Anda di halaman 1dari 39

WACANA PIDANA PELAKU LGBT DALAM PEMBERITAAN REPUBLIKA

ONLINE PERIODE 2016 – 2018

Azalea Annas Finesha, S.I.Kom


Dr. Herlina Agustin, S.Sos, MT
Maimon Herawati, S.Sos, M.Litt
Program Studi Jurnalistik, Fakultas Ilmu Komunikasi
Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Indonesia
e-mail: azaleaestiady@gmail.com
heragustin@yahoo.com
maimonherawati@gmail.com

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana adanya UU Pidana kaum
LGBT di Indonesia, diwacanakan oleh Republika.co.id. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan teknik analisis kritis model Norman
Fairclough. Objek penelitian adalah 9 berita di Republika.co.id yang dipilih dalam rentang
waktu tahun 2016 – 2018.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada level teks terdapat representasi negatif terhadap
kaum LGBT dan dukungan atas adanya pengadaan UU Pidana LGBT di Indonesia. Pada level
praktik wacana menunjukkan bahwa Republika.co.id memaknai kaum LGBT sebagai kaum
berbahaya, menyimpang dari ajaran Agama, merugikan masyarakat luas, dan perlu dipidana.
Dan pada level sosiokultural menunjukkan bahwa sistem nilai dan norma masyarakat belum
dapat menerima kehadiran kaum LGBT.

Simpulan pada penelitian ini adalah terdapatnya faktor dari dalam media berupa ideologi Islam
di dalam tubuh Republika.co.id yang mempengaruhi proses penulisan dan pembentukan
wacana pidana kaum LGBT tersebut.

Saran peneliti dalam penelitian ini adalah Republika.co.id sebagai media nasional untuk
komunitas muslim Indonesia bisa lebih netral dan komprehensif dalam menjelaskan wacana
yang mereka gulirkan, dalam hal ini adalah wacana pidana LGBT di Indonesia. Selain itu
Republika sebagai media jurnalistik dapat memberikan porsi yang seimbang untuk para
narasumber yang menolak adanya UU Pidana LGBT agar berita yang dibuat bisa lebih
berimbang dan cover both side.

Abstract: The aim of this research was to learn about the Criminal Law Act of LGBT in
Indonesia, a discourse by Republika.co.id. The method used in this research was qualitative
research method with Norman Fairclough critical analysis model. The object of this research
were 9 news in Republika.co.id, chosen between 2016-2018.

The result of this research showed that on the textual level, negative representation towards
LGBT and support to the creation of The Criminal Law Act of LGBT in Indonesia was found.
On practice level, discourse showed that Republika.co.id interpreting LGBT as a dangerous
community, strayed from the religion’s teaching, has brought damage to the society, and need
to be punished by the law. And on the sociocultural level, it showed that the values and norms
in society could not accept the existence of LGBT.

Conclusion of this research showed there was Islam ideology as an intrinsic factor in
Republika.co.id which affects the writing process and the formation of the discourse of criminal
law act of LGBT. We suggest that Republika.co.id as a national media for Indonesian Moslem
community should be more neutral and comprehensive in giving the explanation regarding the
discourse, in this case, the discourse on the criminal law act of LGBT. Furthermore, Republika
as journalistic media should give equal portion for those sources who disagree with the
discourse so that the news may be more balanced and cover both sides.
Keywords: LGBT in media, ideology in media, Critical Discourse Studies
PENDAHULUAN harus diduga, bahwa belum cukup
umur, diancam dengan pidana
Pada Rabu, 24 Agustus 2016, portal penjara paling lama lima tahun”,
berita online Republika.co.id yang asalnya sesama jenis laki-laki
mengeluarkan berita berjudul: “Pelaku dewasa terhadap yang belum
LGBT Disarankan Dipidana”. Berita dewasa dimintakan untuk
tersebut, memuat informasi yang memuat dihilangkan batasan umurnya.
inforrmasi adanya sidang pengajuan hukum
pidana terhadap kaum LGBT (Lesbian, AILA sebagai organisasi yang
Gay, Biseksual, dan Transgender) kepada mendukung kesejahteraan anak, disertai
Mahkamah Konstitusi. Sidang tersebut pula dukungan KPAI, menuntut
diajukan oleh beberapa akademisi dan ahli pemberlakuan UU LGBT secepatnya demi
hukum di Indonesia, yang tergabung dalam menekan angka kejahatan seksual pada
organisasi Aliansi Cinta Keluarga (AILA). anak. Hal ini diberitakan oleh media
Mereka diantaranya adalah Prof Dr Euis jaringan Republika.co.id pada tanggal 25
Sunarti (Guru Besar IPB Bogor), Atip Agustus 2016 dengan judul: “KPAI:
Latipulhayat (Ahli Pidana Universitas Kejahatan Seksual Berkurang Bila Perilaku
Padjajaran), dan 10 orang lainnya. Aksi LGBT Dipidana”. Judul yang diangkat
tuntutan pemberlakuan pidana terhadap media ini termasuk cukup kontroversial
kegiatan seks menyimpang ini didunkung karena secara tidak langsung merujuk
oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia LGBT sebagai dalam kejahatan seksual
(KPAI), komunitas muslim seperti Majelis anak.
Ulama Indonesia (MUI), dan juga sebagian
besar parpol di Indonesia seperti PPP, PAN, Menanggapi adanya pengajuan
dan Hanura. hukum tersebut, Republika.co.id menjadi
salah satu media yang cukup gencar
Ada tiga pasal KUHP yang memberitakan kasus tersebut pada periode
dimohon untuk diuji oleh Mahkamah tersebut. Judul-judul berita lainnya yang
Konstitusi: juga mengandung kata-kata kontroversial
ketika itu adalah: Pelaku LGBT Disarankan
 Pasal 284 tentang perzinahan, yang Dipidana (24 Agustus 2016), Dewan: Uji
tadinya terbatas dalam kaitan Materi Soal Pasal LGBT Sesuai dengan
pernikahan dimohonkan unruk Pancasila (24 Agustus 2016), KPAI:
diperluas ke konteks diluar Kejahatan Seksual Berkurang Bila Perilaku
pernikahan. LGBT Dipidana (25 Agustus 2016),
 Pasal 285 tentang perkosaan: Prostitusi Gay Bogor Bukti LGBT Harus
“Barang siapa dengan kekerasan Dipidana (01 September 2016), LGBT
atau ancaman kekerasan memaksa Dinilai Manfaatkan Lemahnya Hukum
seorang wanita bersetubuh dengan Indonesia (02 September 2016), Nasir:
dia di luar perkawinan, diancam Jangan Takut untuk Pidanakan LGBT (02
karena melakukan perkosaan September 2016), dll.
dengan pidana penjara paling lama
dua belas tahun”, yang tadinya Adanya pengajuan hukum pidana
terbatas laki-laki terhadap terhadap kaum LGBT, yang kemudian
perempuan, dimintakan untuk menggambarkan mereka sebagai kriminal,
diperluas ke laki-laki ke laki-laki merupakan salah satu dampak dari
ataupun perempuan ke laki-laki. pergerakan anti-LGBT Indonesia yang
 Pasal 292 tentang percabuulan semakin marak di tahun 2016. Dikutip dari
anak: “Orang yang cukup umur, salah satu berita media terkemuka Time
yang melakukan perbuatan cabul yang berjudul “LGBT Rights in Indonesia
dengan orang lain sama kelamin, Are Coming Under ‘Unprecedented
yang diketahui atau sepatutnya Attack’” (11 Agustus 2016), disebutkan
bahwa pemberitaan berjudul “LGBT bahwa Republika.co.id memilikir tujuan
Ancaman Serius” yang telah disebutkan untuk membangun sebuah wacana pidana
sebelumnya merupakan awal dari polemik kaum LGBT.
anti-LGBT di tahun 2016.
Banyaknya berita yang dimuat di
Keberlanjutan wacana pidana Republika.co.id terkait pengajuan pidana
LGBT ini pun tak berhenti di tahun 2017. terhadap kaum LGBT membuat peneliti
Di pengawal tahun 2018, beragam membatasi waktu pengamatan berita-berita
organisasi menyampaikan ketidak yang dimuat di Republika.co.id. Peneliti
setujuannya mengenai putusan MK. Mulai membatasi waktu dari tahun 2016 – 2018.
dari MUI hingga beberapa fraksi di DPR. Pembatasan tersebut dilakukan melihat
Mereka menyatakan bahwa perjuangan UU bahwa dalam rentang waktu tersebutlah
pidana LGBT tidak akan berhenti dan akan awal dari kegencaran Republika.co.id
segera diresmikan di masa depan. memberitakan kasus LGBT yang
mengandung wacana pidana LGBT hingga
Di Indonesia, hukum nasional kelanjutan wacana tersebut hingga tahun
dalam arti luas tidak memberi dukungan 2018 . Hal-hal yang ditemukan dalam
bagi kelompok LGBT walaupun pemberitaan isu LGBT di atas membuat
homoseksualitas sendiri belum pernah peneliti tertarik untuk mengetahui:
ditetapkan sebagai tindak pidana. Namun, Bagaimana wacana pidana LGBT
baik perkawinan maupun adopsi oleh orang dikonstruksi dalam pemberitaan terkait
LGBT tidak diperkenankan. Tidak ada pengajuan UU Pidana kaum LGBT pada
undang-undang anti-diskriminasi yang rentang waktu 24 Agustus 2016 – 02
secara tegas berkaitan dengan orientasi September 2016 oleh Republika.co.id pada
seksual atau identitas gender. Hukum dimensi teks, praktik wacana, dan dalam
Indonesia hanya mengakui keberadaan dimensi praktik sosial budaya?
gender laki-laki dan perempuan saja,
sehingga orang transgender yang tidak Untuk menjawab pertanyaan
memilih untuk menjalani operasi tersebut, peneliti akan menggunakan
perubahan kelamin, dapat mengalami metode Analisis Wacana Kritis (AWK)
masalah dalam pengurusan dokumen model Norman Fairclough. Analisis
identitas dan hal lain yang terkait. Sejumlah Fairclough ini menekankan bahasa sebagai
Perda melarang homoseksualitas sebagai praktik kekuasaan. Bahasa, secara sosial
tindak pidana karena dipandang sebagai dan historis, adalah bentuk tindakan, dalam
perbuatan yang tidak bermoral, meskipun hubungan dialektik dengan struktur sosial.
empat dari lima Perda yang terkait tidak Oleh karena itu, analisis harus dipusatkan
secara tegas mengatur hukumannya. pada bagaimana bahasa itu terbentuk dan
dibentuk dari relasi sosial dan konteks
Dalam berita-berita Republika.co.id sosial tertentu.
yang telah disebutkan sebelumnya, peneliti
menemukan banyak kata-kata yang bersifat Peneliti memilih menggunakan
tendensius dan provokatif, baik dalam judul metode ini karena merupakan metode yang
maupun isi beritanya. Inti dari pemberitaan paling tepat untuk dijadikan alat dalam
tersebut, bisa disimpulkan menggambarkan menganalisis kasus pemberitaan yang
kaum LGBT sebagai sosok kriminal dan demikian. Hal ini dikarenakan, model
juga sumber penyakit, yang perlu dipidana. Fairclough lebih mengutamakan analisis
Selain itu, informasi yang diberikan dalam proses produksi teks berita di sebuah media.
berita tersebut berasal dari narasumber- Seperti yang dijelaskan Fairclough pada
narasumber yang memiliki satu pandangan dimensi kedua analisis wacana kritis
terhadap kaum LGBT, yakni tidak mengenai praktik diskursus, ada dua sisi
menyetujui kehadiran mereka. Ditarik dari dari hal tersbut, yakni produksi teks dan
penemuan tersebut, peneliti berasumsi konsumsi teks.
Kedua hal tersebut berhubungan sosial; untuk melihat bagaimana wacana
dengan jaringan kompleks yang melibatkan dalam pemberitaan tersebut dibentuk, serta
berbagai aspek praktik diskursif. Dari meneliti bagaimana pengaruh ideologi yang
berbagai faktor yang kompleks tersebut, dianut media mempengaruhi pembentukan
setidaknya ada tiga aspek penting. Pertama, wacana pidana LGBT. Penelitian ini akan
dari sisi individu wartawan itu sendiri. membongkar teks, yang meggunakan
Kedua, dari sisi bagaimana hubungan dimensi bahasa, menggunakan metode
antara wartawan dengan struktur organisasi AWK, untuk menggali apa saja yang
media. Ketiga, praktik kerja atau rutinitas mempengaruhi isi teks tersebut dan melihat
kerja dari produksi berita mulai dari apa hubungannya dengan keadaan sosial di
pencarian berita, penulisan, editing, hingga Indonesia.
naiknya sebuah pemberitaan di sebuah
media massa. Ketiga elemen tersebut
merupakan keseluruhan dari praktik
wacana dalam suatu media yang saling kait METODE PENELITIAN
dalam memproduksi suatu wacana berita
Metode penelitian yang digunakan
(Eriyanto, 2009: 317).
untuk menganalisis wacana pemberitaan
Analisis wacana kritis model pengajuan hukum pidana terhadap kaum
Norman Fairclough didasarkan pada LGBT ini adalah metode kualitatif. Metode
pertanyaan besar, yaitu bagaimana adalah proses, prinsip, dan prosedur
menghubungkan teks yang mikro dengan digunakan untuk mendekati problem dan
konteks masyarakat yang makro (Eriyanto, mencari jawaban dan juga merupakan
2012: 285). Model analisis ini membangun pendekatan umum untuk mengkaji
suatu model yang mengintegrasikan secara penelitian. Jawaban dan juga merupakan
bersama-sama analisis wacana yang pendekatan umum untuk mengkaji
didasarkan pada linguistik dan pemikiran penelitian. Metodologi dipengaruhi
sosial dan politik, dan secara umum perspektif teoritis yang digunakan dalam
diintegrasikan pada perubahan sosial. penelitian tersebut. Perspektif yang berisi
Model tersebut juga menganggap pemakai kerangka penjelasan berguna untuk
bahasa, selalu membawa nilai ideologis membantu penulis memahami dan
tertentu dalam teks yang dituliskannya. menginterpretasikan data yang rumit
(Mulyana, 2002: 145).
Sebuah teks berita pada dasarnya
dihasilkan lewat proses produksi teks yang Teknik analisis yang digunakan
berbeda, seperti bagaimana pola kerja, pada penelitian ini adalah teknik analisis
bagan kerja, dan rutinitas dalam wacana kritis model Norman Fairclough.
menghasilkan berita. Selain itu, terdapat Fokus perhatian Fairclough adalah melihat
konteks sosial yang memengaruhi bahasa sebagai praktik kekuasaan. Analisis
wacanayang digunakan adalah analisis
bagaimana teks hadir ke hadapan khalayak,
wacana kritis atau Critical Discourse
yang dalam pemahaman Fairclough disebut
Analysis yang biasa digunakan dalam
praktik sosiokultural. Konteks sosial
membedah isi suatu media.
berkaitan dengan konteks situasi, konteks
dari praktik institusi media sendiri dalam Sesungguhnya suatu teks berita
hubungannya dengan masyarakat atau tidak dapat dilepaskan dari relasi-relasi
budaya dan politik tertentu (Eriyanto, 2012: kuasa. Analisis wacana masuk dalam
286-288). paradigma kritis yang melihat pesan
sebagai pertarungan kekuasaan sehingga
Dari penjelasan di atas, peneliti
teks dipandang sebagai suatu bentuk
akan menganalisis teks berita terkait
dominasi dan hagemoni suatu kelompok
pengajuan pidana LGBT dalam level teks,
lain. Wacana demikian adalah suatu alat
praktik wacana, dan sekaligus praktik
wacana di mana suatu kelompok Analisis akan dilakukan pada bagian
memarjinalkan posisi kelompok yang tidak linguistik yang meliputi kata, proposisi, dan
dominan (Eriyanto, 2009: 18). lainnya.

