Anda di halaman 1dari 4

BAB 3 - BUDAYA DAN ANTHROPOLOGI BUDAYA -

Budaya adalah sebuah kata yang mengandung banyak arti. Menurut kamus bahasa
Indonesia, kata budaya berasal dari bahasa sansekerta bodhya yang berarti akal budii. Sinonim
dari kata tersebut adalah kultur – sebuah kata benda yang berasal dari bahasa Inggris culture
atau cultuur dalam bahasa Belanda atau kulltur dalam bahasa Jerman. Kata culture itu sendiri
secara harfiah berasal dari bahasa Latin Colere (dengan akar kata “calo” – kata kerja yang
berarti mengerjakan tanah, mengolah tanah atau memelihara ladang dan memelihara hewan
ternakii). Dengan demikian, istilah kultur sesungguhnya lebih dikaitkan dengan kegiatan
pertanian dan peternakan. Agricultura - pengolahan tanah pertanian; aquacultura - budi daya /
ternak binatang air; cultuur stelsel - tanam paksa dan masih banyak lagi istilah-istilah lain yang
menggunakan kata cultura atau culture memiliki konotasi dan berhubungan dengan kegiatan
tanam menanam atau pertanian dan peternakan.
Definisi-definisi budaya yang sangat variatif oleh Kroeber and Kluckhohn kemudian
dikelompokkan menjadi 6 (enam) kelompok definisi yakni definisi yang bersifat deskriptif,
historik, normatif, psikologik, struktural dan genetik. Banyaknya definisi budaya yang ada
sekaligus menunjukkan aspek kehidupan masyarakat yang begitu kompleks berakibat pada
kompleksitas budayanya. Atau dengan kata lain budaya merupakan fenomena kompleks yang
harus dipahami secara lebih hati-hati. Karena budaya dan masyarakat seperti dua sisi dari satu
mata uang maka pemahaman yang benar terhadap masyarakat bisa mengurangi kesalah-
pahaman terhadap konsep budaya.
BAB IV - BUDAYA NASIONAL -
Dalam memahami konsep budaya nasional, pentingnya kedua asumsi diatas harus
disadari betul agar kita tidak terjebak dengan konsep budaya yang dalam pemahaman budaya
nasional sesungguhnya hanyalah sub-budaya. Persoalan semacam ini biasanya muncul
terutama pada negara yang memiliki berbagai macam budaya lokal (sub-budaya) namun hanya
beberapa sub-budaya yang dianggap dominan. Akibatnya sub-sub budaya yang dominan
tersebut seolah-olah identik dengan budaya nasional atau paling tidak menjadi representasi
budaya nasional. Secara umum perbedaan nilai-nilai kerja tersebut dibedakan menjadi 4
dimensi yakni “power distance – jarak kekuasaan”, “individualism – collectivism”,
“masculinity – femininity” dan “uncertainty avoidance – mengindari ketidak-menentuan.
Terlepas bahwa konsep yang dikemukakan oleh Hofstede ini sangat popular, namun
kenyataannya konsep ini juga mendapat kritik yang tajam. Oleh karenanya jika konsep ini
hendak diterapkan, perlu diperhatikan asumsi dan kelemahannya. Hal positif dari konsepnya
Hofstede adalah semakin disadarinya bahwa manajemen tidak value free dimana budaya
nasional menjadi key factors dalam manajemen.
BAB V - BUDAYA : DARI ANTROPOLOGI KE ORGANISASI –
Keterlibatan anthropolog dalam bidang studi organisasi tidak hanya terjadi di Amerika
tetapi juga di Eropa dan akhirnya menyebar ke tempat-tempat lain. Keterlibatan para
anthropolog inilah yang menyebabkan perubahan dalam cara memahami organisasi. Pada
akhirnya organisasi tidak semata-mata dipandang sebagai alat bantu tetapi secara anthropologis
juga sebagai masyarakat dengan segala atribut-atributnya.
Nancy Morey and Fred Luthans, mengatakan bahwa proses pemindahan konsep (displacement
of concept) dari konsep budaya ke konsep organisasi dilakukan melalui 4 tahap yakni:

1. Transposition stage. Tahap ini merupakan tahap awal dimana konsep lama (dalam hal
ini konsep budaya) dipindahkan ke situasi yang baru (dalam konteks organisasi).
2. Interpretation stage. Setelah melalui tahap transposisi, tahap berikutnya adalah
interpretasi. Pada tahap ini konsep lama yang telah dipindahkan ke situasi yang baru
digunakan untuk menginterpretasikan kejadian-kejadian pada konteks organisasi.
3. Correction stage. Dengan adanya interpretasi yang berbeda terhadap kejadian yang
sama menjadikan semakin luasnya perspektif pemahaman organisasi.
4. Spelling-out stage. Setelah melalui proses modifikasi yang berulang-ulang, tahap
terakhir adalah menegaskan secara eksplisit bahwa konsep lama tersebut cocok untuk
digunakan pada bidang studi yang baru dan bahkan bisa menghasilkan konsep-konsep
baru.

BAB VI - KONSEP BUDAYA ORGANISASI -

Menurut ideational school budaya organisasi adalah jaringan makna yang bersifat elusive dan
tersembunyi yang pemunculannya keluar hanya bisa dilakukan jika makna tersebut dikomunikasikan
dan disosialisasikan kepada pihak luar. Secara umum sering dikatakan bahwa system makna yang
bersifat elusive dan hidden ini disebut sebagai core of culture.
Selain menjelaskan konsep dan pengertian budaya organisasi, bab ini juga membahas
perdebatan dua pendapat yang sampai sekarang tidak pernah berhenti yakni pendapat yang menganggap
bahwa di dalam sebuah organisasi hanya terdapat satu macam budaya dan pendapat yang mengatakan
bahwa di dalam sebuah organisasi terdapat lebih dari satu macam budaya. Bagian terakhir dalam bab
ini menjelaskan perbedaan konsep budaya organisasi dan iklim organisasi – dua konsep yang sumber
teorinya sesungguhnya berbeda tetapi dalam praktik kedua konsep tersebut seringkali membingungkan.
Konsep ini menjadi membingungkan utamanya jika budaya organisasi didekati dengan adaptationist
school.

Anda mungkin juga menyukai