Anda di halaman 1dari 31

PENDAHULUAN

1. Definisi
Tumor jinak dan ganas dapat berkembang pada permukaan dinding
kandung kemih atau tumbuh di dalam dinding dan dengan cepat menyerang
otot di bawahnya. Sekitar 90% kanker kandung kemih merupakan karsinoma
sel transisional, berasal dari epitel transisional dari membran mukosa. Tumor
kandung kemih paling sering terjadi pada orang lanjut usia yang berusia lebih
dari 50 tahun, dan lebih sering terjadi pada pria dibanding wanita, serta di area
industri dengan penduduk padat (Joan dan Lyndon 2014).
Kanker kandung kemih adalah kanker non agresif yang muncul pada
lapisan sel transisional kandung kemih. Kanker ini sifatnya kambuh. Dalam
kasus yang lebih sedikit, kanker kandung kemih ditemukan menginvasi
lapisan lebih dalam dari jaringan kandung kemih. Dalam kasus ini, kanker
cenderung lebih agresif. Paparan zat kimia industri (cat, tekstil), riwayat
penggunaan cyclophosphamide, dan merokok meningkatkan resiko kanker
kandung kemih (Di Giulio,et al., 2007). Kanker kandung kemih (karsinoma
buli-buli) adalah kanker yang mengenai kandung kemih dan kebanyakan
menyerang laki-laki (Nursalam 2009).

2. Anatomi Fisiologi
Anatomi Vesica Urinaria
1. Lokasi dan Deskripsi
Vesica urinaria terletak tepat dibelakang os.pubis di dalam
rongga pelvis. Pada orang dewasa, kapasitas maksimum vesika
urinaria sekitar 500ml. Vesica urinaria mempunyai dinding otot
yang kuat. Bentuk dan batas-batasnya sangat bervariasi sesuai
dengan jumlah urin yang dikandungnya. Vesica urinaria yang
kosong pada orang dewasa terletak seluruhnya di dalam pelvis;
waktu terisi, dinding atasnya terangkat sampai masuk regio
hypogastrica (Gambar 1). Pada anak kecil, vesica urinaria yang
kosong menonjol di atas pintu atas panggul; kemudian bila rongga
pelvis membesar, vesica urinaria terbenam ke dalam pelvis untuk
menempati posisi seperti orang dewasa (Snell 2011).
Gambar1. A. Vesica urinaria tampak lateral.
B. Bagian dalam vesica urinaria laki-laki tampak
depan (Snell 2011).

1
2. Bentuk dan Permukaan
Vesica urinaria yang kosong berbentuk piramid (Gambar
2) mempunyai apex, basis, dan sebuah facies superior serta dua
buah facies infero lateralis; juga mempunyai collum. Apex
vesica urinaria mengarah kedepan dan terletak dibelakang pinggir
atas symphisis pubis. Apex vesicae dihubungkan dengan
umbilicus dengan ligamentum umbilicale medianum (sisa
urachus). Basis atau facies poterior vesicae, menghadap ke
posterior dan berbentuk segitiga. Sudut superolateralis merupakan
tempat muara ureter, dan sudut inferior merupakan tempat asal
urethra(Gambar 2). Pada laki-laki, kedua duktus deferens terletak
berdampingan difacies posterior vesicae dan memisahkan vesicula
seminalis satu dengan yang lain. Bagian atas facies posterior
vesicae diliputi peritoneum, yang membentuk dinding anterior
excavatio rectovesicalis. Bagian bawah facies posterior
dipisahkan dari rectum oleh ductus deferens, vesicula
seminalis, dan fascia rectovesicalis. Pada perempuan, uterus dan
vagina terletak berhadapan dengan facies posterior.
Facies superior vesicae diliputi peritoneum dan berbatasan
dengan lengkung ileum atau colon sigmeideum. Sepanjang pinggir
leteral permukaan ini, peritoneum melipat ke dinding lateral
pelvis. Bila vesica urinaria terisi, bentuknya menjadi lonjong,
permukaan superiornya membesar dan menonjol ke atas, ke dalam
cavitalis abdominalis. Peritoniumyang meliputinya terangkat pada
bagian bawah dinding anterior abdomen, sehingga vesica urinaria
berhubungan langsung dengan dinding anterior abdomen. Facies
inferolateralis di depan berbatasan dengan bantalan lemak
retropubis. Dan os.pubis. Lebih ke posterior, di atas berbatasan
dengan musculus obturator internus dan di bagian bawah dengan
musculus levatorani.
Collum vesica teterletak di inferior dan pada laki-laki
terletak pada permukaan atas prostat. Di sini, serabut otot polos
dinding vasicae urinaria dilanjutkan sebagai serabut otot polos
prostat. Collum vesicae dipertahankan pada tempatnya oleh
ligamentum pubo prostaticum pada laki-laki dan ligamentum
pubo vesicale pada perempuan. Kedua ligamentumini merupakan
penebalan dari fascia pelvis. Pada perempuan karena tidak
terdapat prostat, collum vesicae terletak langsung pada facies
superior diaphragmatis urogenitalis. Bila vesicae urinaria terisi,
posisi facies posterior dan collum vesica erelatif tetap, tetapi
facies permukaan superiornya naik ke atas, masuk ke dalam
rongga abdomen seperti telah dijelaskan pada paragraf

2
sebelumnya (Snell 2011).

Gambar 2
A.Vesica urinaria, prostat, dan vesicula seminalis dilihat dari lateral
B. Vesica urinaria, prostat, ductus deferens, dan vesikula seminalis dilihat dari
posterior (Snell 2011).

3. Permukaan Interior
Tunica mucosa sebagian besar berlipat-lipat pada vesica
urinaria yang kosong dan lipatan-lipatan tersebut akan hilang bila
vesica urinaria terisi penuh. Area tunica mucosa yang meliputi
permukaan dalam basis vesicae urinaria dinamakan trigonum
vesicae. Disini, tunika mucosa selalu licin, walaupun dalam
keadaan kosong karena mmembran mucosa pada trigonum ini
melekat dengan erat pada lapisan otot yang ada di bawahnya.
Sudut superior trigonum ini merupakan tempat muara dari ureter
dan sudut inferiornya merupakan orificium urethrae internum.
Ureter menembus dinding vesica urinaria secara miring dan
keadaan ini membuat fungsinya seperti katup, yang mencegah
aliran balik urin pada waktu vesica urinaria terisi.
Trigonum vesicae di atas dibatasi oleh rigi muscular yang
berjalan dari muara ureter yang satu ke muara ureter yang laindan
disebut sebagai plica interureterica, uvula vesicae merupakan
tonjolan kecil terletak tepat di belakang orificum urethrae yang
disebabkan oleh lobus medius prostate yang ada di bawahnya
(Snell 2011).

