Anda di halaman 1dari 34

KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI

REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN


NOMOR : 14/DPKP/SK/07/2016
..
TENTANG

PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

DIREKTUR JENDERAL PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN,

Menimbang : a. Bahwa sebagai tindaklanjut pasal 4 ayat (2) Peraturan


Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi Nomor 5 Tahun 2016 tentang Pembangunan
Kawasan Perdesaan, maka diperlukan Penyelenggaraan
Pembangunan Kawasan Perdesaan yang meliputi
pengusulan kawasan perdesaan, penetapan dan
perencanaan kawasan perdesaan, pelaksanaan
pembangunan kawasan perdesaan, pelaporan dan evaluasi
pembangunan kawasan perdesaan;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud


dalam huruf a, perlu menetapkan Penyelenggaraan
Pembangunan Kawasan Perdesaan dengan Keputusan
Direktur Jenderal Pembangunan Kawasan Perdesaan;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem


Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

2. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang


Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4438);

3. Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5495);

1
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 9 Tahun 2015 Perubahan Kedua Atas Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5679);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana


Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4575);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang


Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 20, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4816);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2015 tentang


Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun
2014 tentang Dana Desa yang Bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 88, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5694);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang


Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun
2014 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 123, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5539);

9. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal


dan Transmigrasi Nomor 6 Tahun 2016 tentang Organisasi
Kementerian dan Tata Kerja Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 463);

10. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah tertinggal


dan Transmigrasi Nomor 5 Tahun 2016 tentang
Pembangunan Kawasawan Perdesaan (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 359);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PEMBANGUNAN


KAWASAN PERDESAAN TENTANG PENYELENGGARAAN
PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN.

2
KESATU : Melaksanakan Penyelenggaraan Pembangunan Kawasan
Perdesaan sebagaimana dirinci dalam Lampiran Keputusan ini.

KEDUA : Penyelenggaran Pembangunan Kawasan Perdesaan


sebagaimana dimaksud pada diktum KESATU dilaksanakan
untuk mengembangkan potensi dan/atau menyelesaikan
permasalahan yang ada di suatu wilayah.

KETIGA : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 1 Juli 2016

DIREKTUR JENDERAL
PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN,

TTD

Drs. JOHOZUA M. YOLTUWU, M.Si

SALINAN Keputusan ini disampaikan kepada Yth.:


1. Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (sebagai laporan);
2. Sekretaris Jenderal Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi;
3. Para Direktur Jenderal di lingkungan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal,
dan Transmigrasi;
4. Inspektur Jenderal Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi;
5. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan, Pendidikan dan Pelatihan, dan Informasi
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi;
6. Sekretaris Direktorat Jenderal Pembangunan Kawasan Perdesaan;
7. Para Direktur di lingkungan Direktorat Jenderal Pembangunan Kawasan Perdesaan.

3
LAMPIRAN
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL
PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN
NOMOR : 14/DPKP/SK/07/2016
TANGGAL : 1 JULI 2016

TENTANG

PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di samping pendekatan desa membangun, Undang Undang No 6 Tahun


2014 tentang Desa memberikan kewenangan kepada Pemerintah Daerah untuk
melakukan percepatan pembangunan sebagian wilayah perdesaan melalui
pembangunan kawasan perdesaan. Pembangunan kawasan perdesaan
dilakukan mengingat perkembangan sebagian wilayah tidak secepat
perkembangan wilayah lainnya, atau suatu kawasan memiliki potensi
pertumbuhan yang cukup besar dan memerlukan dorongan ekstra dari
Pemerintah/Pemerintah Daerah. Pasal 83 UU No 6 Tahun 2014 tentang Desa
menyebutkan bahwa Kawasan Perdesaan merupakan perpaduan
pembangunan antar-Desa dalam 1 (satu) Kabupaten/Kota yang dilaksanakan
dalam upaya mempercepat dan meningkatkan kualitas pelayanan,
pembangunan, dan pemberdayaan masyarakat Desa di Kawasan Perdesaan
melalui pendekatan pembangunan partisipatif.
Pembangunan kawasan perdesaan dilaksanakan dalam batas wilayah
fungsional dan atau wilayah administrasi. Isu-isu yang diangkat dalam
pembangunan kawasan perdesaan antara lain rural-urban linkage;
pertumbuhan; lapangan pekerjaan; infrastruktur; serta sinergisme antar
sektor, ‘pasar’, dan masyarakat; dengan dukungan dana dari APBN berupa
dana perimbangan dan APBD yang dialokasikan pada masing-masing sektor.
Berbeda dengan pendekatan desa membangun, pemegang kewenangan
pembangunan kawasan perdesaan adalah Pemerintah Daerah yang bersinergi
dengan masyarakat dan komponen lainnya kecuali yang berskala lokal Desa.
Arahan Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa pada Pasal 85 ayat
(1) mengatur bahwa Pembangunan Kawasan Perdesaan dilakukan oleh
Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota melalui satuan kerja perangkat daerah, Pemerintah Desa,
dan/atau BUM Desa dengan mengikutsertakan masyarakat Desa. (2)
Pembangunan Kawasan Perdesaan yang dilakukan oleh Pemerintah,
Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, dan pihak

2
ketiga wajib mendayagunakan potensi sumber daya alam dan sumber daya
manusia serta mengikutsertakan Pemerintah Desa dan masyarakat Desa. (3)
Pembangunan Kawasan Perdesaan yang berskala lokal Desa wajib diserahkan
pelaksanaannya kepada Desa dan/atau kerja sama antar-Desa.

Untuk mewujudkan pembangunan kawasan perdesaan, Kementerian


Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi telah menerbitkan
Peraturan Menteri Nomor 5 Tahun 2016 tentang Pembangunan Kawasan
Perdesaan. Pasal 4 ayat (2) mengamanahkan bahwa ketentuan lebih lanjut
mengenai penyelenggaraan pembangunan kawasan perdesaan diatur dengan
Keputusan Direktur Jenderal Pembangunan Kawasan Perdesaan.

Keputusan Dirjen ini diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pembangunan


Kawasan Perdesaan sebagai tindak lanjut dari amanah Undang-Undang No 6
tahun 2014 tentang Desa dan Peraturan Menteri No 5 Tahun 2016 tentang
Pembangunan Kawasan Perdesaan, sebagai pedoman operasional bagi
Pemerintah, Pemerintah Daerah, Desa dan masyarakat dalam
menyelenggarakan pembangunan Kawasan Perdesaan.

1.2 Tujuan
Tujuan Keputusan Dirjen ini adalah memberikan pedoman operasional
bagi Pemerintah, Pemerintah Daerah, Desa, dan masyarakat, dalam
menyelenggarakan pembangunan Kawasan Perdesaan.

1.3. Sasaran
Sasaran Keputusan Dirjen ini adalah terciptanya kesamaan pemahaman
bagi aparatur Pemerintah, Pemerintah Daerah, Desa, dan masyarakat, dalam
menyelenggarakan pembangunan Kawasan Perdesaan.

1.4 Ruang Lingkup


Keputusan Dirjen Pembangunan Kawasan Perdesaan ini menjelaskan
lebih lanjut tentang kelembagaan, pengusulan dan penetapan, perencanaan,
pelaksanaan, serta monitoring, evaluasi dan pelaporan, yang terbagi dalam
enam Bab sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan
Bab II Kelembagaan
Bab III Pengusulan dan Penetapan Kawasan Perdesaan
Bab IV Perencanaan Kawasan Perdesaan
Bab V Pelaksanaan Pembangunan Kawasan Perdesaan
Bab VI Monitoring, evaluasi dan pelaporan Pembangunan Kawasan
Perdesaan.

