Anda di halaman 1dari 11

Cara Membuat Label Buku Perpustakaan Dengan Mudah.

tahukah anda apa


siih sebenrnya yang di maksud dengan Label buku yang seringkali kita temui
di buku ketika ketika meminjam buku di perpustakaan? Ok. Sedikit akan
dsaya jelaskan tentang label buku ini. Label Buku adalah sebuah informasi
yang biasa terletak atau di tempelkan pada punggung buku yang terdiri dari
4 baris dengan ketentuan berikut ini :
contoh gambar label buku perpustakaan.

Cara membuat label buku Perpustakaan

o Baris pertama yang menunjukkan identitas perpustakaan


o Baris kedua yang menunjukkan kode klasifikasi buku atau DDC
o Baris ketiga yang berisi 3 huruf pertama penulis buku
o Baris ke empat yang berisi satu kuruf awal dari judul buku.

Cara Membuat Label Buku Perpustakaan Dengan Mudah


Nah, sekarang pertanyaannya adalah bagaimana Membuat Label Buku
Perpustakaan Dengan Mudah. Ok. KIta bisa memanfaatkan Software
Perpustakaan yang sudah di lengkapi dengan Software Cetak Label Buku.
Aplikasi ini di kembangkgan oleh ichasoft. salah satu developer lokal yang
sudah banyak mengembangkan berbagai macam aplikasi baik bisnis maupun
aplikasi pendidikan.
Adapun cara Cetak Label Buku perpustakaan dengan software perpustakaan
Simple Perpus dari ichasoft adalah sebagai berikut :
1. Download Software Perpustakaan Simple Perpus
2. Install Aplikasi Perpustakaan yang sudah di download tadi
3. Buka Aplikasinya dan masuk ke menu Input Data buku
4. Isi Semua Textbox yang telah di sediakan, mulai dari kode buku sampai
dengan tanggal di terima.
5. Tekan tombol Simpan
6. Tekan Tombol Cetak Label Buku.
Dari langkah – langkah diatas, anda sudah bisa untuk membuat label
Punggung buku perpustakaan. Cara seperti ini sangatlah mudah jika di
bandingkan dengan cara manual yang harus membuat satu per satu, yang
tentunya akan menyita banyak waktu.

Dengan menggunakan aplikasi diatas, berati anda sudah memiliki sebuah


Software Aplikasi Cetak Label Buku Perpustakaan yang bisa anda gunakan
untuk membuat Label buku sendiri.
Demikian petunjuk cara membuat Label Punggung Buku perpustakaan,
semoga bisa memberikan petunjuk yang jelas bagi anda serta bisa menjadi
sebuah referensi untuk yang baik untuk anda.

Klasifikasi buku di perpustakaan


Posted on February 8, 2013 by admin

Pernah lihat label yang ditempel pada punggung buku (spine) di perpustakaan?

Label itu disebut “nomor panggil” buku atau call number.


Sumber gbr: http://pustakawan.club/wp-
content/uploads/2013/02/callnumber.gif?w=225

Disebut call number atau nomor panggil karena bertujuan untuk memberi tahu di mana letak
buku berada. Istilahnya “nomor untuk memanggil buku”.

Supaya seragam, label call number biasanya ditempel dengan ukuran yang sama rata pada
buku. Misalnya ditempel dengan ukuran 3 sentimeter dihitung dari bagian buku yang paling
bawah.

Call number terdiri dari angka-angka, tiga huruf pertama nama pengarang, dan huruf pertama
judul (yang bukan kata sandang).

Contohnya label pada perpustakaan X:

Untuk baris ke dua dan ketiga yaitu “3 huruf pertama nama pengarang” dan “huruf pertama
judul” sudah mengerti kan? Lalu bagaimana dengan angka-angka pada baris pertama?

Angka itu rupanya bukan sekedar deret angka tanpa makna. Angka yang ada pada call
numbertersebut biasa disebut sebagai “nomor klasifikasi”.

Nah mari kita masuk ke inti utamanya yaitu klasifikasi buku di perpustakaan.
Rumitkah klasifikasi buku itu? Tidak juga.

