Anda di halaman 1dari 14

MINI RISET

KELOMPOK : 1 (SATU)

NAMA MAHASISWA :

- ROMY SATRIA HERMAWAN (5172122004)


- DEDI SETIADI (5173122004)
- STEVEN GLORY TAMBA (5173122020)
- RISKY ALI PUTRA (5171122009)
DOSEN PENGAMPU :

MATA KULIAH : Teknik Pneumatik dan Hidraulik

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF


FAKULTAS TEKNIK – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN

2019
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur saya haturkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan banyak nikmat, taufik dan hidayah.Sehingga saya dapat menyelesaikan
Critical Book Report dengan baik.

Diluar itu, saya sebagai manusia biasa menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak
kekurangan dalam penulisan Mini Riset ini, baik dari segi tata bahasa, susunan kalimat
maupun isi. Oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati, saya selaku penyusun menerima
segala kritik dan saran yang membangun dari pembaca.

Dengan Mini Riset ini saya berharap dapat membantu pembaca dalam memberikan
materi sebagaimana yang tertera di dalam.

Demikian yang bisa saya sampaikan, semoga Mini Riset ini dapat menambah khazanah
ilmu pengetahuan dan memberikan manfaat nyata untuk kita semua.

Medan, Mei 2019


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i

DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii

BAB I LATAR DAN RUMUSAN MASALAH .............................................................. 3

A. Latar Belakang ...................................................................................................... 3


B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 4

BAB II LANDASAN DAN TEORITIS ........................................................................... 5

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN ................................................. 7

A. Metode Penelitian.................................................................................................. 7
B. Prosedur Penelitian ............................................................................................... 9

BAB IV PEMBAHASAN ................................................................................................. 10

BAB V PENUTUP............................................................................................................. 13

A. Kesimpulan ............................................................................................................ 13
B. Saran ...................................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 14


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Batu bata merupakan salah satu komponen bahan bangunan yang vital. Seiring dengan
pesatnya pembangunan infra struktur seperti ruko, hotel, rumah tinggal, dan bangunan lainnya
mengakibatkan jumlah batu bata yang dibutuhkan meningkat pula. Oleh karena itu, pengrajin batu
bata dituntut untuk meningkatkan pula kapasitasproduksinya. Untuk memenuhi hal tersebut, maka
pengrajin tidak dapat lagi mempertahankan cara-cara tradisional yang digunakan selama ini
melainkan sudah waktunya ditunjang oleh tekonologi. Pembuatan batu bata terdiri dari beberapa
proses yaitu persiapan bahan baku, pembuatan adonan, pencetakan, pengeringan, pembakaran, dan
pendinginan. Dalam industri batu bata terdiri dari 3 kelompok kepentingan yaitu (1) pemilik lahan,
(2) pengrajin, dan (3) buruh. Pemilik lahan ialah orang yang mempunyai hak milik atas lahan yang
diolah, Pengrajin ialan orang yang mengusahakan pembuatan batu bata, sedangkan Buruh ialah
orang yang dipekerjakan oleh Pengrajin.
Umumnya pengrajin batu bata menggunakan buruh minimal 2 orang dengan kapasitas
produksi maksimal 1000 buah/orang dengan jam kerja 8 jam/hari. Untuk melakukan pembakaran
yang efektif tiap pembakaran, maka jumlah batu bata yang dibakar ialah 40.000 buah. Jumlah
tersebut memerlukan waktu kurang lebih 70 s.d 85 hari pada kondisi cuaca yang cerah dengan
rincian: (a) waktu pencetakan 45 s.d 60 hari, (b) waktu pengeringan selama 5 hari, (c) waktu
pembakaran selama 10 hari, (d) waktu pendinginan siap jual selama 5 hari. Bahan bakar yang
digunakan yaitu sekam padi yang tersedia melimpah di Kabupaten Sidrap, dan abu hasil
pembakaran sekam padi tersebut digunakan juga sebagai pelapis batu bata bahkan sebagai media
pencampur adonan. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara tim peneliti dengan beberapa
pengrajin batu bata di Kabupaten Sidrap, permasalahan pokok yang sering dihadapi pengrajin ialah
persoalan tenaga kerja/buruh. Buruh yang digunakana umumnya: (a) berasal dari daerah luar
bahkan dari kabupaten lain, (b) selalu minta upah lebih dulu dengan besaran minimal Rp
5.000.000, (c) sering meninggalkan tempat dengan berbagai alasan tanpa penyampaian bahkan
biasa tidak kembali lagi. Buruh hanya mau bekerja kalau diberi upah terlebih dahulu yang
besarannya bukan “main tingginya”. Dengan memberi upah lebih dulu sebesar Rp 5.000.000
berarti buruh telah menerima upahnya untuk dua bulan setengah, disisi lain buruh sering
meninggalkan tempat tanpa sepengetahuan pengrajin. Permasalahan lain yang dihadapi ialah
masih rendahnya efisiensi hasil pembakaran yaitu 82,5%. Jadi, hanya 33.000 dari 40.000 buah
batu bata yang layak jual, berarti ada 7000 buah batu bata yang tidak bisa dijual karena tidak
terbakar secara sempurna. Hal ini terjadi karena proses pembakaran batu bata dilakukan secara
tradisional, yaitu batu bata disusun sedemikian rupa pada daerah (ladang) terbuka yang bagian
atasnya diberi atap sebagai pelindung terhadap air hujan. Penerapan teknologi tepat guna pada
industri kecil (termasuk industri batu bata) dapat memberikan nilai tambah terhadap produk yang
dihasilkan, mempunyai nilai saing yang tinggi memberikan efisiensi dan efektivitas dalam proses
produksi, mendorong transfer teknologi secara murah dan cepat, dan dapat dimanfaatkan oleh
setiap tenaga kerja tanpa memerlukan tingkat pendidikan tertentu. Penggunaan mesin pencetak
batu bata sudah banyak digunakan pada industri sejenis di Pulau Jawa sehingga industri tersebut
berkembang pesat dan memiliki produktivitas dan daya saing yang tinggi..

