Anda di halaman 1dari 5

MAKAM SANG JAWARA

Awal tahun 1966,kehidupan ekonomi hancur akibat pergoloakan politik.Kami sebayaku memasuki usia
SMP.Untuk sekolah di SMP,harus dikota,yang jauhnya sekitar 6-7 km.Untuk ukuran sekarang sangat
dekat,karena sudah banyak kendaraan bermotor,bahkan hampir setiap keluarga memiliki sepeda
motor.Kendaraan umum waktu itu belum ada yang sampai ke desa.Maka kendaraan yang banyak
dimiliki masarakat waktu itu adalah sepeda onthel. itu saja tidak semua keluarga mempunyainya.Oleh
karena itu,jalan kaki merupakan solusi terbaik untuk menepuh jarak terebut.

Jalan-jalan msih tanah berbatu,atau paling banter jalan berkerikil.Itu yang terbaik.Jalan beraspal hanya
di kota-kota saja.Anak -nak desa berangkat sekoah dengan kaki telanjang.Jadi jika hujan,yang penting
buku yang harus di selamatkan.Kaki berlumpur,baju basah kuyupsudah hal yang biasa.Jika kemarau
panjang jalan berdebu,kaki terasa terbakar sangking panasnya.Untukitu,anak-anak lebih suka potong
kompas,melewati pematang-pematang sawah yang kering,agar cepat sampai ke sekolah.Melalui
pematang sawah,menyusuri tepian sungai,itulah yang kami lakukan jika pergi ke sekolah atau pulang
sekolah.Sungai Geringsing itulah sungai yang membelah desa kami.Ditepi sungai inilah kami beserta
kawan-kawan menyusuri jalan setapak di tepi sungai ini.Jalnnya jelas sepi,hanya ada beberapa rumah
saja yajg kami jumpai.Lebih dari itu,jalannya teduh,karena sinar matahari terhalang rimbunya rumpun-
rumpun bambu yang lebat.Itulah jalan kesukaan kami.

Di tepi sungai itu terdapat makam yang tertitup batu Nisan.Kami tidaktahu,makam siapakah itu,Hanya
ceritera yang kami dengar,kabarnya Nisan seorang Sang Jawara.Ya…..sang Jawara.Jawara apa?Itulah
yang akan kami pelajari.Menurut ceri tera dari mulut ke mulut,makam itu adalah makam sang jawara
UjunganApa itu ujungan?Ujungan adalah jenis olah raga bela diri yang berada di daerah
Bsnyumas,khususnya di Purbalingga dan sekitarnyaDan usianya sudah sangat tua..Senjatanya adalah
sepotong rotan,sedang pengamannya adalh caping,yang terbuat dar anyaman bambu,dan perisainya
terbuat dari anyaman rotan.Laganya,di lapangan desa,pada peringatan peringatan hari raya tertentu
misalnya tujubelqsanDi sebelah timurnya,terdapat rumah yang cukup besar,menghadap kearah
makam.Menurut ceritera,rumahitu,adalah rumahanak anak sang jawara.Di rumah itu tinggal seorang
bapak-bapak yang sudah tua,rambutnya sudah putih,bersama tiga orang anak perempuan semua.Anak
yang terbesar,seusia sd klas enam anehnya,ketiga tiganya tidak bersekolah.Ke empat orang itu,tidak
dapat berkomunikasi,sehingga kami tidak aling kenal,sekailpun tiap hari bertemu dengan mereka.Sang
bapk perawakannya tinggi kurus,kulitnya kuning bersih.Ketiga anakitu pun demikian,kulitnya mendekati
putih danmereka cantik-cantik.Sayang mereka tidak dapat komunikasi,entah apa sebabnya.

Setiap saat kami melewati rumah itu,mereka sedang bekerja menganyam sirat-sirat bambu,untuk dibuat
kreneng atau krusu,yang nantinya dipergunakan untuk tempat buah,khususnya buah duku.Tidak hanya
itu,juga membuat alat-alat yang lain misalnya tipas,ilir,kukusan caping,ani- ani,Pendek kata,alat-alat
yang berhubungan dengan dapur dan kegiatan pertanian.Memang pekerjaan –pekerjaan yang sulit,di
kerjakan oleh kakeknya.

Belakangan kami tahu,bahwa bosnya adalah orang kaya tetangga desa.Ialah yang member modal,dan
memasarkannya.Anehnya,kehidupan keluarganya seperti itu-itu saja.Artinya tetap miskin.Sebetulnya
mereka memiliki pekarangan yang lumayan luas,dengan pohon duku di sana sini,yang jumlahnya ada
sekitar sepuluh pohon.Sebetulnya jika di kelola dengan baik,pohon duku itu cukup untuk menghidupi
mereka.Maklum sudah terjebak oleh ijon.Bahkan kami dengar,pohon duku itupun sudah digaidekan
kepada bos kaya itu.Menurut orang-orang,bosnya sangat baik,minta apapun juga mereka akan
diberi,sekalipun kerajinan tangannya belum laku,dan dukunya belum berbuah.

