Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH SUMBER DAYA PERTAMBANGAN DI

INDONESIA

-POTENSI SUMBER DAYA PERTAMBANGAN

-PERMASALAHAN PERTAMBANGAN DI INDONESIA

-SOLUSI PERMASALAHAN SUMBER DAYA PERTAMBANGAN

ARVINCENT SARAGIH
XI IPS 1
GEOGRAFI

A.Potensi Sumber Daya Pertambangan di Indonesia


Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya dalam sumber daya alamnya, salah satunya pertambangan.
Dimana, Indonesia memiliki banyak cadangan mineral tambang dan hampir semua provinsi memiliki barang
tambang dengan berbagai kegunaan.

Namun, banyaknya potensi sumber daya alam di sektor pertambangan ini akan menjadi sia-sia jika tidak
dikelola dengan baik dan bijak. Menurut undang-undang nomor 11 tahun 1967 tentang pertambangan, Barang
Tambang atau bahan galian, memiliki tiga macam golongan diantaranya :

Barang Tambang Golongan A

Barang tambang golongan A atau strategis. Bahan galian yang memiliki peran penting dalam memenuhi
kebutuhan negara. Ada beberapa bahan tambang yang termasuk ke dalam golongan A, antara lain :

Minyak bumi

Minyak bumi merupakan salah satu sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui sehingga persediaan dari
minyak bumi sangat terbatas dan dapat habis jika tidak digunakan dengan hemat. Setiap pulau di Indonesia
seperti Jawa, Sumatera, Kalimantan, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua memiliki beberapa cadangan minyak
bumi.

Gas Bumi

Ini umumnya dapat dijumpai di tambang minyak. Indonesia merupakan salah satu negara yang bertindak
sebagai produsen gas terbesar di dunia. Cadangan gas terbesar di Indonesia berada di Musi (Sumatera
Selatan), Teluk Bintuni (Papua Barat), Balongan (Jawa Barat), Bontang (Kalimantan Timur), Natuna
(Kepulauan Riau), Arun (Aceh), Dumai (Riau), dan Balikpapan.

Batu Bara

Dibandingkan dengan minyak dan gas bumi, batu bara lebih murah sebagai bahan bakar, selain itu tidak
terpengaruh dengan kondisi cuaca. Indonesia memiliki sumber batubara yang sangat banyak terutama di
Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, dan Sumatera.

Nikel

Nikel dimanfaatkan sebagai paduan logam. Di Indonesia pusat pengolahan nikel terletak di Pomala Sulawesi
Tenggara dan dipegang oleh PT. Aneka Tambang yang terletak di Soroako Sulawesi Selatan.
Timah Putih

Timah putih mempunyai struktur yang tidak terlalu keras dengan warna putih keperakan. Timah putih
memiliki sifat konduktivitas terhadap panas dan listrik yang tinggi. Sumber timah terbesar di Indonesia
sebanyak 60% di pulau Bangka.

Barang Tambang Golongan B

Barang tambang golongan B atau vital merupakan bahan galian yang memiliki peran penting dalam
perkembangan ekonomi suatu negara dan dimanfaatkan oleh negara maupun penduduknya. Ada beberapa
barang tambang golongan B antara lain :

Emas

Emas merupakan salah satu logam mulia yang digemari oleh masyarakat. Emas terkenal sebagai perhiasan,
cendera mata, dan sebagai cadangan devisa negara. Persebaran emas di Indonesia berada hampir di setiap
pulau-pulau besar.

Perak

Perak mempunyai tekstur yang lunak sehingga mudah dibentuk, dicetak, ditarik. Perak juga mampu mengaliri
listrik dan susah untuk dioksidasi. Di Indonesia perak dapat didapatkan di daerah Riau dan Banten.

Platina

Platina merupakan salah satu bahan tambang yang memiliki karakteristik tertentu yaitu mudah ditempa,
memiliki warna keperakan hingga abu kehitaman, sulit dicairkan, tidak mudah berkarat, dan dapat
diregangkan. Di Indonesia bijih platina banyak dijumpai di Kalimantan Selatan dan Riau.

Intan

Intan memiliki satu unsur yaitu karbon (C). Intan Indonesia merupakan yang paling berat dan keras
dibandingkan dengan negara lain. intan akan bergerak sendiri ke permukaan bumi dikarenakan adanya
pergerakan tektonik ataupun pengangkatan lapisan bumi. Penyebarannya intan banyak ditemui di pulau
Kalimantan, dan Riau.

