Disusun oleh :
Kelompok B1 - 6
PENDAHULUAN
Setiap tahun, sekitar 20.000 wanita di Amerika Serikat menderita kanker ovarium.
Di antara wanita di Amerika Serikat, kanker ovarium adalah kanker paling umum yang
menduduki peringkat ke sepuluh dan penyebab utama kelima dari kematian akibat
kanker, setelah kanker paru dan bronkus, payudara, kolorektal, dan pankreas. Kanker
ovarium menyebabkan lebih banyak kematian daripada kanker lain pada sistem
reproduksi wanita, tetapi hanya menyumbang sekitar 3% dari semua kanker pada
wanita. Pada tahun 2014, sebanyak 21.161 wanita di Amerika Serikat didiagnosis
ovarium menempati urutan keenam penyakit kanker terbanyak yang diderita oleh
tingkat kelangsungan hidup lima tahun paling rendah dibandingkan kanker ginekologi
lainnya di dunia karena diagnosis dini yang sulit dilakukan, sehingga diagnosis dini
bergantung pada pengetahuan tentang profil pasien kanker ovarium di suatu daerah
Menurut data dari Center for Disease Control and Prevention (2017) didapatkan
bahwa kanker ovarium merupakan kanker ginekologi dengan tingkat five year survival
rate terendah dari kanker ginekologi di dunia, yaitu sebesar 43%. Hal ini disebabkan
oleh gejala kasus yang tidak spesifik dan beragam, serta tidak tersedianya alat
screening dengan spesifisitas, sensitivitas, dan harga yang sesuai. Dua per tiga pasien
saat ini terdiagnosis saat telah mencapai stadium III atau IV (Curley et al. 2011).
Padahal, apabila 75% kasus kanker ovarium terdeteksi pada stadium I atau II angka
Lebih dari 60% kasus baru dan sekitar 70% kematian akibat kanker di dunia setiap
tahunnya terjadi di Afrika, Asia dan Amerika Tengah dan Selatan. Diperkirakan kasus
kanker tahunan akan meningkat dari 14 juta pada 2012 menjadi 22 juta dalam dua
prevalensi tertinggi jenis kanker yang dialami oleh wanita sebanyak 19,3% adalah
Ketika kanker ovarium ditemukan pada tahap awal, pengobatan bekerja paling baik
(CDC 2017). Kanker ovarium pada stase dini menyebabkan gejala minimal,
nonspesifik, atau tidak ada gejala. Pasien mungkin merasakan massa perut. Sebagian
besar kasus didiagnosis pada stadium lanjut. Kanker ovarium epitelial hadir dengan
berbagai macam gejala yang tidak jelas dan tidak spesifik, seperti kembung (distensi
abdomen atau ketidaknyamanan), efek tekanan pada kandung kemih dan rektum,
sembelit, perdarahan pada vagina, gangguan pencernaan dan acid reflux, sesak napas,
kelelahan, berat badan turun, nyeri panggul dan perut. Gejala yang terkait dengan
penyakit stadium akhir termasuk gejala gastrointestinal seperti mual dan muntah,
konstipasi, dan diare. Presentasi dengan pembengkakan kaki karena trombosis vena
tidak jarang terjadi. Sindrom paraneoplastik karena faktor yang dimediasi tumor
Pemeriksaan dini, saat ini hanya dilakukan pada pasien dengan risiko tinggi, karena
pemeriksaan pada pasien dengan risiko sedang dinilai tidak praktis dan tidak
menurunkan angka kematian (Jelovac & Armstrong 2011) Pengetahuan tentang profil
pasien kanker ovarium di suatu daerah menjadi sangat penting untuk diketahui agar
pemeriksaan dilakukan pada populasi yang tepat (Buys et al. 2011) Padahal, profil
pasien kanker ovarium suatu daerah dapat mengalami perbedaan akibat perbedaan
budaya dan lingkungan yang dimiliki (Fuh et al. 2015). Beberapa penelitian
menyatakan umur tua, indeks masa tubuh tinggi, paritas rendah, dan riwayat
