Anda di halaman 1dari 49

KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI

REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN


NOMOR: 14/DPKP/SK/07/2016
..
TENTANG

PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

DIREKTUR JENDERAL PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN,

Menimbang : a. bahwa sebagai tindaklanjut Pasal 4 ayat (2) Peraturan


Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi Nomor 5 Tahun 2016 tentang
Pembangunan Kawasan Perdesaan, maka diperlukan
Penyelenggaraan Pembangunan Kawasan Perdesaan
yang meliputi pengusulan kawasan perdesaan,
penetapan dan perencanaan kawasan perdesaan,
pelaksanaan pembangunan kawasan perdesaan,
pelaporan dan evaluasi pembangunan kawasan
perdesaan;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan
Direktur Jenderal Pembangunan Kawasan Perdesaan
tentang Penyelenggaraan Pembangunan Kawasan
Perdesaan;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem


Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
2. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
3. Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5495);

1
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5679);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang
Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4575);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang
Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 20,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4816);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun
2014 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 123, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5539);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2016 tentang
Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 60
Tahun 2014 tentang Dana Desa yang Bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 57,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5864);
9. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 6 Tahun 2015
tentang Organisasi Kementerian dan Tata Kerja
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal,
dan Transmigrasi (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 463);
10. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah
tertinggal dan Transmigrasi Nomor 5 Tahun 2016
tentang Pembangunan Kawasawan Perdesaan (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 359);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PEMBANGUNAN


KAWASAN PERDESAAN TENTANG PENYELENGGARAAN
PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN.

2
KESATU : Melaksanakan Penyelenggaraan Pembangunan Kawasan
Perdesaan sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan ini.

KEDUA : Penyelenggaran Pembangunan Kawasan Perdesaan


sebagaimana dimaksud pada diktum KESATU dilaksanakan
untuk mengembangkan potensi dan/atau menyelesaikan
permasalahan yang ada di suatu wilayah.

KETIGA : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 1 Juli 2016

DIREKTUR JENDERAL
PEMBANGUNAN KAWASAN
PERDESAAN,

ttd.

JOHOZUA M. YOLTUWU

SALINAN Keputusan ini disampaikan kepada Yth.:


1. Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi;
2. Sekretaris Jenderal Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal,
dan Transmigrasi;
3. Para Direktur Jenderal di lingkungan Kementerian Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi;
4. Inspektur Jenderal Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal,
dan Transmigrasi;
5. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan, Pendidikan dan Pelatihan,
dan Informasi Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi;
6. Sekretaris Direktorat Jenderal Pembangunan Kawasan Perdesaan; dan
7. Para Direktur di lingkungan Direktorat Jenderal Pembangunan Kawasan
Perdesaan.

3
LAMPIRAN
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL
PEMBANGUNAN KAWASAN
PERDESAAN
NOMOR : 14/DPKP/SK/07/2016
TENTANG PENYELENGGARAAN
PEMBANGUNAN KAWASAN
PERDESAAN

PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Di samping pendekatan desa membangun, Undang Undang Nomor 6


Tahun 2014 tentang Desa memberikan kewenangan kepada Pemerintah
Daerah untuk melakukan percepatan pembangunan sebagian wilayah
perdesaan melalui pembangunan kawasan perdesaan. Pembangunan
kawasan perdesaan dilakukan mengingat perkembangan sebagian
wilayah tidak secepat perkembangan wilayah lainnya, atau suatu
kawasan memiliki potensi pertumbuhan yang cukup besar dan
memerlukan dorongan ekstra dari Pemerintah/Pemerintah Daerah. Pasal
83 UU No 6 Tahun 2014 tentang Desa menyebutkan bahwa Kawasan
Perdesaan merupakan perpaduan pembangunan antar-Desa dalam 1
(satu) Kabupaten/Kota yang dilaksanakan dalam upaya mempercepat dan
meningkatkan kualitas pelayanan, pembangunan, dan pemberdayaan
masyarakat Desa di Kawasan Perdesaan melalui pendekatan
pembangunan partisipatif.

Pembangunan Kawasan Perdesaan dilaksanakan dalam batas


wilayah fungsional dan atau wilayah administrasi. Isu-isu yang diangkat
dalam pembangunan kawasan perdesaan antara lain rural-urban linkage;
pertumbuhan; lapangan pekerjaan; infrastruktur; serta sinergisme antar
sektor, „pasar‟, dan masyarakat; dengan dukungan dana dari APBN
berupa dana perimbangan dan APBD yang dialokasikan pada masing-
masing sektor. Berbeda dengan pendekatan desa membangun, pemegang
kewenangan pembangunan kawasan perdesaan adalah Pemerintah
Daerah yang bersinergi dengan masyarakat dan komponen lainnya
kecuali yang berskala lokal Desa. Arahan Undang Undang Nomor 6
Tahun 2014 tentang Desa pada Pasal 85 ayat (1) mengatur bahwa
Pembangunan Kawasan Perdesaan dilakukan oleh Pemerintah,
Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
melalui satuan kerja perangkat daerah, Pemerintah Desa, dan/atau BUM
Desa dengan mengikutsertakan masyarakat Desa. (2) Pembangunan
Kawasan Perdesaan yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah

4
Provinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, dan pihak ketiga wajib
mendayagunakan potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia
serta mengikutsertakan Pemerintah Desa dan masyarakat Desa. (3)
Pembangunan Kawasan Perdesaan yang berskala lokal Desa wajib
diserahkan pelaksanaannya kepada Desa dan/atau kerja sama antar-
Desa.

Untuk mewujudkan pembangunan kawasan perdesaan, Kementerian


Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi telah
menerbitkan Peraturan Menteri Nomor 5 Tahun 2016 tentang
Pembangunan Kawasan Perdesaan. Pasal 4 ayat (2) mengamanahkan
bahwa ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan pembangunan
kawasan perdesaan diatur dengan Keputusan Direktur Jenderal
Pembangunan Kawasan Perdesaan.

Keputusan Dirjen ini diterbitkan oleh Direktorat Jenderal


Pembangunan Kawasan Perdesaan sebagai tindak lanjut dari amanah
Undang-Undang No 6 tahun 2014 tentang Desa dan Peraturan Menteri No
5 Tahun 2016 tentang Pembangunan Kawasan Perdesaan, sebagai
pedoman operasional bagi Pemerintah, Pemerintah Daerah, Desa dan
masyarakat dalam menyelenggarakan pembangunan Kawasan Perdesaan.

B. Tujuan
Tujuan Keputusan Dirjen ini adalah memberikan pedoman
operasional bagi Pemerintah, Pemerintah Daerah, Desa, dan masyarakat,
dalam menyelenggarakan pembangunan Kawasan Perdesaan.

C. Sasaran
Sasaran Keputusan Dirjen ini adalah terciptanya kesamaan
pemahaman bagi aparatur Pemerintah, Pemerintah Daerah, Desa, dan
masyarakat, dalam menyelenggarakan pembangunan Kawasan
Perdesaan.

D. Ruang Lingkup
Keputusan Dirjen Pembangunan Kawasan Perdesaan ini
menjelaskan lebih lanjut tentang kelembagaan, pengusulan dan
penetapan, perencanaan, pelaksanaan, serta monitoring, evaluasi dan
pelaporan, yang terbagi dalam enam Bab sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan
Bab II Kelembagaan
Bab III Pengusulan dan Penetapan Kawasan Perdesaan
Bab IV Perencanaan Kawasan Perdesaan
Bab V Pelaksanaan Pembangunan Kawasan Perdesaan
Bab VI Monitoring, evaluasi dan pelaporan Pembangunan Kawasan
Perdesaan.
5
E. Prinsip Pembangunan Kawasan Perdesaan
Pembangunan kawasan Perdesaan dilaksanakan dengan prinsip :
a. partisipatif;
b. holistik dan komprehensif;
c. berkesinambungan;
d. keterpaduan;
e. keadilan;
f. keseimbangan;
g. transparansi; dan
h. akuntabilitas.

Penjelasan prinsip Pembangunan kawasan Perdesaan:


a. Yang dimaksud dengan “partisipatif” adalah penyelenggaraan
Pembangunan Kawasan Perdesaan yang mengikutsertakan kelembagaan
Desa dan unsur masyarakat Desa.
b. Yang dimaksud dengan “holistik dan komprehensif” adalah
Pembangunan Kawasan Perdesaan dilaksanakan dengan
memperhatikan berbagai apsek kehidupan yaitu fisik, ekonomi, sosial,
dan lingkungan; dan dilaksanakan oleh berbagai komponen untuk
mencapai tujuan pembangunan kawasan.
c. Yang dimaksud dengan “berkesinambungan” adalah Pembangunan
Kawasan Perdesaan dilaksanakan secara kontinyu dengan
memperhatikan kelestarian lingkungan agar hasil pembangunan dapat
memberikan manfaat jangka panjang secara berkesinambungan.
d. Yang dimaksud dengan “keterpaduan” adalah Pembangunan Kawasan
Perdesaan dari semua unsur yang berhubungan secara langsung
maupun tidak langsung dalam pengelolaan kawasan perdesaan.
Keterpaduan antar sektor dan keterpaduan antar level pemerintahan.
e. Yang dimaksud dengan “keadilan” adalah Pembangunan Kawasan
Perdesaan memberikan kesempatan yang sama kepada setiap unsur
pembangungan dalam upaya meningkatkan dan memelihara kualitas
hidupnya.
f. Yang dimaksud dengan “keseimbangan” adalah Pembangunan Kawasan
Perdesaan dilaksanakan dengan memperhatikan keserasian antara
pembangunan fisik, ekonomi, sosial, dan lingkungan; antara
kepentingan jangka pendek dan jangka panjang; dan antara kebijakan
pusat, daerah, dan kepentingan desa/masyarakat.
g. Yang dimaksud dengan “transparansi” adalah Pembangunan Kawasan
Perdesaan yang menjamin akses atau kebebasan bagi setiap orang
untuk memperoleh informasi tentang penyelenggaraan Pembangunan
Kawasan Perdesaan, yakni informasi tentang kebijakan, proses
pembuatan dan pelaksanaannya, serta hasil-hasil yang dicapai.
h. Yang dimaksud dengan “akuntabilitas” adalah Pembangunan Kawasan
Perdesaan dalam setiap pengambil keputusan harus bertanggung jawab
kepada publik sesuai dengan jenis keputusan, baik internal maupun
eksternal.

6
BAB II
KELEMBAGAAN
A. Pengantar
Untuk menjamin terlaksanaanya pembangunan Kawasan
Perdesaan yang efektif, dibutuhkan tim yang mengawal keseluruhan
proses pembangunan Kawasan Perdesaan, mulai dari pengusulan
hingga pelaporan dan evaluasi. Bab ini menjelaskan jenis tim, serta
tugas dan fungsi Tim.

B. Jenis dan Pembentukan Tim


Kelembagaan pembangunan Kawasan Perdesaan diwujudkan
dalam bentuk Tim Koordinasi Pembangunan Kawasan Perdesaan
(TKPKP). TKPKP terdiri atas TKPKP kawasan, TKPKP Kabupaten/Kota,
TKPKP Provinsi, dan TKPKP Pusat. Dalam hal telah ada tim
sebelumnya yang sejenis dengan TKPKP, masih dapat diteruskan
melalui penyesuaian dengan Keputusan Dirjen ini.

1. TKPKP Pusat
TKPKP Pusat terdiri dari unsur Pemerintah Pusat, diketuai oleh
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi
(DPDTT) dengan anggotanya meliputi Unsur Kementerian/Pimpinan
Lembaga yang terkait pengembangan Kawasan Perdesaan di Indonesia.
TKPKP Pusat dibentuk dan ditetapkan dengan Keputusan Menteri
Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (DPDTT).
Pembentukan TKPKP Kabupaten/Kota, TKPKP Provinsi, dan
TKPKP Pusat tidak bergantung satu dengan yang lainnya. TKPKP
Kabupaten/Kota bisa dibentuk terlebih dahulu sebelum TKPKP
Provinsi maupun TKPKP Pusat dibentuk, begitu juga sebaliknya.
Ketentuan lebih lanjut mengenai pembentukan organisasi dan tata
kerja TKPKP diatur dalam Peraturan Menteri. Keanggotaan Tim
Koordinasi Pembangunan Kawasan Perdesaan (TKPKP) dapat dilihat
pada Gambar 1.

2. TKPKP Provinsi
TKPKP Provinsi terdiri dari unsur Pemerintah Daerah Provinsi,
diketuai oleh Kepala Bappeda dengan anggotanya meliputi Kepala
SKPD terkait tema kawasan. Keanggotaan TKPKP Provinsi disusun
berdasarkan kawasan yang telah ditetapkan oleh Bupati/Walikota
dalam lingkup provinsi yang bersangkutan. Pembentukan TKPKP
Provinsi kemudian ditetapkan dengan Keputusan Gubernur.

