Anda di halaman 1dari 7

ISSN 2550-0023

STUDI PEMBUATAN KOMPOS PADAT DARI SAMPAH DAUN


KERING TPST UNDIP DENGAN VARIASI BAHAN
MIKROORGANISME LOKAL (MOL) DAUN
Mochtar Hadiwidodo1,*), Endro Sutrisno1, Dwi Siwi Handayani1, Masyitha
Putri Febriani1
1
) Departemen Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Jl. Prof. Soedarto,
SH, Kampus Undip Tembalang, Semarang, Indonesia 50275

e-mail : mch323@yahoo.com

Abstrak
Tempat Pengolahan Sampah Terpadu Universitas Diponegoro (TPST Undip) merupakan
sarana pengelolaan sampah mandiri yang dibangun pada tahun 2015 oleh pihak institusi
Universitas Diponegoro. TPST Undip melakukan kegiatan pengelolaan sampah mulai dari
pengangkutan hingga pengolahan sampah untuk wilayah pelayanan yang mencakup seluruh
area yang ada di kampus Undip. Pihak TPST Undip sudah melakukan upaya untuk mengolah
timbulan sampah tersebut, yaitu dengan melakukan komposting untuk sampah organik
biodegradable dan melakukan recycle untuk sampah anorganik. Pengomposan tersebut
dilakukan selama 3 – 5 minggu dengan menggunakan bantuan aktivator EM4. Dalam penelitian
ini, akan dibuat bioaktivator berupa larutan mikroorganisme lokal (MOL) dari berbagai macam
daun yang mudah didapatkan di lingkungan sekitar kampus, seperti daun ketapang (Terminalia
catappa), daun angsana (Pterocarpus indicus) dan daun mahoni (Switenia mahagony).
Bioaktivator ini akan menggantikan aktivator komersial EM4 untuk digunakan dalam
pengomposan sampah daun kering. Proses pengomposan dilakukan secara aerobik dengan
bak bersekat dan dilakukan selama 28 hari. Hasilnya kandungan unsur hara makro yaitu C-
Organik, N-Total, dan K-Total dalam kompos ini telah memenuhi standar kualitas kompos di
Indonesia yang diatur dalam SNI 19-7030-2004.

Kata kunci: sampah daun, MOL, kompos

Abstract
Integrated Waste Processing place University of Diponegoro (TPST Undip) is an independent
waste management facility built in 2015 by the institution the University of Diponegoro. TPST
Undip waste management activities ranging from transport to garbage processing service for
the region that covers the entire area that is on the campus of Undip. Party TPST Undip has
already made efforts to cultivate the waste timbulan, i.e. by doing komposting for organic waste
is biodegradable and inorganic garbage recycle to do. Composting is done for 3 – 5 weeks by
using the help of Activator EM4. In this study, will be made in the form of a solution of
bioaktivator local microorganisms (MOL) from a wide variety of leaves that are easily obtained in
the neighborhood surrounding the campus, such as the leaves of ketapang (Terminalia
catappa), leaf angsana (Pterocarpus indicus) and leaf Mahogany (Switenia mahagony).
Bioaktivator will replace commercial EM4 activator for use in composting bins of dried leaves.
The process of aerobic composting is carried out with bersekat and done for 28 days. The result
of macro nutrient elements content i.e. C-organic and N-Total, K-Total in the compost has
complied with standards of quality compost in Indonesia which is set in the SNI 19-7030-2004.

