REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN
1
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5679);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang
Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4575);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang
Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 20,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4816);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun
2014 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 123, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5539);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2016 tentang
Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 60
Tahun 2014 tentang Dana Desa yang Bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 57,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5864);
9. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 6 Tahun 2015
tentang Organisasi Kementerian dan Tata Kerja
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal,
dan Transmigrasi (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 463);
10. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah
tertinggal dan Transmigrasi Nomor 5 Tahun 2016
tentang Pembangunan Kawasawan Perdesaan (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 359);
MEMUTUSKAN:
2
KESATU : Melaksanakan Penyelenggaraan Pembangunan Kawasan
Perdesaan sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan ini.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 1 Juli 2016
DIREKTUR JENDERAL
PEMBANGUNAN KAWASAN
PERDESAAN,
ttd.
JOHOZUA M. YOLTUWU
3
LAMPIRAN
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL
PEMBANGUNAN KAWASAN
PERDESAAN
NOMOR : 14/DPKP/SK/07/2016
TENTANG PENYELENGGARAAN
PEMBANGUNAN KAWASAN
PERDESAAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
4
Provinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, dan pihak ketiga wajib
mendayagunakan potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia
serta mengikutsertakan Pemerintah Desa dan masyarakat Desa. (3)
Pembangunan Kawasan Perdesaan yang berskala lokal Desa wajib
diserahkan pelaksanaannya kepada Desa dan/atau kerja sama antar-
Desa.
B. Tujuan
Tujuan Keputusan Dirjen ini adalah memberikan pedoman
operasional bagi Pemerintah, Pemerintah Daerah, Desa, dan masyarakat,
dalam menyelenggarakan pembangunan Kawasan Perdesaan.
C. Sasaran
Sasaran Keputusan Dirjen ini adalah terciptanya kesamaan
pemahaman bagi aparatur Pemerintah, Pemerintah Daerah, Desa, dan
masyarakat, dalam menyelenggarakan pembangunan Kawasan
Perdesaan.
D. Ruang Lingkup
Keputusan Dirjen Pembangunan Kawasan Perdesaan ini
menjelaskan lebih lanjut tentang kelembagaan, pengusulan dan
penetapan, perencanaan, pelaksanaan, serta monitoring, evaluasi dan
pelaporan, yang terbagi dalam enam Bab sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan
Bab II Kelembagaan
Bab III Pengusulan dan Penetapan Kawasan Perdesaan
Bab IV Perencanaan Kawasan Perdesaan
Bab V Pelaksanaan Pembangunan Kawasan Perdesaan
Bab VI Monitoring, evaluasi dan pelaporan Pembangunan Kawasan
Perdesaan.
5
E. Prinsip Pembangunan Kawasan Perdesaan
Pembangunan kawasan Perdesaan dilaksanakan dengan prinsip :
a. partisipatif;
b. holistik dan komprehensif;
c. berkesinambungan;
d. keterpaduan;
e. keadilan;
f. keseimbangan;
g. transparansi; dan
h. akuntabilitas.
6
BAB II
KELEMBAGAAN
A. Pengantar
Untuk menjamin terlaksanaanya pembangunan Kawasan
Perdesaan yang efektif, dibutuhkan tim yang mengawal keseluruhan
proses pembangunan Kawasan Perdesaan, mulai dari pengusulan
hingga pelaporan dan evaluasi. Bab ini menjelaskan jenis tim, serta
tugas dan fungsi Tim.
1. TKPKP Pusat
TKPKP Pusat terdiri dari unsur Pemerintah Pusat, diketuai oleh
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi
(DPDTT) dengan anggotanya meliputi Unsur Kementerian/Pimpinan
Lembaga yang terkait pengembangan Kawasan Perdesaan di Indonesia.
TKPKP Pusat dibentuk dan ditetapkan dengan Keputusan Menteri
Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (DPDTT).
