Oktober 2017
baik yang ditawarkan oleh travel agent konvensional maupun Traveloka. Umtuk harga yang

diberikan oleh Nusantara Tour sebesar Rp 5.300.000 sedangkan harga yang tertera pada website

Traveloka sebesar Rp 5.254.000. Dengan perbandingan harga yang terpaut sebesar empat

puluh enam ribu rupiah, antara Traveloka dan travel agent konvensional tidak memiliki perbedaan

yang signifikan dalam hal harga. Berdasarkan penjelasan diatas, maka muncul pertanyaan

penelitian sebagai berikut : Apakah terpaan iklan Traveloka dan tingkat penghasilan

berhubungan dengan minat masyarakat bertransaksi di Traveloka ?

BAB II

KERANGKA TEORI

2.1 Penelitian Terdahulu

Pertama adalah penelitian skripsi oleh Kinanti Bunga Wulansari (2015) yang berjudul Pengaruh

Terpaan iklan promosi penjualan melalui media sosial (Facebook, Twitter, dan Instagram) dan

Reference Group terhadap minat belanja secara online penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

bagaimana pengaruh terpaan iklan promosi penjualan melalui media sosial, (facebook, twitter, dan

instagram) dan reference group terhadap minat belanja secara online. Penelitian ini menggunakan

Technology Acceptance Model Theory dan Darley, Blankson dan Luethge’s Model untuk

menjelaskan pengaruh terpaan iklan promosi penjualan melalui media sosial (Facebook, Twitter,

dan Instagram) dan Reference Group terhadap minat belanja secara online. Sementara populasi

yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah wanita usia 18 hingga 26 tahun yang memiliki

akun media sosial Facebook, Twitter, dan Instagram sebanyak 50 orang, dengan teknik purposive

sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua nilai signifikansi lebih keil dari α (0,05)

sehingga terpaan iklan promosi penjualan melalui facebook, twitter dan instagram dan reference
group memengaruhi minat belanja secara online. Dan yang paling berpengaruh adalah melalui

instagram dengan presentase 28,6%.

Kedua adalah penelitian skripsi oleh Sri Tjandra Arwati yang berjudul Hubungan Terpaan Iklan

di Majalah Kawanku terhadap Keyakinan Remaja Putri Membeli Majalah Komik Nakayoshi

Gress tahun 2006. Penelitian ini bertujuan untuk memahami peranan terpaan iklan yang

dihubungkan dengan keyakinan membeli konsumen. Teori yang digunakan adalah Hierarchy

Effect yang menjelaskan bahwa konsumen yang terterpa iklan dengan baik akan melalui tahap-

tahap kognitif dan afektif yaitu sampai pada tahap khalayak yakin (conviction) terhadap produk

yang akan dibeli. Penelitian ini menggunakan metode survey dengan kuesioner pada populasi

remaja putri berusia 16-18 tahun di empat toko buku yaitu Gramedia Pondok Indah, Gramedia

Mall Taman Anggrek, Gramedia Matraman dan Gramedia Citraland. Untuk menguji hubungan

antara terpaan iklan dengan keyakinan membeli, peneliti menggunakan metode ukur person

correlation. Kemudian untuk melihat pengaruh variable Konsep Diri terhadap hubungan antara

terpaan iklan dan keyakinan membeli, metode ukur yang digunakan adalah metode elaborasi

partial correlation. Dari pengujian terbukti adanya hubungan nyata dan kuat antara terpaan dan

keyakinan membeli. Sedangkan variable Konsep Diri tidak terbukti sebagai variable suppressor

yang harusnya memperkuat hubungan antara terpaan iklan dan keyakinan membeli, melainkan

sebagai variable intervening yang memperlemah hubungan. Perbedaan dengan penelitian yang

terdahulu adalah digunakannya variabel Konsep Diri sebagai variable suppressor. Penelitian ini

juga menggunakan paradigma penelitian klasik (positivis).