3
4. Tunica Muscularis Vesica Urinaria
Tunica muscularis vesica urinaria terdiri atas otot polos
yang tersusun dalam tiga lapis yang saling berhubungan yang
disebut sebagai musculus detrusor vesicae. Pada collum
vesicae, komponen sirkular dari lapisan otot ini menebal
membentuk musculus sphincter vesicae (Snell 2011).
5. Ligamentum-ligamentum Vesica Urinaria
Collum vesicae dipertahankan dalam posisinya pada laki-
laki oleh ligamentum pubo prostaticum dan pada perempuan oleh
ligamentum pubo vesicale. Ligament ini dibentuk dari fascia
pelvica (Snell 2011).
6. Batas-batas Vesicae
a. PadaLaki-laki (Gambar3):
1. Ke anterior: symphisis pubica, lemak retropubik, dan
dinding anterior abdomen.
2. Ke posterior: vesica rectovesicalis peritonei, ductus
deferens, vesicula seminalis, fascia rectovesicalis, dan
rectum.
3. Ke lateral: di atas musculus obturator internus dan
dibawah musculus levatorani.
4. Ke superior: cavitas peritonealis, lengkung ileum, dan
colon sigmoideum.
5. Ke inferior: prostata

Gambar 3. Potongan sagital pelvis pada laki-laki (Snell 2011)

4
b. Pada Perempuan (Gambar 4)
Karena tidak ada prostata, vesica urinaria terletak rendah di
dalam pelvis perempuan dibandingkan dengan pelvis laki-laki,
dan collum vesicae terletak langsung di atas diaphragm
urogenitale. Batas-batasan antara vesica urinaria dengan
uterus dengan vagina, yaitu:
1. Ke anterior: symphisis pubica, lemak retropubik, dan
dinding anterior abdomen.
2. Ke posterior: dipisahkan dari rectum oleh vagina.
3. Ke lateral: di atas musculus obturator internus dan di
bawah musculus levatorani.
4. Ke superior: excavatio utero vesicalis dan corpus uteri.
5. Ke inferior: diaphragma urogenital.

Gambar 4. Potongan sagital pelvis perempuan (Snell 2011)


7. Pendarahan/Vaskularisasi
a. Arteri
Arteri vesicalis superior dan inferior berasal dari trunkus
anterior arteri iliaka interna sebagai sumber utama suplai darah
arterial. Suplai darah minor berasal dari arteri obturatoria,
glutea inferior dan pada wanita juga dari arteri uterine dan
vaginalis
b. Vena
vena-vena membentuk plexus pada permukaan lateral dan
inferior buli. Dengan demikian selama sistostomi suprapubik,
struktur-struktur ini harus dihindari pada saat membuka buli.
c. Pleksus Vesikalis
Adalah kelanjutan dari pleksus venosus prostatikus pada pria

5
yang bermuara ke dalam vena iliaka interna (Shenoy 2014).
8. Limfatik
Kelenjar limfe iliaka interna merupakan level pertama
kelenjar limfeserta Kelenjar limfe obturatoria dan iliaka eksterna
terlibat lebih lanjut (Shenoy 2014).
9. Persarafan
Persarafan vesica urinaria berasal dari plexus
hypogastricus inferior. Serabut post ganglionik simpatik berasal
dari ganglion lumbal pertama dan kedua dan berjalan turun ke
vesica urinaria melalui plexus hypogastricus. Serabut pre
ganglionik parasimpatikus yang muncul sebagai nervisplanchnici
pelvici dari nervus sacralis kedua, ketiga, keempat berjalan
melalui plexus hypogastricus menuju ke vesica urinaria, di tempat
iniserabut- serabut tersebut bersinaps dengan neuron post
ganglionik. Sebagian besar serabut aferen sensorik yang berasal
dari vesica urinaria menuju sistem saraf pusat melalui
nervisplanchnici pelvici. Sebagian serabut aferen berjalan bersama
saraf simpatik melalui plexus hypogastricus dan masuk ke
medula spinalis setinggi segmen lumbalis pertama dan kedua.
Saraf simpatik menghambat kontraksi musculus detrusor vesicae
dan merangsang penutupan musculus sphincter vesicae. Saraf
parasimpatik merangsang kontraksi musculus detrusor vesicae dan
menghambat kerja musculus sphinctervesicae (Snell 2011).

3. Faktor Resiko
Ada 3 hal penyebab terjadinya karsinoma,, yaitu:
1. Host
a. Genetik
Keluarga yang memiliki riwayat kanker kandung kemih maupun
kanker lain seperti kanker kolon dan kanker ginjal (RCC) akan
menimbulkan resiko kanker kandung kemih.
b. Life style
1. Mengkonsumsi makanan yang mengandung 4P (Pemanis, pewarna,
pengawet, penyedap rasa)
2. Merokok selama bertahun-tahun memiliki resiko lebih tinggi
daripada orang yang tidak merokok atau orang yang merokok
dalam jangka waktu yang pendek. Rokok mengandung bahan
karsinogen berupa amin aromatic dan nitrosamine.
3. Sering mengkonsumsi kopi dalam jangka waktu lama
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Infeski saluran kemih, ca colon, ca rnal, ca prostat, ca rectum.

6
d. Obat atau tindakan (cytoksan dan cyclofosfamid). Orang yang pernah
mendapatkan pengobatan kanker dengan obat-obatan tertentu seperti
cyclophosphamide akan meningkatkan resiko kanker kandung kemih.
Juga orang yang pernah mendapatkan terapi radiasi di abdomen atau
panggul akan memiliki resiko.
2. Agent
Invasi kuman (parasit: schistozomiasis yang terdapat pada siput).
3. Environment
Berhunbungan dengan pekerjaan di pabrik kimia (terutama cat), pabrik
rokok, penyamak kulit dan pekerja salon karena sering terpapar oleh bahan
karsinogen (senyawa ain aromatic: 2 naftilamin, bensidin dan 4
aminobifamil).
Faktor Resiko kanker kandung kemih, antara lain: (Lyndon 2014)
1. Para pekerja di pabrik kimia (terutama cat), laboratorium pabrik korek api,
tekstil, pabrik kulit dan pekerja salon karena sering terpapar oleh bahan
karsinogen (senyawa ain aromatic: 2 naftilamin, bensidin dan 4
aminobifamil).
2. Perokok aktif karena rokok mengandung bahan karsinogen berupa amin
aromatic dan nitrosamine.
3. Infeksi saluran kemih seperti E-coli dan proteus sp yang menghasilkan
nitrosamine sebagai zat karsinogen.
4. Sering mengkonsumsi kopi, pemanis buatan yang mengandung sakarin
dan siklamat, serta pemakaian obat-obatan siklofosfamid melalui
intravesika, fenasetin,opium, dan antituberkulosis INH dalam jangka
waktu lama.

Penelitian menemukan bahwa faktor-faktor berikut beresiko terhadap


munculnya kanker kandung kemih (National Cancer Institute 2010):
1. Merokok
Merokok merupakan faktor resiko utama untuk kanker kandung kemih.
Merokok merupakan penyebab utama dari beberapa kasus kanker
kandung kemih. Orang yang merokok selama bertahun-tahun memiliki
resiko lebih tinggi daripada orang yang tidak merokok atau orang yang
merokok dalam jangka waktu yang pendek.
2. Bahan-bahan kimia di tempat kerja
Orang-orang tertentu memiliki resiko lebih tinggi karena bahan kimia
penyebab kanker di tempat mereka bekerja. Pekerja di industri
pewarnaan, karet, kimia, logam, tekstil,dan bulu, akan memiliki resiko
terkena kanker kandung kemih. Resiko lain juga muncul pada penata
rambut, masinis, pekerja printer, pengecat, dan supir truk.

