Anda di halaman 1dari 15

A.

Pancasila Sebagai Dasar Negara


Dasar negara dapat berupa suatu falsafah yang dapat merangkum atau
menyimpulkan kehidupan dan cita-cita bangsa dan negara Indonesia yang
merdeka. Dasar negara merupakan fondasi atau landasan yang kuat dan kokoh
serta tahan terhadap segala gangguan, hambatan maupun rintangan dari dalam
maupun dari luar, sehingga bangunan gedung di atasnya dapat berdiri dengan
kokoh dan kuat. Bangunan itu ialah Negara Republik Indonesia yang ingin
mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur.
Tujuan dirumuskannya Pancasila oleh para pendiri negara adalah sebagai
dasar negara Republik Indonesia. Hal ini sesuai apa yang dikatakan oleh
Radjiman Widyodiningrat bahwa hakikat Pancasila adalah sebagai dasar negara.
Demikian pula Muhammad Yamin, Mr. Soepomo dan Ir. Soekarno juga
menyebutkan perlu adanya dasar negara Indonesia yang merdeka yaitu
Pancasila. Dengan demikian, para pelaku sejarah memang berniat merumuskan
Pancasila sebagai landasan negara, sebagai falsafah negara dan ideologi negara
dan tidak ada niatan lainnya.
Ditinjau dari asal-usulnya, kata “Pancasila” berasal dari bahasa Sanskerta
yang mengandung dua suku kata, yaitu panca dan syila. Panca berarti lima dan
syila dengan huruf i yang dibaca pendek mempunyai arti sendi, dasar, alas atau
asas. Sedangkan syila dengan pengucapan i panjang (syiila) berarti peraturan
tingkah laku yang baik, utama atau yang penting. Dengan demikian Pancasila
dapat diartikan berbatu sendi lima, atau lima tingkah laku utama, atau
pelaksanaan lima kesusilaan Pancasyila Krama).
Apabila ditinjau dari segi kesejarahan (historis), istilah Pancasila pertama
kali ditemukan dalam agama Budha. Dalam Kitab Tri Pitaka Pancasila diartikan
sebagai lima aturan kesusilaan yang dipatuhi dan dilaksanakan oleh seluruh
penganut agama Buddha. Dalam Kitab Vinaya Pitaka, yang merupakan salah
satu bagian dari Kitab Tri Pitaka, disebut ada lima pantangan atau lima larangan
yang wajib dihindari oleh setiap pemeluk Budha, yaitu: menghindari
pembunuhan, menghindari pencurian, menghindari perzinaan, menghindari
kebohongan, menghindari makanan dan minuman yang memabukkan yang
menyebabkan ketagihan.
Masuknya agama Buddha ke Indonesia turut membawa ajaran nilai-nilai
Pancasila tersebut. Pada masa kejayaan Kerajaan Majapahit di bawah Raja
Hayam Wuruk istilah Pancasila dimasukkan dalam kitab Negara-kertagama
karya Empu Prapanca. Dalam buku tersebut dituliskan “Yatnanggegwani
Pancasyiila Kertasangskarbhisekaka Krama” yang artinya Raja menjalankan ke
lima pantangan (Pancasila) dengan setia.
Istilah Pancasila juga dapat kita jumpai dalam sebuah kitab Sutasoma
karya Empu Tantular. Dalam buku itu terdapat istilah Pancasila yang diartikan
sebagai pelaksanaan kesusilaan yang lima (Pancasila Krama), yaitu:
 Tidak boleh melakukan kekerasan
 Tidak boleh mencuri
 Tidak boleh berwatak dengki
 Tidak boleh berbohong
 Tidak boleh mabuk minuman keras.
Untuk mengetahui makna Pancasila sebagai dasar Negara Dasar kita harus
mengetahui makna dari dasar Negara itu sendiri. Dasar negara dapat berupa
suatu falsafah yang dapat merangkum atau menyimpulkan kehidupan dan cita-
cita bangsa dan negara Indonesia yang merdeka. Dasar negara merupakan
fondasi atau landasan yang kuat dan kokoh serta tahan terhadap segala
gangguan, hambatan maupun rintangan dari dalam maupun dari luar, sehingga
bangunan gedung di atasnya dapat berdiri dengan kokoh dan kuat. Bangunan itu
ialah Negara Republik Indonesia yang ingin mewujudkan suatu masyarakat
yang adil dan makmur.
