Anda di halaman 1dari 7

 

Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Gigi Tiruan pada Lansia


(Tinjauan Terhadap Biaya Perawatan, Kecemasan dan Sarana)

FACTORS INFLUENCE DEMAND FOR DENTURES ON ELDERLY


(A Review of Treatment Expence, Fear and Tools)

Fathul Rahman1, Debby Saputera2, Rosihan Adhani3


1Mahasiswa Pendidikan Kedokteran Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Lambung Mangkurat
2Bagian Prostodentik, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Lambung Mangkurat
3Bagian IKGM, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Lambung Mangkurat

Abstract

Background: High rates of tooth extraction in Banjarbaru district without denture can reduce the esthetics
and mastication function that affects the intake of nutrients, general health condition and quality of life. Purpose: The
aim of this study is to know the factors that influnce demand for dentures on olderly of Tresna Werdha Budi Sejahtera
Social Home in Banjarbaru. Methods: This is an observational analytic research with cross sectional design consist of
100 elderly with aged 60 years and over according to inclusion and exclusion category. Subjects ware asked to
answer a questionnaire about demand denture and the factors that influence it. Data analysis using Chi Square and
proceed with Contingency Coefficient. Results: Data analysis using Chi Square and proceed with Contingency
Coefficient testshowed that the treatment cost factor have a significant association with denture demand (p<0.05) is
equal (p = 0,014). Treatment cost was showed to be the most responsibility factor to anxiety factor and means for
demand denture (C = 0.238). Conclusion: This research concludes that the most inhibiting demand denture factor in
elderly of Tresna Werdha Budi Sejahtera Social Home in Banjarbaru is the cost of the treatment and manufacturing
the denture are expensive.

Keywords: elderly, tooth loss, demand, denture

Korespondensi (Correspondence): Fathul Rahman. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Lambung Mangkurat. Jalan
Veteran No. 128B, Banjarmasin 70249, Kalimantan Selatan. e-mail:
Alt.F4thulRahman@gmail.com

Peningkatan pelayanan kesehatan menghindari gangguan-gangguan yang


menyebabkan terjadinya penurunan angka dapat terjadi akibat kehilangan gigi tersebut,
kematian. Kondisi demikian memungkinkan maka diperlukan penggantian gigi yang
penduduk untuk menikmati usia lebih panjang hilang dengan gigi tiruan.5
sebagai meningkatnya usia harapan hidup.1 Kesehatan gigi dan mulut di
Peningkatan usia harapan hidup secara Indonesia merupakan salah satu yang
global, menyebabkan populasi penduduk perlu diperhatikan. Berdasarkan Data Hasil
dengan kelompok lansia meningkat menjadi Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013
dua kali lipat. Lansia di Negara Indonesia memperlihatkan, pada tahun 2007 sebanyak
merupakan lansia dengan jumlah terbanyak 23,2% penduduk Indonesia mengalami
kelima di dunia pada tahun 2000 yaitu masalah kesehatan gigi dan mulut dan
sebanyak 15,3 juta orang dan meningkat meningkatnya permasalahan tersebut pada
menjadi 18,1 juta orang pada tahun 2010.2 tahun 2013 sebanyak 25,9%. Pada tahun 2013
Bersamaan dengan bertambahnya terdapat 31,1% yang menerima perawatan
usia, terjadi pula penurunan fungsi organ dari perawat gigi, dokter gigi atau dokter
tubuh dan berbagai perubahan fisik. spesialis, sementara 68,9% lainnya tidak
Kehilangan gigi akibat ekstraksi merupakan dilakukan perawatan.6 Berdasarkan Data Hasil
masalah terbesar. Efek sampingnya adalah Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013
dapat mengganggu fungsi pengunyahan Provinsi Kalimantan Selatan memperlihatkan,
atau mastikasi, pada kehilangan gigi yang proporsi penduduk yang bermasalah gigi dan
banyak dan lama dapat mengakibatkan mulut di Provinsi Kalimantan Selatan sebesar
gangguan pada Temporomandibular Joint 36,1% namun hanya 22,2% yang menerima
(TMJ).3 Masalah lain yang berakibat pada perawatan dari tenaga medis gigi. Keadaan
fungsi bicara dan aspek prikologis yaitu ini menempatkan Provinsi Kalimantan Selatan
estetika, kehilangan gigi tidak hanya sebagai Provinsi tertinggi ke dua setelah
mengurangi estetika, tetapi juga membuat Provinsi Sulawesi Selatan (36,2%) yang
fungsi mengunyah menurun dan mempunyai masalah gigi dan mulut.7
mempengaruhi asupan nutrisi sehingga hal ini Tingginya rata-rata kerusakan gigi
akan mempengaruhi kondisi kesehatan umum per orang/ DMF-T dan gigi yang telah dicabut
dan kualitas hidup seseorang.4 Dalam menunjukkan masih kurangnya pengetahuan
pemenuhan kesehatan pada umumnya dan masyarakat dalam upaya pemeliharaan
kesehatan gigi mulut terutama untuk kesehatan gigi, masih rendahnya kesadaran