Istilah “wacana” dalam analisis 2. Praktik Wacana


wacana merujuk pada bagaimana
seseorang, satu kelompok, gagasan, atau Analisis praktik wacana (discourse
pendapat tertentu ditampilkan dalam practice) memusatkan perhatian pada
pemberitaan. Wacana ini penting dalam dua bagaimana produksi dan konsumsi teks.
hal. Pertama, apakah seseorang, kelompok, Sebuah teks merupakan hasil dari suatu
atau gagasan tersebut ditampilkan bentuk praktik diskursus rumit dan
sebagaimana mestinya. Kedua, bagaimana kompleks.
wacana tersebut ditampilkan (Eriyanto,
2009: 113). 3. Praktik Sosiokultural

Analisis wacana Norman Praktik sosial budaya (sociocultural


Fairclough didasarkan pada pertanyaan practice) didasarkan pada asumsi bahwa
besar, bagaimana menghubungkan teks konteks sosial yang ada di luar media
yang mikro dengan konteks masyarakat mempengaruhi bagaimana wacana yang
yang makro. Fairclough berusaha muncul dalam media. Ruang redaksi atau
membangun suatu model analisis wacana wartawan sangat ditentukan oleh faktor luar
yang mempunyai kontribusi dalam analisis dirinya. Praktik sosial budaya ini tidak
sosial dan budaya. Maka dari itu ia berhubungan langsung dengan produksi
mengkombinasikan tradisi analisis teks, tetapi ia menentukan bagaimana teks
kontekstual, yang selalu melihat bahasa diproduksi dan dipahami (Eriyanto, 2009:
dalam ruang tertutup, dengan konteks 320).
masyarakat yang lebih luas. Oleh karema
itu, analisis harus dipusatkan pada Bedasarkan penjelasan di atas,
bagaimana bahasa itu terbentuk dan peneliti akan melakukan metode analisis
dibentuk dari relasi sosial dan konteks dengan membagi tiga bagian. Bagian
sosial tertentu (Eriyanto, 2009: 285). pertama adalah teks, di sini peneliti akan
menganalisis teks untuk melihat wacana
Fairclough membagi analisis tuntutan pidana terhadap kaum LGBT pada
wacana dalam tiga dimensi : Pertama, teks Republika.co.id. Wacana ini akan
(bagaimana berita ditampilkan dalam teks memperlihatkan bagaimana insiden
yang dapat membawa muatan ideologis peristiwa, orang, kelompok, situasi,
tertentu); Kedua, discourse practice keadaan, dan yang lainnya ditampilkan dan
(dimensi yang berhubungan dengan proses digambarkan dalam teks.
produksi dan konsumsi teks); Ketiga
sociocultural practice (dimensi yang Sedangkan dalam dimensi praktik
berhubungan dengan konteks di luar teks) wacana, penulis akan menggunakan
(Eriyanto, 2009: 287). discourse practice pada produksi dan
konsumsi teks. Dalam analisis ini ada tiga
Model analisis Fairclough ialah : hal penting yang harus diperhatikan, yaitu
sisi individu wartawan itu sendiri. Kedua,
1. Teks dari sisi bagaimana hubungan wartawan
dengan struktur organisasi media, baik
Fairclough melihat teks dalam dengan sesama anggota redaksi maupun
berbagai tingkatan. Teks bukan hanya dengan bidang lain dalam satu media.
menampilkan bagaimana suatu objek Ketiga, praktik kerja/rutinitas kerja dan
digambarkan tetapi juga bagaimana produksi berita dimulai sampai tulisan
hubungan antarobjek didefinisikan. berita muncul sebagai tulisan di media.
Ketiga elemen tersebut merupakan jelas adanya wacana pidana terhadap
keseluruhan dari praktik wacana dalam kaum LGBT. Seluruh judul
suatu media yang saling terkait (Eriyanto, menyiratkan persetujuan dan
2009: 316). dukungan akan adanya pidana
terhadap kaum LGBT. Selama
Pada dimensi prakti sosikultural, rentang tahun 2016 – 2018 dari
analisis didasarkan pada asumsi bahwa seluruh berita yang diteliti, ada
konteks sosial yang ada di luar media konsistensi judul yang digunakan oleh
memengaruhi wacana yang muncul di Republika.co.id dalam pemberitaan
dalam media. Wacana dalam pemberitaan mereka, meskipun rentang waktunya
menggambarkan persepsi sosial cukup jauh. Dari penggunaan judul
masyarakat (Eriyanto, 2009: 320). tersebut, Republika.co.id
melegitimasi kaum LGBT sebagai
sebuah kriminalitas yang perlu diberi
pidana.
HASIL DAN PEMBAHASAN
2. Fowler menyebutkan bahwa tugas
Wacana Pidana LGBT dalam Level Teks dari critical linguistic adalah
membedah dan membongkar
Fairclough melihat teks dalam kemungkinan pemakaian bahasa
berbagai tingkatan. Teks bukan hanya untuk melegitimimasi atau
menampilkan bagaimana suatu objek memarjinalisasi gagasan atau
digambarkan tetapi juga bagaimana seseorang (Eriyanto, 2012:137).
hubungan antarobjek didefinisikan. Republika.co.id melegitimasi wacana
Analisis akan dilakukan pada bagian pemidanaan LGBT melalui
linguistik yang meliputi kata, proposisi, dan penggunaan kosakata-kosakata
lainnya. mendiskriminasi LGBT, seperti:
Berdasarkan penjelasan di atas, pantas dihukum, kejahatan seksual,
peneliti melakukan peninjauan lebih detail pidana, merugikan, menyimpang,
akan teks-teks terpilih yang mengandung prostitusi, penyakit, melanggar
wacana pidana LGBT dalam pemberitaan hukum, pelaku pencabulan, hingga
Republika.co.id dan menemukan hasil menyebut mereka sebagai resiko
berikut ini: kepunahan manusia. Legitimasi
tersebut juga disampaikan dengan tata
1. Pada kesembilan pemberitaan yang bahasa. Darma menjelaskan pada
dianalisis berjudul: “Pelaku LGBT buku Analisis Wacana Kritis
Disarankan Dipidana”, “KPAI: menyatakan bahwa dalam teks
Kejahatan Seksual Berkurang Bila memang sering muncul kata-kata
Perilaku LGBT Dipidana”, “MUI tertentu yang dominan dan
Beberkan Alasan LGBT Harus dinaturalisasikan kepada pembaca
Dipidanakan”, “Prostitusi Gay (2014: 72). Terbukti dari analisis teks
Bogor Bukti LGBT Harus Dipidana”, terdapat banyak pengulangan kata-
dan “LGBT Dinilai Manfaatkan kata yang sudah disebutkan tadi.
Lemahnya Hukum Indonesia”, Pemilihan diksi dalam sebuah berita
“Asosiasi Dosen Sesalkan Putusan merupakan cerminan dari proses
MK Soal LGBT”, “MUI Dorong DPR seorang wartawan dan media dalam
Bahas Hukum Pidana LGBT”, “MUI memandang sebuah realitas. Dalam
Dorong DPR Bahas Hukum Pidana hal ini, Republika.co.id
LGBT”, dan “Pasal Pidana LGBT memposisikan dirinya memandang
Sesama Dewasa Didorong Segera kaum LGBT sebagai kelompok yang
Masuk RKUHP”. Dari penulisan pantas dihukum, menyimpang,
judul-judul tersebut tampak begitu melanggar hukum, dan juga
merugikan. Penggunaan diksi yang 4. Salah satu berita yang diteliti berjudul
sangat menyudutkan tersebut diulang- “LGBT Dinilai Manfaatkan
ulang di setiap berita yang peneliti Lemahnya Hukum Indonesia” secara
analisis dan dinaturalisasikan, secara gamblang menyatakan ‘perang’
tidak langsung membuat kelompok terhadap LGBT dan menganggap Hak
LGBT terdengar seperti konotasi Asasi Manusia sebagai senjata, secara
yang tidak baik. tidak langsung penulis tidak
menganggap serius hukum Hak Asasi
Republika.co.id melanggar poin ke-
Manusia. Dalam berita tersebut berisi
3 Pedoman Media Siber yang
pernyataan berikut:
berbunyi “Tidak memuat isi
diskriminatif atas dasar perbedaan  “Sosiolog dari Universitas Ibnu
jenis kelamin dan bahasa, serta tidak Chaldun Jakarta, Musni Umar
merendahkan martabat orang lemah, berpendapat, penegakan hukum
miskin, sakit, cacat jiwa, atau cacat merupakan cara lain untuk
jasmani.” Dalam hal ini, sikap memerangi perkembangan kelompok
diskriminasi Republika.co.id terlihat lesbian, gay, biseksual dan
dalam pengulangan diksi-diksi yang transgender (LGBT).”
bersifat memojokkan dan
 “Apalagi, para kelompok LGBT
menjelekkan.
tersebut berlindung di balik senjata
3. Pandangan kritis memandang bernama Hak Asasi Manusia
wartawan sebagai bagian dari suatu (HAM).”
kelompok dalam masyarakat yang
akan menilai sesuai dengan  Setahun lebih kemudian, pada tanggal
kepentingan kelompoknya, mereka 15 Desember 2017, Republika.co.id
menuliskan berita bukan sebagai mengeluarkan berita berjudul
penjelas informasi, namun sebuah ‘Asosiasi Dosen Sesalkan Putusan
pembentukan realitas yang sesuai MK Soal LGBT’ yang mana memiliki
dengan kepentingan kelompoknya kemiripan pandangan dengan
(Eriyanto, 2012: 40). Penjelasan pernyataan dalam pemberitaan
tersebut terbukti dengan usaha ‘LGBT Dinilai Manfaatkan
wartawan penulis berita Lemahnya Hukum Indonesia’ yang
memposisikan narasumber sebagai mana menyatakan bahwa LGBT tidak
orang yang berpengaruh dan lebih seharusnya berlindung pada HAM,
tinggi dari khalayak, terbukti dengan justru mereka bertentangan dengan
penggunaan kata ‘tokoh masyarakat’ HAM itu sendiri: “Amirsyah
ketika mendeskripsikan siapa yang mengatakan, perbuatan LGBT
mengangkat gugatan pidana LGBT. merupakan suatu prilaku yang
Wartawan juga menggambarkan menyimpang dan bertentangan
pengajuan pidana LGBT sebagai dengan hak asasi manusia (HAM).”
‘gugatan masyarakat’ yang seakan- Meskipun melewati rentang waktu
akan merupakan ide dari seluruh setahun lebih, pernyataan-pernyataan
masyarakat. Dalam hal ini di atas saling mendukung dan saling
Republika.co.id memposisikan melengkapi. Menurut Eriyanto, salah
mereka sebagai wakil dari opini satu cara media melakukan
rakyat secara general yang beritanya pemaknaan realitas adalah dengan
patut diterima sebagai kebenaran serta cara pemilihan fakta itu sendiri.
memutuskan mana yang terbaik bagi Gagasan itu diungkapkan dengan
khalayaknya dengan memberi kata, kalimat, dan proposisi tertentu
imbauan-imbauan tertentu (Eriyanto, 2012: 116). Dalam hal ini
berdasarkan pernyataan pemaknaan Republika.co.id dalam
narasumbernya. memandang LGBT adalah
ketidaksesuaian mereka dengan HAM perspektif adil dan komprehensif
dan bahwa mereka tidak bisa karena isu yang dibahas sangat
memiliki hak-hak tersebut. krusial. Pihak Republika.co.id
memang tidak secara langsung
5. Pengulangan diksi juga digunakan
mengatakan hal-hal yang
sebagai penekanan wacana, yang
diskriminatif dalam pemberitaan
tidak hanya dilakukan dalam satu teks
mereka, namun dalam hal ini mereka
berita yang sama namun juga
memegang penuh kendali dalam
berulang pada berita-berita lainnya.
pemilihan opini narasumber yang
Peneliti menemukan penggunaan
mereka pilih sebagai sumber
kata-kata seperti: ‘LGBT harus
informasi mereka. Republika.co.id
dipidana’, ‘hukuman terhadap
melakukan misrepresentasi
LGBT’, dan ‘LGBT berbahaya’
ekskomunikasi terhadap kaum LGBT
digunakan berulang pada teks yang
dalam pemberitaan mereka dengan
berbeda. Bahkan meninjau jauh ke
cara membatasi narasumber berita
belakang, Republika.co.id tidak
sesuai dengan nilai ideologi mereka
hanya sekali menyatakan bahwa
dan sedangkan pihak berseberangan
LGBT menggunakan Hak Asasi
ditampilkan melalui sudut pandang
Manusia sebagai senjata. Menurut
mereka sendiri tanpa wadah untuk
Stuart Hall, media massa pada
memberikan pernyataan.
dasarnya tidak mereproduksi,
Misrepresentasi adalah sebuah cara
melainkan menentukan realitas dari
media dalam merepresentasikan
kata-kata yang terpilih (Eriyanto,
seseorang atau sebuah kelompok
2012: 37). Berdasarkan pernyataan
secara tidak benar (Eriyanto, 2012:
Hall tersebut, peneliti berasumsi
121).
bahwa Republika.co.id
merepresentasikan LGBT sebagai 7. Beberapa pernyataan narasumber
pidana, berbahaya, dan pantas yang dikutip tidak diikuti dengan
dihukum; yang kemudian disajikan penggunaan data yang aktual dan
sebagai realitas dalam berita mereka. faktual, serta akurat, sehingga
membuktikan kurangnya riset sang
6. Pada setiap berita hanya memuat satu
wartawan sebelum menuliskan berita.
narasumber, atau dua narasumber
Hal tersebut membuat penulisan
(berita pertama). Setiap narasumber
berita-berita yang dianalisis dalam
merupakan pihak yang ada di kubu
penelitian ini dinilai kurang
kontra LGBT dan juga merupakan
komprehensif. Seperti yang telah
orang muslim. Kurangnya
peneliti bahas di bagian Pedoman
narasumber dalam pemberitaan ini
Media Siber sebelumnya bahwa
tidak hanya membuat isi pemberitaan
media daring Republika tidak
Republika.co.id kurang akurat dan
melakukan verifikasi. Hal ini
kurang informasi, tapi cenderung
melanggar intisari jurnalistik, seperti
menggambarkan satu pandangan saja.
yang disampaikan Kovach pada
Peneliti menilai pemberitaan LGBT di
elemen ke-3, “Intisari jurnalistik
Republika.co.id tidak berimbang.
adalah verifikasi”. Menurut Kovach,
Pada Pedoman Media Siber poin ke-
idealnya, dilakukan disiplin verifikasi
2, terdapat penjelasan bahwa suatu
seperti mencari sumber sebanyak-
berita memerlukan verifikasi pada
banyaknya. Hal tersebut dilakukan
berita yang sama untuk memenuhi
agar mendapatkan fakta dari sumber
prinsip akurasi dan keberimbangan.
Hal ini tidak dilakukan oleh media yang beragam dan menghasilkan
berita yang komprehensif.
daring Republika. Hanya terdapat satu
narasumber berita saja pada tiap 8. Republika.co.id mengidentifikasikan
berita yang sebenarnya memerlukan dirinya sebagai orang ketiga yang
berperan sebagai pencerita yang tahu 12. Dari semua penjelasan di atas, peneliti
segalanya dan berasumsi menyimpulkan bahwa
sama/sepaham dengan sumber atau Republika.co.id berusaha
narasumber beritanya. Hal ini berarti menghagemoni khalayaknya dengan
Republika.co.id memposisikan penggunaan judul, pemilihan diksi,
dirinya sebagai pihak yang dan pemilihan narasumber yang
mendefinisikan realitas sebagaimana menjelaskan bahwa LGBT
hal tersebut dituliskan dalam merupakan penyimpangan dan
pemberitaannya. Dalam hal ini, kejahatan yang perlu masuk ke dalam
kelima pemberitaan yang dianalisis delik pidana.
secata konsisten mendefinisikan
realitas LGBT sebagai penyimpangan
yang perlu dihukum. Wacana Pidana LGBT dalam Level
Praktik Wacana
9. Sebagai berita langsung, semua berita
yang dianalisis dalam skripsi ini berisi 1. Analisis Individu Wartawan
penuh dengan pernyataan
narasumber. Namun penggunaan kata Eriyanto (2012: 318) menyebutkan
‘bagaimana tidak’ sebagai penekanan bahwa faktor pertama pembentukan wacana
pernyataan narasumber yang tidak adalah individu dan profesi jurnalis
langsung membuat seakan-akan termasuk latar belakang pendidikan
berita tersebut sarat akan opini mereka, perkembangan, professional,
pribadi. Penggunaan kata-kata orientasi politik dan ekonomi para
‘Bagaimana tidak’ digunakan pengelolanya, serta keterampilan dalam
beberapa kali dalam beberapa berita memberitakan secara akurat. Penting pila
yang dianalisis. Menilik jenis melakukan observasi pelaku, pemahaman
pemberitaan mereka yang termasuk terhadap nilai dan kepercayaan diri para
dalam jenis berita langsung, professional tersebut, juga orientasi
penggunaan kata ‘bagaimana tidak’ professional, paling tidak dalam proses
merupakan sebuah bentuk opini. sosialisasi terhadap bidang pekerjaannya.
Sedangkan dalam pemberitaan, opini Menurut penjelasan pimpinan redaksi
wartawan tidak diperbolehkan masuk Republika, Irfan Junaidi, kualifikasi
ke dalam isi berita. wartawan Republika.co.id dan harian
Republika tidak ada perbedaan. Setiap
10. Beberapa pernyataan dalam kelima wartawan wajib memiliki standar tertentu
berita memiliki negasi, yang mana yang sudah ditentukan oleh pihak
pernyataan dalam berita tersebut tidak perusahaan. Misalnya saja, setiap calon
benar dan bertolak belakang dengan wartawan wajib memiliki minimal
realita yang ada. Hal tersebut pendidikan Sarjana Strata 1 (S-1) dan juga
membuktikan kurangnya proses memiliki Indeks Prestasi Kumulatif (IPK)
verifikasi wartawan dalam memenuhi minimal 3 seperti yang sudah
kebutuhan informasi dalam dipersyaratkan. Setelah melewati tahap
pemberitaannya. administrasi, calon wartawan juga
11. Dalam relasi antar partisipan berita diberikan serangkaian tes berupa psikotes
secara umum, posisi wartawan, dan juga tes kesehatan. Bila syarat-syarat
pengamat, dan kelompok agamis tersebut sudah memenuhi, calon wartawan
lebih tinggi daripada kaum LGBT.
Hasil analisis relasi menunjukkan
pemerintah, rohaniawan muslim, dan
kelompok kontra LGBT
memenangkan pertarungan wacana
dalam pemberitaan mereka.
kemudian harus berhasil melewati tahap mengenai isu tersebut, yang ketika itu
seleksi wawancara.1 merupakan salah satu pihak penggugat
Bila wartawan sudah lolos dari pengajuan pidana terhadap kaum LGBT.2
serangkaian tes seleksi yang ada, mereka Di luar perspektif medianya, Dadang
kemudian harus mengikuti masa orientasi sendiri memandang LGBT sebagai sebuah
berupa pembelajaran jurnalistik dalam penyakit kejiwaan berbahaya yang
ruangan dan juga praktik lapangan selama 9 membuat penderitanya keluar dari
bulan. Setelah itu, pihak redaksi akan kodratnya yang diciptakan Tuhan sesuai
melakukan peninjauan ulang untuk dilihat gender masing-masing. Ia menyatakan,
mana yang dianggap layak untuk diangkat bahwa Tuhan hanya menciptakan laki-laki
menjadi wartawan tetap. dan Perempuan. Tidak ada yang di antara
Pada praktiknya di lapangan sebagai dua itu dan juga dikodratkan untuk
wartawan Republika, wartawan terlibat berpasangan dengan lawan jenis. Sebagai
aktif mengajukan ide isu yang hendak seseorang yang sedang sakit, bukan berarti
diberitakan bersamaan dengan redaktur dan mereka dimusuhi melainkan harus dibantu
pemimpin redaksi. Semua pihak tersebut, agar bisa sembuh.
khususnya wartawan dapat berinisiatif Ketika wawancara, peneliti sempat
mengembangkan liputan dengan menanyakan reaksi Dadang mendengar
mengajukan usulan dalam grup obrolan putusan MK dalam menolak pengajuan UU
redaksi. Pidana LGBT. Ia menjawab: “Oke, kalau
Dalam berita yang dianalisis dalam pendapat saya pribadi sebenarnya ya
skripsi ini, pembentukan wacana memang keberatan juga gitu. Maksudnya
Pemidanaan LGBT tidak terlepas dari peran bukan apa ya, tapi kan memang keputusan
wartawan yang meliputnya. Empat dari hukum yang sudah pakem lah dan kalau
lima berita yang peneliti analisis ditulis sudah demikian keputusannya kita tidak
oleh wartawan Republika yang bernama bisa berbuat banyak ya”.
Dadang Sugiana. Ketika isu tersebut sedang Sedangkan dari pihak pemimpin
kuat diberitakan, Dadang merupakan redaksi, Irfan Junaidi, menyatakan bahwa
wartawan rubric Nasional di LGBT merupakan penyakit berbahaya yang
Republika.co.id. Dalam isu sidang dapat memusnahkan manusia. Dia
pengajuan pidana terhadap kaum LGBT, berpendapat, bahwa penyebaran LGBT
Dadang mengambil perspektif kontra tidak seharusnya dikampanyekan dan
LGBT, terbukti dengan salah satu judul didukung. Bila semua manusia menjadi
beritanya: “LGBT Disarankan Dipidana”. LGBT, maka tidak aka nada yang bisa
Ketika diwawancara, Dadang membuat keturunan dan pada akhirnya
mengaku tidak mendapatkan arahan khusus manusia bisa punah. Untuk itulah LGBT
tentang judul yang ia buat. Ia mengaku perlu dimasukan dalam ranah Pidana.
hanya memilih judul yang sesuai dengan isi Bukan untuk dipenjara, namun dibuat
berita dan kutipan narasumber yang ia regulasi yang jelas tentang bagaimana
dapatkan. Selain itu, ia menyatakan bahwa keberadaan mereka harus diperlakukan.3
wartawan masing-masing sudah mengerti
berita seperti apa yang diharapkan oleh
perusahaan sehingga ia tidak memerlukan
arahan dari redaktur untuk memilih sudut 2. Analisis Proses Produksi Teks
pandang pemberitaan. Narasumber Peneliti melihat bahwa salah satu
pilihannya pun ia tentukan sendiri, cara untuk bisa memahami analisis wacana
berdasarkan keahlian masing-masing yang dalam level produksi teks, kita perlu
sesuai untuk memberikan pendapat memahami bagaimana sistem integrasi
1 3
Wawancara Irfan Junaidi, 12 Januari 2018, di Wawancara Irfan Junaidi, 12 Januari 2018, di
kantor Republika kantor Republika
2
Wawancara Dadang Sugiana, 5 Januari 2018.
berita di dalam Republika.co.id. Dalam reporter untuk rapat redaksi, untuk rapat
wawancara peneliti terhadap Irfan Junaidi redaksi harian ya, nggak dilibatkan,
selaku pemimpin redaksi di media karena biasanya sore-sore kan ya
Republika ia menjelaskan bahwa mulai dari namanya reporter masih di lapangan
tahun 2008 Republika menerapkan sistem gitu. Tapi ada juga rapat redaksi yang
integrasi newsroom. Penerapan tersebut melibatkan reporter. Jadi kaya
dilakukan dengan harapan meningkatkan misalkan, ada nih isu yang saat ini kita
efisiensi kerja media tersebut. harus geber terus misalkan isu ini. Nah,
itu kumpulkan semua reporter, kasih tau
Sistem tersebut membagi redaksi
dari redaktur seperti ini, isu ini yang
menjadi tiga bagian, yakni Newsroom,
diutamakan, tapi tanpa
Harian Republika; Republika.co.id.
mengesampingkan isu-isu lainnya,
Masing-masing bagian dipimpin oleh
gitu.”
redaktur pelaksana yang berada di bawah
Pemimpin Redaksi. Newsroom sendiri Jadi, pengusulan isu bisa datang dari
berfungsi sebagai pemasok berita baik siapa saja, baik pihak wartawan maupun
untuk Republika.co.id dan Harian pihak redaktur. Semua itu disesuaikan
Republika. dengan kondisi, yakni apakah ada isu
tertentu yang ingin ditonjolkan dalam
Produksi teks berkaitan dengan
Republika.
bagaimana pola rutinitas pembentukan
berita di meja redaksi. Eriyanto (2012: 319) Ketika isu sudah ditetapkan, pihak
lebih lanjut menjelaskan, bahwa proses ini redaktur kemudian memberi arahan kepada
melibatkan banyak orang dan banyak wartawan tentang apa saja yang harus
tahapan dari wartawan lapangan, redaktur, dimasukkan ke dalam berita, angle berita,
editor bahasa, sampai pemasaran. Praktik dan juga siapa saja yang harus dijadikan
itu merupakan rutinitas media yang akan narasumber. Menurut Dadang Sugiana
berpengaruh terhadap pemberitaan. selaku wartawan di Republika.co.id, arahan
dari redaktur pelaksa tidak selalu ada.
Sistem pembuatan berita di
Terkadang, wartawan dapat berinisiatif
Republika.co.id dimulai dari pengajuan isu,
sendiri memilih narasumber dan ide berita
yang mana dapat diajukan siapa saja
dari isu yang sudah ditentukan. Perihal
melalui grup redaksi secara online. Tetapi
sebelumnya, rapat redaksi antara redaktur sudut pandang dan juga isi berita, wartawan
sudah mengerti sendiri bagaimana standar
pelaksana dan wakil redaktur pelaksana
berita yang diinginkan oleh media
dilaksanakan setiap sore untuk
Republika sendiri jadi tidak perlu diarahkan
mengevaluasi isu utama dan juga mengenai
berulang-ulang.
beberapa berita yang perlu digarap lebih
dalam. Reporter sendiri tidak dimasukkan Pemimpin redaksi tetap menjadi
ke dalam rapat tersebut dan hanya orang yang paling berperan dalam
menunggu instruksi dari redaktur pelaksana mengendalikan pemberitaan dan juga sudut
tentang berita apa yang harus dibuat. pandang pemberitaan melalui grup online
Namun, pada praktiknya, cukup banyak yang tersedia. Irfan menjelaskan bahwa
wartawan mencari informasi dan membuat adanya grup online di applikasi Whatsapp
berita langsung dari pengamatan yang berfungsi agar pelaksanaan penentuan isu
terjadi di lapangan. lebih fleksibel dan efektif terutama dalam