Pembentukan TKPKP Kabupaten/Kota, TKPKP Provinsi, dan
TKPKP Pusat tidak bergantung satu dengan yang lainnya. TKPKP
Kabupaten/Kota bisa dibentuk terlebih dahulu sebelum TKPKP
Provinsi maupun TKPKP Pusat dibentuk, begitu juga sebaliknya.
Ketentuan lebih lanjut mengenai pembentukan organisasi dan tata
kerja TKPKP diatur dalam Peraturan Menteri. Keanggotaan Tim
Koordinasi Pembangunan Kawasan Perdesaan (TKPKP) dapat dilihat
pada Gambar 1.
2. TKPKP Provinsi
TKPKP Provinsi terdiri dari unsur Pemerintah Daerah Provinsi,
diketuai oleh Kepala Bappeda dengan anggotanya meliputi Kepala
SKPD terkait tema kawasan. Keanggotaan TKPKP Provinsi disusun
berdasarkan kawasan yang telah ditetapkan oleh Bupati/Walikota
dalam lingkup provinsi yang bersangkutan. Pembentukan TKPKP
Provinsi kemudian ditetapkan dengan Keputusan Gubernur.
3. TKPKP Kabupaten/Kota
TKPKP Kabupaten/Kota terdiri dari unsur Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota, diketuai oleh Sekretaris Daerah dengan anggotanya
meliputi Kepala Bappeda dan Kepala SKPD yang terkait. Keanggotaan
TKPKP kabupaten/kota bersifat tetap, yaitu keanggotaannya tidak
berubah meskipun Kawasan Perdesaan yang ditetapkan mengalami
perubahan tema maupun delineasi seiring perkembangannya atau ada
7
penambahan Kawasan Perdesaan. TKPKP Kabupaten/kota dibentuk
oleh Bupati/Walikota ditetapkan dengan Surat Keputusan
Bupati/Walikota tentang TKPKP Kabupaten/Kota. Pembentukan
TKPKP kabupaten/kota ini sebelum dilakukan tahap pengusulan
kawasan.
4. TKPKP Kawasan
TKPKP Kawasan dibentuk sesuai tema dan delineasi Kawasan
Perdesaan. Anggota TKPKP Kawasan meliputi ketua tim (Bappeda),
sekretaris (Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa), koordinator klaster
(sesuai klaster), anggota : SKPD terkait, camat, Badan Kerjasama Antar
Desa (BKAD), Kepala Desa, Badan Permusyawaratan Desa Desa (BPD)
dan tokoh masyarakat. Keanggotaan TKPKP Kawasan bersifat fleksibel,
yaitu dapat berubah keanggotaannya tergantung pada tema dan
delineasi Kawasan Perdesaan yang mengalami perkembangan dan
dapat berubah dalam kurun waktu 5 tahun. Tim ini dibentuk setelah
ada penetapan kawasan dan diproses oleh TKPKP Kabupaten.
Keanggotaan Tim Koordinasi Pembangunan Kawasan Perdesaan (TKPKP)
sebagaimana pada Gambar 1 dibawah ini:
Gambar 1
1. TKPKP Pusat
TKPKP Pusat memiliki tugas dan fungsi sebagai berikut:
8
Dirjen PKP Nomor 14/DPKP/SK/07/2016 tentang Penyelenggaraan
Pembangunan Kawasan Perdesaan.
b. Melakukan pembinaan kepada TKPKP Provinsi, Kabupaten/Kota
berdasarkan hasil evaluasi penyelenggaraan pembangunan
Kawasan Perdesaan.
c. Memfasilitasi pelaksanaan pembangunan Kawasan Perdesaan di
kabupaten/kota. TKPKP Pusat berkoordinasi dengan TKPKP
Provinsi dan TKPKP Kabupaten/Kota untuk mendorong terjadinya
sinergisme mulai dari penyusunan rencana hingga monitoring,
evaluasi dan pelaporan.
d. Melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan Pembangunan
Kawasan Perdesaan secara nasional berdasarkan laporan TKPKP
Provisni dan kabupaten. Pelaporan TKPKP Kabupaten disampaikan
kepada Menteri Desa Pembangunan Daerah tertinggal dan
Transmigrasi dengan tembusan TKPKP Provinsi.