risiko kanker ovarium (Tsilidis et al. 2011) Selain itu, setiap tipe histopatologi dan
stadium kanker ovarium memiliki pilihan pemeriksaan penunjang dan respon terhadap
terapi yang berbeda, sehingga mengetahui profil tipe histopatologi dan stadium dapat
membantu klinisi dalam menentukan pemeriksaan dan pengobatan yang lebih baik
1.2.1. Bagaimana konsep teori mengenai Kanker Ovarium yang meliputi definisi,
Ovarium
1.3. TUJUAN
j. Menjelaskan dan dapat memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan Kanker
Ovarium
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1. PENGERTIAN
Kanker ovarium adalah tumor ganas pada ovarium (organ yang berfungsi dalam
produksi sel telur). Kanker ini merupakan 3 – 4 % dari seluruh jenis kanker pada
wanita. Secara umum, kanker ovarium adalah penyakit pada wanita post-menopause,
2.2. KLASIFIKASI
Ginecologic and Obstetrics (FIGO), kanker ovarium di bagi dalam 3 kelompok besar
sesuai dengan jaringan asal tumor dan kemudian masing-masing kelompok terdiri dari
Kanker yang berasal dari epitel permukaan merupakan golongan terbanyak dan
sebagian besar 85 % kanker ovarium berasal dari golongan ini. Lebih dari 80% kanker
ovarium epitel ditemukan pada wanita pascamenopause di mana pada usia 62 tahun
1. Karsinoma Serosa
Karsinoma ini merupakan keganasan epitel ovarium yang tersering ditemukan. Mudah
tersebar di kavum abdomen dan pelvis, irisan penampang tumor sebagai kistik solid.
Tumor jenis ini di bawah mikroskop menurut diferensiasi sel kanker dibagi menjadi
diferensiasi baik (benigna) yang memiliki percabangan papilar rapat, terlihat mitosis,
sel nampak anaplastik berat, terdapat invasi intersisial jelas, badan psamoma relatif
banyak. Pada kanker diferensiasi sedang (borderline) dan buruk (maligna) memiliki
lebih banyak area padat, papil sedikit atau tidak ada, dan badan psamoma tidak mudah
ditemukan.
2. Karsinoma Musinosa
Karsinoma jenis ini lebih jarang ditemukan dibanding karsinoma serosa. Sebagian
besar tumor multilokular, padat dan sebagian kistik, di dalam kista berisi musin
gelatinosa, jarang sekali tumbuh papila eksofitik, area solid berwarna putih susu atau
merah jambu, struktur rapat dan konsistensi rapuh. Tumor jenis ini di bawah mikroskop
dibagi menjadi tiga gradasi, di mana yang berdiferensiasi baik dan sedang memiliki
struktur grandular jelas, percabangan papila epitel rapat, terdpat dinding bersama
grandular, atipia inti sel jelas, terdapat invasi intersisial. Pada kanker diferensiasi buruk
struktur grandular tidak jelas, mitosis atipikal bertambah banyak, produksi musin dari
3. Karsinoma Endometroid
Kira-kira 20% kanker ovarium terdiri dari karsinoma endometroid. Sebagian besar
tumor berbentuk solid dan di sekitarnya dijumpai kista. Arsitek histopatologi mirip
dengan karsinoma endometrium dan sering disertai metaplasia sel skuamos. Lebih dari
dijumpai.
Tumor ini berasal dari duktus muleri. Pada umumnya berbentuk solid, sebagian
ada juga berbentuk kistik, warna putih kekuning-kuningan. Arsitek histopatologi terdiri
dari kelenjar solid dengan bagian papiler. Sitoplasma sel jernih dan sering dijumpai
hopnail appearance yaitu inti yang terletak di ujung sel epitel kelenjar atau tubulus.
5. Tumor Brenner
Tumor ini diduga berasal dari folikel. Biasanya solid dan berukuran 5-10 cm dan
hampir bersifat jinak. Tumor ini sering dijumpai insidentil pada waktu dilakukan
histerektomi.