integrasi berita online yang bersifat lebih
cepat dan dinamis.
“Rapat redaksi itu kalau di
Namun, perlakuan yang berbeda
Republika.co.id ada, bahkan setiap sore
itu ada rapat redaksi. Tapi ya rapat diterapkan dalam media cetak Harian
Republika. Pada versi media cetak
redaksi itu biasanya Redpel, Waredpel,
Republika, sistem produksi berita dibuat
sama Redaktur, begitu. Jadi kalau
lebih panjang, teratur, dan jelas. Hal
tersebut dilakukan melalui rapat rutin yang berita tersebut akan masuk di rubrik yang
dilakukan untuk membahas lebih dalam sesuai di website Republika.co.id.
tentang setiap berita yang akan diangkat di Republika sebagai media
media tersebut. Mungkin hal tersebutlah merupakan media yang awalnya diciptakan
yang membuat kualitas berita di media sebagai Koran bagi komunitas islam.
online dan media cetak cukup berbeda jauh. Barulah setelah beberapa tahun berdiri,
Dilihat dari banyaknya salah tulis dan juga Republika kemudian diubah menjadi Koran
keakuratan berita. Hal itu juga tampak dari nasional. Namun, hingga sekarang
kurangnya penekanan redaksi akan akurasi Republika masih memposisikan dirinya
dan cover both side. sebagai penyedia informasi bagi kaum
Dalam Republika.co.id, pengajuan muslim. Hal tersebut bisa dilihat dari
berita bisa berlangsung sangat cepat dan beberapa rubriknya yang berjudul
dalam kuantitas yang banyak. Karena itulah ‘Khasanah’, ‘Islam Digest’, dan lainnya.
prosesnya dibuat lebih sederhana. Setelah Berdasarkan poin tersebut juga, Irfan
wartawan menerima penugasan, mereka menjelaskan pandangan Republika
turun ke lapangan dan mewawancarai terhadap LGBT pun bisa didasari bahwa
narasumber yang sesuai. Setelah berita secara agama (baik islam maupun agama
selesai dikerjakan, wartawan lain) pelaku homoseksual memang tidak
mengirimkannya ke redaktur pelaksana seharusnya didukung. Tidak seharusnya
untuk diperiksa sebelum kemudian dimusuhi dan dihukum, tapi pergerakannya
diangkat ke portal berita online. Dengan harus dibatasi dan tidak dibiarkan begitu
banyaknya berita yang dikirimkan dan juga saja.
diproses agar segera terbit di website, pada Selain itu, posisi Republika dalam
kebanyakan waktu wartawan bahkan tidak penyebaran LGBT di Indonesia juga
tahu apakah berita mereka berhasil terbit didukung oleh salah satu berita mereka
atau tidak.
yang berjudul “Republika Terus Didorong
“Oh, nggak mesti, nggak mesti Cegah Ancaman LGBT”. Meskipun dalam
dimuat, karena kan pasti dia punya wawancara bersama peneliti Irfan selaku
standar sendiri gitu. Misalkan reporter pemimpin redaksi tidak mengakui bahwa
kan kadang hilang kontrol, maksudnya Republika merupakan media anti-LGBT
misalnya ketika dia bikin berita yang namun pada teks berita tersebut dengan
bersifat provokatif atau itu nyata tertulis pernyataan Sekretaris Jendral
kemungkinan bermasalah. Itu bisa jadi MIUMI, Bachtiar Nasir, berupa:
nggak dimuat. Jadi nggak mesti berita “Bachtiar menilai, memang tetap
yang kita kirimin dimuat, nggak. harus ada media yang berani melawan anti-
Disaring juga, ada redaktur yang LGBT ini di tengah mulai tolerannya
nyaring nanti misalkan ketika berita ini masyarakat perkotaan dan kelompok
nggak masalah ya pasti dinaikkan.” pendukung penyimpangan seksual ini.”
Dalam proses sebelum berita Dalam wawancara bersama peneliti
diangkat, redaktur berfungsi sebagai terkait penulisan berita berwacana
penyaring berita dari wartawan. Redaktur pemidaan LGBT, Irfan menyatakan bahwa
membaca ulang lagi berita yang ada, pandangan bahwa Republika merupakan
kemudian disesuaikan bila ada kesalahan media ¬anti-LGBT merupakan hal yang
sebelum berita di¬upload. Namun, ada berbahaya karena hal itu sama sekali tidak
kalanya jika berita terlalu beresiko untuk benar karena masih tersedianya tempat bagi
diangkat, misalnya mengandung isu LGBT untuk berpendapat di media mereka.
kontroversial, maka berita tersebut tidak Ia menekankan bahwa tujuannya adalah
akan diangkat sama sekali. Bila berita menyadarkan dan mengembalikan LGBT
sudah sesuai dengan standar media, maka pada kodratnya, bukan mengucilkan kaum
tersebut.
Menurut Dadang sendiri, Layaknya setiap media,
pemberitaan LGBT pada tahun 2016 lalu Republika.co.id memiliki pembaca yang
cukup gencar diberitakan oleh pihak tersegmentasi khusus. Mayoritas
Republika dikarenakan keinginan mereka pembacanya adalah kalangan dewasa muda
untuk menginformasikan fakta tentang umur produktif (21-44) sebanyak 79,54%.
penyebaran LGBT di Indonesia. Tidak bisa Sebanyak 66,33% pembaca dari kalangan
dipungkiri angkanya terus berkembang. Universitas jenjang S1. Sedangkan
Sementara itu pihak Republika juga ingin pembaca gender laki-laki merupakan
memberitahukan kepada khalayak bahwa mayoritas dengan angka 84,37%.
adanya LGBT sebagai penyakit dan Umumnya para pembacanya menggunakan
bagaimana penyakit tersebut bisa laptop/notebook untuk mengakses berita di
diminimalisir. website mereka, sedangkan sisanya
masing-masing sebanyan 30%
“Sebenarnya masalahnya simpel,
menggunakan computer dan 37%
bahwa Republika ingin memberi apa
menggunakan smartphone.
istilahnya, inform lah. Kan kalau di
jurnalistik ada istilah to inform. Berdasarkan data di atas, bisa
Menginformasikan bahwa sebenarnya disimpulkan bahwa mayoritas pembaca
bagaimana sih LGBT sekarang di Republika.co.id merupakan orang-orang
Indonesia perkembangannya gitu, dan berpendidikan yang membutuhkan
itu memang tidak bisa dipungkiri bahwa informasi komprehensif yang berkualitas.
itu memang terus berkembang, gitu. Berita bagi pembaca ini adalah informasi
Nah, sementara kita tau bahwa itu tuh, yang penting karena telah menjadi
LGBT itu penyakit kejiwaan yang kebutuhan mereka sehari-hari. Selain itu,
memang sangat berbahaya gitu. Itulah mereka juga tampak seperti orang-orang
kenapa kita vokal memberitakannya, yang bekerja namun menyempatkan diri
kita follow up terus isunya, karena untuk membaca berita melalui teknologi
memang kita ingin agar bagaimana lho terkini.
supaya si penyakit ini tuh bisa, minimal Survei pembaca yang dilakukan
diminimalisir lah gitu. Jangan sampai juga menunjukkan bahwa rata-rata
lebih banyak lagi orang terjerumus ke pembaca setia Republika.co.id berasal dari
sana gitu. Tapi bukan berarti kita mahasiswa aktif, produktif, dan
memusuhi orang-orang yang sudah berpendidikan. Menilik hal tersebut, maka
terjerumus ke sana gitu. Nggak berarti bisa disimpulkan bahwa media ini adalah
kita memusuhi mereka, justru kita ingin salah satu media daring yang menjadi
mereka itu sembuh karena itu kan sorotan ketika memberitakan sesuatu
namanya penyakit. Namanya penyakit khususnya topic-topik yang berkaitan
kejiwaan itu bisa disembuhkan selama dengan nilai-nilai agama islam, bahkan
mereka ada kemauan, gitu.” menjadi topic di ruang diskusi mahasiswa.
Dari pernyataan Irfan selaku Berdasarkan pengamatan peneliti,
pemimpin redaksi dan juga Dadang sebagai berdasarkan pernyataan teman sendiri atau
wartawan penulis berita terkait, bisa terlihat meninjau komentar dan diskusi terbuka di
idealisme mereka cukup mempengaruhi internet, pembaca mereka menyatakan
penulisan berita yang ada. Kedua-duanya Republika.co.id sebagai sebuah portal
mengakui bahwa LGBT merupakan berita yang kredibel, terutama karena
penyakit yang harus disembuhkan dan pemberitaannya sesuai dengan pemahaman
dicegah. Islam pada umumnya. Tentu saja hal itu
bertentangan dengan kenyataan bahwa
berita mereka, terutama mengenai LGBT,
3. Analisis Konsumsi Teks
tidak didukung fakta dan data yang
komprehensif serta cenderung subjektif.
Menurut Irfan selaku Pemimpin dari banyak tokoh penting sehingga terus
Redaksi, memang respon pemberitaan memberitakan berita ini sebagai sesuatu
LGBT di Republika.co.id mendapat respon yang urgent.
yang cukup positif dari pembaca setianya,
namun hal tersebut tidak mempengaruhi
pemberitaan mereka. Namun, bisa dilihat Pembahasan Dimensi Praktik Wacana
bahwa di sini teori Ekonomi Politik Media Berdasarkan Teori
bisa diterapkan, yakni dengan pihak redaksi
Dalam proses produks teks,
yang dapat mencampurkan ideology dan
Republika.co.id terlihat sangat dipengaruhi
opini mereka demi kepuasan khalayak
oleh ideologinya. Penggunaan ideologi
mereka.
tersebut dituangkan dalam masing-masing
Sebagai salah satu media berbasis berita untuk digunakan dalam rangka
Islam yang dianggap kredibel di Indonesia, memengaruhi masyarakat. Dalam
khalayaknya akan menganggap apapun pembahasan dimensi praktik wacana ini,
yang diberitakan oleh Republika.co.id peneliti akan menggunakan teori Hierarki
sebagai sebuah kebenaran, yang kemudian Pengaruh karangan Pamela J. Shoemaker
akan dijadikan dasar mereka memandang dan Stephen D. Reese; teori ideologi
sebuah masalah. Hal tersebut karangan Louis Althusser, dan teori
menempatkannya sebagai sebagai penafsir Hagemoni yang dikembangkan oleh
‘kredibel’ atas isu kontroversial seperti Antonio Gramsci.
perkembangan LGBT di Indonesia.
Berdasarkan hasil analisis di atas, Pembahasan dengan Teori
maka hal tersebut berhasil menegaskan Hierarki Pengaruh
berlakunya teori Hagemoni oleh Gramsci. Teori Hierarki Pengaruh
Dalam hal ini, Republika.co.id telah dikembangkan oleh Pamela J. Shoemaker
menyampurkan pandangan ideologi dan Stephen D. Reese pada tahun 1996
mereka ke dalam berita dan menyajikannya dalam Mediating The Message: Theories of
sebagai fakta yang disebarkan melalui Influence on Mass Media Content. Teori ini
website yang dapat dibaca mayoritas menjelaskan tentang pengaruh isi media
masyarakat Indonesia, yang mana bisa yang memengaruhi kebijakan redaksi
merubah pandangan khalayaknya terhadap dalam proses produksi berita, yaitu:
kaum LGBT. Pandangan mereka yang 1. Faktor Individu
menyudutkan kaum LGBT bukan hanya Faktor individu berhubungan dengan
akan merangsang pandangan negatif, latar belakang profesionalitas pengelola
namun juga bisa menimbulkan perlakuan media. Faktor ini melihat bagaimana
tidak adil terhadap kaum tersebut. berbagai factor personal dari pengelola
Meskipun mereka menolak mengakui media memengaruhi pemberitaan yang
dirinya sebagai media anti-LGBT, akan disajikan pada khalayak. Pemberitaan
pemberitaan mereka akan ‘mempersiapkan’ di suatu media tidak akan pernah lepas dari
mereka untuk ‘memberantas’ factor individu (jurnalis) media tersebut,
perkembangan LGBT. khususnya mengenai arah pemberitaan dan
unsur-unsur yang diberitakan.
Bisa disimpulkan pada tingkatan Faktor individual sangat berpengaruh
konsumsi teks, Republika.co.id berhasil dalam proses produksi berita. Hal tersebut
menghagemoni khalayaknya. Hal tersebut dikarenakan wartawan sebagai pihak yang
dapat dilihat dari pemilihan narasumber menggali informasi kemudian
yang disebut sebagai jajaran orang-orang mengkonstruksi pemberitaan sebuah
penting, serta digarap sedemikian mungkin media. Seorang wartawan adalah seseorang
agar terlihat seperti semua orang memiliki yang melihat suatu peristiwa dengan sudut
pendapat yang sama dengan mereka. Pihak pandangnya dan kemudian mengkonstruksi
redaksi pun merasa mendapatkan dukungan pemberitaan tersebut ke dalam apa yang ia
lihat. Salah satu factor yang membentuk mereka memiliki pandangan yang sama
level individual dari teori hierarki pengaruh terhadap LGBT, yakni menganggap mereka
ini adalah latar belakag dan karakteristik. sebagai sebuah kelainan jiwa dan harus
Dalam hal latar belakang dan segera diatasi. Hal tersebut juga
karakteristik, wartawan Republika.co.id membuktikan, bahwa ideologi media telah
rata-rata memiliki latar belakang berakar kuat pada masing-masing
pendidikan sarjana dari berbagai individunya yang kemudian mempengaruhi
Universitas. Dalam penjaringan masuknya, mereka dalam memproduksi sebuah teks
mereka pun perlu melalui serangkaian tes berita. Bahkan Dadang sendiri mengaku
dan juga kualifikasi. Dimulai dari IPK yang bahwa ia keberatan dengan putusan MK
memadai, tes TOEFL, dan juga pelatihan yang menolak pengajuan UU Pidana
lapangan sebelum akhirnya dipilih menjadi LGBT.
pegawai tetap. Dari sana, bisa dinilai bahwa Paradigma kritis menilai bahwa aspek
menjadi wartawan di media ini memerlukan etika, moral, dan nilai-nilai tertentu tidak
kualifikasi yang memadai dan juga mungkin dihilangkan dari pemberitaan
berkemampuan yang memadai dalam media. Wartawan bukanlah robot yang
menulis berita. Namun, salah satu meliput berita apa adanya. Ada
kualifikasi lain, yang tidak tertulis, adalah kecenderungan keberpihakan kepada
ideologi muslimah. Ideologi islam sudah kelompok tertentu. Wartawan di sini bukan
menjadi dasar bagi individu di media hanya pelapor, karena sadar atau tidak, ia
tersebut, dalam wawancara dengan menjadi partisipan dari keragaman
Dadang, ia menyebutkan bahwa pandangan penafsiran dan subjektivitas dalam public.
kawan-kawan Republika.co.id lain pun Maka berdasarkan analisis di atas, peneliti
masih tergolong sama tentang kaum LGBT, menemukan bahwa inividu dalam
bahwa mereka merupakan penyakit Republika.co.id memiliki pandangan yang
kejiwaan dan merupakan masalah yang sama atas ideologi medianya. Kemudian,
harus diatasi. Dengan kata lain, wartawan secara sadar dan tidak sadar, ideologi
Republika.co.id memiliki kemampuan yang tersebut mereka implementasikan dalam isi
mumpuni untuk membentuk informasi pemberitaan yang mereka buat.
yang sedemikian rupa untuk memenuhi 2. Rutinitas Media
kebutuhan target khalayak media terebut, Rutinitas media berkaitan dengan
terutama isu-isu signifikan seperti LGBT mekanisme dalam proses penentuan berita.
yang menyangkut kemaslahatan Setiap media pada umumnya memiliki
masyarakat muslim di Indonesia. kriteria atau prosedur standar tersendiri
Penjelasan di atas dapat dibahas lebih bagi berita yang akan dimuat di medianya,
dalam lagi bila kita mengamati latar seperti apa ciri-ciri yang memenuhi standar.
belakang Irfan Junaidi selaku Pemimpin Rutinitas media merupakan sebuah
Redaksi dan juga Dadang Sugiana sebagai kebiasaan media dalam pengemasan sebuah
salah satu wartawan dari Republika.co.id. berita. Media rutin terbentuk oleh tiga unsur
Dalam wawancaranya bersama peneliti, yang saling berkaitan yaitu sumber berita
Irfan mengaku merupakan alumni (suppliers), organisasi media (processor),
mahasiswa jurnalistik dan sudah bekerja dan audience/costumer
puluhan tahun di Republika. Sedangkan (Shoemaker&Reese, 1996: 109).
Dadang merupakan lulusan dari UIN Sunan Di media massa nasional pada
Gunung Djati, mengambil jurusan umumnya, filter biasanya digunakan
jurnalistik juga. Latar belakang keduanya sebagai tolak ukur kelayakan berita dalam
terbukti mumpuni dalam bidang jurnalistik, jurnalisti sebagaimana pelajaran dasar
yang pastinya mengetahui dasar-dasar jurnalistik seperti news value dan news
pembuatan berita seperti kode etik dan judgement. Hanya saja, Republika.co.id
sebagainya. memiliki sistem yang berbeda terkait
Di lain sisi, ketika diwawancara, dengan nilai kelayakan berita. Mereka
keduanya sama-sama mengakui bahwa menyebutnya sebagai factor kemaslahatan
umat. Dalam hal ini, sebuah isu yang berita tersebut dianggap ‘tidak sesuai’,
memiliki news value namun dinilai tidak maka berita tersebut dapat diubah atau tidak
memiliki implikasi terhadap kemaslahatan diberitakan sama sekali.
umat tidak akan diberitakan, berikut pula Pandangan kritis melihat bahwa
sebaliknya. Namun, peristiwa yang dinilai media bukan hanya alat dari kelompok
memiliki fungsi bagi kemaslahatan umat dominan, tetapi juga memproduksi ideologi
biasanya otomatis memenuhi unsur dari dominan. Media membantu kelompok
standar kelayakan berita itu sendiri. dominan menyebarkan gagasannya,
Berdasarkan penjelasan di atas, hal mengontrol kelompok lain, dan membentuk
tersebut dapat menggambarkan apa yang consensus antaranggota komunitas. Lewat
sebenarnya melatarbelakangi wacana media lah, ideologi dominan, apa yang baik
pidana LGBT dalam kelima berita yang dan apa yang buruk dimapankan (Eriyanto,
peneliti analisis. Baik Irfan maupun 2012: 36). Dalam hal ini, ideologi dari
Dadang mengakui, bahwa informasi terkait Republika.co.id sudah mempengaruhi
LGBT dalam berita-berita tersebut pandangan dari individu anggotanya sendiri
bermaksud untuk menginformasi bahwa dan mempengaruhi isi beritanya.
LGBT harus segera ditangangi untuk 4. Level Ekstramedia
kepentingan bersama. Ditambah, Faktor satu ini berhubungan dengan
representasi LGBT yang dianggap eksternal media, yakni yang berasal dari
berbahaya dan mengancam juga menjadi luar organisasi media itu sendiri. Pengaruh-
salah satu poin pendukung yang kemudian pengaruh tersebut berasal dari sumber
ditulis secara berulang dalam kelima berita berita, pengiklan dan khalayak, kontrol
tersebut. pemerintah, pangsa pasar, dan teknologi.
Menurut wawancara dengan Dadang Namun dalam hal ini, pihak Republika.co.id
ketika ditanya apakah dalam proses menyangkal adanya keterlibatan factor
pembuatan beritanya ia sudah berimbang eksternal. Irfan sendiri mengakui bahwa
dalam mencari data, ia menjawab bahwa proses pembuatan berita tidak ada
dalam media online kuantitas pemberitaan kaitannya sama sekali dengan iklan.
yang diperlukan setiap waktunya lebih 5. Level Ideologi
banyak, menyebabkan kurangnya waktu Faktor terakhir ini diartikan sebagai
yang digunakan untuk menggali data yang kerangka berpikir atau referensi tertentu
lebih lengkap. Dari sana peneliti melihat yang dipakai oleh individu untuk melihat
bahwa rutinitas media Republika.co.id juga realitas dan bagaimana mereka
mempengaruhi adanya wacana pidana menghadapinya. Level ini berhubungan
LGBT. dengan konsepsi seseorang dalam
3. Level Organisasi menafsirkan sebuah realitas dalam media.
Level ini berkaitan dengan organisasi Dalam Republika.co.id sendiri, ideologi
media yang secara hipotesis memengaruhi yang dianut adalah: Islam moderat,
pemberitaan. Dalam wawancara bersama professional, cerdas, yang mengedepankan
Dadang Sugiana, ia sempat menyatakan nilai-nilai universal dan toleransi yang
bahwa arahan dari atasan tidak diperlukan mana tetap menjaga dan membela
karena ia sudah tahu apa yang ‘media kepentingan umat Islam. Hal tersebut
inginkan’ dalam sebuah berita. Dengan kata tercermin dari kegiatan wartawan,
lain, Dadang mengakui bahwa peran bagaimana cara mereka mempersepsikan
kepentingan media sangat berpengaruh realitas dalam berita, dan juga wacana yang
dalam proses produksi berita, hingga ada dalam berita. Republika menganggap
menjadi standar tidak tertulis yang diikuti LGBT sebagai ancaman berdasarkan nilai-
oleh wartawannya. Selain itu, pemimpin nilai agama islam, maka mereka
redaksi dan editor pun memiliki peran mempersepsikan bahwa hukum pidana
penting sebagai pihak yang bisa akan menyelesaikan masalah tersebut.
mengintervensi pembuatan berita dan juga
mengubahnya sesuai kepentingan. Apabila Pembahasan dengan Teori Ideologi
Louis Althusser berpendapat bahwa mengarah ke agama islam, gitu. Itulah
media dalam hubungannya dengan mengapa sampai sekarang di Republika itu
kekuasaan menempati posisi strategis. ada rubrik khusus untuk berita-berita soal
Terutama dikarenakan anggapan akan keislaman seperti Khasanah, atau mungkin
kemampuannya sebagai sarana legitimasi. Dialog Jumat, atau Islam Digest, begitulah
Media massa merupakan bagian dari alat kalau misalkan gambaran singkat, ‘Seperti
kekuasaan negara yang bekerja secara apa sih Republika itu?’ gitu.”4
ideologis guna membangun kepatuhan Dalam hal ini ideologi media
khalayak terhadap kelompok yang berperan penting dalam proses produksi
berkuasa. Dalam teori ideologinya, berita. Kemudian dalam wawancara
Althusser menganggap subjek berkaitan bersama Irfan Junaidi, Pemimpin Redaksi
erat dengan ideology: individu menjadi Republika, ia menjelaskan:
subjek ideologis melalui proses interpelasi “Ya, pertama dari sisi pemaslahatan
(Jorgansen dan Phillips, 2007: 28). atau manfaat secara luas, bayangkan kalau
Althusser beranggapan tidak ada seluruh penduduk dunia ini LGBT, maka
masyarakat yang lepas dari ideologi. kehidupan akan habis karena tidak ada yang
Ideologi merupakan semacam perekat bagi berketurunan di situ. Sehingga, kita tidak
bersatunya anggota-anggota masyarakat. mau, kita ingin terus meregenerasi sehingga
Hal tersebut dimanfaatkan Republika.co.id ya kita berharap supaya LGBT itu tidak di-
dalam merepresentasikan LGBT sebagai campaign secara terbuka. Bahwa mereka
permasalahan yang mengancam ada yang punya pemikiran untuk menganut
‘masyarakat’. Republika.co.id menjadikan paham LGBT kita nggak kemudian
kaum LGBT sebagai sebuah permasalahan memaksa mereka untuk harus berubah atau
yang perlu dipidana. Wacana pidana LGBT apa, engga. Tapi jangan sampai itu di-
direpresentasikan sebagai jalan keluar dari campaign luas besar-besaran, karena nanti
polemic bersama tersebut. kalau orang kemudian ikut itu semuanya,
Bila ditinjau dari latar belakang apa jadinya kehidupan manusia pertama.
berdirinya Republika sebagai media bagi Kemudian yang kedua, undang-undang
komunitas muslim, jelas bahwa media ini juga masih aturan hukum dan seterusnya
menjunjung tinggi nilai-nilai agama. Hal ini secara hukum formal itu juga membedakan
dipertegas dari pernyataan Dadang jenis kelamin laki-laki dan perempuan,
Sugiana, salah satu wartawan Republika, tidak ada yang diantaranya sehingga kita
dalam wawancara bersama peneliti: masih harus taat pada hukum, ya udah kita
“Tidak bisa dipungkiri ya kalau mengikuti kelamin laki-laki/perempuan.
banyaklah yang mengatakan bahwa Agama, agama apapun juga sama, laki-laki
Republika itu koran atau media yang ada di dan perempuan sehingga kami tidak
jalur agama, atau korannya muslim. Karena mengakui jenis kelamin di antara itu.
memang awalnya diciptakan, Republika Karena itulah kami perlu mengangkat itu
yang menjadikan itu ya memang awalnya sebagai isu.” 5
didirikan untuk komunitas muslim, Kata-kata yang bergaris bawah
komunitas islam. Nah, barulah setelah menekankan bahwa agama, lebih tepatnya
beberapa tahun berdiri koran Republika agama Islam, yang menjadi salah satu
diubah menjadi koran nasional gitu. Jadi, landasan ideologi Republika.co.id telah
kalau misalkan dari pemberitaan ya menjadi salah satu faktor yang
mungkin itu sudah, maksudnya semua mempengaruhi wacana pidana LGBT
orang sudah bisa melihat atau dalam kelima berita yang telah dianalisis.
menyimpulkan bahwa Republika banyak Dalam hal ini, Republika.co.id
konten-konten beritanya itu banyak yang memposisikan dirinya sebagai media yang