Lihat saja lemari atau kulkas di rumahmu. Di dalam kulkas atau lemari biasanya bahan-bahan
makanan yang sama diletakkan berdekatan, bukan? Misalnya telur di tempat telur, sayur
mentah semacam selada, sawi, bayam, kangkung diletakkan bersama-sama di paling bawah
kulkas, atau kaleng minum yang diletakkan berdekatan. Nah itu namanya klasifikasi.

Bagaimana klasifikasi buku di perpustakaan?

Klasifikasi di perpustakaan berarti mengelompokkan bahan pustaka ke dalam ciri-ciri yang


sama sesuai dengan bahan tersebut.

Tujuan pemberian nomor klasifikasi ini supaya nantinya buku-buku dengan subjek yang sama
akan tergabung dalam satu jajaran di rak. Nomor klasifikasi ini dicetak pada label yang
kemudian ditempel pada punggung buku. Di sinilah call number yang tadi diceritakan berada.

Sumber: http://library.tcu.edu/img/lc_000.gif

Dengan klasifikasi, semua buku-buku dengan subjek sama akan berada berdekatan di rak.
Misalnya semua buku dengan subjek “arsitektur taman” akan berkumpul di rak nomor 7,
sementara semua buku-buku dengan subjek “filsafat” di rak nomor 1.

Sehingga jelas, inti utama dari pemberian nomor klasifikasi buku adalah mengumpulkan
subjek yang sama dalam satu jajaran dan memudahkan pengguna perpustakaan (pemustaka)
menemukan informasi atau buku yang ia butuhkan.

Ada berbagai sistem penomoran klasifikasi yang digunakan di berbagai perpustakaan di


seluruh dunia. Standar internasional, istilah kerennya. Sistem penomoran itu di antaranya
adalah DDC (Dewey Decimal Classification Number), UDC (Universal Decimal
Classification), dan LCC (Library of Congress Classification Scheme).

Mari membahas salah satu sistem klasifikasi perpustakaan yaitu DDC atau Dewey Decimal
Classification.
DDC merupakan salah satu bentuk klasifikasi yang banyak digunakan di perpustakaan,
diciptakan oleh Melville Louis Kossuth Dewey atau biasa disebut Melvil Dewey pada tahun
1876.

DDC membagi ilmu pengetahuan menjadi 10 kategori utama; yaitu

000 Ilmu pengetahuan umum

100 Filsafat dan Psikologi

200 Agama

300 Ilmu sosial

400 Bahasa

500 Sains

600 Teknologi

700 Seni dan rekreasi

800 Sastra

900 Sejarah dan geografi

Sumber gbr:

http://media-cache-ec7.pinterest.com/550/cb/21/3c/cb213cb7d2bf0efbed1eed194f7d3f66.jpg

Dari 10 kategori utama itu, DDC akan membagi lagi ke dalam 100 divisi lagi yang lebih
spesifik. Dari 100 divisi itu kemudian akan dibagi lagi menjadi 1000 bagian. Dari umum ke
khusus, begitu inti utamanya. Sehingga semakin panjang sebuah nomor klasifikasi, semakin
spesifik lah cakupan dari buku tersebut.

Misalnya:

Buku “Pengantar arsitektur” masuk dalam kelas 720


Buku “Gambar arsitektur” masuk dalam kelas 720.284

Meski DDC merupakan standar klasifikasi yang umum digunakan, namun setiap
perpustakaan tetap memiliki kebijakan masing-masing mengenai sistem penomoran ini.

Contoh lain lagi yaitu LCC atau Library of Congress Classification. Berbeda dengan DDC
yang menggunakan notasi desimal, LCC menggunakan alfabet A-Z untuk setiap subjek.

Sumber:
http://images.teamsugar.com/files/upl0/2/22911/07_2008/library-of-congress.jpg

Bahkan sah-sah saja sebuah perpustakaan mengelompokkan buku misalnya berdasarkan


abjad atau berdasarkan tinggi bukunya, dengan syarat jumlah buku yang dimiliki tidak
banyak dan si pemilik memang mampu mengingat di mana letak buku tersebut. Ini biasanya
terjadi pada perpustakaan keluarga dengan cakupan buku sedikit. Tapi kalau jumlah buku
yang tersedia banyak dan diperkirakan akan terus membengkak, perpustakaan harus
menggunakan sistem klasifikasi supaya nantinya tidak membingungkan.