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Batako
2. Bagaimana cara prinsip kerja siste penumatik
BAB II
LANDASAN DAN TEORITIS

Batako adalah bata beton yang digunakan sebagai bahan pasangan dinding,dibuat dengan
campuran yang berupa pasir, semen, air, dan dalam pembuatannya bisa saja ditambahkan dengan
bahan lainnya. Proses pembuatannya berbeda dengan batu bata merah, batako dalam
pengerasannya tidak melalui pembakaran. Batako ini tidak terbuat dari tanah liat seperti umumnya
bata merah, tetapi campuran bahan pembuatan batako atau bataton (bata beton) ini seperti layaknya
beton yaitu pasir, semen, air, dan kerikil.

Bata beton yang tidak dibakar ini dari tras dan kapur, kadang-kadang juga dicampur dengan
semen Portland atau pozzolan, sudah dikenal oleh masyarakat sebagai bahan bangunan dan sudah
pula dipakai untuk pembuatan rumah dan gedung.

Batako merupakan bahan bangunan yang berupa bata cetak alternatif pengganti batu bata
yang tersusun dari komposisi antara pasir, semen, dan air dengan perbandingan 1 semen : 4-7 pasir.
Batako difokuskan konstruksi dinding bangunan yang non struktural. Bentuk dari batako ini ada
dua jenis, yaitu batako yang berlubang (hollow block) dan batako yang tidak berlubang (solid
block) serta mempunyai ukuran yang bervariasi. Batako berlubang memiliki sifat penghantar
panas yang lebih baik dari batako padat dengan mengunakan bahan dan ketebalan yang sama.
Batako berlubang memiliki beberapa keunggulan dari batu bata, beratnya hanya 1/3 dari batu bata
dengan jumlah yang sama dan dapat disusun empat kali lebih cepat dan lebih kuat. Batako
berlubang merupakan batako yang mempunyai luas penampang dan isi lubang, masing masing
tidak melebihi 25% dari seluruh luas penampang dan seluruh isi batanya. Untuk meningkatkan
kekuatan terhadap sifat getasnya dan mengurangi berat per buah batako maka pada perkembangan
batako dimodifikasi dengan tambahan campuran bahan seperti Styrofoam, campuran sekam padi,
campuaran serat ijuk, dan lain-
BAB III

METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

A. Metode Penelitian

 Mencari data dari berbagai sumber yang ada yaitu melalui media internet dan dari berbagai
artikel dari berbagai sumber yang telah di kumpulkan dan dianalisis dan disimpulkan menjadi
suatu makalah baru.