Adapun sejarah perumusan Pancasila sebagai dasar Negara dapat diamati
dari sejarah perjuangan Bangsa Indonesia menjelang Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia. istilah Pancasila kembali mencuat ke permukaan menjelang
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Pada sidang BPUPKI (Badan Penyelidik
Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) yang pertama tanggal 1 Juni
1945, Ir. Soekarno dalam pidatonya mengatakan “ ... namanya bukan Panca
Dharma, tetapi saya namakan ini dengan petunjuk seorang teman kita ahli
bahasa, namanya Pancasila. Sila artinya asas atau dasar, dan di atas kelima dasar
itulah kita mendirikan negara Indonesia, kekal dan abadi.” Setelah berakhirnya
sidang BPUPKI tersebut dibentuklah Panitia Sembilan yang pada tanggal 22
Juni 1945 berhasil merumuskan “Piagam Jakarta”. (Baca sejarah perumusan dan
penetapan Pancasila sebagai dasar Negara pada materi kelas 7)
Pada tanggal 18 Agustus 1945, sehari setelah Indonesia merdeka, PPKI
(Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) menetapkan rumusan Pancasila
sebagai Dasar Negara Republik Indonesia sebagaimana terdapat Pembukaan
UUD 1945, alinea IV dengan urutan sebagai berikut:
a. Ketuhanan Yang Maha Esa
b. Kemanusiaan yang adil dan beradab
c. Persatuan Indonesia
d. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
e. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Pancasila sebagai dasar negara mengandung arti bahwa Pancasila
dipergunakan sebagai dasar (fundamen) untuk mengatur pemerintah negara atau
sebagai dasar untuk mengatur penyelengaraan negara. Dengan demikian
Pancasila merupakan kaidah negara yang fundamental, yang berarti hukum
dasar baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis dan semua peraturan
perundang-undangan yang berlaku dalam negara Republik Indonesia harus
bersumber dan berada di bawah pokok kaidah negara yang fundamental.
Dapat Kamu bayangkan apabila Negara kita tidak memiliki dasar Negara,
tentunya penyelenggaraan Negara tidak memiliki pegangan atau pedoman yang
kuat sehingga setiap warga Negara akan memiliki pegangan atau pedoman
tersediri yang pada ujung-ujungnya akhir melahirkan perpecahan.
Pancasila sebagai dasar negara berarti Pancasila menjadi dasar atau
pedoman dalam penyelenggaraan negara. Seandainya negara adalah sebuah
bangunan, maka Pancasila sebagai fondasi yang nantinya akan dijadikan tempat
berpijak bangunan-bangunan berikutnya. Dengan demikian, Pancasila dijadikan
dasar dan tonggak dalam pembuatan segala peraturan perundang-undangan
negara serta berbagai peraturan lainnya yang mengatur di berbagai bidang
kehidupan baik politik, ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, maupun
pertahanan dan keamanan.