  5
Stomatognatic (J. K. G Unej) Vol. 13 No.1 2016: 5-11  

masyarakat dalam mempertahankan fungsi estetik yang hilang bisa dikembalikan dan
gigi, juga masih kurangnya pengetahuan kesehatan jaringan pendukung tetap
akan pentingnya gigi untuk fungsi mastikasi dipertahankan dalam keadaan optimal.
dan mencegah efek lanjut dari kehilangan Banyaknya individu yang tidak memahami
gigi terhadap sendi Temporomandibular Joint pentingnya penggunaan gigi tiruan menjadi
(TMJ).3 Data Hasil Riset Kesehatan Dasar salah satu penyebab individu yang
(RISKESDAS) 2013 memperlihatkan, bahwa mengalami kehilangan gigi tidak
penduduk provinsi Kalimantan Selatan umur menggunakan gigi tiruan.10
65 tahun ke atas menunjukkan Indeks DMF-T Alasan-alasan masyarakat tidak
(24,72%) tertinggi diantara kelompok umur menggunakan gigi tiruan adalah alasan
lainnya.6 biaya perawatan, pengetahuan, ekonomi,
Idealnya kehilangan gigi harus kecemasan, lokasi gigi yang hilang, usia,
dibuatkan penggantinya untuk sarana dan jarak. Alasan terbanyak mengapa
mengantisipasi berbagai gangguan yang masyarakat tidak menggantikan gigi yang
mungkin saja terjadi, namun data yang ada hilang dengan gigi tiruan yaitu alasan biaya
menunjukkan bahwa belum semua perawatan gigi tiruan yang mahal, sarana
kehilangan gigi dibuatkan penggantinya. pelayanan kesehatan gigi yang tidak
Data Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) lengkap, kecemasan atau rasa takut
2013 Provinsi Kalimantan Selatan masyarakat untuk menggantikan gigi yang
memperlihatkan, bahwa sebagian besar hilang dengan gigi tiruan dikarenakan
masyarakat berumur 65 tahun keatas (23,48%) adanya pengalaman seseorang yang gigi
mengalami kehilangan gigi, namun tiruannya tertelan dan kecemasan atau rasa
sayangnya hanya 2,1% yang melakukan takut masyarakat kepada dokter gigi.11
penggantian terhadap gigi yang hilang. Dampak positif dari kesehatan mulut
Pencabutan gigi di Kabupaten Banjarbaru ialah kepercayaan diri meningkat, mencegah
sebesar 18,1%, sedangkan yang timbulnya komplikasi yang tidak hanya
menggantikan gigi yang hilang dengan gigi memicu penyakit serius tetapi juga kematian
tiruan hanya 0,3%, dalam hal ini Kabupaten dan menurunkan resiko penyakit jantung.12
Banjarbaru merupakan Kabupanten Dampak negatif dari kesehatan mulut yang
terendah ke tiga setelah Kabupaten Tanah buruk terhadap kualitas hidup para lansia
Bumbu (0%) dengan indeks pencabutan gigi merupakan masalah kesehatan masyarakat
(29,7%) dan Kabupaten Hulu Sungai Tengah yang penting. Diseluruh dunia (globally)
(0%) dengan indeks pencabutan gigi (28,1%) kesehatan mulut yang buruk pada lansia
yang menggantikan gigi yang hilang dengan terutama tampak dengan banyaknya gigi
gigi tiruan.7 yang hilang (tooth loss), karies gigi dan
Pernyataan di atas menunjukkan penyakit periodontal.13
bahwa masyarakat memerlukan perawatan Panti Sosial Tresna Werdha Budi
pada rongga mulutnya, tetapi untuk Sejahtera Banjarbaru adalah panti sosial untuk
mendapatkan perawatan sangat lansia yang berada dibawah naungan
dipengaruhi oleh keinginan individu. Hal ini pemerintah provinsi dan merupakan panti
dikenal sebagai “need and demand of oral sosial dengan jumlah lansia terbanyak sebesar
health”. Kebutuhan (need) terhadap 111 jiwa dibandingkan dengan Panti Sosial
perawatan tidak selalu diikuti oleh permintaan Tresna Werdha Budi Sejahtera II Martapura.
(demand) karena tergantung pada masing- Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera
masing individu. Dipengaruhi oleh beberapa Banjarbaru memiliki Poliklinik yang berfungsi
hal, kualitas hidup dan persepsi dari untuk memeriksa kesehatan para lansia setiap
kebutuhan (need), faktor psikologi, minggunya. Walaupun panti sosial ini memiliki
kepercayaan terhadap kondisi kesehatan Poliklinik, tetapi untuk pelayanan kesehatan
(perilaku, nilai dan kebiasaan), struktur sosial gigi dan mulut pada lansia tidak tersedia.11
(pendidikan, budaya), demografi (usia, jenis Berdasarkan survei pendahuluan,
kelamin, pendapatan, sarana dan jarak).8 dari 20 lansia terdapat 16 lansia yang
Permintaan (demand) dalam kesehatan gigi dan mulutnya buruk, seperti
layanan kesehatan dipengaruhi oleh banyak terdapat gigi yang berlubang, sisa
beberapa faktor, yaitu harga barang atau akar, gigi-gigi hilang yang tidak digantikan
jasa pelayanan kesehatan tersebut, harga dengan gigi tiruan, dan mengeluh kesulitan
atau ongkos lain yang harus dikeluarkan untuk dalam mengunyah makanan saat makan.
memperoleh barang dan jasa layanan Pernyataan di atas didukung dengan Indeks
kesehatan tersebut, pendapatan masyarakat, DMF-T yang sangat tinggi pada lansia Panti
harapan masyarakat terhadap layanan Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera di
kesehatan dan citra barang atau jasa Banjarbaru sebesar 85,5% pada tahun 2012.
layanan kesehatan tersebut, serta faktor sosial Dari uraian di atas diketahui ternyata banyak
budaya setempat.9 lansia Panti Sosial Tresna Werdha Budi
Perawatan gigi tiruan adalah Sejahtera di Banjarbaru yang kesehatan gigi
perawatan yang ditujukan untuk dan mulutnya tidak diperhatikan dan
menggantikan gigi yang hilang dan jaringan terdapat gigi-gigi yang hilang dan tidak
lunak di sekitarnya dengan suatu alat tiruan. digantikan dengan gigi tiruan, sehingga
Alat tiruan ini digunakan dengan tujuan agar peneliti merasa perlu melakukan penelitian
fungsi pengunyahan, fungsi bicara, dan fungsi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi


 
Faktor yang Mempengaruhi Permintaan... (Fathul dkk) 
 

permintaan gigi tiruan pada lansia Panti Sosial rongga mulut lansia menggunakan alat
Tresna Werdha Budi Sejahtera di Banjarbaru.11 diagnostik untuk melihat ada tidaknya
pemakaian gigi tiruan dan kehilangan gigi
METODE PENELITIAN pada rongga mulut lansia. Kemudian subjek
dijelaskan tentang manfaat dan prosedur
Penelitian ini merupakan penelitian penelitian yang akan dilakukan peneliti dan
observasional analitik dengan pendekatan diberikan lembar informed consent sebagai
cross sectional yakni mengumpulkan data tanda persetujuan menjadi subjek peneliti.
variabel bebas dan variabel terikat hanya Subjek tersebut diberikan pertanyaan sesuai
satu kali pada satu waktu tanpa ada tindak dengan kuesioner dan diwawancara
lanjut. Dalam penelitian ini alat-alat yang terpimpin tentang permintaan gigi tiruan dan
digunakan adalah alat diagnostic set (dental faktor yang menghambat permintaan gigi
mirror, dental pinset, explorer, excavator), tiruan.
nierbecken, masker, handscoon, alat tulis. Pada penelitian ini pengambilan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini data dilakukan menggunakan kuesioner.
adalah informed consent, kuesioner Adapun kuesioner tersebut dikelompokkan
penelitian, tisu, air mineral gelas, dan alkohol sebagai berikut, pertama kuesioner identitas
70%. Populasi dalam penelitian ini adalah responden (Tes Minimental) yaitu dengan
lansia yang tinggal di Panti Sosial Tresna menanyakan nama, umur, jenis kelamin dan
Werdha Budi Sejahtera Banjarbaru. Jumlah wisma kepada responden yang juga dapat
lansia yang tinggal di panti sebanyak 111 jiwa. menentukan apakah lansia tersebut
Sampel pada penelitian ini adalah lansia mengalami Demensia atau tidak, kedua
yang tinggal di Panti Sosial Tresna Werdha kuesioner untuk mengukur hambatan biaya
Budi Sejahtera Banjarbaru yang memenuhi perawatan dalam permintaan gigi tiruan nilai
kriteria. Menurut rumus Slovin dengan toleransi yang terdiri dari 5 pernyataan yang mengacu
kesalahan sebesar 5%, jumlah sampel minimal pada penelitian sebelumnya (Suparyanto dan
yang diambil dari penelitian ini adalah 87 Yustina, 2011). Kuesioner dibuat dalam bentuk
subjek. Teknik sampling yang digunakan pada skala Likert dengan katagori sangat setuju,
penelitian ini adalah purpose sampling, yaitu setuju, netral, tidak setuju dan sangat tidak
pengambilan sampel didasarkan pada suatu setuju. Masing-masing pernyataan akan
pertimbangan tertentu yang dibuat oleh diberikan skor sebagai berikut: skor 1 untuk
peneliti sendiri, agar karakteristik sampel tidak jawaban sangat setuju (SS), skor 2 untuk
menyimpang dari populasi, maka jawaban setuju (S), skor 3 untuk jawaban
pengambilan sampel perlu ditentukan netral (N), skor 4 untuk jawaban tidak setuju