3. TKPKP Kabupaten/Kota
TKPKP Kabupaten/Kota terdiri dari unsur Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota, diketuai oleh Sekretaris Daerah dengan anggotanya
meliputi Kepala Bappeda dan Kepala SKPD yang terkait. Keanggotaan
TKPKP kabupaten/kota bersifat tetap, yaitu keanggotaannya tidak
berubah meskipun Kawasan Perdesaan yang ditetapkan mengalami
perubahan tema maupun delineasi seiring perkembangannya atau ada
7
penambahan Kawasan Perdesaan. TKPKP Kabupaten/kota dibentuk
oleh Bupati/Walikota ditetapkan dengan Surat Keputusan
Bupati/Walikota tentang TKPKP Kabupaten/Kota. Pembentukan
TKPKP kabupaten/kota ini sebelum dilakukan tahap pengusulan
kawasan.

4. TKPKP Kawasan
TKPKP Kawasan dibentuk sesuai tema dan delineasi Kawasan
Perdesaan. Anggota TKPKP Kawasan meliputi ketua tim (Bappeda),
sekretaris (Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa), koordinator klaster
(sesuai klaster), anggota : SKPD terkait, camat, Badan Kerjasama Antar
Desa (BKAD), Kepala Desa, Badan Permusyawaratan Desa Desa (BPD)
dan tokoh masyarakat. Keanggotaan TKPKP Kawasan bersifat fleksibel,
yaitu dapat berubah keanggotaannya tergantung pada tema dan
delineasi Kawasan Perdesaan yang mengalami perkembangan dan
dapat berubah dalam kurun waktu 5 tahun. Tim ini dibentuk setelah
ada penetapan kawasan dan diproses oleh TKPKP Kabupaten.
Keanggotaan Tim Koordinasi Pembangunan Kawasan Perdesaan (TKPKP)
sebagaimana pada Gambar 1 dibawah ini:
Gambar 1

C. Tugas dan Fungsi TKPKP


TKPKP merupakan tim yang memiliki fungsi koordinasi dalam hal
pengusulan, penetapan dan perencanaan, pelaksanaan, serta
pelaporan dan evaluasi pembangunan Kawasan Perdesaan. Berikut ini
merupakan tugas dan fungsi TKPKP, mulai dari TKPKP pusat, Provinsi,
hingga kabupaten/kota, dan kawasan.

1. TKPKP Pusat
TKPKP Pusat memiliki tugas dan fungsi sebagai berikut:

a. Sosialisasi Peraturan Menteri Desa, Pembangungan Daerah


Tertinggal dan Transmigrasi No. 5 Tahun 2016 dan Keputusan

8
Dirjen PKP Nomor 14/DPKP/SK/07/2016 tentang Penyelenggaraan
Pembangunan Kawasan Perdesaan.
b. Melakukan pembinaan kepada TKPKP Provinsi, Kabupaten/Kota
berdasarkan hasil evaluasi penyelenggaraan pembangunan
Kawasan Perdesaan.
c. Memfasilitasi pelaksanaan pembangunan Kawasan Perdesaan di
kabupaten/kota. TKPKP Pusat berkoordinasi dengan TKPKP
Provinsi dan TKPKP Kabupaten/Kota untuk mendorong terjadinya
sinergisme mulai dari penyusunan rencana hingga monitoring,
evaluasi dan pelaporan.
d. Melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan Pembangunan
Kawasan Perdesaan secara nasional berdasarkan laporan TKPKP
Provisni dan kabupaten. Pelaporan TKPKP Kabupaten disampaikan
kepada Menteri Desa Pembangunan Daerah tertinggal dan
Transmigrasi dengan tembusan TKPKP Provinsi.

2. TKPKP Provinsi
TKPKP Provinsi memiliki tugas dan fungsi sebagai berikut:

a. Sosialisasi Peraturan Menteri Desa, PDTT Nomor 5 Tahun 2016 dan


Keputusan Dirjen PKP Nomor 14/DPKP/SK/07/2016 tentang
Penyelenggaraan Pembangunan Kawasan Perdesaan.
b. Membina TKPKP Kabupaten/Kota.
c. Fasilitasi pelaksanaan pembangunan Kawasan Perdesaan di
kabupaten/kota dalam lingkup provinsi.
d. Melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan Pembangunan
Kawasan Perdesaan dalam skala provinsi berdasarkan laporan
TKPKP kabupaten. Pelaporan TKPKP Kabupaten disampaikan
kepada TKPKP Provinsi dengan tembusan TKPKP Kabupaten/Kota.

3. TKPKP Kabupaten/Kota
TKPKP Kabupaten/Kota sangat berperan pada awal proses
pengusulan, penetapan, pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi,
dengan rincian tugas dan fungsi sebagai berikut:

a. Melakukan supervisi, sosialiasi Keputusan Dirjen, dan memotivasi


Pembangunan Kawasan Perdesaan kepada BKAD, Camat, dan
Desa.
b. Dapat melakukan usulan pembangunan kawasan perdesaan.
c. Memfasilitasi pengusulan pembangunan kawasan perdesaan.
d. Melakukan penilaian usulan pembangunan kawasan perdesaan.
e. Mengkoordinasikan dan melaksakan proses penetapan kawasan
perdesaan.

9
f. Mengkoordinasikan penyusunan rencana pembangunan kawasan
perdesaan.
g. Menunjuk pelaksana pembangunan kawasan perdesaan dalam hal
kewenangan penunjukan pelaksana pembangunan yang
didelegasikan oleh Bupati/Walikota.
h. Melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pembangunan
kawasan perdesaan atas dasar laporan TKPKP Kawasan yang telah
dilakukan verifikasi. Pelaporan ditujukan kepada TKPKP Provinsi,
dengan tembusan TKPKP Pusat.

4. TKPKP Kawasan
TKPKP Kawasan memiliki tugas dan fungsi sebagai berikut :

a. Melakukan usulan pembangunan kawasan perdesaan.


b. Menyusun rencana pembangunan kawasan perdesaan bersama-
sama dengan TKPKP Kabupaten/kota.
c. Melaksanakan Rencana pembangunan kawasan perdesaan dalam
hal ditunjuk oleh Bupati/TKPKP Kabupaten/Kota.
d. Melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pembangunan
kawasan perdesaan. Pelaporan dilakukan kepada TKPKP
Kabupaten/Kota.

Tugas dan fungsi TKPKP sebagaimana pada Gambar 2 di bawah:

Gambar 2

10
BAB III
PENGUSULAN DAN PENETAPAN KAWASAN PERDESAAN

Pasal 124 ayat (1) Peraturan Pemerintah No 47 Tahun 2015 Tentang


Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 Tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
mengatur bahwa Pembangunan kawasan perdesaan dilaksanakan di lokasi
yang telah ditetapkan oleh bupati/walikota. Selanjutnya, pasal 124 ayat (2)
menentukan bahwa penetapan lokasi pembangunan kawasan perdesaan
dilaksanakan dengan urutan: 1) inventarisasi dan identifikasi, 2) usulan, 3)
penilaian usulan, 4) penetapan kawasan.

Gambar 3
Diagram Proses Pengusulan dan Penetapan Kawasan Perdesaan

A. Inventarisasi dan Identifikasi Kawasan


TKPKP Kabupaten/Kota atau BKAD selaku pengusul melakukan
inventarisasi dan identifikasi deskripsi kawasan dalam aspek nama
kawasan, letak dan kewilayahan, potensi ekonomi, mobilitas penduduk,
sarana dan prasarana, masalah yang dihadapi, dan delineasi kawasan,
sebagai bahan usulan penetapan kawasan perdesaan.

Nama kawasan terdiri atas tema kawasan diikuti dengan nama


lokasi. Nama lokasi mewakili desa-desa yang membentuk kawasan,
biasanya dipilih nama kecamatan, atau desa yang akan menjadi pusat
kawasan, atau ciri spesifik kawasan. Sedangkan tema kawasan perdesaan
merupakan fokus penanganan kawasan yang dilakukan dengan
mempertimbangkan potensi dan masalah yang ada untuk mewujudkan
fungsi kawasan. Tema Kawasan Perdesaan melingkupi 2 hal, yaitu
menonjolkan potensi dan/atau menonjolkan penanganan masalah.

Contoh tema Kawasan Perdesaan yang menonjolkan potensi,


misalnya:

1. Kawasan Perdesaan Perkebunan Karet;


2. Kawasan Perdesaan Pertanian Pangan;
3. Kawasan Perdesaan Pariwisata.
11
Contoh tema Kawasan Perdesaan yang menonjolkan penanganan
masalah, misalnya:

a. Kawasan Perdesaan Tangguh Bencana Letusan Gunung Berapi;


b. Kawasan Perdesaan Daerah Aliran Sungai.

Deskripsi Kawasan Perdesaan sebagaimana pada Tabel 1 dibawah :


Tabel 1
N0 Aspek Lingkup Uraian
1 Nama a. Tema kawasan
kawasan b. Nama lokasi
2 Letak a. Kecamatan
kawasan b. Kabupaten
3 Wilayah a. Jumlah kecamatan
b. Jumlah dan nama a. Desa ……… Kecamatan …………………….
Desa b. Desa ……… Kecamatan …………………….
c. Desa ……… Kecamatan …………………….
d. Desa ……… Kecamatan …………………….
c. Luas wilayah
d. Desa yang berpotensi
sebagai pusat
kawasan
e. Perkembangan Desa Desa tertinggal:… unit (nama desa:………………)
(IDM) Desa berkembang: … unit (nama desa : …………)
Desa Mandiri : .... unit (nama desa:.................)
4 Potensi a. Komoditas unggulan a. …… dengan luas riil .. Ha, potensial … Ha
ekonomi kawasan b. …… dengan luas riil .. Ha, potensial … Ha
b. Komoditas unggulan a. …… dengan luas riil .. Ha, potensial … Ha
desa b. …… dengan luas riil .. Ha, potensial … Ha
1) Desa ……… a. …… dengan luas riil .. Ha, potensial … Ha
b. …… dengan luas riil .. Ha, potensial … Ha
2) Desa ……… a. …… dengan luas riil .. Ha, potensial … Ha
b. …… dengan luas riil .. Ha, potensial … Ha
3) Desa ……… a. …… dengan luas riil .. Ha, potensial … Ha
b. …… dengan luas riil .. Ha, potensial … Ha
4) Desa ……… a. …… dengan luas riil .. Ha, potensial … Ha
b. …… dengan luas riil .. Ha, potensial … Ha
5 Penduduk a. Jumlah penduduk
dan Mobilitas b. Penduduk menetap
penduduk c. Jumlah penduduk
miskin
d. Mata pencaharian
penduduk
6 Sarana dan a. Sarana pendidikan
Prasarana b. Sarana kesehatan
kawasan yang c. Sarana ekonomi
sudah ada d. Infrastruktur
7 Permasalahan a. Bidang Infrastruktur
yang dihadapi b. Ekonomi
c. Pendidikan
d. Kesehatan
8 Potensi Bencana ………….
Rawan a. Desa …………… Luas potensi bencana ………………. Ha
Bencana*) b. Desa …………… Luas potensi bencana ………………. Ha
c. Desa …………… Luas potensi bencana ………………. Ha
*) Diisi bila ada potensi

Desa-desa dalam satu kawasan harus memiliki keterkaitan


komoditas unggulan atau permasalahan, sehingga layak untuk
dikembangkan dalam satu kesatuan kawasan. Delineasi Kawasan
Perdesaan merupakan batas yang ditetapkan, bisa batas administrasi

12
dan/atau batas fungsional, berdasarkan kriteria tertentu yang digunakan
sebagai batas wilayah Rencana Pembangunan Kawasan Perdesaan (RPKP).

B. Pengusulan
Pada prinsipnya, pihak yang paling memahami potensi dan
permasalahan suatu Kawasan Perdesaan adalah masyarakat atau pihak-
pihak yang berada atau terkait dengan kawasan tersebut. Namun
demikian, ketika masyarakat belum bisa mengartikulasikan potensi
dan/atau permasalahan yang ada, maka Pemerintah Daerah setempat
memiliki peran strategis untuk mengusulkan Kawasan Perdesaan.
Dengan demikian Kawasan Perdesaan dapat diusulkan melalui dua
pihak, yaitu:

1. Diusulkan oleh beberapa desa yang tergabung dalam Badan


Kerjasama Antar Desa (BKAD) dengan atau tanpa didampingi oleh
pihak ketiga. Inisiatif usulan dikoordinasikan dengan TKPKP
Kabupaten/Provinsi, sehingga menghasilkan kesepakatan.
2. Diusulkan oleh SKPD Kabupaten/Kota dengan memperhatikan
aspirasi masyarakat desa. Inisiatif usulan disosialisasikan ke tingkat
kecamatan dan desa-desa terkait, oleh TKPKP dengan atau tanpa
didampingi oleh pihak ketiga, sehingga menghasilkan kesepakatan.