Dalam Pembukaan UUD 1945 alinea ke IV dengan jelas dinyatakan
bahwa Pancasila adalah dasar negara. Dengan demikian Pancasila merupakan
nilai dasar yang normatif terhadap seluruh penyelenggaraan Negara Republik
Indonesia. Dengan perkataan lain Pancasila merupakan dasar falsafah negara
atau ideologi negara, karena memuat norma-norma yang paling mendasar untuk
mengukur dan menentukan keabsahan bentuk-bentuk penyelenggaraan negara
serta kebijaksanaan-kebijaksanaan penting yang diambil dalam proses
pemerintahan
Kedudukan Pancasila sebagai dasar Negara menempatkan Pancasila
sebagai sumber hukum yang paling utama bagi segala perundang-undangan
yang akan dibuat dan digali. Hal ini ditegaskan dalam Undang-Undang Nomor
12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan bahwa
Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum negara. Penempatan
Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum negara adalah sesuai
dengan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945. Pancasila ditempatkan sebagai dasar dan ideologi negara serta sekaligus
dasar filosofis bangsa dan negara sehingga setiap materi muatan peraturan
perundang-undangan tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila
Penegasan fungsi Pancasila sebagai dasar Negara dan sumber hukum juga
dapat ditemukan dalam UU Keormasan Tahun 1985, yaitu UU No. 5 Tahun
1985 tentang keharusan semua kekuatan politik mencantumkan Pancasila
sebagai satu-satunya asas dalam anggaran dasarnya. Selain itu. UU No.8 Tahun
1985 juga mengharuskan semua organisasi sosial kemasyarakatan
mencantumkan Pancasila sebagai satu-satunya asas. Berdasarkan kedua
Undang-undang tersebut, Pancasila tidak hanya dianggap sebagai dasar negara,
tetapi juga sebagai Anggaran Dasar (AD bagi seluruh organisasi politik,
kemasyarakatan maupun sosial keagamaan.
Berdasar uraian di atas, manfaat utama dijadikannya pancasila sebagai
dasar Negara adalah untuk memberi pedoman bagi bangsa dan negara untuk
mencapai tujuannnya melalui berbagai realisasi pembangunan serta menjadi alat
pemersatu, artinya Pancasila dapat mempersatukan orang dari berbagai agama,
suku bangsa, ras dan golongan.
Selain sebagi dasar negara, Pancasila juga sebagai ideologi Negara
Kesatuan Republik Indoesia. Pancasila sebagai ideologi Pancasila mengandung
penegrtian bahwa Pancasila merupakan ajaran, gagasan, doktrin, teori atau ilmu
yang diyakini kebenarannya dan dijadikan pandangan hidup bangsa Indonesia
dan menjadi pentunjuk dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi
masyarakat, bangsa dan negara Indonesia.
Dengan demikian ideologi Pancasila merupakan ajaran, doktrin, teori
dan/atau ilmu tentang cita-cita (ide) bangsa Indonesia yang diyakini
kebenarannya dan disusun secara sistematis serta diberi petunjuk dengan
pelaksanaan yang jelas.
Pancasila sebagai tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 memenuhi
persyaratan sebagai suatu ideologi, karena Pancasila memuat ajaran, doktrin dan
atau gagasan (ide) bangsa Indonesia yang di yakini kebenarannya dan disusun
secara sistematis dan diberi petunjuk pelaksanaannya.
Sebagai ideologi negara, Pancasila berperan sebagai ideologi terbuka.
Ideologi terbuka mengandung pengertian ideologi yang dapat berinteraksi
dengan perkembangan zaman yang ditandai adanya dinamika secara internal.
Keterbukaan ideologi Pancasila terutama dalam penerapannya yang berbetuk
pola pikir yang dinamis dan konseptual dalam dunia nodern.
Dalam implementasinya Pancasila mengandung tiga tingkat nilai, yaitu
nilai dasar yang tidak berubah yakni lima sila Pancasila, nilai instrumental
sebagai sarana mewujudkan nilai dasar yang dapat berubah sesuai dengan
keadaan, dan nilai praksis berupa pelaksanaan secara nyata yang sesungguhnya.
Sekalipun demikian, perwujudan ataupun pelaksanaan nilai-nilai instrumental
dan nilai-nilai prsksis harus tetap mengandung jiwa dan semangat yang sama
dengan nilai dasarnya.
B. Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa
Adapun yang dimkasud Pancasila sebagai pegangan hidup, pedoman
hidup, petunjuk hidup dan jalan hidup (way of life). Sebagai pandangan hidup
bangsa, Pancasila berfungsi sebagai pedoman atau petunjuk dalam kehidupan
sehari-ahari. Ini berati, Pancasila sebagai pandangan hidup merupakan petunjuk
arah semua kegiatan atau aktivitas hidup dan kehidupan di segala bidang
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa merupakan kristalisasi nilai-
nilai yang hidup dalam masyarakat Indonesia. Sebagai pandangan hidup bangsa,
Pancasila selalu dijunjung tinggi oleh setiap warga masyarakat, karena
pandangan hidup Pancasila berakar pada budaya dan pandangan hidup
masyarakat Indonesia. Pandangan hidup yang ada dalam masyarakat Indonesia
menjelma menjadi pandangan hidup bangsa yang dirintis sejak jaman Sriwijaya
hingga Sumpah Pemuda 1928. Kemudian diangkat dan dirumuskan oleh para
pendiri negara ini serta disepakati dan ditentukan sebagai dasar negara Republik
Indonesia. Dalam pengertian yang demikian, maka Pancasila selain sebagai
pandangan hidup negara, sekaligus juga sebagai ideologi negara.
Pandangan hidup yang dimiliki bangsa Indonesia bersumber pada akar
budaya dan nilai-nilai religius sebagai keyakinan bangsa Indonesia, maka
dengan pandangan hidup yang diyakini inilah bangsa Indonesia dapat dan
mampu memandang dan memecahkan masalah yang dihadapi secara tepat.
Pandangan hidup bagi suatu bangsa mempunyai arti menuntun, sebab dengan
pandangan hidup yang dipegang teguh maka bangsa tersebut memiliki landasan
fundamental yang menjadi pegangan dalam memecahkan masalah-masalah yang
dihadapi.
Dengan pandangan hidup yang jelas, bangsa Indonesia akan memiliki
pegangan dan pedoman bagaimana mengenal serta memecahkan berbagai
masalah politik, sosial budaya, ekonomi, hukum dan persoalan lainnya dalam
gerak masyarakat yang semakin maju. (Kaelan. 2000: 197).
Sebagai pandangan hidup bangsa, di dalam Pancasila terkandung konsep
dasar kehidupan yang dicita-citakan serta dasar pikiran terdalam dan gagasan
mengenai wujud kehidupan yang dianggap baik. Oleh karena itulah Pancasila
harus menjadi pemersatu bangsa yang tidak boleh mematikan keanekaragaman
yang ada sebagai Bhinneka Tunggal Ika. Dengan demikian Pancasila merupakan
cita-cita moral bangsa yang memberikan pedoman dan kekuatan rohaniah bagi
tingkah laku hidup sehari-hari dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Dengan Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa
maka segala daya upaya bangsa Indonesia dalam membangun dirinya akan
terarah sesuai garis pedoman dari pandangan hidup bangsa Indonesia.
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa dan negara dapat disebut pula
sebagai ideologi bangsa dan negara. Sebagai ideologi, Pancasila diangkat dari
nilai-nilai adat istiadat, kebudayaan serta nilai religius yang terdapat dalam
pandangan hidup masyarakat Indonesia. Ideologi memiliki arti pengetahuan
tentang ide-ide. Di samping memiliki arti pengetahuan tentang ide-ide, ideologi
juga mencakup arti pengertian-pengertian dasar, gagasan-gagasan dan cita-cita.
Di dalam perkembangannya ideologi memiliki arti yang berbeda-beda, seperti
misalnya Karl Marx mengartikan ideologi sebagai pandangan hidup yang
dikembangkan berdasarkan kepentingan golongan atau kelas sosial tertentu
dalam bidang politik atau sosial ekonomi. (Kaelan. 2000: 201). Gunawan
Setiardja (1993:19) mengemukakan bahwa ideologi adalah seperangkat ide asasi
tentang manusia dan seluruh realitas yang dijadikan pedoman dan cita-cita
hidup.