B. Bahan Dan Peralatan Yang Digunakan

Bahan yang digunakan

1. Double acting cylinder diameter 20x100 mm. (4 buah)

2. Double acting cylinder diameter 20x200 mm. (1 buah)

Silinder pneumatik adalah actuator atau perangkat mekanis yang menggunakan kekuatan udara
bertekanan (udara yang terkompresi) untuk menghasilkan kekuatan dalam gerakan bolak – balik
piston secara linear (gerakan keluar - masuk)

C. Selang Pneumatik
Spesifikasi selang pneumatik yang dibutuhkan ukuran 6x4 mm. 20 meter Berfungsi untuk
menyalurkan udara dari tabung kompressor menuju komponenkomponen pneumatik.

C. Kompressor
Spesifikasi kompressor yang dibutuhkan yaitu kompressor 2 HP Kompresor adalah mesin atau
alat mekanik yang berfungsi untuk meningkatkan tekanan atau memampatkan fluida gas atau
udara. Kompresor biasanya menggunakan motor listrik, mesin diesel atau mesin bensin sebagai
tenaga penggeraknya.
D. Plat Besi
Alat-Alat Yang Digunakan
Alat yang digunakan dalam pembuatan alat ini adalah : 1. Tool Box, digunakan untuk
melakukan pelepasan dan pemasangan bahan. 2. Las Listrik, digunakan untuk
menyambungkan/merangkai plat besi. 3. Gerinda, digunakan untuk memotong plat besi sesuai
dengan ukuran tertentu. 4. Gergaji Besi, ragum, amplas 5. Cat Besi, Pilox, Kuas

D. Prosedur Penelitian
1. Udara bertekanan dari kompressor diteruskan menuju distributor. 2. Udara dari distributor
dialirkan menuju katup 5/2. 3. Katup 5/2 digunakan untuk mendorong silinder A maju sekaligus
mendorong bahan/material batako menuju tempat pemadatan/pencetakan lalu silinder A kembali
ke posisi semula. 4. Kemudian silinder B turun/maju untuk menumbuk/memadatkan
bahan/material batako lalu silinder B kembali ke posisi semula. 5. Kemudian silinder C maju
menggeser cetakan yang berisi batako yang selanjutnya akan di keluarkan dari cetakan oleh
silinder D. 6. Kemudian silinder D maju menggeser batako yang sudah jadi agar keluar dari
cetakan dan siap di pindahkan ke tempat pengeringan akhir, lalu silinder D kembali ke posisi
semula. 7. Kemudian silinder C kembali ke posisi semula dan disusul oleh silinder A. 8. Proses
dilakukan berulang-ulang seperti langkah diatas.
4.3 Alur Pembuatan Batako

Keterangan : 1. Udara dari kompressor masuk ke komponen rangkaian pneumatik. 2. Udara masuk
ke komponen pneumatik yang menempel pada alat. 3. Langkah pertama udara masuk ke silinder
A. 4. Selanjutnya akan menggerakkan unit pengisi bahan batako. 5. Langkah kedua udara masuk
ke silinder B. 6. Selanjutnya akan menggerakkan penumbuk. 7. Langkah ketiga udara masuk ke
silinder C. 8. Selanjutnya akan menggerakkan cetakan batako. 9. Langkah keempat udara masuk
ke silinder D. 10. silinder D akan mengeluarkan batako dari cetakan.
BAB IV
PEMBAHASAN