Pengusulan Kawasan Perdesaan disampaikan dalam bentuk surat


usulan dilampiri dengan deskripsi kawasan (Tabel 1) dan peta delineasi
kawasan. Delineasi kawasan merupakan batas imajiner kawasan yang
terdiri atas sejumlah desa yang membentuk kawasan. Delineasi kawasan
ditentukan berdasarkan keterkaitan komoditas unggulan, tema kawasan,
dan masalah yang akan ditangani; pada desa-desa yang membentuk
kawasan.

Contoh Peta Deliniasi Kawasan Perdesaan sebagaimana pada Gambar 4 di


bawah :
Gambar 4

13
Surat usulan ditujukan kepada Bupati dengan tembusan TKPKP dan
ditandatangani oleh pihak-pihak terkait dan sebagai berikut:

Hal : Usulan Pembangunan Kawasan Perdesaan………………


Lampiran : satu berkas

Yth.
Bapak Bupati ……….
Di …………………

Sesuai hasil musyawarah pengusulan Kawasan Perdesaan yang dilaksanakan pada:


Hari/Tanggal : ………………..
Tempat : ……………….
Telah disepakati usulan Kawasan Perdesaan .............. yang meliputi ..... desa di
Kecamatan ........................... Deskripsi Kawasan Persedaan tersebut sebagaimana
dalam lampiran.
Untuk itu, mohon dilakukan proses penetapan Kawasan Perdesaan. Demikian atas
perkenannya, disampaikan terima kasih

……………., ……………….20…
Pihak-pihak yang mengusulkan dan menyepakati

1. Pihak Pengusul

No. Nama Instansi/Desa Tanda Tangan


1.
2.
3.
4.
5.
6.
2. Pihak yang Menyepakati

No. Nama Instansi/Desa Tanda Tangan


1.
2.
3.
4.
5.
6.

Tembusan :
TKPKP Kabupaten/Kota

14
C. Penilaian Usulan
Penilaian usulan dilakukan oleh TKPKP Kabupaten/Kota dengan
melakukan verifikasi data dan mencermati urgensi Pembangunan
Kawasan Perdesaan. Prioritas penetapan dilakukan pada kawasan yang
memiliki potensi/masalah paling besar diantara kawasan lainnya.

Syarat Kawasan Perdesaan yang lolos adalah :


1. Memiliki potensi komoditas unggulan/masalah yang urgen dan layak
untuk dikembangan/diselesaikan dalam skala kawasan.
2. Pembangunan kawasan perdesaan sesuai dengan Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota dan Rencana Pembangunan
Jangka Menengah (RPJM) Kabupaten/Kota, serta tidak memiliki
dampak merusak lingkungan di luar batas toleransi yang tidak dapat
ditanggulangi.
3. Disepakati oleh Desa-Desa, BKAD, dan pihak-pihak terkait.
4. Memiliki peluang untuk memperoleh dukungan program dari
sektor-sektor dan atau SKPD terkait sesuai kebutuhan, untuk
menjamin keberlanjutan pembangunan.
5. Pembangunan Kawasan Perdesaan yang akan dilakukan tidak
berpeluang untuk menimbulkan konflik kepentingan,
memperhatikan kearifan lokal, dan eksistensi masyarakat hukum
adat.

Penilaian akan menghasilkan tiga kemungkinan yaitu lolos tanpa


syarat, lolos dengan syarat, dan tidak lolos. Apabila lolos tanpa syarat,
TKPKP Kabupaten/Kota harus segera memproses usulan pembangunan
Kawasan Perdesaan kepada Bupati/Walikota. Apabila lolos dengan syarat
berkas dikembalikan kepada pengusul. Selanjutnya pengusul melengkapi
persyaratan yang kurang untuk diusulkan kembali. Apabila tidak lolos,
berkas dikembalikan kepada pengusul.

D. Penetapan Kawasan Perdesaan


Penetapan kawasan perdesan, dilakukan apabila usulan sudah
memenuhi persyaratan. Usulan penetapan dilakukan oleh TKPKP
Kabupaten/Kota kepada Bupati/Walikota. Surat usulan penetapan
Kawasan Perdesaan dilampiri dengan deskripsi kawasan dan delineasi
kawasan yang sudah diverifikasi oleh TKPKP Kabupaten/Kota, surat
berita acara penilaian kawasan yang ditandatangani oleh anggota TPKPK
Kabupaten/Kota.

Surat penetapan Kawasan Perdesaan ditandatangani oleh Bupati dan


selanjutnya disampaikan kepada Menteri dan Gubernur dengan
tembusan kepada TKPKP Kawasan.

15
Contoh Format SK Bupati tentang Penetapan Kawasan Perdesaan

BUPATI…………….

KEPUTUSAN BUPATI …………..

NOMOR TAHUN

TENTANG

PENETAPAN LOKASI PENGEMBANGAN KAWASAN PERDESAAN ......


KABUPATEN ………………

BUPATI…,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 131 ayat (1)
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47
Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 43
Tahun RE 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa;
b. bahwa setelah dilakukan penelitian, pengkajian dan pembahasan
potensi dan peluang pengembangan kawasan perdesaan, Kabupaten
................. layak menjadi lokasi pengembangan Kawasan Perdesaan
.................;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Keputusan Bupati
………………tentang Penetapan Pembangunan Kawasan Perdesaan
………………….;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah


Tingkat II di Sulawesi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1959, Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 1822);
2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencaaan
Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4421);
3. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);
4. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5495);
5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 9 Tahun 2015 Perubahan Kedua Atas Undang-Undang
Nomor 23 Thaun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana
Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4575);
16
7. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan
Pelaksana Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 123,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5539);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2016 tentang Perubahan
Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang
Dana Desa yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 57,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5864);
9. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi
Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 8);
10. Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2015 tentang Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 13);
11. Paraturan Menteri Desa, Pembangunan Dearah Tertinggal, dan
Transmigrasi Nomor 5 Tahun 2016 tentang Tentang Pembangunan
Kawasan Perdesaan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016
Nomor 359);
12. Peraturan Daerah Kabupaten ……………..;

Memperhatikan : RPJMD Kabupaten ............... dan RPJMDes di Kecamatan .........


Kabupaten ...........;

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : KEPUTUSAN BUPATI ………….. TENTANG PENETAPAN LOKASI
PENGEMBANGAN KAWASAN PERDESAAN …………….KABUPATEN
……………….

KESATU : Menetapkan lokasi Kawasan Perdesaan …………………….. sebagai


lokasi Pembangunan Kawasan Perdesaan.

KEDUA : Lokasi sebagaimana dimaksud dalam Diktum KESATU, terdiri atas:


Desa …………………(sebagai pusat kawasan), Desa …………………,
Desa ……………….., dan Desa……………………….., Kecamatan
……………….;

KETIGA : Segala biaya yang timbul akibat keputusan ini dibebankan kepada
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), Anggaran Belanja
dan Pendapatan Daerah (APBD) Kabupaten .......... dan Anggaran
Belanja dan Pendapatan Desa (APBDes).

KELIMA : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di ..................
pada tanggal…………

BUPATI ………….,

AAAAAAAAAAAAA
Lampiran:

1. Deskripsi kawasan
2. Delineasi kawasan
3. Surat berita acara penilaian kawasan yang ditandatangani oleh anggotan TPKPK
Kabupaten/Kota.

17
BAB IV
PERENCANAAN DAN PENETAPAN RENCANA PEMBANGUNAN
KAWASAN PERDESAAN (RPKP)

Perencanaan dan Penetapan Rencana Pembangunan Kawasan Perdesaan


(RPKP) merupakan tindak lanjut dari kesepakatan pembentukan Kawasan
Perdesaan. Setelah tercapai persetujuan/kesepakatan pembentukan Kawasan
Perdesaan maka Bupati/Walikota membentuk Sub-tim Kawasan dan
menetapkan Sub-tim Kawasan tersebut dengan Surat Keputusan
Bupati/Walikota.
Sub-tim Kawasan dan Sub-tim Inti sebagai unsur dari TKPKP
Kabupaten/Kota bersama-sama menyusun perencanaan Kawasan Perdesaan.
Perencanaan Kawasan Perdesaan termuat dalam dokumen Rencana
Pembangunan Kawasan Perdesaan yang selanjutnya disingkat sebagai RPKP.
RPKP merupakan rencana pembangunan jangka menengah yang berlaku
selama 5 tahun. RPKP memuat program dan kegiatan yang bersifat proritas,
terintegrasi, dan spesifik. Prioritas artinya program dan kegiatan yang
direncanakan diutamakan sesuai tema (ciri khas) kawasan yang ditetapkan.
Terintegrasi artinya program dan kegiatan yang direncanakan memadukan
semua kepentingan antardesa. Spesifik artinya program dan kegiatan yang
direncanakan bersifat khusus sesuai dengan tema (ciri khas) Kawasan
Perdesaan.
RPKP ditetapkan oleh Bupati/Walikota dengan Peraturan Bupati/
Walikota. RPKP dapat diubah pada periode tertentu dengan memperhatikan
perkembangan kebutuhan Kawasan Perdesaan.
Rencana Pembangunan Kawasan Perdesaan merupakan rencana
pembangunan jangka menengah yang berlaku selama 5 (lima) tahun dan
memuat program dan kegiatan prioritas tahunan (Permen Desa No 5 Tahun
2016 Pasal 7). RPKP setidak-tidaknya memuat: a). Isu-isu strategis kawasan
perdesaan; 2). Tujuan dan sasaran pembangunan kawasan perdesaan; 3).
Strategi dan arah kebijakan kawasan perdesaan; 4). Program dan
kegiatan pembangunan kawasan perdesaan; 5). Indikator capaian
kegiatan dan; 6). Kebutuhan pendanaan.

A. Proses Penyusunan Rencana Pembangunan Kawasan Perdesaan


Penyusunan RPKP melalui serangkaian tahapan yang dimulai dari
perumusan rancangan RPKP, forum konsultasi rancangan RPKP, hingga
penetapan RPKP. Berikut ini merupakan bagan tahapan penyusunan
RPKP (Gambar 5).

18
Bagan Tahapan Penyusunan Rencana Pembangunan Kawasan Perdesaan
pada Gambar 5 di bawah :
Gambar 5

A.1 Tahap Perumusan Rancangan RPKP


Tahap perumusan rancangan RPKP dimulai dari pengumpulan data
dan informasi hingga penyajian rancangan RPKP dalam dokumen. Berikut
ini merupakan tahapan perumusan rancangan RPKP.
1. Pengumpulan Data dan Informasi
Data merupakan kumpulan fakta-fakta yang berfungsi sebagai input
untuk melakukan analisis, sebagai bahan diskusi dan presentasi,
ataupun sebagai input statistik. Data yang telah diolah disebut
sebagai informasi. Kualitas dan kuantitas data dan informasi akan
berpengaruh terhadap output dari pengolahan data dan informasi
tersebut. Penyusunan dokumen RPKP bergantung terhadap data dan
informasi yang dimiliki. Oleh sebab itu, data dan informasi yang
dikumpulkan harus memenuhi syarat sebagai berikut:
1) Obyektif, yaitu data harus mencerminkan kondisi Kawasan
Perdesaan yang sebenarnya tanpa terpengaruh oleh bias subyektif.
2) Representatif, yaitu data harus mampu secara tepat mewakili
kondisi Kawasan Perdesaan.
3) Relevan, yaitu data yang dikumpulkan memiliki keterkaitan
dengan tema pembangunan Kawasan Perdesaan.
4) Sahih, yaitu data yang dikumpulkan dapat
dipertanggungjawabkan validitasnya, terutama dari sumber data
dan metode pengumpulannya.
5) Up to date, yaitu data Kawasan Perdesaan yang dikumpulkan
memiliki kebaruan dengan rentang waktu sesuai keperluan.