3
1.5 Prinsip Pembangunan Kawasan Perdesaan
Pembangunan kawasan Perdesaan dilaksanakan dengan prinsip :
a. partisipatif;
b. holistik dan komprehensif;
c. berkesinambungan;
d. keterpaduan;
e. keadilan;
f. keseimbangan;
g. transparansi; dan
h. akuntabilitas.
Penjelasan prinsip Pembangunan kawasan Perdesaan:
a) Yang dimaksud dengan “partisipatif” adalah penyelenggaraan
Pembangunan Kawasan Perdesaan yang mengikutsertakan kelembagaan
Desa dan unsur masyarakat Desa;
b) Yang dimaksud dengan “holistik dan komprehensif” adalah
Pembangunan Kawasan Perdesaan dilaksanakan dengan memperhatikan
berbagai apsek kehidupan yaitu fisik, ekonomi, sosial, dan lingkungan;
dan dilaksanakan oleh berbagai komponen untuk mencapai tujuan
pembangunan kawasan;
c) Yang dimaksud dengan “berkesinambungan” adalah Pembangunan
Kawasan Perdesaan dilaksanakan secara kontinyu dengan
memperhatikan kelestarian lingkungan agar hasil pembangunan dapat
memberikan manfaat jangka panjang secara berkesinambungan;
d) Yang dimaksud dengan “keterpaduan” adalah Pembangunan Kawasan
Perdesaan dari semua unsur yang berhubungan secara langsung
maupun tidak langsung dalam pengelolaan kawasan perdesaan.
Keterpaduan antar sektor dan keterpaduan antar level pemerintahan.
e) Yang dimaksud dengan “keadilan” adalah Pembangunan Kawasan
Perdesaan memberikan kesempatan yang sama kepada setiap unsur
pembangungan dalam upaya meningkatkan dan memelihara kualitas
hidupnya;
f) Yang dimaksud dengan “keseimbangan” adalah Pembangunan Kawasan
Perdesaan dilaksanakan dengan memperhatikan keserasian antara
pembangunan fisik, ekonomi, sosial, dan lingkungan; antara kepentingan
jangka pendek dan jangka panjang; dan antara kebijakan pusat, daerah,
dan kepentingan desa/masyarakat;
g) Yang dimaksud dengan “transparansi” adalah Pembangunan Kawasan
Perdesaan yang menjamin akses atau kebebasan bagi setiap orang untuk
memperoleh informasi tentang penyelenggaraan Pembangunan Kawasan
Perdesaan, yakni informasi tentang kebijakan, proses pembuatan dan
pelaksanaannya, serta hasil-hasil yang dicapai.
h) Yang dimaksud dengan “akuntabilitas” adalah Pembangunan Kawasan
Perdesaan dalam setiap pengambil keputusan harus bertanggung jawab
kepada publik sesuai dengan jenis keputusan, baik internal maupun
eksternal.

4
BAB II
KELEMBAGAAN
2.1 Pengantar
Untuk menjamin terlaksanaanya pembangunan Kawasan Perdesaan yang
efektif, dibutuhkan tim yang mengawal keseluruhan proses pembangunan
Kawasan Perdesaan, mulai dari pengusulan hingga pelaporan dan evaluasi. Bab
ini menjelaskan jenis tim, serta tugas dan fungsi Tim.

2.2 Jenis dan Pembentukan Tim


Kelembagaan pembangunan Kawasan Perdesaan diwujudkan dalam
bentuk Tim Koordinasi Pembangunan Kawasan Perdesaan (TKPKP). TKPKP
terdiri atas TKPKP kawasan, TKPKP Kabupaten/Kota, TKPKP Provinsi, dan
TKPKP Pusat. Dalam hal telah ada tim sebelumnya yang sejenis dengan
TKPKP, masih dapat diteruskan melalui penyesuaian dengan Keputusan
Dirjen ini.

2.2.1 TKPKP Pusat


TKPKP Pusat terdiri dari unsur Pemerintah Pusat, diketuai oleh Menteri
Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (DPDTT) dengan
anggotanya meliputi Unsur Kementerian/Pimpinan Lembaga yang terkait
pengembangan Kawasan Perdesaan di Indonesia. TKPKP Pusat dibentuk dan
ditetapkan dengan Keputusan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal,
dan Transmigrasi (DPDTT).
Pembentukan TKPKP Kabupaten/Kota, TKPKP Provinsi, dan TKPKP Pusat
tidak bergantung satu dengan yang lainnya. TKPKP Kabupaten/Kota bisa
dibentuk terlebih dahulu sebelum TKPKP Provinsi maupun TKPKP Pusat
dibentuk, begitu juga sebaliknya. Ketentuan lebih lanjut mengenai
pembentukan organisasi dan tata kerja TKPKP diatur dalam Peraturan Menteri.
Keanggotaan Tim Koordinasi Pembangunan Kawasan Perdesaan (TKPKP) dapat
dilihat pada Gambar 1.

2.2.2 TKPKP Provinsi


TKPKP Provinsi terdiri dari unsur Pemerintah Daerah Provinsi, diketuai
oleh Kepala Bappeda dengan anggotanya meliputi Kepala SKPD terkait tema
kawasan. Keanggotaan TKPKP Provinsi disusun berdasarkan kawasan yang
telah ditetapkan oleh Bupati/Walikota dalam lingkup provinsi yang
bersangkutan. Pembentukan TKPKP Provinsi kemudian ditetapkan dengan
Keputusan Gubernur.

2.2.3 TKPKP Kabupaten/Kota


TKPKP Kabupaten/Kota terdiri dari unsur Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota, diketuai oleh Sekretaris Daerah dengan anggotanya meliputi
Kepala Bappeda dan Kepala SKPD yang terkait. Keanggotaan TKPKP
kabupaten/kota bersifat tetap, yaitu keanggotaannya tidak berubah meskipun
Kawasan Perdesaan yang ditetapkan mengalami perubahan tema maupun
delineasi seiring perkembangannya atau ada penambahan Kawasan Perdesaan.
TKPKP Kabupaten/kota dibentuk oleh Bupati/Walikota ditetapkan dengan
Surat Keputusan Bupati/Walikota tentang TKPKP Kabupaten/Kota.

5
Pembentukan TKPKP kabupaten/kota ini sebelum dilakukan tahap pengusulan
kawasan.

2.3.4 TKPKP Kawasan


TKPKP Kawasan dibentuk sesuai tema dan delineasi Kawasan Perdesaan.
Anggota TKPKP Kawasan meliputi ketua tim (Bappeda), sekretaris (Badan
Pemberdayaan Masyarakat Desa), koordinator klaster (sesuai klaster), anggota :
SKPD terkait, camat, Badan Kerjasama Antar Desa (BKAD), Kepala Desa, Badan
Permusyawaratan Desa Desa (BPD) dan tokoh masyarakat. Keanggotaan TKPKP
Kawasan bersifat fleksibel, yaitu dapat berubah keanggotaannya tergantung
pada tema dan delineasi Kawasan Perdesaan yang mengalami perkembangan
dan dapat berubah dalam kurun waktu 5 tahun. Tim ini dibentuk setelah ada
penetapan kawasan dan diproses oleh TKPKP Kabupaten.

Gambar 1
Keanggotaan Tim Koordinasi Pembangunan Kawasan Perdesaan (TKPKP)

2.3 Tugas dan Fungsi TKPKP


TKPKP merupakan tim yang memiliki fungsi koordinasi dalam hal
pengusulan, penetapan dan perencanaan, pelaksanaan, serta pelaporan dan
evaluasi pembangunan Kawasan Perdesaan. Berikut ini merupakan tugas dan
fungsi TKPKP, mulai dari TKPKP pusat, Provinsi, hingga kabupaten/kota, dan
kawasan.

2.3.1 TKPKP Pusat


TKPKP Pusat memiliki tugas dan fungsi sebagai berikut:
a. Sosialisasi Peraturan Menteri Desa, PDTT No. 5 Tahun 2016 tentang
Pembangunan Kawasan Perdesaan dan Keputusan Dirjen PKP Nomor
14/DPKP/SK/07/2016 tentang Penyelenggaraan Pembangunan Kawasan
Perdesaan;
b. Melakukan pembinaan kepada TKPKP Provinsi, Kabupaten/Kota
berdasarkan hasil evaluasi penyelenggaraan pembangunan Kawasan
Perdesaan.

6
c. Memfasilitasi pelaksanaan pembangunan Kawasan Perdesaan di
kabupaten/kota. TKPKP Pusat berkoordinasi dengan TKPKP Provinsi dan
TKPKP Kabupaten/Kota untuk mendorong terjadinya sinergisme mulai
dari penyusunan rencana hingga monitoring, evaluasi dan pelaporan.
d. Melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan Pembangunan Kawasan
Perdesaan secara nasional berdasarkan laporan TKPKP Provisni dan
kabupaten. Pelaporan TKPKP Kabupaten disampaikan kepada Menteri
Desa Pembangunan Daerah tertinggal dan Transmigrasi dengan
tembusan TKPKP Provinsi.

2.3.2 TKPKP Provinsi


TKPKP Provinsi memiliki tugas dan fungsi sebagai berikut:
a. Sosialisasi Peraturan Menteri Desa, PDTT No. 5 Tahun 2016 tentang
Pembangunan Kawasan Perdesaan dan Keputusan Dirjen PKP Nomor
14/DPKP/SK/07/2016 tentang Penyelenggaraan Pembangunan Kawasan
Perdesaan;
b. Membina TKPKP Kabupaten/Kota;
c. Fasilitasi pelaksanaan pembangunan Kawasan Perdesaan di
kabupaten/kota dalam lingkup provinsi.
d. Melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan Pembangunan Kawasan
Perdesaan dalam skala provinsi berdasarkan laporan TKPKP kabupaten.
Pelaporan TKPKP Kabupaten disampaikan kepada TKPKP Provinsi dengan
tembusan TKPKP Kabupaten/Kota.

