Bab II Print
Bab II Print
TINJAUAN PUSTAKA
Biodiesel 5%
No Tekanan Nosel Jumlah D min D max Luas
Butir Total
(Bar) (n) (μm) % (μm) % (𝛍𝐦)𝟐
1 90 3509 2.31 48.45 30.51 0.03 13972.01
2 100 3713 2.31 22.48 22.48 0.03 15347.55
3 110 3947 2.31 15.30 15.30 0.03 16362.12
4 120 4233 2.31 52.68 23.29 0.02 17154.09
5 130 3806 2.31 52.68 23.86 0.03 15786.12
Sumber: Wibawa (2015)
Pada penelitian Wardana et al (2016) tentang kecepatan pembakaran premixed camp-
uran minyak jarak liquefied petroleum gas (LPG) pada circular tube burner pada
penelitiannya menjelaskan bahwa nyala api berwarna biru menandakan pembakaran yang
terjadi mendekati stoikiometrinya dimana sebagian besar didominasi pembakaran premixed.
5
6
Nyala api biru bewarna tebal merupakan api premixed akibat campuran bahan bakar dan
udara yang disuplai dari kompresor. Sedangkan nyala api biru tipis merupakan pembakaran
difusi dengan udara lingkungan sekitar. Semakin mendekati nilai equivalence ratio = 1
menyebabkan nyala api lebih terang, hal ini dikarenakan pembakaran mendekati kondisi
stoikiometrinya.
Gambar 2.3 Konsentrasi oksigen saat extinction api premiks pada variasi prosentase CO2 dan massa
alir gas reaktan
Sumber: Sasongko dan Wijayanti (2015)
Tamadonfar & Gulder (2014) juga menyatakan bahwa dalam penelitiannya mengenai
flame brush characteristic and burning velocities of premixed turbulent methane/air bunsen
7
flames bahwa semakin tinggi rasio ekuivalen dalam bahan bakar maka semakin kaya bahan
bakar tersebut sehingga flame height semakin besar. Hal ini dipengauhi oleh perbandingan
AFRstoikiometri dengan AFRactual. Gambar 2.4 menjelaskan pengaruh panjang api terhadap
ekuivalen rasio.
banyak lagi. Minyak bumi merupakan campuran alami hidrokarbon cair dengan sedikit
sulfur, nitrogen, oksigen, sedikit metal, dan mineral (Wiratmaja, 2010).
3. Bahan bakar gas ada dua jenis, yakni Compressed Natural Gas (CNG) dan Liquid
Petroleum Gas (LPG. CNG pada dasarnya terdiri dari metana sedangkan LPG adalah
campuran dari propana, butana dan bahan kimia lainnya. LPG yang digunakan untuk
kompor rumah tangga, sama bahannya dengan Bahan Bakar Gas yang biasa digunakan
untuk sebagian kendaraan bermotor. (Ardhany, 2016)
2.3 Pembakaran
Menurut Wardana (2008) pembakaran dapat diartikan sebagai reaksi oksidasi sangat
cepat bahan bakar dengan oksidator yang akan menimbulkan panas dan nyala. Sementara
oksidator merupakan substansi yang mengandung oksigen (contohnya udara) yang nantinya
dapat bereaksi dengan bahan bakar. Pembakaran menghasilkan nyala dan panas, sehingga
disebut proses oksidasi eksotermis.
Untuk terjadinya proses pembakaran diperlukan bahan bakar, pengoksidasi
(oksigen/udara), serta panas atau energi aktivasi. Panas diperlukan sebagai pengaktif
molekul-molekul bahan bakar yang disebut sebagai energi aktivasi. Campuran bahan bakar
dan udara harus dinyalakan terlebih dahulu agar terjadi proses pembakaran. Penyalaan ini
harus memenuhi temperatur penyalaan untuk memulai pembakaran. Selain itu campuran
dalam konsentrasi yang cukup juga diperlukan. Batas konsentrasi antarabahan bakar dan
udara harus sesuai atau cukup untuk terjadinya pembakaran. Apabila campuran terlalu kaya
bahan bakar proses penyalaan tidak dapat terjadi. Begitu pula bila dalam kondisi miskin
bahan bakar.