Pengumpulan data dan informasi untuk keperluan analisis Kawasan


Perdesaan meliputi pengumpulan data primer dan data sekunder.
Data primer adalah data yang didapatkan dari sumber yang langsung
19
memberikan data, sedangkan data sekunder diperoleh dari media
perantara, biasanya berupa laporan-laporan instansi atau dokumen-
dokumen yang telah ada sebelumnya. Teknik pengumpulan data
dalam RPKP antara lain:
1) FGD (Focus Group Discussion), yaitu metode pengumpulan data
melalui diskusi kelompok untuk membahas masalah tertentu yang
dilakukan secara sistematis dan terarah;
2) PRA (Participatory Rural Appraisal), yaitu metode pengumpulan
data untuk mempelajari kondisi dan kehidupan pedesaan dari,
dengan, dan oleh masyarakat desa. Dengan metode ini masyarakat
desa saling berbagi pengetahuan tentang kondisi dan kehidupan
desa sebagai bahan analisis dalam penyusunan RPKP;
3) Wawancara, yaitu metode pengumpulan data dengan
menyampaikan pertanyaan-pertanyaan secara lisan kepada
narasumber;
4) Observasi lapangan, yaitu metode pengumpulan data dengan
pengamatan langsung di lapangan, terkait kondisi Kawasan
Perdesaan;
5) Studi Pustaka, yaitu metode pengumpulan data dengan
mempelajari dokumen-dokumen terkait yang dapat dikumpulkan
dari sumber-sumber, antara lain:
a) Hasil kegiatan penelitian, monitoring, dan evaluasi, serta
kegiatan sejenis lainnya yang dilaksanakan secara periodik
oleh SKPD;
b) Hasil kegiatan penelitian dan survei yang dilakukan oleh
lembaga yang kompeten di bidangnya, contoh hasil kegiatan
penelitian tentang Kawasan Perdesaan yang dilakukan oleh
institusi pendidikan;
c) Laporan Badan Pusat Statistik (BPS) Pusat maupun Daerah;
d) Profil Desa/Laporan administrasi desa;
e) Dokumen Perencanaan Pembangunan;
f) Dokumen terkait lainnya.

Data dan informasi yang telah dikumpulkan dikelompokkan ke dalam


aspek fisik dasar dan keagrariaan, kependudukan dan sosial budaya,
ekonomi, sarana dan prasarana serta pelayanan untuk kemudian
dianalisis dan dilakukan penelaahan terhadap dokumen perencanaan
terkait. Kebutuhan data dan informasi untuk masing-masing aspek
tersebut antara lain dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.
Kebutuhan Data dan Informasi sebagaimana pada Tabel 2 dibawah :
Wujud
Aspek Kebutuhan Data dan Informasi
Tampilan Data
Fisik Dasar dan Luas dan Batas Wilayah Administrasi Peta, tabel
Keagrariaan Klimatologi (terutama data mengenai curah hujan) Peta, tabel
Geologi Peta, tabel
Topografi Peta, tabel
a. Kemiringan Lereng
b. Ketinggian Lahan
c. Kecenderungan Bentuk Permukaan Lahan
Jenis Tanah Peta, tabel
Hidrogeografi (mencakup sebaran, kualitas, dan kuantitas Peta, tabel
air baik air permukaan dan air tanah)
Peta, tabel,
Penggunaan Lahan
grafik
20
Wujud
Aspek Kebutuhan Data dan Informasi
Tampilan Data
Kebencanaan Peta
Kawasan dengan satwa dan ekosistem yang dilindungi Peta, tabel
Data keagrariaan: Peta, tabel
a. Status tanah
b. Rerata kepemilikan tanah
c. Rerata penguasaan lahan
Kependudukan dan Jumlah Penduduk Tabel, grafik
sosial budaya Sebaran penduduk Peta, tabel
Komposisi Penduduk Grafik, tabel
a. Jenis kelamin
b. Struktur umur
c. Mata pencaharian
d. Tingkat pendidikan
Kondisi sosial budaya Tabel, narasi
a. Aktivitas sosial/budaya yang rutin dilakukan deskriptif, foto
b. Organisasi masyarakat
c. Kearifan lokal
d. Seni budaya pertunjukan
e. Seni kerajinan lokal
Ekonomi Kondisi ekonomi sektoral sesuai dengan tema Kawasan Peta, tabel,
Perdesaan: grafik, foto
a. Jika perekonomian Kawasan Perdesaan berbasis
kegiatan ekonomi primer (meliputi pertanian,
kehutanan, perkebunan, perikanan, peternakan,
pertambangan) maka dibutuhkan data mengenai jenis
komoditas, produksi, luasan, perkembangan (5 tahun
terakhir), penanganan pasca panen, pemasaran
(termasuk harga pasar), dan serapan tenaga kerja
b. Jika perekonomian Kawasan Perdesaan berbasis
kegiatan sekunder (contoh: industri) maka dibutuhkan
data mengenai produk, asal bahan baku, serapan
perkembangan, tenaga kerja, jangkauan pemasaran,
dan harga
c. Jika perekonomian Kawasan Perdesaan berbasis
kegiatan tersier maka dibutuhkan data pelayanan
permodalan (perbankan), perdagangan (pasar, toko),
ekspedisi, dan informasi (sistem informasi pasar,
komoditi, produksi)
Sarana dan Pendidikan Peta sebaran,
Prasarana serta Kesehatan tabel, foto
Pelayanan
Pemerintahan
Sosial budaya
Ekonomi
Sarana produksi Tabel, foto
Transportasi Peta jaringan,
Energi tabel, grafik, foto
Air Bersih
Sanitasi
Irigasi
Informasi dan telekomunikasi
Dokumen RTRW Kabupaten/Kota
Perencanaan RPJP dan RPJM Daerah
Terkait
RPJM Desa
Rencana pembangunan sektoral
Catatan: Penentuan skala peta disesuaikan dengan informasi yang
dibutuhkan yaitu pada kedalaman informasi 1:5.000 sampai dengan 1:25.000.

Kebutuhan data dan informasi di atas dapat bertambah atau


berkurang tergantung pada tema rencana Kawasan Perdesaan.
Sebagai contoh, Kawasan Perdesaan dengan tema pengembangan
industri kerajinan tidak memerlukan data tentang sarana dan
prasarana irigasi, sementara Kawasan Perdesaan dengan tema
pengembangan pertanian membutuhkan data tentang sarana dan
prasarana irigasi.
21
Pengumpulan data dan informasi tersebut sekurang-kurangnya dapat
memberikan gambaran tentang perkembangan Kawasan Perdesaan
selama 5 tahun terakhir. Dalam pengumpulan data dan informasi,
perlu diperhatikan tingkat urgensi dan relevansi data dan informasi
yang dibutuhkan agar tidak terjadi pemborosan waktu, tenaga, dan
biaya.
Langkah-langkah pengumpulan data dan informasi untuk
penyusunan RPKP adalah sebagai berikut:
1) Menyusun inventaris kebutuhan data dan informasi, termasuk
sumber data dan kemungkinan ketersediaan data;
2) Melakukan pengumpulan data dan informasi dari berbagai sumber
dengan metode yang dapat dipertanggungjawabkan;
3) Menyusun kompilasi data secara terstruktur sesuai dengan
kebutuhan analisis. Penstrukturan data dan informasi dilakukan
berdasar aspek fisik dasar, aspek sosial budaya, aspek ekonomi,
dan aspek sarana prasarana.

2. Analisis Kondisi dan Deliniasi Kawasan Perdesaan


Analisis kondisi Kawasan Perdesaan bertujuan untuk mengidentifikasi
potensi dan masalah dari suatu Kawasan Perdesaan. Kondisi dan
kecenderungan Kawasan Perdesaan dapat dianalisis menggunakan
formula/rumus atau standar perhitungan baku, metode regresi,
metode ekstrapolasi, ataupun metode lainnya dengan menggunakan
asumsi-asumsi tertentu. Analisis dapat dilakukan dengan cara:
1) Perbandingan antarwaktu (analisis inter-temporal)
2) Perbandingan atau komparasi dengan daerah/wilayah/kawasan
lainnya
3) Perbandingan atau komparasi dengan standar yang berlaku.

Data dan analisis kondisi Kawasan Perdesaan dapat disajikan dalam


bentuk tabel, grafik, diagram, gambar, ataupun peta yang disertai
dengan deskripsi penjelasan. Berikut ini contoh penyajian data dalam
berbagai bentuk.
1) Penyajian dalam bentuk tabel
Contoh penyajian data dalam bentuk tabel adalah sebagai berikut.
Contoh Penyajian Data dan Analisis dalam Bentuk Tabel pada Gambar 6
di bawah :
Gambar 6

22
2) Penyajian dalam bentuk grafik/diagram
Contoh penyajian data dalam bentuk grafik/diagram adalah
sebagai berikut.

Contoh Penyajian Data dan Analisis dalam Bentuk Grafik/Diagram pada


Gambar 7 di bawah :
Gambar 7

3) Deliniasi Kawasan Perdesaan


Pembuatan peta „delineasi dan susunan fungsi kawasan‟
dimaksudkan untuk melakukan verifikasi delineasi kawasan dan
sekaligus menetapkan lokasi dan akses pusat kawasan dan
hinterland (pendukung/penyokong) kawasan, serta dari pusat
kawasan ke kota terdekatnya (Gambar 8). Susunan fungsi
kawasan mencakup penetapan lokasi dan fungsi pusat kawasan
dan desa-desa pendukung kawasan. Pusat kawasan diarahkan
untuk pengembangan fasilitas layanan skala kawasan seperti
pasar kawasan, industri pengolahan, bank, dan lain sebagainya.
Desa-desa pendukung diarahkan untuk produksi komoditas
primer atau bahan baku, dan sebagainya.
Peta „delineasi dan susunan fungsi kawasan‟ perdesaan
didasarkan atas Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota
(RTRW), Rencana Tata Ruang Desa, serta aspirasi masyarakat.

23
Ilustrasi peta delineasi dan susunan fungsi kawasan
pada Gambar 8 di bawah :
Gambar 8

Contoh Penyajian Data dan Analisis dalam Bentuk Peta


pada Gambar 9 di bawah :
Gambar 9

5) Penyajian dalam bentuk gambar


Contoh penyajian data dalam bentuk gambar adalah sebagai
berikut.

24
Contoh Penyajian Data dan Analisis dalam Bentuk Gambar
pada Gambar 11 di bawah :
Gambar 11

Penjelasan lebih lanjut tentang analisis kondisi Kawasan Perdesaan dari


berbagai aspek adalah sebagai berikut:
1) Analisis Fisik Dasar dan Keagrariaan
Analisis fisik dasar mencakup gambaran mengenai karakter fisik,
kerentanan wilayah terhadap bencana, serta luas wilayah menurut
batas administrasi pemerintahan kabupaten/kota/kecamatan dan
desa. Sementara analisis keagrariaan mencakup identifikasi status
kepemilikan tanah dan penguasaan lahan.
Analisis fisik dasar dan keagrarian yang diperlukan dalam perumusan
RPKP antara lain:
a) Analisis kesesuaian lahan digunakan untuk mengetahui tingkat
kecocokan/kesesuaian lahan untuk pertanian atau untuk
kepentingan lain berdasarkan kondisi fisik lahan yang ada.
b) Analisis kecenderungan perubahan guna lahan untuk mengetahui
besaran pergeseran penggunaan lahan di Kawasan Perdesaan dan
bagaimana arah perkembangannya. Untuk melakukan analisis ini,
dibutuhkan data guna lahan dalam kurun waktu sekurang-
kurangnya 5 tahun.
c) Identifikasi kebencanaan dilakukan dengan mengindentifikasi
lokasi-lokasi yang memiliki kerawanan bencana (tanah longsor,
angin topan, kekeringan, banjir, dan bencana lainnya). Analisis ini
perlu dilakukan terutama pada Kawasan Perdesaan yang memiliki
riwayat bencana.
25
d) Identifikasi kawasan-kawasan yang sensitif secara lingkungan,
baik karena keunikan ekosistemnya, ataupun keberadaan satwa
yang dilindungi.
e) Identifikasi kawasan yang memiliki riwayat konflik kepemilikan
tanah maupun penguasaan lahan.
f) Analisis lain terkait dengan fisik dasar dan keagrariaan sesuai
dengan kondisi Kawasan Perdesaan tersebut.

Hasil analisis fisik dasar dan keagrariaan dapat disajikan dalam


bentuk tabel, grafik, diagram, gambar, ataupun peta yang disertai
dengan deskripsi penjelasan. Penyajian untuk masing-masing data
dan informasi adalah sebagai berikut:
a) Luas dan batas wilayah Kawasan Perdesaan, mencakup deskripsi
mengenai lokasi (secara astronomis/ menggunakan garis lintang
dan bujur, maupun secara vicinal/lokasinya relatif terhadap objek
lain di sekitarnya yang berpeluang mempengaruhi perkembangan,
seperti jalan, sungai, mata air, kaki gunung, ibukota kecamatan,
maupun pusat ekonomi), jarak (jarak fisik ataupun jarak waktu)
ke objek-objek penting, batas administratif desa yang termasuk
dalam kawasan perdesan, batas Kawasan Perdesaan, dan luas
Kawasan Perdesaan.
b) Topografi, meliputi kemiringan lereng dan ketinggian lahan. Data
kemiringan (%) dan ketinggian lahan (mdpl) dapat disajikan
melalui tabel dilengkapi dengan luasan dan lokasi untuk tiap kelas
kimiringan dan ketinggian lahan (jika memungkinkan dan data
tersedia). Selain tabel, data topografi dapat disajikan dalam bentuk
peta kemiringan lereng dan peta ketinggian lahan kawasan
perdesaaan dengan skala minimal 1:20.000.
c) Penggunaan lahan dapat disajikan melalui peta yang mencakup
data dan informasi mengenai tipikal penggunaan lahan dan luas
masing-masing penggunaan lahan. Peta tersebut dapat dilengkapi
dengan tabel ataupun, diagram lingkaran untuk mendeskripsikan
proporsi penggunaan lahan tertentu.
d) Kebencanaan, disajikan melalui peta daerah rawan bencana.
e) Penyajian data dan hasil analisis fisik dasar lainnya melalui media
yang sesuai.