7
3. Riwayat kanker kandung kemih
Orang-orang yang memiliki riwayat kanker kandung kemih memiliki
kemungkinan untuk kembali memiliki penyakit yang sama.
4. Pengobatan kanker tertentu
Orang yang pernah mendapatkan pengobatan kanker dengan obat-obatan
tertentu seperti cyclophosphamide akan meningkatkan resiko kanker
kandung kemih. Juga orang yang pernah mendapatkan terapi radiasi di
abdomen atau panggul akan memiliki resiko.
5. Arsenik
Arsenik merupakan suatu racun yang mampu meningkatkan resiko kanker
kandung kemih. Dibeberapa bagian dunia, kadar arsenik mungkin
ditemukan tinggi pada air minum.
6. Riwayat keluarga dengan kanker kandung kemih
Keluarga yang memiliki riwayat kanker kandung kemih maupun kanker
lain seperti kanker kolon dan kanker ginjal (RCC) akan menimbulkan
resiko kanker kandung kemih.
7. Infeksi
Infeksi kronis saluran kencing dan infeksi dari parasit. Haematobium juga
dikaitkan dengan peningkatan resiko kanker kandung kemih,
seringnya pada karsinoma sel skuamosa. Inflamasi kronis juga
diperkirakan memainkan peran penting pada proses karsinogenesis pada
kasus ini.

Faktor resiko lain yang menyebabkan kanker kandung kemih menurut


Wein, AJ (2012):
1. Pada karsinoma urothelial kandung kemih
a. Merokok
b. Paparan industri
c. Paparan zat kimia
d. Paparan cyclophosphamide
2. Pada karsinoma sel skuamosa kandung kemih:
a. Schistosomiasis, merupakan sebuah infeksi dari Schistosoma
haematobium
b. Batu pada saluran kemih, jika terjadi bertahun-tahun
c. Penggunaan kateter selama bertahun-tahun
d. Divertikula kandung kemih
3. Pada adenokarsinoma kandung kemih:
a. Sisa dari tindakan urachal
b. Neurogenic bladder
c. Metastasis dari malignansi primer
d. Ekstropi kandung kemih
e. Invasi tumor/kanker dari organ lain seperti kolon dan ginjal

8
4. Penyebab lain yang jarang terjadi:
Penggunaan analgesik yang mengandung phenacetin.

Faktor resiko lain (Ferri 2014):


1. Kerusakan spinal cord disebabkan karena pasien neurogenic bladder
memerlukan drainase kandung kemih jangka panjang dengan kateter
Foley; iritasi kronis dari penggunaan jangka panjang secara umum
mengingkatkan resiko kanker kandung kemih, khususnya karsinoma sel
skuamosa.
2. Onkogenik berkaitan dengan kanker kandung kemih termasuk ras
keluarga dengan gene dan onkogenikras p21.
3. Tumor suppressor genes, termasuk p53 pada kromosom 17p; gen
Retinoblastoma (Rb) pada kromosom 13q; gen pada kromosom 9: 9p21
dan 9q32-3

4. Bentuk Tumor
Tumor buli-buli dapat berbentuk, antara lain: (Yosef 2007)
1. Papiler
2. Tumor non invasif (in situ)
3. Noduler (infiltrat)
4. Campuran antara papiler dan infiltrat

Gambar 5. Bentuk tumor buli-buli (Yosef 2007)

5. Perjalanan Penyakit
Karsinoma buli-buli masih dini merupakan tumor superfisial.
Tumor ini lama kelamaan dapat mengadakan infiltrasi ke lamina
propia, otot, dan lemak perivesika yang kemudian menyebar langsung
ke jaringan sekitarnya. Di samping itu tumor dapat menyebar secara
limfogen maupun hematogen. Penyebaran limfogen menuju kelenjar
limfe perivesika, obtutator, iliaka eksterna, dan iliaka komunis;
sedangkan penyebaran hematogen paling sering ke hepar, paru-paru,
dan tulang (Yosef 2007).

9
 Klasifikasi Stadium
Klasifikasi Duke-Masina, Jewett dengan modifikasi Strong-Marshal
untuk menentukan operasi atau observasi (Jiang & Lizhong 2008)
T= Pembesaran local tumor primer, ditentukan melalui: Pemeriksaan
klinis, uroghrafy, cystoscopy, pemeriksaan bimanual di bawah
Anestesi umum dan biopsy atau trans urethral reseksi.
Tis Carcinoma in situ (pre invasive Ca)
TX Cara pemeriksaan untuk menetapkan penyebaran tumor, tak dapat
dilakukan
T0 Tanda-tanda tumor primer tidak ada
T1 Pada pemeriksaan bimanual didapatkan massa yang bergerak
T2 Pada pemeriksaan bimanual ada indurasi daripada dinding buli-buli
T3 Pada pemeriksaan bimanual indurasi atau massa nodular yang
bergerak bebas dapat diraba di buli-buli
T3a Invasi otot yang lebih dalam
T3b Perluasan lewat dinding buli-buli
T4 Tumor sudah melewati struktur sebelahnya
T4a Tumor mengadakan invasi ke dalam prostate, uterus vagina
T4b Tumor sudah melekat pada dinding pelvis atau infiltrasi ke dalam
abdomen
N = Pembesaran secara klinis untuk pembesaran kelenjar limfe,
pemeriksaan klinis, lympgraphy, urography, operative
NX Minimal yang ditetapkan kel.Lymfe regional tidak dapat ditemukan
N0 Tanpa tanda-tanda pembesaran kelenjar lymfe regional
N1 Pembesaran tunggal kelenjar lymfe regional yang homolateral
N2 Pembesaran kontra lateral atau bilateral atau kelenjar lymfe regional
yang multiple
N3 Masa yang melekat pada dinding pelvis dengan rongga yang
bebas antaranya dan tumor
N4 Pembesaran kelenjar lymfe juxta regional
M=Metastase jauh termasuk pembesaran kelenjar limfe yang jauh,
Pemeriksaan klinis ,thorax foto,dan test biokimia
MX Kebutuhan cara pemeriksaan minimal untuk menetapkan adanya
metastase jauh, tak dapat dilaksanakan
M1 Adanya metastase jauh
M1a Adanya metastase yang tersembunyi pada test-test biokimia
M1b Metastase tunggaldalam satu organ yang tunggal
M1c Metastase multipledalam satu terdapat organ yang multiple
M1d Metastase dalam organ yang multiple