Persamaan reaksi pembakaran secara umum dituliskan sebagai berikut.
Bahan Bakar + Oksidator → Produk Pembakaran
(Reaktan)
Gambar 2.6 Kontur yang ditunjukkan dari daerah jelaga dan pembentukan NOx sebagai fungsi dari
bahan bakar/udara rasio ekuivalen dan temperatur api
Sumber: Westlye (2016:33)
Deskripsi konseptual dari proses pembakaran diesel, diilustrasikan pada Gambar 2.7
yang direalisasikan oleh Flynn et al melalui berbagai pengukuran dalam mesin optik. Ketika
bahan bakar cair diinjeksikan dengan kecepatan tinggi melalui sebuah injector nozzle ke
lingkungan, Proses pemecahan yang disebutkan diatas membentuk semprotan padat droplet
kecil. Momentum semprotan menyebabkan gas sekitarnya masuk ke dalam semprotan dan
droplet menggunakan energi dari gas ambient untuk menguap. Proses ini dimulai dari saat
injeksi hingga 4,5 Crank Angle Degrees (CAD) setelah mulai injeksi dan membentuk
selubung gas reaktif diujung semprotan. Pada kira-kira 5˚ setelah injeksi awal, bahan bakar
dalam campuran reaktif mulai terurai menjadi jelaga pada saatnya membentu Poli Aromatic
Hidrokarbon (PAH). Campuran bahan bakar dan udara yang terurai secara otomatis menyala
sekitar 6˚ setelah memulai injeksi. Penyalaan otomatis ini memulai nyala api difusi yang
mengelilingi kantung bahan bakar, cracked fuel, dan jelaga.
12
Gambar 2.7 Model konseptual dari proses pembakaran diesel dari titik injeksi hingga pengembangan
dari quasi-steady-flame
Sumber: Westyle (2016:32)
Api premixed yang kaya menstabilkan diantara campuran bahan bakar dan udara yang
masuk disekeliling nyala api difusi. Gambar 2.8 menjelaskan bahwa campuran bahan
bakar/udara, kecepatan jet, turbulensi, difusivitas termal diseimbangi dengan laju reaksi
lokal, atau kecepatan nyala, sehingga zona reaksi atau nyala api, stabil. Jarak dari nozzle ke
tempat tersebut dikenal sebagai panjang lift-off.
Gambar 2.8 Model konseptual dari quasi-steady spray flame api serupa dengan pembakaran yang
terjadi sebagian besar durasi pelepasan panas dalam mesin CI
Sumber: Westlye (2016:32)
13
2.4 Injektor/Nozzle
Injektor/nozzle adalah alat untuk memisahkan fluida atau minyak menjadi tetesan kecil
yang membutuhkan energi tertentu, energi yang diberikan melalui aliran yang memiliki
tekanan tinggi. Dengan aliran bertekanan tinggi dapat memecahkan minyak atau fluida
dengan kecepatan tertentu, tekanan dan kecepatan yang diberikan mencapai nilai tertentu
sehingga pada akhirnya memaksa fluida atau miyak melalui lubang nosel.
Gambar 2.11 Permisalan angka dan volume berdasarkan distribusi ukuran droplet pada posisi sauter
mean diameter dan diameter rata-rata penting lainnya
Sumber: Azzopardi (2011)
Namun, untuk banyak tujuan sebuah angka mencirikan ukuran droplet yang dibutuhkan.
Terkadang diameter median digunakan 50% lebih besar dari droplet (dalam jumlah atau
volume) median dan 50% lebih jecil. Ini biasanya diidentifikasikan sebagai D NM dan DVM.
Dalam beberapa kasus, diameter rata-rata aritmatik dapat cukup untuk menggambarkan
distribusi, tetapi karena luas permukaan droplet dan volume sebanding dengan kuadrat kubik
dari diameter.
