Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tujuan pelayanan kesehatan adalah tercapainya derajat kesehatan
masyarakat yang memuaskan harapan dan kebutuhan derajat masyarakat
(consumer satisfaction), melalui pelayanan yang efektif oleh pemberi
pelayanan yang memuaskan harapan dan kebutuhan pemberi pelayanan
(provider satisfaction), pada institusi pelayanan yang diselenggarakan secara
efisien (institutional satisfaction). Interaksi ketiga pilar utama pelayanan
kesehatan yang serasi, selaras dan seimbang, merupakan paduan dari
kepuasan tiga pihak, dan ini merupakan pelayanan kesehatan yang
memuaskan (satisfactory healty care).
Upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan adalah langkah
terpenting untuk meningkatkan daya saing usaha Indonesia di sektor
kesehatan. Perkembangan terakhir menunjukkan bahwa masyarakat
pengguna pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta semakin menuntut
pelayanan yang bermutu. Tak dapat dipungkiri bahwa kini pasien semakin
kritis terhadap pelayanan kesehatan dan menuntut keamanannya termasuk
di rumah sakit.
Rumah sakit merupakan salah satu suatu tempat dimana orang yang
sakit dirawat dan ditempatkan dalam jarak yang sangat dekat. Di tempat ini
pasien mendapatkan terapi dan perawatan untuk dapat sembuh. Tetapi,
rumah sakit selain untuk mencari kesembuhan, juga merupakan depot bagi
berbagai macam penyakit yang berasal dari penderita maupun dari
pengunjung yang berstatus karier. Kuman penyakit ini dapat hidup dan
berkembang di lingkungan rumah sakit, seperti; udara, air, lantai, makanan
dan benda-benda medis maupun non medis. Terjadinya infeksi nosokomial
akan menimbulkan banyak kerugian, antara lain: lama hari perawatan
bertambah panjang, penderitaan bertambah dan biaya meningkat.
Dari hasil studi deskriptif Suwarni, A di semua rumah sakit di
Yogyakarta tahun 1999 menunjukkan bahwa proporsi kejadian infeksi
nosokomial berkisar antara 0,0% hingga 12,06%, dengan rata-rata
keseluruhan 4,26%. Untuk rerata lama perawatan berkisar antara 4,3 – 11,2

Penilaian Mutu Pelayanan RSD Madani 2011 1


hari, dengan rata-rata keseluruhan 6,7 hari. Setelah diteliti lebih lanjut maka
didapatkan bahwa angka kuman lantai ruang perawatan mempunyai
hubungan bermakna dengan infeksi nosokomial.
Selama 10-20 tahun belakang ini telah banyak perkembangan yang
telah dibuat untuk mencari masalah utama terhadap meningkatnya angka
kejadian infeksi nosokomial di banyak negara, dan dibeberapa negara
kondisinya justru sangat memprihatinkan. Keadaan ini justru memperlama
waktu perawatan dan perubahan pengobatan dengan obat-obatan mahal,
serta penggunaan jasa di luar rumah sakit. Karena itulah, dinegara-negara
miskin dan berkembang, pencegahan infeksi nosokomial lebih diutamakan
untuk dapat meningkatkan kualitas pelayanan pasien dirumah sakit dan
fasilitas kesehatan lainnya.
Di beberapa bagian, terutama di bagian penyakit dalam dalam,
terdapat banyak prosedur dan tindakan yang dilakukan baik untuk membantu
diagnosa maupun memonitor perjalanan penyakit dan terapi yang dapat
menyebabkan pasien cukup rentan terkena infeksi nosokomial. Pasien
dengan umur tua, berbaring lama, atau beberapa tindakan seperti prosedur
diagnostik invasif, infus yang lama dan kateter urin yang lama, atau pasien
dengan penyakit tertentu yaitu penyakit yang memerlukan kemoterapi,
dengan penyakit yang sangat parah, penyakit keganasan, diabetes, anemia,
penyakit autoimun dan penggunaan imuno supresan atau steroid didapatkan
bahwa resiko terkena infeksi lebih besar.
Sumber penularan dan cara penularan terutama melalui tangan dan
dari petugas kesehatan maupun personil kesehatan lainnya, jarum injeksi,
kateter iv, kateter urin, kasa pembalut atau perban, dan cara yang keliru
dalam menangani luka. Infeksi nosokomial ini pun tidak hanya mengenai
pasien saja, tetapi juga dapat mengenai seluruh personil rumah sakit yang
berhubungan langsung dengan pasien maupun penunggu dan para
pengunjung pasien.
Infeksi nosokomial banyak terjadi di seluruh dunia dengan kejadian
terbanyak di negara miskin dan negara yang sedang berkembang karena
penyakit-penyakit infeksi masih menjadi penyebab utama. Suatu penelitian
yang yang dilakukan oleh WHO menunjukkan bahwa sekitar 8,7% dari 55
rumah sakit dari 14 negara yang berasal dari Eropa, Timur Tengah, Asia

Penilaian Mutu Pelayanan RSD Madani 2011 2


Tenggara dan Pasifik tetap menunjukkan adanya infeksi nosokomial dengan
Asia Tenggara sebanyak 10,0%.
Walaupun ilmu pengetahuan dan penelitian tentang mikrobiologi
meningkat pesat pada tiga dekade terakhir dan sedikit demi sedikit resiko
infeksi dapat dicegah, tetapi semakin meningkatnya pasien-pasien dengan
penyakit immunocompromised, bakteri yang resisten antibiotik, super infeksi
virus dan jamur, dan prosedur invasif, masih menyebabkan infeksi
nosokomial menimbulkan kematian sebanyak 88.000 kasus setiap tahunnya.
Selain itu, jika kita bandingkan kuman yang ada di masyarakat,
mikroorganisme yang berada di rumah sakit lebih berbahaya dan lebih
resisten terhadap obat, karena itu diperlukan antibiotik yang lebih paten atau
suatu kombinasi antibiotik. Semua kondisi ini dapat meningkatkan resiko
infeksi kepada si pasien.
Berdasarkan uraian diatas, maka penting dilakukan penilaian mutu
pelayanan Rumah Sakit Daerah Madani pada Tahun 2011.
B. Tujuan
Tujuan penulisan ini adalah mendapatkan informasi mutu pelayanan
di Rumah Sakit Daerah Madani pada Tahun 2011.