2.3.3 TKPKP Kabupaten/Kota


TKPKP Kabupaten/Kota sangat berperan pada awal proses pengusulan,
penetapan, pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi, dengan rincian tugas dan
fungsi sebagai berikut:
a. Melakukan supervisi, sosialiasi Keputusan Dirjen, dan memotivasi
Pembangunan Kawasan Perdesaan kepada BKAD, Camat, dan Desa.
b. Dapat melakukan usulan pembangunan kawasan perdesaan.
c. Memfasilitasi pengusulan pembangunan kawasan perdesaan.
d. Melakukan penilaian usulan pembangunan kawasan perdesaan.
e. Mengkoordinasikan dan melaksakan proses penetapan kawasan
perdesaan.
f. Mengkoordinasikan penyusunan rencana pembangunan kawasan
perdesaan.
g. Menunjuk pelaksana pembangunan kawasan perdesaan dalam hal
kewenangan penunjukan pelaksana pembangunan yang didelegasikan
oleh Bupati/Walikota.
h. Melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pembangunan kawasan
perdesaan atas dasar laporan TKPKP Kawasan yang telah dilakukan
verifikasi. Pelaporan ditujukan kepada TKPKP Provinsi, dengan tembusan
TKPKP Pusat.

2.3.4 TKPKP Kawasan

7
TKPKP Kawasan memiliki tugas dan fungsi sebagai berikut :
a. Melakukan usulan pembangunan kawasan perdesaan.
b. Menyusun rencana pembangunan kawasan perdesaan bersama-sama
dengan TKPKP Kabupaten/kota.
c. Melaksanakan Rencana pembangunan kawasan perdesaan dalam hal
ditunjuk oleh Bupati/TKPKP Kabupaten/Kota.
d. Melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pembangunan kawasan
perdesaan. Pelaporan dilakukan kepada TKPKP Kabupaten/Kota.
Tugas dan fungsi TKPKP dapat dilihat pada Gambar 2 berikut ini:

Gambar 2
Tugas dan Fungsi Tim Koordinasi Pembangunan Kawasan Perdesaan (TKPKP)

8
BAB III
PENGUSULAN DAN PENETAPAN KAWASAN PERDESAAN
Pasal 124 ayat (1) Peraturan Pemerintah No 47 Tahun 2015 Tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 Tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
mengatur bahwa Pembangunan kawasan perdesaan dilaksanakan di lokasi
yang telah ditetapkan oleh bupati/walikota. Selanjutnya, pasal 124 ayat (2)
menentukan bahwa penetapan lokasi pembangunan kawasan perdesaan
dilaksanakan dengan urutan: (a) inventarisasi dan identifikasi, (b) usulan, (c)
penilaian usulan, (d) penetapan kawasan.

Gambar 3
Diagram Proses Pengusulan dan Penetapan Kawasan Perdesaan

3.1 Inventarisasi dan Identifikasi Kawasan


TKPKP Kabupaten/Kota atau BKAD selaku pengusul melakukan
inventarisasi dan identifikasi deskripsi kawasan dalam aspek nama kawasan,
letak dan kewilayahan, potensi ekonomi, mobilitas penduduk, sarana dan
prasarana, masalah yang dihadapi, dan delineasi kawasan, sebagai bahan
usulan penetapan kawasan perdesaan.
Nama kawasan terdiri atas tema kawasan diikuti dengan nama lokasi.
Nama lokasi mewakili desa-desa yang membentuk kawasan, biasanya dipilih
nama kecamatan, atau desa yang akan menjadi pusat kawasan, atau ciri
spesifik kawasan. Sedangkan tema kawasan perdesaan merupakan fokus
penanganan kawasan yang dilakukan dengan mempertimbangkan potensi dan
masalah yang ada untuk mewujudkan fungsi kawasan. Tema Kawasan
Perdesaan melingkupi 2 hal, yaitu menonjolkan potensi dan/atau menonjolkan
penanganan masalah. Contoh tema Kawasan Perdesaan yang menonjolkan
potensi, misalnya:
a. Kawasan Perdesaan Perkebunan Karet
b. Kawasan Perdesaan Pertanian Pangan
c. Kawasan Perdesaan Pariwisata

9
Contoh tema Kawasan Perdesaan yang menonjolkan penanganan
masalah, misalnya:
a. Kawasan Perdesaan Tangguh Bencana Letusan Gunung Berapi
b. Kawasan Perdesaan Daerah Aliran Sungai

Tabel 3.1 Deskripsi Kawasan Perdesaan


N0 Aspek Lingkup Uraian
1 Nama a. Tema kawasan
kawasan b. Nama lokasi
2 Letak a. Kecamatan
kawasan b. Kabupaten
3 Wilayah a. Jumlah kecamatan
b. Jumlah dan nama 1. Kecamatan …………….. :
Desa a. Desa ………
b. Desa ………
c. ……..………
2. Kecamatan …………….. :
a. …………….
c. Luas wilayah
d. Desa yang berpotensi
sebagai pusat
kawasan
e. Perkembangan Desa Desa tertinggal :… desa (nama desa:………………)
Desa berkembang:.… desa (nama desa : …………)
Desa Mandiri : .... desa (nama desa:.................)
4 Potensi a. Komoditas unggulan a. …… dengan luas riil .. Ha, potensial … Ha
ekonomi kawasan b. …… dengan luas riil .. Ha, potensial … Ha
b. Komoditas unggulan a. …… dengan luas riil .. Ha, potensial … Ha
desa b. …… dengan luas riil .. Ha, potensial … Ha
1) Desa ……… a. …… dengan luas riil .. Ha, potensial … Ha
b. …… dengan luas riil .. Ha, potensial … Ha
2) Desa ……… a. …… dengan luas riil .. Ha, potensial … Ha
b. …… dengan luas riil .. Ha, potensial … Ha
3) Desa ……… a. …… dengan luas riil .. Ha, potensial … Ha
b. …… dengan luas riil .. Ha, potensial … Ha
4) Desa ……… a. …… dengan luas riil .. Ha, potensial … Ha
b. …… dengan luas riil .. Ha, potensial … Ha
5 Penduduk a. Jumlah penduduk
dan Mobilitas b. Penduduk menetap
penduduk c. Jumlah penduduk
miskin
d. Mata pencaharian
penduduk
6 Sarana dan a. Sarana pendidikan
Prasarana b. Sarana kesehatan
kawasan yang c. Sarana ekonomi
sudah ada d. Infrastruktur
7 Permasalahan a. Bidang Infrastruktur
yang dihadapi b. Ekonomi
c. Pendidikan
d. Kesehatan
8 Potensi Bencana ………….
Rawan a. Desa …………… Luas potensi bencana ………………. Ha
Bencana*) b. Desa …………… Luas potensi bencana ………………. Ha
c. Desa …………… Luas potensi bencana ………………. Ha
*) Diisi bila ada potensi

Desa-desa dalam satu kawasan harus memiliki keterkaitan komoditas


unggulan atau permasalahan, sehingga layak untuk dikembangkan dalam satu
kesatuan kawasan. Delineasi Kawasan Perdesaan merupakan batas yang
ditetapkan, bisa batas administrasi dan/atau batas fungsional, berdasarkan
kriteria tertentu yang digunakan sebagai batas wilayah Rencana Pembangunan
Kawasan Perdesaan (RPKP).
10
3.2 Pengusulan
Pada prinsipnya, pihak yang paling memahami potensi dan permasalahan
suatu Kawasan Perdesaan adalah masyarakat atau pihak-pihak yang berada
atau terkait dengan kawasan tersebut. Namun demikian, ketika masyarakat
belum bisa mengartikulasikan potensi dan/atau permasalahan yang ada, maka
Pemerintah Daerah setempat memiliki peran strategis untuk mengusulkan
Kawasan Perdesaan. Dengan demikian Kawasan Perdesaan dapat diusulkan
melalui dua pihak, yaitu:
1. Diusulkan oleh beberapa desa yang tergabung dalam Badan Kerjasama
Antar Desa (BKAD) dengan atau tanpa didampingi oleh pihak ketiga.
Inisiatif usulan dikoordinasikan dengan TKPKP Kabupaten/Provinsi,
sehingga menghasilkan kesepakatan.
2. Diusulkan oleh SKPD Kabupaten/Kota dengan memperhatikan aspirasi
masyarakat desa. Inisiatif usulan disosialisasikan ke tingkat kecamatan
dan desa-desa terkait, oleh TKPKP dengan atau tanpa didampingi oleh
pihak ketiga, sehingga menghasilkan kesepakatan.

