PENDAHULUAN
Urin yang terbentuk di ginjal akan terkumpul di pelvis renalis untuk
kemudian dialirkan ke saluran kemih bagian bawah (termasuk di dalamnya
kandung kemih dan urethra) sebelum dibuang keluar tubuh. Secara embriologis,
saluran genital dan saluran kemih berhubungan sangat erat, dimana perkembangan
embriologinya merupakan serangkaian kejadian yang kompleks yang terjadi
terutama dalam 8 minggu pertama gestasi. Sejumlah kelainan kongenital saluran
genital dan kemih dapat timbul selama masa perkembangan embriologi yang
rumit ini. (1,4,5)
Angka kejadian kelainan atau malformasi kongenital kandung kemih
sangat jarang dan langka, didalamnya termasuk tidak terbentuknya (agenesis),
duplikasi lengkap / tidak lengkap, ekstrofia, anomali urakus, dan divertikulum.
Kecuali tidak terbentuknya kandung kemih, sebagian besar hanya sedikit memiliki
nilai klinis dan pada umumya ditemukan saat prosedur radiologik atau saat otopsi.
(1,2,3,5,6)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Embriologi Unit Vesikourethra
Saat lahir, sistem genital dan kemih hanya dihubungkan oleh
kenyataan bahwa keduanya melewati beberapa saluran yang sama. Akan
tetapi, secara embriologis keduanya berhubungan sangat erat. Karena
hubungannya yang sangat kompleks dalam fase embriologis, sistem genital
dan kemih dibagi menjadi beberapa subdivisi, yaitu sistem nefrik, unit
vesikourethral, gonad, saluran genital, dan alat kelamin luar. (2)
Unit Vesikourethra
Selama
10
minggu
pertama
gestasi,
organ
genital-urinari
urogenital
menerima
saluran
mesonefrik
(Wolffian),
vesikula
seminalis.
Saluran
paramesonefrik
terdegenerasi,
urethra,
vestibuli,
dan
vagina
bagian
bawah.
Saluran
(Gambar diambil dari Essential Urology, 2nd Edition. Churchill Livingstone; Ch 2; 1994; page 18)
(Gambar diambil dari Campbell-Walsh Urology; Ninth Edition; Volume 4; Saunders Elsevier;
Ch106; 2007; page 3134)
(Gambar diambil dari Essential Urology, 2nd Edition. Churchill Livingstone; Ch 2; 1994;
page 20)
II.2.2. Histologi
Mukosa kandung kemih tersusun dari epitel transisional. Di
bawahnya adalah lapisan submukosa yang tumbuh baik, yang
sebagian besar terbentuk dari jaringan ikat dan elastis. Di bawah
submukosa adalah otot detrusor yang terbentuk dari jalinan serat otot
polos yang tersusun acak secara longitudinal, sirkuler, dan spiral,
kecuali di bagian yang dekat meatus internus dimana otot detrusor
tersusun dari 3 lapisan yang pasti, longitudinal pada lapisan luar dan
dalam, serta sirkuler pada bagian tengah. (1,2,4)
II.2.3. Vaskularisasi
Aliran darah ke kandung kemih disediakan oleh arteri vesikalis
superior, medius, dan inferior, yang keluar dari cabang anterior arteri
iliaka interna (hipogastrik), serta oleh cabang-cabang yang lebih
kecil dari arteri obturator dan arteri glutea inferior. Pada perempuan,
arteri vaginalis dan uterina juga memiliki cabang ke kandung kemih.
(1,2,4,5)
aktivitas
parasimpatik
kolinergik
(S2-S4)
II.3. Urethra
II.3.1. Anatomi
Urethra pada laki-laki (20 cm) lebih panjang dari urethra
perempuan (4 cm). urethra berjalan melalui leher kandung kemih,
kelenjar prostat, dasar pelvis, dan membran perineal sampai ke penis
dan orifisium urethra eksterna di ujung glans penis. Urethra memiliki
3 bagian : (1,4,5)
bayi,
miksi
merupakan
refleks
spinal
lokal
dimana
10
(Gambar diambil dari Essential Urology, 2nd Edition. Churchill Livingstone; Ch 2; 1994;
page 24)
BAB III
11
kemih
karena
sangat
bervariasinya,
rendahnya
insidens,
dan
12
saat otopsi. Dua kelainan yang penting secara klinis adalah ekstrofia dan urakus
persisten. (6)
(Gambar
diambil
dari
Campbell-Walsh Urology;
Ninth Edition; Volume 4;
Saunders Elsevier; Ch121;
2007; page 3574)
13
(hindgut) umumnya normal. Oleh karena itu, defek dapat terjadi karena
atrofi bagian kranial sinus urogenital maupun karena kegagalan
inkorporasi saluran mesonefrik dan ureter ke dalam trigonum (Krull
dkk.1988). Absennya kandung kemih sering berhubungan dengan kelainan
neurologis, orthopedis, dan kelainan urogenital lain seperti displasia /
agenesis ginjal atau agenesis prostat, vesikula seminalis, penis dan vagina
(Aragona dkk. 1988).(3)
Kelainan ini sangat jarang, hanya 16 dari 45 kasus yang lahir
hidup, dimana hanya 2 dari semuanya adalah perempuan (Adkes dkk.