Keywords : leaf waste,MOL,compost

Pendahuluan peningkatan jumlah mahasiswa setiap


tahunnya menyebabkan munculnya persoalan
Sampah merupakan permasalahan yang dalam upaya penanganan persampahan.
umum yang dihadapi oleh berbagai sektor Sejak tahun 2015, pihak Universitas
termasuk sektor institusi pendidikan seperti Diponegoro membangun Tempat Pengolahan
Universitas Diponegoro. Adanya berbagai Sampah Terpadu (TPST Undip) yang
macam jenis kegiatan di kampus dan difungsikan sebagai sarana pengelolaan

Jurnal Presipitasi : Media Komunikasi dan Pengembangan Teknik Lingkungan, Vol. 15 No.2 September 2018
79
ISSN 2550-0023

sampah secara mandiri yang melayani lain daun ketapang (Terminalia catappa),
seluruh area kampus Undip, mulai dari daun angsana (Pterocarpus indicus) dan daun
kegiatan pengangkutan sampah di tiap – tiap mahoni (Switenia mahagony). Sedangkan
area kampus hingga pengolahan sampah sumber karbohidrat dan glukosa
yang dilakukan terpusat di area TPST Undip menggunakan air tepung beras dan tetes tebu
sendiri. Tim Teknis TPST Undip menyebutkan (molase). Larutan MOL ini akan difermentasi
bahwa pada tahun 2015 jumlah timbulan selama 14 hari sebelum ditambahkan ke
sampah sebesar 11,82 m3/hari dengan bahan kompos.
komposisi 43,68% merupakan sampah Penelitian ini hanya terbatas pada
organik dan 56,32% merupakan sampah pembuatan kompos padat dari sampah daun
anorganik. Sehingga terdapat 4.307 m3 TPST Undip dengan bantuan bioaktivator
sampah per tahun yang harus diolah. Pihak MOL Daun yang akan dilakukan selama 28
TPST Undip sudah melakukan upaya untuk hari dengan proses pengomposan secara
mengolah timbulan sampah tersebut, yaitu aerobik. Tujuannya untuk mengetahui
dengan melakukan komposting untuk sampah pengaruh penggunaan larutan MOL daun
organik biodegradable dan melakukan recycle tersebut terhadap kandungan unsur hara
untuk sampah anorganik. makro (C, N, P, K) kompos padat yang
Menurut Anggarini (2015), komposisi dihasilkan dan mengetahui waktu optimum
timbulan sampah tertinggi untuk sampah kematangan kompos.
organik di Universitas Diponegoro adalah
sampah daun dengan berat 321,94 kg/tahun Metodologi Penelitian
atau sekitar 38,12%. Jumlah ini lebih besar
dibandingkan dengan sampah organik lainnya Penelitian dilaksanakan selama 42 hari di
seperti sampah sisa makanan sejumlah TPST Undip. Jenis penelitian ini bersifat
172,95 kg/ tahun (20,48%). Oleh karena itu, eksperimental laboratorium. Penelitian ini
pengomposan sampah organik yang dilakukan dalam 2 tahapan, sebagai berikut :