Belerang

Belerang merupakan mineral yang terbentuk dari proses vulkanisme. Fungsi belerang dalam memenuhi
kebutuhan manusia, sebagai bahan industry (karet, cat, ban, pertenunan, pupuk, besi baja).

Besi
Besi merupakan logam terbanyak kedua setelah aluminium. Bijih besi dapat ditemukan disekitar daerah
magmatic dan sedimentasi. Di Indonesia sendiri besi dapat ditemukan di Bangka, Bengkulu, Flores, Jambi,
pulau Jawa, Kalimantan, Aceh, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, dan
Sumatera Utara.

Tembaga

Tembaga terbuat dari larutan hydrothermal dan merupakan konduktor panas yang baik. Cadangan terbesar
tembaga di Indonesia terletak di Papua.

Bauksit

Bauksit merupakan material aluminium terbentuk dari aluminium hidroksida.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Barang Tambang Golongan C

Barang tambang golongan C adalah bahan galian yang dimanfaatkan oleh masyarakat dan tidak termasuk
bahan galian strategis maupun vital. Ada beberapa barang tambang golongan C antara lain :

Pasir Vulkanik, Batu Andesit, dan Batu Basalt

Ketiganya merupakan barang tambang yang berasal dari letusan gunung merapi. Ketiga barang tambang ini
dapat ditemukan di sepanjang jalur gunung api yang masih aktif.

Obsidian

Ini merupakan batu kaca yang terbuat dari lahar yang terlalu cepat mongering. Batu ini memiliki beragam
warna dan dapat ditemukan di beberapa gunung api berumur kuarter dan pleistosen.

Batu Granit

Batu granit terbentuk jauh di dalam bumi sehingga dapat dikategorikan sebagai batuan beku dalam. Di
Indonesia batu granit banyak ditemukan di Bengkulu, Jambi, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan,
Kepulauan Riau, Aceh, Riau, Sulawesi Selatan, Sumatera Barat, Sumatera Utara.

Marmer

Persebarannya di Indonesia ada di Bengkulu, Jambi, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Riau, Aceh,
Sulawesi Selatan, Sumatera Barat, dan Sumatera Utara.

Kaolin

Ini merupakan batuan dari penggabungan antara mineral lempung dan kandungan besi yang rendah. Kaolin
tersebar di Bali, Bangka, Belitung, Jawa, Kalimantan, Maluku, Aceh, NTB, Sulawesi Tengah, dan Sumatera
Utara.

Fosfat
Ini merupakan batu yang mempunyai bentuk yang bervariasi mulai dari butiran sampai dengan bongkahan dan
juga memiliki beragam warna. Di Indonesia fosfat banyak dijumpai di pulau Jawa, Kalimantan Selatan,
Kalimantan Timur, Aceh, Papua, Sulawesi Tenggara, Sumatera Utara.

Gipsum

Gipsum dapat ditemukan di berbagai daerah di Indonesia seperti Aceh, pulau Jawa, Kalimantan Utara,
Kalimantan Timur, NTB, NTT, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Selatan.

Mangan

Ini merupakan bahan galian yang terbuat dari proses hydrothermal. Persebarannya di Indonesia yaitu
Bengkulu, pulau Jawa, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Maluku, Aceh, Sumbawa, Sulawesi Selatan,
Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, Sumatera Utara, Sumatera Barat.

Zeolite

Zeolite mempunyai fungsi mendukung pertanian, peternakan, perikanan, lingkungan dan industry. Sumber
zeolite di Indonesia ada di Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, NTT, Yogyakarta.

Pasir Kuarsa/ pasir putih

Pasir Kuarsa/ pasir putih memiliki berbagai macam fungsi di dalam pengindustrian. Persebaran di Indonesia
ada di Bangka, Jambi, pulau Jawa, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Riau, Aceh,
Papua, Sulawesi Selatan, Sumatera Barat, Sumatera Utara.

________________________________________________________________________________________

B.permasalahan pertambangan di Indonesia

Sudah sering baik kalangan industri pertambangan gelisah dan mengatakan bahwa dunia usaha mereka
mengalami banyak masalah. Permasalahan pertambangan yang selalu dimunculkan adalah masalah yang
dihadapi oleh investor, artinya setiap kali kepentingan investor mengalami tekanan, maka dikatakan bahwa
pertambangan mengalami masalah. Apakah masalah pertambangan hanya berkisar pada masalah yang
dihadapi investor saja?

