Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

VESIKHOLITIASIS

A. Definisi
Vesikolitiasis adalah penyumbatan saluran kemih khususnya pada vesika
urinaria atau kandung kemih oleh batu penyakit ini juga disebut batu kandung
kemih.( Smeltzer and Bare, 2000 ).
Vesikolitiasis adalah batu yang terjebak di vesika urinaria yang
menyebabkan gelombang nyeri yang luar biasa sakitnya yang menyebar ke
paha, abdomen dan daerah genetalia. Medikasi yang diketahui menyebabkan
pada banyak klien mencakup penggunaan antasid, diamox, vitamin D, laksatif
dan aspirin dosis tinggi yang berlebihan. Batu vesika urinaria terutama
mengandung kalsium atau magnesium dalam kombinasinya dengan fosfat,
oksalat, dan zat-zat lainnya. (Brunner and Suddarth, 2001)
B. Anatomi dan Fisiologi
Anatomi
1. Anatomi Ginjal (Renal)
Ginjal suatu kelenjar yang terletak dibagian belakang dari kavum
abdomeinalis dibelakang peritonium pada kedua sisi vertebral lumbalis III,
melekat langsung pada dinding belakang abdomen. Bentuknya seperti biji
kacang, jumlahnya ada dua kiri dan kanan, ginjal kiri lebih besar dari ginjal
kanan dan pada umumnya ginjal laki-laki lebih panjang dari ginjal wanita
(Syaifuddin, 1999).
2. Anatomi Ureter
Ureter terdiri dari dua saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal
ke kandung kemih (vesika urinaria) panjangnya 25-30 cm, dengan
penampang 0,5 cm. Ureter sebagian terletak dalam rongga abdomen dan
sebagian terletak dalam rongga pelvis.
Lapisan dinding ureter terdiri dari:
a. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
b. Lapisa tengah lapisan otot polos.
c.  Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa.
d. Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltik tiap
5x/menit sekali yang akan mendorong air kemih masuk kedalam
kandung kemih. Gerakan peristaltik urin masuk ke dalam kandung
kemih.
3. Anatomi Vesika urinaria (kandung kemih)
Kandung kemih adalah satu kantong berotot yang dapat mengempes,
terletak dibelakang simfisis pubis dan kandung kemih mempunyai tiga
muara, dua muara ureter serta satu muara uretra. Kandung kemih dapat
mengembang dan mengempis seperti balon karet, terletak dibelakang
simfisis pubis didalam rongga panggul. Bentuk kandung kemih seperti
kerucut dikelilingi oleh otot yang kuat, berhubungan dengan ligamentum
vesika umbilikus medius
Bagian vesika urinaria terdiri dari:
a) Fundus yaitu bagian yang menghadap kearah belakang dan bawah,
bagian ini terpisah dari rektum oleh spatium rectovesikale yang terisi
oleh jaringan ikat duktus deferent vesika seminalis dan prostat.
b) Korpus yaitu bagian antara verteks dan fundus.
c) Verteks bagian yang runcing kearah muka dan berhubungan dengan
ligamentum vesika umilikalis.
Dinding kandung kemih terdiri dari lapisan:
a)  Peritonium (Lapisan Luar)
b) Tunika Muskularis (lapisan otot)
c) Tunika Submukosa dan
d) Lapisan mukosa (lapisan bagian dalam)
4. Proses miksi atau rangsangan berkemih
Distensi kandung kemih oleh air kemih akan merangsang
stresreseptor yang terdapat pada dinding kandung kemih dengan jumlah
250 cc sudah cukup untuk merangsang berkemih (proses miksi).
Akibatnya akan terjadi reflek kontraksi dinding kandung kemih, dan pada
saat yang sama terjadi relaksasi spinter internus segera diikuti oleh
relaksasi spinter eksternus, akhirnya terjadi pengosongan kandung kemih.
Rangsangan yang menyebabkan kontraksi kandung kemih dan relaksasi
spinter interhus dihantarkan melalui serabut-serabut saraf para simpatis.