Penelitian selanjutnya adalah sebuah jurnal yang ditulis pada tahun 2016 oleh Andra Fatma

Kurniasari yang berjudul Pengaruh Terpaan Iklan Layanan Masyarakat, Penggunaan Media

Sosial Facebook, Dukungan Keluarga, Dukungan Lingkungan Kerja terhadap Tingkat


Keberhasilan Ibu Bekerja Memberi ASI Eksklusif. Penelitian ini membuktikan Teori Pembelajaran

Sosial, Konsep Pemasaran Sosial, Dynamic Social Impact Theory dan Teori Dukungan Sosial,

dengan didapatkan hasil koefisien determinasi pada angka 70,2 yang mengindikasikan bahwa

seluruh variable berhasil memengaruhi ibu bekerja dalam memberikan ASI eksklusif. Perbedaan

dengan penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian terdahulu menggunakan teori yng masuk

ke dalam ranah sosiopsikologis juga menggunakan beberapa variable control yaitu Penggunaan

Media Sosial Facebook, Dukungan Keluarga, Dukungan Lingkungan Kerja.

Terakhir adalah penelitian skripsi oleh Hanna Larosa Tampubolon mengenai Pengaruh Terpaan

Iklan Televisi Terhadap Keputusan Pembelian (Studi Pada Iklan Provider Simpati Freedom)

(2010). Penelitian tersebut menggunakan teori terpaan iklan televise dan keputusan pembelian.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh dari variable terpaan iklan televise terhadap

keputusan pembelian namun hubungannya lemah. Penelitian ini mengkaji seluruh dimensi pada

konstruk terpaan iklan – video, audio, talent, script and storyboard, frekuensi, dan durasi – dan

hasilnya menyimpulkan bahwa seluruh dimensi tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap

keputusan pembelian. Dari seluruh dimensi, script and storyboard merupakan dimensi yang paling

memengaruhi. Perbedaan dengan penelitian ini adalah digunakannya dimensi variable, sementara

peneitian yang penulis lakukan tidak menggunakan dimensi.

2.2 Terpaan Iklan

Pengertian dasar dari terpaan ialah sebuah interaksi konsumen dengan pesan dari pemasar

(Shimp, 2003) Terpaan merupakan sebuah tahap awal yang penting menuju tahap – tahap

selanjutnya dari proses informasi. Terpaan terjadi manakala stimulus datang dengan jarak yang

dapat diterima oleh sensor kita (Hawkins,1986). Menurut Ardianto dan Erdinaya (2005: 2), terpaan

dapat diartikan sebagai kegiatan mendengar, melihat, dan membaca pesan-pesan media ataupun
mempunyai pengalaman dan perhatian terhadap pesan tersebut yang dapat terjadi pada individu

atau kelompok. Terpaan di sini memiliki maksud yang dapat memberikan sesuatu hal yang

dipahami dan mendapatkan hal – hal baru yang mampu mengena atau menerpa kehadiran dari

sesuatu tersebut.

Sikap individu mampu dibentuk oleh informasi yang menerpanya. Dapat diartikan bahwa

sikap seseorang terhadap sebuah merek produk mampu dibentuk oleh terpaan iklan sendiri. Sikap

yang dihasilkan oleh terpaan iklan ini dapat berbentuk positif maupun negatif terhadap iklan yang

disiarkan. Iklan yang disukai oleh seseorang mampu memberikan sikap yang positif, sedangkan

iklan yang tidak disukai oleh seseorang mampu memberikan sikap yang negatif.1

Terpaan ditentukan dari freakuensi (seberapa sering iklan dilihat dan dibaca), intensitas

(seberapa jauh khalayak mengerti pesan iklan), dan durasi (seberapa lama khalayak

memperhatikan iklan) suatu iklan dilihat dan dibaca. Sesering dan selama apapun seseorang

melihat iklan, belum tentu ia akan memahaminya atau melihatnya dengan seksama, bisa jadi hanya

sekilas atau sebagian saja. (William Wells, 2000).

Iklan sendiri memiliki pengertian sebuah komunikasi non-personal yang dilakukan antara

produsen dengan calon konsumen dalam bentuk sebuah promosi merek produk mereka melalui

media massa yang dibayarkan oleh pihak sponsor dalam bentuk tayangan gambar maupun bahasa

yang diolah untuk membujuk calon konsumen membeli produk yang mereka tawarkan.2 Iklan telah

menjadi komoditas yang mampu menyulap khalayak untuk sukarela melakukan apa yang

diinginkan. Menambahkan aneka demonstrasi produk pun mampu menyulap khalayak untuk

tertarik dan membeli produk tersebut.