Saat ini investor pertambangan sedang menghadapi masalah penurunan volome export dan penurunan harga
komoditi mineral dan batubara.Banyak perusahaan mengeluh bahwa mereka menderita kerugian sekian juta
dollar. Apakah para investor ini tidak memahami dan sekaligus mengantisipasi kenyataan bahwa harga
komoditas primer selalau mengalami fluktuasi?

Regulasi Permasalahan Pertambangan Di Indonesia

Setiap kali ada pengetatan regulasi demi kepentingan negara dan bangsa, para investor juga mengeluh bahwa
pertambangan mengalami masalah. UU No.4 tahun 2009 mengandung banyak perubahan yang tidak dapat
diterima oleh investor, antara lain masalah pembatasan wilayah, masalah kewajiban pengolahan dan
pemurnian di dalam negeri, masalah peningkatan pembayaran royalti dan divestasi. Berkiatan dengan
kewajiban yang diminta oleh UU ini maka banyak pernyataan bahwa pertambangan sedang mengalami
masalah, antara lain dari para akademisi.

Namun secara utuh masalah pertambangan harusnya juga dilihat dari sisi kepentingan negara dan bangsa.
Kalau para investor semuanya membuang tailing dan limbah tambang itu adalah masalah (nasional). Kalau
perusahaan merugi dan tidak membayar pajak penghasilan perusahaan tetapi terus berproduksi, itu adalah
masalah. Kalau setelah 60 tahun lebih investasi pertambangan berjalan dan rakyat sekitar proyek tidak
mengalami perubahan nasib, itu adalah masalah. Kalau harga mineral sedang rendah dan investor terus
mengexport, maka itu adalah masalah. Kalau investor enggan memasok batubara ke pasar dalam negeri, itu
adalah masalah. Kalau perusahaan pertambangan asing melakukan transfer price dengan afiliate mereka di
negara lain, maka hal itu adalah masalah.

-EFEK TERHADAP LINGKUNGAN

 keberadaan deposit sumberdaya tambang selalu berinteraksi dan berkaitan dengan lingkungan

habitatnya,seperti tanah, air dan tumbuh-tumbuhan. Karena itu salah satu faktor yang tidak dapat dihindari

pada saat melakukan eksploitasi deposit tambang tersebut adalah terjadinya degradasi lingkungan.

Pengelolaan sumberdaya tambang yang tidak berpedoman pada prinsip-prinsip ekologi, dapat menimbulkan

kerusakan lingkungan yang besar. Apabila melewati daya dukung, daya tampung dan ambang batas

terpulihkan akan berakibat pada kerusakan lingkungan permanen.

Kerusakan lingkungan hidup adalah perubahan langsung dan/atau tidak langsung terhadap sifat fisik, kimia,

dan/atau hayati lingkungan hidup yang melampaui kriteria baku kerusakan lingkungan hidup (UU Nomor 32

tahun 2009). Beberapa kejadian sebagai dampak negatif dari kegiatan pertambangan dapat dilihat dari

terjadinya ancaman terhadap lingkungan fisik, biologi, sosial, budaya, ekonomi dan warisan nasional,

ancaman terhadap ekologi dan pembangunan berkelanjutan (Makurwoto, 1995).

Ancaman terhadap kerusakan lingkungan seperti terjadinya perubahan bentang alam yang cukup luas,

perubahan morfologi dan fungsi lahan, penimbunan tanah kupasan, penimbunan limbah pengolahan dan

jaringan infrastrukturnya, seperti lahan bekas tambang timah di Bangka, emas di PT Newmont Minahasa

Raya, emas dan tembaga di PT Freeport. Pengaruh terhadap ekologi juga mempengaruhi iklim dalam skala
lokal seperti yang terjadi di lokasi penambangan PT Batu Bara Bukit Asam (1996), berbagai mikro organisme

pada horizon top soil A dan B menjadi musnah, sehingga produktivitas dan stabilitas lahan menurun (Latifah,

2000). Menurut Hardiyanti (2000) dalam penelitiannya di PT Freeport, luas wilayah operasi penambangan

juga merupakan salah satu faktor yang menyebabkan munculnya kerusakan ekologi yang besar pasca

tambang, terjadi pemborosan sumberdaya tambang yang cukup besar, serta musnahnya keanekaragaman

hayati.