4
Wawancara Dadang Sugiana, 5 Januari 2018
5
Wawancara Irfan Junaidi, 12 Januari 2018, di
kantor Republika
menyampaikan bagaimana Islam sebuah praktik sosial. Ideologi kemudian
memandang LGBT, yang mana dengan menjelma menjadi suatu praktik sosial yang
tegas menolak keberadaan mereka dan dapat bergerak langsung dalam lembaga-
menganggapnya sebagai hal yang sudah lembaga atau organisasi-organisasi di mana
seharusnya dipidana. praktik sosial tersebut dapat berlangsung.
Ideologi yang dimiliki Organisasi yang dimaksud Gramsci
Republika.co.id tersebut pun bukan hanya dapat mencakup partai politik, atau serikat
tertanam dalam proses pembuatan berita itu aging, atau organisasi lain yang menjadi
sendiri, namun juga dimiliki oleh masing- bagian dari masyarakat, yang mencakup
masing individu pekerja di sana. Hal pula media massa sebagai penyebar
tersebut membuat ideologi ini mengakar informasi. Lembaga atau organisasi
dan lebih terintegrasi, sehingga dalam tersebut dapat menjabarkan,
penerapannya media tidak perlu menekan mmpertahankan, serta menyebarkan
redaksi atau wartawannya untuk membuat ideologi. Lebih sederhana suatu lembaga
sudut pandang tertentu dalam sebuah atau organisasi tersebut memiliki efek-efek
media. Pola yang demikian dapat ideologis (Simon, 2000: 86).
dibuktikan dengan pernyataan Dadang Ideologi menurut Gramsci, tidak
berikut: dapat dinilai dari kebenaran atau
“Kalau saya memang saya diskusi kesalahannya, namun harus dilihat dari
dengan teman-teman ya sama-sama di “kemanjurannya” dalam mengikat berbagai
lapangan. Sesekali kita diskusi dengan kelompok sosial yang berbeda-beda ke
redaktur sekalipun itu ya cuma diskusi dalam suatu wadah. Selain itu, ia juga
obrolan di warung kopi atau kayak mana memiliki peranan sebagai pondasi atau
gitu kan, bukan dalam forum yang formal. agen proses penyatuan sosial. Dapat
Tapi ya memang seluruhnya sama disimpulkan dalam pendapat itu, Gramsci
pandangannya gitu. Bahwa kita harus mengatakan bahwa ideologi harus menjadi
menyuarakan terus agar LGBT ini tidak sebuah kesadaran yang kolektif. Ideologi
mendapat kebebasan agar terus harus dapat mengakomodasikan
berkembang, gitu. Agar bisa ditekan orang- kepentingan kelompok lain, selain itu juga
orang yang dan penyakit ini tidak terus bisa menarik kelompol lain ke dalam
menular terhadap orang-orang yang kelompol “kita”. (Simon, 2000: 87)
sekarang belum terjerumus, gitu. Hampir Antonio Gramsci kemudian
semuanya sama yang saya ajak diskusi ya membangun suatu teori di mana
sama berpendapat begitu.”6 penyebaran dan pengukuhan ideologi oleh
Ideologi tersebut kemudian disajikan sebuah lembaga dilakukan bukan dengan
dalam berita dengan bentuk pernyataan- paksaan, namun dengan penerimaan yang
pernyataan narasumber yang penuh kontra wajar. Ia menciptakan teori di mana
terhadap kaum LGBT, yang kemudian kelompok yang didominasi menerima nilai-
digunakan untuk menghagemoni khalayak nilai yang ditanamkan kelompok dominan
untuk menyetujui dan mendukung melalui proses penanaman ideologi tanpa
pemidanaan LGBT. kekerasan.
Pemikiran atau wacana yang
Pembahasan dengan Teori berkembang dan kemudian mendominasi
Hagemoni media massa melalui pihak-pihak yang
Teori hagemoni dipopulerkan oleh memiliki pengaruh dalam media, seperti
Antonio Gramsci. Gramsci pada masa misalnya pemilik media. Media massa
1981-1937 berpendapat mengenai dipengaruhi oleh pemikiran dominan,
bagaimana sebuah ideologi disebarkan. Ia kemudian media tersebut dapat menjadi
tidak hanya memandang ideologi sebagai sarana untuk menggiring masyarakat ke
suatu ide atau gagasan, namun juga sebagai dalam suatu pemikiran tertentu. Proses