Tumor ini lebih banyak pada wanita umur di bawah 30 tahun. Di antaranya :
1. Disgerminoma
Adalah tumor ganas sel germinal yang paling sering ditemukan, ukuran diameter
5-15 cm, berlobus-lobus, solid, potongan tumor berwarna abu-abu putih sampai abu-
abu cokelat dengan potongan mirip ikan tongkol. Kelompok sel yang satu dengan yang
lain dipisahkan oleh jaringan ikat tipis dengan infiltrasi sel radang limfosit. Gambaran
histopatologi mirip dengan seminoma testis pada laki-laki. Neoplasma ini sensitif
terhadap radiasi. Tumor marker untuk disgerminoma adalah serum Lactic
Berasal dari tumor sakus vitelinus/yock sac dari embrio. Usia rata-rata penderita
area perdarahan, nekrosis, degenerasi gelatin dan kistik. Khas untuk tumor sinus
endodermal ini adalah keluhan nyeri perut dan pelvis yang dialami oleh 75% penderita.
Tumor marker untuk tomor sinus endodermal adalah alfa fetoprotein (AFP).
3. Teratoma Immatur
Angka kejadian mendekati tumor sinus endodermal. Massa tumor sangat besar dan
neuroepitel. Tumor ini mempunyai angka rekurensi dan metastasis tinggi, tapi tumor
4. Teratokarsinoma
Sangat ganas, sering disertai sel germinal lain, AFP dan HCG serum dapat positif.
Massa tumor relatif besar, berkapsul, sering ditemukan nekrosis berdarah. Di bawah
mikroskop tampak sel primordial poligonal membentuk lempeng, pita dan sarang,
Tumor yang berasal dari sex cord stromal adalah tumor yang tumbuh dari satu
jenis. Kira-kira 10% dari tumor ganas ovarium berasal dari kelompok ini. Pada
penderita tumor sel granulosa, umur muda atau pubertas terdapat keluhan perdarahan
kolostrum, pertumbuhan rambut pada ketiak dan pubis yang disebut pubertas prekoks.
Kira-kira 60% dari tumor ini terjangkit pada wanita post menopause, selebihnya
pada anak-anak dan dewasa. Tumor ini dikenal juga sebagai feminizing tumor,
histopatologinya bervariasi yaitu populasi sel padat. Neoplasma ini dikategorikan low
2. Androblastoma
Tumor ini memproduksi hormon androgen yang dapat merubah bentuk penderita
menjadi kelaki-lakian atau disebut juga masculinizing tumor. Penyakit ini jarang
dijumpai.
3. Ginandroblatoma
Merupakan peralihan antara tumor sel granulosa dan arrhenoblastoma dan sangat
jarang.
4. Fibroma
a. Genetic
c. Hormonal
f. Menurut hipotesis ovulasi yang tak henti-hentinya,Usia dini saat menarche dan
g. Laktasi
mengurangi risiko ca. ovarium. Sebliknya wanita yang tidak memberikan ASI
j. Kontrasepsi
resiko ca ovarium.
4. PATOFISIOLOGI
Keberadaan sel kanker pada seseorang tidak hanya berasal dari efek karsinogen
seseorang, baik yang didapat dari luar ataupun dari dalam tubuh manusia itu sendiri.
Manusia pada dasarnya memiliki zat karsinogen atau zat pemicu kanker pada tubuh.
Efek karsinogen akan semakin meningkat apabila mendapat penyebab kanker dari luar.
Zat karsinogen juga berpotensi untuk menyebabkan proliferasi sel kanker. Kurangnya
asupan antioksidan dengan minimnya konsumsi buah dan sayuran yang mengandung
perlindungan sel terhadap efek karsinogen. Buah dan sayuran yang segar memiliki
enzim aktif yang dapat memelihara dan meningkatkan pertumbuhan sel yang sehat
(Corwin 2009).
