REFERAT Ryan Ravi Batu Buli
REFERAT Ryan Ravi Batu Buli
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
Pada permukaan dalam vesika urinaria terdapat dua osteum ureter dan satu
ostium uretra. Di dasar trigonum vesica terdapat musculus trigonalis, musculus ini
merupakan lanjutan tunika muscularis ureter. Musculus trigonalis ke anterior,
mengadakan kondensasi membentuk uvula visicae pada tepi ostium medius
prostat, atau oleh kedua bangunan tersebut bersamaan. Di antara kedua ostium
ureteris terdapat plica interuretica yang ditimbulkan oleh lanjutan stratum
longitudinale tunika muscularis ureter (Standring, 2008).
Bentuk kandung kemih seperti kerucut yang dikelilingi oleh otot yang
kuat, berhubungan dengan ligamentum vesika umbilikalis medius. Terdapat
beberapa bagian penting dari vesika urinaria yang terdiri dari atas;
a. Fundus yaitu bagian yang menghadap ke belakang dan bawah. Bagian ini
terpisah dari rectum oleh spatium rectovesikale yang terisi oleh jaringan
ikat duktus deferens, vesika seminalis dan prostat.
b. Korpus yaitu bagian antara verteks dan fundus.
c. Verteks, bagian yang ke arah muka dan berhubungan dengan ligamentum
vesika umbilikalis (Standring, 2008).
3
Gambar 2.2 Hubungan kandung kemih dan prostat, bagian sagittal pada pria
(Gray, 2008).
4
Gambar 2.4 Bagian Coronal dari kandung kemih pada pria (Gray, 2008)
5
E. Limfatik
Limfatik yang mengalirkan kandung kemih (Gambar 2.5 A, B) dimulai
pada pleksus mukosa, intermuskular, dan serosa. Ada tiga set kapal pengumpul,
yang sebagian besar berakhir di simpul iliaka eksternal. Pembuluh dari trigonum
muncul di bagian luar kandung kemih untuk berjalan secara superolateral.
Pembuluh dari permukaan superior kandung kemih menyatu ke sudut
posterolateral dan melewati secara superolateral ke nodus iliaka eksternal
(beberapa mungkin menuju ke kelompok iliaka internal atau umum). Kapal dari
permukaan inferolateral kandung kemih naik untuk bergabung dengan mereka
dari permukaan superior atau lari ke kelenjar getah bening di fossa obturator.
Nodul kecil dari jaringan limfoid dapat terjadi di sepanjang pembuluh limfe
vesikalis.
Gambar 2.5 A pembuluh darah, saraf dan limfatik panggul wanita tampilan
sagittal (Sobotta, 2000.)
8
Gambar 2.5 B pembuluh darah, saraf dan limfatik panggul wanita tampilan
sagittal (Sobotta, 2000).
Gambar 2.6 Histologi kandung kemih dilapisi oleh urothelium dengan permukaan
‘lapisan sel payung (U) dan lapisan sel menengah (tebal 3-5 sel). Lamina propria
(LP) terdiri dari stroma dengan pembuluh darah dan von Brunn nests
(Strunding,2008).
Lamina propria
Lamina propria membentuk lapisan jaringan ikat yang mendukung
urothelium di atasnya, yang darinya dipisahkan oleh membran dasar. Kaya
kapiler, limfatik, dan ujung saraf. Ini mengandung serat elastis dan lapisan tipis
otot polos yang tipis dan tidak jelas, muscularis mucosae, yang terdistribusi secara
bervariasi di dalam kandung kemih. Lapisan ini sering sangat dangkal, terletak
dekat di bawah urothelium, tetapi kadang-kadang lebih dalam di lamina propria
10
dimana ia dapat berkembang dengan baik, dan harus dibedakan dari muscularis
propria (Standring, 2008).
Muscularis propria
Muscularis propria adalah otot detrusor dari dinding kandung kemih. Ini
terdiri dari tiga lapisan tidak jelas, longitudinal dalam dan luar dan lapisan
melingkar menengah. Berbeda dengan muscularis mukosa, yang terdiri dari serat
kecil, muscularis propria terdiri dari kumpulan otot polos yang lebih besar dan
tidak terdefinisi dengan baik, yang membentuk lapisan melingkar dalam dan luar
memanjang di leher kandung kemih (Standring, 2008).
Serosa
Serosa menutupi sebagian kandung kemih. Ini dibatasi secara eksternal
oleh mesothelium, di bawahnya terdapat sejumlah variabel jaringan adiposa
vaskularisasi yang sering meluas ke dalam muscularis propria dan kadang-kadang
ke dalam lamina propria (Standring, 2008).