2. TKPKP Provinsi
TKPKP Provinsi memiliki tugas dan fungsi sebagai berikut:
3. TKPKP Kabupaten/Kota
TKPKP Kabupaten/Kota sangat berperan pada awal proses
pengusulan, penetapan, pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi,
dengan rincian tugas dan fungsi sebagai berikut:
9
f. Mengkoordinasikan penyusunan rencana pembangunan kawasan
perdesaan.
g. Menunjuk pelaksana pembangunan kawasan perdesaan dalam hal
kewenangan penunjukan pelaksana pembangunan yang
didelegasikan oleh Bupati/Walikota.
h. Melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pembangunan
kawasan perdesaan atas dasar laporan TKPKP Kawasan yang telah
dilakukan verifikasi. Pelaporan ditujukan kepada TKPKP Provinsi,
dengan tembusan TKPKP Pusat.
4. TKPKP Kawasan
TKPKP Kawasan memiliki tugas dan fungsi sebagai berikut :
Gambar 2
10
BAB III
PENGUSULAN DAN PENETAPAN KAWASAN PERDESAAN
Gambar 3
Diagram Proses Pengusulan dan Penetapan Kawasan Perdesaan
12
dan/atau batas fungsional, berdasarkan kriteria tertentu yang digunakan
sebagai batas wilayah Rencana Pembangunan Kawasan Perdesaan (RPKP).
B. Pengusulan
Pada prinsipnya, pihak yang paling memahami potensi dan
permasalahan suatu Kawasan Perdesaan adalah masyarakat atau pihak-
pihak yang berada atau terkait dengan kawasan tersebut. Namun
demikian, ketika masyarakat belum bisa mengartikulasikan potensi
dan/atau permasalahan yang ada, maka Pemerintah Daerah setempat
memiliki peran strategis untuk mengusulkan Kawasan Perdesaan.
Dengan demikian Kawasan Perdesaan dapat diusulkan melalui dua
pihak, yaitu:
13
Surat usulan ditujukan kepada Bupati dengan tembusan TKPKP dan
ditandatangani oleh pihak-pihak terkait dan sebagai berikut:
Yth.
Bapak Bupati ……….
Di …………………
……………., ……………….20…
Pihak-pihak yang mengusulkan dan menyepakati
1. Pihak Pengusul
Tembusan :
TKPKP Kabupaten/Kota
14
C. Penilaian Usulan
Penilaian usulan dilakukan oleh TKPKP Kabupaten/Kota dengan
melakukan verifikasi data dan mencermati urgensi Pembangunan
Kawasan Perdesaan. Prioritas penetapan dilakukan pada kawasan yang
memiliki potensi/masalah paling besar diantara kawasan lainnya.
15
Contoh Format SK Bupati tentang Penetapan Kawasan Perdesaan
BUPATI…………….
NOMOR TAHUN
TENTANG
BUPATI…,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 131 ayat (1)
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47
Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 43
Tahun RE 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa;
b. bahwa setelah dilakukan penelitian, pengkajian dan pembahasan
potensi dan peluang pengembangan kawasan perdesaan, Kabupaten
................. layak menjadi lokasi pengembangan Kawasan Perdesaan
.................;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Keputusan Bupati
………………tentang Penetapan Pembangunan Kawasan Perdesaan
………………….;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : KEPUTUSAN BUPATI ………….. TENTANG PENETAPAN LOKASI
PENGEMBANGAN KAWASAN PERDESAAN …………….KABUPATEN
……………….
KETIGA : Segala biaya yang timbul akibat keputusan ini dibebankan kepada
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), Anggaran Belanja
dan Pendapatan Daerah (APBD) Kabupaten .......... dan Anggaran
Belanja dan Pendapatan Desa (APBDes).