1988; Gopal dkk. 1993; DiBenedetto dkk. 1999). Penderita dengan defek
ini hanya dapat hidup jika drainase ureter secara ektopik ke dalam struktur
mullerian yang tumbuh normal pada perempuan atau ke dalam rectum
pada lelaki. Pada bayi yang bertahan hidup, diagnosa dapat dipastikan
dengan retrograde ureteronefrogram melalui bukaan ektopik. Fungsi ginjal
dapat dipertahankan setelah dibuat ureterosigmoidostomi atau stoma
eksternal (Glenn 1959; Berrocal dkk. 2002). (3)
kandung
kemih
terjadi
karena
pengisian
atau
14
(Gambar
diambil
dari
Campbell-Walsh Urology;
Ninth Edition; Volume 4;
Saunders Elsevier; Ch119;
2007; page 3498)
III.4.2.Epidemiologi
Insiden diperkirakan 1 tiap 50.000 kelahiran (literatur lain 1 tiap
10-40.000 kelahiran) dan dua kali lebih banyak ditemukan pada
15
16
III.4.5.Diagnosa Prenatal
Saat ini, diagnosa prenatal ekstrofia sulit untuk digambarkan.
Seringkali diagnosa omfalokel atau gastroskisis yang diambil dan
ekstrofia tidak terpikirkan. Dengan evaluasi ultrasound pada janin
dapat dibuat survei menyeluruh tentang keadaan anatomi janin
(Gearhart dkk. 1995). Beberapa kelompok telah menyebutkan
kriteria penting untuk diagnosa prenatal ekstrofia kandung kemih
klasik, yaitu absennya kandung kemih normal yang terisi cairan
pada pemeriksaan berulang dan juga adanya massa jaringan
17
18
dilakukan
dengan
Cohens
Methode,
Young-Dees
19
III.4.7.Prognosa
Lattimer dkk (1978) yang mengikuti perkembangan 17 pasien
dengan rekonstruksi kandung kemih selama 20 tahun, melaporkan
bahwa kualitas hidup pasien baik. (1,2)
Ansel (1979) melakukan rekonstruksi pada 28 pasien saat masa
neonatus untuk melindungi kandung kemih dari perubahan serius
di kemudian hari. Sebagian dari pasien hasilnya baik.(2)
Hasil terbaik yang penah dilaporkan Jeffs dan Gearhart (1983 dan
1989) adalah bahwa 86% pasien yang menjalani perbaikan primer
tidak mengalami inkontinensia, dan fungsi ginjal tetap terjaga baik
pada 90% pasien. Rekonstruksi genital dan urethra juga sama
berhasilnya. (2)
20
21
bila
bagian
atas
dan
bawah
tertutup,
22
4. Sinus umbilikal-urakus
Urakus obliterasi pada tingkat kandung kemih, tetapi tetap
terbuka pada bagian umbilikus, menyebabkan aliran sinus
terus menerus. Tampak mirip dengan urakus paten.
Diagnosa dengan sinogram.(3)
(Gambar diambil dari Essential Urology, 2nd Edition. Churchill Livingstone; Ch 6; 1994;
page 80)
23
III.5.5.Tata Laksana
Terapi terdiri dari eksisi urakus, yang berada pada permukaan
peritoneum. Jika terdapat adenokarsinoma, maka diperlukan
reseksi radikal. Pada urakus terinfeksi disertai pembentukan abses
melibatkan drainase awal didukung antibiotik, dan bila infeksi
mereda maka eksisi komplit urakus harus dilakukan. (2,3)
III.5.6.Prognosa
Prognosa pada umumnya baik, kecuali bila terdapat kelainan
kongenital serius lain yang menyertai. Komplikasi adenokarsinoma
dan keganasan lain akan menyebabkan prognosa buruk. (2,6)
24
25
26
ginjal
dan
pencegahan
infeksi
dengan
menghilangkan
27
BAB IV
KELAINAN KONGENITAL URETHRA
Kelainan kongenital urethra sangat penting secara klinik, terutama pada
anak-anak, tetapi termasuk jarang ditemui, dan sebagian besar pada laki-laki
Kelainan kongenital urethra meliputi :
Hipospadia (1,2,3,5,6)
Epispadia (1,2,3,6)
Megalourethra (5,6)
IV.1.