dengan kriteria inklusi. (TS) dan skor 5 untuk jawaban sangat tidak
Kriterian inklusi pada penelitian ini setuju (STS). Skor total terendah 5 dan skor
adalah lansia yang berumur 60 tahun keatas, total tertinggi 25. Nilai hambatan biaya
lansia yang mampu berkomunikasi dan lanisa perawatan dalam permintaan gigi tiruan
dengan kehilangan gigi. Kriteria ekslusi adalah dibagi menjadi 2 katagori yaitu: ada
lansia yang telah memakai gigi tiruan, lansia hambatan dan tidak ada hambatan. Skor
dengan Demensia dan lansia yang tidak untuk masing-masing katagori tersebut
bersedia menjadi responden serta tidak adalah: x >15 termasuk ada hambatan dan x
menandatangani informed consent sehingga ≤15 termasuk tidak ada hambatan.
didapatkan lah sampel pada penelitian ini Ketiga kuesioner untuk mengukur
sebanyak 100 jiwa dari 111 jiwa lansia. hambatan kecemasan dalam permintaan
Variabel yang diteliti pada penelitian gigi tiruan yaitu dengan menggunakan alat
ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi ukur Modified Dental Anxiety Scale (MDAS)
permintaan gigi tiruan pada lansia Panti Sosial yang terdiri dari 5 pertanyaan yang mengacu
Tresna Werdha Budi Sejahtera di Banjarbaru. pada penelitian sebelumnya (Kent, 2005).
Penelitian dilakukan dengan pengumpulan Kuesioner berbentuk skala Likert dengan
data, pengumpulan data dilakukan pada katagori santai, sedikit khawatir, tegang,
lansia sesuai dengan kriteria inklusi dan kriteria cemas, sangat cemas. Masing-masing
ekslusi. Data penelitian meliputi dua jenis pertanyaan akan diberikan skor sebagai
data, yaitu data primer dan data sekunder. berikut: skor 1 untuk jawaban santai (S), skor 2
Data primer didapatkan dari identitas lansia untuk jawaban sedikit khawatir (SK), skor 3
pada surat pernyataan informed consent. untuk jawaban tegang (T), skor 4 untuk
Data sekunder didapatkan berdasarkan hasil jawaban cemas (C) dan skor 5 untuk
penelitian. jawaban sangat cemas (SC). Skor total
Teknik pengambilan data yang terendah 5 dan skor total tertinggi 25. Nilai
digunakan adalah mengukur permintaan gigi hambatan kecemasan dalam permintaan
tiruan dan hambatan permintaan gigi tiruan gigi tiruan dibagi menjadi 2 katagori yaitu:
dengan mengisi kuesioner untuk mengetahui ada hambatan dan tidak ada hambatan.
biaya perawatan, kecemasan dan sarana Skor untuk masing-masing katagori tersebut
terhadap permintaan gigi tiruan. Penelitian ini adalah: x ≥12 termasuk ada hambatan dan x
dilakukan di Panti Sosial Tresna Werdha Budi <12 termasuk tidak ada hambatan.
Sejahtera Banjarbaru dengan prosedur yaitu Keempat kuesioner untuk mengukur
peneliti mencari subjek dengan kriteria inklusi hambatan sarana dalam permintaan gigi
dan ekslusi dengan cara melihat keadaan tiruan terdiri dari 5 pertanyaan yang