10
Gambar 6. Klasifikasi Stadium (Nursalam 2009)

6. Patofisiologi
Menurut Amiruddin, kanker kandung kemih terjadi karena beberapa faktor
yaitu, usia Kanker kandung kemih lebih sering terjadi pada usia di atas 50
tahun dan angka kejadian laki-laki lebih besar daripada perempuan. Usia dapat
menyebabkan imunitas seseorang turun sehingga rentan terpapar oleh radikal
bebas, selain itu lifestyle seperti kebiasaan merokok dan bahan-bahan
karsinogenik seperti pabrik jaket kulit bagian pewarnaan. Kedua faktor ini
akan masuk ke dalam sirkulasi darah daan masuk ke dalam ginjal yang
selanjutnya terfiltrasi di glomerulus. Radikal bebas bergabung dengan urin
secara terus menerus dan masuk ke kandung kemih. Selanjutnya terjadi
stagnasi radikal bebas, radikal bebas mengikat elektron DNA dan RNA sel
transisional sehingga terjadi kerusakan DNA. Apabila terjadi kerusakan DNA
maka tubuh akan malukan perbaikan DNA jika berhasil maka sela akan
kembali normal, jika tidak maka akan terjadi mutasi pada genom sel somatik.
Mutasi dari genom sel somatik ada 3 hal yang terjadi pertama adalah
pengaktifan onkogen pendorong pertumbuhan, kedua perubahan gen yang
mengandalikan pertumbuhan dan yang terakhir adalah pengnonaktifan gen
supresor kanker. Ketiga hal tersebut mengakibatkan produksi gen regulatorik
hilang. Selanjutnya terjadi replikasi DNA yang berlebih. Akhirnya terjadi
kanker pada kandung kemih.

7. Manifestasi Klinis

11
Manifestasi Klinis pada kanker kandung kemih, antara lain:
1. Lokal
a. Obstruktif
1. Kencing sedikit: sebagai akibat dari tumbuhnya tumor yang
menutup aliran menuju uretra.
2. Hematuria: massa tumor memiliki sifat mudah ruptur dan sifat urin
adalah asam yang akan mengikis tumor tersebut sehingga akan
terjadi bleeding dan dikeluarkan melalui urin.
3. Pancaran melemah: karena adanya obtruksi sehingga kencing
menjadi sedikit dan mengakibatkan pancaran melemah.
b. Iritatif
1. Frekuensi: terjadi peningkatan frekuensi karena adanya retensi
urine dan pengisian kandung kemih secara kontinyu.
2. Urgensi
3. Nocturia ( jarang )
4. Urge incontinensia
5. Disuria
2. Sistemik
a. Anemia: sebagai akibat dari adanya hematuria sehingga tubuh
kekurangan Hb.
b. Hiperventilasi : karena tidak adanya Hb yang mengikat O 2 sehingga
mengakibatkan sesak napas.
c. Hipertensi: karena adanya gangguan pada fungsi ginjal sehingga
mengakibatkan aldosteron terganggu, pembuluh darah menjadi
vasokonstriksi sehingga muncul hipertensi.
d. Oedema: karena adanya gangguan pada renin angiotensin yang
berdampak pada pompa Na dan K, kemudian Na tidak dapat keluar
sehingga mengikat banyak air yang mengakibatkan oedema.
Manifestasi klinis dari kandung kemih, antara lain:
1. Hematuria
Hematuria dapat dibagi menjadi hematuria intermiten atau penuh, dan
dapat dinyatakan sebagai hematuria awal atau terminal hematuria,
sebagian dari pasien kanker kandung kemih akan ada pembuangan
gumpalan-gumpalan darah dan bangkai-bangkai busuk.
2. Iritasi kandung kemih
Tumor terbentuk di trigonum kandung kemih, lingkup patologi meluas
atau saat terjadi infeksi dapat menstimulasi sampai ke kandung kemih
sehingga menyebabkan fenomena sering buang air kecil dan urgen.
3. Gejala obstruktif saluran kemih 
Tumor yang lebih besar, tumor pada leher kandung kemih dan
penyumbatan gumpalan darah akan menyebabkan buang air bahkan
sampai retensi urin. Infiltrasi tumor ke dalam lubang saluran kemih dapat

12
menyebabkan obstruksi saluran kemih, sehingga menimbulkan nyeri
pinggang, hidronefrosis dan fungsi ginjal terganggu.
4. Gejala metastase 
Invasi tumor stadium lanjut sampai ke jaringan kandung kemih sekitarnya,
organ lain atau metastasis kelenjar getah panggulsimpul, akan
menyebabkan nyeri di daerah kandung kemih, uretra fistula vagina, dan
edema ekstremitas bawah, metastasis sampai organ yang lebih jauh, nyeri
tulang dan cachexia.
Gambaran klinis dari kanker kandung kemih, antara lain: (Shenoy 2014)
1. Pada 90% kasus, gejala klinis yang awal adalah hematuria intermitten
yang tidak disertai nyeri.
2. Gejala klinis menyerupai sisititis yang hebat terjadi pada ulkus karsinoma
3. Selanjutnya dapat kencing bercampur darah yang disertai nyeri
4. Stranguria adalah rasa nyeri saat miksi dengan perdarahan dan
pengososngan buli yang tidak lampias
5. Nyeri pinggang disebabkan oleh obstruksi ureter dengan hidronefrosis
6. Nyeri suprapubik, nyeri lipat paha, nyeri perineal disebabkan oleh
infiltrasi nervus. Keadaan ini menandakan bentuk tumor yang sudah lanjut

8. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang bisa dilakukan, antara lain:
1. Palpasi Bimanual (Shenoy 2014)
Yaitu per reto-abdominal pada pria dan per vagino-abdominal pada wanita
dilakukan di bawah anastesi umum. Penebalan dinding buli, mobilitas,
fiksasi, dan keras tidaknya tumor dapat ditentukan. Palpasi bimanual
dikerjakan dengan narkose umum (supaya otot buli-buli relaks) pada saat
sebelum dan sesudah reseksi tumor TUR buli-buli. Jari telunjuk kanan
melakukan colok dubur atau colok vagina sedangkan tangan kiri
melakukan palpasi buli-buli di daerah suprasimfisis untuk memperkirakan
luas infiltrasi tumor. Kontribusi perawat dalam pemeriksaan bimanual
adalah untuk mengetahui apakah teraba tumor pada dasar buli-buli dengan
bantuan general anestesi sesuai prosedur.
2. Pemeriksaan Laboratorium (Nursalam 2009)
a. Laboratorium rutin.
1. Hb (untuk mengetahui adanya anemia)
Normal: M : 13-16 g/dl
F : 12-14 g/dl