Kontraksi spinter eksternus secara volunter ini hanya mungkin bila saraf-
saraf yang menangani kandung kemih uretra medula spinalis dan otak
masih utuh. Bila ada kerusakan pada saraf-saraf tersebut maka terjadi
inkontinensia urin (kencing keluar terus menerus tanpa disadari) dan
retensi urin (kencing tertahan). Persyaratan dan peredaran darah vesika
urinarius. Persyaratan diatur torako lumbar berfungsi untuk relaksasi
lapisan otot dan kontaksi spinter internal peritonium melapisi kandung
kemih. Peritonuim dapat digerakkan membuat lapisan dan menjadi lurus
apabila kandung kemih berisi penuh.
5. Pembuluh Darah
Arteri vesikalis superior berpangkal dari umbikalis bagian distal, vena
membentuk anyaman dibawah kandung kemih. Pembuluh Limfa berjalan
menuju duktus limfatikus sepanjang arteri umbilikalis
C. Fisiologi
 Kandung kemih juga sering disebut buli-buli. Adapun fungsi dari kandung
kemih adalah:
1)  Muara tempat akhir zat-zat sisa dari makanan yang kita makan yang tidak
diperlukan tubuh atau tidak diroabsorsi tubuh.
2) Tempat penampungan atau menyimpan air kemih yang akan dikeluarkan
melalui uretra (Syaifuddin, 1996).
Ginjal juga merupakan salah satu salah satu organ tubuh yang sangat penting
berfungsi sebagai:
1) Memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun.
2) Mempertahankan suasana keseimbangan cairan.
3) Mempertahankan keseimbangan garam-garam dan zat-zat lain dalam
tubuh.
4) Mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh.
5) Mengeluarkan sisa-sisa metabilosme hasil akhir dari protein ureum,
kreatinin, amoniak
D. Etiologi
Menurut Smeltzer (2002:1460) bahwa, batu kandung kemih disebabkan
infeksi, statis urin dan periode imobilitas (drainage renal yang lambat dan
perubahan metabolism kalsium). Faktor- faktor yang mempengaruhi menurut
Soeparman (2001:378) batu kandung kemih (Vesikolitiasis) adalah
1. Hiperkalsiuria
Suatu peningkatan kadar kalsium dalam urin, disebabkan karena,
hiperkalsiuria idiopatik (meliputi hiperkalsiuria disebabkan masukan tinggi
natrium, kalsium dan protein), hiperparatiroidisme primer, sarkoidosis, dan
kelebihan vitamin D atau kelebihan kalsium.
2. Hipositraturia
Suatu penurunan ekskresi inhibitor pembentukan kristal dalam air kemih,
khususnya sitrat, disebabkan idiopatik, asidosis tubulus ginjal tipe I (lengkap
atau tidak lengkap), minum Asetazolamid, dan diare dan masukan protein
tinggi.
3. Hiperurikosuria
Peningkatan kadar asam urat dalam air kemih yang dapat memacu
pembentukan batu kalsium karena masukan diet purin yang berlebih.
4.  Penurunan jumlah air kemih
Dikarenakan masukan cairan yang sedikit.
5. Jenis cairan yang diminum
Minuman yang banyak mengandung soda seperti soft drink, jus apel dan jus
anggur.
6. Hiperoksalouria
Kenaikan ekskresi oksalat diatas normal (45 mg/hari), kejadian ini
disebabkan oleh diet rendah kalsium, peningkatan absorbsi kalsium
intestinal, dan penyakit usus kecil atau akibat reseksi pembedahan yang
mengganggu absorbsi garam empedu
7.  Ginjal Spongiosa Medula
Disebabkan karena volume air kemih sedikit, batu kalsium idiopatik (tidak
dijumpai predisposisi metabolik).
8. Batu Asan Urat
Batu asam urat banyak disebabkan karena pH air kemih rendah, dan
hiperurikosuria (primer dan sekunder).
9. Batu Struvit
Batu struvit disebabkan karena adanya infeksi saluran kemih dengan
organisme yang memproduksi urease.
Kandungan batu kemih kebayakan terdiri dari :
- 75 % kalsium.
- 15 % batu tripe/batu struvit (Magnesium Amonium Fosfat).
- 6 % batu asam urat.
- 1-2 % sistin (cystine).