Kanker epitel ovarium atau yang biasa kita sebut kanker indung telur atau
kanker ovarium adalah kanker yang terbentuk di sel epitel di ovarium sebagai hasil dari
perkembangan tumor ganas pada ovarium. Kanker ovarium dapat menyebar secara
langsung ke daerah disekitarnya dan melalui sistem peredaran getah bening ke area
panggul dan perut dan dapat menyebar hingga ke hati dan paru-paru melalui peredaran
darah. Kebanyakan teori patofisiologi kanker ovarium meliputi konsep yang dimulai
Penyebab kanker ovarium sampai saat ini belum diketahui secara pasti, faktor
riwayat keluarga penderita kanker terkait, kehamilan pertama dan perpindahan khusus
yang diturunkan (BRCA1 dan BRCA2) masih merupakan faktor berkebahayaan kanker
tersebut terjadi. Kanker ovarium memiliki pertumbuhan yang cepat, tahapan awal
biasanya tidak bergejala, dan ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan rutin,
umumnya lebih dari 60% penderita didiagnosis setelah berada dalam keadaan lanjut.
Gejala dan tanda klinis yang biasa dijumpai adalah pembesaran perut, terdapat massa
di dalam rongga perut atau pelvis, gejala gangguan pencernaan makanan (dispepsia),
gangguan buang air kecil dan besar, gangguan haid, gejala penekanan rongga perut
berupa: rasa mual, muntah, hilang nafsu makan, nyeri perut (Perhimpunan Dokter
Selama ovulasi, sel-sel kanker ini berada dan berkembang di dalam ovarium,
omentum. Kanker epitel ovarium biasanya tidak menyerang ke ruang organ parenkim-
nya, melainkan hanya menempel pada permukaan organ saja. Sel tumor tumbuh di
sepanjang selaput rongga peritonium, dan mesenterium usus yang menunjukkan fase
metastasis. Transformasi maligna terkait dengan mutasi gen P53 dan mutasi dari proto-
onkogen, BRAF (v-raf sarkoma murine onkogen virus homolog B1), dan KRAS. Sel
kanker yang terkelupas secara tidak sengaja akan ikut mengalir dalam sirkulasi cairan
peritonel secara alami, sel tersebut akan mengalir di sepanjang selokan, paracolic dan
ruang sub-diafragma. Hal inilah yang membuat hati dan diafragma peritonium
penyebaran awal kanker ovarium adalah melalui penyebaran langsung atau drainase
penyakit. Karsinoma ovarium bisa menyebar dengan ekstensi lokal, imfasi limfatik,
Penyebaran intra peritonial adalah karakteristik yang paling umum dari kanker
ovarium. Sel-sel ganas dapat menempel dimana saja dalam rongga peritonial, tapi lebih
Obstetrics (FIGO) pada tahun 2014 mengklasifikasikan stadium dari kanker ovarium
7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIC
dengan :
Pada saat anamnesis pasien akan ditanya (diwawancarai) secara lisan mengenai
sakit yang dirasakan beserta sejarah penyakitnya (jika ada) yang akan dicatat dalam
rekam medik.
b. Pemeriksaan USG untuk dapat membedakan lesi/tumor yang solid dan kristik.
c. Tes laboratorium
Tes alkaline phospatase (atau disingkat ALP), yaitu suatu tes laboratorium di mana
kadar ALP yang tinggi menunjukkan adanya sumbatan empedu atau kanker yang telah
d. Penanda tumor (tumor marker)Cancer antigen 125 (CA 125). Pada pasien penderita
gelombang lalu mengukur serapannya pada bagian tubuh yang sedang diperiksa
tulang akan memberikan warna putih, jaringan akan memberikan warna keabuan,
lebih cepat daripada sel hidup) akan memecah glukosa lebih cepat/banyak
h. Scanning radioaktif.