Kamipun mulai curiga barang kali ada udang di balik batu.Rupa-rupanya betul apa yang kami
curigakan.Bosnya sangat baik karena menginginkan cucu putrinya,untuk dijadikan istrinya,padahal
istrinya sudah tiga.Itupun yang dinikahinya.diluar itu entah berapa jumlahnya.Bila tidak ada
pertolongan,mungkin satu persatu cucunya akan dijadikan gundik semuanya ,palagi mereka cantik-
cantik semua.Suatusaat bos datang membawa oleh oleh,berupa makanan,dan pakaian yang bagus-
bagus,untuk kakek dan cucu-cucunya.Anehnyamereka dingin dingin saja menerima hadiah itu,tanpa
ekpresi kegembiraan.Buktinyamereka tetap diam berjumpa denga kami,tetap tidak kenal,apalagi
senyum.

TETANGGA BARU

Disebelah kanan rumah kakek dan tiga gadis cilik itu sekarang ada rumah baru yang sederhana.seperti
kebanyakan rumah disekitarnya,berlantai tanah,dinding anyaman bambu,hanya bedanya,ruang depan
berdinding kayu,setengah badan,dan pintu-pintu dan jendelaterbuat dari kayu dicat bersih dan bagus,Ini
menandakan yang empunya kehidupannya lebih baik di banding tetangga sekitar.

Rupa-rupanya tetangga baru i tu keluarga tentara,dari balalion 431 Bojonng,tetangga desa


sebelah.Bapaknya sudah pensiun,tidak kembali ke kotanya,Jogya,tapi mau menetap di kampung
kami,sambil merintis usaha baru.Ia mempuyai anak tiga,yang sulung laki-laki,sedang yang lain
perempuan .Yang laki-laki kami kenal,karena orangnya supel dan ramah.Ia sekolah di STM swasta,masuk
sore.Karena mudah bergaul,dalam waktu singkat kami seolah sudah kenal lama

Ada kejadian yang menurut kami anahlelaki itu yang ternyata namanya Parno,ketika kami pulang
sekolah,Parno kok ada di rumah kakek tiga gadis cilik ituPadahal,selama ini tidak ada yang berani masuk
kerumahnya.Dari Parno kami tahu,ketiga gadis kecil itu bernama Warti,Warni dayang kecil bernama
Warsih..Orang tua yang mengasuhnya adalahkakeknya.Mengapa mereka sulit ber komunikasi?
Ya.kakeknya ternyata tuli berat,sedang ketiga gadis cilik,tidak sekolah,tidak tahu baca tulis,dan tidak
pernah bergaul dengan siapapun.Kata Parno:Kasihan mereka. saya akan ajari mereka baca
tulis,berhitung dan pengetahuan umum,siapa tahu mereka dapat sekolah kelak kemudian hari.

Parno tenyata orangnya konsekwen hampir setiap hari,apabila waktu senggang,ia dengan sabar
membimbing mereka belajar membaca dan menulis.Ternyata hasilnya luarbiasa.Setelah beberapa bulan
belajar,yang kami lihat,mereka sudah dapat tersenyum,dan mau tegur sapa Akhirnya,kamipun kenal
mereka.

PERISTIWA YANG MENGHEBOHKAN.


Hari-hari sudah jarang hujan,pabila bangun pagi udara sudah terasa dingin,bila siang hari,apalagi jika
pulang sekolah,matahari sudah mulai menyengat.Telapak kaki yang telanjang pun mulai terasa panas
jika harus melalui jalan berdebu,dan pematang sawah.Hal yang menghibur adalah,ketika melewati
pesawahan,gemerisiknya padi yang menguning ditiupangin,seakan musik lembut,mengiring gerak
langkah kami.Sebuah musik yang membawa pengharapan,tidak lama lagi panenraya akan tiba.Dimana
orang tua dapat pegang uang dari hasil panen,anak-anak dapat uang jajan untuk sekedar membeli
sroto,atau rujak lontong,kegemaran kami.