28
IV.1.2. Epidemiologi
Insidens 1:8.000 sampai 1:25.000 kelahiran hidup. Hanya terjadi
pada laki-laki. (1,2,3,5)
IV.1.3. Klasifikasi
Klasifikasi yang umum digunakan adalah klasifikasi dari Young: (3)
1. Young tipe I : katub ini merupkan 95% dari seluruh
obstruksi urethra posterior.
2. Young tipe II : katub timbul dari vrumontanum dan
memanjang sepanjang didning urethra posterior ke arah
leher kandung kemih.
29
IV.1.4. Patogenesa
Terbentuk bukaan seperti celah / irisan pada bagian posterior,
dimana ujungnya menempel pada tiap sisi batas bawah
verumontanum. Bagian terendah katub memanjang ke bawah ke
bagian urethra yang dikelilingi kompleks sfingter eksterna dan
dapat mengganggu struktur ini sehingga meski katub telah
dihancurkan, fungsi sfingter tetap dapat abnormal.(5)
Efek obstruksi kongenital urethra tercermin pada seluruh saluran
kemih di atas tingkat obstruksi. Di atas katub terjadi dilatasi
urethra prostatik dimana dilatasi ini menandakan telah terjadi
30
(Gambar diambil dari Smiths General Urology; 17th Edition; McGraw-Hill Companies,
Inc.; Ch 40; 2008; page 628)
31
dari
kateter
untuk
dikultur.
Cystogram
dapat
32
33
(Gambar diambil dari Smiths General Urology; 17th Edition; McGraw-Hill Companies,
Inc.; Ch 40; 2008; page 627)
34
35
yang
bervariasi,
memerlukan
manajemen
yang
36
IV.1.8. Prognosa
Deteksi dini adalah cara terbaik untuk menjaga fungsi ginjal dan
kandung kemih. Hal ini dapat dilakukan dengan USG dalam
uterus, dengan pemeriksaan fisik yang teliti, dan observasi miksi
pada bayi baru lahir, serta dengan evaluasi menyeluruh pada anak
dengan infeksi saluran kemih. Anak dengan azotemia dan infeksi
yang menetap setelah obstruksi dihilangkan memiliki prognosa
yang buruk. (2)
IV.2.
Hipospadia
IV.2.1. Definisi
37
38
IV.2.5. Klasifikasi
Hipospadia diklasifikasikan berdasar lokasinya: (2)
1. Glandular, terletak di glans penis proksimal
2. Koronal, terletak pada coronal sulcus
3. Penil, pada batang penis
4. Penoskrotal
5. Perineal
Sekitar 70% kasus merupakan penil distal atau koronal. (2)
Klasifikasi lain hanya membagi menjadi 3, yaitu glandular, koronal
dan sub koronal (anterior / distal). (3)
39
40
(Gambar diambil dari Smiths General Urology; 17th Edition; McGraw-Hill Companies,
Inc.; Ch 40; 2008; page 630)
41
42
IV.2.7. Pemeriksaan
Temuan Laboratorium, X-Ray, Endoskopi
Karena anak dengan penoskrotal dan perineal hipospadia sering
berskrotum terbelah (bifida) dan genitalia yang ambigu, maka
buccal smear dan kariotiping diindikasikan untuk membantu
menetukan seks genetik. Urethroskopi dan sistoskopi bernilai
untuk menetukan apakah organ seks / reproduksi laki-laki internal
tumbuh dengan normal. Urografi ekskretori dilakukan untuk
mendeteksi kelainan kongenital tambahan pada ginjal dan ureter. (2)
43
44
IV.3.
Epispadia
IV.3.1. Definisi
Epispadia adalah urethra yang bermuara di bagian dorsal. (2)
45
IV.3.2. Epidemiologi
Insiden epispadia sangat jarang, diperkirakan 1 dari 120.000 lakilaki dan 1 dari 450.000 perempuan. Sekitar 70% epispadia pada
laki-laki adalah epispadia komplit diertai inkontinensia. (2,3)
IV.3.3. Patogenesa
Epispadia terdiri dari defek pada dinding dorsal urethra. Urethra
normal digantikan oleh jalur mukosa yang luas yang membatasi
bagian dorsal penis memanjang ke arah kandung kemih, dengan
potensi inkompetennya mekanisme sfingter.