Pengusulan Kawasan Perdesaan disampaikan dalam bentuk surat usulan


dilampiri dengan deskripsi kawasan (Tabel III.1) dan peta delineasi kawasan.
Delineasi kawasan merupakan batas imajiner kawasan yang terdiri atas
sejumlah desa yang membentuk kawasan. Delineasi kawasan ditentukan
berdasarkan keterkaitan komoditas unggulan, tema kawasan, dan masalah
yang akan ditangani; pada desa-desa yang membentuk kawasan.

Gambar 4
Contoh Peta Delineasi Kawasan Perdesaan

Surat usulan ditujukan kepada Bupati dengan tembusan TKPKP dan


ditandatangani oleh pihak-pihak terkait dan sebagai berikut:

11
Hal : Usulan Pembangunan Kawasan ………………
Lampiran : satu berkas

Yth.
Bapak Bupati ……….
Di …………………

Sesuai hasil musyawarah pengusulan Kawasan Perdesaan yang dilaksanakan pada:


Hari/Tanggal : ………………..
Tempat : ……………….
Telah disepakati usulan Kawasan Perdesaan .............. yang meliputi ..... desa di
Kecamatan ........................... Deskripsi Kawasan Persedaan tersebut sebagaimana
dalam lampiran.
Untuk itu, mohon dilakukan proses penetapan Kawasan Perdesaan. Demikian atas
perkenannya, disampaikan terima kasih

……………., ……………….20…
Pihak-pihak yang mengusulkan dan menyepakati

1. Pihak Pengusul

No. Nama Instansi/Desa Tanda Tangan


1.
2.
3.
4.
5.
6.
2. Pihak yang Menyepakati

No. Nama Instansi/Desa Tanda Tangan


1.
2.
3.
4.
5.
6.

Tembusan :
TKPKP Kabupaten/Kota

3.3 Penilaian Usulan


Penilaian usulan dilakukan oleh TKPKP Kabupaten/Kota dengan
melakukan verifikasi data dan mencermati urgensi Pembangunan Kawasan
Perdesaan. Prioritas penetapan dilakukan pada kawasan yang memiliki
potensi/masalah paling besar diantara kawasan lainnya.
Syarat kawasan yang lolos adalah :
1. Memiliki potensi komoditas unggulan/masalah yang urgen dan layak
untuk dikembangan/diselesaikan dalam skala kawasan.
12
2. Pembangunan kawasan perdesaan sesuai dengan Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota dan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah (RPJM) Kabupaten/Kota, serta tidak memiliki dampak
merusak lingkungan di luar batas toleransi yang tidak dapat
ditanggulangi.
3. Disepakati oleh Desa-Desa, BKAD, dan pihak-pihak terkait.
4. Memiliki peluang untuk memperoleh dukungan program dari sektor-
sektor dan atau SKPD terkait sesuai kebutuhan, untuk menjamin
keberlanjutan pembangunan.
5. Pembangunan kawasan yang akan dilakukan tidak berpeluang untuk
menimbulkan konflik kepentingan, memperhatikan kearifan lokal, dan
eksistensi masyarakat hukum adat.

Penilaian akan menghasilkan tiga kemungkinan yaitu lolos tanpa syarat,


lolos dengan syarat, dan tidak lolos. Apabila lolos tanpa syarat, TKPKP
Kabupaten/Kota harus segera memproses usulan pembangunan Kawasan
Perdesaan kepada Bupati/Walikota. Apabila lolos dengan syarat berkas
dikembalikan kepada pengusul. Selanjutnya pengusul melengkapi persyaratan
yang kurang untuk diusulkan kembali. Apabila tidak lolos, berkas dikembalikan
kepada pengusul.

3.4 Penetapan Kawasan Perdesaan


Penetapan kawasan perdesan, dilakukan apabila usulan sudah
memenuhi persyaratan. Usulan penetapan dilakukan oleh TKPKP
Kabupaten/Kota kepada Bupati/Walikota. Surat usulan penetapan kawasan
dilampiri dengan deskripsi kawasan dan delineasi kawasan yang sudah
diverifikasi oleh TKPKP Kabupaten/Kota, surat berita acara penilaian kawasan
yang ditandatangani oleh anggota TPKPK Kabupaten/Kota.
Surat penetapan kawasan ditandatangani oleh Bupati dan selanjutnya
disampaikan kepada Menteri dan Gubernur dengan tembusan kepada TKPKP
Kawasan.

Contoh Format SK Bupati tentang Penetapan Kawasan Perdesaan

13
PROVINSI …………….

KEPUTUSAN BUPATI …………..


NOMOR: …………………..

TENTANG

PENETAPAN LOKASI PENGEMBANGAN KAWASAN …………….


KABUPATEN ………………
Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan pasal 131 ayat (1) Peraturan
Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 2015 tentang
Perubahan atas Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2014 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang
Desa;

b. bahwa setelah dilakukan penelitian, pengkajian dan pembahasan


potensi dan peluang pengembangan kawasan perdesaan, Kabupaten
Donggala layak menjadi lokais pengembangan kawasan Agrowisata;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud


sebagaimana huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Keputusan
Bupati ………………tentang Penetapan Pembangunan Kawasan
………………….

Mengingat : 1. Undang-Undang No. 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah


Tingkat II di Sulawesi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1959, Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 1822);

2. Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencaaan


Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4421);

3. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);
4. Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5495);

5. Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah


Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-
Undang No. 9 Tahun 2015 Perubahan Kedua Atas Undang-Undang No.
23 Thaun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana


Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4575);

14
7. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2015 tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang
Bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 88, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5694);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan atas


Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan
Pelaksana Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 123,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5539);

9. Peraturan Presiden No. 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian


Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8);

10. Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2015 tentang Kementerian Desa,


Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 13);

11. Paraturan Menteri Desa, Pembangunan Dearah tertinggal dan


Transmigrasi Nomor 5 Tahun 2016 tentang Tentang Pembangunan
Kawasan Perdesaan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016
Nomor 359)
12. Peraturan Daerah Kabupaten ……………..

Memperhatikan : RPJMD Kabupaten ............... dan RPJMDes di Kecamatan .........


Kabupaten ...........

MEMUTUSKAN

Menetapkan : Keputusan Bupati ………….. Tentang Penetapan Lokasi Pengembangan


Kawasan …………….Kabupaten ………………

KESATU : Menetapkan lokasi Kawasan Perdesaan …………………….. sebagai


lokasi Pembangunan Kawasan Perdesaan.

KEDUA : Lokasi sebagaimana dimaksud dalam Diktum KESATU, terdiri atas:


Desa …………………(sebagai pusat kawasan), Desa …………………, Desa
……………….., dan Desa……………………….., Kecamatan ……………….;

KETIGA : Segala biaya yang timbul akibat keputusan ini dibebankan kepada
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), Anggaran Belanja
dan Pendapatan Daerah (APBD) Kabupaten .......... dan Anggaran
Belanja dan Pendapatan Desa (APBDes).

KELIMA : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di ..................
Pada tanggal…………

BUPATI ………….,

AAAAAAAAAAAAAA
Lampiran:

1. Deskripsi kawasan
2. Delineasi kawasan
3. Surat berita acara penilaian kawasan yang ditandatangani oleh anggotan TPKPK
Kabupaten/Kota.

15
BAB IV
PERENCANAAN PEMBANGUNAN
KAWASAN PERDESAAN

Perencanaan Pembangunan Kawasan Perdesaan (RPKP) merupakan


tindak lanjut dari penetapan Kawasan Perdesaan. Setelah tercapai
persetujuan/kesepakatan pembentukan Kawasan Perdesaan maka
Bupati/Walikota membentuk TKPKP Kawasan dengan Surat Keputusan
Bupati/Walikota. Pasal 124 Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 ayat
(1), mengatur bahwa pembangunan kawasan perdesaan dilaksanakan di lokasi
yang telah ditetapkan oleh Bupati/Walikota.
Pasal 83 Undang Undang No 6 Tahun 2014 tentang Desa ayat (4)
mengatur bahwa Rancangan pembangunan Kawasan Perdesaan dibahas
bersama oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota, dan Pemerintah Desa; ayat (5) mengarahkan agar Rencana
Pembangunan Kawasan Perdesaan ditetapkan oleh Bupati/Walikota sesuai
dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah.
Rencana Pembangunan Kawasan Perdesaan merupakan rencana
pembangunan jangka menengah yang berlaku selama 5 (lima) tahun dan
memuat program pembangunan (Permen Desa No 5 Tahun 2016 Pasal 7).