E. Tanda dan Gejala


Menurut Dr willie japans, 1993 bahwa tanda dan gejala atau keluhan tidak
selalu ditemukan pada penderita yang mengidap batu saluran kemih. Bila batunya
masih kecil atau besar tapi tidak berpindah, tidak meregang atau menyumbat
permukaan saluran kemih, tidak akan timbul keluhan seperti biasa sampai suatu
saat mungkin ditemukan secara kebetulan pada saat melalukan check up dan poto
roentgen tampak ada batu pada ginjal. Jika pada suatu saat batu tergeser
mengelilingi ginjal kebawah, maka timbullah gejala nyeri hebat pada daerah
pinggang. Saluran ureter yang menghubungkan ginjal dan kandung kamih kecil
sekali sehingga batu akan meregangkan dindingnya, bahkan merobek menyumbat
lubang visika. Jika batu berhasil sampai bagian bawah saluran ureter maka nyeri
akan berpindah dan terasa merambat kearah kemaluan atau daerah pangkal paha.
Biasanya disertai keluar darah bersama air. Bila lukanya kecil, darah yang
keluarpun sedikit dan hanya dapat dilihat dengan mokroskop. Sumbatan atau
regangan batu pada kandung kemih dapat juga menimbulkan nyeri pada konstan
dan tumpul pda daerah atas kemaluan pada waktu kencing, kencing tidak tuntas,
pancaran kencing tidak kuat.
Batu yang terjebak di kandung kemih biasanya menyebabkan iritasi dan
berhubungan dengan infeksi traktus urinarius dan hematuria, jika terjadi obstruksi
pada leher kandung kemih menyebabkan retensi urin atau bisa menyebabkan
sepsis, kondisi ini lebih serius yang dapat mengancam kehidupan pasien, dapat
pula kita lihat tanda seperti mual muntah, gelisah, nyeri dan perut kembung
(Smeltzer, 2002:1461). Jika sudah terjadi komplikasi seperti seperti hidronefrosis
maka gejalanya tergantung pada penyebab penyumbatan, lokasi, dan lamanya
penyumbatan. Jika penyumbatan timbul dengan cepat (Hidronefrosis akut)
biasanya akan menyebabkan koliks ginjal (nyeri yang luar biasa di daerah antara
rusuk dan tulang punggung) pada sisi ginjal yang terkena. Jika penyumbatan
berkembang secara perlahan (Hidronefrosis kronis), biasanya tidak menimbulkan
gejala atau nyeri tumpul di daerah antara tulang rusuk dan tulang punggung.
Selain tanda diatas, tanda hidronefrosis yang lain menurut Samsuridjal
(http://www.medicastore.com, 4 Desember 2009) adalah:
a. Hematuri.
b. Sering ditemukan infeksi disaluran kemih.
c. Demam.
d. Rasa nyeri di daerah kandung kemih dan ginjal
e. Mual.
f. Muntah.
g. Nyeri abdomen.
h. Disuria.
i. Menggigil.