Pengaruh penambangan di bidang sosial ekonomi sangat terasa menjelang dan berhentinya operasi

perusahaan, seperti pendapatan masyarakat menurun, terjadi pemutusan tenaga kerja, tidak adanya lapangan

kerja, pola produksi dan konsumsi menurun, pendapatan dan penerimaan pemerintah dari pajak tambang dan

retribusi menurun. Dampak lanjutannya yaitu konflik antar etnis, konflik budaya, konflik tanah, kemiskinan

dan pengangguran, persepsi negatif terhadap perusahaan, kualitas hidup, partisipasi dan peranan wanita.

Menurut Noor (2006) permasalahan yang kerapkali terjadi pada kegiatan eksplorasi dan eksploitasi

sumberdaya mineral adalah terjadinya penurunan kualitas lingkungan seperti pencemaran pada tanah, polusi

udara, dan hidrologi air. Beberapa contoh lokasi tambang yang telah mengalami penurunan kualitas

lingkungan, antara lain tambang timah di Pulau Bangka, tambang batu bara di Kalimantan Timur, tambang

Emas di Sumbawa Barat, tambang nikel di Sulawesi dan tambang tembaga di Papua. Pembukaan lapisan

tanah yang subur pada saat penambangan, dapat mengakibatkan daerah yang semula subur menjadi daerah

yang tandus. Diperlukan waktu yang lama untuk mengembalikan tanah tandus menjadi subur kembali.

Lubang-lubang bekas penambangan mengganggu pemandangan, flora dan fauna tidak lagi dapat

memanfaatkan lahan tersebut, dan genangan air yang terdapat pada lubang tersebut menimbulkan penyakit

baru. Polusi dan degradasi lingkungan terjadi pada semua tahap dalam aktivitas pertambangan. Tahap tersebut

dimulai pada tahap prosesing mineral dan semua aktivitas yang menyertainya seperti penggunaan peralatan

survei, bahan peledak, alat-alat berat, limbah mineral padat yang tidak dibutuhkan (Noor, 2006).

Lain lagi dengan kerusakan lingkungan di Papua oleh Freeport Indonesia. Pada tahun 1988, Freeport mulai

mengeruk cadangan raksasa lainnya, Grasberg, yang masih berlangsung saat ini. Dari eksploitasi kedua

wilayah ini, sekitar 7,3 juta ton tembaga dan 724, 7 juta ton emas telah mereka keruk. Pada bulan Juli 2005,

lubang tambang Grasberg telah mencapai diameter 2,4 kilometer pada daerah seluas 499 ha dengan

kedalaman 800m. Kekayaan alam tersebut tidak merata tersebar untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat Papua. Pada tahun 2002, BPS mencatat sekitar 41 persen penduduk Papua dalam kondisi miskin,

dengan komposisi 60% penduduk asli dan sisanya pendatang. Pada tahun 2005, Kemiskinan rakyat di Provinsi
Papua, yang mencapai 80,07% atau 1,5 juta penduduk. Hampir seluruh penduduk miskin Papua adalah warga

asli Papua. Jadi penduduk asli Papua yang miskin adalah lebih dari 66% dan umumnya tinggal di pegunungan

tengah, wilayah Kontrak Karya Frepoort. Kepala Biro Pusat Statistik propinsi Papua JA Djarot Soesanto,

merelease data kemiskinan tahun 2006, bahwa setengah penduduk Papua miskin (47,99 %). Freeport telah

membuang tailing dengan kategori limbah B3 (Bahan Beracun Berbahaya) melalui Sungai Ajkwa. Limbah ini

telah mencapai pesisir laut Arafura. Tailing yang dibuang Freeport ke Sungai Ajkwa melampaui baku mutu

total suspend solid (TSS) yang diperbolehkan menurut hukum Indonesia. Limbah tailing Freeport juga telah

mencemari perairan di muara sungai Ajkwa dan mengontaminasi sejumlah besar jenis mahluk hidup serta

mengancam perairan dengan air asam tambang berjumlah besar.

C. Solusi permasalahan pertambangan di Indonesia

Anda mungkin juga menyukai