Anda di halaman 1dari 2

A.

PERKEMBANGAN KAJIAN BUDAYA DALAM BIDANG STUDI ORGANISASI

Keterlibatan anthropolog dalam bidang studi organisasi tidak hanya terjadi di Amerika
tetapi juga di Eropa dan akhirnya menyebar ke tempat-tempat lain. Keterlibatan para
anthropolog inilah yang menyebabkan perubahan dalam cara memahami organisasi. Pada
akhirnya organisasi tidak semata-mata dipandang sebagai alat bantu tetapi secara anthropologis
juga sebagai masyarakat dengan segala atribut-atributnya. Seperti dijelaskan oleh Susan
Wright, para anthropolog mulai terlibat dalam bidang studi organisasi sejak akhir tahun 1920an
saat kedua bidang studi tersebut sama-sama berada pada tahap awal perkembangan. Dari sisi
waktu, keterlibatan para anthropolog dalam bidang studi oraganisasi dapat dikelompokkan
menjadi 3 (tiga) period waktu yaitu:
periode tahun 1920an, Menurut perspektif anthropologi, kenaikan output ini
disebabkan bukan karena kepatuhan para pekerja terhadap ketentuan manajemen melainkan
karena kesepatakan bersama (shared idea) para pekerja dalam menetapkan standard kerja
harian. Menurut perspektif psikolog, penolakan para pekerja untuk bekerja sama dengan pihak
manajemen lebih disebabkan karena rasa frustasi para pekerja.
Antara tahun 1950an - 1960an, atas kontribusi anthropologi dalam studi organisasi,
paradigma penelitian organisasi mengalami perubahan dan perkembangan lebih lanjut.
Organisasi tidak lagi dipandang sebagai closed system seperti pada pendekatan scientific
management, juga bukan semata-mata sebagai open system sebagaimana ditegaskan oleh
pendekatan human relation approach tetapi juga organisasi dipandang sebagai hasil
kebudayaan dan sekaligus memiliki budaya sebagaimana akan diuraikan.
Dan terakhir sejak tahun 1970an sampai sekarang, Dalam kehidupan sebuah organisasi,
sistem formal dan sistem informal selalu hadir berdampingan meski proporsi masing-masing
berbeda. Sebuah organisasi terkadang memiliki sistem formal yang lebih dominan sedangkan
organisasi lainnya yang lebih dominan adalah sistem informalnya. Oleh karenanya agar
organisasi bisa mencapai tujuannya lebih efektif, bukan hanya sistem formal yang harus
dipahami, dikelola dan mendapat perhatian lebih baik tetapi sistem informalnya juga perlu
mendapat perhatian yang kurang lebih sama meski sekali lagi tidak harus mengakomodasi
seluruh sistem informal yang ada.
B. PEMINDAHAN KONSEP BUDAYA KE DALAM DISIPLIN ORGANISASI
Nancy Morey and Fred Luthans, mengatakan bahwa proses pemindahan konsep
(displacement of concept) dari konsep budaya ke konsep organisasi dilakukan melalui 4 tahap
yakni:
1. Transposition stage. Tahap ini merupakan tahap awal dimana konsep lama (dalam hal ini
konsep budaya) dipindahkan ke situasi yang baru (dalam konteks organisasi).
2. Interpretation stage. Setelah melalui tahap transposisi, tahap berikutnya adalah interpretasi.
Pada tahap ini konsep lama yang telah dipindahkan ke situasi yang baru digunakan untuk
menginterpretasikan kejadian-kejadian pada konteks organisasi.
3. Correction stage. Dengan adanya interpretasi yang berbeda terhadap kejadian yang sama
menjadikan semakin luasnya perspektif pemahaman organisasi.
4. Spelling-out stage. Setelah melalui proses modifikasi yang berulang-ulang, tahap terakhir
adalah menegaskan secara eksplisit bahwa konsep lama tersebut cocok untuk digunakan pada
bidang studi yang baru dan bahkan bisa menghasilkan konsep-konsep baru.
C. BUDAYA DALAM PERSPEKTIF ORGANISASI
Istilah budaya organisasi menggunakan kata kunci “organizational culture”, “corporate
culture”, “organizational symbols / symbolism” dan “ managerial symbols / symbolism”,
Barley, Meyer and Gash.

Anda mungkin juga menyukai