F. Patofisiologi
Penyebab spesifik dari batu kandung kemih adalah bisa dari batu kalsium
oksalat dengan inhibitor sitrat dan glikoprotein. Beberapa promotor (reaktan)
dapat memicu pembentukan batu kemih seperti asam sitrat memacu batu kalsium
oksalat. Aksi reaktan dan intibitor belum di kenali sepenuhnya dan terjadi
peningkatan kalsium oksalat, kalsium fosfat dan asam urat meningkat akan
terjadinya batu disaluran kemih. Adapun faktor tertentu yang mempengaruhi
pembentukan batu kandung kemih, mencangkup infeksi saluran ureter atau vesika
urinari, stasis urine, priode imobilitas dan perubahan metabolisme kalsium. Telah
diketahui sejak waktu yang lalu, bahwa batu kandung kemih sering terjadi pada
laki-laki dibanding pada wanita, terutama pada usia 60 tahun keatas serta klien
yang menderita infeksi saluran kemih. ( Brunner and Suddarth. 2001 )
Faktor-faktor resiko mencangkup :
a. Riwayat pribadi tentang batu kandung kemih dan saluran kemih\
b. Usia dan jenis kelamin
c. Kelainan morfologi
d.  Pernah mengalami infeksi saluran kemih
e. Makanan yang dapat meningkatkan kalsium dan asam urat
f. Adanya kelainan pada ginjal dan saluran kemih
g. Masukan cairan kurang dari pengeluaran
h. Profesi sebagai pekerja keras
i. Penggunaan obat antasid, aspirin dosis tinggi dan vitamin D terlalu lama.
( Brunner and Suddart, 2001 ).
G. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjangnya dilakukan di laboratorium yang meliputi
pemeriksaan:
1. Urine
- pH lebih dari 7,6 biasanya ditemukan kuman area splitting, organisme
dapat berbentuk batu magnesium amonium phosphat, pH yang rendah
menyebabkan pengendapan batu asam urat.
- Sedimen : sel darah meningkat (90 %), ditemukan pada penderita dengan
batu, bila terjadi infeksi maka sel darah putih akan meningkat.
- Biakan Urin : Untuk mengetahui adanya bakteri yang berkontribusi dalam
proses pembentukan batu saluran kemih
- Ekskresi kalsium, fosfat, asam urat dalam 24 jam untuk melihat apakah
terjadi hiperekskresi
2. Darah
- Hb akan terjadi anemia pada gangguan fungsi ginjal kronis.
- Lekosit terjadi karena infeksi.
- Ureum kreatinin untuk melihat fungsi ginjal
- Kalsium, fosfat dan asam urat.
3. Radiologis
- Foto BNO/IVP untuk melihat posisi batu, besar batu, apakah terjadi
bendungan atau tidak.
- Pada gangguan fungsi ginjal maka IVP tidak dapat dilakukan, pada
keadaan ini dapat dilakukan retrogad pielografi atau dilanjutkan dengan
antegrad pielografi tidak memberikan informasi yang memadai.
4. USG (Ultra Sono Grafi)
Untuk mengetahui sejauh mana terjadi kerusakan pada jaringan
ginjal.Menunjukan abnormalitas pelvis saluran ureter dan kandung kemih.
Diagnosis ditegakan dengan studi ginjal, ureter, kandung kemih, urografi
intravena atau pielografi retrograde. Uji kimia darah dengan urine dalam 24
jam untuk mengukur kalsium, asam urat, kreatinin, natrium, dan volume total
merupakan upaya dari diagnostik. Riwayat diet dan medikasi serta adanya
riwayat batu ginjal, ureter, dan kandung kemih dalam keluarga di dapatkan
untuk mengidentifikasi faktor yang mencetuskan terbentuknya batu kandung
kemih pada klien.(Tjokro,N.A, et al. 2001 )
H. Komplikasi
Komplikasi yang disebabkan dari Vesikolithotomi (Perry dan Potter, 2002:1842)
adalah sebagai berikut:
1. Sistem Pernafasan
Atelektasis bida terjadi jika ekspansi paru yang tidak adekuat karena
pengaruh analgetik, anestesi, dan posisi yang dimobilisasi yang menyebabkan
ekspansi tidak maksimal. Penumpukan sekret dapat menyebabkan pnemunia,
hipoksia terjadi karena tekanan oleh agens analgetik dan anestesi serta bisa
terjadi emboli pulmonal.
2. Sistem Sirkulasi
Dalam sistem peredaran darah bisa menyebabkan perdarahan karena lepasnya
jahitan atau lepasnya bekuan darah pada tempat insisi yang bisa menyebabkan
syok hipovolemik. Statis vena yang terjadi karena duduk atau imobilisasi
yang terlalu lama bisa terjadi tromboflebitis, statis vena juga bisa
menyebabkan trombus atau karena trauma pembuluh darah.
3. Sistem Gastrointestinal
Akibat efek anestesi dapat menyebabkan peristaltik usus menurun sehingga
bisa terjadi distensi abdomen dengan tanda dan gejala meningkatnya lingkar
perut dan terdengar bunyi timpani saat diperkusi. Mual dan muntah serta
konstipasi bisa terjadi karena belum normalnya peristaltik usus.
4. Sistem Genitourinaria
Akibat pengaruh anestesi bisa menyebabkan aliran urin involunter karena
hilangnya tonus otot.
5. Sistem Integumen
Perawatan yang tidak memperhatikan kesterilan dapat menyebabkan infeksi,
buruknya fase penyembuhan luka dapat menyebabkan dehisens luka dengan
tanda dan gejala meningkatnya drainase dan penampakan jaringan yang ada
dibawahnya. Eviserasi luka/kelurnya organ dan jaringan internal melalui
insisi bisa terjadi jika ada dehisens luka serta bisa terjadi pula surgical mump
(parotitis).
6. Sistem Saraf
Bisa menimbulkan nyeri yang tidak dapat diatasi.