2) Analisis Kependudukan dan Sosial Budaya


Analisis kependudukan berfungsi sebagai deskripsi kondisi demografi
yang meliputi ukuran, komposisi, distribusi, dan dinamika
kependudukan akibat kelahiran, kematian, migrasi, serta kondisi
sosial budaya masyarakat. Analisis ini dapat merujuk masyarakat
secara keseluruhan atau kelompok tertentu seperti berdasarkan
tingkat pendidikan, mata pencaharian, agama, atau etnisitas tertentu.
Sementara analisis sosial budaya berfokus pada keunikan sosial dan
budaya lokal dalam bentuk tata nilai dan kearifan lokal serta produk
budaya dari penduduk di suatu Kawasan Perdesaan. Analisis sosial
budaya lebih bersifat kualitatif dan dapat disajikan dalam bentuk
narasi deskriptif disertai foto-foto hasil observasi yang mendukung.
26
Analisis kependudukan Kawasan Perdesaan dilakukan dengan
melihat trend perkembangan pada rentang waktu sekurang-
kurangnya 5 tahun, diantaranya:
a) Analisis kepadatan penduduk, yaitu dengan membandingkan
jumlah penduduk di Kawasan Perdesaan dengan luas Kawasan
Perdesaan.
b) Analisis laju pertumbuhan penduduk, yaitu besarnya perubahan
jumlah penduduk per tahun dengan menggunakan rumus selisih
jumlah penduduk di tahun x dan tahun sebelumnya dibagi dengan
jumlah penduduk pada tahun sebelumnya. Laju pertumbuhan
penduduk dinyatakan dalam presentase (%). Kriteria pertumbuhan
penduduk dapat diklasifikasikan menjadi 3 (tiga), yaitu rendah
bila <1%, sedang (1% – 2%), dan tinggi jika >2%.
c) Analisis sex ratio, yaitu perbandingan jumlah penduduk laki-laki
dan jumlah penduduk perempuan yang umumnya dinyatakan
dengan rumus jumlah penduduk laki-laki per 100 perempuan.
d) Analisis proyeksi jumlah penduduk, yaitu perhitungan jumlah
penduduk di masa yang akan datang berdasarkan asumsi laju
pertumbuhan penduduk. Metode proyeksi dapat menggunakan
metode matematis ataupun metode lain yang dianggap cocok dan
memungkinkan dengan ketersediaan data di Kawasan Perdesaan
terkait.
e) Analisis lain terkait aspek sosial budaya dan kependudukan
sesuai dengan kondisi Kawasan Perdesaan tersebut.

Data dan hasil analisis kependudukan dapat disajikan dalam bentuk


tabel, grafik, gambar, ataupun peta disertai dengan penjelasan
deskriptif. Penyajian data dan informasi kependudukan adalah
sebagai berikut:
a) Jumlah penduduk dengan rentang waktu 5 (lima) tahun dapat
disajikan dalam bentuk tabel dan diagram batang. Sementara,
kepadatan dan sebaran penduduk dapat disajikan dalam bentuk
diagram garis maupun peta kepadatan penduduk Kawasan
Perdesaan.
b) Pertumbuhan penduduk dapat disajikan dalam bentuk grafik
garis.
c) Komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin
dapat digambarkan melalui piramida penduduk. Sementara,
komposisi penduduk menurut mata pencaharian dan menurut
tingkat pendidikan dapat disajikan dalam bentuk tabel maupun
grafik garis.
d) Sosial budaya penduduk disajikan dalam bentuk deskripsi
kualitatif berdasarkan survei atau observasi lapangan maupun
sumber lain. Deskripsi tersebut dapat dilengkapi dengan gambar
ataupun foto.
e) Penyajian data dan hasil analisis sosial budaya dan
kependudukan lainnya melalui media yang sesuai.

27
3) Analisis Ekonomi
Analisis ekonomi berfungsi sebagai deskripsi kondisi perekonomian di
Kawasan Perdesaan terkait dan bertujuan untuk mengidentifikasi
potensi dan masalah perekonomian di Kawasan Perdesaan. Analisis
ekonomi Kawasan Perdesaan dilakukan dengan melihat
kecenderungan perkembangan kondisi perekonomian. Bentuk analisis
ekonomi yang dilakukan antara lain:
a) Analisis ekonomi sektoral berupa kajian mengenai kondisi
ekonomi sektoral yang terkait dengan tema rencana Kawasan
Perdesaan. Sebagai contoh, Kawasan Perdesaan dengan tema
pengembangan pertanian perlu untuk melakukan analisis
aktivitas ekonomi yang berbasis pada kegiatan pertanian, seperti
produktivitas. analisis ekonomi untuk Kawasan Perdesaan dengan
tema perdagangan perlu menyajikan peta sebaran sarana
perdagangan seperti pasar, toko kelontong, dan sejenisnya.
Analisis ekonomi untuk Kawasan Perdesaan dengan tema
perencanaan yang berbeda akan memiliki analisis ekonomi
sektoral yang berbeda. Analisis ekonomi dilakukan secara
menyeluruh mulai dari hulu hingga hilir.
b) Analisis investasi yang dibutuhkan untuk pengembangan ekonomi
Kawasan Perdesaan.
c) Analisis tingkat kesejahteraan keluarga dilakukan berdasarkan
konsep pentahapan keluarga sejahtera yang dikeluarkan oleh
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).
d) Analisis lain terkait aspek ekonomi sesuai dengan kondisi
Kawasan Perdesaan tersebut.
Data dan hasil analisis ekonomi dapat disajikan dalam bentuk tabel,
grafik, gambar, ataupun peta disertai dengan penjelasan deskriptif.
Penyajian data dan informasi menyesuaikan dengan kebutuhan
analisis sektoral.

4) Analisis Sarana dan Prasarana serta Pelayanan


Analisis sarana dan prasarana bertujuan untuk mengetahui
ketersediaan sarana dan prasarana di Kawasan Perdesaan dalam
mencapai tujuan rencana Kawasan Perdesaan sesuai dengan tema
rencana yang diusung. Analisis sarana dan prasarana dilakukan
dengan membandingkan kondisi eksisting dengan standar yang
berlaku. Penyesuaian dan adaptasi terhadap standar yang berlaku
dimungkinkan untuk dilakukan sesuai dengan kondisi Kawasan
Perdesaan masing-masing. Sebagai contoh, penggunaan SNI 03-1733-
2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di
Perkotaan dapat diadaptasi dan digunakan dalam analisis sarana dan
prasarana Kawasan Perdesaan.
Analisis sarana prasarana mencakup penghitungan apakah
ketersediaan sarana dan prasarana (jumlah dan kapasitas) telah
memadai untuk melayani penduduk di Kawasan Perdesaan. Analisis
pelayanan berupa jangkauan dan tingkat layanan perlu digambarkan
baik dalam bentuk peta ataupun narasi deskriptif dilengkapi dengan
foto-foto dan dokumentasi hasil observasi.
28
Data dan hasil analisis sarana dan prasarana dapat disajikan dalam
bentuk baik tabel, grafik, gambar, ataupun peta disertai dengan
penjelasan deskriptif. Penyajian untuk masing-masing data dan
informasi sarana dan prasarana adalah sebagai berikut:
a) Ketersediaan jumlah dan kapasitas sarana pendidikan (SD, SMP,
SMA/Kejuruan dan sarana pendidikan lainnya) dapat disajikan
melalui tabel dan peta sebaran yang didukung dengan foto sarana
pendidikan terkait.
b) Ketersediaan jumlah sarana kesehatan (puskesmas, puskesmas
pembantu, rumah sakit, BKIA dan sarana kesehatan lainnya) dan
ketersediaan tenaga medis dan paramedis dapat disajikan melalui
tabel dan peta sebaran yang didukung dengan foto sarana
kesehatan terkait.
c) Ketersediaan sarana ekonomi (pasar, warung, toko, bank,
pergudangan, dan sarana ekonomi lainnya) dapat disajikan
melalui tabel dan peta sebaran yang didukung dengan foto sarana
ekonomi terkait.
d) Ketersediaan jumlah dan kapasitas sarana produksi (mesin
pengolah, traktor, kapal penangkap) dapat disajikan melalui tabel
dan narasi deskriptif yang didukung dengan foto sarana produksi
terkait.
e) Ketersediaan sarana sosial budaya (gedung pertemuan, lapangan,
sanggar kesenian, dan sarana sosial budaya lainnya) dapat
disajikan melalui tabel dan peta sebaran yang didukung dengan
foto sarana sosial budaya terkait.
f) Ketersediaan sarana pemerintahan (kantor pelayanan, gedung
pertemuan, dan sarana pemerintahan lainnya) dapat disajikan
melalui tabel dan peta sebaran yang didukung dengan foto sarana
pemerintahan terkait.
g) Ketersediaan sarana dan prasarana transportasi termasuk sistem
jaringan (jenis, kelas, dan status), simpul transportasi (dermaga,
terminal, landing strip), dan angkutan umum dapat disajikan
melalui tabel, skema rute, dan peta sebaran yang didukung
dengan foto sarana dan prasarana transportasi terkait.
h) Ketersediaan sarana dan prasarana energi (penyediaan energi
listrik dan bahan bakar) dapat disajikan melalui skema aliran dan
peta sebaran yang didukung dengan foto sarana dan prasarana
energi terkait.
i) Ketersediaan sarana dan prasarana informasi dan telekomunikasi
(seluler dan kabel) dapat disajikan melalui peta jaringan
telekomunikasi dan sebaran menara seluler yang didukung
dengan foto sarana dan prasarana telekomunikasi terkait.
j) Ketersediaan sarana dan prasarana air bersih dapat disajikan
melalui tabel deskripsi tentang sumber-sumber air bersih, skema
aliran, dan peta jaringan yang didukung dengan foto sarana dan
prasarana air bersih terkait.

29
k) Ketersediaan sarana dan prasarana irigasi dan sistem manajemen
air dapat disajikan melalui peta jaringan irigasi. Analisis ini
diperlukan terutama pada Kawasan Perdesaan dengan tema
rencana pertanian ataupun perkebunan.
l) Ketersediaan sarana dan prasarana sanitasi dapat disajikan
melalui skema aliran dan peta jaringan sanitasi yang didukung
dengan foto sarana dan prasarana sanitasi terkait.
m) Ketersediaan sarana prasarana yang khusus terkait dengan
ekonomi sektoral.
n) Penyajian data dan hasil analisis sarana dan prasarana lainnya
melalui media yang sesuai.

5) Analisis Kelembagaan
Kelembagaan merupakan unsur-unsur pelaku pembangunan dalam
lingkup Kawasan Perdesaan, termasuk didalamnya kelembagaan desa.
Kelembagaan di Kawasan Perdesaan terdiri dari kelembagaan formal
dan informal. Kelembagaan formal dibentuk oleh pemerintah atau
sekelompok masyarakat yang kemudian ditetapkan secara hukum.
Sementara itu kelembagaan informal tumbuh di masyarakat dan
keberadaannya tidak ditetapkan secara hukum. Analisis kelembagaan
bertujuan untuk melihat kondisi kelembagaan serta peranan lembaga
lokal atau instansi teknis yang berwenang dalam pengambilan
keputusan di suatu Kawasan Perdesaan. Dengan demikian
penyelenggaraan pembangunan Kawasan Perdesaan dapat berjalan
lancar tanpa menimbulkan suatu konflik.
Analisis kelembagaan yang diperlukan dalam perumusan RPKP antara
lain:
a) Analisis sistem kelembagaan, yaitu identifikasi tatanan yang
menggambarkan perumusan kebijakan dan/atau pengambilan
keputusan di Kawasan Perdesaan serta pihak-pihak yang terlibat
serta berperan di dalamnya.
b) Analisis susunan dan peran kelembagaan formal, yaitu identifikasi
aparatur pemerintah dan masing-masing perannya dalam
pengambilan keputusan di Kawasan Perdesaan, misalnya: BKAD,
Camat, Kepala Desa, BMD, dan lain sebagainya.
c) Analisis susunan dan peran kelembagaan informal, yaitu
identifikasi lembaga dan/atau pihak di luar aparatur pemerintah
serta masing-masing perannya dalam pengambilan keputusan di
Kawasan Perdesaan, misalnya: lembaga adat, tokoh agama, tokoh
masyarakat, kelompok tani, kelompok wanita/PKK dan lain
sebagainya.
Analisis kelembagaan lebih bersifat kualitatif dan dapat disajikan
dalam bentuk narasi deskriptif serta bagan yang mendukung analisis.

