menyakitkan hati.
Mus dan seluruh orang tua yang telah pasrah. Suasana hening.
justru pada hari pertama kami ingin sekolah, dan pedih pada
niat kuat kami untuk belajar tapi tinggal selangkah lagi harus
dalam-dalam.
Saat ini sudah pukul sebelas kurang lima dan Bu Mus semakin
tertekan batinnya.
baju, serta telah punya buku-buku, botol air minum, dan tas
“Harun!”
Mus tersipu. Air mata guru muda ini surut dan ia menyeka
mau turun lagi. Ayahnya telah melepaskan belut yang licin itu,
yaitu aku, dan ia akan sekolah di sini lalu pulang pergi setiap
yang dibuat dari ban mobil, yang aus karena Lintang terlalu
pagi ini.
sakit, sakit apa pun: diare, bengkak, batuk, flu, atau gatal-gatal,
pil itu ada tulisan besar APC. Itulah pil APC yang legendaris
tak punya seragam. Kami juga tak punya kotak P3K. Jika kami
sakit, sakit apa pun: diare, bengkak, batuk, flu, atau gatal-gatal
pil itu ada tulisan besar APC. Itulah pil APC yang legendaris
di kalangan rakyat pinggiran Belitong. Obat ajaib yang bisa
seperti ninja. Di punggungnya tergantung sebuah tabungalumunium besar dengan slang yang
menjalar ke sana ke mari.
Sekolah kami tidak dijaga karena tidak ada benda berharga yang
pada setiap pilihan kata dan gerak lakunya yang memikat. Ada
ijazah SKP (Sekolah Kepandaian Putri). Namun, beliaubertekad melanjutkan cita-cita ayahnya—K.A.
Abdul Hamid,
lagi pula siapa yang rela diupah beras 15 kilo setiap bulan?
“orang staf” atau urang setap dalam dialek lokal sampai pada
PN.
Maka lahirlah kaum menak, implikasi dari institusi yang ingin
subkultur, atau priviliese yang dianugerahkan. Sepadan dengan kebun gantung yang memesona di
pelataran
atau binti.
atau tiga anak yang selalu tampak damai, temaram, dan sejuk.
yang dilanda gerhana berkepanjangan sejak era pencerahanrevolusi industri. Di sana, di luar lingkar
tembok Gedong hidup
mungkin juga ada, yaitu para camat, para kepala dinas dan
cukong-cukong itu.
PN, pencari madu dan nira, para pemain organ tunggal, semua