I. Penatalaksanaan
Tujuan dasar penatalaksanaan adalah untuk menghilangkan batu,
menentukan jenis batu, mencegah kerusakan nefron, mengidentifikasi infeksi,
serta mengurangi obstruksi akibat batu. Cara yang biasanya digunakan untuk
mengatasi batu kandung kemih (Arif Mansjoer, et.al.2000) adalah :
1. Vesikolitektomi atau secsio alta.
2.  Litotripsi gelombang kejut ekstrakorpureal
3. Ureteroskopi.
4. Nefrostomi.
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pada Pasien Vesikolithis

Asuhan keperawatan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang


terdiri dari lima tahap, yaitu: pengkajian, perumusan, diagnosa, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi (Nursalam, 2001, dikutip dari iyer, 1996).
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
upaya untuk mengumpulkan data secara lengkap dan sistematis mulai dari
pengumpulan data, identifikasi, dan evaluasi status kesehatan pasien
(Nursalam, 2001).
Dalam tahap ini dilakukan pengumpulan data dengan cara anamnesa yang
diperoleh dari wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, data penunjang dan
status kesehatan klien. Data yang dikumpulkan terdiri atas data dasar dan data
(Nursalam dukutip dari Taylor et.al, 1996)
Setelah pengumpulan data, langkah berikutnya dalam pengkajian adalah
mengelompokkan data yang terdiri dari data biologis, data psikologis, sosial
dan spiritual. (Nursalam dikutip dari PPNI, 1994). Dasar data pengkajian kien
dengan vesikolitiasis (Doenges, 2000) meliputi:
a. Aktifitas/ istirahat
Gejala        :  Keterbatasan aktifitas/ mobilisasi.
b. Sirkulasi
Tanda         : Tekanan darah dalam batas normal, kulit hangat dan
kemerahan.
c.  Eliminasi
Gejala         : Obstruksi sebelumnya, penurunan haluaran urine, kandung
kemih penuh.
d. Makanan dan cairan
Gejala         : Diet tinggi purin, kalsium oksalat atau fosfat ketidakcukupan
pemasukan cairan.
e. Nyeri/ ketidaknyamanan
Gejala        : Nyeri akut saat eliminasi menyebar di vesika urinaria.
Tanda        : Nyeri tokan pada arrea ginjal saat palpasi.
f. Keamanan
Gejala        : Penggunaan alkohol, demam, menggigil.
g. Penyuluhan
Gejala         : Riwayat kalkulus dalam keluarga, penyakit ginjal, riwayat
penyakit halus, hiperparatiroidisme, pemasukan berlebihan kalsium atau
vitamin.

Diagnosa Keperawatan Nanda Nic Noc


1. Pre Operasi
Diagnosa I
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Retensi urin berhubungan NOC: NIC :


dengan:  Urinary elimination Urinary Retention Care
Tekanan uretra  Urinary Contiunence - Monitor intake dan
tinggi,blockage, hambatan Setelah dilakukan tindakan output
reflek, spingter kuat keperawatan selama …. - Monitor penggunaan
DS: retensi urin obat antikolinergik
- Disuria pasien teratasi dengan - Monitor derajat distensi
- Bladder terasa penuh kriteria hasil: bladder
DO :  Kandung kemih kosong - Instruksikan pada pasien
- Distensi bladder secarapenuh dan keluarga untuk
- Terdapat urine residu  Tidak ada residu urine mencatat output urine
- Inkontinensia tipe >100-200 cc - Sediakan privacy untuk
luapan  Intake cairan dalam eliminasi
- Urin output rentang normal - Stimulasi reflek bladder
sedikit/tidak ada  Bebas dari ISK dengan kompres dingin
 Tidak ada spasme bladder pada abdomen.
 Balance cairan seimbang - Kateterisaai jika perlu
- Monitor tanda dan gejala
ISK (panas, hematuria,
perubahan bau dan
konsistensi urine)
Diagnosa II

Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan


Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Nyeri akut berhubungan dengan: NOC : NIC :


