Mutu Pelayanan Rumah Sakit
Mutu Pelayanan Rumah Sakit
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tujuan pelayanan kesehatan adalah tercapainya derajat kesehatan
masyarakat yang memuaskan harapan dan kebutuhan derajat masyarakat
(consumer satisfaction), melalui pelayanan yang efektif oleh pemberi
pelayanan yang memuaskan harapan dan kebutuhan pemberi pelayanan
(provider satisfaction), pada institusi pelayanan yang diselenggarakan secara
efisien (institutional satisfaction). Interaksi ketiga pilar utama pelayanan
kesehatan yang serasi, selaras dan seimbang, merupakan paduan dari
kepuasan tiga pihak, dan ini merupakan pelayanan kesehatan yang
memuaskan (satisfactory healty care).
Upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan adalah langkah
terpenting untuk meningkatkan daya saing usaha Indonesia di sektor
kesehatan. Perkembangan terakhir menunjukkan bahwa masyarakat
pengguna pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta semakin menuntut
pelayanan yang bermutu. Tak dapat dipungkiri bahwa kini pasien semakin
kritis terhadap pelayanan kesehatan dan menuntut keamanannya termasuk
di rumah sakit.
Rumah sakit merupakan salah satu suatu tempat dimana orang yang
sakit dirawat dan ditempatkan dalam jarak yang sangat dekat. Di tempat ini
pasien mendapatkan terapi dan perawatan untuk dapat sembuh. Tetapi,
rumah sakit selain untuk mencari kesembuhan, juga merupakan depot bagi
berbagai macam penyakit yang berasal dari penderita maupun dari
pengunjung yang berstatus karier. Kuman penyakit ini dapat hidup dan
berkembang di lingkungan rumah sakit, seperti; udara, air, lantai, makanan
dan benda-benda medis maupun non medis. Terjadinya infeksi nosokomial
akan menimbulkan banyak kerugian, antara lain: lama hari perawatan
bertambah panjang, penderitaan bertambah dan biaya meningkat.
Dari hasil studi deskriptif Suwarni, A di semua rumah sakit di
Yogyakarta tahun 1999 menunjukkan bahwa proporsi kejadian infeksi
nosokomial berkisar antara 0,0% hingga 12,06%, dengan rata-rata
keseluruhan 4,26%. Untuk rerata lama perawatan berkisar antara 4,3 – 11,2
Jumlah pasien rawat inap yang keluar (H+M) pada satu tahun
BTO = Jumlah tempat tidur di rumah sakit pada tahun yang sama
Selain konsep Barber dan John tersebut, adapula indikator yang lain
digunakan untuk mengetahui tingkat pemanfaatan, mutu, dan efisiensi
pelayanan rumah sakit. Data dari indikator-indikator berikut bersumber dari
sensus harian rawat inap:
1. Angka Kematian Netto/Net Death Rate (NDR)
NDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian 48 jam
setelah dirawat untuk tiap-tiap 1000 penderita keluar. Indikator ini
memberikan gambaran mutu pelayanan di rumah sakit. Idealnya, angka
kematian netto <25 orang setiap 1000 penderita yang keluar dari rumah
sakit.