IV.3.4. Klasifikasi
Klasifikasinya tergantung posisinya pada laki-laki. Pada epispadia
glandular, urethra terbuka pada aspek dorsal glans penis yang luas
dan datar. Pada tipe penil, muara urethra yang luas dan bercelah
berlokasi diantara simfisis pubis dan sulkus koronaria. Sebuah
celah distal biasanya memnajang dari meatus melewati glans yang
merenggang. Tipe penopubik memiliki urethra yang terbuka pada
46
perempuan
dipakai
klasifikasi
Davis
(1928)
yang
urin
adalah
masalah
yang
umum
karena
47
IV.4.
Duplikasi Urethra
Kelainan ini jarang didapatkan, dapat komplit / inkomplit. Dua
urethra dapat berjalan bersampingan / satu bidang horizontal (kanan dan
kiri) atau yang lebih sering terjadi adalah salah satu berada di depan yang
lain / satu bidang sagital (dorsal dan ventral). Tipe duplikasi urethra
bervariasi dan ada beberapa sistem klasifikasi (Effmann dkk.1976;
Woodhouse dkk.1979). (2,3,5)
Duplikasi urethra dorsal terjadi bila terdapat muara kemih normal,
korda dorsal pada penis, dan muara epispadia kedua pada dorsal penis.
Urethra yang normal adalah yang ventral, bermuara pada ujung glans.
Gejala pada tipe ini timbul karena korda pada penis, inkontinensia melalui
saluran aksesoria, atau infeksi. Jika menimbulkan gejala, maka urethra
ekstra harus dieksisi. (3,5)
Duplikasi urethra ventral sangat jarang, dan dapat komplit /
inkomplit dengan sebuah urethra berujung buntu. Terdapat urethra yang
bermuara pada ujung glans dan yang kedua pada sisi ventral penis bahkan
perineum. Duplikasi tipe Y terjadi bila urethra prostatik bercabang menjadi
2 saluran dimana yang satu bermuara pada glans dan yang ventral yang
lebih fungsional bermuara pada perineum. (3,5)
48
(Gambar diambil dari Essential Urology, 2nd Edition. Churchill Livingstone; Ch 6; 1994;
page 86)
49
IV.5.
50
IV.6.
Urethroskopi
dan
VCUG
dapat
menunjukkan
lesi
ini.
51
IV.7.
Polip Urethra
Polip urethra adalah anomali langka pada urethra lelaki. Sering
didapatkan pada urethra prostatik dekat leher kandung kemih, dan
umumnya soliter. Polip bertangkai dapat timbul dari verumontanum dan
jika mencapai ukuran yang cukup untuk prolaps ke dalam urethra dan
menyumbatnya. Pada penderita biasanya didapatkan keluhan berkemih
intermiten seperti hematuri, stranguri, dan disuri (Raviv dkk.1993). Polip
tidak menyebabkan kerusakan ekstensif saluran kemih. Lesi ini dapat
terlihat dengan VCUG, dan dipastikan dengan sistoskopi. Tindakan kuratif
adalah dengan reseksi transurethra secara endoskopik. (3,5)
IV.8.
Divertikel Urethra
Divertikel urethra dibagi menjadi :
saluran
kemih
52
persisten
atau
obstruksi,
dan
duplikasi
urethra
inkomplit.
Gejala
yang
(Gambar diambil dari Essential Urology, 2nd Edition. Churchill Livingstone; Ch 6; 1994;
page 84)
IV.9.
Atresia Urethra
53
IV.10. Megalourethra
Tidak adanya korpus spongiosa menyebabkan tidak ada yang
menyokong urethra. Penis dapat terlihat normal tetapi defek akan nampak
saat miksi dimana dilatasi urethra terjadi. Defek dapat dipastikan dengan
urethrografi, sistografi miksi, dan sistoskopi. Kelainan ini sering dijumpai
pada sindroma prune- dan pseudo prune-belly. Tidak diperlukan tindakan
yang spesifik. (5)
54
kongenital
saluran
kemih
sangat
berhubungan
dengan
fase
DAFTAR PUSTAKA
1. Daniel Horton-Szar, BSc (Hons), MBBS (Hons), MRCGP; Robert Thomas;
Bethany Stanley; Crash Course Renal and Urinary Systems; Third Edition;
MOSBY Elsevier; Ch 5; 2007; page 98 106.
55
56