dilakukan di TPST Undip sebagian besar 1. Tahapan pertama
berupa sampah daun kering. Kegiatan Melakukan proses pembuatan bioaktivator
pengomposan berlangsung secara larutan MOL dengan menggunakan 3 jenis
konvensional selama 3 – 5 minggu dalam bak daun dari tanaman yang banyak terdapat di
– bak bersekat dengan ukuran 2 m3 sejumlah sekitar kampus Undip yaitu daun ketapang
23 bak. Sampah daun kering dilakukan (Terminalia catappa), daun mahoni (Switenia
pencacahan terlebih dahulu sebelum mahagoni), dan daun angsana (Pterocarpus
dikomposkan dalam bak, kemudian diberikan indicus). Berikut langkah kerja dalam
larutan EM4 sebagai aktivator dan secara pembuatan larutan MOL daun :
rutin akan dilakukan pembalikan. a) Menyiapkan alat, seperti gelas ukur,
Dalam pembuatan kompos, aktivator jerigen, botol bekas, selang bening, blender,
digunakan untuk mempercepat proses pisau, dan lem tembak.
kematangan kompos. Selain menggunakan b) Menyiapkan bahan dengan komposisi
aktivator komersial, dapat digunakan sebagai berikut :
bioaktivator dengan memanfaatkan MOL 1 : 300 gram daun ketapang +
mikroorganisme lokal (MOL). Larutan MOL 300 gram daun mahoni + 100
merupakan hasil fermentasi yang dapat dibuat gram tepung beras + 2 L air +
dari berbagai bahan yang tersedia di 200 mL molase
lingkungan sekitar kita. Larutan ini MOL 2 : 300 gram daun ketapang +
mengandung mikroorganisme yang dapat 300 gram daun angsana + 100
merombak bahan organik, merangsang gram tepung beras + 2 L air +
pertumbuhan tanaman dan sebagai agen 200 mL molase
pengendali hama penyakit tanaman (Sutari, MOL 3 : 200 gram daun ketapang +
2009). Menurut Purwasasmita (2009), larutan 200 gram daun mahoni + 200
MOL dapat dibuat dengan cara sederhana, gram daun angsana + 100 gram
misalnya dengan memanfaatkan limbah yang tepung beras + 2 L air + 200 mL
ada disekitar lingkungan kita. Komponen molase
utama yang harus dipenuhi dalam bahan c) Melarutkan 100 gram tepung beras ke
pembuatan MOL adalah karbohidrat, glukosa dalam 2 L air sumur untuk masing – masing
dan sumber mikroorganisme. variasi larutan MOL
Dalam penelitian ini, akan dilakukan d) Menghaluskan 600 gr campuran daun
pembuatan kompos padat dari sampah daun sesuai variasi yang ditentukan dengan
kering TPST Undip dengan menggunakan blender, sebelumnya lebih baik daun dipotong
bioaktivator mikroorganisme lokal (MOL) yang menjadi ukuran yang lebih kecil agar lebih
terbuat dari campuran jenis dedaunan mudah diblender
sebagai sumber mikroorganismenya, antara