4.1 Tahap Penyusunan Rencana (RPKP)


Penyusunan RPKP dilaksanakan oleh TKPKP Kabupaten/Kota secara
partisipatif dan dapat dibantu oleh pihak ke tiga. Tahapan penyusunan RPKP
sebagai berikut:
a. Identifikasi Kondisi Lokasi
b. Pembuatan Peta Delineasi dan Susunan Fungsi Kawasan
c. Penyusunan Model Sinergisme
d. Penyusunan Matrik Kegiatan/Program
e. Penetapan dokumen RPKP

4.2 Identifikasi Kondisi Lokasi

Kondisi lokasi yang diidentifikasi meliputi aspek kondisi fisik lahan,


kependudukan, sosial budaya, serta sarana dan prasarana kawasan (Tabel 4.1).
Data diperoleh melalui data sekunder dan data primer. Data sekunder
bersumber dari Kabupaten dalam Angka, Kecamatan dalam Angka, Monografi
Desa, dan Data Potensi Desa (Podes) pada tahun terakhir. Diupayakan agar data
yang digunakan yang paling mutakhir dari yang tersedia (maksimal 3 tahun
terakhir).

16
Tabel 4.1 Kebutuhan Data dan Informasi
Wujud
Aspek Rincian data*) Tampilan
Data**)
Fisik Dasar lahan Luas dan Batas Wilayah Administrasi Peta, tabel
Kondisi iklim (terutama data mengenai curah hujan) Peta, tabel
Topografi Peta, tabel
a. Kemiringan Lereng
b. Ketinggian Lahan
c. Kecenderungan Bentuk Permukaan Lahan
Jenis Tanah Peta, tabel
Peta, tabel,
Penggunaan Lahan
grafik
Kebencanaan Peta
Kawasan dengan satwa dan ekosistem yang dilindungi Peta, tabel
Data keagrariaan: Peta, tabel
a. Status tanah
b. Rerata kepemilikan tanah
c. Rerata penguasaan lahan
Kependudukan dan Jumlah Penduduk Tabel, grafik
sosial budaya Jumlah Penduduk Miskin
Sebaran penduduk Peta, tabel
Komposisi Penduduk Grafik, tabel
a. Jenis kelamin
b. Struktur umur
c. Mata pencaharian
d. Tingkat pendidikan
Kondisi sosial budaya Tabel, narasi
a. Aktivitas sosial/budaya yang rutin dilakukan deskriptif,
b. Organisasi masyarakat foto
c. Kearifan lokal
d. Seni budaya pertunjukan
e. Seni kerajinan lokal
Ekonomi Kondisi ekonomi yang diidentifikasi disesuaikan dengan Peta, tabel,
komoditas unggulan yang akan dikembangkan. grafik, foto
Sarana dan Pendidikan Peta
Prasarana serta Kesehatan sebaran,
Pelayanan Pemerintahan tabel, foto
Sosial budaya
Ekonomi
Sarana produksi
Transportasi Tabel, foto
Energi Peta
Air Bersih jaringan,
Sanitasi tabel, grafik,
Irigasi foto
Informasi dan telekomunikasi
Kondisi infrastruktur
f. Perkembangan Desa tertinggal:… unit (nama desa:………………) Tabel
Desa (IPD) Desa berkembang: … unit (nama desa : …………)
Desa Mandiri : .... unit (nama desa:.................)
Keterangan :
*) Penekanan rincian data disesuaikan dengan masing-masing tema kawasan;
**) Peta diupayakan menggunakan skala 1:5000, atau sekurang-kurangnya 1:25000.

4.3 Pembuatan Peta ‘Delineasi dan Susunan Fungsi Kawasan’


Pembuatan peta ‘delineasi dan susunan fungsi kawasan’ dimaksudkan
untuk melakukan verifikasi delineasi kawasan dan sekaligus menetapkan lokasi
dan akses pusat kawasan dan hinterland (pendukung/penyokong) kawasan,
serta dari pusat kawasan ke kota terdekatnya (Gambar 5). Susunan fungsi
kawasan mencakup penetapan lokasi dan fungsi pusat kawasan dan desa-desa
pendukung kawasan. Pusat kawasan diarahkan untuk pengembangan fasilitas
layanan skala kawasan seperti pasar kawasan, industri pengolahan, bank, dan
lain sebagainya. Desa-desa pendukung diarahkan untuk produksi komoditas
primer atau bahan baku, dan sebagainya.

17
Peta ‘delineasi dan susunan fungsi kawasan’ perdesaan didasarkan atas
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota (RTRW), Rencana Tata Ruang
Desa, serta aspirasi masyarakat.

Gambar 5. Ilustrasi peta delineasi dan susunan fungsi kawasan.

4.4 Perumusan Model Sinergisme


Pembangunan kawasan perdesaan dilaksanakan dengan prinsip
antara lain partisipatif, holistik dan komprehensif, keterpaduan, dan
berkesinambungan. Artinya, pembangunan kawasan perdesaan harus
dilaksanakan melalui sinergisme antar berbagai komponen. Sinergisme
merupakan proses kolaborasi atau kerjasama dua entitas atau lebih yang
berkomitmen, membentuk suatu sistem yang saling memengaruhi untuk
mencapai tujuan bersama, dan memberikan perubahan yang lebih baik atau
berbeda dari efek masing-masing. Untuk menjamin terjadinya sinergisme, harus
disusun suatu sistem yang direpresentasikan dalam model sinergisme.
Model sinergisme pembangunan kawasan merupakan kerangka atau
formulasi yang merepresentasikan suatu sistem berupa rangkaian
komponen/entitas pembangunan kawasan yang terstruktur dalam klaster dan
antar klaster yang saling bekerja sama secara teratur dari hulu ke hilir untuk
mencapai tujuan pembangunan kawasan. Penyusunan model sinergisme
dilakukan melalui analisis Sistem Sinergisme Komprehensif dengan tahapan
perumusan tujuan pembangunan kawasan sesuai dengan kesepakatan,
penetapan komoditas unggulan /klaster, analisis klaster, penyusunan kerangka
model, kesepakatan model.
a. Perumusan Tujuan ‘Bersama’ Pembangunan Kawasan
Tujuan ‘bersama’ pembangunan kawasan dirumuskan dan disepakati
oleh seluruh komponen pembangunan kawasan perdesaan serta
memperhatikan peraturan dan tema kawasan.
Pasal 83 UU No 6 Tahun 2014 tentang Desa menyebutkan bahwa
Kawasan Perdesaan merupakan perpaduan pembangunan antar-Desa dalam 1
(satu) Kabupaten/Kota yang dilaksanakan dalam upaya mempercepat dan
meningkatkan kualitas pelayanan, pembangunan, dan pemberdayaan
masyarakat Desa di Kawasan Perdesaan melalui pendekatan pembangunan
partisipatif. Peraturan Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi Nomor 5 Tahun 2016 tentang Pedoman Pembangunan Kawasan
Perdesaan memperjelas tujuan pembangunan kawasan perdesaan yaitu untuk
18
mempercepat dan meningkatkan kualitas pelayanan, pengembangan ekonomi,
dan/atau pemberdayaan masyarakat desa.
Tujuan tersebut di atas diperjelas atau ditambah dengan penambahan
sasaran terkait dengan tema masing-masing kawasan. Sebagai contoh: Tujuan
pembangunan kawasan perdesaan AA yaitu untuk mempercepat dan
meningkatkan kualitas pelayanan, pengembangan ekonomi, dan/atau
pemberdayaan masyarakat desa sehingga terwujud kawasan pariwisata
yang menyejahterakan seluruh masyarakat di kawasan perdesaan AA.

b. Perumusan Komoditas Unggulan /Klaster dan Sasaran Klaster


Komoditas unggulan ditentukan berdasarkan tema kawasan, RTRW,
peluang pasar, dan aspirasi masyarakat. Jika pengembangan ekonomi akan
melibatkan badan usaha, maka badan usaha harus dilibatkan dalam
penentuan komoditas unggulan. Perumusan komoditas unggulan sekaligus
merupakan upaya verifikasi komoditas unggulan yang telah ditetapkan pada
tahap penetapan kawasan.