i. Endoskopi
8. PENATALAKSANAAN
A. Tindakan Bedah
rahim, serta omentum (jaringan lemak dalam perut). Operasi ini juga bisa melibatkan
pengangkatan kelenjar getah bening pada panggul dan rongga perut untuk mencegah
dan mencari tahu jika ada penyebaran kanker. Dengan pengangkatan kedua ovarium
dan rahim, penderita tidak lagi dapat memiliki keturunan.Namun lain halnya dengan
kanker ovarium yang terdeteksi pada stadium dini. Penderitanya mungkin hanya akan
menjalani operasi pengangkatan salah satu ovarium dan tuba falopi sehingga
B. Kemoterapi
Kemoterapi dapat dijadwalkan setelah operasi. Ini dilakukan untuk membunuh sel-
sel kanker yang tersisa. Selama menjalani kemoterapi, dokter akan memantau
perkembangan penderita secara rutin guna memastikan keefektifan obat dan respons
tubuh terhadap obat.Kemoterapi juga dapat diberikan sebelum operasi pada penderita
kanker ovarium stadium lanjut, dengan tujuan mengecilkan tumor sehingga
samping, begitu pula dengan kemoterapi. Beberapa efek samping yang mungkin terjadi
setelah melakukan proses kemoterapi di antaranya adalah tidak nafsu makan, mual,
C. Radioterapi
Di samping operasi dan kemoterapi, radioterapi merupakan tindakan lain yang bisa
menjadi alternatif. Dalam radioterapi, sel-sel kanker dibunuh menggunakan radiasi dari
sinar X. Sama seperti kemoterapi, radioterapi dapat diberikan baik setelah maupun
sebelum operasi. Efek sampingnya juga serupa dengan kemoterapi, terutama terjadinya
kerontokan rambut.
D. Terapi Hormon
Terapi hormon adalah pengobatan yang berhenti tubuh dari membuat hormon
tertentu atau menghentikan tindakan hormon. Terapi hormon tidak digunakan sebagai
awal pengobatan untuk kanker ovarium. Tapi, itu dapat digunakanuntuk kanker
ovarium yang telah kembali setelah perawatan lainnya. Estrogen dan progesteron
adalah hormon yang membantu beberapa jenis kanker ovarium tumbuh. Estrogen
sebagian besar dibuat oleh ovarium dan dibuat dalam jumlah kecil oleh kelenjar
adrenal, hati, dan lemak tubuh. Progesterone juga sebagian besar dibuat oleh indung
telur. Memblokir hormon ini dari bekerja atau menurunkan tingkat hormon dapat
membantu pertumbuhan kanker ovarium lambat. Berbagai jenis obat terapi hormon
bekerja dengan cara yang berbeda. Obat terapi hormon yang mungkindigunakan untuk
progesteron. Obat ini di kelas obat yang disebut LHRH (luteinizing hormone-
9. KOMPLIKASI
a. Asites
yang berdekatan pada abdomen dan panggul dan melalui penyebaran benih tumor
b. Efusi Pleura
Dari abdomen, cairan yang mengandung sel-sel ganas melalui saluran limfe
menuju pleura.
organ)
e. obstruksi usus
f. Tumor ovarium yang cukup besar dapat menyebabkan kelainan letak janin dalam
g. pada persalinan dapat terjadi obstruksi bagi lahirnya anak yang dapat
A. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, tanda paling penting adanya kanker ovarium adalah
ditemukannya massa tumor di pelvis. Bila tumor tersebut padat, bentuknya irregular
dan terfiksir ke dinding panggul, keganasan perlu dicurigai. Bila di bagian atas
abdomen ditemukan juga massa dan disertai asites, keganasan hampir dapat dipastikan.
Cairan asites ini diyakini hasil dari peningkatan produksi cairan karsinomatous atau
Akan tetapi, pemeriksaan fisik pelvis tidak efisien dalam membedakan lesi dini
sensitivitas dan spesifisitas dalam mendeteksi massa pada pelvis yang semata-mata
hanya berdasarkan pemeriksaan fisik pelvis adalah sekitar 40 % dan 90%, dimana
sensitivitas dan spesifisitas tersebut masih berada di bawah kriteria sebagai skrining tes
yang efektif.
pasien dengan efusi pleura ganas mungkin tidak ada gejala yang jelas. Selain itu,
palpasi pada kelenjar limfe perifer harus dilakukan untuk memastikan ada atau tidak
metastasis.