Penilaian Mutu Pelayanan RSD Madani 2011 3


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Rumah Sakit


1. Definisi Rumah Sakit
Rumah sakit adalah sarana upaya kesehatan yang
menyelenggarakan kegiatan pelayanan berupa pelayanan rawat jalan,
rawat inap, rawat darurat yang mencakup pelayanan medis dan
penunjang medis, serta dapat dimanfaatkan untuk pendidikan tenaga
kesehatan dan penelitian (Depkes, 2005 dalam Tanjung, 2011).
Selain dari definisi tersebut, beberapa pengertian rumah sakit
yang dikemukakan oleh para ahli (Azrul Azwar, 1996), diantaranya:
a. Menurut Association of Hospital Care (1947) rumah sakit adalah pusat
di mana pelayanan kesehatan masyarakat, pendidikan serta
penelitian kedokteran diselenggarakan.
b. Menurut American Hospital Association (1974) rumah sakit adalah
suatu alat organisasi yang terdiri dari tenaga medis professional yang
terorganisir serta sarana kedokteran yang permanen
menyelenggarakan pelayanan kedokteran, asuhan keperawatan yang
berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang
diderita oleh pasien.
c. Menurut Wolper dan Pena (1997) rumah sakit adalah tempat di mana
orang sakit mencari dan menerima pelayanan kedokteran serta
tempat di mana pendidikan klinik untuk mahasiswa kedokteran,
perawat, dan tenaga profesi kesehatan lainnya diselenggarakan.
2. Klasifikasi Rumah Sakit
Berdasarkan Permenkes RI Nomor 986/Menkes/Per/11/1992
pelayanan rumah sakit umum pemerintah Departemen Kesehatan dan
Pemerintah Daerah diklasifikasikan menjadi kelas/tipe A,B,C,D dan E
(Azwar,1996):
a. Rumah Sakit Kelas A
Rumah Sakit kelas A adalah rumah sakit yang mampu memberikan
pelayanan kedokteran spesialis dan subspesialis luas oleh
pemerintah, rumah sakit ini telah ditetapkan sebagai tempat

Penilaian Mutu Pelayanan RSD Madani 2011 4


pelayanan rujukan tertinggi (top referral hospital) atau disebut juga
rumah sakit pusat.
b. Rumah Sakit Kelas B
Rumah Sakit kelas B adalah rumah sakit yang mampu memberikan
pelayanan kedokteran medik spesialis luas dan subspesialis terbatas.
Direncanakan rumah sakit tipe B didirikan di setiap ibukota Provinsi
(provincial hospital) yang menampung pelayanan rujukan dari rumah
sakit kabupaten. Rumah sakit pendidikan yang tidak termasuk tipe A
juga diklasifikasikan sebagai rumah sakit tipe B.
c. Rumah Sakit Kelas C
Rumah Sakit kelas C adalah rumah sakit yang mampu memberikan
pelayanan kedokteran subspesialis terbatas. Terdapat empat macam
pelayanan spesialis disediakan yakni pelayanan penyakit dalam,
pelayanan bedah, pelayanan kesehatan anak, serta pelayanan
kebidanan dan kandungan. Direncanakan rumah sakit tipe C ini akan
didirikan di setiap kabupaten/kota (regency hospital) yang
menampung pelayanan rujukan dari puskesmas.
d. Rumah Sakit Kelas D
Rumah Sakit ini bersifat transisi karena pada suatu saat akan
ditingkatkan menjadi rumah sakit kelas C. Pada saat ini kemampuan
rumah sakit tipe D hanyalah memberikan pelayanan kedokteran
umum dan kedokteran gigi. Sama halnya dengan rumah sakit tipe C,
rumah sakit tipe D juga menampung pelayanan yang berasal dari
puskesmas.
e. Rumah Sakit Kelas E
Rumah sakit ini merupakan rumah sakit khusus (special hospital)
yang menyelenggarakan hanya satu macam pelayanan kedokteran
saja. Pada saat ini banyak tipe E yang didirikan pemerintah, misalnya
rumah sakit jiwa, rumah sakit kusta, rumah sakit paru, rumah sakit
jantung, dan rumah sakit ibu dan anak.
Rumah sakit merupakan suatu kegiatan yang mempunyai potensi
besar menurunkan kualitas lingkungan dan kesehatan masyarakat,
terutama yang berasal dari aktivitas medis. Sampah rumah sakit
dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu sampah medis dan sampah

Penilaian Mutu Pelayanan RSD Madani 2011 5


non medis. Untuk menghindari dampak negatif terhadap lingkungan
perlu adanya langkah-langkah penanganan dan pemantauan
lingkungan (, 2011).
3. Fungsi Rumah Sakit
Permenkes RI No. 159b/menKes/Per/1998 (Wijono,1997), fungsi
rumah sakit adalah:
a. Menyediakan dan menyelenggarakan pelayanan medik, penunjang
medik, rehabilitasi, pencegahan dan peningkatan kesehatan.
b. Menyediakan tempat dan atau latihan tenaga medik dan paramedik.
c. Sebagai tempat penelitian dan pengembangan ilmu dan teknologi
bidang kesehatan (Pahlevi, 2009).
B. Tinjauan Tentang Indikator Penilaian Mutu Rumah Sakit
Konsep Barber dan Johnson
Barry Barber dan David Johnson pada tahun 1973 berhasil
menciptakan suatu metode yang digambarkan dalam sebuah grafik yang
secara visual dapat menyajikan dengan jelas tingkat efisiensi pelayanan
rawat inap rumah sakit. Konsep Barber Johnson di negara-negara maju
digunakan dalam menejemen rumah sakit untuk menilai efisiensi manejemen
perawatan. Indikator-indikator yang digunakan meliputi angka hunian
penderita rawat inap (Bed Occupancy Rate = BOR), lama rata-rata
perawatan penderita di rumah sakit (Length of Stay = LOS), frekuensi
penggunaan tempat tidur rata-rata/tahun oleh berbagai penderita (Bed Turn
Over = BTO), maupun rata-rata lama sebuah tempat tidur berada dalam
keadaan kosong (Turn Over Interval = TOI) (Riyadi, 1993 dalam Anonim,
2011).
1. Angka Penggunaan Tempat Tidur/Bed Occupancy Ratio (BOR)
BOR menurut Huffman (1994) adalah “the ratio of patient service
days to inpatient bed count days in a period under consideration”.
Sedangkan menurut Depkes RI (2005), BOR adalah prosentase
pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu. Indikator ini
memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat
tidur rumah sakit. Nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 60-85%
(Depkes RI, 2005).
Angka penggunaan tempat tidur diformulasikan sebagai berikut:

Penilaian Mutu Pelayanan RSD Madani 2011 6


Jumlah hari perawatan di RS
BOR = Jumlah Tempat Tidur x jumlah hari dalam satu periode
x 100%

2. Rata-rata Lamanya Pasien Dirawat/Average Length of Stay (ALOS)


ALOS menurut Huffman (1994) adalah “The average
hospitalization stay of inpatient discharged during the period under
consideration”. ALOS menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata lama
rawat seorang pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran
tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan,
apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu
pengamatan yang lebih lanjut. Secara umum nilai ALOS yang ideal antara
7 – 10 hari.
Rata-rata lamanya pasien dirawat diformulasikan sebagai berikut:

Jumlah hari perawatan pasien rawat inap (H+M)


ALOS = Jumlah pasien rawat inap yang keluar (H+M)

3. Interval Penggunaan Tempat Tidur/Turn Over Interval (TOI)


TOI menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata interval hari
antara penggunaan tempat tidur terakhir hingga penggunaan berikutnya
dalam setahun. Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi
penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur tidak terisi pada kisaran 1
– 3 hari.
Interval penggunaan tempat tidur diformulasikan sebagai berikut:

(Jumlah tempat tidur x jumlaH Hari dalam setaHun)− jumlaH Hari


perawatan dalam setaHun
TOI = Jumlah pasien rawat yang keluar (H+M)

4. Angka Perputaran Tempat Tidur/ Bed Turn Over (BTO)


BTO menurut Huffman (1994) adalah “…the net effect of changed
in occupancy rate and length of stay”. BTO menurut Depkes RI (2005)
adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode, berapa kali
tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu. Idealnya dalam
satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali.

Penilaian Mutu Pelayanan RSD Madani 2011 7


Angka perputaran tempat tidur diformulasikan sebagai berikut:

Jumlah pasien rawat inap yang keluar (H+M) pada satu tahun
BTO = Jumlah tempat tidur di rumah sakit pada tahun yang sama

Selain konsep Barber dan John tersebut, adapula indikator yang lain
digunakan untuk mengetahui tingkat pemanfaatan, mutu, dan efisiensi
pelayanan rumah sakit. Data dari indikator-indikator berikut bersumber dari
sensus harian rawat inap:
1. Angka Kematian Netto/Net Death Rate (NDR)
NDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian 48 jam
setelah dirawat untuk tiap-tiap 1000 penderita keluar. Indikator ini
memberikan gambaran mutu pelayanan di rumah sakit. Idealnya, angka
kematian netto <25 orang setiap 1000 penderita yang keluar dari rumah
sakit.

Jumlah kematian pasien yang meninggal > 48 jam


pada suatu periode tertentu
NDR = Jumlah pasien keluar (H+M)pada periode yang sama
x 1000‰

2. Angka Kematian Kasar/Gross Death Rate (GDR)


GDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian umum
untuk setiap 1000 penderita keluar.
Angka kematian kasar diformulasikan sebagai berikut:

Jumlah seluruh kematian pasien


dalam suatu periode tertentu
GDR = Jumlah pasien keluar (H+M)pada periode yang sama
x 1000‰

Idealnya, nilai GDR adalah <45/1000


3. Anasthesia Death Rate
Kematian Anasthesia adalah kematian yang terjadi dari awal
proses pembiusan sampai sadar kembali, standar = 1/5000 atau 0,02%.
Angka kematian anastesi diformulasikan sebagai berikut:

Total kematian anastesi pada periode tertentu


ADR = Total pasien yang mendapat anastesi pada periode yang sama
x 100

Penilaian Mutu Pelayanan RSD Madani 2011 8


4. Angka Kematian Pasca Operasi/Post Operative Death Rate (PODR)
Angka kematian pasca operasi diformulasikan sebagai berikut:

total kematian dalam 10 kali operasi pada waktu tertentu


PODR = x100
total pasien yang dioperasi pada periode yang sama

Idealnya, nilai PODR adalah <1/100


5. Angka Kematian Ibu/Maternal Death Rate (MDR)
Angka kematian ibu didefinisikan sebagai kematian wanita pada
waktu hamil, atau selama 42 hari (6 minggu) sejak terminasi kehamilan
tanpa memandang lama dan tempat kelahiran, yang disebabkan karena
kehamilannya atau pengelolaannya per 1000 kelahiran hidup.
Angka kematian ibu diformulasikan sebagai berikut:

Jumlah Kematian Ibu karena kehamilannya,persalinan dan


MDR = masa nifas x1000
Jumlah Bayi Lahir Hidup

Idealnya, nilai MDR adalah <2,5/1000


6. Angka Kematian Neonatal Dini/Early Neonatal Death Rate
Angka kematian neonatal dini diformulasikan sebagai berikut:

Jumlah Kematian Bayi 1−7 hari


Early Neonatal Death Rate = x1000
Jumlah Bayi Lahir Hidup

7. Angka Kematian Neonatal/Neonatal Death Rate (NDR)


Angka kematian neonatal diformulasikan sebagai berikut:

Jumlah Kematian Bayi 1−28 hari


Neonatal Death Rate = Jumlah Kelahiran Hidup
x 1000

Idealnya, nilai NDR adalah < 2%


8. Perinatal Death Rate
Perinatal Death Rate didefinisikan sebagai jumlah kematian janin
yang dilahirkan pada usia kehamilan 28 minggu atau lebih ditambah

Penilaian Mutu Pelayanan RSD Madani 2011 9


dengan jumlah kematian bayi berumur kurang dari 7 hari yang dicatat
selama setahun per 1000 kelahiran hidup pada tahun yang sama.
Manfaat Pernatal Death Rate adalah untuk menggambarkan keadaan
kesehatan masyarakat terutama kesehatan ibu hamil dan bayi. Faktor
yang mempengaruhi tinggi-rendahnya PDR yakni banyaknya BBLR,
status gizi ibu dan bayi, keadaan sosial ekonomi dan penyakit infeksi
terutama ISPA.
Angka kematian perinatal diformulasikan sebagai berikut:

PDR =
Jumlah Kematian Janin 28 mgg − 7 hari setelah kelahiran x 1000
Jumlah Kelahiran Hidup

9. Hospitalization Rate
Hospitalization rate diformulasikan sebagai berikut:

Total Hari Rawat


Hospitalization Rate = x 100
jumlah populasi

10. Out Patient Rate


Angka pasien keluar diformulasikan sebagai berikut:

Total kunjungan (baru+lama)