6
Wawancara Dadang Sugiana, 5 Januari 2018
“penggiringan” ini dibuat sedemikian media yang dapat dengan mudah
wajar, sehingga khalayak tidak merasa menghagemoni khalayaknya.
dibodohi atau dimanipulsi dengan media. Menilik pembahasan kita sebelumnya
Hagemoni bekerja melalui dua di sub bab sebelum ini, kita bisa melihat apa
saluran, yakni ideologi dan budaya di mana saja yang menjadi dasar ideologi
nilai-nilai tersebut bekerja. Melalui Republika.co.id. Media ini memposisikan
hagemoni, ideologi kelompok dominan dirinya sebagai sebuah wadah bagi
dapat disebarluaskan dan ditularkan. komunitas muslim dalam mencari
Namun berbeda dengan manipulasi, atau kebenaran informasi. Hal tersebut diperkuat
doktrin, penyampaian ideologi dalam oleh penjelasan Dadang Sugiana sebagai
hagemoni terlihat wajar dan sukarela. wartawan di sana:
Teori hagemoni Gramsci “Tidak bisa dipungkiri ya kalau
menekankan bahwa dalam lapangan sosial banyaklah yang mengatakan bahwa
terdapat pertarungan untuk memperebutkan Republika itu koran atau media korannya
penerimaan public. Oleh karena itu, perlu muslim. Karena memang awalnya
usaha dari kelompok dominan untuk diciptakan, Republika yang menjadikan itu
menyebarkan sebuah ideologi agar diterima ya memang awalnya didirikan untuk
tanpa perlawanan. Apabila gagasan tersebut komunitas muslim, komunitas islam. Nah,
diterima oleh kelompok yang menjadi barulah setelah beberapa tahun berdiri
target dominansi, maka proses dari koran Republika diubah menjadi koran
hagemoni tersebut telah terjadi (Eriyanto, nasional gitu. Jadi, kalau misalkan dari
2009: 103-107). pemberitaan ya mungkin itu sudah,
Sebagai salah satu media online maksudnya semua orang sudah bisa melihat
terkemuka, Republika.co.id sudah pasti atau menyimpulkan bahwa Republika
memiliki kekuatan. Dari segi banyak konten-konten beritanya itu banyak
perekonomian, hal tersebut juga bisa yang mengarah ke agama islam, gitu. Itulah
diterapkan menilik bahwa pemilik media mengapa sampai sekarang di Republika itu
ini adalah salah satu tokoh muda terkaya di ada rubrik khusus untuk berita-berita soal
Indonesia, Eric Tohir. Selain itu, sebagai keislaman seperti Khasanah, atau mungkin
media yang menjunjung tinggi nilai agama Dialog Jumat, atau Islam Digest.”7
Islam, jelas Republika.co.id memiliki Dalam posisinya sebagai media
kekuatan yang besar mengingat negara islam, tentunya pihak Republika.co.id
Indonesia memiliki penduduk dengan menjadikan asas islam sebagai salah satu
mayoritas berstatus agama Islam. landasan ideologi kebenaran mereka.
Keuntungan tersebut mempermudah Ideologi tersebut kemudian memposisikan
Republika.co.id dalam memperluas mereka sebagai media yang menyetujui
penyebaran ideologinya; yang mana dapat adanya hukum pidana terhadap kaum
mengarahkan perhatian, memengaruhi LGBT di Indonesia. Ideologi tersebut
pandangan dan pilihan sikap, memberikan kemudian disajikan dalam bentuk berita
status dan legitimasi, serta mendefinisikan berjudul kontroversial, menggunakan diksi-
sebuah realitas. diksi yang berkonotasi negatif, serta
Dari penjelasan di paragraf menyuarakan narasumber dari pihak-pihak
sebelumnya, kita bisa melihat bahwa yang juga menyetujui wacana tersebut.
Republika.co.id memiliki dua faktor Berita tersebut kemudian menjadi
terbesar yang membuat sebuah media representasi bagaimana Islam memandang
massa memiliki pengaruh besar terhadap LGBT. Maka, bisa disimpulkan bahwa
khalayaknya, serta dipandang sebagai alat Republika.co.id berusaha menghagemoni
kekuasaan dan control sosial yang efektif. khalayaknya dengan ideologi yang ada.
Maka media ini dapat digolongkan sebagai Berdasarkan analisis di atas,
Republika.co.id dinilai mampu untuk

7
Wawancara Dadang Sugiana, 5 Januari 2018
melakukan hagemoni dan juga Pada level praktik sosiokultural,
memanfaatkannya dalam pemberitaan peneliti akan menginterpretasi hasil analisis
berwacana pidana LGBT yang dianalisis level teks dan praktik wacana dengan
dalam skripsi ini. Republika.co.id faktor-faktor sosiokultural. Dalam analisis
menampilkan LGBT sebagai sebuah level ini, peneliti juga akan mengaitkan
polemik bersama, yang mana harus segera analisis dengan teori Hierarki Pengaruh
diatasi dengan hukum yang jelas. oleh Pamela J. Shoemaker dan teori
Penggunaan narasumber yang satu Ekonomi Politik Media.
pendapat dan terbatas membuat pihak lain,
yang berseberangan dengan pandangan
tersebut, dimarjinalkan dan juga menjadi Faktor Situasional
tidak relevan. Dalam hal ini, pihak-pihak Eriyanto menyatakan bahwa ketika
tersebut berupa komunitas LGBT dan juga wacana dipahami sebagai suatu tindakan,
organisasi-organisasi yang memfasilitasi maka tindakan itu sesungguhnya adalah
mereka. Hal tersebut merupakan contoh upaya untuk merespons situasi atau konteks
bahaimana hagemoni biasa terjadi di media sosial tertentu (Eriyanto, 2009: 322). Maka,
massa. dalam analisis level situsional ini, peneliti
Proses hagemoni ini juga bisa dilihat akan menelaah lebih lanjut kronologi
dari bagaimana sebuah teks dibentuk, yang pemberitaan LGBT oleh Republika.co.id
mana sebuah berita dinilai sebelum wacana pidana LGBT dikeluarkan.
merepresentasikan sebuah ideologi dari
media massa yang menerbitkannya. Dari Pada pertengahan tahun 2015,
kelima berita yang dianalisis, semuanya tepatnya 26 juni 2015, pemerintah Amerika
memperlihatkan adanya wacana pidana melegalkan pernikahan sesama jenis di 50
terhadap LGBT. Hal itu kemudian negara bagian. Sebagai salah satu negara
didukung dengan fakta bahwa lima berita berpengaruh di dunia, keputusan mereka
tersebut hanyalah sebagian dari disorot dunia dan menimbulkan berbagai
serangkaian berita yang mengandung pro dan kontra. Indonesia sebagai salah satu
wacana tersebut. Fakta bahwa hingga tahun negara berkembang turut berpendapat
2018 ketika penelitian ini dilakukan, mengenai peraturan baru di Amerika
Republika.co.id masih memproduksi berita tersebut.
yang mengandung wacana yang pertama Sebagai negara dengan mayoritas
dibuat di tahun 2016 lalu. Berikut adalah penduduk beragama, topik mengenai
beberapa contoh berita terbaru mereka yang LGBT itu sendiri menuai banyak
mengandung wacana pidana LGBT: perdebatan dan bahkan dianggap tabu pada
“Perilaku LGBT Harus Ditetapkan Sebagai golongan tertentu di Indonesia. Setelah
Tindak Pidana” (diunggah pada tanggal 23 Amerika mengeluarkan keputusan
Januari 2018), “Fraksi di DPR Dorong pernikahan sejenis itu, beberapa kelompok
Pasal Pidana LGBT Masuk KUHP” (28 di Indonesia menolak keras apabila
Januari 2018), “Para LSM yang 'Senafas' Indonesia melegalkan hal yang sama.
dengan Dubes Penentang Pidana LGBT” Fenomena ini akhirnya cukup mengundang
(14 Februari 2018), dan “LGBT Dewasa banyak perbincangan dan menjadi topik
Dibayangi Pidana 9 Tahun Penjara” (14 hangat di Indonesia. Hingga akhirnya, pada
Februari 2018). tanggal 24 Januari 2016, harian Republika
mengeluarkan berita dengan judul
kontroversial: “LGBT Ancaman Serius”.
Wacana Pidana LGBT dalam Level Pemberitaan itu berisi tentang bagaimana
Sosiokultural perkembangan kelompok LGBT dianggap
cukup ‘meresahkan’ dan ‘berbahaya’.
Dalam berita tersebut, Anggota Komisi III
DPR RI dari Fraksi Partai Keadilan
Sejahtera, Muhammad Nasir Djamil, Rights Watch melaporkan hasil analisisnya
mengatakan, gaya hidup LGBT merupakan terkait pemberitaan LGBT di Indonesia.
ancaman serius bagi bangsa Indonesia. Ia Melalui laporan setebal 58 halaman,
kemudian berpendapat lebih lanjut dalam terdapat penjelasan bahwa pernyataan
berita tersebut: “LGBT tak boleh resmi penuh prasangka dan tak benar
berkembang bebas dengan segala macam tentang kaum LGBT dalam pemberitaan
aktivitasnya. Apalagi, komunitas LGBT beberapa media, termasuk Republika, telah
disinyalir mulai melakukan penetrasi ke menimbulkan banyak sanksi sosial berupa
kampus-kampus melalui kelompok kajian pelecehan dan tindak kekerasan semena-
atau diskusi-diskusi ilmiah”. Ia juga mena terhadap kaum LGBT, baik dari
berjanji akan mengawal proses legislasi di aparat maupun masyarakat, di Indonesia.
DPR sehingga usaha untuk membendung Bahkan, tak sedikit ancaman pembunuhan
penyebaran LGBT dan segala aktivitasnya yang datang dari sekelompok orang yang
yang merusak moral bangsa terus berjalan mengaku Islamis terhadap kaum tersebut.
pada semua lini secara simultan. Laporan tersebut didasari atas penelitian
Pernyataan Nasir tersebut, mengundang yang melibatkan 70 orang dari minoritas
banyak polemik mengingat statusnya seksual dan gender, aktivis hak asasi
sebagai anggota DPR, yang kemudian manusia, dan perwakilan masyarakat sipil
mendatangkan lebih banyak perhatian yang di beberapa tempat di Indonesia antara
tertuju kepada kaum LGBT secara negatif. januari hingga juni 2016.
Pemberitaan Republika tersebut Dalam salah satu berita pada
juga menimbulkan adanya kecaman dari halaman website mereka, TIME.com juga
masyarakat Indonesia kepada kaum LGBT. menuliskan: “Then, Defend the Nation, a
Masyarakat menanggapi pemberitaan paramilitary training program that claims
tersebut dengan terror kepada kaum LGBT. some 1.8 million participants, declared
Salah satu kasus yang terjadi adalah homosexuality as one of the nation’s
pemblokiran situs media sosial LGBT dan enemies, along with communism and illegal
juga permintaan pemerintah Indonesia drugs”. (Kemudian, Menteri Pertahanan
kepada media sosial Facebook untuk Indonesia menyatakan adanya sebuah 1,8
mengilangkan emoji berbau homoseksual. juta peserta pelatihan militer yang
mendeklarasikan homoseksualitas sebagai
Perkembangan polemik LGBT
salah satu musuh negara, bersamaan dengan
kemudian kian memanas setelah
komunisme dan obat terlarang).
pemberitaan dari Republika tersebut
tersebar luas hingga menarik perhatian dari Tanggal 31 Agustus 2016,
masyarakat internasional. Majalah TIME Republika.co.id membuat berita tanggapan
sendiri menuliskan laporan sepanjang 56 atas pemberitaan TIME dengan judul
halaman berjudul “These Political Games “TIME: Komunitas LGBT Paling Dibenci
Ruin Our Lives’: Indonesia’s LGBT di Indonesia”. Berita tanggapan tersebut
Community Under Threat” sebagai pun terkesan ‘dipelesetkan’ karena
tanggapan atas reaksi masyarakat Indonesia membuat seakan-akan pemberitaan TIME
terhadap kaum gay, khususnya mendukung penolakan di LGBT, terbukti
mengomentari pemberitaan dari Republika dengan pemfokusan berita kepada
itu sendiri. penonjolan fakta Komunitas LGBT paling
dibenci di Indonesia.
Salah satu tanggapan TIME pada
laporan mereka berkata: “hak minoritas Kemudian, pada tanggal 25 Januari
gender dan seksual di Indonesia telah 2016, Republika kembali mengeluarkan
diserang dalam fase belum pernah terjadi berita berjudul “Republika Terus Didorong
sebelumnya pada 2016”. Hal tersebut Cegah Ancaman LGBT”. Judul tersebut
terbukti dengan hasil penelitian yang disinyalir sebagai bukti bahwa ada banyak
muncul pada 10 Agustus 2016, Human
pihak yang mendukung legitimasi mereka Selanjutnya, kasus LGBT kian
terhadap kaum LGBT. memanas hingga akhirnya pada bulan
Agustus 2016 sekelompok orang
Pada waktu yang berdekatan pula,
mengajukan pengajuan LGBT sebagai
Republika juga menjadi pelopor
tindak pidana kepada Mahkamah Konsitusi.
pemberitaan kasus akan penemuannya
Pada Republika.co.id sendiri menerbitkan
poster sosialisasi Support Group and
berita terkait wacana pidana LGBT ini
Resource Center On Sexuality Studies
dimulai dari berita berjudul “Pelaku LGBT
(SGRC) di Universitas Indonesia. Berita
Disarankan Dipidana” yang ditulis oleh
kontroversial tersebut berjudul “Konseling
Dadang Sugiana.
Homo dan Lesbian Mahasiswa UI
Hebohkan Media Sosial”. Setelah berita Pengajuan UU pidana terhadap
tersebut merebak, ada banyak kejadian LGBT inilah yang menjadi awal dari ajang
diskriminatif yang terjadi kepada kriminalisasi LGBT yang dianggap
mahasiswa UI di baliknya. Salah efek yang diskriminatif oleh masyarakat dunia.
ditimbulkan oleh terpaan berita tersebut Sidang tersebut kemudian terus berlanjut
berupa salah satu dari mahasiswa di balik hingga tahun 2017, sebelum akhirnya
SGRC diusir dari rumah, mendapat Mahkamah Konstitusi (MK) memutuskan
ancaman mati, dan dikucilkan oleh untuk menolak gugatan UU Pidana LGBT
masyarakat. Dalam pemberitaan tersebut pada tanggal 15 Desember 2017. Wacana
Republika bahkan tidak mewawancarai itu kemudian masih berlanjut hingga tahun
salah satu dari mereka untuk mendapatkan 2018, beberapa pihak mengklaim bahwa
konfirmasi. Menurut hasil penelitian pidana LGBT ini akan dimasukkan ke
terdahulu berjudul Wacana anti-LGBT dalam RKUHP yang akan disahkan DPR di
pada isu SGRC UI dalam pemberitaan masa mendatang. Pojok Aduan KPI
bertagar “LGBT Serang Kampus” oleh
Faktor Institusional
Yasha Nomiva tahun 2016 lalu,
pemberitaan SGRC UI tersebut terbukti Pada level ini, analisis dilakukan
berisi legitimasi yang berbentuk guna mengetahui bagaimana pengaruh
penggunaan kata-kata diskriminatif. institusi organisasi dalam praktik wacana.
Institusi dapat berasal dari dalam media itu
Pemberitaan SGRC UI tersebut sendiri, ataupun bisa juga dari faktor-faktor
kemudian menuai pendapat bahwa LGBT yang memiliki kekuatan eksternal di luar
telah memulai ‘gerakan’ untuk menjaring media yang memengaruhi proses produksi
pelajar-pelajar. Pada tanggal 22 Januari berita. Faktor institusi yang penting adalah
2016, Menristek Dikti Mohamad Nasir institusi yang berhubungan dengan
membuat pernyataan bahwa kampus harus ekonomi media.
memberantas LGBT yang disebutnya
sebagai penyimpangan. Dalam kurun waktu Produksi berita saat ini tidak dapat
tersebut, beberapa Universitas bahkan dilepaskan dari pengaruh ekonomi media
sempat mencanangkan peraturan yang yang sedikit banyak dapat memengaruhi
meminta calon mahasiswanya untuk wacana yang akan muncul pada
menyertakan surat bebas LGBT, yang pemberitaan. Faktor pertama yaitu
meskipun kemudian peraturan tersebut pengiklan. Pengiklan cukup memengaruhi
segera dihilangkan setelah menerima reaksi kelangsungan hidup sebuah media.
negatif dari banyak pihak. Selain itu, semua Pengiklan merupakan faktor eksternal yang
kegiatan yang berbau LGBT pun dilarang menjadi pemasukan dana perekonomian
dan sangat dijaga ketat oleh aparat media sebagai sebuah institusi. Dalam
keamanan, terbukti dengan pemberitaan wacana pidana LGBT yang
penggerebekkan pesta gay di Jakarta pada diterbitkan oleh Republika.co.id tidak
tahun 2016 akhir. diintervensi oleh pengiklan.
Ketika diwawancara oleh peneliti, peringatan terkait resiko berbahaya yang
pemimpin redaksi Republika, Irfan Junaidi ada.
menyatakan bahwa bagian iklan tidak Dalam wawancara bersama Dadang
memiliki intervensi dalam proses produksi Sugiana selaku wartawan Republika.co.id
berita sama sekali. Pemberitaan yang menuliskan beberapa berita yang
pemidanaan LGBT datang langsung dari diteliti dalam skripsi ini, ia menjelaskan
redaksi, dikarenakan momentumnya tepat tentang bagaimana kasus LGBT menjadi
dan memang kasus tersebut sedang panas- hal yang sangat diperhatikan oleh
panasnya saat itu. Republika:
“Tidak ada sangkut pautnya, ya. “Sebenarnya masalahnya simpel,
Waktu itu memang pas kan ada pengajuan bahwa Republika ingin memberi apa
UU pidana tersebut. Makanya redaksi istilahnya, inform lah. Kan kalau di
segera meliput. Pengiklan sama sekali tidak jurnalistik ada istilah to inform.
ada intervensi dalam hal ini. Pemberitaan Menginformasikan bahwa sebenarnya
itu bagian dari tugas Republika saja dalam bagaimana sih LGBT sekarang di Indonesia
memberikan informasi dan kebenaran, perkembangannya gitu, dan itu memang
bagaimana situasi perkembangan kasus tidak bisa dipungkiri bahwa itu memang
LGBT di Indonesia saat itu.” 8 terus berkembang, gitu. Nah, sementara kita
Kemudian faktor institusional tau bahwa itu tuh, LGBT itu penyakit
kedua yang memengaruhi wacana dalam kejiwaan yang memang sangat berbahaya
sebuah pemberitaan adalah faktor internal, gitu. Itulah kenapa kita vokal
yakni bagaimana visi dan misi Republika memberitakannya, kita follow up terus
memengaruhi proses pemberitaan itu isunya, karena memang kita ingin agar
sendiri. Bila ditinjau dari slogan Republika bagaimana lho supaya si penyakit ini tuh
yang berbunyi: “Pegangan Kebenaran”, bisa, minimal diminimalisir lah gitu. Jangan
media tersebut memosisikan dirinya sampai lebih banyak lagi orang terjerumus
sebagai tempat yang menyediakan ke sana gitu. Tapi bukan berarti kita
informasi akurat yang sarat akan memusuhi orang-orang yang sudah
kebenaran. Hal tersebut juga menjelaskan terjerumus ke sana gitu. Tidak berarti kita
filosofi Republika yang menjadikan memusuhi mereka, justru kita ingin mereka
Republika.co.id sebagai media umat yang itu sembuh karena itu kan namanya
terpercaya dan mengedepankan nilai-nilai penyakit. Namanya penyakit kejiwaan itu
universal yang sejuk, toleran, damai, bisa disembuhkan selama mereka ada
cerdas, dan professional; namun memiliki kemauan.”9
prinsip dalam keterlibatan menjaga Menilik isi kelima teks yang diteliti
persatuan bangsa dan kepentingan umat dalam skripsi ini, secara konsisten
islam berdasarkan pemahaman rahmatan lil Republika menekankan perlunya
alamin. pengadaan hukum yang jelas dalam
Pemberitaan wacana pidana LGBT mengatur gerak-gerik LGBT di Indonesia.
ini merupakan sebuah cara untuk Penggunaan diksi yang ada dalam setiap
memenuhi visi dan misi yang mereka berita tersebut juga cenderung bersifat
emban. Dalam pemberitaan tersebut negatif. Bahkan di beberapa bagian dengan
Republika.co.id ingin menjadi pengingat jelas menyatakan LGBT sebagai ‘pelaku
bahwa penyebaran LGBT di Indonesia akan kejahatan seksual’, ‘tindakan pencabulan’,
berdampak buruk dan berbahaya. Selain itu, dan juga ‘penyakit kejiwaan’. Hampir
LGBT sendiri merupakan sesuatu yang seluruh isi berita memiliki konotasi
diharamkan oleh agama, sehingga sudah negative mengenai kaum minoritas
menjadi kewajiban mereka untuk memberi tersebut. Irfan Junaidi lebih lanjut
8 9
Wawancara Irfan Junaidi, 12 Januari 2018, di Wawancara Dadang Sugiana, 5 Januari 2018
kantor Republika
menjelaskan alasan mengapa LGBT perlu wacana yang muncul dalam media
diwaspadai: ditentukan oleh perubahan masyarakat.
Analisis pada level sosial ini melihat faktor
“Ya, pertama dari sisi pemaslahatan
makro yang dapat mempengaruhi wacana
atau manfaat secara luas, bayangkan kalau
dalam media massa, hal ini dapat dilihat
seluruh penduduk dunia ini LGBT, maka
dari sistem politik, ekonomi, atau budaya.
kehidupan akan habis karena tidak ada yang
berketurunan di situ. Sehingga, kita tidak Wacana yang muncul dalam media
mau, kita ingin terus meregenerasi sehingga ditentukan oleh perubahan dalam
ya kita berharap supaya LGBT itu tidak di- masyarakat. Kalau aspek situasional lebih
campaign secara terbuka. Bahwa mereka mengarah pada waktu atau suasana yang
ada yang punya pemikiran untuk menganut mikro (konteks peristiwa saat teks dibuat),
paham LGBT kita nggak kemudian aspek sosial lebih melihat pada aspek
memaksa mereka untuk harus berubah atau makro (sistem politik, ekonomi, budaya
apa, engga. Tapi jangan sampai itu di- masyarakat secara keseluruhan). Sistem
campaign luas besar-besaran, karena nanti tersebut menentukan siapa yang berkuasa,
kalau orang kemudian ikut itu semuanya, nilai-nilai apa yang dominan dalam
apa jadinya kehidupan manusia. Itu yang masyarakat, bagaimana nilai dan kelompok
pertama. Kemudian yang kedua, undang- yang berkuasa itu dapat mempengaruhi dan
undang juga masih aturan hukum dan menentukan media. Berdasarkan
seterusnya secara hukum formal itu juga pernyataan tersebut, level sosial memiliki
membedakan jenis kelamin laki-laki dan pengaruh besar dalam terbentuknya wacana
perempuan, tidak ada yang diantaranya pidana LGBT pada kelima berita yang
sehingga kita masih harus taat pada hukum, menjadi fokus penelitian skripsi.
ya udah kita mengikuti kelamin laki- Berbicara mengenai nilai-nilai dasar
laki/perempuan. Agama, agama apapun negara Indonesia, maka sudah sepatutnya
juga sama, laki-laki dan perempuan
kita membahas Pancasila. Nilai-nilai yang
sehingga kami tidak mengakui jenis terkandung dalam Pancasila merupakan
kelamin di antara itu. Karena itulah kami dasar negara Indonesia, yang mana
perlu mengangkat itu sebagai isu.”10 merupakan landasan nilai dan norma-norma
Berdasarkan hasil pengamatan di yang ada di negara ini. Pada sila pertama
atas, pada level institusional ini pihak Pancasila disebutkan: Ketuhanan yang
Republika.co.id memposisikan dirinya Mahaesa. Hal tersebut berarti bahwa nilai-
sebagai pihak yang menopang dukungan nilai ketuhanan merupakan sebuah ideologi
akan wacana pidana LGBT ini. Hal ini juga yang menjadi landasan nilai-nilai dalam
tak lain sebagai bentuk perwujudan latar bermasyarakat. Dalam hal ini, nilai-nilai
belakang mereka yang dilahirkan dari dan ketuhanan tersebut merupakan rangkuman
untuk komunitas muslim di Indonesia. dari nilai agama-agama yang ada di
Kehadiran Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia.
Indonesia (ICMI) yang dapat menembus Meskipun Indonesia bukanlah
pembasan ketat pemerintah untuk izin negara sekuler yang membela satu agama,
penerbitan saat itu memungkinkan upaya- isi sila pertama dari Pancasila menjelaskan
upaya tersebut membuahkan hasil. kiprah agama dalam pembangunan
Faktor Sosial karakteristik bangsa. Hal tersebut, tentunya
mempengaruhi keadaan LGBT di
Faktor sosial sangat berpengaruh
Indonesia. Dalam agama manapun,
terhadap wacana yang muncu dalam
orientasi seksual kaum LGBT bukanlah hal
pemberitaan. Bahkan Fairclough dalam
yang wajar dan melanggar kodrat manusia.
Eriyanto (2012:325) menegaskan bahwa
Dalam hal ini, pernikahan sesama jenis
10
Wawancara Irfan Junaidi, 12 Januari 2018, di
kantor Republika
tidak akan pernah bisa diterima oleh seseorang tidak lagi terlahir dan memutus
masyarakat Indonesia. tali reinkarnasi dengan cara menahan hawa
nafsu duniawi. Dalam hal ini, agama Hindu
Dalam Islam, Kristen, dan Katolik,
tak menyebutkan bahwa menjadi
penolakan terhadap kaum LGBT dijelaskan
homoseksual lantas membuat hak mereka
dalam kisah kota Sodom dan Gomorah
untuk dapat melakukan Moksha kemudian
yang mana dihancurkan karena praktek
hilang. Namun, tanpa menawan hawa nafsu
homoseksual yang merajalela. Selanjutnya
mereka, yang juga termasuk menahan nafsu
di dalam Alquran disebutkan:
seksual, yang akan menjadikan mereka
“Dan (Kami juga Telah mengutus) gagal dalam mencapai Moksha. Hal yang
Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala serupa pun masuk ke dalam ajaran agama
dia Berkata kepada mereka: "Mengapa Buddha, di mana menahan hawa nafsu
kamu mengerjakan perbuatan ”faahisyah” adalah salah satu cara untuk menuju
itu, yang belum pernah dikerjakan oleh nirwana.
seorangpun (di dunia ini) sebelummu?"
Terlarangnya praktik homoseksual
(81) Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki
dalam agama-agama yang ditekuni
untuk melepaskan nafsumu (kepada
masyarakat Indonesia merupakan faktor
mereka), bukan kepada wanita, malah
terbesar tumbuhnya sikap homophobia dan
kamu Ini adalah kaum yang melampaui
juga transphobia terhadap kaum LGBT.
batas.” (QS. Al-A’raf:80-81)
Meski demikian, hadirnya kaum LGBT
Dengan kata al-fakhsha‟ (perbuatan sudah mewarnai sejarah dan kebudayaan
yang keji) dalam QS. Al-A’raf:80, kata Indonesia. Secara sosial, masyarakat lebih
alsayyi‟at dalam QS. Hud:78, kata al- menerima kaum keberadaan kaum LGBT
khaba‟its dalam QS. Al-anbiya’:74 dan pada jaman dahulu.
kata almunkar dalam QS. Al-Ankabut:21.
Beberapa budaya yang dimaksud
Di dalam al-Qur’an sendiri tidak ada kata
seperti di suku Dayak dan di pulau Jawa.
yang khusus mengenai homo, lesbi, gay,
Suku Dayak Ngaju mengenal pendeta
bisek maupun asek. Al-Qur’an menyebut
perantara (medium-priest) yang
perbuatan tersebut dengan kata-kata
mengenakan pakaian lawan jenis. Basir
(perbuatan) di atas. Akan tetapi, perlu
adalah yang laki-laki yang dalam segala hal
diketahui contoh perbuatan di atas, bisa
dilakukan oleh siapapun tidak memandang ia berlaku sebagai wanita, termasuk dalam
orientasi seksual.
itu homo maupun hetero. Mengenai kata al-
fakhsha‟, di dalam al-Qur’an terulang Di Bali pernah dilaporkan oleh Dr
sebanyak tujuh kali. Karena kejinya Julius Jacobs, seorang pejabat kesehatan di
perbuatan tersebut, sehingga Allah daerah Banyuwangi pada akhir abad yang
menurunkan adzab kepada kaum Nabi lalu (1883), tentang kesenian gandrung.
Luth, yang mana menurut sejarah, adzab Penari gandrung yang disaksikan Jacobs
tersebut dikatakan sebagai kiamat pertama adalah bocah laki-laki usia 10-12 tahun
dari dahsyatnya adzab Allah.11 yang berpakaian wanita. Dengan genitnya
bocah-bocah ini menari, disambut oleh laki-
Sedangkan dalam agama Hindu,
laki yang menontonnya, yang ikut menari,
LGBT dinilai telah menyalahi kodrat yang
menciuminya, memberinya uang kepeng.
seseorang dapatkan sedari lahir. Bila ia
Menurut Jacobs, kebiasaan ini dianggap
terlahir sebagai pria, maka kodratnya
biasa oleh orang-orang Bali, tidak ditutup-
adalah menyukai lawan jenisnya, begitu
tutupi. Jacobs juga melaporkan adanya
pula sebaliknya. Tujuan akhir agama Hindu
pasangan-pasangan homoseks laki-laki
tak lain adalah Moksha, di mana jiwa
maupun wanita di Bali. Perbuatan
11