2.2 Fisiologi
Pengisian Kandung Kemih
Dinding ureter terdiri dari otot polos yang tersusun spiral, memanjang dan
melingkar, tetapi batas lapisan yang jelas tidak ditemukan. Kontraksi peristaltik
yang teratur timbul 1-5 kali tiap menit akan mendorong urine dari pelvis renal
menuju kandung kemih, dan akan masuk secara periodic sesuai dengan
gelombang peristaltik. Ureter menembus dinding kandung kemih secara miring,
dan meskipun tidak ada sfingter ureter, kemiringan ureter ini cenderung menjepit
ureter sehingga ureter tertutup kecuali selama adanya gelombang peristaltik, dan
refluks urine dari kandung kemih ke ureter dapat dicegah (Sherwood, 2012).
Pengosongan Kandung Kemih
Otot polos kandung kemih, seperti pada ureter, tersusun secara spiral,
memanjang, melingkar dan karena sifat dari kontraksinya otot ini disebut
muskulus detrusor, terutama berperan dalam pengosongan kandung kemih selama
berkemih. Susunan otot berada di samping kiri dan kanan uretra, dan serat ini
disebut spingter uretra interna, meskipun tidak sepenuhnya melingkari uretra
11
sepenuhnya. Lebih distal, terdapat spingter pada uretra yang terdiri dari otot
rangka, yaitu spingter uretra membranosa (spingter uretra eksterna)
(Sherwood, 2012).
Sistem saraf perifer dari saluran kemih bawah terutama terdiri dari sistem
saraf otonom, khususnya melalui sistem parasimpatis yang mempengaruhi otot
detrusor terutama melalui transmisi kolinergik. Perjalanan parasimpatis melalui
nervus pelvikus dan muncul dari S2-S4. Transmisi simpatis muncul dari T10-T12
mmbentuk nervus hipogastrikus inferior yang bersama-sama dengan saraf
parasimpatis membentuk pleksus pelvikus. Persarafan parasimpatis dijumpai
terutama di kandung kemih dari dindingnya sangat kaya akan reseptor kolinergik.
Otot detrusor akan berkontraksi atas stimulasi asetil kolin. Serabut simpatis-
adrenergik mempersarafi kandung kemih dan uretra. Reseptor adrenergik di
kandung kemih terdiri dari reseptor alfa dan beta. Bagian trigonum kandung
kemih tidak mempunyai reseptor kolinergik karena bagian ini terbentuk dari
mesodermis, tetapi kaya akan reseptor adrenergic alfa dan sedikit reseptor beta.
Sementara uretra memiliki ketiga reseptor. (Sherwood, 2012).
Berkemih pada dasarnya merupakan reflex spinal yang akan difasilitasi
dan dihambat oleh pusat susunan saraf yang lebih tinggi, dimana fasilitasi dan
inhibisi dapat bersifat volunteer. Urine yang memasuki kandung kemih tidak
begitu meningkatkan tekanan intravesika sampai telah terisi penuh. Akhirnya
timbul peningkatan tekanan yang tajam akibatnya tercetus reflex berkemih.
Keinginan pertama untuk berkemih timbul bila volume kandung kemih sekitar
150cc, dan rasa penuh timbul pada pengisian sekitar 400cc. (Sherwood, 2012).
Pada kandung kemih, ketegangan akan meningkat dengan meningkatnya
isi organ tersebut, tetapi jari-jarinya pun bertambah. Oleh karena itu, peningkatan
tekanan hanya akan sedikit saja sampai organ tersebut relatif penuh. Selama
proses berkemih, otot perineum dan spingter uretra eksterna relaksasi, otot
detrusor berkontraksi dan urine akan mengalir melalui uretra. Mekanisme awal
yang menimbulkan proses berkemih volunter belum diketahui secara pasti. Salah
satu peristiwa awal adalah relaksasi otot-otot dasar panggul, dan hal ini mungkin
menimbulkan tarikan ke bawah yang cukup besar pada otot detrusor untuk
12
buli-buli terbanyak ditemukan pada anak laki-laki pre pubertas. Komponen yang
terbanyak penyusun batu buli-buli adalah garam kalsium. Pada awalnya
merupakan bentuk yang sebesar biji padi tetapi kemudian dapat berkembang
menjadi ukuran yang lebih besar. Kadangkala juga merupakan batu yang multipel.