Out Patient Rate = Jumlah Populasi
x 1000

11. Emergency Out Patient Rate


Angka kunjungan Pasien Keluar pada unit gawat darurat diformulasikan
sebagai berikut:

Total pasien gawat darurat


Emergency Out Patient Rate = Jumlah Populasi
x1000

Penilaian Mutu Pelayanan RSD Madani 2011 10


BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Rumah Sakit


Sesuai Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah Nomor 12 Tahun
2002 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Daerah Madani
Daerah Provinsi Sulawesi tengah. Sebagaimana telah dirubah dengan
Peraturan Daerah Sulawesi Tengah Nomor 7 Tahun 2009 Tentang Tata
Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan dan Lembaga Teknis Daerah Provinsi
Sulawesi Tengah, serta Peraturan Gubernur Sulawesi Tengah Nomor 43
Tahun 2009 Tanggal 4 Mei 2009 tentang Uraian Tugas, Fungsi dan Tata
Kerja Rumah Sakit Daerah Madani Provinsi Sulawesi Tengah, dengan uraian
sebagai berikut :
1. Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi
a. Kedudukan
1) Rumah Sakit Daerah Madani merupakan lembaga teknis daerah
Provinsi yang berbentuk badan unsur penunjang pemerintah
daerah.
2) Rumah Sakit Daerah Madani dipimpin oleh seorang direktur yang
berada dibawah dan bertanggung jawab kepada gubernur melalui
sekretaris daerah.
3) Rumah Sakit Daerah Madani merupakan rumah sakit rujukan
Provinsi
b. Tugas Pokok
Rumah Sakit Daerah Madani mempunyai tugas melaksanakan
upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan
mengutamakan upaya penyembuhan, pemulihan yang dilaksanakan
secara serasi, terpadu dengan upaya peningkatan, pencegahan dan
melaksanakan upaya rujukan, sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
c. Fungsi
1) Pelayanan medis
2) Pelayanan penunjang medis dan non medis
3) Pelayanan asuhan keperawatan

Penilaian Mutu Pelayanan RSD Madani 2011 11


4) Pelayanan rujukan
5) Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan
6) Pelaksanaan penelitian dan pengembangan, dan
7) Pengelolaan administrasi dan keuangan
2. Visi, Misi, Nilai Dasar dan Motto
a. Visi RSD Madani
Menjadi rumah sakit yang terdepan dalam pelayanan prima
dengan unggulan pelayanan kesehatan jiwa di Provinsi Sulawesi
Tengah tahun 2011
b. Misi RSD Madani
1) Memberikan pelayanan yang bermutu, paripurna dengan
unggulan pelayanan kesehatan jiwa
2) Pengembangan sarana dan prasarana pendukung medis dan non
medis serta peningkatan sumber daya manusia
3) Akuntabilitas manajemen untuk kepuasan pelanggan
4) Memberikan pelayanan terutama kepada masyarakat menengah
kebawah
5) Meningkatkan kesejahteraan karyawan
c. Nilai-Nilai dan Keyakinan Dasar serta Motto
1) Nilai-Nilai Dasar
M : Motivasi dan Komitmen
A : Aktif dan Antisipatif
D : Disiplin
A : Adil
N : Menggunakan Nilai-Nilai Luhur
I : Inisiatif dan profesional
2) Keyakinan Dasar
a) Bekerja dalam suatu tim untuk memperoleh hasil yang optimal
b) Menempatkan kepuasan pelanggan dalam setiap kegiatan
pelayanan
c) Melayani dengan baik dan santun untuk menumbuhkan
kepercayaan pelanggan.

Penilaian Mutu Pelayanan RSD Madani 2011 12


3) Motto
“Masintuwu Mosipakalompe” : bersatu untuk saling
memperbaiki dengan motto pelayanan “Kepuasan anda
kebahagiaan kami”
3. Tujuan dan Sasaran Organisasi
a. Tujuan
1) Memberikan pelayanan yang komprehensif, bermutu dan
profesional
2) Mengembangkan SDM dan prasarana medis dan non medis untuk
mendukung peningkatan mutu pelayanan
3) Meningkatkan mutu sistem administrasi manajemen rumah sakit
untuk kepuasan pelanggan
4) Mengupayakan peningkatan kesejahteraan pegawai
b. Sasaran
1) Terwujudnya pelayanan kesehatan yang memadai dan terjangkau
bagi seluruh lapisan masyarakat
2) Terlaksananya pelayanan kesehatan yang bermutu, paripurna dan
profesional
3) Terwujudnya sistem pelayanan administrasi yang akuntabel
4) Tersedianya sarana dan prasarana yang memadai untuk
mendukung pengembangan pelayanan dengan unggulan
pelayanan kesehatan jiwa dan empat spesialistik dasar
5) Terpenuhinya kualitas dan kuantitas sumber daya manusia di
rumah sakit
6) Terwujudnya kesejahteraan pegawai baik materil maupun imateril
4. Susunan Organisasi
Susunan organisasi Rumah Sakit Daerah Madani Sesuai
Peraturan Gubernur Sulawesi Tengah Nomor 43 Tahun 2009, yaitu terdiri
dari : Direktur, Kepala Sub Bagian Tata Usaha, Kepala Seksi Pelayanan
Medik, Kepala Seksi Penunjang Medik, Kepala Seksi Perawatan,
Kelompok Jabatan Fungsional.
B. Hasil
Berikut adalah hasil perhitungan indikator mutu pelayanan rumah
sakit yang bersumber dari sensus harian rumah sakit.