PDR =
Jumlah Kematian Janin 28 mgg − 7 hari setelah kelahiran x 1000
Jumlah Kelahiran Hidup
9. Hospitalization Rate
Hospitalization rate diformulasikan sebagai berikut:
16.614
BOR = 69 𝑥 365
𝑥 100%
BOR = 66%
2) Average Length Of Stay (ALOS)
Jumlah hari perawatan pasien rawat inap (H+M)
ALOS = Jumlah pasien rawat inap yang keluar (H+M)
16.614
ALOS = 678
NDR = 1,47 ‰ = 1‰
6) Gross Death Rate (GDR)
Jumlah seluruh kematian pasien
dalam suatu periode tertentu
GDR = Jumlah pasien keluar (H+M)pada periode yang sama
x 1000‰
2
GDR = 678
𝑥 1000‰
GDR = 2,95‰ = 3 ‰
7) Hospitalization Rate
jumlah hari rawat
Hospitalization Rate = x 100
jumlah populasi
16.614
Hospitalization Rate = x1000
2.683.722
Hospitalization Rate = 6,2=6 hari
8) Out Patient Rate
Total kunjungan (baru+lama)
Out Patient Rate = jumlah Populasi
x 1000
5.371
Out Patient Rate = 2.683.722
x 1000
15.610
BOR = 51 𝑥 365
𝑥 100%
BTO = 74,3 = 74
5) Net Death Rate (NDR)
Jumlah kematian pasien yang meninggal > 48 jam
pada suatu periode tertentu
NDR = Jumlah pasien keluar (H+M)pada periode yang sama
x 1000‰
29
NDR = 3794
𝑥 1000‰
NDR = 7,6‰ = 8‰
6) Gross Death Rate (GDR)
Jumlah seluruh kematian pasien
dalam suatu periode tertentu
GDR = Jumlah pasien keluar (H+M)pada periode yang sama
x 1000‰
39
GDR = 3794
𝑥 1000‰
C. Pembahasan
Untuk menilai mutu pelayanan RS terdapat beberapa indikator yang
telah dibahas sebelumnya :
1. BOR
BOR merupakan indikator untuk mengetahui persentase
pemakaian tempat tidur di RS dalam satu tahun. Idealnya persentase
pemakaian tempat tidur adalah 60-85% .
Berdasarkan hasil perhitungan nilai BOR di RSD Madani Tahun
2011 diketahui bahwa nilai BOR untuk rawat inap jiwa masih termasuk
ideal yakni 66%, Hal ini berarti bahwa dalam satu tahun setiap 100
tempat tidur di RSD Madani 66 diantaranya terpakai, demikian pula pada
rawat inap umum yakni 84%.
Jika dibandingkan dengan BOR nasional (57%) pada tahun 2006,
maupun BOR RSUD Ruteng Kab. Manggarai NTT (57%) pada tahun
2010, BOR RSD Madani Tahun 2011 lebih baik karena BOR nasional
tidak memenuhi kriteria ideal.
A. Kesimpulan
1. Indikator mutu pelayanan RSD Madani Tahun 2011 yang ideal atau yang
sesuai standar adalah sebagai berikut:
a. BOR, baik pada rawat inap jiwa (66%) maupun rawat inap umum
(84%), ukuran BOR ideal adalah 60 – 85%.
b. TOI pada rawat inap umum (1 hari), ukuran ALOS ideal adalah 1 – 3
hari.
c. NDR, baik pada bagian rawat inap jiwa (1‰) maupun rawat inap
umum (8‰), ukuran NDR ideal adalah <25/1000.
d. GDR, baik pada bagian rawat inap jiwa (3‰) maupun rawat inap
umum (10‰), ukuran GDR ideal adalah <45/1000.
2. Indikator mutu pelayanan RSD Madani Tahun 2011 yang tidak sesuai
dengan standar ideal tetapi dikategorikan baik adalah:
ALOS pada bagian rawat inap umum (4 hari), ukuran ALOS ideal adalah
6 – 9 hari. ALOS dengan lama perawatan 4 hari dikatakan baik karena hal
tersebut menunjukkan bahwa perawatan RSD Madani Tahun 2011
adalah baik (waktu perawatan pasien hanya 4 hari).
3. Indikator mutu pelayanan RSD Madani Tahun 2011 yang tidak ideal atau
yang tidak sesuai standar adalah sebagai berikut:
a. ALOS pada bagian rawat inap jiwa (25 hari), ukuran ALOS ideal
adalah 6 – 9 hari.
b. TOI pada rawat inap jiwa (13 hari), ukuran ALOS ideal adalah 1 – 3
hari.
c. BTO, baik pada bagian rawat inap jiwa (10 kali) maupun rawat inap
umum (74 kali), ukuran BTO ideal adalah 40 – 50 kali.
d. MDR pada rawat inap umum (12/1000), idealnya nilai MDR adalah
<2,5/1000.
4. Untuk PDR, Hospitalization rate, out patient rate, dan emergency out
patient rate tidak dapat ditentukan apakah ideal atau tidak karena tidak
diperoleh standar yang ideal untuk indikator tersebut.