(Purnomo, 2012)
2.4 Epidemiologi
Kejadian keseluruhan batu kandung kemih dewasa tampaknya menurun.
Hal ini disebabkan oleh peningkatan penggunaan obat BPH seperti alpha blocker
dan 5-Alpha Reductase Inhibitor (5-ARI) di seluruh dunia.Secara umum, pria
dewasa dengan BPH dan batu kandung kemih lebih cenderung memiliki riwayat
nefrolitiasis, asam urat, pH urin yang lebih rendah, dan kadar magnesium urin
yang lebih rendah daripada pria serupa dengan BPH tetapi tanpa batu kandung
kemih. Adanya infeksi saluran kemih dan memiliki ekstensi prostat intravesikal
(BPH) yang signifikan adalah tanda-tanda klinis yang paling erat terkait dengan
perkembangan batu kandung kemih (Leslie, 2018).
Pada anak-anak, kejadian keseluruhan juga menurun, sebagian besar
karena perawatan prenatal dan postnatal yang lebih baik serta peningkatan umum
dalam dukungan nutrisi neonatal. Anak laki-laki biasanya memiliki batu kandung
kemih lebih banyak daripada anak perempuan, tidak terkait dengan penyakit batu
ginjal, dan relatif tidak mungkin kembali dibandingkan dengan penyakit batu
ginjal di mana kekambuhan pada anak-anak relatif umum (Leslie, 2018).
2.5 Etiologi
Stasis kemih, seperti dari benign prostatic hyperplasia (BPH) atau kelainan
neurogenik kandung kemih, adalah penyebab utama batu kandung kemih.
Sebagian besar batu tersebut baru terbentuk di kandung kemih, meskipun
beberapa mungkin berasal dari ginjal baik sebagai batu atau papilla yang dikupas.
Batu yang berasal dari ginjal yang cukup kecil untuk melewati ureter dapat
dengan mudah melintasi uretra kecuali ada disfungsi kandung kemih yang
signifikan atau obstruksi saluran keluar. Batu yang tersisa di kandung kemih akan
14
mengembangkan lapisan bahan batu tambahan yang mungkin atau mungkin tidak
identik dengan bahan inti asli (Leslie, 2018).
Benda asing yang tertinggal di kandung kemih yang tidak dikeluarkan
secara spontan pada akhirnya akan membentuk lapisan bahan batu dan
berkembang menjadi kalkulus. Salah satu contohnya adalah staples bedah atau
jahitan permanen. Inilah sebabnya mengapa bahan jahitan yang dapat diserap
direkomendasikan setiap kali operasi urin dilakukan (Leslie, 2018).
Stent kuncir ganda yang ditahan juga akan membentuk bahan batu jika
dibiarkan dalam saluran kemih cukup lama. Contoh lain adalah fragmen dari
balon kateter Foley yang "jatuh" tetapi sebenarnya memiliki balon pecah dengan
fragmen yang tertinggal di kandung kemih. Untuk alasan ini, penting untuk
memeriksa kateter Foley yang telah ditarik atau "jatuh" untuk memastikan bahwa
tidak ada fragmen yang hilang yang dapat berkembang menjadi batu. Jika ini
tidak dapat dilakukan atau tampaknya ada fragmen balon yang hilang, sistoskopi
harus dilakukan (Leslie, 2018).
Kateter Foley berhubungan dengan lebih banyak batu kandung kemih
daripada kateterisasi intermiten. Dalam satu studi pasien dengan cedera tulang
belakang, 36% mengembangkan batu kandung kemih selama periode delapan
tahun masa tindak lanjut. Perawatan urologis yang diperbaiki dari pasien-pasien
ini mengurangi tingkat pembentukan batu kandung kemih menjadi sekitar 10%
(Leslie, 2018).
2.6 Patofisiologi
Secara teoritis batu dapat terbentuk diseluruh saluran kemih terutama pada
tampat-tempat yang sering mengalami hambatan aliran urine (statis urine), yaitu
pada sistem kalises ginjal atau buli-buli. Adanya kelainan bawaan pada
pelvikalises (stenosis uretro-pelvis), divertikel, obstruksi infravesika kronis seperti
pada hyperplasia prostate benigna, striktura, dan buli-buli neurogenik merupakan
keadaan-keadaan yang memudahkan terjadinya pembentukan batu. Batu terdiri
atas kristal-kristal yang tersusun oleh bahan-bahan organik maupun anorganik
yang terlarut di dalam urine. Kristal-kristal tersebut tetap berada dalam keadaan
metastable (tetap terlarut) dalam urine jika tidak ada keadaan-keadaan tertentu
yang menyebabkan terjadinya presipitasi kristal. Kristal-kristal yang saling
mengadakan presipitasi membentuk inti batu (nukleasi) yang kemudian akan
mengadakan agregasi, dan menarik bahan-bahan lain sehingga menjadi kristal
yang lebih besar (Stoller, 2008).