Klaster terdiri atas klaster komoditas yaitu komoditas unggulan yang


akan dikembangkan (misal: karet, lada, padi, sapi, budaya, keindahan alam)
dan klaster pendukung. Dalam satu kawasan, dimungkinkan untuk terdiri atas
beberapa klaster komoditas unggulan. Klaster pendukung berupa layanan di
tingkat kawasan yang sebagian besar akan dikembangkan di pusat kawasan
atau berupa infrastruktur jalan yang menghubungkan antardesa dan antara
pusat kawasan dengan desa-desa pendukungnya (lihat Gambar 5).

Sasaran klaster merupakan sasaran kinerja klaster yang terukur dan


akan dicapai dalam tempo lima tahun. Klaster dan contoh sasaran sebagaimana
dalam Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Contoh Klaster dan sasaran Klaster


Sasaran Klaster
No Klaster
(Dicapai dalam Waktu Lima Tahun)
1 Padi Luas sawah 1000 Ha dengan Indeks Pentanaman (IP)
300
2 Lada Luas lada 1000 Ha dengan produksi rata-rata ….
Diekspor ke Eropa
3 Destinasi wisata Kunjungan wisatawan ... orang/tahun
alam
4 Pendukung Tersedianya layanan pendukung dalam bentuk:
a. Jalan penghubung antar desa
b. Bank/LKM
c. Puskemas rawat inap
d. SMK
e. Pabrik pengolahan lada
f. Sumber air bersih
g. PLN
h. ……………

19
c. Analisis Klaster
Analisis klaster dimaksudkan untuk mengidentifikasi isu-isu strategis,
kebutuhan, dan komponen Pembangunan Kawasan yang akan berperan
dalam jaringan mata rantai sub sistem. Sub sistem klaster komoditas dari
sarana produksi, produksi, pengolahan, hingga pemasaran. klaster pendukung
terdiri atas sub sistem pendidikan, kesehatan, energi, infrastruktur,
transportasi, permodalan, dan lain-lain sesuai tema. Contoh fomat analisis
sebagaimana dalam Tabel 4.3 dan 4.4.
Analisis klaster dilakukan melalui FGD di tingkat kawasan dengan tahap
sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi kegiatan yang sudah dilaksanakan oleh masing-masing
komponen pada masing-masing subsistem klaster;
b. Mengidentifikasi isu-isu strategis (permasalahan) yang dihadapi dan
kegiatan yang dibutuhkan pada masing-masing subsistem ;
c. Mengidentifikasi komponen yang akan melaksanakan kegiatan yang
dibutuhkan.

Tabel 4.3 Format Analisis Klaster Komoditas A


Isu strategis (permasalahan), kebutuhan,
Kegiatan/Program komponen terkait
Sub
No Yang sudah dilaksanakan Keterangan
Sistem*) Permasalahan Komponen
yang masih
Kebutuhan
Pelaksana* ***)
Komponen Program/ Kegiatan**)
Kegiatan ditemukan *)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Dinas PU Peningkatan Belum ada Pembangunan Dinas Program baru
Kab saluran irigasi/ jembatan jembatan pada Pengairan
drainase saluran saluran tersier Kab
Sarana dan
sekunder
1 Prasarana
menuju
****)
lahan yang
dapat dilalui
traktor
Dinas Bantuan bibit Kegiatan Penyuluhan Dinas Program
Budidaya
2 Pertanian padi unggul penyuluhan budidaya padi Pertanian Lanjutan
****)
Kab terbatas unggulan Kab

3 Pengolahan

4 Pemasaran

*) Subsistem disesuaikan dengan klaster


**) Skala kewenangan Desa dilaksanakan oleh Desa
***) Program reguler/lanjutan/baru
****) Contoh pengisian tabel

Tabel 4.4 Format Analisis Klaster Pendukung


Kegiatan/Program Isu strategis (permasalahan), kebutuhan,
Yang sudah komponen terkait
No Sub Sistem dilaksanakan Keterangan
Permasalahan
yang masih
Kebutuhan Komponen **)
Program/ Kegiatan*) Pelaksana*)
Komponen ditemukan
Kegiatan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1 Pendidikan

Diskes Pembangu Rawat inap Layanan Diskes Program


nan belum optimal Puskesmas reguler
Puskesmas karena listrik rawat inap
2 Kesehatan***) rawat inap terbatas

3 Energi

20
Kegiatan/Program Isu strategis (permasalahan), kebutuhan,
Yang sudah komponen terkait
No Sub Sistem dilaksanakan Keterangan
Permasalahan
yang masih
Kebutuhan Komponen **)
Program/ Kegiatan*) Pelaksana*)
Komponen ditemukan
Kegiatan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Infrastruktur/
4
Jalan

5 Transportasi

Permodalan/
6
Perbankan

7 Dst...

*) 1. Komponen pelaksana: instansi lintas sektor di tingkat pusat/daerah, Pemerintah Desa,


organisasi mayarakat, atau Badan Usaha.
*) 2. Skala kewenangan Desa dilaksanakan oleh Desa
**) Program reguler/lanjutan/baru
***) Contoh pengisian tabel

d. Penyusunan Kerangka Model


Model sinergisme Pembangunan Kawasan Perdesaan (PKP) merupakan
kerangka atau formulasi yang merepresentasikan sistem sinergisme berupa
rangkaian komponen PKP yang terstruktur dalam klaster dan antar klaster
komoditas yang saling bekerjasama secara teratur dari hulu ke hilir; untuk
mencapai tujuan pembangunan kawasan.
Model memuat (1) pelaksana kegiatan yang tersistem dari hulu ke hilir,
(2) tujuan pembangunan kawasan dan sasaran masing-masing klaster, (3)
pimpinan kolaborasi, dan koordinator kolaborasi. Tiap klaster dikoordinasikan
oleh SKPD yang berkompeten. Contoh format model sinergisme PKP disajikan
dalam Gambar 6.

21
Gambar 6. Contoh Format Model Sinergisme

e. Kesepakatan Model
Model sinergisme harus disepakati oleh semua komponen
pelaksana yaitu Pemerintah (lintas sektor), BKAD, Desa dan masyarakat,
dan badan usaha. Kesepakatan dituangkan dalam berita acara yang
ditandatangani oleh perwakilan masing-masing. Contoh format berita
acara kesepakatan disajikan dalam Gambar 7.

22
BERITA ACARA
KESEPAKATAN MODEL SINERGISME
PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN
……………
KABUPATEN ………….

Pada hari ini,

Hari dan Tanggal : .........................................................

Jam : .........................................................

Tempat : .........................................................

telah diselenggarakan forum konsultasi (kolaborasi) Rancangan Rencana Pembangunan Kawasan


Perdesaan (RPKP) …………. yang dihadiri para pemangku kepentingan sebagaimana daftar hadir peserta
yang tercantum dalam LAMPIRAN I berita acara ini.

Forum Konsultasi (Kolaborasi) Rancangan Rencana Pembangunan Kawasan Perdesaan Penghasil


Karet:

MENYEPAKATI

Model sinergisme, tujuan, sasaran, kegiatan, dan pelaksana kegiatan Pembangunan Kawasan
Perdesaan ......... sebagaimana tercantum dalam LAMPIRAN II.

Demikian berita acara ini dibuat dan disahkan untuk digunakan sebagaimana mestinya.

……………., ………. 20….

Pimpinan Sidang*,

…………………..

Mewakili peserta Forum Kolaborasi Rancangan Rencana Pembangunan Kawasan Perdesaan ……

No. Nama Lembaga/instansi Jabatan/Alamat Tanda Tangan


1.
2.
3.
4.
5.
Dst..
Catatan :
*) Pimpinan sidang adalah Ketua TKPKP Kabupaten/Kota

Gambar 7.
Format Berita Acara Kesepakatan Model Sinergisme Pembangunan Kawasan Perdesaan

4.5 Penyusunan Program


Setelah model yang memuat sistem, tujuan bersama, sasaran klaster dan
peran masing-masing komponen disepakati, maka disusun matrik kegiatan.
Matrik kegitan memuat komponen pelaksana, kegiatan yang akan
dilaksanakan, lokasi (desa), jumlah dan sumber dana, waktu, dan indikator
capaian (Tabel 4.5).