Penilaian Mutu Pelayanan RSD Madani 2011 13


1. Aspek Struktur
Dalam hal ini, yang dimaksud dengan aspek struktur adalah
keseluruhan input untuk sistem pelayanan yang meliputi; tenaga,
peralatan, dana dan sebagainya. Jika struktur tertata dengan baik maka
akan menjamin mutu. Baik-tidaknya struktur diukur dari tingkat kewajaran,
kuantitas, biaya (efisiensi), mutu dari masing-masing komponen struktur.
a. Tanah dan Gedung
Sejak diresmikan sampai dengan akhir tahun 2011, RSD
Madani Provinsi Sulawesi Tengah telah memiliki tanah bangunan
rumah sakit seluas 92.010 m2 dan tanah bangunan perumahan seluas
19.470 m2 dengan nilai total 3.999.150.000 rupiah.
b. Sarana dan Prasarana
Data inventaris sarana dan prasarana meliputi jalan dan parkir,
saluran pembuangan, tempat parkir (UGD), taman dan parkiran, dan
taman gedung perawatan VIP dengan nilai total sebesar 452.763.000
rupiah.
c. Peralatan dan Mesin
Peralatan dan mesin terdiri dari kendaraan, peralatan, dan
jalan, jaringan serta instalasi. Adapun seluruh kendaraan (27 unit)
yang dimiliki rumah sakit bernilai 2.180.388.001 rupiah, peralatan
terdiri dari medis dan non medis, dan jalan, jaringan, serta instalasi
terdiri dari instalasi listrik, pengaspalan jalan lingkar, mesin air dan
instalasinya dengan nilai total sebesar 866.997.750 rupiah.
d. Keuangan
Sesuai DPPA Tahun 2011, anggaran yang dikelola RSD
Madani adalah sebesar Rp.38.946.589.202 dengan realisasi sebesar
Rp. 36.239.703.122 (93%) hal ini terjadi karena adanya realisasi
pembayaran gaji kurang dari target, tetapi semua sasaran fisik dapat
terealisasi (100%)
Pendapatan RSD Madani Tahun 2011 dengan target sebesar
Rp.6.505.000.000 selama setahun, dengan capaian target sebesar
99,94% dengan realisasi pendapatan sebesar Rp. 6.501.000.000
e. Ketenagaan
Ketenagaan di RSD Madani 31 Desember 2011 adalah :

Penilaian Mutu Pelayanan RSD Madani 2011 14


1) Tenaga Medis
a. Dokter Ahli terdiri dari : 1 Dokter Spesialis Jiwa, 1 Dokter
Spesialis Penyakit Dalam, 1 Dokter Spesialis Kebidanan dan
Penyakit Kandungan, 1 Dokter Spesialis Syaraf, 1 Dokter
Spesialis Anesthesi, 1 Dokter Spesialis Bedah.
b. Dokter Gigi 3 orang
c. Dokter Umum 16 orang (sedang menjalani pendidikan 7
orang)
2) Tenaga Paramedis Perawatan
Tenaga Paramedis Perawatan terdiri dari tenaga perawat
(S1 Keperawatan) 19 orang, perawat (D3 Keperawatan) 183
orang, bidan 38 orang, dan perawat (SPK/SPKJ) 5 orang.
3) Tenaga Paramedis Non Keperawatan
Tenaga Paramedis Non Keperawatan terdiri dari
Nutrisionis (S2 Gizi) 1 orang, S2 Kesehatan 3 orang, D3 Gizi 11
orang, Apoteker 4 orang, Kefarmasian (S1/D3/SMF Farmasi) 26
orang, S1 Psikologi 5 orang, S1 Kesmas 12 orang, D3 Analis
Kesehatan 5 orang, D3 Analis Kimia 1 orang, D3 Rekam Medik 1
orang, D3 Elektromedik 1 orang, D3 Radiologi 4 orang, D3
Fisioterapi 9 orang, D3 Kesling 14 orang, D3 Anesthesi 1 orang,
SPRG 1 orang, SPPH/AAK 3 orang, SMPS 3 orang.
4) Tenaga Non Medis/Non Keperawatan
Tenaga Non Medis/Non Keperawatan terdiri dari Pasca
Sarjana/M.kes 2 orang, S1 Non Kesehatan 7 orang, D4 Non
Kesehatan 1 orang, D3 Non Kesehatan 3 orang, D1 Komputer 2
orang, SLTA/Sederajat 54 orang, SLTP 8 orang, SD 8 orang.
2. Aspek Proses
Dalam hal ini, aspek proses adalah semua kegiatan dokter dan
tenaga profesi lainnya yang mengadakan interaksi secara profesional
dengan pasiennya. Interaksi ini diukur dalam bentuk: Penilaian penyakit
pasien, penegakan diagnosis, rencana tindakan pengobatan, indikasi
tindakan, penangan penyakit dan prosedur pengobatan.

Penilaian Mutu Pelayanan RSD Madani 2011 15


Semakin patuh tenaga profesi menjalankan “standar of good
practice” oleh ikatan profesi, maka semakin tinggi pula mutu asuhan
terhadap pasien.
Baik-tidaknya proses yankes diukur dari tiga aspek, yaitu:
a. Relevan-tidaknya proses itu bagi pasien.
b. Efektifitas prosesnya.
c. Kualitas interaksi asuhan terhadap pasien.
3. Aspek Outcome
a. Rawat Inap Jiwa
Pada tahun 2011, jumlah tempat tidur di RSD Madani
sebanyak 69 unit, jumlah pasien keluar (hidup + mati) adalah 678
orang, dan jum lah hari perawatan 16.614 hari. Berdasarkan data
tersebut, maka dapat dihitung:
1) Bed Occupancy Rate (BOR)
Jumlah hari perawatan di RS
BOR = Jumlah Tempat Tidur x jumlah hari dalam satu periode
x 100%

16.614
BOR = 69 𝑥 365
𝑥 100%

BOR = 66%
2) Average Length Of Stay (ALOS)
Jumlah hari perawatan pasien rawat inap (H+M)
ALOS = Jumlah pasien rawat inap yang keluar (H+M)
16.614
ALOS = 678

ALOS = 24,5 = 25 hari


3) Turn of Interval (TOI)
(Jumlah tempat tidur x jumlah Hari dalam setahun)− jumlah Hari
perawatan dalam setahun
TOI = Jumlah pasien rawat yang keluar (H+M)
(69 𝑥 365)− 16.614
TOI = 678

TOI = 12,64 = 13 hari


4) Bed Turn Over (BTO)
Jumlah pasien rawat inap yang keluar (H+M) pada satu tahun
BTO = Jumlah tempat tidur di rumah sakit pada tahun yang sama
678
BTO = 69

BTO = 9,8 = 10 kali

Penilaian Mutu Pelayanan RSD Madani 2011 16


5) Net Death Rate (NDR)
Jumlah kematian pasien yang meninggal > 48 jam
pada suatu periode tertentu
NDR = Jumlah pasien keluar (H+M)pada periode yang sama
x 1000‰
1
NDR = 678
𝑥 1000‰

NDR = 1,47 ‰ = 1‰
6) Gross Death Rate (GDR)
Jumlah seluruh kematian pasien
dalam suatu periode tertentu
GDR = Jumlah pasien keluar (H+M)pada periode yang sama
x 1000‰
2
GDR = 678
𝑥 1000‰