b. Pemeriksaan Fungsi Faal Ginjal

13
1. BUN, eksresi urea yang tidak maksimal akan meningkatkan kadar
nitrogen urea darah (Joan dan Lyndon 2014)
Normal: 10-45 mg/dl
2. Kreatinin Serum, dapat mengukur kerusakan ginjal dengan baik
dibandingkan dengan kadar nitrogen serum, karena ganggguan
ginjal yang berat dan persisten akan menyebabkan peningkatan
kreatinin yang signifikan (Joan dan Lyndon 2014)
Normal: M : 0,9-1,5 mg/dl
F : 0,7-1,3 mg/dl
c. Urinalisis
Pemeriksaan air seni untuk melihat adanya darah dalam air seni,
khususnya yang kasat mata. Selain itu juga untuk mengetahui adanya
epitel, eritrosit, atau leukosit pada urin. Pemeriksaan sitologi urin,
memiliki sensitifitas 38-78%, dan meningkat pada tumor tingkat tinggi.
Kultur air seni dapat diperiksa untuk menyingkirkan adanya infeksi
atau peradangan.
d. Sitologi Urin, yaitu pemeriksaan sel-sel urotelium yang terlepas
bersama urin (biasanya nilai negatif palsu tinggi). Sitologi urin
merupakan pemeriksaan mikroskopik terhadap sel-sel didalam urin.
pemeriksaan ini dilakukan untuk mendiagnosis kanker saluran kemih.
Sitologi urin juga dilakukan untuk penyaringan kanker pada orang-
orang resiko tinggi (misalnya perokok, pekerja petrokimia dan
penderita perdarahan tanpa rasa nyeri). Untuk penderita yang telah
menjalani pengangkatan kanker kandung kemih, sitologi digunakan
untuk evaluasi dan follow up
e. Cell survey antigen study, yaitu pemeriksaan laboratorium untuk
mencari sel antigen terhadap kanker, bahan yang digunakan adalah
darah vena.
f. Flow cytometri, yaitu mendeteksi adanya kelainan kromosom sel-sel
urotelim.
3. Pemeriksaan Radiologi (Shenoy 2014)
a. BOF/ BNO (Buik Nier Overzicht)
Untuk mengetahui struktur dari kandung kemih bagus atau tidak.
Kontribusi perawat adalah:
1. Sebelum pemeriksaan anjurkan klien untuk makan bubur, bukan
santan karena akan memerlukan waktu penyerapan yang lama dan
mengandung kolesterol.
2. Klien dipuasakan 6-8 jam
3. Dilakukan lavement/huknah/enema untuk mengurangi intepretasi
kesalahan pada gambaran kolon dan kandung kemih

b. IVP

14
Defek pengisian dalam buli, dilatasi ureter dapat ditemukan.
Konstribusi perawat adalah untuk melakukan pemeriksaan fungsi
ginjal (BUN dan Kreatinin) dan pemeriksaan alergi sebelum dilakukan
tindakan.
c. Ultrasonografi
Merupakan pemeriksaan yang sangat bermanfaat yang dapat
mendeteksi karsinoma buli. Pemeriksaan ini juga dapat mendeteksi
adanya metastase hati. Kontribusi perawat adalah menganjurkan klien
untuk menahan kencing untuk mengetahui perbedaan urin dan massa
tumor.
d. CT Scan
Merupakan pemeriksaan pilihan terutama untuk mengetahui
penyebaran penyakit. Pemeriksaan CT scan bermanfaat khususnya
untuk mengetahui adanya infiltrasi adanya infiltrasi pada otot, jaringan
prevesika serta prostat, dan dinding pelvik. Indikasi untuk sitoskopi,
antara lain:
1. Hematuria dengan IVP yang normal
2. Gejala klinis saluran kemih bagian bawah
3. Sel maligna dalam sitologi urine
e. MRI
Dapat memberikan keterangan tambahan mengenai penyebaran tumor.
Jika tumornya berupa kista, bisa diambil contoh cairan untuk
dilakukan analisa. Aortografi dan angiografi arteri renalis bisa
dilakukan sebagai persiapan pembedahan untuk memberikan
keterangan tambahan mengenai tumor dan arteri renalis.
f. Sistoskopi
Sitoskopi merupakan pemeriksaan gold standart untuk menentukan
lokasi lesi dan mengambil biopsi yang sangat diperlukan untuk
penatalaksanaan kasus lebih lanjut. Peran perawat yaitu memantau
adanya komplikasi pasca prosedur sistoskopi berupa perdarahan,
perforasi kandung kemih, dan infeksi. Perawat melakukan observasi
terhadap perubahan warna urin. Pasca dilakukan sistoskopi, urin
normalnya berwarna merah muda karena trauma saat memasukkan
instrumen, tetapi bila ada perdarahan nyata harus segera dilaporkan.
Perawat memantau kecukupan asupan cairan klien untuk mencegah
statis urin dan obstruksi darah beku. Perawat memantau tanda-tanda
vital klien secara teratur untuk mendeteksi dini potensi adanya infeksi.

9. Penatalaksanaan

15
1. Hematuria
a. Dilakukan three way kateter untuk irigasi kandung kemih yang
mengalami perdarahan akibat massa dengan PZ 1000 cc.
Konstribusi perawat:
1. Monitoring irigasi
2. Monitoring balance cairan urin yang di tampung pada urin bag
dikurangi dengan cairan yang masuk {PZ}).
3. Evaluasi warna urin
4. Kondisi bladder
b. Oksigenasi karena kilen mengalami hiperventilasi
c. Transfusi + farmakologi (asam traneksamat serta vitamin K) untuk
penatalksaan perdarahan.
2. TURB-T (Trans-Urethral Resection of Bladder-Tumor)
Dilakukan reseksi untuk mengambil tumor. Jika terjadi perdarahan
dilakukan tindakan irigasi kandung kemih , jika urine tidak keluar , curiga
adanya stone cell dan tatalaksana dengan dilakukan spool.
3. Cystektomy radikal atau parsial
Sistektomi radikal yang diikuti dengan kemoterapi sistemik (MVAC-
Methotrexate, Vinblastine, Adriamycin, Cisplatin). Sistektomi radikal
merupakan pengangkatan buli dengan lemak perisistikserta prostat dan
vesikula seminalis, uretra pada priadan buli serta lemak perisistik, serviks,
uuterus, kubah vagina anterior, uretra dan ovarium pada wanita.
Sistektomi radikal merupakan suatu operasi mayor dengan angka
mortalitas 3 sampai 8%.
4. Diversi Urine
Sistektomi radikal adalah pengangkatan kandung kemih dan jaringan
sekitarnya (pada pria berupa sistoprostatektomi) dan selanjutnya aliran
urine dari ureter dialirkan melalui beberapa cara diversi urine, antara lain:
(Yosef, 2007)
a. Uretrosigmoidostomi, yaitu membuat anastomosis kedua ureter ke
dalam sigmoid. Cara ini sekarang tidak banyak dipakai lagi karena
banyak menimbulkan penyulit.
b. Kondisi usus, yaitu mengganti kandung kemih dengan ileum sebagai
penampung urin, sengakan untuk mengeluarkan urine dipasang
kateteer menetap melalui sebuah stoma. Konduit ini diperkenalkan
oleh Bricke pada tahun 1950 dan saat ini tidak banyak dikerjakan lagi
karena dianggap tidak praktis.
c. Diversi urin kontinen, yaitu mengganti kandung kemih dengan segmen
ileum dengan membuat stoma yang kontinen (dapat menahan urin pada
volume tertentu). Urin kemudian dikeluarkan melalui stoma dengan
melakukan kateterisasi mandiri secara berkala. Cara diversi urin ini
yang terkenal adalah cara Kock pouch dan Indian pouch.