Jurnal Presipitasi : Media Komunikasi dan Pengembangan Teknik Lingkungan, Vol. 15 No.2 September 2018 80
ISSN 2550-0023

e) Memasukkan campuran daun yang telah d) Menyemprotkan larutan MOL tersebut ke


halus dan larutan tepung beras ke dalam dalam tumpukan sampah daun sambil diaduk
jerigen, kemudian ditambahkan 200 mL – aduk supaya penyemprotannya merata
molase e) Menutup bak pengomposan menggunakan
f) Mengaduk semua bahan menggunakan terpal untuk menghindari adanya material lain
batang kayu atau kocok jerigen agar semua yang masuk ke dalam bak pengomposan dan
bahan tercampur rata melindungi dari hujan
g) Menutup jerigen dengan rapat agar tidak f) Pengomposan sampah daun kering
terdapat hewan/ material lain yang masuk ke tersebut dilakukan selama 28 hari dan setiap
dalam campuran bahan, sebelumnya tutup 3 hari sekali dilakukan pembalikan tumpukan
jerigen disambungkan ke botol bekas 1,5L kompos yang bertujuan untuk memberikan
yang telah terisi air setengah bagian ketersediaan oksigen selama masa
menggunakan selang bening, hal ini bertujuan pengomposan
untuk menampung pelepasan udara dari g) Memantau kondisi pH dan temperature
proses fermentasi bahan didalam jerigen selama masa pengomposan setiap 1 hari
selama masa fermentasi sehingga jerigen sekali serta dilakukan pencatatan
tidak akan meledak h) Mengambil sampel kompos pada hari ke –
h) Masa fermentasi pembuatan larutan MOL 0, 7, 14, 21, dan 28 untuk dilakukan pengujian
ini dilakukan selama 14 hari didalam ruang di laboratorium Teknik Lingkungan untuk
tertutup dan tidak terpapar sinar matahari mengetahui kandungan C – Organik, N –
secara langsung (jerigen dapat diletakkan di Total, P – Total dan K – Total
dalam ruangan dan diberi penutup/ i) Setelah hari ke – 28, tumpukan kompos
dimasukkan ke dalam kotak kardus) dapat dibuka dan dikeringkan secara alami
i) Setelah hari ke – 14, jerigen dapat dibuka dengan sinar matahari, kemudian dapat
dan kemudian isinya disaring/ diperas untuk diaplikasikan pada tanaman
mendapatkan larutan MOL hasil fermentasi
yang akan digunakan sebagai bioaktivator Hasil dan Pembahasan
dalam pengomposan sampah daun kering di
TPST Dalam penelitian ini, digunakan
j) Pengujian sampel larutan MOL akan bioaktivator mikroorganisme lokal (MOL) yang
dilakukan di laboratorium Teknik Lingkungan terbuat dari campuran jenis dedaunan
untuk mengetahui kandungan C – Organik, N sebagai sumber mikroorganismenya, antara
– Total, P – Total dan K – Total, serta lain daun ketapang (Terminalia catappa),
pengujian TPC (Total Plate Count) di daun angsana (Pterocarpus indicus) dan daun
Laboratorium Terpadu Undip. mahoni (Switenia mahagony). Kandungan
2. Tahapan kedua unsur hara makro MOL Daun tersebut
Melakukan pengomposan sampah daun terdapat dalam Tabel 1. sebagai berikut :
kering dengan menggunakan bioaktivator
larutan MOL yang telah dibuat dalam tahap 1. Tabel 1. Kandungan Unsur Makro MOL Daun
Langkah kerja pembuatan kompos sebagai Parameter MOL 1 MOL 2 MOL 3
berikut : C (%) 30,926 35,513 33,926
a) Menyiapkan alat, seperti bak komposting, N (%) 0,954 1,340 0,603
mesin pencacah daun, gelas ukur, sekop, P (%) 0,039 0,043 0,047
timbangan, ember dan sprayer. Reaktor K (%) 6,664 6,684 8,506
komposting terdiri dari 4 kompartmen dengan
masing – masing ukuran panjang, lebar dan Berdasarkan tabel diatas tiga jenis variasi
tinggi adalah 50 cm, 100 cm, dan 25 cm. MOL Daun yang digunakan dalam proses
b) Menyiapkan bahan pengomposan dengan pengomposan memiliki nilai C-Organik, N-
komposisi sebagai berikut : Total, P-Total dan K-Total yang berbeda-
: 7 kg sampah daun + 7 liter air beda. Kandungan C-Organik dan N-Total nilai
: 7 kg sampah daun + 7 liter air (840 mL terbesar dimiliki oleh MOL 2 (Ketapang-
MOL 1 + 6,16 liter air) Angsana) serta kandungan P-Total dan K-
: 7 kg sampah daun + 7 liter air (840 mL Total pada MOL 3 (Ketapang-Mahoni-
MOL 2 + 6,16 liter air) Angsana).
: 7 kg sampah daun + 7 liter air (840 mL Setelah dilakukan pembuatan ketiga jenis
MOL 3 + 6,16 liter air) variasi MOL Daun tersebut, kemudian
b) Melakukan pencacahan sampah daun dilanjutkan dengan proses pengomposan
kering yang akan dikomposkan menggunakan sampah daun kering selama 28 hari secara
mesin pencacah dan kemudian diletakkan aerobik. Kondisi yang diamati selama proses
pada masing – masing kompartmen pengomposan adalah temperature, pH dan
c) Melarutkan bioaktivator MOL dengan kadar air kompos.
menggunakan air sumur (120 ml MOL/ 1 liter Temperature selama proses
air/ 1 kg sampah) pengomposan mengindikasikan adanya
Jurnal Presipitasi : Media Komunikasi dan Pengembangan Teknik Lingkungan, Vol. 15 No.2 September 2018
81
ISSN 2550-0023

panas yang dilepaskan oleh mikroorganisme berbagai variasi penggunaan MOL Daun
sebagai hasil dari reaksi oksidasi (Anjangsari, dapat dilihat pada Gambar 2 sebagai berikut :
2010). Hasil pengukuran temperature dengan