Kegiatan perekonomian pun sudah mulai menggeliat,terutama alat alat yang digunakan untuk
kepentingan panen dankepentingan rumah tangga.Bos tetangga desapun sudah bersiap-siapmengambi
lapa yang menurutnya menjadi haknya,dari kakek tiga gadis itu.Alat alat untuk panen,kerusu,adalah
komoditas,yang sangat laku menjelang panen.Demikian juga buah duku yang su dah mulai
ranum,semua itu pasti akan meraup keuntungan yang besar,tanpa harus berjerih payah.Penampilan
bos itu lain dari yang lain lebihterkesan centeng daripada seorang pedagang.Ia senantiasa menampilkan
diri sebagai orang yang ditakuti dan garang.Dengan kumis yang melintang,ikat kepala batik
wulung,kemeja dan celana hitam,kadang kadang putih,dengan sabuk kulit lebar,tak ketinggalan pisau di
pinggangnya.Memang ia ditakuti orang karena dianggap dukdeng (kebal sejata tajam)dan memang
orangnya arogan dan kasar)

Disuatu pagi yang cerahParno dengan sabar member pelajaran pada ke tiga gadis cilik itu,sesuai dengan
kemampuan umur masing-masing.Sudah banyak kemajuan ilmu yang didapat,dari kegigihan Parno
dalam mengajar.Tiba tiba terdengarlah suara bron Pit kuno berhenti di depan rumah kakek gadis cilik
itu.Ternyata dia bos tetangga desa yang datang,masyarakat disitu sering menyebutnya Juragane.Tanpa
permisi,tanpa tegur sapa,menegur Parno dengankasar:Sedang apa kamu disini hai anak muda.Parno
acuh tak acuh menanggapinya,sehingga juragane tambah marah.Dengan teriakjuragane bertanya
sedang apa kamu budeg!Dengan kalem Parno menjawab sepertiapa yangbapak lihat.Sudah menjadi
tabiat Parno,jika di kasari malah nekad jika ia sopan justru Parno akan lunak.Parno masih sangat ingat
petuah ayahnya:jangan takut pada siapapun jika kamu tidak bersalah,Berlakulah sopan pada
siapapun,agar kamu di hargai orang.Tapi bagi orang yang tidak tahu sopan santun,padanya tidak ada
tempat bagi sopan santun itu.Melihat Parno tidak menunjukan rasa takut,juragane tambah
marah,seolah darahnya mendidih.Ia mendekati Parno,menarik baju krah Parno menyeretnya
kehadapannya.Dengan mata melotot,ia hendak memukulnya.sesuatu yang tidak di perhitungkan oleh
juragane(bos ttengga desa)adalah Parno mengenakan sepatu ayah nya yang tentara itu.Dengan ayunan
yang kuat dan pasti,kakinya menghantam tulang kering Juragane.Terdengarlah jeritan
melengking,Juragane bergelimpungan di lantai,sambil memegangi kakinya yang terkenasepatu
tentara.Parno tidakmau menggunakan kesempatan utuk mengakhiri orang yang sedang tidak
berdaya.maka dibiarkannya,ia menikmati kesakitanya.Dengan susah payah ia berusaha bangkit Parno
agak kurangwaspada ternyata Juragane telah mencabut pisaunya,hendak melemparkannya pada
Parno.Tiba-tiba Krak..tangan lelaki tua memuntir tangan juragane yang mau melempar pisau.Secepat
kilat tangan lelaki tua membanting tubuh juragane kelantai.Ayo lawan saya jangan dengan anak
kecil,smbilmengcungkan rotan pusaka,yang biasa di gunakan untuk laga ujunga.Melihat rotan pusaka itu
Juragane tidak berani apa-aakecuali merintih minta ampun.Setelah dirawat sebentar,Juragane diajak
bicara bersama kakek tiga gadiscilik,Parno dan ayahnyaParno.Pada akhir pembicaraanya,Juragsne
meminta apa yang diberikan pada kakek,dan hutang hutangnya harus segera dikembalikan.Ayah Parno
mau menalanginya,sedangkan kakek tiga gadis sanggupmengansurnya sedikit demi sedikit.Hari hari
berikutnya,Matahari bersinar terang,Panen padi menyemarakan suasana di pedesan.Ibuibu sibuk
menuai padi di sawah,bapak bapak mengangkut hasil panenannya kerumah.

SUASANA CERIA DI RUMAK KAKEK.