16
d. Diversi urin Orthotopic, adalah membuat neobladder dari segmen usus
yang kemudian dilakukan anastomosis dengan uretra. Teknik ini dirasa
lebih fisiologis untuk pasien, karena berkemih melalui uretra dan tidak
memakai stoma yang dipasang di abdomen. Teknik ini pertama kali
diperkenalkan oleh Camey dengan berbagai kekurangannya dan
kemudian disempurnakan oleh Studer dan Hautmann.
5. Kemoterapi intra Buli
Kemoterapi intravesika pasca bedah dengan
Thiotepa/Adriamycin/Mitomycin yang ditahan di sisi dalam kandung
kemih selama 1 jam, 6-8 serial seperti ini dengan interval setiap seminggu
diberikan untuk mengurangi angka kekambuhan.

 Terapi Kanker Kandung Kemih (Shenoy 2014)


1. Karsinoma yang tidak melibatkan lapisan otot (Tis, Ta, T1)
a. Reseksi transuretra (TUR) tumor (basis/dasar tumor yang
direseksi lalu diskrining terhadap adanya tumor dengan
pemeriksaan mikroskopik)
b. Kemoterapi intravesika pasca bedah dengan
Thiotepa/Adriamycin/Mitomycin yang ditahan di sisi dalam
kandung kemih selama 1 jam, 6-8 serial seperti ini dengan
interval setiap seminggu diberikan untuk mengurangi angka
kekambuhan.
c. Imunoterapi BCG atau interferon yang dberikan secara
intravesika selama pasca-bedah untuk mencegah kekambuhan
tumor.

2. Lesi T2-T4
Sistektomi radikal yang diikuti dengan kemoterapi sistemik
(MVAC-Methotrexate, Vinblastine, Adriamycin, Cisplatin).
Sistektomi radikal merupakan pengangkatan buli dengan lemak
perisistikserta prostat dan vesikula seminalis, uretra pada priadan
buli serta lemak perisistik, serviks, uuterus, kubah vagina anterior,
uretra dan ovarium pada wanita. Sistektomi radikal merupakan
suatu operasi mayor dengan angka mortalitas 3 sampai 8%.
3. Setiap T, N1, M0 atau setiap T, N0, M1
Kemoterapi sistemik (MVAC) yang diikuti dengan terapi radiasi
harus diberikan
4. Lesi kecil
Lesi kecil yang melibatkan otot pada kubah (dome) buli atau
dinding posterolateral buli, sistektomi parsial (reseksi segmental)
bagian buli tersebut yang mengandung tumor dengan ttepi buli
yang sehat yang luas 2-3 cm. hal ini sebaiknya diikuti dengan

17
kemoterapi intravesika.

 Peranan Radioterapi (Shenoy 2014)


1. Lokal
Jika lesi tidak anaplastik, berukuran 4 cm atau kurang, setelah
eksisi diatermi terbuka, dapat diberikan radioterapi.
a. Implantasi butiran emas 198Au
b. Kawat tantalum radioaktif 192Ta
2. Radioterapi yang dalam
Indikasi: karsinoma yang tidak berdiferensiasi
Dengan menggunakan Cobalt 60 atau aselerator linear

 Kontrol Berkala
Semua pasien kanker kandung kemih harus mendapatkan pemeriksaan
secara berkala, dan secara rutin dialkukan pemeriksaan klinis, sitologi
urine serta sistoskopi. Jadwal pemeriksaan berkala itu pada: (Yosef
2007)
1. Tahun I dilakukan setiap 3 bulan sekali,
2. Tahun II setiap 4 bulan sekali, dan
3. Tahun III dan seterusnya setiap 6 bulan sekali

10. Prognosis
Menurut Pusponegoro, dkk. dalam buku Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah,
penyakit ini mempunyai prognosis yang sangat bervariasi walaupun secara
umum bergantung dari stadium dan derajat histologi tumor. Pada umumnya
penderita dengan tumor superfisial mempunyai harapan hidup 5 tahun yang
cukup baik sedangkan penderita dengan tumor yang sudah tumbuh sampai
ke lapisan otot dalam mempunyai angka harapan hidup sekitar 5 tahun
sekitar 40-50%. Pada stadium T4 tanpa metastasis, angka harapan hidup 5
tahun berkisar antara 10-17%, sedangkan bila sudah terjadi metastasis maka
sangat sedikit penderita yang dapat bertahan hidup lebih dari 5 tahun.

 Usia
11. Pathway  Merokok
 Lingkungan pekerjaan
 Infeksi
 Pemanis Buatan 18
 Ras
 Jensi kelamin
 Riwayat keluarga
Buli-buli

Ca Buli-buli

Ulserasi Metastasee Oklusi ureter/pelvic


Infeksi sekunder renal
 Panas waktu Invasi pada bladder
Refluks
kencing
 Merasa panas Hidronefrosis
dan tubuh Retensio urin  Nyeri supra pubic
lemah  Nyeri pinggang
 Hematuria
Nyeri Ginjal membesar
Nyeri Penatalaksanaan

Operasi Kemoterapi
Tidak adekuat terapi
Diskontinuitas Sosio ekonomi, Kurangnya informasi
Jaringan perubahan kesehatan, tentang penyakit Efek samping
situasi krisis kemoterapi
Nyeri
Kurang pengetahuan
Takut Imun
Kecemasan Resiko Infeksi

Panas tubuh dan Anoreksia


Resiko kerusakan Intoleransi aktifitas
lemah
membrane mulut

Hb↓
Resiko kurangnya volme
cairan
Resiko kerusakan
integritas kulit

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian

19
1. Identitas klien
a. Usia:
Menurut Brunner & Suddarth, 2004 Kanker kandung kemih lebih
sering terjadi pada orang dewasa berusia 50 sampai 70 tahun, usia rata-
rata pada saat diagnosis adalah 65 tahun, dan pada periode tersebut
sekitar 75% dari kanker kandung kemih terlokalisasi pada kandung
kemih, 25% telah menyebar ke kelenjar getah bening regional atau
tempat yang jauh.
b. Jenis Kelamin:
Pria memiliki resiko 3 kali lipat lebih besar dibanding dengan wanita
(Brunner & Suddarth 2004).
c. Pekerjaan:
Pekerja di pabrik bahan kimia, penyamak kulit, pegawai salon,
pewarna, karet, minyak bumi, industri kulit, dan percetakan memiliki
risiko lebih tinggi. Karsinogenik yang spesifik meliputi benzidin,
betanaphthylamine, dan 4-aminobiphenyl. Perkembangan tumor dapat
berlangsung lama (Emil Tanagho dan Jack W. McAninch 2007).
d. Tempat Tinggal:
Terdapat insiden kanker kandung kemih yang tinggi di banyak negara
di Afrika, terutama Mesir, terkait paparan parasit Schistosoma
haematobium, yang dapat ditemukan dalam kandungan air di negara-
negara ini (Connie Yarbro, dkk, 2010).
2. Riwayat keperawatan
a. Keluhan Utama : Klien akan mengeluhkan hematuria.
b. Riwayat Penyakit Sekarang:
Obstruktif : a. Kencing sedikit
b. Hematuria
c. Pancaran melemah
Iritatif : a. Frekwensi
b. Urgency
c. Nocturia (jarang)
d. Urge inkontinencia
e. Dysuria
c. Riwayat Penyakit Dahulu:
Orang-orang yang memiliki riwayat kanker kandung kemih, infeksi
kronis saluran kencing, dan infeksi dari parasit memiliki
kemungkinan untuk kembali memiliki penyakit yang sama (National
Cancer Institute 2010).