23
Komponen dan kegiatan diturunkan dari hasil analisis klaster (kolom 6
dan 7 Tabel 4.3 dan Tabel 4.4). Indikator capaian masing-masing kegiatan
diarahkan untuk mendukung pencapaian sasaran klaster. Besaran volume
kegiatan, dana, sumber dana, dan capaian kegiatan diisi oleh masing-masing
komponen yang telah bersepakat untuk mendukung Pembangunan Kawasan.
Sesuai dengan pasal 124 ayat (3) sampai dengan ayat (9) PP 47 Tahun
2015 maka :
a. Bupati/walikota dapat mengusulkan program pembangunan kawasan
perdesaan di lokasi yang telah ditetapkannya kepada gubernur dan
kepada Pemerintah melalui gubernur.
b. Program pembangunan kawasan perdesaan yang berasal dari
kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian dan pemerintah
daerah provinsi dibahas bersama pemerintah daerah kabupaten/kota
untuk ditetapkan sebagai program pembangunan kawasan perdesaan.
c. Program pembangunan kawasan perdesaan yang berasal dari Pemerintah
dicantumkan dalam RPJMN dan RKP.
d. Program pembangunan kawasan perdesaan yang berasal dari pemerintah
daerah provinsi dicantumkan dalam RPJMD provinsi dan RKPD provinsi.
e. Program pembangunan kawasan perdesaan yang berasal dari pemerintah
daerah kabupaten/kota dicantumkan dalam RPJMD kabupaten/kota dan
RKPD kabupaten/kota.
f. Bupati/walikota melakukan sosialisasi program pembangunan kawasan
perdesaan kepada Pemerintah Desa, Badan Permusyawaratan Desa, dan
masyarakat.
g. Pembangunan Kawasan Perdesaan yang berskala lokal Desa di tugaskan
pelaksanaannya kepada Desa

24
25
4.6 Penyajian Rancangan RPKP
Hasil identifikasi data kondisi lokasi, delineasi dan susunan fungsi
kawasan, analisis klaster, dan lain-lain selanjutnya disajikan dalam Rancangan
RPKP. Sistematika penyajian rancangan RPKP adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan Pembangunan Kawasan
1.3 Landasan Hukum
BAB II DESKRIPSI KONDISI KAWASAN PERDESAAN
2.1 Fisik Dasar
2.2 Sosial Budaya dan Kependudukan
2.3 Ekonomi
2.4 Sarana dan Prasarana
BAB III DELINEASI DAN SUSUNAN FUNGSI KAWASAN
3.1 Delineasi kawasan
3.2 Susunan Fungsi Kawasan
BAB IV KLASTER DAN SASARAN KLASTER
4.1 Klaster Komoditas
4.2 Klaster Pendukung

BAB V MODEL SINERGISME PEMBANGUNAN KAWASAN


5.1 Analisis klater
5.2 Kerangka Sistem
BAB VI MATRIKS PROGRAM DAN KEGIATAN

LAMPIRAN
1 Peta Delineasi Kawasan Perdesaan
2 Peta Delineasi dan Susunan Fungsi Kawasan Perdesaan
3 Peta Orientasi Lokasi
4 Surat Usulan Kawasan Perdesaan
5 Surat Penetapan TKPKP Kawasan
6 Surat Penetapan Kawasan Perdesaan
7 Berita Acara Kesepakatan Model dan Tujuan Bersama Pembangunan
Kawasan

4.7 Penetapan RPKP


Dokumen RPKP disusun menurut sistematika rancangan Rencana
Pembangunan Kawasan Perdesaan (RPKP) yang telah dijelaskan pada subbab
4.6. Masukan yang muncul pada forum konsultasi rancangan RPKP menjadi
dasar perbaikan substansi RPKP, sedangkan berita acara forum konsultasi
rancangan RPKP turut dilampirkan dalam perbaikan RPKP. Setelah dilakukan
penyempurnaan rancangan RPKP, maka selanjutnya RPKP diajukan kepada
Bupati/Walikota untuk ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
Sementara RPKP belum dapat ditetapkan dalam Perda, RPKP dapat ditetapkan
dengan Peraturan Bupati/Walikota.

26
BAB V
PELAKSANAAN PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN
Undang Undang No 6 Tahun 2014 tentang Desa Pasal 85 ayat (1)
mengatur bahwa Pembangunan Kawasan Perdesaan dilakukan oleh
Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota melalui satuan kerja perangkat daerah, Pemerintah Desa,
dan/atau BUM Desa dengan mengikutsertakan masyarakat Desa; (2)
Pembangunan Kawasan Perdesaan yang dilakukan oleh Pemerintah,
Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, dan pihak
ketiga wajib mendayagunakan potensi sumber daya alam dan sumber daya
manusia serta mengikutsertakan Pemerintah Desa dan masyarakat Desa; (3)
Pembangunan Kawasan Perdesaan yang berskala lokal Desa wajib diserahkan
pelaksanaannya kepada Desa dan/atau kerja sama antar-Desa.

5.1. Pembangunan Berskala Lokal Desa


Pembangunan Kawasan Perdesaan yang berskala lokal Desa wajib
diserahkan pelaksanaannya kepada Desa dan/atau kerja sama antar-Desa. Hal
ini berlaku bagi kegiatan yang didanai oleh pendapatan Desa maupun yang
didanai oleh sektoral dan Pemerintah Daerah.
Pelaksanaan pembangunan mengacu pada dokumen RPKP yang telah
ditetapkan oleh Bupati. Oleh satu dan lain hal, dimungkinkan untuk
mengadakan penyesuaian terhadap dokumen RPKP. Dalam hal ini, harus
dilakukan koordinasi dan kesepakatan dengan TKPKP Kawasan dan pemberi
dana.

5.2. Pembangunan Berskala Kawasan


Pembangunan berskala kawasan dilaksanakan oleh Pemerintah,
Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota melalui
satuan kerja perangkat daerah (SKPD) sesuai dengan kompetensinya.
Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah provinsi dapat menugaskan
kepada Daerah kabupaten/kota untuk melaksanakan pembangunan kawasan
perdesaan berdasarkan asas tugas pembantuan.
Pembangunan kawasan dilaksanakan oleh masing-masing SKPD terkait
atau SKPD yang ditunjuk oleh Bupati. Penunjukan tersebut didasarkan pada
masukan dari TKPKP kabupaten/kota dan TKPKP Kawasan. Penunjukan oleh
Bupati/Walikota dapat didelegasikan kepada TKPKP kabupaten/kota.
Dalam melaksanakan kegiatan, SKPD pelaksana wajib mengikutsertakan
Pemerintah Desa dan masyarakat Desa. Pelibatan Pemerintah dan masyarakat
Desa tersebut setidak-tidaknya dalam hal: a) memberikan informasi mengenai
rencana program dan kegiatan pembangunan kawasan perdesaan; b)
memfasilitasi musyawarah Desa untuk membahas dan menyepakati
pendayagunaan aset Desa dan tata ruang Desa; dan c) mengembangkan
mekanisme penanganan perselisihan sosial.
Pelaksanaan pembangunan mengacu pada dokumen RPKP yang telah
ditetapkan oleh Bupati. Penyesuaian terhadap dokumen RPKP harus dilakukan
koordinasi dan kesepakatan pada tingkat TKPKP Kawasan, RPKP Kabupaten,
serta penyandang dana.

27
5.3. Pendanaan
Sumber dana untuk pelaksanaan pembangunan Kawasan Perdesaan dapat
bersumber dari dana pemerintah maupun dana non-pemerintah.

1. Dana Pemerintah
Dana pemerintah meliputi:
a. Dana dari Pemerintah Desa, yaitu bagian dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Desa (APBDes);
b. Dana dari Pemerintah Kabupaten/Kota, yaitu bagian dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten/Kota atau Dokumen Pelaksanaan
Anggaran (DPA) SKPD Kabupaten/Kota;
c. Dana dari Pemerintah Provinsi, yaitu bagian dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) Provinsi atau Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA)
SKPD Provinsi
d. Dana dari Pemerintah Pusat, yaitu bagian dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) atau Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA)
Kementerian/Lembaga.

2. Dana Non-Pemerintah
Dana non-pemerintah dapat berupa dana swadaya masyarakat, swasta, maupun
pihak lainnya. Dana dapat dari dalam negeri maupun luar negeri yang dalam
pelaksanaannya sesuai ketentuan yang berlaku. Pelaksanaan pembangunan
Kawasan Perdesaan dengan dana non-pemerintah dilakukan melalui koordinasi
antara pihak pemberi dana dan TKPKP, baik TKPKP Kabupaten/Kota, TKPKP
Provinsi, atau TKPKP Pusat tergantung kesepakatan dengan pihak pemberi dana.