GDR = 2,95‰ = 3 ‰
7) Hospitalization Rate
jumlah hari rawat
Hospitalization Rate = x 100
jumlah populasi
16.614
Hospitalization Rate = x1000
2.683.722
Hospitalization Rate = 6,2=6 hari
8) Out Patient Rate
Total kunjungan (baru+lama)
Out Patient Rate = jumlah Populasi
x 1000
5.371
Out Patient Rate = 2.683.722
x 1000

Out Patient Rate = 2 orang


b. Rawat inap umum
Pada tahun 2011, jumlah tempat tidur di RSD Madani
sebanyak 51 unit, jumlah pasien keluar (hidup + mati) adalah 3794
orang, dan jumlah hari perawatan 15.610 hari. Berdasarkan data
tersebut, maka dapat dihitung:
1) Bed Occupancy Rate (BOR)
Jumlah hari perawatan di RS
BOR = Jumlah Tempat Tidur x jumlah hari dalam satu periode
x 100%

15.610
BOR = 51 𝑥 365
𝑥 100%

BOR = 83,8% = 84%


2) Average Length Of Stay (ALOS)
Jumlah hari perawatan pasien rawat inap (H+M)
ALOS = Jumlah pasien rawat inap yang keluar (H+M)

Penilaian Mutu Pelayanan RSD Madani 2011 17


15.610
ALOS = 3794

ALOS = 4,1 = 4 hari


3) Turn of Interval (TOI)
(Jumlah tempat tidur x jumlaH Hari dalam setaHun)− jumlaH Hari
perawatan dalam setaHun
TOI = Jumlah pasien rawat yang keluar (H+M)
(51 𝑥 365)− 15.610
TOI = 3794

TOI = 0,79 = 1 hari


4) Bed Turn Over (BTO)
Jumlah pasien rawat inap yang keluar (H+M) pada satu tahun
BTO = Jumlah tempat tidur di rumah sakit pada tahun yang sama
3794
BTO = 51

BTO = 74,3 = 74
5) Net Death Rate (NDR)
Jumlah kematian pasien yang meninggal > 48 jam
pada suatu periode tertentu
NDR = Jumlah pasien keluar (H+M)pada periode yang sama
x 1000‰
29
NDR = 3794
𝑥 1000‰

NDR = 7,6‰ = 8‰
6) Gross Death Rate (GDR)
Jumlah seluruh kematian pasien
dalam suatu periode tertentu
GDR = Jumlah pasien keluar (H+M)pada periode yang sama
x 1000‰
39
GDR = 3794
𝑥 1000‰

GDR = 10,27‰ = 10‰


7) Maternal Death Rate
Jumlah Kematian Ibu karena kehamilannya,persalinan dan
MDR = masa nifas
Jumlah Bayi Lahir Hidup
x1000‰
4
MDR = 335
𝑥 1000‰
MDR = 11,94 ‰ = 12‰
8) Perinatal Death Rate
PDR = Jumlah KematianJumlah
Janin 28 mgg − 7 hari setelah kelahiran
Kelahiran Hidup
x 1000‰
6
PDR = 335
𝑥 100‰

PDR = 17,9‰ = 18‰

Penilaian Mutu Pelayanan RSD Madani 2011 18


9) Hospitalization Rate
jumlah hari rawat
Hospitalization Rate = x 100
jumlah populasi
15.610
Hospitalization Rate = x1000
2.683.722
Hospitalization Rate = 5,81=6 hari
10) Out Patient Rate
Total kunjungan (baru+lama)
Out Patient Rate = jumlah Populasi
x 1000
6.684
Out Patient Rate = 2.683.722
x 1000

Out Patient Rate = 2,5 = 3 orang


11) Emergency Out Patient Rate
Total pasien gawat darurat
Emergency Out Patient Rate = Total Populasi
x1000
6052
Emergency Out Patient Rate = x 1000
2.683.722

Emergency Out Patient Rate = 2,3 = 2 orang

C. Pembahasan
Untuk menilai mutu pelayanan RS terdapat beberapa indikator yang
telah dibahas sebelumnya :
1. BOR
BOR merupakan indikator untuk mengetahui persentase
pemakaian tempat tidur di RS dalam satu tahun. Idealnya persentase
pemakaian tempat tidur adalah 60-85% .
Berdasarkan hasil perhitungan nilai BOR di RSD Madani Tahun
2011 diketahui bahwa nilai BOR untuk rawat inap jiwa masih termasuk
ideal yakni 66%, Hal ini berarti bahwa dalam satu tahun setiap 100
tempat tidur di RSD Madani 66 diantaranya terpakai, demikian pula pada
rawat inap umum yakni 84%.
Jika dibandingkan dengan BOR nasional (57%) pada tahun 2006,
maupun BOR RSUD Ruteng Kab. Manggarai NTT (57%) pada tahun
2010, BOR RSD Madani Tahun 2011 lebih baik karena BOR nasional
tidak memenuhi kriteria ideal.

Penilaian Mutu Pelayanan RSD Madani 2011 19


2. ALOS
ALOS merupakan indikator untuk mengetahui rata-rata lamanya
perawatan seorang pasien. Indikator ini disamping merupakan gambaran
tingkat efisiensi manajemen pasien di RS, juga dapat dipakai untuk
mengukur mutu pelayanan apabila diagnosis penyakit tertentu dijadikan
tracernya (yang perlu pengamatan lebih lanjut). Idealnya nilai ALOS atau
rata-rata lama perawatan seorang pasien adalah 6-9 hari .
Berdasarkan hasil perhitungan nilai ALOS di RSD Madani Tahun
2011 diketahui bahwa nilai ALOS untuk rawat inap jiwa termasuk tidak
ideal atau lebih besar dari standar yakni 25 hari, Hal ini berarti bahwa
setiap satu pasien jiwa membutuhkan rata-rata 25 hari dalam
perawatannya, demikian halnya pada rawat inap umum yakni 4 hari yang
juga termasuk tidak ideal atau lebih kecil dari standar. Perbedaan nilai
ALOS tersebut dikarenakan penanganan pasien jiwa dan umum memiliki
metode tersendiri.
Nilai ALOS yang lebih kecil dari standar pada rawat inap umum
dapat dikarenakan oleh sebagian besar penyakit (28%) pasien adalah
diare dan gastroenteritis oleh penyebab infeksi tertentu (kolitis infeksi)
yang mana penanganannya pada umumnya membutuhkan waktu 3-5
hari.
Jika dibandingkan dengan ALOS nasional (4 hari) pada tahun
2006 maupun ALOS RSUD Ruteng Kab. Manggarai NTT (3 hari) pada
tahun 2010 , ALOS rawat inap umum RSD Madani Tahun 2011 termasuk
baik, sebaliknya ALOS rawat inap jiwa tidak lebih baik baik dari ALOS
nasional maupun ALOS RSUD Ruteng (lama hari perawatan lebih
panjang yakni 25 hari).
3. TOI
TOI merupakan indikator untuk mengetahui rata-rata interval hari
antara penggunaan tempat tidur terakhir hingga penggunaan berikutnya
dalam satu tahun. Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi
penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur tidak terisi pada kisaran
1-3 hari.
Berdasarkan hasil perhitungan nilai TOI di RSD Madani Tahun
2011 diketahui bahwa nilai TOI untuk rawat inap jiwa termasuk tidak ideal