30
6) Analisis Potensi dan Masalah
Analisis potensi dan masalah dilakukan dengan berdasarkan hasil
analisis dari aspek fisik dasar, sosial budaya dan kependudukan,
ekonomi, serta sarana dan prasarana. Metode perumusan potensi dan
masalah dapat menggunakan pendekatan induktif. Pendekatan
induktif dimulai dengan mengidentifikasi potensi dan masalah dari
tiap aspek kemudian dilakukan pengerucutan potensi dan masalah
dengan melihat hubungan keterkaitan antaraspek. Penggunaan
metode lain untuk analisis potensi dan masalah dimungkinkan,
sesuai dengan kondisi kawasan perencanaan terkait.
Langkah-langkah dalam analisis potensi dan masalah antara lain:
a) Mengidentifikasi potensi dan masalah dari setiap aspek.
Dalam konteks ini, potensi merupakan keunikan yang dimiliki
pada Kawasan Perdesaan yang jika dikembangkan akan mampu
memberikan manfaat bagi masyarakat maupun pembangunan
Kawasan Perdesaan itu sendiri. Contoh potensi dari aspek
ekonomi adalah produktivitas padi yang meningkat dari tahun ke
tahun ataupun ekspor industri rumahan yang berkembang pesat.
Sementara masalah merupakan kondisi negatif yang dapat
menghambat pembangunan Kawasan Perdesaan. Contoh masalah
dari aspek sarana dan prasarana adalah rendahnya aksesibilitas
dan buruknya kualitas jalan menuju Kawasan Perdesaan.
Identifikasi potensi dan masalah dari tiap aspek dapat
dideskripsikan dalam tabel berikut.

Contoh Identifikasi Potensi dan Masalah Kawasan Perdesaan


sebagaimana pada Tabel 3 dibawah :
Aspek Potensi Masalah
Fisik Dasar Didominasi lahan Didominasi lahan gambut
datar sehingga cocok kering sehingga sering
dikembangkan untuk terjadi kebakaran
pertanian
Sosial Budaya
Ekonomi
Sarana dan Prasarana
Dst. Dst.

b) Mengerucutkan potensi dan masalah.


Proses pengerucutan potensi dilakukan terpisah dengan
pengerucutan pengerucutan masalah. Secara umum, proses
pengerucutan potensi atau masalah dapat dilakukan dengan
menggunakan diagram berikut.

31
Contoh Bagan Pengerucutan Potensi/Masalah Kawasan Perdesaan pada
Gambar 12 di bawah :
Gambar 12

c) Penelaahan Dokumen Perencanaan


Penelaahan dokumen perencanaan merupakan suatu proses
peninjauan atas dokumen perencanaan lain yang memiliki
keterkaitan dengan perencanaan pembangunan Kawasan
Perdesaan. Perencanaan pembangunan Kawasan Perdesaan
sendiri pada prinsipnya bertujuan mengintegrasikan rencana tata
ruang dan rencana pembangunan kabupaten/kota dengan
rencana pembangunan Kawasan Perdesaan. Dalam kaitan ini,
maka penyusunan RPKP berpedoman pada:
1) Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota, yaitu
dokumen rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota untuk
periode 20 tahun.
2) Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) dan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD),
yaitu dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk
periode 20 tahun dan 5 tahun.
3) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes),
yaitu dokumen rencana pembangunan desa untuk periode 6
tahun.
4) Rencana Sektoral, yaitu rencana pembangunan berdasarkan
sektor, misalnya rencana pengembangan pariwisata, rencana
pembangunan pelabuhan sungai, atau rencana yang sesuai
dengan tema/kebutuhan Kawasan Perdesaan yang akan
direncanakan.

32
Contoh Penelaahan Dokumen Perencanaan Terkait RPKP
sebagaimana pada Tabel 4 dibawah :
Kebijakan
No. Dokumen Periode Keterangan
Terkait
1 RTRW 2010-2029 Rencana
Kabupaten/Kota pembangunan
jalan kabupaten
yang melewati
Kawasan
Perdesaan
2 RPJM Daerah
3 RPJM Desa
4 Rencana Sektoral

d) Analisis Isu-Isu Strategis


Isu strategis merupakan kondisi yang harus diperhatikan atau
diprioritaskan dalam perencanaan pembangunan Kawasan
Perdesaan karena dampaknya yang signifikan bagi
kawasan/masyarakat di masa yang akan datang. Karakteristik
suatu isu strategis sendiri adalah kondisi atau hal yang bersifat
penting, mendasar, mendesak, berjangka panjang, dan
menentukan tujuan pembangunan Kawasan Perdesaan di masa
depan. Isu strategis Kawasan Perdesaan ditentukan berdasarkan
kriteria:
1) Memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kehidupan
masyarakat Kawasan Perdesaan dan relevan terhadap
pencapaian target pembangunan daerah;
2) Kemudahan dalam pelaksanaan pembangunan.

Metode penentuan isu-isu strategis dapat dilakukan dengan


menggunakan metode inventarisasi isu, atau metode lain yang
memungkinkan untuk dilakukan. Pelaksanaan inventarisasi isu
dapat dilakukan dalam forum Focussed Group Discussion (FGD)
yang dilakukan dengan melibatkan para stakeholder dan/atau
pakar yang memiliki pengalaman dalam merumuskan atau
memahami isu-isu strategis perencanaan pembangunan Kawasan
Perdesaan.

e) Analisis Sinergisme
Pembangunan kawasan perdesaan dilaksanakan dengan prinsip
antara lain partisipatif, holistik dan komprehensif, keterpaduan,
dan berkesinambungan. Artinya, pembangunan kawasan
perdesaan harus dilaksanakan melalui sinergisme antar berbagai
komponen. Sinergisme merupakan proses kolaborasi atau
kerjasama dua entitas atau lebih yang berkomitmen, membentuk
suatu sistem yang saling memengaruhi untuk mencapai tujuan
bersama, dan memberikan perubahan yang lebih baik atau
berbeda dari efek masing-masing. Untuk menjamin terjadinya
sinergisme, harus disusun suatu sistem yang direpresentasikan
dalam model sinergisme.
Analisis sinergisme pembangunan kawasan merupakan kerangka
atau formulasi yang merepresentasikan suatu sistem berupa
rangkaian komponen/entitas pembangunan kawasan yang
terstruktur dalam klaster dan antar klaster yang saling bekerja

33
sama secara teratur dari hulu ke hilir untuk mencapai tujuan
pembangunan kawasan. Penyusunan model sinergisme dilakukan
melalui analisis Sinergisme dengan tahapan perumusan tujuan
pembangunan kawasan sesuai dengan kesepakatan, penetapan
komoditas unggulan /klaster, analisis klaster, penyusunan
kerangka model, kesepakatan model.

f) Perumusan Tujuan dan Sasaran


Tujuan dan sasaran yang dirumuskan merupakan tujuan dan
sasaran strategis yang ingin dicapai melalui pembangunan
Kawasan Perdesaan yang selanjutnya akan menjadi dasar dalam
perumusan strategi, program, dan kegiatan pembangunan
Kawasan Perdesaan secara keseluruhan. Tujuan merupakan
pernyataan-pernyataan yang menjelaskan arahan preferensi
mengenai kondisi di masa yang akan datang, baik dalam hal
pemecahan permasalahan, pengoptimalan potensi, maupun
penanganan isu-isu strategis Kawasan Perdesaan. Rumusan
tujuan pembangunan memperhatikan:
1) Visi kabupaten/kota;
2) Isu-isu strategis Kawasan Perdesaan;
3) Aspirasi masyarakat Kawasan Perdesaan; dan
4) Kondisi internal dan eksternal Kawasan Perdesaan.

Sasaran merupakan pernyataan-pernyataan target yang harus


dicapai untuk mewujudkan suatu tujuan, yang dinyatakan secara
spesifik dan rasional, mudah diukur dan mudah dicapai, untuk
dapat dilaksanakan dalam jangka waktu 5 tahun ke depan dan
sesuai dengan perkembangan kebutuhan kawasan. Sasaran
disusun dengan memperhatikan:
1) Tujuan yang akan dicapai;
2) Isu-isu strategis Kawasan Perdesaan;
3) Sifat yang spesifik dan tingkat sasaran yang jelas;
4) Target sasaran yang bisa diukur;
5) Kapasitas dan sumber daya yang ada;
6) Keterkaitan antara target sasaran dengan tujuan;
7) Batas waktu pencapaian;
8) Langkah-langkah pencapaian secara bertahap.

Langkah-langkah perumusan tujuan dan sasaran adalah sebagai


berikut:
1) Menguji apakah rancangan pernyataan tujuan dapat
memecahkan isu-isu strategis Kawasan Perdesaan dengan
memperhatikan hubungan sebab-akibat yang logis. Dalam hal
pernyataan tujuan belum sepenuhnya memecahkan isu-isu
strategis maka pernyataan tujuan perlu disempurnakan;
2) Merumuskan rancangan pernyataan-pernyataan sasaran dari
setiap tujuan, dengan memperhatikan hubungan sebab-akibat
yang logis;
3) Merumuskan rancangan capaian indikator yang terukur dari
setiap sasaran yang dapat menjelaskan secara cukup
pencapaian sasaran; dan
34
4) Menyelaraskan rancangan pernyataan-pernyataan sasaran dan
capaian indikator yang terukur terhadap pernyataan arah
kebijakan pembangunan daerah untuk penyusunan rancangan
awal RPKP.

Contoh Perumusan Tujuan dan Sasaran sebagaimana pada Tabel


5 dibawah :
Tujuan Sasaran
Meningkatkan pembangunan Terwujudnya ketersediaan sarana dan
sarana dan prasarana prasarana perkebunan karet rakyat yang
pendukung kegiatan perkebunan terintegrasi
karet rakyat
Mewujudkan perkebunan karet Terwujudnya perkebunan karet tangguh
rakyat yang berkelanjutan bencana yang aman dan lestari
berbasis mitigasi bencana Terwujudnya masyarakat tanggap
bencana
Dst.

g) Perumusan Strategi dan Arah Kebijakan


Strategi merupakan langkah-langkah yang dilakukan untuk
mewujudkan tujuan dan sasaran. Rumusan strategi
mempertimbangkan:
1) Kondisi internal dan eksternal Kawasan Perdesaan (kekuatan,
kelemahan, peluang, dan tantangan);
2) Berbagai kepentingan yang berbeda;
3) Nilai-nilai pembangunan prioritas daerah; dan
4) Kearifan lokal masyarakat Kawasan Perdesaan.

Langkah-langkah merumuskan strategi sebagai berikut:


1) Mengidentifikasi kelompok-kelompok sasaran yang dapat
dicapai melalui pendekatan yang sejenis;
2) Menyusun alternatif pilihan langkah yang dinilai realistis dapat
mencapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan;
3) Menentukan faktor-faktor penentu keberhasilan dan kegagalan
untuk tiap alternatif strategi; dan
4) Mengkaji pilihan langkah yang paling tepat, antara lain melalui
metode SWOT (kekuatan/strengths, kelemahan/weaknesses,
peluang/ opportunities dan tantangan/threats).

Pemilihan strategi dapat dilakukan melalui:


1) Forum Focussed Group Discussion (FGD) dengan melibatkan
para pakar yang memiliki pengalaman di bidang yang menjadi
prioritas perencanaan Kawasan Perdesaan;
2) Metode pembobotan; atau
3) Kombinasi metode-metode lain yang dapat digunakan.

Setelah perumusan strategi, selanjutnya adalah perumusan arah


kebijakan. Arah kebijakan mengarahkan rumusan strategi agar
secara rasional dapat lebih fokus dalam mencapai tujuan dan
sasaran dari waktu ke waktu selama 5 tahun, serta konsisten
dengan kebijakan dan peraturan yang telah berlaku. Langkah-
langkah merumuskan arah kebijakan sebagai berikut:
35
1) Mengidentifikasi tiap sasaran dan target kinerja tiap tahun;
2) Mengidentifikasi permasalahan dan isu strategis terkait tiap
tahun;
3) FGD atas bahan-bahan yang telah diidentifikasi;
4) Merumuskan rancangan arah kebijakan;
5) Menguji kesesuaian rancangan arah kebijakan dengan
peraturan perundang-undangan; dan
6) Memutuskan arah kebijakan.

Berikut ini contoh perumusan strategi dan arah kebijakan


pembangunan Kawasan Perdesaan.