Agen injuri (biologi, kimia, fisik,  Pain Level,  Lakukan pengkajian nyeri secara
psikologis), kerusakan jaringan  pain control, komprehensif termasuk lokasi,
 comfort level karakteristik, durasi, frekuensi,
DS: Setelah dilakukan tinfakan kualitas dan faktor presipitasi
- Laporan secara verbal keperawatan selama …. Pasien  Observasi reaksi nonverbal dari
DO: tidak mengalami nyeri, dengan ketidaknyamanan
- Posisi untuk menahan nyeri kriteria hasil:  Bantu pasien dan keluarga untuk
- Tingkah laku berhati-hati  Mampu mengontrol nyeri (tahu mencari dan menemukan dukungan
- Gangguan tidur (mata sayu, penyebab nyeri, mampu  Kontrol lingkungan yang dapat
tampak capek, sulit atau menggunakan tehnik mempengaruhi nyeri seperti suhu
gerakan kacau, menyeringai) nonfarmakologi untuk ruangan, pencahayaan dan
- Terfokus pada diri sendiri mengurangi nyeri, mencari kebisingan
- Fokus menyempit (penurunan bantuan)  Kurangi faktor presipitasi nyeri
persepsi waktu, kerusakan  Melaporkan bahwa nyeri  Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
proses berpikir, penurunan berkurang dengan menentukan intervensi
interaksi dengan orang dan menggunakan manajemen  Ajarkan tentang teknik non
lingkungan) nyeri farmakologi: napas dala, relaksasi,
- Tingkah laku distraksi, contoh :  Mampu mengenali nyeri (skala, distraksi, kompres hangat/ dingin
jalan-jalan, menemui orang lain intensitas, frekuensi dan tanda  Berikan analgetik untuk mengurangi
dan/atau aktivitas, aktivitas nyeri) nyeri: ……...
berulang-ulang)  Menyatakan rasa nyaman  Tingkatkan istirahat
- Respon autonom (seperti setelah nyeri berkurang  Berikan informasi tentang nyeri
diaphoresis, perubahan tekanan  Tanda vital dalam rentang seperti penyebab nyeri, berapa
darah, perubahan nafas, nadi normal lama nyeri akan berkurang dan
dan dilatasi pupil)  Tidak mengalami gangguan antisipasi ketidaknyamanan dari
- Perubahan autonomic dalam tidur prosedur
tonus otot (mungkin dalam  Monitor vital sign sebelum dan
rentang dari lemah ke kaku) sesudah pemberian analgesik
- Tingkah laku ekspresif (contoh : pertama kali
gelisah, merintih, menangis,
waspada, iritabel, nafas
panjang/berkeluh kesah)
- Perubahan dalam nafsu makan
dan minum
2. Post Operasi
Diagnosa I
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan
Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Nyeri akut berhubungan NOC : NIC :


dengan:  Pain Level,  Lakukan pengkajian nyeri
Agen injuri (biologi, kimia,  pain control, secara komprehensif
fisik, psikologis), kerusakan  comfort level termasuk lokasi,
jaringan Setelah dilakukan tinfakan karakteristik, durasi,
keperawatan selama …. frekuensi, kualitas dan
DS: Pasien tidak mengalami faktor presipitasi
- Laporan secara verbal nyeri, dengan kriteria hasil:  Observasi reaksi nonverbal
DO:  Mampu mengontrol nyeri dari ketidaknyamanan
- Posisi untuk menahan (tahu penyebab nyeri,  Bantu pasien dan keluarga
nyeri mampu menggunakan untuk mencari dan
- Tingkah laku berhati-hati tehnik nonfarmakologi menemukan dukungan
- Gangguan tidur (mata untuk mengurangi nyeri,  Kontrol lingkungan yang
sayu, tampak capek, sulit mencari bantuan) dapat mempengaruhi nyeri
atau gerakan kacau,  Melaporkan bahwa nyeri seperti suhu ruangan,
menyeringai) berkurang dengan pencahayaan dan
- Terfokus pada diri sendiri menggunakan manajemen kebisingan
- Fokus menyempit nyeri  Kurangi faktor presipitasi
(penurunan persepsi  Mampu mengenali nyeri nyeri
waktu, kerusakan proses (skala, intensitas, frekuensi  Kaji tipe dan sumber nyeri
berpikir, penurunan dan tanda nyeri) untuk menentukan
interaksi dengan orang  Menyatakan rasa nyaman intervensi
dan lingkungan) setelah nyeri berkurang  Ajarkan tentang teknik non
- Tingkah laku distraksi,  Tanda vital dalam rentang farmakologi: napas dala,
contoh : jalan-jalan, normal relaksasi, distraksi, kompres
menemui orang lain  Tidak mengalami gangguan hangat/ dingin
dan/atau aktivitas, tidur  Berikan analgetik untuk
aktivitas berulang-ulang) mengurangi nyeri: ……...
- Respon autonom (seperti  Tingkatkan istirahat
diaphoresis, perubahan  Berikan informasi tentang
tekanan darah, perubahan nyeri seperti penyebab
nafas, nadi dan dilatasi nyeri, berapa lama nyeri
pupil) akan berkurang dan
- Perubahan autonomic antisipasi ketidaknyamanan
dalam tonus otot dari prosedur
(mungkin dalam rentang  Monitor vital sign sebelum
dari lemah ke kaku) dan sesudah pemberian
- Tingkah laku ekspresif analgesik pertama kali
(contoh : gelisah,
merintih, menangis,
waspada, iritabel, nafas
panjang/berkeluh kesah)
- Perubahan dalam nafsu
makan dan minum