Untuk perpustakaan skala kecil semacam taman baca atau perpustakaan anak, biasanya tidak
menggunakan sistem klasifikasi angka tapi hanya label warna untuk membedakan tiap
koleksinya. Misalnya buku dengan label warna hijau untuk buku bacaan anak bergambar,
label warna oranye untuk novel remaja, label warna merah untuk ensiklopedi, dan seterusnya.

Anak-anak akan cenderung mengambil sendiri dan mengacak-ngacak buku di rak karena
haus akan bacaan, maka untuk memudahkan saat shelving (pengembalian buku ke rak),
penggunaan label warna pun sudah lebih dari cukup. Warna-warna yang eye catching pada
label yang terlihat dari jauh juga bisa semakin menarik minat anak-anak untuk membaca.

Nah, sekarang sistem klasifikasi yang seperti apa yang digunakan di perpustakaanmu?

pengolahan perpustakaan

Kegiatan pengolahan bahan pustaka di perpustakaan biasanya mencakup beber


Inventarisasi, Katalogisasi, Klasifikasi, dan Kelengkapan fisik buku.
A. Pembinaan dan Pengembangan Koleksi
Pengembangan koleksi (Collection development) merupakan serangkaian proses
pemakai dengan rekaman informasi dalam lingkungan perpustakaan yang men
koleksi, pemilihan koleksi, pengadaan koleksi, penyiangan koleksi, serta evaluasi
1. Inventarisasi

Bahan pustaka yang telah dimiliki oleh perpustakaan, baik yang diperoleh den
pinjam meminjam, harus dicatat ke dalam buku induk atau buku inventarisasi perp
menyusun laporan mengenai perkembangan koleksi yang dimiliki oleh perpu
memasukkan ke buku induk, dan memberikan stempel kepemilikan (hak milik).

2.Katalogisasi
Perpustakaan sebagai suatu system informasi berfungsi menyimpan pengetahuan
rupa, sehingga informasi yang diperlukan dapat diketemukan kembali dengan cep
perlu diproses dengan system katalogisasi (cataloging).
Adapun system katalogisasi yang dikembangkan mengalami berbagai tahapa
terakhir yang sampai sekarang masing digunakan untuk pedoman katalogisasi se
Ruler 2 : Revised ( 1988 )/ AACR2R.
Sedangkan perpustakaan mempunyai bentuk fisik catalog yang bermacam-maca
cm ; 2). Katalog Berkas (Sheaf Catalog) ukuran 10 cm x 20 cm. ; 3). Katalog Ceta
(Online Public Access Catalog). Sedangkan untuk jenis catalog perpustakaan
Pengarang ; 3) Katalog Judul ; dan 4). Katalog Subyek.

3. Klasifikasi
Koleksi perpustakaan akan tampak rapi dan mudah diketemukan apabila dikelo
berdasarkan pada jenis, ukuran (tinggi, pendek, besar, dan kecil), warna, abjad
menggunakan sistem pengelompokan berdasarkan subyek ( klasifikasi
mengelompokkan bahan pustakanyamenggunakan system klasifikasi fundamen
sesuai dengan disiplin ilmu pengetahuan, dan dengan system ini akan memudahk
Adapun system klasifikasi yang digunakan oleh perpustakaan pada umumnya
(Universal Decimal Classification).
1. DDC ( Dewey Decimal Classification )
DDC mencakup keseluruhan ilmu pengetahuan yang dibuat dalam su
pengetahuan dimulai dari yang bersifat umum ke yang bersifat khusus, dengan
100 divisi, 1000 seksi, dan 10.000 sub seksi.
Berikut pembagian subyek dalam system DDC :
000 = Karya Umum
100 = Filsafat
200 = Agama
300 = Ilmu Sosial
400 = Bahasa
500 = Ilmu Murni
600 = Ilmu Terapan
700 = Seni dan Olah Raga
800 = Kesusasteraan
900 = Sejarah dan Geografi
2. UDC (Universal Decimal Classification)
Sistem ini meerupakan penyederhanaan dan perluasan system DDC. Sistem i
dibagi menjadi sepuluh cabang. Berikut pembagian cabang dalam UDC :
0 = Karya Umum
1 = Filsafat, metafisika, logika
2 = Agama
3 = Ilmu Sosial
4 = Bahasa/Filologi
5 = Ilmu Murni
6 = Ilmu Terapan
7 = Seni , Olah Raga dan arsitektur
8 = Kesusasteraan
9 = Sejarah , Geografi, dan biografi
Selain pembagian cabang ini, system UDC masih dibantu dengan symbol-simb