Contoh Strategi dan Arah Kebijakan pada Tabel 6 dibawah :


Strategi Arah Kebijakan
Peningkatan produktivitas Rehabilitasi kebun karet melalui
lahan melalui rehabilitasi peremajaand
kebun, intensifikasi, dan Meminimalkan risiko kerusakan pohon
diversifikasi perkebunan karet muda dan tanaman lainnya
horizontal Meningkatkan daya guna dan hasil lahan
Peningkatan kualitas dan Meningkatkan pengetahuan, kemampuan,
kapasitas sumber daya dan ketrampilan SDM pekebun karet
manusia
Dst.

h) Perumusan Program, Kegiatan, Pendanaan, dan Indikator Capaian


Perumusan Program RPKP 5 tahun ke depan merupakan
penjabaran yang bersifat lebih operasional dari tujuan, sasaran,
dan strategi yang telah dirumuskan. Program adalah instrumen
kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan
oleh Instansi Pemerintah/ non-pemerintah untuk mencapai
sasaran dan tujuan. Perumusan program disertai dengan indikator
capaian kinerja program.
Perumusan program RPKP memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
1) Program harus disusun dalam kerangka strategis Rencana
Pembangunan Kawasan Perdesaan, yaitu harus
memperhitungkan bahwa program yang dirumuskan
merupakan salah satu elemen dalam mengatasi permasalahan
atau mengembangkan potensi Kawasan Perdesaan;
2) Penyusunan program harus melibatkan TKPKP, lembaga
pemerintah, dan masyarakat desa terkait untuk meningkatkan
rasa tanggung jawab atas pencapaian kinerja program;
3) Penamaan program dengan kalimat sederhana, ringkas mudah
dimengerti sehingga dapat dijabarkan ke dalam bentuk
kegiatan;
4) Program harus didefinisikan sebagai cara untuk mencapai
target kinerja sasaran melalui strategi dan kebijakan.

Kegiatan merupakan penjabaran dari suatu program sebagai arah


dari pencapaian kinerja yang memberikan kontribusi bagi
pencapaian tujuan pembangunan. Kegiatan mempunyai jangka
waktu minimal satu tahun atau lebih sesuai dengan program
36
pembangunan yang direncanakan sepanjang periode lima tahun
pembangunan. Di dalam penyusunan kegiatan harus
mencantumkan hal-hal yang meliputi:
1) Nama kegiatan
2) Lokasi
3) Volume dan satuan
4) Jumlah dana, sumber dana, dan pihak pemberi
dana/penanggungjawab program/kegiatan
5) Waktu pelaksanaan
6) Indikator capaian kinerja kegiatan.

37
Contoh Penyusunan Program, Kegiatan, Pendanaan, dan Indikator Capaian pada Tabel 7 dibawah :
Jumlah Dana Tahun Ke- Waktu Pelaksanaan Capaian Kinerja
Volume Tahun Ke- Pihak
Program/ (Juta Rupiah) Sumber Tahun Ke- Kondisi Target Kinerja Tahun Ke- Kondisi Kinerja
Lokasi Satuan Pemberi Indikator
Kegiatan Dana Kinerja Awal Akhir Periode
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 Dana 1 2 3 4 5 Capaian 1 2 3 4 5
Periode RPKP RPKP
Peningkatan 0,21% 0,50% 0,75% 1,00% 1,25% 1,50% 1,50%
Program Peningkatan Penerapan Teknologi Perkebunan produktivitas
petani karet
Pengadaan Desa 5 Unit 75 APBD Kab/ Dinas Jumlah mesin 1 Unit 6 Unit 6 Unit 6 Unit 6 Unit 6 Unit 6 Unit
mesin Katunjung Kota Perkebunan
pengolahan dan
karet Kehutanan
Kabupaten
Kapuas
Pelatihan dan Desa 20 Orang 5 APBDes Pemerintah Jumlah warga 1 Orang 15 15 15 15 15 15 Orang
bimbingan Katunjung Desa yang dapat Orang Orang Orang Orang Orang
pengoperasian menggunakan
mesin mesin
pengolahan
karet
Perawatan Desa 1 1 1 1 1 Kali 1 1 1 1 1 Swadaya Masyarakat Jumlah mesin 1 Unit 6 Unit 6 Unit 6 Unit 6 Unit 6 Unit 6 Unit
mesin Katunjung yang terawat
pengolahan
karet
Dst
Keterangan:
 Jika lokasi kegiatan yang direncanakan bersifat kegiatan fisik maka perlu disebutkan lokasi secara rinci  Indikator capaian program dan/atau kegiatan memberi gambaran tentang ukuran
(misal: nama desa, ruas jalan) dan digambarkan ke dalam peta setidak-tidaknya peta skala keberhasilan pencapaian program dan/atau kegiatan dari sisi keberhasilan
1:20.000. penyelenggaraan pembangunan Kawasan Perdesaan. Indikator kegiatan berupa output,
 Volume adalah penghitungan banyak jumlah yang dilakukan dalam satu kegiatan. Sedangkan yaitu capaian yang langsung diperoleh dari pelaksanaan kegiatan. Sementara itu
satuan adalah jenis satuan yang digunakan untuk mengukur volume/ jumlah kegiatan, indikator program berupa outcome, yaitu capaian yang menunjukkan bagaimana output
misalnya meter persegi (m²) bangunan, kilometer (km) jalan, unit barang, orang yang dapat berfungsi
melakukan kegiatan  Kondisi kinerja awal periode RPKP merupakan berupa kondisi awal indikator kinerja pada
 Jumlah dana adalah total biaya yang diperlukan dalam melaksanakan suatu kegiatan, awal periode RPKP. Target merupakan kondisi indikator kinerja yang ditargetkan setiap
sedangkan sumber dana adalah dana pemerintah (dirinci menjadi APBDes, APBD tahunnya. Sementara itu kondisi kinerja akhir periode RPKP merupakan kondisi
Kabupaten/Kota, APBD Provinsi, dan APBN). Sementara pihak pemberin dana adalah indikator kinerja pada akhir periode RPKP (dalam hal target tahunan bersifat kumulatif
instansi/ lembaga pemberi dana dalam melaksanakan suatu kegiatan. tiap tahun maka indikator akhir periode sama dengan indikator akhir tahun ke-5)
 Waktu pelaksanaan adalah lamanya (waktu) melaksanakan kegiatan
38
k) Penyajian Rancangan RPKP
Setelah melakukan perumusan rancangan Rencana Pembangunan
Kawasan Perdesaan (RPKP) maka tahapan selanjutnya adalah
penyajian Rancangan RPKP. Sistematika penyajian rancangan
RPKP adalah sebagai berikut.
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Tujuan Pembangunan Kawasan Perdesaan
1.3. Landasan Hukum

BAB II. DESKRIPSI DAN ANALISIS KAWASAN PERDESAAN


2.1. Deliniasi Kawasan
2.2. Fisik Dasar
2.3. Sosial Budaya dan Kependudukan
2.4. Ekonomi
2.5. Sarana dan Prasarana

BAB III. ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS


3.1. Potensi dan Permasalahan
3.2. Klaster Komoditas dan Pendukung
3.3. Penelaahan dengan Dokumen Perencanaan lainnya
3.4. Isu Strategis
3.5. Analisis Sinergisme

BAB IV. TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN


4.1. Tujuan
4.2. Sasaran
4.3. Strategi
4.4. Arah Kebijakan

BAB V. PROGRAM DAN KEGIATAN


5.1. Matriks Program dan Kegiatan
5.2. Indikator Capaian Kegiatan
5.3. Kebutuhan Pendanaan

LAMPIRAN
 Peta Kawasan Perdesaan
 Surat Usulan Kawasan Perdesaan
 Surat Kesepakatan Kawasan Perdesaan
 Peta Lokasi Kegiatan

A.2 Forum Konsultasi Rancangan RPKP


Forum konsultasi bertujuan untuk menjaring aspirasi para
pemangku kepentingan mengenai kesesuaian program pembangunan
daerah yang telah dijabarkan dalam Rancangan RPKP terhadap
kebutuhan masyarakat dan implementasinya. Dengan demikian program-
program yang dirumuskan dalam RPKP dapat secara efektif dan efisien
diterapkan untuk mengembangkan potensi dan/atau menyelesaikan
masalah Kawasan Perdesaan.

TKPKP Kabupaten/Kota mengundang stakeholder (masyarakat desa,


pelaku usaha, LSM, dan lain-lainnya) untuk pembahasan rancangan
RPKP guna disepakati sebagai pedoman perbaikannya. Hasil dari
39
pelaksanaan forum konsultasi rancangan RPKP adalah masukan
perbaikan yang selanjutnya dituangkan dalam berita acara kesepakatan
hasil forum konsultasi rancangan RPKP. Berita acara tersebut disertai
dengan daftar hadir sebagai lampiran 1 dan hasil konsultasi sebagai
lampiran II. Berikut ini merupakan tabel contoh format hasil konsultasi
yang digunakan sebagai lampiran II.

Contoh Format Hasil Konsultasi pada Tabel 8 dibawah :


Masukan/
No Materi Keterangan
Usulan Perbaikan
1 Tujuan
2 Sasaran
3 Strategi
4 Kebijakan
5 Program
6 Kegiatan
Dst. …

Berikut ini adalah contoh berita acara kesepakatan hasil forum


konsultasi rancangan RPKP.

40
41
BERITA ACARA
FORUM KONSULTASI RANCANGAN RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN
PENGHASIL KARET
KABUPATEN KAPUAS

Pada hari Kamis tanggal Dua Puluh Enam bulan November tahun Dua Ribu Lima Belas telah
diselenggarakan forum konsultasi Rancangan Rencana Kawasan Perdesaan (RPKP) Penghasil Karet yang
dihadiri para pemangku kepentingan sebagaimana daftar hadir peserta yang tercantum dalam
LAMPIRAN I berita acara ini.

Setelah memperhatikan, mendengar, dan mempertimbangkan:

1. Sambutan yang disampaikan oleh Ketua TKPKP Kabupaten Kapuas dan Camat Mantangai pada
acara forum konsultasi Rancangan Rencana Kawasan Perdesaan (RPKP) Penghasil Karet;
2. Pemaparan tujuan, sasaran, strategi, arah kebijakan, serta program dan kegiatan pembangunan
Kawasan Perdesaan Penghasil Karet oleh TKPKP Kabupaten Kapuas;
3. Tanggapan dan saran dari seluruh peserta forum konsultasi Rancangan Rencana Kawasan
Perdesaan (RPKP) Penghasil Karet terhadap materi yang dipaparkan, maka pada:

Hari dan Tanggal : Kamis, 26 November 2015

Jam : 09.00-selesai

Tempat : Kantor Bappeda Kabupaten Kapuas

Forum Konsultasi Rancangan Rencana Kawasan Perdesaan Penghasil Karet:

MENYEPAKATI

Tujuan, sasaran, strategi, arah kebijakan, serta program dan kegiatan yang telah dirumuskan
dalam RPKP Penghasil Karet dengan perbaikan sesuai masukan yang tercantum dalam
LAMPIRAN II.

Demikian berita acara ini dibuat dan disahkan untuk digunakan sebagaimana mestinya.

Kuala Kapuas, 26 November 2015

Pimpinan Sidang*,

Jatmiko, ST, M.Eng

Mewakili peserta Forum Konsultasi Rancangan Rencana Kawasan Perdesaan Penghasil Karet,

No. Nama Lembaga/instansi Jabatan/Alamat Tanda Tangan


1.
2.
3.
4.
5.
Dst..

Catatan :
*) Pimpinan sidang adalah Ketua TKPKP Kabupaten/Kota

42
A.3 Penetapan Kawasan Perdesaan dan RPKP
RPKP disusun menurut sistematika rancangan Rencana Pembangunan
Kawasan Perdesaan (RPKP) di atas. Masukan yang muncul pada forum
konsultasi rancangan RPKP menjadi dasar perbaikan substansi RPKP,
sedangkan berita acara forum konsultasi rancangan RPKP turut dilampirkan
dalam perbaikan RPKP. Setelah dilakukan penyempurnaan rancangan RPKP,
maka selanjutnya RPKP diajukan kepada Bupati/Walikota untuk ditetapkan
menjadi Peraturan Bupati/Walikota tentang Penetapan Kawasan Perdesaan
dan RPKP.

43
BAB V
PELAKSANAAN PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

Undang Undang No 6 Tahun 2014 tentang Desa Pasal 85 ayat (1)


mengatur bahwa Pembangunan Kawasan Perdesaan dilakukan oleh
Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota melalui satuan kerja perangkat daerah, Pemerintah Desa,
dan/atau BUM Desa dengan mengikutsertakan masyarakat Desa; (2)
Pembangunan Kawasan Perdesaan yang dilakukan oleh Pemerintah,
Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, dan pihak
ketiga wajib mendayagunakan potensi sumber daya alam dan sumber daya
manusia serta mengikutsertakan Pemerintah Desa dan masyarakat Desa; (3)
Pembangunan Kawasan Perdesaan yang berskala lokal Desa wajib diserahkan
pelaksanaannya kepada Desa dan/atau kerja sama antar-Desa.