Berdasar uraian di atas, manfaat dijadikannya pancasila sebagai
pandangan hidup bangsa antara lain untuk 1) mengatasi berbagai konflik atau
ketegangan sosial, artinya ideologi dapat meminimalkan berbagai perbedaan
yang ada dalam masyarakat dengan simbol-simbol atau semboyan tertentu.; 2)
menjadi sumber motivasi, artinya ideologi dapat memberi motivasi kepada
seseorang, kelompok orang atau masyarakat untuk mewujudkan cita-citanya,
gagasan dan ide-idenya dalam kehidupan nyata., dan 3) Menjadi sumber
semangat dalam mendorong individu dan kelompok untuk berusaha
mewujudkan nilai-nilai yang terkadung di dalam ideologi itu sendiri serta untuk
menjawab dan menghadapi perkembangan global dan menjadi sumber insiparsi
bagi perjungan selanjutnya
Selaian sebagai Pandangan Hidup Bangsa, Pancasila juga sebagai
Keprinadian Bangsa. Ini berati, sebagai halnya bendera merah putih sebagai ciri
khas bangsa atau negara Indonesia yang membedakan dengan bangsa atau
negara lain, Pancasila juga merupakan ciri khas bang Indonesia yang tercermin
dalam sikap, tingkah laku, dan perbuatan yang senantiasa selaras, serasi dan
seimbang sesuai deng nilai-nilai Pancasila itu sendiri.

C. Nilai-Nilai Pancasila Sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa


Dalam Kehidupan Sehari-Hari
Nilai-nilai Pancasila yang terdapat dalam buku Negarakertagama
karangan Mpu Prapanca dan buku Sutasoma karangan Mpu Tantular adalah
pelaksanaan kesusilaan yang lima (Pancasila Karma), yaitu: 1) Tidak boleh
melakukan kekerasan; 2) Tidak boleh mencuri; 3) Tidak boleh berjiwa dengki:
4) Tidak boleh berbohong dan 5) Tidak boleh mabuk dan minuman keras.
Dalam kehidupan kenegaraan Pancasila berisi cita-cita atau idealisme
bangsa Indonesia untuk menggapai masa depan. Ia (Pancasila) lahir dari nilai-
nilai budaya dan religi bangsa Indonesia yang sudah hidup berabad-abad
lamanya. Oleh karena itu, nilai-nilai Pancasila harus menjiwai setiap tindakan
dan perilaku warga negara dan pemerintah. Nilai-nilai tersebut diantaranya:
 Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
Nilai-nilai yang terkandung dalam sila Ketuhana Yang Maha Esa,
diantaranya:
1. Percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama
dan kepercayaannya
2. Hormat menghormati dan bekerjasama antar pemeluk agama
3. Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah
4. Tidak memaksakan suatu agama kepada orang lain
 Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab
Nilai-nilai yang terkandung dalam sila Kemanusiaan yang adil dan beradab,
diantaranya:
1. Mengakui persamaan harkat (nilai manusia), derajat (kedudukan
manusia), dan martabat manusia (harga diri) sebagai mahluk Tuhan Yang
Maha Esa
2. Saling mencintai sesama manusia
3. Tidak semena-mena terhadap orang lain
4. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan
5. Berani membela kebenaran dan keadilan
6. Menjungjung tinggi nilai-nilai kemanusiaaan
7. Hormat mengormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.
 Sila Persatuan Indonesia
Nilai-nilai yang terkadung dalam sila Persatuan Indonesia, diantaranya:
1. menempatkan persatuan, kesauan, kepentingan dan keselamatan bangsa
dan negara di atas kepentingan pribadi dan golongan.
2. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara
3. Cinta tanah air dan bangsa
4. Bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia
5. Dalam masyarakat yang ber-Bhinneka Tunggal Ika harus dapat
mengembangkan pergaulan yang mengutamakan persatuan dan kesatuan
bangsa.
 Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
Nilai-nilai yang terkandung dalam Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan, antara lain:
1. Tidak memaksakan suatu kehendak atau pendapat kepada orang lain.
2. Mengutamakan musyawarah atau kesepakatan bersama dalam
mengambil keputusan
3. Musyawarah ataupun proses pengambilan keputusan dengan cara lainnya
harus diliputi oleh semangat kekeluargaan
4. Musyawarah ataupun proses pengambilan keputusan dengan cara lainnya
harus dilakukan dengan akal sehat
5. Warga negara harus memiliki itikad baik dan tanggung jawab untuk
melaksanakan suatu hasil musyawarah atau keputusan bersama
6. Keputusan yang diambil dalam musyawarah atau dengan cara lainnya
harus dapat dipertanggung jawabkan secara moral kepada Tuhan Yang
Maha Esa
 Sila Kedilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Nilai-nilai yang terkadung dalam sila Kedilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia, antara lain:
1. Kekeluragaan dan kegotongroyongan
2. Bersikap adil
3. Menghormati hak orang lain, dan selalu berusaha menjaga keseimbangan
antara hak dan kewajiban
4. Suka memberi pertolongan kepada orang lain
5. Menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain
6. Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan orang lain
7. Mengembangkan hidup sederhana, tidak bergaya hidup mewah, tidak
bersikap boros dan suka bekerja keras
8. Menghargai hasil karya orang lain
Lebih lengkap lagi, nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara dan
pandangan hidup bangsa dalam kehidupan sehari-hari sesungguhnya dapat
ditemukan dalam Butir-butir Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila.
Butir-butir P4 merupakan contoh minimal implementasi nilai-nilai Pancasila
dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, isi butir butir butir P4 (Pedoman
Penghayatan dan Pengamalan Pancasila) dapat dijadikan bahan pembelajaran
untuk dijadikan contoh dalam pengamalan atau implementasi nilai-nilai
Pancasila. Sebagai contoh minimal tentu setiap siswa, guru, maupun seluruh
warga Negara Indonesia dimungkinkan untuk mengembangkan contoh lain yang
tidak bertentangan dengan nilai-nilai dasar Pancasila itu sendiri.
Adapun isi butir butir P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila) adalah sebagai berikut
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
(1) Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketaqwaannya
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
(2) Manusia Indonesia percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab.
(3) Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara
pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap
Tuhan Yang Maha Esa.
(4) Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
(5) Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah
yang menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha
Esa.
(6) Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan
ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.
(7) Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa kepada orang lain.
2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
(1) Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan
martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
(2) Mengakui persamaan derajad, persamaan hak dan kewajiban asasi setiap
manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturrunan, agama, kepercayaan,
jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya.
(3) Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
(4) Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.
(5) Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.
(6) Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
(7) Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
(8) Berani membela kebenaran dan keadilan.
(9) Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat
manusia.
(10)Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan
bangsa lain.
3. Persatuan Indonesia
(1) Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan
keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas
kepentingan pribadi dan golongan.
(2) Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa
apabila diperlukan.
(3) Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
(4) Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air
Indonesia.
(5) Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial.
(6) Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.
(7) Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.

4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan/Perwakilan
(1) Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia
mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama.
(2) Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
(3) Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk
kepentingan bersama.
(4) Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat
kekeluargaan.
(5) Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai
sebagai hasil musyawarah.
(6) Dengan i’tikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan
melaksanakan hasil keputusan musyawarah.
(7) Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas
kepentingan pribadi dan golongan.
(8) Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani
yang luhur.
(9) Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara
moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan
martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan mengutamakan
persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama.
(10) Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk
melaksanakan pemusyawaratan.
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
(1) Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan
suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.
(2) Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
(3) Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
(4) Menghormati hak orang lain.
(5) Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.
(6) Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat
pemerasan terhadap orang lain.
(7) Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan
dan gaya hidup mewah.
(8) Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau
merugikan kepentingan umum.
(9) Suka bekerja keras.
(10) Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi
kemajuan dan kesejahteraan bersama.
(11) Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang
merata dan berkeadilan sosial.
Bagaimanakah mengimplementasikan Pancasila dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara? Implementasi Pancasila berarti menjabarkan nilai-nilai
Pancasila dalam bentuk norma-norma, serta merealisasikannya dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam implementasi ini, penjabaran nilai-
nilai Pancasila dalam bentuk norma-norma, dijumpai dalam bentuk norma
hukum, kenegaraan, dan norma-norma moral. Sedangkan realisasinya
dikaitkan dengan tingkah laku semua warga negara dalam masyarakat, serta
seluruh aspek penyelenggaraan negara. Ada dua macam implementasi
Pancasila, yakni:
a. Implementasi Pancasila secara objektif
Adalah pelaksanaan nilai-nilai Pancasila dalam penyelenggaraan negara,
baik legislatif, eksekutif, yudikatif maupun semua bidang kenegaraan
lainnya. Konkritnya pelaksanaan Pancasila dalam:
1) Hukum dan perundang-undangan.