Diagnosa II
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan
Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Risiko infeksi NOC : NIC :


 Immune Status  Pertahankan teknik aseptif
Faktor-faktor risiko :  Knowledge : Infection  Batasi pengunjung bila perlu
- Prosedur Infasif control
 Cuci tangan setiap sebelum
- Kerusakan jaringan dan  Risk control
dan sesudah tindakan
peningkatan paparan Setelah dilakukan tindakan
keperawatan
lingkungan keperawatan selama…… pasien
- Malnutrisi tidak mengalami infeksi dengan
 Gunakan baju, sarung tangan
- Peningkatan paparan kriteria hasil: sebagai alat pelindung
lingkungan patogen  Klien bebas dari tanda dan  Ganti letak IV perifer dan
- Imonusupresi gejala infeksi dressing sesuai dengan
- Tidak adekuat pertahanan  Menunjukkan kemampuan petunjuk umum
sekunder (penurunan Hb, untuk mencegah timbulnya  Gunakan kateter intermiten
Leukopenia, penekanan infeksi untuk menurunkan infeksi
respon inflamasi)  Jumlah leukosit dalam batas kandung kencing
- Penyakit kronik normal  Tingkatkan intake nutrisi
- Imunosupresi  Menunjukkan perilaku  Berikan terapi
- Malnutrisi hidup sehat antibiotik:..............................
- Pertahan primer tidak  Status imun, ...
adekuat (kerusakan kulit, gastrointestinal,  Monitor tanda dan gejala
trauma jaringan, gangguan genitourinaria dalam batas infeksi sistemik dan lokal
peristaltik) normal  Pertahankan teknik isolasi
k/p
 Inspeksi kulit dan membran
mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase
 Monitor adanya luka
 Dorong masukan cairan
 Dorong istirahat
 Ajarkan pasien dan keluarga
tanda dan gejala infeksi
 Kaji suhu badan pada pasien
neutropenia setiap 4 jam
DAFTAR PUSTAKA

Jane, B. (1993). Accident and Emergency Nursing. Balck wellScientific Peblications.


London.

Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah. Volume I. (terjemahan).


Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran. Bandung.

Marylin E. Doenges. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Penerbit Buku
Kedoketran EGC. Jakarta.

R. Sjamsuhidajat, Wim De Jong. (1997). Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi.


Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Nanda Internasional. 2012. Nursing Diagnosis: defenitions dan classification. 2012 –


2014. Jakarta: EGC

http://mydocumentku.blogspot.com/2012/03/asuhan-keperawatan-pada-
pasien_28.html#ixzz1loXTC5MZ
Penyimpangan KDM pada Vesikolithiasis

Faktor endogen dan eksogen

Kalkulogenesis

Vesikolithiasis

Tindakan operasi Obstruksi Parsial Retensi urine

Terputusnya kontunuitas refluks urine ke bag. Proksial area obstruksi


Jaringan

Pelepasan mediator kimia Penekanan pada refleks perubahan status keshtn


Peningkatan tekanan hidrostatik
Renointestinal dan dan distensi bagian proksimal
Ditransmisi penekananginjal ke lambung , (ureter, ginjal) kurang pengetahuan
pankreas dan usus

Ditranduksi Mual/ muntah Merangsang saraf efferent/ nosiceptor reaksi psikologi

Dipersepsikan dicortex Kekurangan cairan dan elektrolit Nyeri Kecemasan


Serebri

Nyeri penurunan intake makanan

Nutrisi kurang dari kebutuhan

Anda mungkin juga menyukai