5.4. Masa Transisi Pelaksanaan Pembangunan Kawasan Perdesaan


Dalam pembangunan kawasan perdesaan, Kementerian Desa, PDT, dan
Transmigrasi melaksanakan fasilitasi pembangunan kawasan perdesaan di
beberapa kabupaten/kota pada tahun anggaran 2016. Fasilitasi kegiatan
berupa pemberian bantuan (stimulus) pada kawasan yang telah terbentuk,
antara lain kawasan agropolitan, minapolitan, pariwisata maupun pada lokasi
yang belum memiliki kawasan perdesaan berdasarkan Undang-Undang Desa
dan peraturan pelaksanaannya. Kegiatan tersebut dilaksanakan sebagai bentuk
fasilitasi awal terbentuknya kawasan perdesaan di kabupaten/kota tersebut.
Sebagai tindak lanjut, maka Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, dalam
waktu selambat-lambatnya 1 (satu) tahun harus sudah menetapkan kawasan
perdesaan dengan SK Bupati/Wali Kota.

28
BAB VI
PELAKSANAAN MONITORING,
EVALUASI, DAN PELAPORAN

Monitoring, evaluasi, dan pelaporan (Monevlap) pembangunan Kawasan


Perdesaan dilakukan untuk mengetahui kemajuan pencapaian hasil dan
kendala yang dijumpai dalam pelaksanaan Rencana Pembangunan Kawasan
Perdesaan dan Rencana Kegiatan Tahunannya. Hasil monitoring dan evaluasi
disajikan dalam sebuah laporan dan digunakan sebagai referensi penyusunan
rencana dan pelaksanaan pada periode berikutnya. Pasal 13 Permen No 5 Tahun
2016 tentang Pembangun Kawasan Perdesaan mengatur bahwa laporan
disusun setiap tiga bulan dan dievaluasi setiap satu tahun sekali.
Monitoring, evaluasi, dan pelaporan dilakukan secara berjenjang dari
masing-masing komponen, TKPKP Kawasan, TKPKP Kabupaten, TKPKP
Provinsi, dan TKPKP Pusat.

6.1 Monevlap Oleh Masing-Masing Komponen


Monitoring, evaluasi, dan pelaporan oleh masing-masing komponen
mencakup aspek serapan anggaran, capaian kinerja masing-masing kegiatan,
masalah yang dihadapi, dan solusi untuk mengatasi masalah. Laporan
ditujukan kepada Instansi induk masing-masing komponen dan koordinator
klaster dengan sumber data dari lapang dan dokumen terkait.

6.2 Monevlap Oleh Koordinator Klaster


Monitoring, evaluasi, dan pelaporan oleh koordinator klaster mencakup
aspek capaian kinerja masing-masing kegiatan, capaian sasaran klaster,
masalah yang dihadapi, dan solusi untuk mengatasi masalah. Laporan
ditujukan kepada Tim TKPKP Kawasan dengan sumber data dari laporan
masing-masing komponen yang diverifikasi.

6.3 Monevlap Oleh TKPKP Kawasan


Monitoring, evaluasi, dan pelaporan oleh TKPKP Kawasan mencakup
aspek capaian kinerja masing-masing kegiatan, capaian sasaran klaster,
capaian indikator pengembangan kawasan, masalah yang dihadapi, dan solusi
untuk mengatasi masalah. Laporan ditujukan kepada Bupati dengan tembusan
Ketua Bappeda dan Tim TKPKP Kabupaten. Menevlap menggunakan sumber
data dari laporan masing-masing koordinator klater yang diverifikasi,
Kabupaten Dalam Angka, Kecamatan Dalam Angka, Monografi Desa.

6.4 Monevlap Oleh TKPKP Kabupaten


Montoring, evaluasi, dan pelaporan oleh TKPKP Kabupaten mencakup
aspek capaian sasaran klaster, capaian indikator pengembangan kawasan,
masalah yang dihadapi, dan solusi untuk mengatasi masalah. Laporan
ditujukan kepada TKPKP Provinsi dengan tembusan TKPKP Pusat. Monevlap
menggnakan data yang bersumber dari laporan masing-masing TKPKP Kawasan
yang diverifikasi.

29
6.5 Monevlap Oleh TKPKP Provinsi
Monitoring, evaluasi, dan pelaporan oleh TKPKP Provinsi mencakup aspek
capaian sasaran klaster, capaian indikator pengembangan kawasan, masalah
yang dihadapi, dan solusi untuk mengatasi masalah. Laporan ditujukan kepada
TKPKP Provinsi Pusat dengan tembusan TKPKP Kabupaten. Monevlap
menggunakan data yang bersumber dari laporan masing-masing TKPKP
Kabupaten yang diverifikasi. Skala laporan meliputi sejumlah kawasan dalam
satu provinsi.

6.6 Monevlap Oleh TKPKP Pusat


Monitoring, evaluasi, dan pelaporan oleh TKPKP Pusat mencakup aspek
capaian sasaran klaster, capaian indikator pengembangan kawasan, masalah
yang dihadapi, dan solusi untuk mengatasi masalah. Laporan ditujukan kepada
Menteri dengan tembusan TKPKP Provinsi dan Kabupaten. Monevlap
menggnakan data yang bersumber dari laporan masing-masing TKPKP Provinsi.
Skala laporan meliputi sejumlah kawasan di seluruh Indonesia.

Tabel 6.1 Arahan Monitoring dan Evaluasi


Aspek yang
Pelaksana
dimonitor, Skala
No Monitoring Sumber data Tujuan laporan Tembusan
evaluasi, dan Laporan
dan Evaluasi
dilaporkan
1 Masing-masing  Serapan Data lapang  Instansi induk - Masing-
komponen anggaran dan masing- masing
pelaksana*)  Capaian kinerja dokumen masing kegiatan
masing-masing  Penyandang
kegiatan Dana/Pemilik
 Masalah yang Program
dihadapi  Koordinator
 Solusi untuk klaster
atasi masalah
2 Koordinator  Capaian kinerja Laporan • Tim TPKPK - Klaster
klaster*) masing-masing masing- Kawasan
kegiatan masing • Penyandang
 Capaian komponen Dana/Pemilik
sasaran klaster yang sudah Program
 Masalah yang diverifikasi
dihadapi
 Solusi untuk
atasi masalah
3 TKPKP  Capaian kinerja Laporan Bupati • Bappeda Satu
kawasan masing-masing koordinator • TKPKP Kawasan
kegiatan klaster, Kabupaten
 Capaian Data primer,
sasaran klaster kabupaten
 Capaian dalam angka,
indikator kecamatan
pengembangan dalam angka,
kawasan monografi
 Masalah yang desa
dihadapi
 Solusi untuk
atasi masalah
4 TKPKP  Capaian Laporan TPKPK Provisni TKPKP Pusat Sejumlah
Kabupaten sasaran klaster TPKPK kawasan
 Capaian Kawasan dalam satu
indikator Data primer kabuaten
pengembangan
kawasan
 Masalah yang
dihadapi
 Solusi untuk
atasi masalah

5 TPKPK Provinsi  Capaian TPKPK TKPKP Pusat TKPKP Sejumlah


sasaran klaster Kabupaten Kabupaten kawasan

30
Aspek yang
Pelaksana
dimonitor, Skala
No Monitoring Sumber data Tujuan laporan Tembusan
evaluasi, dan Laporan
dan Evaluasi
dilaporkan
 Capaian dalam satu
indikator provinsi
pengembangan
kawasan
 Masalah yang
dihadapi
 Solusi untuk
atasi masalah
6 TKPKP Pusat  Capaian  TKPKP Menteri  TKPKP Sejumlah
sasaran klaster Kabupaten Kabupaten kawasan
 Capaian  TKPKP  TKPKP Provinsi di seluruh
indikator Provinsi  Dirjen PKP Indonesia
pengembangan
kawasan
 Masalah yang
dihadapi
 Solusi untuk
atasi masalah
*) Bersifat suplai data

Tabel 6.2. Format Laporan Monitoring dan Evaluasi Kegiatan


Kawasan …………. Kabupaten……………..

Periode Laporan : Bulan ……. Tahun…………….


Serapan Anggaran Capaian Kegiatan
No Serapan Masalah Solusi
Kegiatan
Anggaran Anggaran Sasaran Capaian
Rp (5)
1
2
3
4
5

Tabel 6.3. Format Laporan Monitoring dan Evaluasi Sasaran Klater


Kawasan …………. Kabupaten……………..

Periode Laporan : Bulan ……. Tahun…………….


Capaian Klaster
No Klaster Masalah Solusi
Sasaran Capaian
1

31
Tabel 6.4. Format Laporan Monitoring dan Evaluasi Capaian Indikator
Kawasan
Kawasan …………. Kabupaten……………..

Periode Laporan : Bulan ……. Tahun…………….

No Dimensi Indikator Sasaran Capaian Masalah Sulusi

1 Layanan

2 Pengembangan
Ekonomi

3 Pemberdayaan

32

Anda mungkin juga menyukai