Meskipun ukurannya cukup besar, agregat kristal masih rapuh dan belum
cukup mampu membuntu saluran kemih. Untuk itu agregat kristal menempel pada
epitel saluran kemih (membentuk retensi kristal), dan dari sini bahan-bahan lain
diendapkan pada agregat itu sehingga membentuk batu yang cukup besar untuk
menyumbat saluran kemih. Kondisi metastabel dipengaruhi oleh pH larutan,
adanya koloid di dalam urine, konsentrasi solute di dalam urine, laju aliran urine
16
di dalam saluran kemih, atau adanya korpus alienum di dalam saluran kemih yang
bertindak sebagai inti batu. Lebih dari 80% batu saluran kemih terdiri atas batu
kalsium, baik yang berikatan dengan oksalat maupan dengan fosfat, membentuk
batu kalsium oksalat dan kalsium fosfat; sedangkan sisanya berasal dari batu asam
urat, batu magnesium ammonium fosfat (batu infeksi), batu xanthyn, batu sistein,
dan batu jenis lainnya. Meskipun patogenesis pembentukan batu-batu diatas
hampir sama, tetapi suasana didalam saluran kemih yang memungkinkan
terbentuknya jenis batu itu tidak sama. Dalam hal ini misalkan batu asam urat
mudah terbentuk dalam asam, sedangkan batu magnesium ammonium fosfat
terbentuk karena urine bersifat basa (Stoller, 2008).
Pada penderita yang berusia tua atau dewasa biasanya komposisi batu
merupakan batu asam urat yaitu lebih dari 50% dan batu paling banyak berlokasi
di vesika. Batu yang terdiri dari calsium oksalat biasanya berasal dari ginjal. Pada
batu yang ditemukan pada anak umumnya ditemukan pada daerah yang endemik
dan terdiri dari asam ammonium material, calsium oksalat, atau campuran
keduanya. Hal itu disebabkan karena susu bayi yang berasal dari ibu yang banyak
mengandung zat tersebut. Makanan yang mengandung rendah pospor menunjang
tingginya ekskresi amonia. Anak-anak yang sering makan makanan yang kaya
oksalat seperti sayur akan meningkatkan kristal urin dan protein hewan (diet
rendah sitrat) (Stoller, 2008).
Batu buli-buli juga dapat terjadi pada pasien dengan trauma vertebra/
spinal injury, adapun kandungan batu tersebut adalah batu struvit/Ca fosfat. Batu
buli-buli dapat bersifat single atau multiple dan sering berlokasi pada divertikel
dari ventrikel buli-buli dan biasanya berukuran besar atau kecil sehingga
menggangu kerja dari vesika. Gambaran fisik batu dapat halus maupun keras.
Batu pada vesika umumnya mobile, tetapi ada batu yang melekat pada dinding
vesika yaitu batu yang berasal dari adanya infeksi dari luka jahitan dan tumor
intra vesika (Stoller, 2008).
Pada umumnya, batu bisa menyumbat semua bagian saluran kemih
terutama bagian yang sering mengalami hambatan aliran (statis urine) seperti
kaliks ginjal dan buli. Batu terdiri dari kristal-kristal yang megandung bahan
17
hijau yang tinggi (makanan oksalat yang tinggi) dengan diet yang rendah sitrat
(Leslie, 2018).
d. Pekerjaan
Pekerjaan yang cenderung duduk bisa meningkatkan insidensi batu saluran
kemih.
e. Geografi
Terdapat daerah yang mendapat julukan stone belt dimana pada daerah
tersebut kejadian batu saluran kemih lebih besar daripada daerah yang lain
(Daryanto, 2010; Purnomo, 2012).
2.10 Diagnosis
Diagnosis batu buli dimulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis, perlu ditanyakan faktor-faktor resiko
21
yang mungkin menyebabkan timbulnya batu buli misalnya asupan air per hari,
diet sehari-hari, pekerjaan, serta geografis tempat tinggal. Setelah itu baru
ditanyakan gejala-gejala seperti nyeri saat berkencing, kencing yang tiba-tiba
terhenti kemudian lancar kembali, nyeri pada penis, skrotum, perineum, dari
pinggang hingga kaki, nyeri pada pinggang, hematuria, retensi urin, tanda-
tanda infeksi seperti demam, dan tanda-tanda gagal ginjal seperti urin yang
keluar lebih sedikit dari normalnya (Daryanto, 2010; Purnomo, 2012).
Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada pasien batu buli adalah
pemeriksaan status generalis dan pemeriksaan status urologi. Pada status
generalis dilihat ada tidaknya anemis, hipertensi, febris, dan syok. Sedangkan
status urologi meliputi sudut kosto vertebra adakah nyeri tekan, nyeri ketok,
dan pembesaran ginjal; sumprasimfisis adakah nyeri tekan, teraba buli kosong
atau penuh, dan teraba batu atau tidak; genitalia eksterna teraba batu buli di
uretra atau tidak; colok dubur dilakukan palpasi bimanual teraba batu buli atau
tidak (IAUI, 2005).
opak seperti magnesium amonium fosfat dan batu non opak seperti batu asam
urat dan sistin. Pemeriksaan IVP tidak boleh dilakukan pada pasien-pasien
berikut alergi kontras media, kreatinin serum > 200µmol/L (>2mg/dl),
pengobatan metformin, dan myelomatosis. Pemeriksaan khusus yang dapat
dilakukan meliputi retrograde atau antegrade pielografi dan skintigrafi
(Daryanto, 2010; Purnomo, 2012).
Pemeriksaan USG juga dikerjakan bila pasien alergi dengan kontras,
faal ginjal yang menurun, serta pada wanita hamil. Pada buli bila terdapat batu
akan muncul echoic shadow (Daryanto, 2010; Purnomo, 2012).
2.12 Tatalaksana
Pemilihan terapi pada batu ada 2 macam yaitu dengan vesikolitotripsi dan
bedah section alta dengan vesikolitotomi. Vesikolitotripsi adalah cara untuk
memecah batu buli dengan memasukkan alat pemecah batu (litotriptor) ke dalam
buli-buli kemudian pecahan batu akan dikeluarkan. Vesikolitotripsi digunakan
bila ukuran batu <20mm. sedangkan pada bedah section alta dengan
vesikolitotomi dilakukan dengan mengambil langsung batu pada buli.
Vesikolitotomi dikerjakan bila ukuran batu >20 mm (Purnomo, 2012; IAIU 2015).
Setelah dilakukan pengambilan batu pada buli, dilakukan analisis jenis
batu. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui jenis batu dan mencegah
kekambuhan timbulnya batu baik dengan menghindari makanan yang
mencetuskan maupun menggunakan obat-obatan yang bisa mencegah timbulnya
batu (Purnomo, 2012; IAIU 2015).
Pencegahan untuk timbulnya batu kembali ada beberapa faktor yang harus
dilakukan. Untuk sehari-hari dianjurkan untuk menghindari obesitas, stres dan
aktivitas yang berlebihan. Selain itu dianjurkan untuk minum cukup yaitu 2-3 liter
perhari, mengurangi makanan yang bisa mencetuskan munculnya batu kembali,
aktivitas yang cukup dan pemberian medikamentosa (Purnomo, 2012; IAIU
2015).
Beberapa macam diet yang dianjurkan untuk mencegah kekambuhan. Diet
protein bisa memicu ekskresi dari kalsium dan membuat suasana urin menjadi
23
asam. Diet rendah oksalat dan diet rendah garam. Diet rendah purin untuk
mencegah kekambuhan batu asam urat (Purnomo, 2012; IAIU 2015).
2.13 Komplikasi
Komplikasi dari adanya batu buli adalah:
a. Obstruksi yang menyebabakan hidroureter dan hidronefrosis.
b. Infeksi yang menyebabkan sisititis dan urosepsis
c. Gagal ginjal akut dan kronis (Daryanto, 2010).
2.14 Prognosis
Semakin dini batu yang terdeteksi dengan ukuran yang masih kecil maka
akan memudahkan terapi disbanding batu yang sudah besar. Selain itu,
kekambuhan dari batu tergantung dari pola pencegahan yang dilakukan serta diet
yang seimbang (Purnomo, 2012; IAIU 2015).
25
DAFTAR PUSTAKA
IAUI. PPK Batu Saluran Kemih 2005. Ikatan Ahli Urologi Indonesia. 2005. 1-
14.
Stoller, M.L. 2008. Smith’s General Urology 17th Edition: Urinary Stone
Disease. Amerika Serikat: McGraw Hill