Gambar 1. Pengukuran Temperature Kompos

Berdasarkan grafik diatas, dapat diketahui Temperature puncak pada semua variasi
bahwa terjadi peningkatan temperature pada kompos hanya terjadi selama 1 hari dan
waktu awal pengomposan yaitu pada hari ke berangsur – angsur mengalami penurunan
– 1. Sesuai dengan Hartutik dkk (2009) mendekati temperature tanah.
bahwa kenaikan temperature tersebut pH dapat dijadikan sebagai indikator
diakibatkan oleh aktivitas mikroorganisme kehidupan mikroorganisme. Rentang pH
dalam proses dekomposisi bahan organik. tumpukan kompos sebaiknya dipertahankan
Nilai temperature puncak pada masing – berkisar antara 7-7,5 sesuai dengan pH yang
o
masing kompos yaitu 39 C untuk reaktor dibutuhkan tanaman (Damanhuri dan Padmi,
o o
kontrol, 44 C untuk reaktor 1, 43 C untuk 2010).
o
reaktor 2 dan 45 C untuk reaktor 3.

Gambar 2. Pengukuran pH Kompos

perkembangan populasi mikroba yang


Dari grafik diatas pH awal semua reaktor menggunakan asam organik sebagai substrat.
pengomposan berada pada rentang 7,5-7,7 Sedangkan untuk kondisi kadar air
dan kemudian hingga pada hari ke-28 pH selama proses pengomposan berlangsung
cenderung meningkat dalam keadaan basa nilai cenderung mengalami penurunan.
dengan rentang 8,0-8,2. Menurut Menurut Ayuningtyas (2009), penurunan
Tchobagnoglous et al (1993), keasaman kandungan air dalam pengomposan secara
kompos dipengaruhi oleh pembentukan asam aerobik terjadi karena kandungan air dalam
organik dan kadar amonia. pH akan bahan kompos menguap akibat panas,
meningkat karena pembentukan amonia dan pengadukan dan konsumsi mikroorganisme
untuk mengkonversi protein menjadi unsur

Jurnal Presipitasi : Media Komunikasi dan Pengembangan Teknik Lingkungan, Vol. 15 No.2 September 2018 82
ISSN 2550-0023

hara yang diperlukan tanaman. Nilai kadar air pada hari ke-28 nilai kadar air hanya
awal proses pengomposan berada pada mencapai rentang 62%-66%.
rentang 66%-68% yang kemudian hingga