B. Pemeriksaan Penunjang
1. Ultrasonografi
Untuk membedakan tumor jinak dan karsinoma ovarium tahap awal, sonografi
bilateral, multiloculated, padat atau echogenik, besar (>5 cm), dan memiliki septa tebal
dengan daerah nodularitas. Fitur lain termasuk proyeksi papiler atau neovaskularisasi
dalam upaya untuk membedakan massa jinak dari karsinoma ovarium preoperatif, tidak
pelvis memiliki sensitivitas 84% dan spesifisitas 78%. Namun USG transvaginal
memiliki nilai prediktif positif yang buruk apabila digunakan dalam skrining pada
populasi umum.
skrining dari National Ovarian Cancer Early Detection Program, 4526 perempuan
yang memiliki resiko tinggi kanker ovarium diskrining dengan USG transvaginal,
karsinoma peritonium primer dan karsinoma tuba fallopi pada wanita dengan stadium
III yang asimptomatik. Yang terbaru yaitu penelitian prospektif dari universitas
Kentucky (KY, USA) menevaluasi 37.293 wanita berumur 50 tahun atau lebih yang
asimptomatik, wanita berumur 25 tahun atau lebih yang asimptomatik dengan riwayat
keluarga menderita kanker ovarium, yang diperiksa skrining USG setiap tahunnya,
dengan rata-rata follow-up yaitu 5,8 tahun. Ditemukan total 47 kasus epitelial ovarian
cancer (EOC) dan 15 tumor ovarium epitelial dengan potensi keganasan rendah.
Distribusi stadium untuk invasive epithelial cancers adalah : stage I, 47%; stage II,
23%; stage III, 30%; dan stage IV, 0%. Penetili mendapatkan spesifisitas 98,5% dan
nilai prediktif positif 8,9%. Survival rate dalam 5 tahun untuk wanita dengan EOC
invasif yang dideteksi melalui skrining adalah 74,8% dibandingkan dengan wanita
penaksiran morfologi dengan vaskularisasi tumor dalam sistem diagnostik, yang secara
pengukuran resistensi arteri Doppler, color Doppler flow imaging, ataupun informasi
imaging dengan USG kontras merupakan metode yang lebih tepat dalam membedakan
sulit untuk membedakan massa yang besar yang mencakupi uterus, adneksa dan
2. Tumor Marker
Cancer Antigen-125.
paling sering digunakan untuk tumor ovarium epitelial, yaitu 85-90% dari seluruh
sebelumnya telah didiagnosis kanker ovarium dan bukan untuk skrining. CA 125 hanya
meningkat pada 47% wanita dengan kanker ovarium stadium dini, sedangkan pada
stadium lanjut level CA 125 meningkat pada 80-90% wanita. Oleh karena level CA
125 meningkat pada beberapa kondisi yang benign pada wanita premenopause,
kegunaannya sebagai tumor marker lebih efektif pada wanita post menopause. Untuk
mendeteksi kanker ovarium pada wanita postmenopause, batas nilai CA 125 adalah 35
Berdasarkan nilai CA 125, klinis dan data demografi pada 3692 wanita yang
untuk mencapai false-positive rate 2% pada percobaan skrining kanker ovarium pada
wanita beresiko tinggi, batas nilai CA 125 harus berdasarkan status menopause
postmenopausal.
wanita yang terdiagnosis kanker ovarium. Akan tetapi, sebagai salah satu biomarker
yang terbaik untuk karsinoma ovarium, CA-125 juga sering digunakan untuk
125, juga difokuskan pemeriksaan biomarker lainnya dengan atau tanpa kombinasi
dengan tehnik pencitraan (imaging) dan pemantauan secara simultan marker untuk
mendapatkan sensitivitas dan spesifisitas yang lebih baik. Indeks resiko keganasan
diperoleh melalui skor level serum CA 125 untuk hasil temuan yang spesifik pada USG
pelvis dan skor status menopause. Indeks resiko keganasan memberikan sensitivitas
90% dan spesifisitas 89% dalam menentukan keganasan pada kasus massa pada pelvis.