  7
Stomatognatic (J. K. G Unej) Vol. 13 No.1 2016: 5-11  

mengacu pada penelitian sebelumnya lansia Pansi Sosial Tresna Werdha Budi
(Suryawati, 2006). Kuesioner dibuat dalam Sejahtera di Banjarbaru. Data hasil penelitian
bentuk skala Likert dengan katagori sangat dikumpulkan oleh peneliti dan dilakukan
lengkap, lengkap, cukup lengkap, tidak tabulasi data, pengolahan data serta analisis
lengkap dan sangat tidak lengkap. Masing- data. Data yang didapatkan dimasukkan
masing pertanyaan akan diberikan skor dengan bantuan software SPSS 17.0. Data
sebagai berikut: skor 1 untuk jawaban sangat yang didapatkan juga dapat dianalisis secara
tidak lengkap (STL), skor 2 untuk jawaban manual dengan menggunakan analisis
tidak lengkap (TL), skor 3 untuk jawaban secara bivariat dengan uji Chi Square untuk
cukup lengkap (CK), skor 4 untuk jawaban mengetahui hubungan biaya perawatan
lengkap (L) dan skor 5 untuk jawaban sangat dengan permintaan gigi tiruan, kecemasan
lengkap (SL). Skor total terendah 5 dan skor dengan permintaan gigi tiruan dan sarana
total tertinggi 25. Nilai hambatan sarana dengan permintaan gigi tiruan. Uji signifikansi
dalam permintaan gigi tiruan dibagi menjadi terhadap hasil dengan membandingkan
2 katagori yaitu: ada hambatan dan tidak tingkat kemaknaan (p), dengan tingkat
ada hambatan. Skor untuk masing-masing signifikan (a) 5%.
katagori tersebut adalah: jika x ≤12 termasuk Setelah hasilnya ditemukan,
ada hambatan dan jika x >12 termasuk tidak kemudian dihitung dengan menggunakan uji
ada hambatan sarana dalam permintaan Koefisien Kontingensi untuk melihat kekuatan
gigi tiruan. hubungan antar variabel independen dan
Kelima kuesioner untuk mengukur dependen. Tingkat kuat dan lemahnya
permintaan gigi tiruan terdiri dari 5 korelasi menurut Sugiono (1999) dapat dilihat
pertanyaan yang mengacu pada penelitian berdasarkan rentang nilai Koefisien
Brennan dan Spencer pada tahun 2004 serta Kontingensi yaitu korelasi sangat lemah (0,000-
penelitian Bagewitz, Soderfeldt, Palmqvist dan 0,199), korelasi lemah (0,2-0,399), korelasi
Nilner pada tahun 2007 dan dikembangkan sedang (0,4-0,599), korelasi kuat (0,6-0,799)
oleh Dewi Farida pada penelitiannya di tahun dan korelasi sangat kuat (0,8-0,999).
2012. Kuesioner dibuat dalam bentuk skala
Likert dengan katagori tidak berminat, agak HASIL
berminat, cukup berminat, berminat dan Hubungan Biaya Perawatan
sangat berminat. Masing-masing pertanyaan terhadap Permintaan Gigi Tiruan berdasarkan
akan diberikan skor sebagai berikut: skor 0 Uji Statistik dapat dilihat pada Tabel 1.
untuk jawaban tidak berminat (TB), skor 1 Berdasarkan Table 1 dapat dilihat bahwa
untuk jawaban agak berminat (AB), skor 2 sebanyak 42 lansia (42%) terhambat oleh
untuk jawaban cukup berminat (CB), skor 3 faktor biaya perawatan dalam permintaan
untuk jawaban berminat (B) dan skor 4 untuk gigi tiruan, sebanyak 10 lansia (10%)
jawaban sangat berminat (SB). Skor total terhambat oleh faktor biaya perawatan
terendah 0 dan skor total tertinggi 20. Nilai tetapi tidak adanya permintaan gigi tiruan,
permintaan gigi tiruan dibagi menjadi 2 sebanyak 28 lansia (28%) tidak terhambat
katagori yaitu: ada permintaan dan tidak ada oleh faktor biaya perawatan dalam
permintaan. Skor untuk masing-masing permintaan gigi tiruan dan sebanyak 20 lansia
katagori tersebut adalah: jika x ≥12 termasuk (20%) tidak terhambat oleh faktor biaya
ada permintaan dan x <12 termasuk tidak perawatan tetapi tidak adanya permintaan
ada permintaan. gigi tiruan. Berdasarkan perhitungan analisis
Data yang didapatkan kemudian chi square didapat nilai X2=5,983; p=0,014,
dijumlahkan dan digolongkan menjadi ada karena nilai p < 0,05 maka dapat disimpulkan
tidaknya hambatan dari faktor-faktor Biaya bahwa ada hubungan yang bermakna
Perawatan, Kecemasan dan Sarana serta antara faktor penghambat biaya perawatan
ada tidaknya permintaan gigi tiruan oleh terhadap permintaan gigi tiruan.