4. Kelengkapan Fisik Buku


Bahan pustaka yang telah melalui proses invertarisasi, katalogisasi dan klasifikas
buku, hal ini dimaksudkan agar bahan pustaka yang disajikan dapat ditata di ra
mudah dan baik. Adapun jenis perlengkapan fisik buku antara lain : 1). Label B
ukuran 3 cm x 4 cm ; 2). Lembar Tanggal Kembali (date due slip), ditempel p
halaman terakhir atau bagian dalam sampul buku ; 4). Kantong Kartu Buku, dit
kartu buku.

http://daryono.staff.uns.ac.id/2008/09/24/manajemen-perpustakaan/

Pengelolaan buku perpustakaan berarti suatu proses kegiatan


kepustakaan yang meliputi kegiatan mulai dari pengolahan sampai dengan
pelayanan pengguna perpustakaan.kegiatan pengolahan bahan pustaka adalah
suatu kegiatan yang meliputi kegiatan menginventaris buku,pengklasifikasian,
pembuatan catalog, penyelesaian dan penyusunan dirak buku.
A. Pengolahan Buku.
Yang dimaksud dengan pengolahan bahan pustaka adalah kegiatan yang
meliputi inventaris,katalogisasi, klasifikasi, penyelesaian dan penyusunan
dirak buku.
1. Inventarisasai buku.
Bahan pustaka baik buku maupun majalah,Koran atau yang lainnya yang telah
datang diperpustakaan perlu diolah sedemikian rupa sehingga lebih berdaya
guna bagi sipemakai.adapun langkah menginventarisasi buku adalah
a. Pemberian stempel buku.
Semua buku yang sudah masuk diperpustakaan perlu dibubuhi
stempel.tempat – tempat yang perlu dibubuhi stempel yaitu : dibalik
halaman judul,bagian tengah halaman, bagian yang tidak ada tulisan
atau gambar, pada halaman akhir dan pada halaman yang dianggap
rahasia.
Stempel itu ada bermacam - macam ada stempel Inventaris, stempel
identitas perpustakaan. 4
Stempel Inventaris dibubuhkan dibalik halaman judul yang memuat
nama perpustakaan, kolom tanggal, serta nomor inventaris.sedangkan
stempel identitas perpustakaan berisi nama perpustakaan yang
bersangkutan.
Stempel ini dibubuhkan pada halaman tertentu sedapat mungkin tidak
menggenggu informasi yang terdapat didalam buku.
b. Pemberian Nomo Buku
Setiap buku yang akan menjadi koleksi perpustakaan yang
akan disusun dirak buku harus diberikan nomor.pemberian nomor
tidak hanya nomor induk saja,tetapi juga pemberian nomor berdasakan
klasifikasi ( Call Number ). Nomor induk adalah nomor urut buku
yang sudah ada dari nomor satu sampai nomor terakhir ditempatkan
pada halaman judul. Nomor induk terakhir menunjukan nomor buku.
Adapun hal – hal yang dicatat dalam buku induk adalah :
1. Kolom tanggal
2. Kolom nomor induk
3. Kolom nama pengarang
4. Kolom judul Buku
5. Kolom Penerbit
6. Kolom Tahun terbit
7. Kolom harga buku
8. Kolom sumber
9. Kolom jumlah halaman
10. Kolom keterangan.
5
2. Katalogisasi.
Salah satu hal penting dalam pengolahan buku adalah Katalogisasi. Aktivitas
pengolahan bahan pustaka terdiri dari pengkatalogan diskripyif, klasifikasi dan
penetuan tajuk subyek.