Namun preoparatif, tidak boleh digunakan sendiri dalam penanganan massa adneksa.
Setengah dari karsinoma ovarium stadium I memiliki kadar CA-125 normal (negatif
palsu). Sebaliknya, nilai tinggi (positif palsu) dapat dikaitkan dengan penyakit radang
Cancer Antigen 19-9 (CA 19-9) dan Carcinoembryonic Antigen (CEA) indikator yang
seringkali ditemukan pada berbagai penyakit benign dan maligna, termasuk kanker
dengan tipe histologis dan stadium penyakitnya, yang kebanyakan meningkat pada
pasien dengan kanker ovarium tipe musinosa ataupun kanker ovarium yang telah
metastasis.
sekitar 25% dengan positive predictive value pada peningkatan konsentrasi CEA hanya
14%. Walaupin CEA bukanlah marker untuk diagnosis dini oleh karena sensitivitasnya
yang rendah, CEA dapat sangat bermanfaat dalam menentukan respon terapi terhadap
Alfa-Fetoprotein (AFP)
sac fetus, hepar dan saluran cerna bagian atas. Peningkatan AFP dapat ditemukan pada
kehamilan dan penyakit hati. Kadar serum AFP meningkat pada pasien dengan tumor
hepar, dan beberapa keganasan seperti gaster, pankreas, kolon dan bronkus. Pada
dalam memonitor respon terapi dan mendeteksi dini rekurensi penyakit. AFP secara
akurat dapat memprediksi elemen yolk sac pada mixed germ cell tumour.
Human Chorionic Gonadotropin (hCG)
hCG secara normal diproduksi oleh trofoblas dan secara klinis (serum ataupun
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa imunoreaktivitas dari total hCG dalam serum
dan urin (urinary b-core fragment, hCGbcf) memberikan gambaran prognosis kanker
ovarium. Pada kadar serum hCG normal, 5-year survival rate dapat mencapai 80%,
namun pada kadar hCG meningkat hanya 22%. Pada pasien dengan stadium III, IV dan
penyakit residual, 5-year survival mencapai 75%, sebaliknya 0% pada keadaan hCG
meningkat. hCGbcf dapat dideteksi melalui urin pada 84% pasien kanker ovarium.
ovarium sebelum pembedahan, aplikasi klinis hCG dan subunit B bebasnya (B-hCG)
masih sangat terbatas untuk skrining dan diagnosis. hCG sering digunakan sebagai
Inhibin
growth factor beta (TGFb). Inhibin A dan B merupakan heterodimer yang terdiri dari
subunit a yang identik dan antara subunit bA atay bB yang berkaitan dengan ikatan
disulfida. Inhibin diproduksi oleh gonad dan berfungsi sebagai regulator sekresi FSH.
Inhibin berhubungan dengan tumor sel granulosa dan karsinoma musinosa; berbeda
(IU/ml) (CA125), status menopause (M), dan skor USG (U). Rumusnya adalah:
RMI = U x M x CA125
Hasil USG memiliki nilai 1 untuk setiap karakteristik berikut : kista multilokular,
area padat, metastasis, ascites, dan lesi bilateral. U=0 (untuk skor USG 0), U=1
(untuk skor USG 1), dan U=3 (untuk skor USG 2-5).
selama lebih dari 1 tahun atau wanita berusia > 50 tahun yang telah menjalani
histerektomi.