Tabel 1. Hubungan Biaya Perawatan terhadap Permintaan Gigi Tiruan


Permintaan
Total X2 p
Ada Tidak
Ada 42 10 52
Biaya Perawatan
Tidak 28 20 48 5,983 0,014
Total 70 30 100

Tabel 2. Hubungan Kecemasan terhadap Permintaan Gigi Tiruan


Permintaan
Total X2 p
Ada Tidak
Ada 50 15 65
Kecemasan
Tidak 20 15 35 4,239 0,040
Total 70 30 100


 
Faktor yang Mempengaruhi Permintaan... (Fathul dkk) 
 

Tabel 3. Hubungan Sarana terhadap Permintaan Gigi Tiruan


Permintaan
Total X2 p
Ada Tidak
Ada 43 12 55
Sarana
Tidak 27 18 45 3,896 0,048
Total 70 30 100

Tabel 4. Kekuatan Hubungan Biaya Perawatan, Kecemasan dan Sarana Terhadap Permintaan Gigi
Tiruan
Permintaan
X2 p C
Ada Tidak
Ada 42 10
Biaya Perawatan
Tidak 28 20 5,982 0,014 0,238
Total 70 30
Ada 50 15
Kecemasan
Tidak 20 15 4,239 0,040 0,202
Total 70 30
Ada 43 12
Sarana
Tidak 27 18 3,896 0,048 0,194
Total 70 30

Hubungan Kecemasan terhadap kemaknaan 0,014, kecemasan memiliki nilai


Permintaan Gigi Tiruan berdasarkan Uji Statistik kemaknaan 0,040 dan sarana memiliki nilai
dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan Table kemaknaan 0,048. Karena faktor peluang
2 dapat dilihat bahwa sebanyak 50 lansia kurang dari 5% (p<0,05) maka dapat
(50%) terhambat oleh faktor kecemasan dikatakan bahwa biaya perawatan,
dalam permintaan gigi tiruan, sebanyak 15 kecemasan dan sarana mempunyai
lansia (15%) terhambat oleh faktor hubungan yang bermakna dengan
kecemasan tetapi tidak adanya permintaan permintaan gigi tiruan. Selanjutnya pada
gigi tiruan, sebanyak 20 lansia (20%) tidak variabel bebas dengan nilai p<0,05 dilakukan
terhambat oleh faktor kecemasan dalam uji Koefisien Kontingensi untuk melihat urutan
permintaan gigi tiruan dan sebanyak 15 lansia faktor apa saja yang paling berperan
(15%) tidak terhambat oleh faktor kecemasan terhadap permintaan gigi tiruan.
tetapi tidak adanya permintaan gigi tiruan. Biaya perawatan, kecemasan dan
Berdasarkan perhitungan analisis chi square sarana merupakan faktor-faktor yang
didapat nilai X2=4,239; p=0,014, karena nilai p mempengaruhi permintaan gigi tiruan. Hasil
< 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada dari uji Koefisien Kontingensi memperlihatkan
hubungan yang bermakna antara faktor bahwa faktor biaya perawatan sebesar 0,238
penghambat kecemasan terhadap dan kecemasan sebesar 0,202 yang berada
permintaan gigi tiruan. pada kategori korelasi lemah diikuti dengan
Hubungan Sarana terhadap faktor sarana sebesar 0,194 yang berada
Permintaan Gigi Tiruan berdasarkan Uji Statistik pada kategori sangat lemah menurut
dapat dilihat pada Tabel 3. Berdasarkan Table kategori tingkat kuat dan lemahnya korelasi
3 dapat dilihat bahwa sebanyak 43 lansia oleh Sugiono (1999). Artinya biaya perawatan
(43%) terhambat oleh faktor sarana dalam merupakan faktor yang paling
permintaan gigi tiruan, sebanyak 12 lansia mempengaruhi permintaan gigi tiruan pada
(12%) terhambat oleh faktor sarana tetapi lansia Panti Sosial Tresna Werdha Budi
tidak adanya permintaan gigi tiruan, Sejahtera di Banjarbaru.
sebanyak 27 lansia (27%) tidak terhambat
oleh faktor sarana dalam permintaan gigi PEMBAHASAN
tiruan dan sebanyak 18 lansia (18%) tidak Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terhambat oleh faktor sarana tetapi tidak tingginya permintaan gigi tiruan tetapi tidak di
adanya permintaan gigi tiruan. Berdasarkan sertai dengan penggantian gigi yang telah
perhitungan analisis chi square didapat nilai hilang dengan gigi tiruan. Hal ini disebabkan
X2=3,896; p=0,048, karena nilai p < 0,05 maka adanya faktor yang paling mempengaruhi
dapat disimpulkan bahwa ada hubungan prilaku lansia dalam terciptanya permintaan
yang bermakna antara faktor penghambat perawatan gigi tiruan tersebut. Biaya
kecemasan terhadap permintaan gigi tiruan. perawatan merupakan faktor yang paling
Kekuatan Hubungan Biaya mempengaruhi permintaan gigi tiruan pada
Perawatan, Kecemasan dan Sarana lansia Panti Sosial Tresna Werdha Budi
Terhadap Permintaan Gigi Tiruan dapat dilihat Sejahtera di Banjarbaru. Menurut teori
pada Tabel 4. Berdasarkan Table 4 dapat ekonomi Rahardja dan Manurung (1999),
dilihat bahwa dari uji statistik Chi Square ialah suatu teori yang menjelaskan tentang
pada biaya perawatan memiliki nilai prilaku individu dan masyarakat dalam