Gambar 3. Pengukuran Kadar Air Kompos

Unsur hara makro digunakan tanaman pengomposan kadar C-organik berada pada
untuk membantu proses pertumbuhan. Unsur rentang 21 - 24%. Hal tersebut memenuhi SNI
C-Organik, N-Total, P-Total, dan K-Total bisa 19-4030-2004 bahwa standar unsur karbon di
diperoleh dengan menambahkan kompos ke dalam kompos matang sebesar 9,80-32%.
tanaman. Hasil pengukuran kadar unsur hara Unsur nitrogen dibutuhkan tanaman untuk
makro selama proses pengomposan pembentukan asam amino, protein, klorofil,
ditampilkan dalam Tabel 2 berikut. dan pembentukan enzim (Soeryoko, 2011).
Kekurangan nitrogen dalam proses
Tabel 2. Hasil Pengukuran Unsur Hara Makro pengomposan dapat menyebabkan laju
Parameter H0 H7 H14 H21 H28 dekomposisi berjalan lebih lambat
C Organik (%)
(Suswardany dkk, 2006). Dalam proses
Kontrol 26,32 23,09 23,17 25,73 23,48
pengomposan, kadar nitrogen untuk semua
Reaktor 1 27,01 23,52 22,28 24,01 21,11
Reaktor 2 28,43 23,18 24,06 24,76 22,04
variasi kompos mengalami peningkatan.
Reaktor 3 28,54 23,29 24,19 23,27 22,36 Kadar nitrogen di awal berada pada rentang
N Total (%) 0,47 – 0,74%. Sedangkan di akhir proses
Kontrol 0,74 0,91 1,11 0,89 1,27 pengomposan, kadar nitrogen meningkat
Reaktor 1 0,63 0,86 1,18 1,02 1,18 pada rentang 1,18 – 1,29%. Menurut Jannah
Reaktor 2 0,59 0,76 1,22 1,03 1,29 (2003), kenaikan kadar N – Total dalam
Reaktor 3 0,47 1,05 1,02 0,87 1,18
proses pengomposan diakibatkan oleh
P Total (%)
adanya penguraian protein menjadi asam
Kontrol 0,027 0,024 0,034 0,023 0,026
Reaktor 1 0,029 0,036 0,024 0,021 0,023
amino oleh mikroorganisme yang kemudian
Reaktor 2 0,031 0,025 0,027 0,018 0,025 asam amino mengalami amonifikasi menjadi
Reaktor 3 0,032 0,026 0,027 0,016 0,018 ammonium yang selanjutnya dioksidasi
K Total (%) menjadi nitrat. Kadar nitrogen kompos daun
Kontrol 1,18 1,25 1,20 1,34 0,86 kering telah memenuhi standar unsur nitrogen
Reaktor 1 1,06 1,52 1,34 1,59 0,87 untuk kompos matang menurut SNI 19-4030-
Reaktor 2 1,09 1,42 1,29 1,32 0,88
2004 yaitu > 0,4%.
Reaktor 3 1,38 1,51 1,08 1,16 0,79
Hardjowigeno (2003) menyampaikan
Menurut Arlinda (2011), unsur karbon bahwa kandungan fosfor digunakan untuk
dimanfaatkan oleh mikroorganisme sebagai merangsang pertumbuhan tanaman, akar,
sumber energi selama proses dekomposisi pembentukan biji, dan pembelahan sel.
bahan organik. Selama proses pengomposan, Selama proses pengomposan, kadar P-total
kadar C-organik untuk semua variasi kompos untuk semua variasi kompos mengalami
cenderung menurun dari awal hingga akhir fluktuasi dan cenderung turun dari awal
pengomposan. Hal ini terjadi karena terjadi hingga akhir pengomposan. Kadar P-total di
oksidasi senyawa karbon dalam kompos akhir pengomposan cukup rendah, yaitu pada
menjadi karbondioksida (CO2). Kondisi ini rentang 0,018 – 0,026% di akhir proses
dipengaruhi oleh suhu, pH dan kelembaban pengomposan. Dalam SNI 19-4030-2004
bahan kompos (Widadi, 2001). Di awal kadar P-Total dalam kompos matang
pengomposan, kadar C-organik berada pada minimum adalah 0,1% sehingga dalam
rentang 26 - 29%, sedangkan di akhir penelitian ini belum dihasilkan kompos
Jurnal Presipitasi : Media Komunikasi dan Pengembangan Teknik Lingkungan, Vol. 15 No.2 September 2018
83
ISSN 2550-0023