1
Aida Siswandini, Nur. Skripsi Hubungan Antara Terpaan Iklan Komersial dengan Gaya Hidup Konsumtif Remaja, (Jakarta :
FIS UNJ,2007), h. 15
2
Ibid, h. 19
Praktisi Periklanan Inggris mendefinisikan istilah periklanan sebagai berikut : periklanan

merupakan pesan-pesan penjualan yang paling persuasif, yang diarahkan kepada para calon

pembeli yang paling potensial atas produk barang atau jasa tertentu dengan biaya semurah-

murahnya (Jefkins, 1996 : 5). Masyarakat Periklanan Indonesia mendefinisikan iklan sebagai

segala bentuk pesan tentang suatu produk yang disampaikan lewat media, ditujukan kepada

sebagian atau seluruh masyarakat ( Kasali, 1995 : 22).

Iklan sendiri saat ini tidak hanya disiarkan oleh televisi saja melainkan sosial media seperti

youtube pun menyiarkan iklan. Banyaknya masyarakat khususnya remaja yang lebih memilih

untuk menonton melalui youtube yang membuat merek – merek produk akhirnya menyiarkan iklan

mereka. Tidak dipungkiri, bukan hanya stasiun televisi saja yang menggantungkan hidupnya pada

iklan dan sponsor, melainkan saat ini sosial media youtube pun menggantungkan hidupnya pada

iklan dan sponsor.

Merek produk yang mengiklankan diri mereka pada stasiun televisi maupun sosial media

youtube memiliki patokan pada besaran kuantitatif untuk mengukur awareness, cognition,

affection, maupun psikomotorik dari target iklan mereka. Seperti iklan Traveloka terbaru yang

ditayangkan pihak youtube mampu memberikan kekuatan baru masyarakat khususnya remaja

untuk secara sukarela tertarik dan membeli produk tersebut. Sehingga iklan Traveloka tersebut

mampu memberikan dampak terhadap merek produk mereka kepada msyarakat khususnya remaja.

Dampak efektif dari terpaan iklan yang berulang kali tersebut yaitu memperoleh perhatian

dan pengalaman dari individu penerima yang terkena terpaan pesan iklan tersebut, serta terbuka

menerima pesan-pesan yang disampaikannya, seperti yang diungkapkan oleh Sissors dan Bumba.

Terpaan media atau media exposure lebih lengkap dari pada akses. Terpaan tidak hanya

menyangkut apakah seseorang itu benar-benar terbuka dengan pesan-pesan yang disampaikan oleh
media tersebut. Terpaan merupakan kegiatan mendengar, melihat, dan membaca pesan-pesan

media massa ataupun mempunyai pengalaman dan perhatian terhadap pesan tersebut yang dapat

terjadi pada individu maupun kelompok.

Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa terpaan iklan dapat dikatakan

sebagai perilaku pengkonsumsian iklan yang ditayangkan di televisi meliputi intensitas

pengkonsumsian iklan dan pengkonsumsian isi pesan.

Terpaan dalam ilmu komunikasi merupakan perilaku penggunaan media yang menurut Alo

Liliweri penggunaan media meliputi tiga hal yaitu isi pesan, daya tarik iklan dan intensitas

penayangan.Terpaan iklan dalam penelitian ini meliputi frekuensi menonton iklan di televisi,

intensitas menonton iklan di televisi dan durasi menonton iklan di televisi. Biasanya bentuk nyata

dari terpaan iklan adalah mendengar, melihat, menonton, membaca atau ikut membaurkan diri

dengan isi iklan tersebut. Frekuensi dapat diukur dengan tingkat keseringan menonton iklan dan

intensitas diukur dengan keseriusan menonton iklan.