  9
Stomatognatic (J. K. G Unej) Vol. 13 No.1 2016: 5-11  

menentukan pilihan untuk menggunakan Menurut hasil penelitian yang


sumber-sumber daya yang langka dalam dilakukan oleh Dewi Farida (2012), terhadap
upaya meningkatkan kualitas hidupnya. lansia yang berdomisili di Jakarta Barat dan
Kegiatan yang dilakukan untuk melihat Banten yang menyatakan bahwa faktor yang
penerapan teori ekonomi dalam permintaan paling mempengaruhi permintaan gigi tiruan
layanan kesehatan adalah bagian dari teori adalah biaya perawatan yaitu sebesar 78%.
ekonomi mikro yang mempelajari perilaku Hasil penelitian yang diperoleh sejalan
konsumen dalam mengkonsumsi barang atau dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
jasa yang dihasilkan oleh fasilitas layanan Teo’filo dan Leles (2007), menyatakan bahwa
kesehatan dalam suatu pasar layanan 88,8% dari responden dalam penelitiannya
kesehatan.9 memiliki kendala keuangan yang merupakan
Menurut Riski (2013), Salah satu alasan sehingga tidak melakukan perawatan
karakteristik dari masyarakat berpenghasilan gigi tiruan.11 Alasan tersebut sejalan dengan
rendah adalah banyak yang tidak menyadari hasil penelitian Pongsibidang (2013) dimana
bahwa mereka mempunyai masalah dengan biaya merupakan alasan responden sehingga
gigi-geligi mereka. Ketika merasakan sakit tidak menggunakan gigi tiruan sebesar 59%
yang disebabkan oleh masalah gigi tersebut, dikarenakan biaya pembuatan gigi tiruan
banyak yang tidak mempunyai dana untuk yang mahal.24
melakukan permintaan pengobatan yang Berdasarkan hasil kuesioner
layak di klinik-klinik gigi. Banyak mereka yang didapatkan alasan terbanyak subjek
menganggap bahwa pengobatan gigi-geligi penelitian tidak melakukan perawatan gigi
tidaklah perlu dilakukan di karenakan biaya tiruan, antara lain karena pembuatan gigi
perawatan kesehatan gigi yang mahal. tiruan yang mahal, rasa ketakutan pergi ke
Pengobatan dan perawatan kesehatan gigi- dokter gigi, kecemasan menggunakan gigi
geligi bagi masyarakat yang berpenghasilan tiruan akibat pengalaman teman yang
rendah merupakan kebutuhan yang tertelan gigi tiruannya dan tidak lengkapnya
perioritasnya masih rendah.22 peralatan serta kurangnya keterampilan
Prevalensi kehilangan gigi yang dokter gigi dalam pembuatan gigi tiruan.
tinggi akibat kerusakan gigi pada suatu Persepsi ini menurut penulis terbentuk antara
kelompok masyarakat berpenghasilan rendah lain karena faktor pengalaman dan
menunjukkan bahwa masyarakat tersebut pengetahuan yang diadopsi dari lingkungan
mempunyai kebutuhan yang besar akan sekitar, maka dari itu perlu dilakukan
layanan kesehatan gigi dan mulut. Menurut penelitian lebih lanjut tentang faktor-faktor
teori ekonomi mikro Rahardja dan Manurung lain yang dapat mempengaruhi permintaan
(1999), dalam layanan kesehatan mempunyai gigi tiruan seperti pengetahuan.
arti bahwa jumlah barang atau jasa layanan Berdasarkan penelitian yang
kesehatan yang diminati masyarakat dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa
bergantung pada harga barang atau jasa faktor yang paling menghambat permintaan
layanan kesehatan tersebut, harga atau gigi tiruan pada lansia Panti Sosial Tresna
ongkos lain yang harus dikeluarkan untuk Werdha Budi Sejahtera di Banjarbaru adalah
memperoleh barang atau jasa layanan biaya perawatan dan alasan terbanyak
kesehatan tersebut serta pendapatan lansia Panti Sosial Tresna Werdha Budi
masyarakat.9 Dari hasil penelitian Hermina Sejahtera di Banjarbaru tidak menggunakan
(2013) 59% dari mereka yang memiliki gigi tiruan adalah dikarenakan biaya
gangguan kesehatan gigi tidak berusaha pembuatan gigi tiruan yang mahal.
untuk mendapatkan pengobatan karena
masalah keuangan dan biaya pembuatan DAFTAR PUSTAKA
gigi tiruan yang relatif mahal.11
Hasil penelitian yang diperoleh 1. Hendrizal. Lasia dan Agenda ke Depan.
sejalan dengan yang dilakukan Teo’filo dan Harian Umum PELITA 2008; (online),
Leles (2007), menyatakan bahwa 88,8% dari (http://www.pelita.or.id/baca.php?id=4
responden dalam penelitiannya memiliki 5106, diakses pada 24 Desember 2014).
kendala keuangan yang merupakan alasan
sehingga tidak melakukan perawatan gigi 2. Ambariani, Irawan G, dan Garna H.
tiruan. Penelitian ini juga sesuai dengan Pengaruh Kualitas Pelayanan pada
penelitian yang dilakukan oleh McGrath dan Kepuasan Pasien Lanjut Usia Kabupaten
Bedi (2002), yang menyatakan bahwa status Bogor Jawa Barat. Universitas
ekonomi merupakan penentu yang paling Padjadjaran, Bandung. 2014. Hal: 5.
penting bagi seseorang dalam mengambil
suatu keputusan untuk melakukan perawatan 3. Agtini MD. Persentasi Pengguna Protesa
gigi tiruan. Hasil yang sama juga diperlihatkan di Indonesia. Media Litbang Kesehatan
pada penelitian oleh Shigli (2007), 2010, 20 (2): 50-58.
menyatakan biaya merupakan hambatan
bagi seseorang untuk mendapatkan 4. Pramusanti N, Adhani R, Sukmana BI.
perawatan gigi tiruan. Responden dalam Hubungan Tingkat pengetahuan
penelitian tersebut memberikan alasan Pemakaian Protesa dengan Pemakaian
ekonomi sehingga tidak menggantikan Protesa di RSUD Ulin Banjarmasin. Jurnal
giginya yang hilang dengan gigi tiruan.11