A. Pembangunan Berskala Lokal Desa


Pembangunan Kawasan Perdesaan yang berskala lokal Desa wajib
diserahkan pelaksanaannya kepada Desa dan/atau kerja sama antar-
Desa. Hal ini berlaku bagi kegiatan yang didanai oleh pendapatan Desa
maupun yang didanai oleh sektoral dan Pemerintah Daerah.
Pelaksanaan pembangunan mengacu pada dokumen RPKP yang
telah ditetapkan oleh Bupati. Oleh satu dan lain hal, dimungkinkan
untuk mengadakan penyesuaian terhadap dokumen RPKP. Dalam hal ini,
harus dilakukan koordinasi dan kesepakatan dengan TKPKP Kawasan
dan pemberi dana.

B. Pembangunan Berskala Kawasan


Pembangunan berskala kawasan dilaksanakan oleh Pemerintah,
Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
melalui satuan kerja perangkat daerah (SKPD) sesuai dengan
kompetensinya. Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah provinsi
dapat menugaskan kepada Daerah kabupaten/kota untuk melaksanakan
pembangunan kawasan perdesaan berdasarkan asas tugas pembantuan.

Pembangunan kawasan dilaksanakan oleh masing-masing SKPD


terkait atau SKPD yang ditunjuk oleh Bupati. Penunjukan tersebut
didasarkan pada masukan dari TKPKP kabupaten/kota dan TKPKP
Kawasan. Penunjukan oleh Bupati/Walikota dapat didelegasikan kepada
TKPKP kabupaten/kota.

Dalam melaksanakan kegiatan, SKPD pelaksana wajib


mengikutsertakan Pemerintah Desa dan masyarakat Desa. Pelibatan
Pemerintah dan masyarakat Desa tersebut setidak-tidaknya dalam hal: a)
memberikan informasi mengenai rencana program dan kegiatan
pembangunan kawasan perdesaan; b) memfasilitasi musyawarah Desa
untuk membahas dan menyepakati pendayagunaan aset Desa dan tata
ruang Desa; dan c) mengembangkan mekanisme penanganan perselisihan
sosial.

Pelaksanaan pembangunan mengacu pada dokumen RPKP yang


telah ditetapkan oleh Bupati. Penyesuaian terhadap dokumen RPKP
harus dilakukan koordinasi dan kesepakatan pada tingkat TKPKP
Kawasan, RPKP Kabupaten, serta penyandang dana.
44
C. Pendanaan
Sumber dana untuk pelaksanaan pembangunan Kawasan Perdesaan
dapat bersumber dari dana pemerintah maupun dana non-pemerintah.

1. Dana Pemerintah
Dana pemerintah meliputi:
a. Dana dari Pemerintah Desa, yaitu bagian dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Desa (APBDes).
b. Dana dari Pemerintah Kabupaten/Kota, yaitu bagian dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten/Kota atau
Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) SKPD Kabupaten/Kota.
c. Dana dari Pemerintah Provinsi, yaitu bagian dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi atau Dokumen
Pelaksanaan Anggaran (DPA) SKPD Provinsi.
d. Dana dari Pemerintah Pusat, yaitu bagian dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) atau Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Kementerian/Lembaga.

2. Dana Non-Pemerintah
Dana non-pemerintah dapat berupa dana swadaya masyarakat, swasta,
maupun pihak lainnya. Dana dapat dari dalam negeri maupun luar
negeri yang dalam pelaksanaannya sesuai ketentuan yang berlaku.
Pelaksanaan pembangunan Kawasan Perdesaan dengan dana non-
pemerintah dilakukan melalui koordinasi antara pihak pemberi dana
dan TKPKP, baik TKPKP Kabupaten/Kota, TKPKP Provinsi, atau TKPKP
Pusat tergantung kesepakatan dengan pihak pemberi dana.

D. Masa Transisi Pelaksanaan Pembangunan Kawasan Perdesaan


Dalam pembangunan kawasan perdesaan, Kementerian Desa, PDT,
dan Transmigrasi melaksanakan fasilitasi pembangunan kawasan
perdesaan di beberapa kabupaten/kota pada tahun anggaran 2016.
Fasilitasi kegiatan berupa pemberian bantuan (stimulus) pada kawasan
yang telah terbentuk, antara lain kawasan agropolitan, minapolitan,
pariwisata maupun pada lokasi yang belum memiliki kawasan perdesaan
berdasarkan Undang-Undang Desa dan peraturan pelaksanaannya.
Kegiatan tersebut dilaksanakan sebagai bentuk fasilitasi awal
terbentuknya kawasan perdesaan di kabupaten/kota tersebut.

Sebagai tindak lanjut, maka Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota,


dalam waktu selambat-lambatnya 1 (satu) tahun harus sudah
menetapkan kawasan perdesaan dengan SK Bupati/Wali Kota.

45
BAB VI
PELAKSANAAN MONITORING,
EVALUASI, DAN PELAPORAN

Monitoring, evaluasi, dan pelaporan (Monevlap) pembangunan Kawasan


Perdesaan dilakukan untuk mengetahui kemajuan pencapaian hasil dan
kendala yang dijumpai dalam pelaksanaan Rencana Pembangunan Kawasan
Perdesaan dan Rencana Kegiatan Tahunannya. Hasil monitoring dan evaluasi
disajikan dalam sebuah laporan dan digunakan sebagai referensi penyusunan
rencana dan pelaksanaan pada periode berikutnya. Pasal 13 Permen No 5
Tahun 2016 tentang Pembangun Kawasan Perdesaan mengatur bahwa laporan
disusun setiap tiga bulan dan dievaluasi setiap satu tahun sekali.
Monitoring, evaluasi, dan pelaporan dilakukan secara berjenjang dari
masing-masing komponen, TKPKP Kawasan, TKPKP Kabupaten, TKPKP
Provinsi, dan TKPKP Pusat.

A. Monevlap Oleh Masing-Masing Komponen


Monitoring, evaluasi, dan pelaporan oleh masing-masing komponen
mencakup aspek serapan anggaran, capaian kinerja masing-masing
kegiatan, masalah yang dihadapi, dan solusi untuk mengatasi masalah.
Laporan ditujukan kepada Instansi induk masing-masing komponen dan
koordinator klaster dengan sumber data dari lapang dan dokumen
terkait.

B. Monevlap Oleh Koordinator Klaster


Monitoring, evaluasi, dan pelaporan oleh koordinator klaster
mencakup aspek capaian kinerja masing-masing kegiatan, capaian
sasaran klaster, masalah yang dihadapi, dan solusi untuk mengatasi
masalah. Laporan ditujukan kepada Tim TKPKP Kawasan dengan sumber
data dari laporan masing-masing komponen yang diverifikasi.

C. Monevlap Oleh TKPKP Kawasan


Monitoring, evaluasi, dan pelaporan oleh TKPKP Kawasan mencakup
aspek capaian kinerja masing-masing kegiatan, capaian sasaran klaster,
capaian indikator pengembangan kawasan, masalah yang dihadapi, dan
solusi untuk mengatasi masalah. Laporan ditujukan kepada Bupati
dengan tembusan Ketua Bappeda dan Tim TKPKP Kabupaten. Menevlap
menggunakan sumber data dari laporan masing-masing koordinator
klater yang diverifikasi, Kabupaten Dalam Angka, Kecamatan Dalam
Angka, Monografi Desa.

D. Monevlap Oleh TKPKP Kabupaten


Montoring, evaluasi, dan pelaporan oleh TKPKP Kabupaten
mencakup aspek capaian sasaran klaster, capaian indikator
pengembangan kawasan, masalah yang dihadapi, dan solusi untuk
mengatasi masalah. Laporan ditujukan kepada TKPKP Provinsi dengan
tembusan TKPKP Pusat. Monevlap menggnakan data yang bersumber dari
laporan masing-masing TKPKP Kawasan yang diverifikasi.

46
E. Monevlap Oleh TKPKP Provinsi
Monitoring, evaluasi, dan pelaporan oleh TKPKP Provinsi mencakup
aspek capaian sasaran klaster, capaian indikator pengembangan
kawasan, masalah yang dihadapi, dan solusi untuk mengatasi masalah.
Laporan ditujukan kepada TKPKP Provinsi Pusat dengan tembusan
TKPKP Kabupaten. Monevlap menggunakan data yang bersumber dari
laporan masing-masing TKPKP Kabupaten yang diverifikasi. Skala laporan
meliputi sejumlah kawasan dalam satu provinsi.

F. Monevlap Oleh TKPKP Pusat


Monitoring, evaluasi, dan pelaporan oleh TKPKP Pusat mencakup
aspek capaian sasaran klaster, capaian indikator pengembangan
kawasan, masalah yang dihadapi, dan solusi untuk mengatasi masalah.
Laporan ditujukan kepada Menteri dengan tembusan TKPKP Provinsi dan
Kabupaten. Monevlap menggnakan data yang bersumber dari laporan
masing-masing TKPKP Provinsi. Skala laporan meliputi sejumlah kawasan
di seluruh Indonesia.

Arahan Monitoring dan Evaluasi pada Tabel 8 di bawah ini:


Tabel 8
Aspek yang
Pelaksana
dimonitor, Skala
No Monitoring Sumber data Tujuan laporan Tembusan
evaluasi, dan Laporan
dan Evaluasi
dilaporkan
1 Masing-masing  Serapan Data lapang  Instansi - Masing-
komponen anggaran dan dokumen induk masing
pelaksana*)  Capaian kinerja masing- kegiatan
masing-masing masing
kegiatan  Penyandang
 Masalah yang Dana/Pemili
dihadapi k Program
 Solusi untuk  Koordinator
atasi masalah klaster

2 Koordinator  Capaian kinerja Laporan • Tim TPKPK - Klaster


klaster*) masing-masing masing- Kawasan
kegiatan masing • Penyandang
 Capaian komponen Dana/Pemili
sasaran klaster yang sudah k Program
 Masalah yang diverifikasi
dihadapi
 Solusi untuk
atasi masalah
3 TKPKP  Capaian kinerja Laporan Bupati • Bappeda Satu
kawasan masing-masing koordinator • TKPKP Kawasan
kegiatan klaster, Kabupaten
 Capaian Data primer,
sasaran klaster kabupaten
 Capaian dalam angka,
indikator kecamatan
pengembangan dalam angka,
kawasan monografi desa
 Masalah yang
dihadapi
 Solusi untuk
atasi masalah
4 TKPKP  Capaian Laporan TPKPK Provisni TKPKP Pusat Sejumlah
Kabupaten sasaran klaster TPKPK kawasan
 Capaian Kawasan dalam satu
indikator Data primer kabuaten
pengembangan
kawasan
 Masalah yang
dihadapi
 Solusi untuk
atasi masalah

47
Aspek yang
Pelaksana
dimonitor, Skala
No Monitoring Sumber data Tujuan laporan Tembusan
evaluasi, dan Laporan
dan Evaluasi
dilaporkan

5 TPKPK Provinsi  Capaian TPKPK TKPKP Pusat TKPKP Sejumlah


sasaran klaster Kabupaten Kabupaten kawasan
 Capaian dalam satu
indikator provinsi
pengembangan
kawasan
 Masalah yang
dihadapi
 Solusi untuk
atasi masalah
6 TKPKP Pusat  Capaian  TKPKP Menteri  TKPKP Sejumlah
sasaran klaster Kabupaten Kabupaten kawasan
 Capaian  TKPKP  TKPKP Provinsi di seluruh
indikator Provinsi  Dirjen PKP Indonesia
pengembangan
kawasan
 Masalah yang
dihadapi
 Solusi untuk
atasi masalah
*) Bersifat suplai data

Format Laporan Monitoring dan Evaluasi Kegiatan Kawasan Perdesaan ........


Kabupaten…………….. sebagaimana pada Tabel 9 di bawah :

Periode Laporan : Bulan ……. Tahun…………….


Serapan Anggaran Capaian Kegiatan
No Serapan Masalah Solusi
Kegiatan
Anggaran Anggaran Sasaran Capaian
Rp (5)
1
2
3
4
5

Format Laporan Monitoring dan Evaluasi Sasaran Klater Kawasan Perdesaan


........ Kabupaten…………….. sebagaimana pada Tabel 10 di bawah :

Periode Laporan : Bulan ……. Tahun…………….


Capaian Klaster
No Klaster Masalah Solusi
Sasaran Capaian
1

48
Format Laporan Monitoring dan Evaluasi Capaian Indikator Kawasan
Kawasan Perdesaan ........ Kabupaten…………….. sebagaimana pada Tabel 11
di bawah :

Periode Laporan : Bulan ……. Tahun…………….

No Dimensi Indikator Sasaran Capaian Masalah Sulusi

1 Layanan

2 Pengembangan
Ekonomi

3 Pemberdayaan

DIREKTUR JENDERAL
PEMBANGUNAN KAWASAN
PERDESAAN,

ttd.

JOHOZUA M. YOLTUWU

49

Anda mungkin juga menyukai