Anda di halaman 1dari 5

PEMBUATAN KOMPOS DAUN KERING

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI


DINAS PENDIDIKAN
SMP NEGERI 2 GENTENG
JL. ANGGREK NO.86 KALIGONDO
2020
A. Latar Belakang
Sampah merupakan permasalahan, bukan hanya bagi kota-kota besar di
Indonesia tetapi juga di kota-kota besar di dunia. Sehingga masalah penanganan sampah
menjadi sangat penting, agar sampah tidak menggunung karena timbunan dan
menyebabkan banjir, longsor, dan lain-lain. Apabila dilakukan pengolahan yang tepat
terhadap sampah itu, maka akan menghasilkan suatu produk yang bermanfaat bahkan
bernilai jual tinggi.
Pengolahan sampah adalah pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan, pendaur-
ulangan, atau pembuangan dari material sampah. Kalimat ini biasanya mengacu pada
material sampah yang dihasilkan dari kegiatan manusia, dan biasanya di kelola untuk
mengurangi dampaknya terhadap kesehatan, lingkungan, atau keindahan. Pengolahan
sampah juga dilakukan untuk memulihkan sumber daya alam. Pengelolahan sampah
bisa melibatkan zat padat, cair, gas, atau radio aktif dengan metode dan keahlian khusus
untuk masing-masing jenis zat.
Sampah di lingkungan SMP Negeri 2 Genteng cenderung terbagi dalam sampah
organik berupa daun-daun, rumput, atau aktivitas warga sekolah dan sampah anorganik
yang terbagi dalam sampah kertas dan sampah plastik pembungkus makanan atau
minuman. Sedangkan sampah yang tergolong sampah spesifik /B3 dari lingkungan
sekolah dapat berupa baterai bekas, botol-botol atau siring bekas tinta printer, dan botol-
botol bekas laboratorium.

B. Rumusan Masalah
Dengan mengacu pada latar belakang di atas, maka dapat dituliskan rumusan
masalah sbb:
1. Apa saja potensi yang ada di SMP Negeri 2 Genteng?
2. Bagaimana penjelasan mengenai kompos daun kering?
3. Apa saja alat dan bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan kompos?
4. Bagaimana cara pembuatan kompos secara umum/ prosedur pembuatan?
5. Bagaimana hasil yang didapatkan?

C. Kajian Pustaka
Sampah Organik Sampah organik berasal dari makhluk hidup, baik manusia,
hewan, maupun tumbuhan. Sampah organik sendiri dibagi menjadi sampah organik
basah dan sampah organik kering. Istilah sampah organik basah dimaksudkan sampah
mempunyai kandungan air yang cukup tinggi seperti kulit buah dan sisa sayuran.
Sementara bahan yang termasuk sampah organik kering adalah bahan organik lain yang
kandungan airnya kecil seperti kertas, kayu atau ranting pohon dan dedaunan kering.
Sampah organik dapat dimanfaatkan menjadi sesuatu yang lebih berguna dan
bermanfaat yaitu seperti kompos. Pengomposan merupakan upaya pengelolaan sampah
yang sudah tidak terpakai sekaligus mendapatkan bahan kompos yang bisa
menyuburkan tanah guna kelangsungan hidup tumbuhan, proses ini merupakan proses
penguraian bahan-bahan organik dengan memanfaatkan mikroorganisme. Dalam proses
pengomposan ini ada beberapa hal yang dapat diambil, yaitu: 1) Kompos adalah pupuk
yang ramah lingkungan 2) Bahan untuk membuat kompos sangat mudah didapat 3)
Masyarakat dapat membuat kompos sendiri karena proses dan bahannya sangat mudah
4) Unsur hara kompos lebih baik dibanding dengan pupuk buatan

D. Kondisi Sekolah
SMP Negeri 2 Genteng memiliki area yang sangat luas dengan jumlah tanaman
yang sangat banyak. Sampah organik berupa guguran daun dari pohon , rumput kering ,
maupun ranting pohon dihasilkan setiap hari. Berdasarkan data, dalam sehari hasil
sampah daun kering bisa mencapai 3 gerobak sampah. Maka dari itu, sampah yang
menumpuk bisa dimanfaatkan menjadi produk bernilai guna untuk dikelola. SMP
Negeri 2 Genteng berpotensi untuk memproduksi kompos daun kering untuk bisa
diproduksi.

E. Waktu dan Tempat Kegiatan


Pelaksanaan pembuatan kompos daun kering dilaksanakan mulai tahun 2019 sampai
dengan sekarang di SMP Negeri 2 Genteng.

F. Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan sbb:
Alat :
1. Mesin pencacah/ penghancur daun/ cooper
2. Tongkat pendorong sampah masuk ke dalam mesin
3. Tempat pengomposan
Bahan :
1. Daun kering
2. Air
3. EM4

G. Prosedur Pembuatan
Tahapan pengolahan daun menjadi pupuk kompos :
1. Pengambilan sampah daun kering yang berada di rumah sampah untuk dicacah ke
dalam mesin pencacah daun
2. Meletakkan daun yang sudah tercacah ke dalam bak untuk pengomposan
3. Memberikan EM4 sebagai bakteri fermentasi pembusukan daun
4. Menyiram daun-daun yang sudah di letakkan dalam bak setiap hari selama 30 hari
sambil dibolak balik memakai cangkul, agar cepat membusuk.
5. Jika sudah membusuk, menghentikan siraman air.
6. Memindahkan daun yang sudah membusuk ke tempat lain untuk didinginkan.
7. Kompos siap untuk digunakan

              Ciri – ciri kompos yang sudah jadi:


Ciri – ciri kompos yang sudah jadi yaitu bentuk, bau dan warnanya sudah mirip
dengan tanah, hitam kecoklatan, bila diremas terasa rapuh, suhunya sekitar
350C. Bila sudah memenuhi cirri - ciri tersebut berarti kompos yang sudah di buat
telah jadi dan tumpukan kompos siap dibongkar.

             
H. Dokumentasi dan Hasil
Dokumentasi pembuatan kompos daun kering

a. Pengambilan sampah daun kering b. Meletakkan daun untuk proses


yang berada di rumah sampah pencacahan

c. Meletakkan sampah ke bak d. Kompos selama 30 hari


pembuatan kompos , menyiram dan
dibolak balik selama 30 hari
I. Pembahasan dan Kesimpulan
Pembuatan kompos organik berupa guguran daun tanaman bisa dimanfaatkan
untuk produk kompos organik yang bersifat sangat menyuburkan dan tidak merusak
unsur hara yang ada dalam tanah. Pupuk kompos memiliki sifat konstruktif dan bukan
destruktif dalam jangka panjang, mengurangi penumpukan sampah berupa daun dengan
memanfaatkannya kembali, mengurangi biaya pembelian pupuk non organic yang
semakin hari semakin melambung tinggi, yang itu artinya mengurangi pengeluaran.
Sebagai salah satu bentuk pelestarian lingkungan dengan memanfaatkan sampah
menjadi sesuatu yang berguna. Memanfaatkan sesuatu yang seharusnya dibuang yang
itu artinya meminimalisir polusi tanah yang berasal dari sampah yang sudah tidak
terpakai.
Produk kompos yang dibuat di SMP Negeri 2 Genteng akan terus diperbaiki
kualitasnya sehingga ke depannya akan memberikan manfaat selain untuk
menanggulangi masalah sampah yang ada di lingkungan sekolah, juga bisa bernilai
ekonomis / bisa dijual ke warga sekolah, masyarakat, dan penjual tanaman hias.

Anda mungkin juga menyukai