Kadar serum CA125 diukur dalam IU/ml dan dapat bervariasi dari 0 hingga ratusan
Hitung skor risk of malignancy index (RMI ) dan rujuk semua pasien dengan skor
ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
h. Pemeriksaan fisik
i. Aktifitas istirahat
- Kelemahan / keletihan
malam
tinggi
j. Integritas ego
- Faktor stress,merokok,alcohol
k. Eliminasi
- Dispepsia,rasa tidak nyaman pada abdomen, lingkar abdomen yang terus meningkat.
m. Nyeri / ketidaknyamanan
- Adanya nyeri, derajat bervariasi dari nyeri tingkat ringan s/d berat (dihubungkan
n. Keamanan
Tanda : Demam,ulserasi
o. Seksualitas
p. Interaksi sosial
dengan faktor biologis efek kanker ovarium pada traktus gastro intestinal.
3. INTERVENSI
NOC:
Kontrol nyeri
NIC:
NOC:
Kontrol diri terhadap ansietas:
NIC:
Dorong klien dan orang dekat untuk berkomunikasi satu sama lain
NOC:
Endurance:
NIC:
Kaji respon klien terhadap aktivitas, catat frekuensi nadi yang lebih cepat > 20
mmHg atau diastolik meningkat > 20 mmHg), selama dan setelah aktivitas, dipsnea,
menyikat gigi)
dengan faktor biologis efek kanker ovarium pada traktus gastro intestinal.
NOC:
Status nyeri:
- Menunjukkan berat badan stabil atau kenaikan yang progresif sesuai tujuan dengan
NIC:
Kaji berat badan, usia, masa tubuh, kekuatan dan tingkat aktifitas serta istirahat
Dorong klien untuk makan makanan yang sehat dan bervariasi sebanyak mungkin
Ayu, I.D. & Budiana, I.N.G., 2017. PROFIL PASIEN KANKER OVARIUM DI
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR – BALI PERIODE
JULI 2013 – JUNI 2014. e-Jurnal Medika, 6(3), pp.1–9.
AZIZ, M.F., 2010. BUKU ACUAN NASIONAL ONKOLOGI GINEKOLOGI 1st ed.,
Jakarta: PT. Bina Pustaka.
Buys, S.S. et al., 2011. Effect of Screening on Ovarian Cancer Mortality. JAMA,
305(22), p.2295. Available at: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21642681
[Accessed May 27, 2018].
Curley, M.D. et al., 2011. Evidence for cancer stem cells contributing to the
pathogenesis of ovarian cancer. Frontiers in bioscience (Landmark edition), 16,
pp.368–92. Available at: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21196176
[Accessed May 27, 2018].
Fuh, K.C. et al., 2015. Survival differences of Asian and Caucasian epithelial ovarian
cancer patients in the United States. Gynecologic Oncology, 136(3), pp.491–497.
Available at:
https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0090825814013699
[Accessed May 27, 2018].
Jelovac, D. & Armstrong, D.K., 2011. Recent Progress in the Diagnosis and Treatment
of Ovarian Cancer. CA Cancer J Clin, 61 (3), pp.183–203. Available at:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3576854/pdf/nihms-440699.pdf
[Accessed May 27, 2018].
Kementrian Kesehatan RI Pusat Data dan Informasi Kesehatan, 2015. Stop Kanker.
infodatin-Kanker, p.hal 3.
Oemiati, R., Rahajeng, E. & Kristanto, A.Y., 2011. Di Indonesia penyakit. Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementrian Kesehatan Indonesia,
39(4), pp.190–204.
Rossing, M.A. et al., 2010. Predictive Value of Symptoms for Early Detection of
Ovarian Cancer. JNCI Journal of the National Cancer Institute, 102(4), pp.222–
229. Available at: https://academic.oup.com/jnci/article-
lookup/doi/10.1093/jnci/djp500 [Accessed May 27, 2018].
Sarwono, P., 2008. Ilmu Kandungan 2nd ed., Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Tsilidis, K.K. et al., 2011. Oral contraceptive use and reproductive factors and risk of
ovarian cancer in the European Prospective Investigation into Cancer and
Nutrition. British Journal of Cancer, 105(9), pp.1436–1442.
Widayati, P., Ariyanto, A. & Lestari, W., 2009. Produksi Kit Immunoradiometricassay
( IRMA ) CA-125. , 7(2), pp.91–97.