d. Riwayat Kesehatan Keluarga:

20
Keluarga yang memiliki riwayat kanker kandung kemih maupun
kanker lain seperti kanker kolon dan kanker ginjal (RCC) akan
menimbulkan resiko kanker kandung kemih (National Cancer Institute
2010).
e. Riwayat psikososial dan spiritual:-
f. Kondisi lingkungan rumah:
Pada area industri dengan penduduk padat yang memungkinkan
lingkungan terpapar oleh karsinogen tertentu, seperti: tembakau, 2-
naftilamin, dan nitrat diketahui sebagai faktor predisposisi tumor sel
transisional (Joan dan Lyndon 2014).
g. Kebiasaan sehari-hari
Konsumsi 4 P (Pemanis, pewarna, pengawet, penyedap rasa),
merokok, kopi.
3. Pemeriksaan fisik
Nyeri atau ketidak nyamanan : nyeri tekan abdomen, nyeri tekan pada area
ginjal pada saat palpasi, nyeri dapat digambarkan sebagai akut, hebat,
tidak hilang dengan posisi atau tindakan lain.
a. Keadaan Umum: Klien tampak pucat, merasa mual.
b. Tanda-tanda vital:
1. Peningkatan TD, karena ada gangguan pada fungsi aldosteron yang
menyebabkan vasokontriksi pembulu darah yang berakibat pada
hipertensi
2. Peningkatan RR (Hiperventilasi), karena terjadi penurunan Hb
yang berakibat pada penurunan O2
c. Pemeriksaan fisik
1. Aktivitas/Istirahat
Gejala : Merasa lemah dan letih
Tanda : Perubahan kesadaran
2. Sirkulasi
Gejala : Perubahan tekanan darah normal (hipertensi)
Tanda : Tekanan darah meningkat, takikardia, bradikardia,
disritmia
3. Integritas Ego
Gejala : Perubahan tingkah laku atau kepribadian
Tanda : Cemas, mudah tersinggung
4. Eliminasi
Gejala : Perubahan BAK
Tanda : Nyeri saat BAK, Urine bewarna merah
5. Makanan & Cairan
Gejala : Mual muntah
Tanda : Muntah
6. Neurosensori

21
Gejala : Kehilangan kesadaran sementara (Vertigo)
Tanda : Perubahan kesadaran sampai koma, perubahan mental
7. Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Sakit pada daerah abdomen
Tanda : Wajah menyeringai, respon menarik pada rangsangan
nyeri
8. Interaksi Sosial
Gejala : Perubahan interaksi dengan orang lain
Tanda : Rasa tak berdaya, menolak jika diajak berkomunikasi
9. Keamanan
Gejala : Trauma baru
Tanda : Terjadi kekambuhan lagi
10. Seksualisasi
Gejala : Tidak ada sedikitnya tiga silus menstruasi berturut-turut
Tanda : Atrofi payudara, amenorea
11. Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala : Riwayat keluarga lebih tinggi dari normal untuk insiden
depresi
Tanda : Prestasi akademik tinggi
d. Pemeriksaan per sistem
1. B1(Breathing)
Bisa ditemui pernapasan cuping hidung, penggunaan otot bantu
napas, retraksi dada yang disebabkan karena hiperventilasi.
2. B2 (Blood)
Fungsi renal terganggu dapat menyebabkan, gangguan pada fungsi
aldosteron yang menyebabkan vasokontriksi pembulu darah yang
berakibat pada hipertensi (peningkatan TD).
Saat terjadi hematuria, maka banyak darah yang dikeluarkan dan
tubuh kekurangan Hb berdampak pada anemia.
3. B3 (Brain)
Kepala dan wajah tidak ada kelainan, pucat, mata: sklera icterus,
conjunctiva pucat, pupil isokor, leher tekanan vena jugularis
normal. Persepsi sensori tidak ada kelainan.
4. B4 (Bladder)
Inspeksi:
Obstruktif : a. Kencing sedikit
b. Hematuria
c. Pancaran melemah
Iritatif : a. Frekwensi
b. Urgency
c. Nocturia (jarang)
d. Urge inkontinencia

22
e. Dysuria
Auskultasi : arteri renalis ada bruit atau tidak
Palpasi : teraba massa supra sympisis, diameter 10 x 10 cm,
keras, fixed.
5. B5 (Bowel)
Mulut dan tenggorok kering, agak merah (iritasi) disebabkan
adanya mual dan muntah pada klien kanker kandung kemih.
6. B6( Bone)
Gangguan pada Renin-Angiotensin yang berakibat pada gangguan
pompa Na dan K, sehingga Na tidak dapat dikeluarkan yang
menyebabkan edema pada ekstermitas.

2. Dignosa Keperawatan

Post Operasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
2. Defisit Pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi

23
3. Intervensi Keperawatan ( Post Operasi )
Tujuan dan
No Diagnose Intervensi
kriteria hasil
1. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
dengan agen pencedera tindakan keperawatan Obsevasi
fisik ( D.0077 ) selama …x diharapkan 1.Identifikasi lokasi,
nyeri menurun dengan karakteristik, durasi, frekuensi,
Kriteris hasil : kualitas, intensitas nyeri, skala
1) Keluhan nyeri nyeri, respons nyeri non verbal
menurun 2. Identifikasi factor yang
2) Pasien tampak memperberat dan
meringis menurun memperingan nyeri
3) kemampuan
menuntaskan Terapeutik
aktifitas 3. Kontrol lingkungan yang
memperberat nyeri mis. Suhu
ruangan, pencahayaan,
kebisingan
4. Fasilitasi istirahat dan tidur

Edukasi
5. Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
6. Jelaskan strategi pereda
nyeri
7. Anjurkan monitor nyeri
secara mandiri
8. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri

Kolaborasi
9. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

24
2. Defisit pengetahuan Setelah dilakukan Edukasi kesehatan
berhubungan dengan tindakan keperawatan Observasi
kurang terpapar selama …x… 1. Identifikasi kesiapan dan
informasi (D.0111) diharapkan tingkat kemampuan menerima
pengetahuan informasi
meningkat dengan
kriteria hasil : Terapeutik
1) perilaku 2. Sediakan materi dan media
sesuai anjuran Pendidikan tentang penyakit
meningkat Ca buli
2) kemampuan 3.Berikan kesempatan untuk
menjelaskan bertanya
pengetahuan
tentang suatu topik Edukasi
meningkat 4. Jelaskan pengertian
3) persepsi yang penyakit Ca buli, penyebab,
keliru tehadap dan cara pengobatannya
penyakit menurun

25
4. Implementasi keperawatan

Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam

rencana keperawatan. Tindakan mencakup tindakan mandiri dan tindakan

kolaborasi (Wartonah, 2015).

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan

oleh perawat untuk membantu pasien dari masalah status kesehatan yang

dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil

yang diharapkan. Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada

kebutuhan klien, faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan

keperawatan, strategi implementasi keperawatan, dan kegiatan komunikasi

(Dinarti & Muryanti, 2017).