2.3 Pengaruh

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 849), “Pengaruh adalah daya yang ada atau

timbul dari sesuatu (orang atau benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau

perbuatan seseorang.” Sementara itu, Surakhmad (1982:7) menyatakan bahwa pengaruh

adalah kekuatan yang muncul dari suatu benda atau orang dan juga gejala dalam yang dapat

memberikan perubahan terhadap apa-apa yang ada di sekelilingnya. Jadi, dari pendapat-

pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pengaruh merupakan suatu daya atau kekuatan

yang timbul dari sesuatu, baik itu orang maupun benda serta segala sesuatu yang ada di

alam sehingga mempengaruhi apa-apa yang ada di sekitarnya.

2.4 Landasan teori


Terpaan iklan Traveloka dapat dikaitkan dengan minat masyarakat bertransaksi di

Traveloka dengan menggunakan teori Advertising Exposure. Menurut Aaker dalam bukunya

yang berjudul Advertising Management

dijelaskan tentang proses terpaan iklan terhadap konsumen. Dalam teori Advertising Exposure

dijelaskan efek dari iklan sebagai salah satu bentuk komunikasi pemasaran dan membangun

sebuah brand di benak konsumen, ternmasuk formasi sikap dan perilaku pembeli.

Pada teori ini dijelaskan bahwa konsumen akan menentukan sikap terhadap brand berdasarkan

informasi-informasi yang telah mereka terima dan pada akhirnya, konsumen akan melakukan

tindakan terhadap sikap yang telah mereka tentukan sebelumnya, yakni apakah ia bersedia untuk

membayar untuk brand tersebut atau tidak. (Aaker, 1992 : 87)

Dari penjelasan teori diatas bahwa pada tahapan akhir diharapkan konsumen menentukan

pilihan yakni behavioral intention. Target sasaran diharapkan bersedia untuk membayar untuk

brand tersebut. Didalam penelitian ini, target sasaran diharapkan akan mempunyai minat

bertransaksi di Traveloka setelah terkena terpaan iklan Traveloka (H1).

Hubungan Tingkat Penghasilan terhadap Minat Masyarakat Bertransaksi di Traveloka Posisi

tingkat penghasilan terhadap minat berttransaksi dapat dijelaskan dengan Teori Kategori

Sosial. Teori ini dikembangkan oleh De Fleur dan Ball Rokeach, dimana di dalam teori tersebut

dijelaskan bahwa terdapat kategori sosial yang luas dalam masyarakat yang kurang lebih memiliki

perilaku sama terhadap rangsangan –rangsangan tertentu. Golongan sosial tersebut didasarkan

pasa usia, jenis kelamin, tingkat penghasilan, tingkat pendidikan, tempat tinggal, dan

keyakinan beragama (Rakhmat, 2007 : 204).


Asumsi dari teori kategori sosial adalah teori sosiologis yang berhubungan dengan kemajemukan

masyarakat modern. Dinyatakan bahwa masyarakat yang memiliki sifat-sifat tertentu yang sama

akan membentuk sikap yang sama dalam menghadapi rangsangan tertentu. Persamaan dalam

orientasi serta sikap akan berpengaruh pula terhadap tanggapan mereka dalam menerima pesan

komunikasi.

Masyarakat yang memiliki orientasi sama, kurang lebih memilih isi komunikasi yang sama dan

akan menanggapi isi komunikasi tersebut dengan cara yang sama (Suprapto, 2009 : 23).

Media massa memberikan pengaruh yang berbeda, pengaruh tersebut diseleksi, disharing

sesuai dengan faktor-faktor personal yang dimiliki audiens sehingga terdapat perbedaan reaksi

yang akan diterima oleh masing-masing audiens (Rakhmat, 2007 : 204).

Berdasarakan kategori yang berbeda setiap katrakteristik yang berbeda akan memberikan respon

yang berbeda pula. Perbedaan usia akan membuat seseorang memberikan respon yang berbeda,

jenisa kelamin yang berbeda memberikan respon yang berbeda.

Begitu pula dengan tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan yang berbeda akan

memberikan respon yang berbeda. Hal tersebut dapat digambarkan melalui contoh bahwa orang

yang berpendidikan tinggi akan cenderung lebih sering mengkonsumsi medias surat kabar

dibandingkan dengan orang yang berpendidikan rendah yang akan mengkonsumsi televisi lebih

banyak, orang yang berpendapatan tinggi seperti pengusaha akan cenderung lebih sering

mengkonsumsi media (Rakhmat, 2007 : 204).