Penilaian Mutu Pelayanan RSD Madani 2011 20


atau lebih besar dari standar yakni 13 hari, Hal ini berarti bahwa dalam
satu tahun setiap satu tempat tidur di RSD Madani tidak gunakan dalam
kurun waktu 13 hari, namun tidak demikian pada rawat inap umum yakni
1 hari (ideal atau sesuai standar). Semakin besar nilai TOI maka efisiensi
penggunaan tempat tidur semakin buruk.
Jika dibandingkan dengan TOI RSUD Ruteng Kab. Manggarai
NTT pada tahun 2010 (2 hari) , TOI rawat inap umum RSD Madani Tahun
2011 lebih baik sebab interval hari antara penggunaan tempat tidur
terakhir hingga penggunaan berikutnya dalam satu tahun lebih pendek
yakni 1 hari, namun tidak demikian halnya pada TOI rawat inap jiwa yakni
13 hari, yang lebih panjang dari TOI RSUD Ruteng.
4. BTO
BTO merupakan indikator untuk mengetahui frekuensi pemakaian
atau berapa kali satu tempat tidur dipakai dalam satu periode waktu
tertentu. Idealnya dalam satu tahun satu tempat tidur dipakai 40-50 kali.
Berdasarkan hasil perhitungan nilai BTO di RSD Madani Tahun
2011 diketahui bahwa nilai BTO untuk rawat inap jiwa termasuk tidak
ideal atau lebih kecil dari standar yakni 10 kali, Hal ini berarti bahwa
dalam satu tahun setiap satu tempat tidur di RSD Madani digunakan
sebanyak 10 kali, namun tidak demikian pada rawat inap umum yakni 74
kali yang juga termasuk tidak ideal atau lebih besar dari standar.
Jika dibandingkan dengan BTO RSUD Ruteng Kab. Manggarai
NTT pada tahun 2010 (65 kali) , BTO rawat inap umum RSD Madani
Tahun 2011 lebih baik sebab frekuensi pemakaian satu tempat tidur
dalam satu tahun lebih banyak yakni 74 kali, namun tidak demikian
halnya pada BTO rawat inap jiwa yakni 10 kali, yang lebih sedikit dari
BTO RSUD Ruteng.
5. NDR
NDR adalah angka kematian 48 jam setelah dirawat untuk tiap-
tiap 1000 penderita keluar. Indikator ini memberikan gambaran mutu
pelayanan di rumah sakit. Idealnya, NDR <25/1000.
Berdasarkan hasil perhitungan NDR di RSD Madani Tahun 2011
diketahui bahwa nilai NDR untuk rawat inap jiwa termasuk ideal karena
sesuai dengan standar yakni 1‰, Hal ini berarti bahwa dalam satu tahun

Penilaian Mutu Pelayanan RSD Madani 2011 21


angka kematian netto di RSD Madani pada setiap 1000 pasien keluar
(hidup + mati) adalah 1 orang, begitupun pada rawat inap umum yakni
8‰. Dan jika dibandingkan dengan NDR RSUD Ruteng Kab. Manggarai
NTT Tahun 2010 (yakni 146 per 1000 penderita keluar), NDR RSD
Madani pada tahun 2011 jauh lebih baik.
6. GDR
GDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian umum
untuk setiap 1000 penderita keluar. Indikator ini memberikan gambaran
mutu pelayanan di rumah sakit. Idealnya, NDR <45/1000.
Berdasarkan hasil perhitungan GDR di RSD Madani Tahun 2011
diketahui bahwa nilai GDR untuk rawat inap jiwa termasuk ideal karena
sesuai dengan standar yakni 3‰, Hal ini berarti bahwa dalam satu tahun
angka kematian kasar di RSD Madani pada setiap 1000 pasien keluar
(hidup + mati) adalah 3 orang, begitupun pada rawat inap umum yakni
10‰. Dan jika dibandingkan dengan GDR RSUD Ruteng Kab. Manggarai
NTT Tahun 2010 (yakni 141 per 1000 penderita keluar), GDR RSD
Madani pada tahun 2011 jauh lebih baik.
7. MDR
Angka kematian ibu didefinisikan sebagai kematian wanita pada
waktu hamil, atau selama 42 hari (6 minggu) sejak terminasi kehamilan
tanpa memandang lama dan tempat kelahiran, yang disebabkan karena
kehamilannya atau pengelolaannya per 1000 kelahiran hidup. Idealnya,
MDR <2,5/1000.
Berdasarkan hasil perhitungan MDR di RSD Madani Tahun 2011
diketahui bahwa nilai MDR di RSD Madani pada setiap 1000 kelahiran
hidup adalah 12 orang, sehingga dapat dikatakan bahwa nilai MDR RSD
Madani Tahun 2011 lebih besar dari standar. Hal ini karena rumah sakit
ini merupakan rumah sakit rujukan dari seluruh daerah yang ada di
Sulawesi Tengah, data kebidanan dan Perinatologi menunjukkan bahwa
terdapat 4 kematian dari 339 persalinan dan 3 diantaranya merupakan
pasien rujukan.
8. Perinatal Death Rate
Perinatal Death Rate didefinisikan sebagai jumlah kematian janin
yang dilahirkan pada usia kehamilan 28 minggu atau lebih ditambah