2) Pemerintahan.
3) Politik dalam negeri dan luar negeri.
4) Pertahanan dan keamanan.
5) Kesejahteraan.
6) Kebudayaan.
7) Pendidikan dan sebagainya.
b. Implementasi Pancasila secara subjektif
Implementasi Pancasila secara subjektif adalah pelaksanaan nilai-
nilai Pancasila dalam setiap pribadi, perseorangan, setiap warga negara,
setiap individu, setiap penduduk, setiap orang Indonesia. Pelaksanaan
secara subjekif ini lebih berkaitan dengan norma-norma moral. Jika
aktualisasi Pancasila yang subyektif ini telah tercapai, berarti nilai-nilai
Pancasila telah melekat dalam hati sanubari bangsa Indonesia, dan yang
demikian itu disebut dengan kepribadian Pancasila. Dengan demikian,
maka bangsa Indonesia telah memiliki suatu ciri khas, sehingga bangsa
Indonesia berbeda dengan bangsa lainnya. Pelaksanaan Pancasila yang
subjektif lebih penting artinya jika dibandingkan dengan pelaksanaan
Pancasila yang objektif. Hal ini disebabkan karena pelaksanaan Pancasila
secara subjektif ini merupakan persyaratan keberhasilan pelaksanaan
Pancasila secara objektif.

D. Membiasakan Perilaku sesuai Nilai-nilai Pancasila dalam Berbagai


Kehidupan
Contoh pengamalan Pancasila dalam lingkungan keluarga, antara lain:
1. Anak harus berbakti kepada orang tua
2. Orang tua harus menyayangi dan mendidik anak-naknya
3. Selalu beribadah tepat waktu
4. Saling menghormati antar sesama anggota keluarga
5. Saling menyayangi dan melindungi anggota keluarga
6. Saling membantu antar anggota keluarga
7. Bersikap adil di antar anggota keluarga
8. Mengerjakan tugas rumah bersama-sama
9. Ikut bermusyawarah bersama anggota keluarga
10. Selalu menjaga nama baik keluarga
Contoh pengamalan Pancasila dalam lingkungan sekolah, antara lain:
1. Menghormati teman yang berbeda agama
2. Selalu rukun walaupun dengan teman yang berbeda agama
3. Menjalankan perintah agama masing-masing
4. Melakukan kewajiban sebagai seorang siswa
5. Menolong teman yang kesusahan
6. Belajar dengan giat agar dapat membanggakan nama baik sekolah .
7. Segala suatu hal yang diperdebatkan langsung diselesaikan dengan cara
musyawarah
8. Tidak memaksakan kehendak dalam berdiskusi
9. Bergotong royong dalam membersihkan lingkungan sekolah
10. Bersikap adil dalam membagi sesuatu kepada temen
Contoh pengamalan Pancasila dalam Lingkungan Masyarakat, antara lain:
1. Menghormati anggota masyarakat lain yang berbeda agama dengan kita
2. Tidak mengganggu anggota masyarakat yang sedang melakukan ibadah
3. Tidak mengejek / mencela antar anggota atau kelompok masyarkat
4. Tidak membeda-bedakan anggota masyarakat dalam pergaulan
5. Tolong menolong antara anggota masyarakat
6. Ikut serta dalam kegiatan kemasyarakat
7. Mengembangan musyawarah untuk mengambil keputusan bersama
8. Ikut serta menjaga ketertiban dan keamanan lingkungan
9. Bersikap adil jika mendapat tugas membagi sesuatu untuk masyarakat
10. Berpartisipasi aktif dalam kegiatan yang diselenggarakan pemerintah

Anda mungkin juga menyukai