Catalog dapat disajikan dalam bentuk kartu, buku, lembaran lepas, maupun on line
Buku pedoman yang dipakai antara lain :
- Buku pedoman pengkatalogan deskriptif dapat digunakan
peraturan katalogisasi Indonesia.
- Buku pedoman klasifikasi dapat digunakan terjemahan ringkasan
klasifikasi Idewey dan Indek relative.
- Buku pedoman penentuan tajuk subyek dapat digunakan tajuk
subyek untuk perpustakaan.
Adapun jenis katalog itu adalah:
- Katalog pengarang
- Katalog judul
- Katalog subyek.
Unsur – unsure yang perlu dicantumkan pada apenulisan catalog :
1. Tanda buku ( nomor buku, tiga huruf nama pengarang, satu hurup
judul buku ).
2. Nama pengarang.
Cara penulisansesaui dengan peraturan nama keluarga yang
didepan.
3. Judul buku
Judul buku ditulis sesuai dengan apa yang tertera dihalaman judul . 6
4. Edisi.
Diisi khusus buku – buku yang mengalami penyuntingan kembali
untuk penulisan ditulis Ed.ke-2 dan seterusnya.
5. Penerbitan.
Dicantumkan tempat terbit, penerbit dan tahun terbit. Cantoh
Jakarta : Balai pustaka, 1998.
6. Deskripsi fisik yang meliputi jumlah halaman, gambar, jilid,
ukuran buku.
3. Klasifikasi.
Klasifikasi adalah pengelompokan buku berdasarkan subjek buku. Pada
langkah ini buku – buku yang sejenis akan terkumpul dalam satu kelompok. Dengan
adanya klasifikasi pada perpustakaan pelayanan diperpustakaan dapat dilaksanakan
dengan mudah, cepat dan tepat. System klasifikasi persepuluhan Dewey yang dipakai
pada perpustakaan sekolah dewasa ini mengelompokkan seluruh cabang pengetahuan
menjadi sepuluh kelas atau golongan masing – masing menggunakan 3 angka dasar.
4. Penyelesaian.
Pada tahap penyelesaian ada beberapa hal yang perlu dilakukan untuk
melengkapi koleksi buku, adapun langkah itu antara lain :
1. memberi kantong buku.
Kantong buku dibuat dari kertas yang agak tebal dengan ukuran 7 dan 9 Cm
pada kantong dicantumkan nama pengaran, judul buku, nomor klasifikasi.
Kantong tewrsebut diletakan pada kulit buku bagian belakang.
2. Kartu buku.
Kartu buku dibuat dari kertas manila berukuran 6 X 10 Cm dalam kartu buku
dicantumkan keterangan tentang nama pengarang, judul, nomo, nama
peminjam, tanggal kembali.m kartu buku dimasukan pada kantong buku. 7
3. Lembaran Tanggal Pengembalian
Lembaran ini dibuat dari kertas biasa. Ditempatkan pada halaman
belakang buku dan diusahakan agar tidak mengganggu teks atau ilustrasi
buku.
4. Tanda Buku.
Tanda buku ditulis pada secarik kertas dengan ukuran 2 X 4 Cm.
kertas tersebut ditempelkan pada bagian bawah punggung buku yaitu 3 Cm.
ditepi bawah buku. adapun yang dicantumkan adalah call number.
Buku – buku yang telah diolah secara lengkap kemudian disusun dirak buku
berdasarkan pengelompokannya sehingga pada saat pengguna perpustakaan
membutuhkan sebuah buku maka akan lebih mudah untuk mencarinya.

DEPDIKBUD.1996.Pedoman Teknis Penyelenggaraan Perpustakaan


SLTP.Jakarta: Depdikbud.

Anda mungkin juga menyukai