Suasana di rumah kakek semakin semarak,banyak orang orangdatang,baik untuk keperluan membeli
alat alat memanen padi,alat alat memasak di dapur dan ada yang sekedar melihat-lihat suasana.Warti
yang tertua,sudah berhasil lulus dari persamaan SMP,aekalipun usianya sudah melebihi usia SMP.Warni
sedang berjuang untuk menempuh persamaan SMP,sedang yang kecil Warsih,sedang menempuh
persamaan SD.Sambil bekerja,mereka menyelesaikan studinya.Kakek bertugas member pelatihan
membuat anyaman dari bambu,sedang cucunya berdua membantunya.Hasil kerajinan mereka di
tampung,Ayah Parnolah yang memasarkanya,merangkap sebagai menejer perkumpulan itu.Pendek kata
perkumpulanitu menyerupai koperasi,sekalipun masih sederhana.Warti bekerja sebagai
administrasi,dan mengurus keuangan.Kini semuanya lega.Keluarga kakek sudahbebas dari
tekanan,Keluarga ayah prno mendapatkan peluang bisnis yang selama ini dicari-cari.Masyarakat pun
merasa tebantu,karena mendapat pekerjaan sampingan selain bertani,yaitu kerajinan anyaman
bambu.Hasil panen dukupun dapat tertampung oleh koperasi itu,sehingga harganytidak di permainkan
oleh tengkulak.Sesekali pun kami main kesana,mlihat kegiatan di rumah kakek.Dari ayah Parno kamitahu
siapa Warti,Warni dan Warsih.Mereka adalah cucu Kakek yang terniata bernama Citra Wirya,anak dari
Sang jawara Ujungan,yang makamnya didepan rumak.Kakek Citrapun sang jawara pula tapi karenakedua
telinganya tuli total,maka ia berhenti bertanding.Tulinya itupun diakibatkan oleh pukulan rotan
musuh.Sekalipun memakai caping dan tameng,tapi karena dasyatnya pukulan musuh ,berakibat
kendangan bisa pecah.Menurut ceritera Ibuku,pukulan itu menimbulkan suara ledakan yang sangat
keras.

Kakek Citra Wirya mempunyai anak laki-laki satu-satunya,yaitu bapak dari Warti Warni dan
Warsih.Kedua suami istriterkenal orang yang gigih bertani,aktif membantu sesama peteni terutama
membagikan pengetahuannya tentang pertanian.Rupanya pergolakan politik tahun enam
lima ,menghancurkan keluarganya sampai luluh lantak.Ayahnya Warti,diciduk karena dianggap BTI
(Barisan tani Indonesia)di bawah naungan PKI.Ibunya dianggap Gerwani,diciduk pula,karena tidk tahan
menderita,ia mati di penjara,Bapaknya,dibawa bersama-sama banyak laki-laki,naik mobilGazz besar
tertutup rapat dengan deklit.Kalau sudah demikian kata orang tidak mungkin mereka kembaliKabarnya
merkadibawa kesuatu temat yang sunyi,disuruh menggali lubang besar ber sama-sama,setelahitu
meereka di drel dengan senapan mesin,mereka dikubur secara asal di sana.Ditingkat bawahpun
demikian mereka saling membunuh,sekalipun saudara sendiri,hanya karena perbedaan politik.Di media
luarneri peristiwa ini terkenal dengan perang saudara.Anak-anak tapol,(tahanan politik)teramat suli jadi
PNS.Jangankan anak tapol mempunyai saudara tapol pun kariernya akan terhambat.Waktu itu,atara
fitnah dengan kebenaran sangat sulit di bedakan.Menyadari hal itu,ketiga anak gadis itu,tidak begitu
berharap memperoleh pasangan yang di inginkan.Dari kalangan diatasnya,tidak mungkin dari kalangan
yang sama atau dibawahnya juga sulit,karena mereka akan diolok-olok mempunyai pacar anak
tapol.Hanyapemuda yang penuh pengorbananlah yang berani mendekatinya.Namun Warti tidak
menghiraukan hal itu,yang penting ia bekerja,dapat penghasilan,dan berguna bagi masyarakat
banyak.Keluarganya berusaha melupakan peristiwa yang mengerikan itu,belajar damai dengan mereka
yang menghancurkan hidup dan masa depannya.

Sekarang tidakada lagi kebisuan,sekalipun telinga kakek tidak mendengar,tapi matanya berbinar
memancarkan kebahagiaan.

Bagaimana kabarnya Parno?Ia menerima pagilan pekerjaan di Bangka,sebagi karyawan DPU disana.

Apakah kelak akan kembalik,hanya waktu yang akan membuktikannya.

Sang Juragan,atau Juragsne,atau Bos tetangga desa,sekarang sudah m enjadipedagang yang


baik,tidaklagi arogan,tapi lebih alim,dan sopan.Sekarangtidak lagi percaya jimat,maupun kekbalan yang
lain,karena hanyalah Tuhan saja yang empunya kuasa hidup matinya seseorang.Ia tidak lagi mengumbar
hawa naesunya,melainkan lebih mensyukuri apa yang di berikan sang Khalik padanya.

Anda mungkin juga menyukai