Secara umum, mean diameter dapat didefinisikan sebagai:
16
1/(p-q)
∫ ∞ n(D)Dp dD
Dpq = [ ] ...............................................................................................(2-3)
∫ ∞ n(D)Dq dD
Sumber: Azzopardi (2011)
Atau dalam istilah dari finite number pada ukuran kelas diskrit
1/(𝑝−𝑞)
∑∞ ni 𝐷𝑖𝑝
Dpq = [∑𝑖=1
∞ ] ....................................................................................................(2-4)
ni 𝐷𝑖𝑞
𝑖=1
Sumber: Azzopardi (2011)
Diameter rata-rata dengan rasio volume ke permukaan yang sama dengan keseluruhan
ensemble (merupakan salah satu alogritma dalam pembelajaran mesin) dikenal sebagai
diameter rata-rata Sauter atau dikenal SMD (Sauter Mean Diameter).
bakar maka disebut sebagai pembakaran difusi. Sedangkan pembakaran premixed terjadi
dimana bahan bakar dan udara sudah bercampur terlebih dahulu secara mekanik sebelum
terjadi pembakaran. Pada penelitian ini jenis pembakaran yang digunakan adalah
pembakaran premixed.
perbandingan antara rasio bahan bakar-udara (FAR) aktual dengan rasio bahan bakar-udara
(FAR) teoritis, dapat dirumuskan sebagi berikut.
AFRt FARa
∅= = ...................................................................................................... (2-5)
AFRa FARt
Sumber: Wardana (2008)
Apabila ∅ > 1 maka terjadi kelebihan bahan bakar dan disebut sebagai campuran kaya
bahan bakar (fuel-rich mixture), jika ∅ < 1 campurannya disebut sebagai campuran miskin
bahan bakar (fuel-lean mixture), dan apabila ∅ = 1 merupakan campuran stoikiometri.
Gambar 2.14 Mekanisme kestabilan api premixed (a) Bagian kerucut api; (b) Gradien kecepatan api
dan reaktan
Sumber: Wardana (2008:171)
Dari Gambar 2.14 dapat kita lihat jika kecepatan api lebih besar dari kecepatan gas
reaktan maka api mendekati mulut nozzle, sedangkan jika kecepatan api lebih kecil dari
kecepatan reaktan maka api menjauhi mulut nozzle. Api yang mendekati mulut nozzle adalah
20
peristiwa flashback, sedangkan gerakan api yang menjauhi mulut nozzle adalah peristiwa
blow-off. Baik flashback maupun blow-off merupakan ketidakstabilan api. Peristiwa ini juga
dapat dijelaskan dengan grafik perpotongan antara garis kecepatan gas reaktan dan garis
kecepatan pembakaran. Kondisi pembakaran yang stabil dapatterjadi jika garis kecepatan
reaktan menyinggung garis kecepatan pembakaran.
2.16 Blow-off
Blow-off merupakan suatu keadaan dimana nyala api padam akibat dari batas kecepatan
aliran lebih besar dari laju nyala atau kecepatan pembakaran. Kondisi seperti ini juga sangat
dihindari. Penelitian tentang blow-off yang dilakukan bersamaan dengan kondisi lift-off
menunjukkan bahwa pada fraksi massa bahan bakar yang rendah maka kecepatan blow off
juga menurun secara linier menjadi lebih rendah dari kecepatan aliran saat lift-off. Hal ini
yang mengakibatkan pada fraksi massa bahan bakar yang rendah tidak dapat terjadi lift-off
karena nyala langsung blow-off tanpa sempat mengalami lift-off. Sebaliknya pada kecepatan
aliran yang tinggi dan bilangan Reynold yang tinggi mendekati blow-off dapat terjadi
‘residual flame’ dan padamnya api di lokasi nyala.
2.17 Hipotesis
Semakin besar aliran debit bahan bakar biodiesel dari beberapa variasi yang disajikan,
maka api yang dihasilkan secara visualisasi api semakin besar. Sehingga variasi tersebut
mempengaruhi tinggi, lebar, dan luasan api biru. Pada keadaan extinction, semakin besar
massa alir bahan bakar maka kebutuhan O2 dalam keadaan extinction akan semakin kecil.
22