Penilaian Mutu Pelayanan RSD Madani 2011 22


dengan jumlah kematian bayi berumur kurang dari 7 hari yang dicatat
selama setahun per 1000 kelahiran hidup pada tahun yang sama.
Manfaat Pernatal Death Rate adalah untuk menggambarkan
keadaan kesehatan masyarakat terutama kesehatan ibu hamil dan bayi.
Faktor yang mempengaruhi tinggi-rendahnya PDR yakni banyaknya
BBLR, status gizi ibu dan bayi, keadaan sosial ekonomi dan penyakit
infeksi terutama ISPA.
Berdasarkan hasil perhitungan MDR di RSD Madani Tahun 2011
diketahui bahwa nilai MDR di RSD Madani pada setiap 1000 kelahiran
hidup adalah 12 orang, sehingga dapat dikatakan bahwa nilai MDR RSD
Madani Tahun 2011 lebih besar dari standar. Hal ini karena rumah sakit
ini merupakan rumah sakit rujukan dari seluruh daerah yang ada di
Sulawesi Tengah, data kebidanan dan Perinatologi menunjukkan bahwa
terdapat 4 kematian dari 339 persalinan dan 3 diantaranya merupakan
pasien rujukan.
9. Hospitalization Rate (HR)
Berdasarkan hasil perhitungan HR di RSD Madani Tahun 2011
diketahui bahwa nilai HR di RSD Madani pada bagian jiwa dan umum
masing-masing adalah 6 hari. Hal ini berarti bahwa, satu dari 1000
penduduk membutuhkan lama perawatan di rumah sakit (hospitalization
rate) selama 6 hari.
10. Out Patient Rate (OPR)
Berdasarkan hasil perhitungan OPR di RSD Madani Tahun 2011
diketahui bahwa nilai OPR di RSD Madani pada bagian jiwa dan umum
masing-masing adalah 2 dan 3 orang dari 1000 penduduk. Hal ini berarti
bahwa dari 1000 penduduk terdapat 2 orang pasien yang keluar dari
bagian rawat jiwa RSD Madani pada tahun 2011 dan 3 orang pasien dari
bagian rawat umum.
11. Emergency Out Patient Rate
Berdasarkan hasil perhitungan Emergency out patient rate di RSD
Madani Tahun 2011 diketahui bahwa Emergency out patient rate di RSD
Madani adalah 2 orang dari 1000 penduduk. Hal ini berarti bahwa dari
1000 penduduk, 2 diantaranya merupakan pasien yang keluar dari unit
gawat darurat.

Penilaian Mutu Pelayanan RSD Madani 2011 23


D. Keterbatasan
1. Beberapa indikator mutu pelayanan RSD Madani tidak dapat dihitung
karena tidak diperolehnya data.
2. Penggunaan standar yang berbeda menyebabkan interpretasi hasil (ideal
atau tidak ideal) yang berbeda dalam beberapa indikator.

Penilaian Mutu Pelayanan RSD Madani 2011 24


BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Indikator mutu pelayanan RSD Madani Tahun 2011 yang ideal atau yang
sesuai standar adalah sebagai berikut:
a. BOR, baik pada rawat inap jiwa (66%) maupun rawat inap umum
(84%), ukuran BOR ideal adalah 60 – 85%.
b. TOI pada rawat inap umum (1 hari), ukuran ALOS ideal adalah 1 – 3
hari.
c. NDR, baik pada bagian rawat inap jiwa (1‰) maupun rawat inap
umum (8‰), ukuran NDR ideal adalah <25/1000.
d. GDR, baik pada bagian rawat inap jiwa (3‰) maupun rawat inap
umum (10‰), ukuran GDR ideal adalah <45/1000.
2. Indikator mutu pelayanan RSD Madani Tahun 2011 yang tidak sesuai
dengan standar ideal tetapi dikategorikan baik adalah:
ALOS pada bagian rawat inap umum (4 hari), ukuran ALOS ideal adalah
6 – 9 hari. ALOS dengan lama perawatan 4 hari dikatakan baik karena hal
tersebut menunjukkan bahwa perawatan RSD Madani Tahun 2011
adalah baik (waktu perawatan pasien hanya 4 hari).
3. Indikator mutu pelayanan RSD Madani Tahun 2011 yang tidak ideal atau
yang tidak sesuai standar adalah sebagai berikut:
a. ALOS pada bagian rawat inap jiwa (25 hari), ukuran ALOS ideal
adalah 6 – 9 hari.
b. TOI pada rawat inap jiwa (13 hari), ukuran ALOS ideal adalah 1 – 3
hari.
c. BTO, baik pada bagian rawat inap jiwa (10 kali) maupun rawat inap
umum (74 kali), ukuran BTO ideal adalah 40 – 50 kali.
d. MDR pada rawat inap umum (12/1000), idealnya nilai MDR adalah
<2,5/1000.
4. Untuk PDR, Hospitalization rate, out patient rate, dan emergency out
patient rate tidak dapat ditentukan apakah ideal atau tidak karena tidak
diperoleh standar yang ideal untuk indikator tersebut.

Penilaian Mutu Pelayanan RSD Madani 2011 25


B. Saran
1. Kepada pihak yang berperan dalam penentuan standar ideal-tidak
idealnya suatu indikator, sebaiknya menyesuaikan dengan penanganan
suatu penyakit. Hal ini terkait dengan perbedaan dalam penggunaan
tempat tidur, lama perawatan, dan indikator lainnya yang terkait.
2. Kepada pihak rumah sakit sebaiknya memperhatikan indikator lain, selain
BOR, ALOS, TOI, BTO, NDR, dan GDR dalam penilaian mutu pelayanan
rumah sakit.

Penilaian Mutu Pelayanan RSD Madani 2011 26


DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Chapter II Tinjauan Pustaka.


http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21943/4/Chapter%20II.pdf
. Diakses 8 Januari 2013.
---------, Bab II Tinjauan Pustaka.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22712/3/Chapter%20II.pdf
. Diakses November 2012.
Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Tengah. Jumlah dan Laju Pertumbuhan
Penduduk, 1971,1980, 1990, 2000, 2005, 2010, dan 2011.
Bustan, NM. Ukuran-Ukuran Epidemiologi. Kelompok Studi Epidemiologi Klinik
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Ujung Pandang 1996.
Harmi, Bab I Latar Belakang Harmi. http://repository.unhas.ac.id. Diakses 19
Januari 2013.
Pahlevi, Wildan. Bab II Tinjauan Pustaka.
http://www.lontar.ui.ac.id/file?file=digital/125608-S-5852-
Analisis%20pelayanan-Literatur.pdf. Diakses 8 Januari 2013.
Profil Rumah Sakit Daerah Madani Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2011.
Tanjung, Annisa. Bab II Tinjauan Pustaka. http://lib.uin-
malang.ac.id/thesis/chapter_ii/05560003-anisa-tanjung.ps. Diakses 8
Januari 2013.
Zulkifli A. Epidemiologi Teori dan Aplikasi. Makassar : Masagena Press. 2012.

Penilaian Mutu Pelayanan RSD Madani 2011 27

Anda mungkin juga menyukai