dengan kadar P-Total yang mencukupi. Untuk Fakultas Teknik Universitas


meningkatkan kadar P-Total dapat dilakukan Diponegoro.
dengan penambahan bahan yang kaya akan Anjangsari, Eki. 2010. Vermikomposting
kandungan pospor, seperti tepung tulang Campuran Feses Gajah (Elephas
ikan. maximus sumatrensis) dan
Kadar kalium berguna untuk membantu Serasah. Institut Teknologi Sepuluh
pembentukan protein dan karbohidrat serta Nopember. Surabaya.
meningkatkan daya tahan tanaman (Sutedjo, Arifin, Z., dan Amik K. 2008. Pertanian
1995). Sama halnya dengan kadar P-total, Organik Menuju Pertanian
untuk kadar K-total selama proses Berkelanjutan. Bayumedia
pengomposan juga mengalami kenaikan pada Publishing. Malang.
3 minggu pertama dan kemudian mengalami Arlinda. 2011. Study of Comparative Chemical
penurunan untuk pengomposan pada hari ke- Quality Of Compost Made From Oil
28 sebesar 0,79 – 0,88%. Walidaini (2016) Palm Bunches With Activator Of
menjelaskan bahwa selama proses Activated Sludge Coca Cola,
pengomposan,kandungan kalium cenderung Cocomas And Bokashi Compost.
meningkat karena kalium digunakan oleh Institut Pertanian Bogor.
mikroorganisme sebagai katalisator, dengan Ayuningtias, Dyah Nurhati. 2009. Pengaruh
adanya bakteri dan aktivitas bakteri akan Ketersediaan Oksigen dan Sistem
mempengaruhi peningkatan kandungan Aerasi terhadap Laju Proses
kalium. Di dalam SNI 19-4030-2004 Pengomposan dan Kualitas Kompos
kandungan unsur kalian dalam kompos daun Berbahan Baku Limbah Pencucian
kering sudah memenuhi persyaratan yaitu Biji Kakao Terfermentasi, Serasah
minimum sebesar 0,2%. Daun, dan Kotoran Sapi. Bogor:
Institut Pertanian Bogor.
Kesimpulan
Chen L. A., Moore M. E., de Haro-Murti. 2012.
Mikroorganisme lokal (MOL) yang dibuat On-Farm Composting Management.
dengan campuran berbagai jenis daun University of Idaho Extension.
(Ketapang, Mahoni, Angsana) memiliki nilai Damanhuri, E dan Padmi. 2010. Diktat Kuliah
C-Organik, N-Total, P-Total dan K-Total serta Pengelolaan Sampah. Institut
dapat digunakan sebagai alternatif Teknologi Bandung. Bandung.
penggunaan aktivator dalam proses Damanhuri dan Padmi, 2016. Pengelolaan
pengomposan. Hasil kandungan unsur hara Sampah Terpadu. Penerbit ITB.
makro yaitu C-Organik, N-Total, dan K-Total Bandung.
dalam kompos daun kering yang dibuat Gusmailina. 2010. Pengaruh Arang Kompos
dengan menggunakan aktivator MOL Daun Bioaktif Terhadap Pertumbuhan
telah memenuhi standar kualitas kompos di Anakan Bulian (Eusyderoxylon
Indonesia yang diatur dalam SNI 19-7030- zwageri) dan Gaharu (Aquilaria
2004 tentang Spesifikasi Kompos dari malaccensis). Bogor: Pusat Litbang
Sampah Organik Domestik. Sedangkan untuk Hasil Hutan.
kadar P-Total kompos daun kering masih Hardjowigeno,S. 2003. Llmu Tanah.
terlalu rendah dari standar tersebut. Akademika Presindo, Jakarta.
Hartutik, Sri., Sriatun., dan Taslimah. 2009.
Ucapan Terima Kasih Pembuatan Pupuk Kompos dari
Limbah Bunga Kenanga dan
Ucapan terimasih kepada pihak TPST Pengaruh Persentase terhadap
Universitas Diponegoro sebagai tempat studi, Ketersediaan Nitrogen Tanah.
Laboratorium Teknik Lingkungan yang telah Jannah, M. 2003. Evaluasi Kualitas Kompos
membantu pengujian parameter, dan dari Berbagai Kota sebagai Dasar
penyedia dana, serta pihak – pihak lain yang dalam Pembuatan SOP (Standard
terlibat dalam penelitian ini. Operating Procedure)
Pengomposan. (Skripsi). Bogor:
Daftar Pustaka Institut Pertanian Bogor.
Mehl, Jessica A. 2008. Pathogen Destruction
Anggarini, Riani. 2015. Perencanaan and Anaerobic Decomposition in
Pemindahan dan Pengangkutan Composting Latrines : A Study from
Sampah Kampus Universitas Rural Panama. Michgan
Diponegoro Tembalang Semarang. Technological University.
Semarang : Teknik Lingkungan Mulyani, H. 2007. Pengembangan Model
Pengomposan di RW X Paten
Gunung, Kelurahan Rejowinangun