Dari penjelasan teori diatas dapat disimpulkan bahwa setiap individu yang memiliki tingkat

penghasilan yang berbeda akan mendapatkan pengaruh yang berbeda atas pesan yang
disampaikan oleh media. Didalam penelitian ini, target sasaran diharapkan akan mempunyai

perbedaan dalam minat bertransaksi di Traveloka (H2).

2.5 Hipotesis Teoritis (Penelitian dan Statistik)

2.5.1 Hipotesis Penelitian

Pengaruh iklan Traveloka dan penghasilan terhadap eminat masyarakat bertransaksi di

Traveloka

Ada pengaruh yang signifikan

2.5.2 Hipotesis Statistik

Ho: ada pengaruh signifikan iklan Traveloka dan penghasilan terhadap eminat masyarakat

bertransaksi di Traveloka

H1: tidak ada pengaruh signifikan iklan Traveloka dan penghasilan terhadap eminat

masyarakat bertransaksi di Traveloka


BAB III

3.1 Jenis dan Sifat penelitian

Jenis penelitian yang digunakan merupakan Eksplanatif. Menurut buku Rachmat Kriyantono,

Ph.D (2006: 69) Eksplanatif adalah periset menghubungkan atau mencari sebab akibat antara dua

atau lebih konsep (variabel) yang akan di teliti. Periset membutuhkan definisi konsep, kerangka

konseptual, dan kerangka teori. Periset perlu melakukan kegiatan berteori untuk menfghasilkan

dugaan awal (hipotesis) antara variabel satu dengan lainnya. Variabel adalah konsep yang bisa

diukur. Kegiatan berteori ini ada dalam kerangka teori. Sering disebut pula sebagai jenis riset

korelasional dan komparatif.

Penelitian ini menggunakan sifat penelitian kuantitatif. Di mana pada pmenelitian ini

menggunakan penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian - bagian

dan fenomena serta hubungan-hubungannya. Tujuan penelitian kuantitatif adalah

mengembangkan dan menggunakan model - model matematis, teori - teori dan

atau hipotesis yang berkaitan dengan fenomena alam.


Proses pengukuran adalah bagian yang sentral dalam penelitian kuantitatif karena hal ini

memberikan hubungan yang fundamental antara pengamatan empiris dan ekspresi matematis dari

hubungan-hubungan kuantitatif. penelitian kuantitatif adalah definisi, pengukuran data kuantitatif

dan statistik objektif melalui perhitungan ilmiah berasal dari sampel orang-orang atau penduduk

yang diminta menjawab atas sejumlah pertanyaan tentang survei untuk menentukan frekuensi dan

persentase tanggapan mereka.

3.2 Metode Penilitian

Metode penelitian yang digunaan yakni survei. Karena pada penelitian ini menggunakan

survei kepada pengguna Youtube. Metode survei adalah metode riset dengan menggunakan

kuesioner sebagai instrumen pengumpulan datanya. Tujuannya untuk memperoleh informasi

tentang sejumlah responden yang dianggap mewakili populasi tertentu. Dalam survei proses

pengumpulan dan analisis data sosial bersifat sangat terstruktur dan mendetail melalui kuesioner

sebagai instrumen utama untuk mendapatkan informasi dari sejumlah responden yang diasumsikan

mewakili populasi secara spesifik.

Pada metode survei ini kita menggunakan jenis ekspalanatif yaitu bila periset ingin

mengetahui mengapa situasi kondisi tertentu terjadi ata apa yang mempengaruhi terjadinya

sesuatu. Periset tidak sekedar menggambarkan terjadinya fenomena tapi telah mencoba

menjelaskan mengapa fenomena itu terjadi dan apa pengaruhnya. Pada metode survei ini pula kita

menggunakan sifat asosiatif yang bermaksud menjelaskan hubungan (kolerasi) antar variabel

(Kriyantono, 2006).
3.3 Objek Penelitian

Objek penelitian merupakan sebuah isu atau permasalahan yang diteliti. Menurut Suharsini

Arikunto (1998: 15) objek penelitian adalah sebagai berikut:

“Objek penelitian adalah variabel atau apa yang menjadi titik perhatian

suatu penelitian, sedangkan subjek penelitian merupakan tempat dimana variabel melekat”

3.3.1 Populasi

Menetapkan populasi pada penelitian untuk memudahkan mendapatkan sampel sebagai

objek penelitian yang berkaitan dengan permasalahan yang ada. Dalam penelitian ini objek yang

memeiliki titik perhatian adalah remaja pada usia 10-24 tahun di Kota Serang dengan jumlah

populasi 145.816 jiwa.