Ditetapkan di ..................
pada tanggal…………
BUPATI ………….,
AAAAAAAAAAAAA
Lampiran:
1. Deskripsi kawasan
2. Delineasi kawasan
3. Surat berita acara penilaian kawasan yang ditandatangani oleh anggotan TPKPK
Kabupaten/Kota.
17
BAB IV
PERENCANAAN DAN PENETAPAN RENCANA PEMBANGUNAN
KAWASAN PERDESAAN (RPKP)
18
Bagan Tahapan Penyusunan Rencana Pembangunan Kawasan Perdesaan
pada Gambar 5 di bawah :
Gambar 5
22
2) Penyajian dalam bentuk grafik/diagram
Contoh penyajian data dalam bentuk grafik/diagram adalah
sebagai berikut.
23
Ilustrasi peta delineasi dan susunan fungsi kawasan
pada Gambar 8 di bawah :
Gambar 8
24
Contoh Penyajian Data dan Analisis dalam Bentuk Gambar
pada Gambar 11 di bawah :
Gambar 11
27
3) Analisis Ekonomi
Analisis ekonomi berfungsi sebagai deskripsi kondisi perekonomian di
Kawasan Perdesaan terkait dan bertujuan untuk mengidentifikasi
potensi dan masalah perekonomian di Kawasan Perdesaan. Analisis
ekonomi Kawasan Perdesaan dilakukan dengan melihat
kecenderungan perkembangan kondisi perekonomian. Bentuk analisis
ekonomi yang dilakukan antara lain:
a) Analisis ekonomi sektoral berupa kajian mengenai kondisi
ekonomi sektoral yang terkait dengan tema rencana Kawasan
Perdesaan. Sebagai contoh, Kawasan Perdesaan dengan tema
pengembangan pertanian perlu untuk melakukan analisis
aktivitas ekonomi yang berbasis pada kegiatan pertanian, seperti
produktivitas. analisis ekonomi untuk Kawasan Perdesaan dengan
tema perdagangan perlu menyajikan peta sebaran sarana
perdagangan seperti pasar, toko kelontong, dan sejenisnya.
Analisis ekonomi untuk Kawasan Perdesaan dengan tema
perencanaan yang berbeda akan memiliki analisis ekonomi
sektoral yang berbeda. Analisis ekonomi dilakukan secara
menyeluruh mulai dari hulu hingga hilir.
b) Analisis investasi yang dibutuhkan untuk pengembangan ekonomi
Kawasan Perdesaan.
c) Analisis tingkat kesejahteraan keluarga dilakukan berdasarkan
konsep pentahapan keluarga sejahtera yang dikeluarkan oleh
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).
d) Analisis lain terkait aspek ekonomi sesuai dengan kondisi
Kawasan Perdesaan tersebut.
Data dan hasil analisis ekonomi dapat disajikan dalam bentuk tabel,
grafik, gambar, ataupun peta disertai dengan penjelasan deskriptif.
Penyajian data dan informasi menyesuaikan dengan kebutuhan
analisis sektoral.
29
k) Ketersediaan sarana dan prasarana irigasi dan sistem manajemen
air dapat disajikan melalui peta jaringan irigasi. Analisis ini
diperlukan terutama pada Kawasan Perdesaan dengan tema
rencana pertanian ataupun perkebunan.
l) Ketersediaan sarana dan prasarana sanitasi dapat disajikan
melalui skema aliran dan peta jaringan sanitasi yang didukung
dengan foto sarana dan prasarana sanitasi terkait.
m) Ketersediaan sarana prasarana yang khusus terkait dengan
ekonomi sektoral.
n) Penyajian data dan hasil analisis sarana dan prasarana lainnya
melalui media yang sesuai.
5) Analisis Kelembagaan
Kelembagaan merupakan unsur-unsur pelaku pembangunan dalam
lingkup Kawasan Perdesaan, termasuk didalamnya kelembagaan desa.
Kelembagaan di Kawasan Perdesaan terdiri dari kelembagaan formal
dan informal. Kelembagaan formal dibentuk oleh pemerintah atau
sekelompok masyarakat yang kemudian ditetapkan secara hukum.