file:///D:/Downloads/LGBT_DALAM_PERSPEKTIF_
AGAMA_DAN_HAM.pdf
homoseks antara laki-laki disebut menyilit yang mendukung dan mengapresiasi
('mendubur') dan di antara wanita disebut langkah Republika membongkar
mencengceng juuk. merebaknya LGBT di kalangan generasi
muda”. Kemudian lebih lanjut lagi
Meski demikian, seiring
dituliskan: “Bachtiar menilai, memang
berjalannya waktu, praktik-praktik
tetap harus ada media yang berani
tradisional itu tidak lagi umum. Nilai-nilai
melawan anti-LGBT ini di tengah mulai
agama yang lebih konservatif kini kian
tolerannya masyarakat perkotaan dan
unggul dan mendominasi norma-norma
kelompok pendukung penyimpangan
Indonesia, sehingga kaum LGBT
seksual ini”.12
digolongkan sebagai kaum minoritas di
Indonesia. Pasalnya, tidak sedikit masyarakat
yang mendukung adanya pemberitaan-
Dari segi politik Indonesia sendiri,
pemberitaan tersebut. Meningkatnya angka
menurut Dede Oetomo dalam buku
kekerasan terhadap kaum LGBT tahun
“Memberi Suara pada yang Bisu”,
2016 merupakan bukti konkrit
September 1994 menjelang Konferensi
meningkatnya sifat diskriminatif yang
Internasional Kependudukan dan
dipicu oleh pernyataan tokoh-tokoh
Pembangunan di Kairo adalah waktu di saat
masyarakat dan media yang mengandung
pertama kalinya pemerintah Indonesia
wacana anti-LGBT.
membuat pernyataan resmi mengenai suatu
aspek homoseksualitas (2003:117). Juru Kuatnya nilai-nilai keagamaan dan
bicara Menteri Negara Kependudukan budaya konservatif di Indonesia saat ini
Haryono Suyono mewakili pemerintah membuat tindakan diskriminasi terhadap
Indonesia menyatakan tidak akan kaum minoritas, khususnya LGBT tak lagi
menjadikan pernikahan sejenis diakui terhindarkan. Problematika yang selama ini
negara. Setelah pernyataan pemerintah dituntut oleh aktivis LGBT yakni
tersebut, media massa serentak memuat perlindungan dan bebasnya kehidupan
berita yang cakupannya diperluas menjadi tanpa diskiriminasi. Sayangnya, sikap
“pemerintah menolak homoseksualitas”. sebagian masyarakat Indonesia tak hanya
sekedar pernyataan tidak setuju, namun
Selain itu, budaya pemberitaan
bervariasi hingga melakukan kekerasan dan
media massa pun masih cukup banyak yang
mewacanakan anti LGBT dalam konten- memberi ancaman.
konten mereka. Republika.co.id merupakan Lembaga Sosial Masyarakat, Arus
salah satu yang paling gencar Pelangi, menyatakan hampir semua
memberitakan isu ini. Hal tersebut anggota kelompok LGBT (Lesbian, Gay,
dibuktikan dengan isi pemberitaan Biseksual, dan Transgender) di Indonesia
Republika.co.id pada tanggal 25 Januari mengalami kekerasan karena orientasi
2016 yang berjudul: “Republika Terus seksual dan identitas gendernya. Pada 2013,
Didorong Cegah Ancaman LGBT”, yang sebanyak 89,3 persen LGBT di Indonesia
secara tidak langsung mengukuhkan posisi pernah alami kekerasan. Sebanyak 79,1
pemberitaan mereka yang dinilai cukup persen koresponden mengaku pernah
kontroversial, sebenarnya didukung oleh mengalami kekerasan, 46,3 persen
banyak pihak. mengalami kekerasan fisik, dan 26,3 persen
dalam bentuk kekerasan ekonomi. "Dari
Dalam pemberitaan tersebut
sekian banyak LGBT mengalami
tertulis: “Sekretaris Jenderal Majelis
kekerasan, 65,2 persen di antaranya
Intelektual & Ulama Muda Indonesia
mencari bantuan ke teman dan 17,3 persen
(MIUMI) Bachtiar Nasir mengakui menjadi
melakukan percobaan bunuh diri.
satu di antara banyak elemen masyarakat