3.3.2 Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang ingin diteliti; dipandang sebagai

suatu pendugaan terhadap populasi, namun bukan populasi itu sendiri. Sampel dianggap sebagai

perwakilan dari populasi yang hasilnya mewakili keseluruhan gejala yang diamati.

Ukuran dan keragaman sampel menjadi penentu baik tidaknya sampel yang diambil. Terdapat dua

cara pengambilan sampel, yaitu secara acak (random)/probabilita dan tidak acak (non-

random)/non-probabilita.

Pada penelitian ini menggunakan teknik pengambilan acak probability jenis pengumpulan

sampling sederhana. Sampling random sederhana adalah setiap anggota populasi mempunyai

peluang yang sama untuk dipilih menjadi sampel (Rachmat: 2006) Sehingga pada penelitian ini
penarikan sampel diakukan secara acak kepada responden tanpa harus membagi ke dalam

tingkatan.

Untuk menentukan jumlah sampel dalam penelitian ini, menggunakan rumus Slovin.

Pencatatan Rumus Slovin sebagai berikut.

dimana

n: jumlah sampel

N: jumlah populasi

e: batas toleransi kesalahan (error tolerance)

Menentukan jumlah sampel pada penelitian ini dengan rumus Slovin maka pencatatannya

seperti ini, dengan jumlah populasi 145.816 jiwa dan batas toleransi kesalahan 5% dengan tingkat

akurasi 95%. Jumlah sampel yang di dapat yakni

N
𝑛=
1 + 𝑁𝑒 2

145.816
=
1 + (145.816 X 0,052 )

145.816
=
365,54

= 398,90

Jumlah sampel yang didapat 398,90 dibulatkan menjadi 399 jiwa. Dengan demikian jumlah

sampel yang dibutuhkan pada penelitian ini yaitu 399 jiwa.


3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini menggunakan teknik survey

dengan cara menyebarkan kuesioner dengan sifat angket tertutup kepada sampel yang diambil dari

populasi. Angket yang di sebar kepada responden menggunakan metode likert. (Rangkuti, 1997)

Skala Likert yang digunakan peneliti mengacu dengan penilaian (1 – 5) sangat tidak setuju, setuju,

tidak setuju, netral, setuju, dan sangat setuju.

Tujuan dari angket sendiri untuk mencari informasi secara lengkap dari responden tanpa

merasa khawatir kepada responden yang memberikan jawaban tidak sesuai dengan kenyataan

ketika mengisi kuesioner.


Tabel Operasional Konsep Penelitian

a. Terpaan Iklan

Variabel Dimensi Indikator Deskriptor Item Quetioner

1. Saya sering
melihat iklan
traveloka
2. Saya sering
melihat iklan
Traveloka
Seberapa sering setidaknya 3 kali
Frekuensi iklan dilihat dan dalam seminggu.
dibaca 3. Saya sering
melihat adegan
dimana model
digambarkan
sedang memakai
Traveloka saat
Terpaan iklan menonton iklan
Traveloka tersebut
1. Saya melihat
secara keseluruhan
tayangan iklan
Traveloka
2. Saya menonton
Seberapa lama
iklan Traveloka
khalayak dari awal hingga
Durasi
memperhatikan akhir
3. Saya melihat iklan
iklan
Traveloka lebih
dari 15 detik
4. Saya melewatkan
satu detikpun
tayangan iklan
Traveloka
1. Saya memahami
isi pesan yang
disampaikan pada
iklan traveloka
2. Dialog pada iklan
jelas sehingga
seberapa jauh pesan yang
Intensitas khalayak mengerti disampaikan
pesan iklan mudah untuk
dipahami
3. Saya dapat
mempresentasikan
ulang maksud
pesan iklan
traveloka

Anda mungkin juga menyukai