10 
 
Faktor yang Mempengaruhi Permintaan... (Fathul dkk) 
 

Kedokteran Gigi DENTINO 2014, 2 (2): pada Masyarakat Kelurahan Maasing


196-199. Kecamatan Tuminting Kota Manado.
5. Titjo OC, Lampus BS, dan Juliatri. Perilaku Jurnal e-GiGi 2013, 1 (2): 1-8.
Masyarakat Pengguna Gigitiruan
Lepasan di Kelurahan Bahu. Jurnal e- 11. Pongsibidang H, Wowor VNS, Supit A.
GiGI 2013, 1 (2): 1-8. Alasan Masyarakat Kelurahan Sario
Tumpaan Tidak Menggunakan Gigi
6. Departemen Kesehatan RI. Laporan Hasil Tiruan. Jurnal e-GiGi 2013, 1(2): 1-8.
Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS)
Laporan Nasional tahun 2013. Jakarta: 12. Shoufia F. Status Kesehatan Gigi dan
Badan Penelitian dan Pengembangan Mulut Pada Kelompok Lanjut Usia di
Kesehatan Departemen Kesehatan RI. Banjarbaru 2012. Skripsi. banjarmasin:
2013. Hal: 110-113. Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas
Kedokteran Universitas Lambung
7. Departemen Kesehatan RI. Laporan Hasil Mangkurat, 2012. Universitas Islam Sultan
Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Agung, Semarang.
Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2013.
Jakarta: Badan Penelitian dan 13. Wangsarahardja K, Dharmawan OV,
Pengembangan Kesehatan dan Kasim E. Hubungan Status
Departemen Kesehatan RI. 2013. Hal: Kesehatan Mulut dan Kualitas Hidup
115-125. pada Lanjut Usia. Universa Medica 2007,
26 (4): 186-194.
8. Dwijayanti SC. Hubungan Antara
Permintaan (demand) Gigi Tiruan dan 14. Riski ES. Hubungan Sosial Ekonomi
Kualitas Hidup Lansia. Thesis. Jakarta: dengan Status Kehilangan Gigi pada
Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Remaja. Makasar : Penerbit Universitas
Prostodonsia Universitas Indonesia, 2012. Hasanuddin, 2013.

9. Retnaningsih E. Akses Layanan 15. Dewi FN. Faktor yang Berperan terhadap
Kesehatan. Rajawali Pers. Jakarta. 2013. Permintaan Gigi Tiruan Pada Lansia.
Hal: 47-56. Thesis. Jakarta: Program Pendidikan
Dokter Gigi Spesialis Prostodonsia
10. Silviana A, Wowor VNS, Mariati NW. Universitas Indonesia, 2012.
Persepsi tentang Perawatan Gigi Tiruan

  11

Anda mungkin juga menyukai