Jenis Implementasi Keperawatan Dalam pelaksanaannya terdapat tiga

jenis implementasi keperawatan, yaitu:

a. Independent Implementations adalah implementasi yang diprakarsai sendiri

oleh perawat untuk membantu pasien dalam mengatasi masalahnya sesuai

dengan kebutuhan, misalnya: membantu dalam memenuhi activity daily

living (ADL), memberikan perawatan diri, mengatur posisi tidur,

menciptakan lingkungan yang terapeutik, memberikan dorongan motivasi,

pemenuhan kebutuhan psiko-sosio-kultural, dan lain-lain.

b. Interdependen/Collaborative Implementations Adalah tindakan keperawatan

atas dasar kerjasama sesama tim keperawatan atau dengan tim kesehatan

lainnya, seperti dokter. Contohnya dalam hal pemberian obat oral, obat

injeksi, infus, kateter urin, naso gastric tube (NGT), dan lain-lain.

c. Dependent Implementations Adalah tindakan keperawatan atas dasar rujukan

dari profesi lain, seperti ahli gizi, physiotherapies, psikolog dan sebagainya,

misalnya dalam hal: pemberian nutrisi pada pasien sesuai dengan diit yang

26
telah dibuat oleh ahli gizi, latihan fisik (mobilisasi fisik) sesuai dengan

anjuran dari bagian fisioterapi.

5. Evaluasi Keperawatan

evaluasi adalah proses keberhasilan tindakan keperawatan yang

membandingkan antara proses dengan tujuan yang telah ditetapkan, dan

menilai efektif tidaknya dari proses keperawatan yang

dilaksanakan serta hasil dari penilaian keperawatan tersebut digunakan untuk

bahan perencanaan selanjutnya apabila masalah belum teratasi.

Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses

keperawatan guna tujuan dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan

tercapai atau perlu pendekatan lain. Evaluasi keperawatan mengukur

keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan tindakan keperawatan yang

dilakukan dalam memenuhi kebutuhan pasien

(Dinarti &Muryanti, 2017)

Menurut (Asmadi, 2008) terdapat 2 jenis evaluasi :

a. Evaluasi formatif (proses)

Evaluasi formatif berfokus pada aktivitas proses keperawatan dan hasil

tindakan keperawatan. Evaluasi formatif ini dilakukan segera setelah perawat

mengimplementasikan rencana keperawatan guna menilai keefektifan

tindakan keperawatan yang telah dilaksanaan. Perumusan evaluasi formatif

ini meliputi empat komponen yang dikenal dengan istilah SOAP, yakni

subjektif (data berupa keluhan klien), objektif (data hasil pemeriksaan),

analisis data (perbandingan data dengan teori) dan perencanaan.

27
Komponen catatan perkembangan, antara lain sebagai berikut:

Kartu SOAP (data subjektif, data objektif, analisis/assessment, dan

perencanaan/plan) dapat dipakai untuk mendokumentasikan evaluasi dan

pengkajian ulang.

1) S ( Subjektif ): data subjektif yang diambil dari keluhan klien, kecuali pada

klien yang afasia.

2) O (Objektif): data objektif yang siperoleh dari hasil observasi perawat,

misalnya tanda-tanda akibat penyimpangan fungsi fisik, tindakan

keperawatan, atau akibat pengobatan.

3) A (Analisis/assessment): Berdasarkan data yang terkumpul kemudian dibuat

kesimpulan yang meliputi diagnosis,

antisipasi diagnosis atau masalah potensial, dimana analisis ada 3, yaitu

(teratasi, tidak teratasi, dan sebagian teratasi) sehingga perlu tidaknya

dilakukan tindakan segera. Oleh karena itu, seing memerlukan pengkajian

ulang untuk menentukan

perubahan diagnosis, rencana, dan tindakan.

4) P (Perencanaan/planning): perencanaan kembali tentang pengembangan

tindakan keperawatan, baik yang sekarang maupun yang akan dating (hasil

modifikasi rencana keperawatan) dengan tujuan memperbaiki keadaan

kesehatan klien. Proses ini berdasarkan kriteria tujuan yang spesifik dan

priode yang telah ditentukan.

b. Evaluasi Sumatif (Hasil)

Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah semua aktivitas

proses keperawatan selesai dilakukan. Evaluasi sumatif ini bertujuan menilai

dan memonitor kualitas asuhan keperawatan yang telah diberikan. Metode

yang dapat digunakan pada evaluasi jenis ini adalah melakukan wawancara

28
pada akhir pelayanan, menanyakan respon klien dan keluarga terkait

pelayanan keperawatan, mengadakan pertemuan pada akhir layanan.

Adapun tiga kemungkinan hasil evaluasi yang terkait dengan pencapaian tujuan

keperawatan pada tahap evaluasi meliputi:

1) Tujuan tercapai/masalah teratasi: jika klien menunjukan perubahan sesuai

dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan.

2) Tujuan tercapai sebagian/masalah sebagian teratasi: jika klien menunjukan

perubahan sebagian dari kriteria hasil yang telah ditetapkan.

3) Tujuan tidak tercapai/masalah tidak teratasi: jika klien tidak menunjukan

perubahan dan kemajuan sama sekali yang sesuai dengan tujuan dan kriteria

hasil yang telah ditetapkan dan atau bahkan timbul masalah/diagnosa

keperawatan baru.

29
DAFTAR PUSTAKA

Brunner &Suddarth. 2002.  Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Coleman, EA., Lord, JE, Huskey, SW, Black JM, dan Jacobs EM. 1997. Medical-

Surgical Nursing: Clinical Management For Continuity of Care 5th

Edition.USA: Saunders Company

Di Giulio, M, Jackson, D, dan Keogh, J. 2007. Medical-Surgical Nursing,

Demystified: A Self-Teaching Guide. USA: The Mc Graw-Hill

Companies

Ferri, FF. 2014. Ferri's Clinical Advisor 2014. USA: MosbyInc.

Jiang, Q dan Lizhong C. 2008. Karsinoma Ginjal dalam Buku Ajar Onkologi

Klinis. Edisi2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI

Nursalam & Batticaca, FB. 2009. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan

Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika

Purnomo, Basuki B. 2000. Dasar-dasar Urology Ed 1. Jakarta: Sagung Seto

Pusponegoro, dkk. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Tangerang: Binarupa Aksara

Publisher

Saputra, Lyndon. 2011. Master Plan Ilmu Bedah. Tangerang: Binarupa Aksara

Publisher

Shenoy, K. Rajgopal dan Anita N. 2014. Buku Ajar Ilmu Bedah Jilid Satu.

Tangerang: Karisma Publishing Group

Snell, RS. 2011. Anatomi Klinis Berdasarkan Sistem. Jakarta: EGC

Umami, Vidhia. 2006. At a Glance Ilmu Bedah. Jakarta: PT. Gelora Aksara

Pratama

30
Wein, AJ, Kavaoussi, LR, Novick, AC, Partin, AW, Peters, CA. 2012.Campbell-

Walsh Urology Tenth Edition. USA: Saunders

Yosef, Herman. 2007. Dasar-dasar Urologi. Jakarta: CV. Infomedika

31

Anda mungkin juga menyukai