12
m/16/01/25/o1hw7o365-republika-terus-
https://www.republika.co.id/berita/nasional/umu didorong-cegah-ancaman-lgbt
Sebuah laporan pada tahun 2016 syariah hanya berlaku bagi orang Muslim,
berjudul “Upaya Negara Menjamin Hak pada perkembangannya juga berlaku
Minoritas di Indonesia (Sebuah Laporan kepada semua pihak di Aceh. Kota
Awal),” Komnas HAM Indonesia Palembang juga ikut menerapkan hukuman
mengatakan bahwa kaum LGBT “sering penjara dan denda terhadap tindakan
menjadi sasaran diskriminasi dan hubungan seksual homoseksual.
penganiayaan.” Mengacu pada serangan Namun selain hukum Syariah yang
terhadap konferensi ILGA-Asia tahun 2010 ditetapkan pada daerah Aceh, Indonesia
di Surabaya misalnya, Komnas HAM tidak memiliki hukum yang menolak
mengatakan “Di Indonesia, Negara terlibat ataupun melindungi kaum LGBT. Sejauh
sebagai pelaku atau melakukan ini perlindungan LGBT hanya terbatas pada
pelanggaran aktif” atas hak asasi manusia Hak Asasi Manusia (HAM), yang mana
LGBT.13 masih banyak diabaikan oleh beberapa
Bagaimanapun, LGBT masih pihak masyarakat.
merupakan bagian dari masyarakat Untuk itu, beberapa pihak
Indonesia, suka ataupun tidak suka. Hal masyarakat merasa bahwa ada kekosongan
tersebut menempatkan mereka sebagai hukum yang perlu diisi dengan UU Pidana
posisi yang memiliki hak untuk menuntut kaum LGBT. Pengajuan homoseksualitas
perlindungan dan mendapatkan jaminan sebagai kriminal pun bukan pertama kali
dalam Hak Asasi Manusia (HAM). Namun diajukan pada tahun 2016. Tahun 2003 lalu,
demikian, aparat kepolisian dan gugatan atas wacana pidana LGBT juga
pemerintahan pun masih maju-mundur telah ditolak oleh MK. Sejak Amerika
dalam memberikan perlindungan yang adil menetapkan kelegalan pernikahan sejenis,
bagi mereka, terbukti dalam tingginya masyarakat tampak kalut. Hingga akhirnya,
angka kekerasan terhadap kaum LGBT. pada tanggal 24 Januari 2016, harian
Republika mengeluarkan berita dengan
judul kontroversial: “LGBT Ancaman
Pembahasan Dimensi Sosiokultural
Serius”. Pemberitaan itu berisi tentang
Analisis Sosiokultural didasarkan bagaimana perkembangan kelompok
pads asumsi bahwa konteks sosial yang ada LGBT dianggap cukup ‘meresahkan’ dan
di luar media mempengaruhi bagaimana ‘berbahaya’. Hal tersebut merupakan salah
wacana yang muncul dalam sebuah media satu faktor mengapa pengajuan hukum
(Eriyanto, 2012: 320). Maka pada pidana LGBT kembali diajukan pada tahun
pembahasan ini sosiokultural ini, peneliti 2016 dan meski sudah ditolak pada tahun
akan membahasnya berdasarkan konteks 2017 oleh MK, masih kembali
sosial baik di dalam maupun di luar diperjuangkan hingga tahun 2018.
masyarakat Indonesia, yang mempengaruhi
Berdasarkan wawancara dengan
bagaimana wacana pidana LGBT ini
pemimpin redaksi Republika.co.id, Irfan
dibentuk dalam teks pemberitaan media
Junaidi, ia menjelaskan bahwa pernikahan
Republika.co.id.
di Indonesia hanya bisa dilakukan oleh
Pada tahun 2002, pemerintah lelaki dan pasangan perempuannya. Dalam
Indonesia memberi Aceh hak untuk hal ini, ia menjelaskan bahwa hal yang
memberlakukan hukum Syariah pada ditentang dari kaum LGBT itu sendiri
tingkat daerah/provinsi. Maka berdasarkan adalah gerakan melegalkan pernikahan
hukum syariah, homoseksualitas dianggap sesame jenis itu sendiri. Menurutnya,
sebagai suatu kejahatan atau tindakan berdasarkan hukum agama manapun
kriminal. Walaupun pada awalnya hukum pernikahan hanya bisa dilakukan oleh laki-
13
Komnas HAM, “Upaya Negara Menjamin Hak- https://gayanusantara.or.id/portfolio/indonesia-
Hak Kelompok Minoritas di Indonesia (Sebuah dan-hak-minoritas/
Laporan Awal),”
laki dan perempuan. Ia juga menjelaskan pemberitaan media lain yang selalu
keberatannya pengadaan campaign melakukan cover both side, sesuatu yang
pernikahan sesame jenis di Indonesia. tidak dilakukan oleh Republika.co.id.
Kemudian, pemerintah Indonesia Secara keseluruhan, peneliti
pada rentang waktu tersebut juga banyak menemukan bahwa aspek situasional dalam
memberikan pernyataan tentang hal ini. masyarakat Indonesia di tahun 2016
Mayoritas suaranya adalah mereka pun menjadi faktor yang sangat berpengaruh
menentang adanya pelegalan pernikahan atas munculnya wacana pidana LGBT
sejenis. Namun, pertentangan tersebut dalam pemberitaan Republika.co.id. Dalam
bukan hanya berfokus pada pernikahan Indonesia sebagai negara yang 87%
sejenis saja, tapi juga keberadaan LGBT itu penduduknya adalah pemeluk agama islam,
sendiri. Republika.co.id sebagai media dengan
ideologi berbasis nilai-nilai agama Islam,
Nasib kaum LGBT selama ini
merasa perlu untuk memberitahukan
terombang-ambing dalam sikap
‘kenyataan’ pada publik. Pemberitaan
diskriminasi dari banyak pihak di
mereka diakui pihak Republika.co.id
masyarakat. Salah satu yang mencatat
sebagai bentuk pemberian informasi
banyaknya tindak kekerasan kepada
tentang kebenaran dan juga sebagai bentuk
mereka adalah organisasi Humans Right
mereka menggunakan hati nurani mereka
Watch (HRW) dan dirangkum dalam
sebagai media massa.
laporan berjudul Komunitas LGBT
Indonesia dalam Ancaman. Dalam laporan Tahun 2016 memiliki arti tersendiri
tersebut disebutkan banyak tindak bagi kaum LGBT di Indonesia. Pasalnya,
kekerasan yang dipicu oleh banyak tahun tersebut memang isu LGBT tengah
pernyataan negatif yang dilontarkan oleh marak diperbincangkan. Perbincangan
tokoh publik kepada kaum LGBT melalui tersebut pun tidak diakhiri di ranah diskusi
media. saja, namun berujung pada pemberitaan
media massa yang kemudian menimbulkan
Maraknya pembahasan LGBT ini
reaksi negatif masyarakat.
menjadikan Indonesia sebagai sorotan
dunia. Setelah TIME mengeluarkan laporan Meninjau dari faktor situasional,
mengenai nasib LGBT di Indonesia, tidak maraknya pemberitaan LGBT awalnya
sedikit organisasi internasional yang dipicu oleh aksi pelegalan pernikahan
menghimbau Indonesia untuk tidak sesama jenis di Amerika Serikat pada tahun
melakukan diskriminasi terhadap kaum 2015. Adanya pengakuan terhadap
tersebut. eksistensi kaum LGBT oleh salah satu
negara paling berpengaruh di dunia
Pada periode tersebut, peneliti
membuat masyarakat Indonesia semakin
menemukan bahwa memang pemberitaan
waspada akan keberadaan mereka. Hal
Republika.co.id cenderung kontra LGBT.
tersebut kemudian diikuti oleh pemberitaan
Penemuan ini berdasarkan pengamatan
Republika pada bulan Januari 2016: LGBT
pada pemberitaan media tersebut dalam
Ancaman Serius.
rentang waktu tahun 2016 dan juga
penelitian terdahulu terhadap pemberitaan Pernyataan ‘LGBT Ancaman
LGBT pada Republika.co.id. Peneliti Serius’ mengindikasikan adanya
melihat, bahwa dibandingkan dengan pandangan tertentu mengenai kaum
media online lain, Republika.co.id memiliki tersebut. Meskipun pandangan tersebut
pemberitaan yang tidak komprehensif. tidak bisa digeneralisasikan kepada seluruh
Dibandingkan dengan pemberitaan di BBC masyarakat Indonesia, peneliti bisa
Indonesia, Tempo.co, detik.com, dan juga mengatakan bahwa mayoritas masyarakat
kompas.com, media satu ini secara terang- masih memiliki sikap anti-LGBT dan
terangan menunjukkan sikap kontra bahkan menunjukkan adanya sifat
terhadap LGBT. Terbukti dengan diskriminasi. Legalnya pernikahan sesama
jenis di Amerika Serikat menjadi salah satu tersebut sendiri sering dijuluki sebagai
pemicu terbesar adanya diskriminasi pada karya adiluhunng yang erotik sekaligus
LGBT tak lain karena banyak paham bahwa mistik (religius). Tembang-tembangnya
orientasi seksual sesama jenis merupakan banyak berisi tentang persoalan seksualitas
budaya yang dibawa oleh masyarakat luar sampai yang paling intim dan
negeri. “operasional”. SC ditulis pada masa
Pangeran Amangkunegara III yang menjadi
Bentuk artikulasi dan proliferasi
Pakubuwono V di Solo (1820-1823 M).
nilai-nilai LGBT sebagai bagian dari
Penulisnya tiga orang pujangga,
budaya Barat agar bisa diterima dan
Sastranagara-Ranggasustrasna-
berlaku universal adalah dengan adanya
Sastradipura. SC terdiri dari dua belas jilid,
upaya-upaya yang dilakukan untuk
sembilan buku, 152 tembang dan 4.000
mempromosikan bahwa LGBT merupakan
halaman. Buku ini boleh dikatakan sebagai
bagian dari HAM dan berupaya untuk
ensiklopedia yang menggambarkan
menentang usaha-usaha untuk
kehidupan masyarakat Jawa pada masa itu,
mendiskriminasikan, mengkriminalisasi,
mulai dari kebiasaan hingga gejala sosial.
dan menghukum anggotaanggota
Isu LGBT terangkum dalam sebuah kisah
komunitas LGBT. AS mengakui usaha-
mengenai tokoh pemuda bernama Cebolang
usaha dan keberanian para aktivis dan
yang diusir dari rumahnya dan kemudian
organisasi yang berjuang untuk
bergabung dengan kelompok pentas jalanan
menjunjung kesamarataan dan keadilan di
untuk mencari nafkah. Saat berpentas, ia
seluruh dunia, terutama di negara-negara
bertemu dengan seorang Adipati yang
dimana hal ini dapat mengancam jiwa
berhasrat padanya dan dari pertemuan
mereka dan keluarga mereka.14
mereka ia menyadari hasratnya pada
Pemahaman akan pengaruh budaya hubungan sesama jenis.
barat terhadap eksistensi LGBT di
Kiprah kaum LGBT dalam
Indonesia merupakan sebuah pernyataan
Indonesia pun tidak berhenti pada praktik
yang salah. Sejarah menyatakan bahwa
budaya tradisional yang cenderung kuno
eksistensi penyuka sesama jenis sudah ada
seperti demikian. Salah satu budaya yang
dalam budaya Indonesia sejak jaman
masih kerap dilakukan hingga sekarang tak
dahulu, dengan istilah yang berbeda.
lain adalah budaya Mairil yang dilakukan
Misalkan saja, seorang sarjana ahli Aceh,
kerap dikenal akrab di kehidupan pondok
C. Snouck Hurgronye, melaporkan bahwa
pesantren. Mairil merupakan perilaku kasih
laki-laki Aceh sangat menggemari budak
sayang kepada sesama jenis sedangkan
dari Nias. Budak-budak lelaki yang remaja,
nyempet merupakan aktivitas pelampiasan
dalam posisinya sebagai penari (sadati) atau
dorongan seksualnya (Zuhri,2006). Mairil
lainnya, "disuruh melayani nafsu tak
lebih tepat di gunakan dalam konteks
alamiah orang-orang Aceh." Sebagian
umum, berkaitan dengan hubungan kasih
penari itu adalah anak-anak orang miskin
sayang yang dapat termanifestasikan dalam
dari pedalaman. Puisi sadati terkenal karena
banyak perilaku, termasuk perilaku seksual.
erotismenya; sebagian jelas-jelas mengacu
Sedangkan kata nyempet telah memiliki
pada hubungan kelamin sesama jenis.15
konteks yang lebih spesifik, yaitu berkaitan
Budaya hubungan sesama jenis juga dengan perilaku atau aktivitas seksual yang
terekam dalam salah satu sastra klasik Jawa dilakukan oleh para santri.16
yang berjudul Serat Centhini. Karya sastra

14
Hegemoni dalam Emansipatory: Studi Kasus Gambaran Perilaku Mairil dan Nyempet Mantan
Advokasi Legalisasi Lesbian, Gay, Biseksual, dan Santri dan Santri
Transgender (LGBT) di Indonesia - UNDIP Terhadap Pencegahan HIV/AIDS di Pondok
15
Pesantren
16
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 9 / No.
1 / Januari 2014
Pondok pesantren merupakan peringkat intelektual. Pengaruh Barat
lembaga pendidikan alternatif di samping lainnya adalah pandangan masyarakat
pendidikan formal lainnya. Salah satu ciri Indonesia modern soal homoseksualitas
khas yang membedakan antara pesantren sebagai penyimpangan, penyakit dan
dengan format pendidikan yang lain adalah sebagainya.
adanya penanaman nilai-nilai dan moral Meskipun demikian, kebanyakan
agama islam yang sangat kuat (UU RI masyarakat Indonesia masih tidak mau
No.23.Tahun 2003). Lingkungan pesantren mengakui adanya ketetapan tersebut,
yang bertugas membina moral santri beranggapan bahwa hasil penelitian luar
menyebabkan interaksi yang ketat antara negeri sudah terpengaruhi gaya hidup yang
santri dengan lawan jenis. Di pesantren, lebih ‘bebas’. Pandangan sebagian besar
santri putra ditempatkan tersendiri, terpisah masyarakat Indonesia masih menganggap
dengan santri putri (Zuhri,2006). Hubungan LGBT sebagai sebuah gangguan kejiwaan.
kasih sayang dalam mairil ini, selain Dalam hal ini, Republika.co.id telah
mengandung aspek emosional-erotik, juga menjelaskan persetujuannya dengan
melibatkan bimbingan dalam belajar dan pandangan tersebut beberapa kali dalam
tolong menolong dalam kehidupan sehari- pemberitaan mereka, seperti: “LGBT
hari di pondok pesantren. Di antara para adalah Masalah Kejiwaan Bukan
santri terjadi hubungan kasih sayang Gangguan Jiwa, Ini Bedanya” (22 Februari
semacam kakak-adik yang juga disertai 2016) dan “Guru Besar UI: LGBT Penyakit
persetubuhan. Gangguan Jiwa” (26 Maret 2016).
Terbukti dengan contoh di atas, Secara sosiokultural, pemahaman
bahwa budaya homoseksual memang sudah tersebut sudah mengakar dalam media
ada dan berkembang di Indonesia bahkan Republika.co.id baik secara media, maupun
jauh sebelum adanya penerimaan kaum secara individual wartawan mereka sendiri.
LGBT di budaya barat. Tercatat dalam
Hal tersebut dibuktikan dengan pernyataan
buku Dede Oetomo yang berjudul Dadang Sugiana (wartawan
‘Memberi Suara Pada yang Bisu’ Republika.co.id) dan juga Irfan Junaidi
disebutkan bahwa justru budaya (Pemimpin Redaksi Republika), yang
homophobia dan transphobia merupakan menyatakan bahwa LGBT merupakan
dampak dari budaya barat itu sendiri. sebuah penyakit kejiwaan dan sebuah
Dalam pembukaannya disebutkan: masalah yang perlu ditangani secepatnya.
Penjelasan di atas menggambarkan Agama merupakan salah satu faktor
bahwa sebelum era yang kita sebut modern terbesar yang mempengaruhi adanya stigma
sekarang ini, penerimaan masyarakat negatif dan wacana pidana kaum LGBT.
Indonesia pada kaum LGBT jauh lebih Hal tersebut dipengaruhi oleh peran agama
tinggi. Fenomena pergantian nilai-nilai dalam masyarakat Indonesia itu sendiri.
budaya justru dipengaruhi oleh penjajahan Sebagai negara yang menjadikan Pancasila
Belanda yang membawa nilai-nilai sebagai dasar negara, patut diwajarkan bila
konservatif budaya Victorian. Para nilai keagamaan sangat dijunjung tinggi
terpelajar pertama Indonesia seperti R.A. oleh masyarakatnya, terutama menilik sila
Kartini, misalnya, yang belajar moralitas pertamanya yang berasaskan Ketuhanan
Barat zaman Victoria yang sangat puritan yang Mahaesa. Meski bukanlah sebuah
itu, melihat masa lampau bangsanya sendiri negara yang menjunjung satu agama, nilai-
yang dekaden, dan menganggap bahwa nilai Ketuhanan itu sendiri menjadi nilai
puritanisme dalam segala hal-lah yang akan yang dominan di masyarakat dan
memajukan bangsa-bangsa Nusantara. mempengaruhi hukum dan regulasi negara.
Maka tak heran kalau adat yang toleran
terhadap homoseksualitas (dan kebebasan Masuknya sila Ketuhanan yang
seks yang relatif tinggi) itu kemudian Mahaesa itu tak lepas dari kebudayaan
ditinggalkan, setidak-tidaknya pada Indonesia yang menjunjung berbagai
macam agama dan kepercayaan pada Tuhan membawa penularan penyakit AIDS yang
itu sendiri. Dari sana, peran sila pertama disebabkan oleh virus HIV. Koordinator
tersebut tak lain adalah sebagai symbol Pelayanan Medik Unit Pelayanan Terpadu
bahwa negara mendukung kegiatan (UPT) HIV-AIDS RS Cipto
beragama yang bertoleransi dan akan Mangunkusumo, Dr dr Evy Yunihastuti
memfasilitasi masyarakat dalam kegiatan SpPD menyatakan bahwa biasanya,
beragama itu sendiri. masyarakat enggan melakukan tes HIV
karena takut hasilnya positif dan harus
Sebagai dasar negara, Pancasila
menghadapi stigma masyarakat. Mereka
telah menjadi acuan dari berbagai macam
takut karirnya terganggu atau bahkan
pembentukan hukum di Indonesia. Salah
khawatir dibuang oleh keluarganya. Stigma
satunya adalah pengajuan wacana pidana
mengenai penyandang HIV itu sendiri
LGBT ini sendiri. Stigma masyarakat
dianggap sebagai orang yang tidak
sendiri menyatakan bahwa LGBT tidaklah
bermartabat atau tidak bermoral, dengan
sesuai dengan nilai-nilai Ketuhanan yang
anggapan mereka adalah kaum LGBT,
ada di Indonesia. Dalam hal ini, nilai-nilai
pengguna narkoba, atau pelaku free sex di
Ketuhanan tersebut merupakan bagian dari
luar pernikahan. Hal ini bahkan tidak hanya
agama-agama yang dianut oleh masyarakat
berlaku pada kaum LGBT saja, namun
Indonesia.
masyarakat secara general enggan
Dalam beberapa pemberitaan yang memeriksakan kesehatan seksual mereka.17
dianalisis dalam skripsi ini Republika.co.id
Sedangkan penyebaran HIV pada
menyebutkan bahwa LGBT tidak sesuai
kaum LGBT itu justru meningkat dengan
dengan ajaran agama manapun. Dari
adanya diskriminasi terhadap mereka.
keenam agama yang diakui Indonesia
Meski Indonesia secara umum relatif
tersebut, yang ajarannya secara gamblang
berhasil mencegah wabah AIDS, PBB
melarang adanya kegiatan seksual sesama
mencatat tingkat penyebaran HIV pada
jenis adalah Islam, Kristen, dan Katolik.
komunitas gay meningkat lima kali lipat
Menilik nilai dan norma yang dari 5% pada 2007 menjadi 25% pada 2016.
beredar di masyarakat saat ini, peneliti Data UNAIDS sendiri menunjukkan pria
melihat bahwa legalisasi pernikahan homoseksual bertanggung jawab atas
sesama jenis tidak akan pernah disahkan di sepertiga kasus infeksi HIV, sementara
negara ini. Sebagai sebuah masalah bagi sebagian besar tertular lewat pasangan
masyarakat, kita perlu meninjau secara heteroseksual. Peningkatan ini berbanding
komprehensif dari setiap sudut pandang terbalik pada angka keseluruhan pengidap
agar bisa mendapat solusi yang efektif dan HIV di Indonesia yang justru menurun pada
berkemanusiaan dalam menghadapi LGBT. tahun 2016. Menurut laporan UNAIDS,
Pertama-tama, seperti yang sudah Indonesia berhasil menurunkan angka
dibahas peneliti sebelumnya, orientasi infeksi HIV baru sebesar 22 persen dari
seksual sesama jenis sudah hadir dalam tahun 2010 hingga 2016.
sejarah dan budaya Indonesia sejak dulu Meningkatnya stigma dan
kala. Artinya, keberadaan mereka sudah diskriminasi, menurut laporan Human
ditoleransi sejak dulu kala. Namun Right Watch pada tahun 2016, menjadi
meninjau pergeseran nilai-nilai norma penyebab tingginya angka penderita HIV
budaya dan kemasyarakatan di Indonesia, pada populasi kunci, bukan hanya pada
LGBT kini tidak bisa diterima oleh kaum laki-laki penyuka sesama jenis. Hal
kebanyakan masyarakat. ini telah membuat mereka takut dan malu
Salah satu contoh adalah untuk memeriksakan diri serta menyulitkan
kekhawatiran masyarakat bahwa LGBT para penyuluh kesehatan untuk mengajak