Metode penanganan masalah dilakukan dengan cara memperbaiki proses pemotongan batu
bata yang keluar dari mesin pencetakan yang telah dirancang pada penelitian sebelumnya.
Perbaikan proses pemotongan dilakukan dengan cara merubah dari cara tradisional ke cara
mekanis, yaitu dengan merancang dan membuat mesin pemotongbatubata yang digerakkansecara
otomatisolehdua buahaktuator pneumatik. Cara kerja mesin ini adalah sebagai berikut; lempengan
panjang batu bata yang berbentuk batangan panjang keluar dari corong keluaran mesin pencetakan
masuk ke mulut penerima mesin pemotong secara berkelanjutan hingga lempengan tersebut berada
di atas landasan pemisah. Kemudian aktuator pertama menggerakkan sistem kawat pemotong
dengan cepat sehingga lempengan tersebut terpotong menjadi batu bata ukuran standar. Setelah itu
aktuator kedua menggerakkan landasan pemisah dengan cepat sehingga batu bata yang telah
terpotong tadi terpisah dari lempengan panjang. Batu bata kemudian siap untuk diangkat ke tempat
pembakaran.

Hasil rancangan mesin paving blok yang bertujuan untuk merubah metode konvesional atau
manual dapat dilihat pada Gambar 6. Hasil rancangan juga telah dilakukan simulasi gerakan
dengan bantuan software Solidworks 2016 yang menyatakan bahwa rancangan bisa berfungsi
dengan baik sesuai proses pemadatan paving block. Berdasarkan hasil rancangan dan hasil
simulasi maka rancangan akan direalisasikan dengan proses produksi. Hasil rancangan ini sesuai
dengan pola kerja metode manual akan tetapi menghasilkan lebih paving block dua langsung
sekaligus
Perencanaan Sistem Pneumatik
Berdasarkan hasil perhitungan untuk menentukan sistem pneumatik, maka didapatkan
sistem pneumatik dengan diameter silinder 25 mm dan diameter piston 10 mm. Hasil perencanaan
sistem pneumatik yang digunakan dalam rancangan, dapat dilihat pada Tabel 1

Hasil perhitungan dari persamaa 1-11 maka didapatkan sistem pneumatik yang digunakan
untuk mesin cetak paving block dengan kapasitas duacetakan dalam satu kali proses. Perhitungan
ini sangat mempengaruhi dalam hasil perancangan dan memudahkan dalam pemilihan pneumatik
sesuai dengan standar di pasaran.

Pengujian mesin cetak paving block


Hasil pengujian mesin cetak paving block dengan sistem pneumatik dibandingkan dengan sistem
manual atau konvensional dapat dilihat pada Tabel 2 -3. Hasil pengujian menjelaskan bahwa
mesin cetak paving blok dapat meningkat produksi dan mempercepat waktu proses pembuatan
paving block. Hasil pengujian menjelaskan aadnya peningkatan produkstivitas sebesar 60%
dalam waktu satu hari kerja..
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perancangan dan pembuatan mesin cetak yang sesuai dengan kaidah perancangan dan
perhitungan sistem pneumatik dapat disimpulkan bahwa pneumatik yang digunakan adalah
pneumatik dengan diameter silinder 25 mm dan diameter piston 10 mm. Efisiensi waktu yang
didapatkan adalah 52% lebih cepat dan (3) hasil produktivitas meningkat menjadi 60% dalam
waktu 1 hari kerja ( 8 jam kerja/ shift normal.
Dan bahwa proses pemotongan batu bata dengan menggunakan aktuator pneumatik dapat
mempermudah dan mempercepat proses pembuatan batu bata sehingga diharapkan dapat
meningkatkan produktifitas pengrajin.
B. Saran
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan dari penelitian yang telah dilakukan yaitu
semoga makalah penelitian ini dapat bermanfaat serta dapat menambah ilmu pengetahuan bagi
pembaca terutama pada penulis sendiri, dan penulis mengharapkan kritikan serta saran dari para
pembaca demi kesempurnaan penelitian ini untuk kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA
A. Barber, Pneumatic Handbook, Elsevier Science & Technology Books, 1997.
P. Beater, Pneumatic Drives, System Design, Modelling and Control, New York: Springer, 2006.

Andrew parr Msc., Ceng., MIEE, Minst MC. 1991, Hidrolika dan Pneumatik Pedoman
Bagi Teknisi dan Insinyur, Edisi dua Erlangga, 1998.

Isdwiyati, Sugeng. Ir., Praktek Sistem Kontrol Pneumatik, Pusat Pendidika

Anda mungkin juga menyukai