Jurnal Presipitasi : Media Komunikasi dan Pengembangan Teknik Lingkungan, Vol. 15 No.2 September 2018 84
ISSN 2550-0023

Selatan. Kota Magelang. Laporan Sutari, N.W.S. 2009. Pengujian KualitasBio-


Penelitian Akademik Teknik Tirta Urine Hasil Fermentasi Dengan
Wiyata. Mikroba yang Berasal dari
Mulyani, H. 2014. Optimasi Perancangan BahanTanaman terhadap
Model Pengomposan. Trans Info Pertumbuhan dan Hasil Tanaman
Media. Jakarta. Sawi (Brassica JunceaL ). Tesis.
Pattnaik, S. and M.V. Reddy. 2010. Nutrient Program Pasca SarjanaUniversitas
Status of Vermicompost of Urban Udayana, Denpasar
Green Waste Processed by Three Soeryoko, Hery. 2011. Kiat Pintar
Earthworm Species Eisenia foetida Memproduksi Kompos. Lily
Eudrilus eugeniae, and Perionyx Publisher. Yogyakarta.
excavates. Applied and Suswardany, D.L., Ambarwati, dan Y.
Environmental Soil Science. Volume Kusumawati. 2006. Peran Effective
2010. Article ID 967526. 13 pages. Microorganism-4 (EM-4) dalam
Purwasasmita M, Kurnia K. 2009. Meningkatkan Kualitas Kimia
Mikroorganisme Lokal sebagai Kompos Ampas Tahu. Surakarta:
Pemicu Siklus Kehidupan dalam Universitas Muhammadiyah
Bioreaktor Tanaman. Seminar Surakarta
Nasional Teknik Kimia Indonesia- Sutedjo, Mul Mulyani. 1995. Pupuk dan Cara
SNTKI. Bandung. Pemupukan. PT. Rineka Cipta,
Raabe, R, D. 2016. The Rapid Composting Jakarta.
Method. University of California. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008
California. tentang Pengelolaan Sampah.
Soeryoko, Hery. 2011. Kiat Pintar Widadi. 2001. Pengaruh Variasi Dosis Starter
Memproduksi Kompos. Lily EM4 Terhadap Terhadap Kompos
Publisher. Yogyakarta. Sekam (Bokashi) Studi Kasus di
Standar Nasional Indonesia 19-2454-2002 Petani Organik Klaten Jawa Tengah.
tentang Tata Cara Teknik Yogyakarta. : Sekolah Tinggi Teknik
Operasional Pengelolaan Sampah Lingkungan Yogyakarta
Perkotaan. Widarti, B.N. dkk. 2015. Pengaruh Rasio C/N
Standar Nasional Indonesia 19-7030-2004 Bahan Baku pada Pembuatan
Tentang Spesifikasi Kompos Dari Kompos dari Kubis dan Kulit Pisang.
Sampah Organik Domestik. Samarinda : Teknik Lingkungan
Sucipto, C.D. 2012. Teknologi Pengolahan Unmul.
Daur Ulang Sampah. Yogyakarta : Walidaini, R. D. A. 2016. Pengaruh
Gosyen Publising. Penambahan Pupuk Urea dalam
Susanto, A. 2016. Studi Pengolahan Sampah Pengomposan Sampah organik
Daun di Kampus Univeritas secara Aerobik menjadi Kompos
Hasanudin. Program Studi Teknik Matang dan Stabil Diperkaya.
Lingkungan Jurusan Teknik Sipil Semarang : Universitas Diponegoro
Universitas Hasanudin.

Jurnal Presipitasi : Media Komunikasi dan Pengembangan Teknik Lingkungan, Vol. 15 No.2 September 2018
85

Anda mungkin juga menyukai