Anda di halaman 1dari 3

Profil Kaca Lembaran dan Pengaman

Tahun 2017

- Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2015 tentang


Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional Tahun 2015-2035, industri
kaca merupakan industri prioritas untuk dikembangkan. Industri kaca nasional
menempati posisi pertama di ASEAN sebagai produsen kaca lembaran
terbesar dengan kapasitas produksi terpasang mencapai 1.432.750 ton/tahun
dan berkontribusi sebesar 47,5% produksi kaca lembaran di wilayah ASEAN.
Pada tahun 2016, utilisasi mencapai 90% atau realisasi produksi 1.289.475
ton, untuk memasok kebutuhan dalam negeri 615.000 ton dan ekspor
675.000 ton. Tahun 2017, kapasitas produksi terpasang kaca lembaran
nasional mencapai 1.492.750 ton/tahun dengan realisasi produksi mencapai
1.343.475 ton/tahun (utilisasi optimal mencapai 90%) dan lokasi produksi
tersebar di wilayah Pulau Jawa.
- Kapasitas terpasang akan bertambah 60.000 ton/tahun pada akhir tahun
2016. Estimasi Tahun 2017, permintaan kaca lembaran dalam negeri
mencapai 644.000 ton dan ekspor mencapai 848.750 ton. 3 (tiga)
Perusahaan yang masih aktif adalah PT Asahimas Flat Glass Tbk (Jakarta,
Jawa Barat, dan Jawa Timur), PT Muliaglass di Jawa Barat dan PT Tossa
Shakti di Jawa Tengah. Industri kaca lembaran dan pengaman mampu
menyerap tenaga kerja sebanyak 8.000 orang.
- Asosiasi Kaca Lembaran dan Pengaman (AKLP) terdiri dari produsen kaca
lembaran dan pengaman dengan anggota AKLP mencapai 15 perusahaan.
- Tantangan di industri kaca dalam rangka peningkatan daya saing
Industri kaca membutuhkan gas sebagai sumber energi yang mencapai 20-
25% dari struktur biaya produksi. Dengan harga gas di plant gate yang
mencapai 10.87 US$/MMBTU, industri kaca harus bersaing dengan produk
impor yang lebih murah sebesar 235 US$/ton dibandingkan dengan harga
produksi kaca dalam negeri yang mencapai 256 US$/ton. Sebagai contoh,
industri kaca di Malaysia memperoleh gas dengan harga 5 US$/MMBTU.
- Di samping itu, dengan adanya rencana investasi China di Malaysia untuk
melakukan perluasan kapasitas produksi dan berpeluang mengisi pasar
Indonesia akan melemahkan daya saing industri kaca nasional. Selain kaca
lembaran, Malaysia berpotensi sangat besar mengekspor produk kaca
lembaran olahan bernilai tambah tinggi ke Indonesia. Untuk meningkatkan
daya saing sehingga mampu berkompetisi dengan produk impor dan
meningkatkan utilisasi maka industri kaca mengusulkan penurunan harga gas
bumi.
- Kebutuhan gas industri kaca tahun 2017 mencapai 37,15 MMSCFD

1. Data-data Pendukung

a. Kapasitas produksi terpasang kaca lembaran nasional


Tahun
2016 2017 2018 2019 2020
1.432.750 1.492.750 1.589.250 1.844.250 1.904.250
Kapasitas produksi (ton)
5.350 5.775 5.775 6.875 7.125
Tenaga kerja
615.000 650.000 685.000 725.000 765.000
Permintaan domestik (ton)
675.000 695.000 750.000 875.000 1.000.000
Ekspor (ton)
Asumsi: Utilisasi mencapai 90%, permintaan dalam negeri tumbuh 5,5%

b. Daftar produsen kaca lembaran

No Perusahaan
1 PT. Asahimas Flat Glass, Tbk.
2 PT. Muliaglass
3 PT. Tossa Sakti

c. Struktur biaya produksi kaca:


Komponen Biaya Biaya (%)

Bahan baku dan pengemasan 39,00


Energi (listrik dan bahan bakar) 33,00
Manufacturing / fabrikasi 20,00
Tenaga Kerja 8,00
Total 100,00
- Proyeksi Kebutuhan Energi
PT. Tossa Sakti
Produksi = 253.500 ton/tahun
Air = 224.000 m3 = 0,88 m3/ton
Listrik = 46.000.000 KWH = 181,5 KWH/ton
Bahan Bakar = 4.000.000 L =15,78 L/ton

Dengan asumsi realisasi produksi ubin kaca nasional mencapai 1.432.750 ton/tahun,
maka:
Kebutuhan air industri kaca lembaran nasional = 1.260.820 m3/tahun
Kebutuhan listrik industri kaca lembaran nasional = 260.044.125 KWH/tahun
Kebutuhan bahan bakar industri kaca lembaran nasional = m3/tahun

Anda mungkin juga menyukai