17
https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-
2406388/ini-alasan-orang-enggan-lakukan-tes-hiv
orang-orang yang berisiko HIV untuk Dari faktor situasional yang kala itu
memeriksakan diri. Alih-alih berdekatan dengan isu legalisasi pernikahan
menanggulangi HIV, tingginya sifat sejenis di Amerika Serikat membawa
diskriminasi justru memicu ketakutan kekhawatiran bagi masyarakat Indonesia
publik dalam memperhatikan kesehatannya dalam menghadapi kaum LGBT. Secara
dengan dasar takut dikucilkan. norma agama, ideologi Islam memang
berakar dalam Republika.co.id dalam nilai
Selain permasalahan HIV, salah
institusi, terbukti dengan pandangan
satu stigma yang melekat dalam kaum
wartawan penulis berita serta pemimpin
LGBT itu sendiri adalah pendapat bahwa
redaksi yang sama dengan isi wacana
mereka merupakan penyakit kejiwaan yang
pidana LGBT dalam pemberitaan mereka.
bisa disembuhkan. Salah satu yang
mengklaim penapat tersebut adalah Dalam level institusional,
Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran kekhawatiran pihak Republika.co.id
Jiwa Indonesia (PDSKJI). Namun terhadap adanya ancaman pelegalan LGBT
disayangkan, PDSKJI gagal dalam di Indonesia kemudian dituangkan ke
memberikan data yang mendukung adanya dalam pemberitaan mereka terkait wacana
keberhasilan dari terapi konversi bagi pidana LGBT ini. Meski demikian, Irfan
LGBT itu sendiri. Junaidi selaku pemimpin Republika.co.id
menyatakan bahwa persetujuannya dalam
Selain dari sisi kejiwaan, masalah
pemidanaan LGBT terbatas pada adanya
lain yang perlu dihadapi dalam menghadapi
hukum yang jelas agar gerakan legalisasi
LGBT dalam masyarakat Indonesia lainnya
pernikahan sesame jenis tidak dikoarkan
adalah bila kita menilik dari sisi
dalam Indonesia. Lebih jelasnya, Irfan
kemanusiaan. Tidak bisa dipungkiri bahwa
menuturkan:
LGBT merupakan sebuah pertentangan
besar dalam nilai-nilai agama, namun posisi “Kita setuju dengan opini itu,
mereka sebagai sesama manusia memiliki maksud pidana itu bukan dihukum ya. Tapi
hak atas kehidupannya sendiri. Maka, bila diatur dalam peraturan hukum pidana
mereka masih dianggap sebuah masalah, supaya jelas posisinya, sehingga orang
apakah hukum pidana penjara atau tidak main hakim sendiri. itu maksudnya,
rehabilitasi adalah pilihan yang tepat? kalau nggak ada aturan hukumnya orang
Menurut wawancara peneliti nanti main hakim sendiri, merasa benar
untuk dibegitukan, dibeginikan.
dengan Pemimpin Redaksi republika.co.id,
Sasarannya itu kembali ke hukum. Biar
Irfan Junaidi menyatakan: “Kita setuju
posisinya negara jelas menetapkan dia
dengan opini itu, maksud pidana itu bukan
dimana posisinya. Nah, tinggal kita taati itu
dihukum ya. Tapi diatur dalam peraturan
aturan hukum. Yang pertama negara
hukum pidana supaya jelas posisinya,
mengatur itu dengan baik supaya mereka
sehingga orang tidak main hakim sendiri.
juga dilindungi tidak kemudian jadi korban
itu maksudnya, kalau nggak ada aturan
kekerasan. Tapi mereka juga harus
hukumnya orang nanti main hakim sendiri,
menghormati hukum bahwa dalam aturan
merasa benar untuk dibegitukan,
hukum yang kita punya jenis kelamin yang
dibeginikan. Sasarannya itu kembali ke
ada laki-laki dan perempuan. Pernikahan
hukum. Biar posisinya negara jelas
yang ada, laki-laki dan perempuan tidak
menetapkan dia dimana posisinya. Nah,
ada pernikahan sejenis sehingga mereka
tinggal kita taati itu aturan hukum18
juga harus menghormati itu, itu yang saya
Pada dimensi praktik Sosiokultural, mau. Agama yang ada mau islam, kristen,
adanya wacana pidana LGBT pada apa segala macem ya itu juga hukumnya,
pemberitaan Republika.co.id dipengaruhi sehingga ya ikutin apa yang sudah diatur.
oleh banyak hal dalam aspek sosiokultural. Karena kalau kita nggak mau ikut semua,

18
Wawancara Irfan Junaidi pada
maksudnya mau sendiri ya nanti nggak ‘memojokkan’ dan dalam analisis level teks
akan ada aturannya sehingga berantakan penulis menemukan adanya kata-kata
hidupnya, jadi mau sendiri-sendiri aja”. seperti ‘pantas dihukum’, ‘pantas
dipenjara’, dan ‘kriminal’. Informasi yang
Hal tersebut mengukuhkan
disajikan lewat kutipan narasumber pun
bagaimana ideologi yang dianut oleh
cenderung mendukung adanya ‘hukuman’
Republika.co.id telah mempengaruhi
dalam wacana pidana tersebut, bukannya
adanya wacana pidana LGBT. Kemudian
pemberian batas dan perlindungan kaum
dalam wawancara bersama Dadang
LGBT itu sendiri seperti apa yang
Sugiana selaku wartawan Republika.co.id,
dijelaskan Irfan.
ia menjelaskan bahwa ia tidak terlalu setuju
dengan pemidanaan LGBT, namun lebih Pada pemberitaan terakhir yang
memilih opsi adanya rehabilitasi terhadap dianalisis dalam skripsi ini, berjudul:
mereka agar bisa disembuhkan. Selanjutnya “Pasal Pidana LGBT Sesama Dewasa
ketika peneliti menanyakan apakah Didorong Segera Masuk RKUHP” sedikit
menurutnya Republika.co.id benar-benar menjelaskan rancangan KUHP terkait
setuju dengan adanya pidana terhadap pidana kaum LGBT di masa mendatang.
kaum LGBT, ia menjelaskan: “Sejauh yang Salah satunya adalah perluasan dari pasal
saya tau ya setuju-setuju saja. Ketika 292, dari pelaku pencabulan sesama jenis
misalkan itu memang jalan terbaik untuk kepada anak di bawah umur 18 tahun,
istilahnya menekan penyebaran penyakit menjadi semua umur hingga sesama orang
tersebut apa boleh buat”. dewasa. Kemudian, salah satu usulan lain
dari salah satu fraksi DPR adalah
Peneliti menekankan pada kata
mengilangkannya delik aduan sehingga
‘menekan penyebaran penyakit tersebut’.
pelaku LGBT bisa langsung dipidana tanpa
Menilik hal tersebut dan hasil wawancara
memerlukan adanya pengaduan
yang dilakukan, peneliti berasumsi bahwa
masyarakat. Selanjutnya Panja RKUHP
akar dari wacana pidana LGBT ini sendiri
dari Fraksi Partai Nasdem, Taufiqulhadi,
didasari oleh ketidaksetujuan pihak
tersebut menyatakan bahwa sebagian fraksi
Republika.co.id akan adanya legalitas
juga tengah mencari cara untuk dapat
pernikahan sesama jenis dan apabila LGBT
mengkriminalisasikan pelaku LGBT meski
semakin ‘merebak’. Baik Irfan maupun
dilakukan dalam ranah privat.
Dadang menjelaskan bahwa pandangan
mereka tidak bermaksud menghukum dan Dalam pemberitaan yang demikian
mengucilkan kaum LGBT, namun ingin ada sebuah niatan ‘kriminalisasi’, bahkan
membatasi adanya gerakan kampanye dalam ranah privat yang sudah menjadi hak
pernikahan sejenis. Dari sana dapat milik seluruh masyarakat. Salah satu contoh
dipastikan bahwa nilai-nilai sosial yang hak privasi misalnya hak untuk dapat
dimiliki individu media telah melakukan komunikasi dengan orang lain
mempengaruhi adanya wacana pidana tanpa harus diketahui oleh umum.19 Selain
LGBT. Sayangnya, pihak Republika.co.id itu, salah satu pandangan sosial yang perlu
gagal menyampaikan maksud mereka dan diperhatikan juga dari pihak pemerintah.
justru memunculkan tendensi penulisan Beberapa pihak sempat menyatakan
berita yang penuh dengan kata-kata negatif. kekhawatirannya terhadap isu wacana
pidana LGBT ini sebagai permainan
Lantas, apakah memidanakan
politisasi agama.
LGBT, bahkan sampai dipenjarakan bisa
menyelesaikan permasalahan LGBT di Hasil pemberitaan beserta proses
Indonesia? Pasalnya, isi pemberitaan pembuatan pemberitaan Republika.co.id
mereka lebih cenderung bersikap adalah sesuatu yang berlandaskan dari
19

https://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt4d5
605606b42e/hak-privasi/
ideologi wartawan maupun media itu dukungan terhadap adanya hukum
sendiri terhadap wacana pidana LGBT, pidana bagi kaum LGBT.
terbukti dari hasil penelitian dalam level
situasional, institusional, dan sosial. Hal ini Simpulan Wacana Pidana LGBT pada
mendukung teori hagemoni yang dijadikan Pemberitaan Republika.co.id periode
dasar penelitian ini. Gramsci dalam teori Agustus – September 2016 dalam Level
Hagemoni bahwa media dapat menjadi Dimensi Praktik Wacana
sarana di mana suatu kelompok Ideologi Republika.co.id telah berakar
mengukuhkan posisinya dan merendahkan dengan kuat dalam individu-individu
kelompok lain (Eriyanto, 2012: 103). Hal pekerjanya, yang mana sangat
tersebut terjadi karena adanya suatu nilai berpengaruh besar dalam konstruksi
atau konsensus yang dianggap memang wacana pidana LGBT. Pendapat
benar, sehingga wacana lain dianggap individu dalam media memiliki
salah. Media dalam hal ini memilih sendiri kesamaan dengan ideologi dalam
fakta dan wacananya, lalu disebarkan dan wacana pidana LGBT itu sendiri.
meresap dalam benak khalayak sehingga Selain itu, Peran Republika.co.id
menjadi konsensus bersama. Dalam hal ini, sebagai media online yang dinamis
wacana tersebut adalah wacana pidana membuat berita yang diangkatnya
terhadap kaum LGBT di Indonesia. kurang komprehensif. Hal tersebut
didukung dengan fungsi gatekeeper
yang tidak terlalu berjalan, serta
ideologi media yang menyebabkan
SIMPULAN pemberitaan tidak berimbang, dan
cenderung penuh prasangka serta
Simpulan Wacana Pidana LGBT pada penggambaran negatif terhadap kaum
Pemberitaan Republika.co.id periode LGBT. Pemberitaan Republika.co.id
Agustus – September 2016 dalam Level yang diteliti menunjukkan bahwa
Dimensi Teks ideologi media tersebut sangatlah
Berdasarkan analisis yang peneliti mempengaruhi isi dan sudut pandang
dapatkan dalam level dimensi teks, pemberitaan mereka.
praktik wacana, dan sosiokultural
peneliti menemukan bahwa Simpulan Wacana Pidana LGBT pada
Republika.co.id melegitimasi wacana Pemberitaan Republika.co.id periode
pidana LGBT melalui pemilihan Agustus – September 2016 dalam Level
kosakata, tata bahasa, serta relasi Dimensi Sosiokultural
narasumber dalam berita yang diteliti. Dalam dimensi sosiokultural, faktor
Pemberitaan yang dianalisis dalam situasional sangat mendukung
skripsi ini menggambarkan LGBT terciptanya wacana pidana LGBT
sebagai kelompok yang perlu dikarenakan situasi sebagian
dipidana, berbahaya bagi anak-anak, masyarakat yang resah akan
menyimpang dari nilai agama, dan perkembangan LGBT. Dari faktor
bertentangan dengan Hak Asasi situasional, wacana pidana LGBT
Manusia (HAM). Pemberitaan dipengaruhi oleh pelegalan
Republika.co.id dibuat dengan pernikahan sesama jenis di Amerika.
pemilihan kata-kata yang mengandung Institusi Republika.co.id menilai
representasi negatif dan diskriminatif bahwa harus ada yang menyuarakan
terhadap kaum LGBT. Dari agar pelegalan tersebut tidak terjadi di
penggambaran tersebut beserta Indonesia. Berita yang dianalisi
penggunaan judul yang konsisten banyak berisi berita yang saling
dalam periode tahun 2016-2018, mendukung dengan stigma buruk
Republika.co.id mewacanakan masyarakat. Republika.co.id
melakukan wacana ini sesuai dengan
dorongan nilai moral yang dianut oleh kesempatan yang adil dalam
institusi dan para individu di media menyuarakan pihak lain tersebut.
tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Saran Sumber Buku:


Abar, Akhmad Zaini, dkk. 1999. Media dan
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah Gender: Perspektif Gender atas
dilakukan, peneliti memberikan saran Industri Suratkabar Indonesia.
kepada Republika.co.id sebagai berikut: Yogyakarta: Galang Printika.
1. Republika.co.id seharusnya
menyajikan berita yang lebih faktual, Fairclough, Norman. 1995. Critical
komprehensif, dan juga cover both Discourse Analysis, The Critical Study
side. Untuk memenuhi hal tersebut, of Language. London: Longman.
disarankan bahwa redaksi Gramsci, Antonio. 2004. Gagasan-gagasan
Republika.co.id lebih gencar dalam Politik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
melakukan disiplin verifikasi, serta
mencari sumber dari berbagai pihak Jorgensen, Marianne W. dan J. Philip.
sehingga menghasilkan berita yang 2007. Analisis Wacana, Teori, dan
lebih komprehensif. Metode. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
2. Republika.co.id disarankan memilih Althusser, Louis. 2008. Tentang Ideologi:
judul yang tidak kontroversial serta Strukturalisme Marxis, Psikoanalisis,
mengandung konotasi negatif yang Cultural Studies. Yogyakarta :
ditujukan pada pihak manapun, Jalasutra.
terutama pihak minoritas. Media perlu
menyadari dampak yang dibawa Eriyanto. 2012. Analisis Wacana:
pemberitaannya bisa merusak dan Pengantar Analisis Teks Media.
menggiring opini publik ke arah Yogyakarta: LKiS.
pemahaman yang salah dengan Eriyanto. 2005. Analisis Framing,
penggunaan diksi yang kontroversial. Konstruksi, Ideologi, dan Politik
3. Republika.co.id disarankan untuk Media. Yogyakarta: LkiS.
lebih memperhatikan kaedah-kaedah
Moleong, Denis. 2005. Teori Komunikasi
jurnalistik, berupa prinsip dan kode
Massa: Suatu Pengantar. Bandung: PT
etik jurnalistik; sehingga dalam
Remaja Rosdakarya.
pembuatan beritanya tidak menekan
kelompok minoritas dan menyebarkan Kovach, Bill & Tom Rosenstiel. 2006.
nilai diskriminasi. Elemen-elemen Jurnalisme: Apa yang
4. Sebagai sebuah media, sangatlah Seharusnya Diketahui Wartawan dan
wajar bagi Republika.co.id untuk yang Diharapkan Publik. Jakarta:
memiliki ideologinya sendiri. Namun, Pantau.
sebagai pers, Republika.co.id perlu Oetomo, Dede. Memberi Suara pada yang
mengingat kewajibannya dalam Bisu. 2003. Yogyakarta: Pustaka
memberitakan berita yang berimbang. Marwa.
Dalam hal ini, peneliti menyarankan
pada pihak media tersebut untuk lebih Shoemaker, Pamela J & Stephen D. Reese.
bijak dalam menuliskan pemberitaan 1996. Mediating The Message:
mereka agar tidak menyudutkan pihak Theories of Influence on Mass Media.
manapun yang tidak sesuai dengan New York : Longman Publisher USA.
ideologi mereka, tanpa memberikan Ariyanto dan Rido Triawan, Arus Pelangi.
2008. Studi Kasus Diskriminasi dan
Kekerasan Terhadap LGBTI. Citra Tinjauan Terhadap Lesbian, Gay,
Grafika: Jakarta. Biseksual, dan Transgender (LGBT)
dari Perspektif Hukum Pendidikan dan
Sumber Lain:
Psikologi. 2016. Program Pascasarjana
UU Penyiaran No 32 tahun 2002 STAIN Jurai Siwo: Lampung.
UU No. 40 Tahun 1999 tengang Pers Human Rights Watch. Komunitas LGBT
Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) dan Indonesia Dalam Ancaman. 2016.
Standar Program Siaran (SPS)
Elektronik:
Skripsi, Disertasi, dan Jurnal: http://www.republika.co.id/berita/nasional/
Yuli Kamiasari, Priyadi Nugraha, Emmy umum/16/02/03/o1z30f257-republika-
Riyanti. 2014. Gambaran Perilaku disomasi-soal-lgbt
Mairil dan Nyempet Mantan Santri dan https://internasional.kompas.com/read/201
Santri Terhadap Pencegahan 6/12/08/22033751/malta.akui.identitas.lgbt
HIV/AIDS di Pondok Pesantren. Jurnal .larang.terapi.penyembuhan.kaum.gay
Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 9 /
http://www.republika.co.id/berita/jurnalis
No. 1 / Januari 2014
me-warga/wacana/16/02/14/o2jajd334-
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia membedah-struktur-otak-lgbt-yang-
Republik Indonesia (KOMNAS meninggal?fb_comment_id=99418684398
HAM), Laporan Tahunan 2016. 1464_994360473964101#f355ffd5279e4
Tom Boellstorff. 2010. Antara Agama dan https://www.vice.com/id_id/article/599m4
Hasrat: Muslim yang Gay di 8/maraknya-penangkapan-lgbt-bikin-
Indonesia. Stanford University and penanganan-hivaids-bertambah-berat
University of California.
http://www.republika.co.id/berita/nasional/
U.S. Commission On International umum/16/02/03/o1z30f257-republika-
Religious Freedom 2017 Annual disomasi-soal-lgbt
Report
http://time.com/4447819/indonesia-lgbt-
Pusat Data dan Informasi Kementrian rights-islam-muslim-gay-bi-transgender/
Kesehatan RI. 2016. Situasi dan
http://www.republika.co.id/berita/internasi
Analisis HIV AIDS.
onal/global/16/08/31/ocs9q2282-time-
M.V. Lee Bedget, Amira Hesenbush, and komunitas-lgbt-paling-dibenci-di-
Winston Ekaprasetia Luhur. 2017. indonesia
LGBT Exclusion in Indonesia and Its
http://time.com/4447819/indonesia-lgbt-
Economic Effects. The William
rights-islam-muslim-gay-bi-transgender/
Institute: University of California.
https://www.hrw.org/report/2016/08/10/the
Syafi’in Mansur. Homoseksual dalam
se-political-games-ruin-our-
Perspektif Agama-Agama di
lives/indonesias-lgbt-community-under-
Indonesia. IAIN Sultan Maulana
threat
Hasanuddin Banten, ISSN: 2087-8613.
https://media.neliti.com/media/publication
Dessy Artina. Kedudukan LGBT dalam
s/126547-ID-gambaran-perilaku-mairil-
Hukum Negara Republik Indonesia
dan-nyempet-man.pdf
Ditinjau dari Perspektif Pancasila.
Seminar Nasional Hukum Universitas https://nasional.tempo.co/read/739961/893
Negeri Semarang Volume 2 Nomor 1 -persen-lgbt-di-indonesia-pernah-alami-
Tahun 2016, 195-206. kekerasan/full&view=ok
https://tirto.id/kerugian-ekonomi-akibat-
diskriminasi-lgbt-cl4g
https://www.merdeka.com/peristiwa/kaum
-lgbt-ngeluh-lesbi-sengaja-diperkosa-gay-
disuruh-nikahi-wanita.html

Anda mungkin juga menyukai