Sementara itu kelembagaan informal tumbuh di masyarakat dan
keberadaannya tidak ditetapkan secara hukum. Analisis kelembagaan
bertujuan untuk melihat kondisi kelembagaan serta peranan lembaga
lokal atau instansi teknis yang berwenang dalam pengambilan
keputusan di suatu Kawasan Perdesaan. Dengan demikian
penyelenggaraan pembangunan Kawasan Perdesaan dapat berjalan
lancar tanpa menimbulkan suatu konflik.
Analisis kelembagaan yang diperlukan dalam perumusan RPKP antara
lain:
a) Analisis sistem kelembagaan, yaitu identifikasi tatanan yang
menggambarkan perumusan kebijakan dan/atau pengambilan
keputusan di Kawasan Perdesaan serta pihak-pihak yang terlibat
serta berperan di dalamnya.
b) Analisis susunan dan peran kelembagaan formal, yaitu identifikasi
aparatur pemerintah dan masing-masing perannya dalam
pengambilan keputusan di Kawasan Perdesaan, misalnya: BKAD,
Camat, Kepala Desa, BMD, dan lain sebagainya.
c) Analisis susunan dan peran kelembagaan informal, yaitu
identifikasi lembaga dan/atau pihak di luar aparatur pemerintah
serta masing-masing perannya dalam pengambilan keputusan di
Kawasan Perdesaan, misalnya: lembaga adat, tokoh agama, tokoh
masyarakat, kelompok tani, kelompok wanita/PKK dan lain
sebagainya.
Analisis kelembagaan lebih bersifat kualitatif dan dapat disajikan
dalam bentuk narasi deskriptif serta bagan yang mendukung analisis.
30
6) Analisis Potensi dan Masalah
Analisis potensi dan masalah dilakukan dengan berdasarkan hasil
analisis dari aspek fisik dasar, sosial budaya dan kependudukan,
ekonomi, serta sarana dan prasarana. Metode perumusan potensi dan
masalah dapat menggunakan pendekatan induktif. Pendekatan
induktif dimulai dengan mengidentifikasi potensi dan masalah dari
tiap aspek kemudian dilakukan pengerucutan potensi dan masalah
dengan melihat hubungan keterkaitan antaraspek. Penggunaan
metode lain untuk analisis potensi dan masalah dimungkinkan,
sesuai dengan kondisi kawasan perencanaan terkait.
Langkah-langkah dalam analisis potensi dan masalah antara lain:
a) Mengidentifikasi potensi dan masalah dari setiap aspek.
Dalam konteks ini, potensi merupakan keunikan yang dimiliki
pada Kawasan Perdesaan yang jika dikembangkan akan mampu
memberikan manfaat bagi masyarakat maupun pembangunan
Kawasan Perdesaan itu sendiri. Contoh potensi dari aspek
ekonomi adalah produktivitas padi yang meningkat dari tahun ke
tahun ataupun ekspor industri rumahan yang berkembang pesat.
Sementara masalah merupakan kondisi negatif yang dapat
menghambat pembangunan Kawasan Perdesaan. Contoh masalah
dari aspek sarana dan prasarana adalah rendahnya aksesibilitas
dan buruknya kualitas jalan menuju Kawasan Perdesaan.
Identifikasi potensi dan masalah dari tiap aspek dapat
dideskripsikan dalam tabel berikut.
31
Contoh Bagan Pengerucutan Potensi/Masalah Kawasan Perdesaan pada
Gambar 12 di bawah :
Gambar 12
32
Contoh Penelaahan Dokumen Perencanaan Terkait RPKP
sebagaimana pada Tabel 4 dibawah :
Kebijakan
No. Dokumen Periode Keterangan
Terkait
1 RTRW 2010-2029 Rencana
Kabupaten/Kota pembangunan
jalan kabupaten
yang melewati
Kawasan
Perdesaan
2 RPJM Daerah
3 RPJM Desa
4 Rencana Sektoral
e) Analisis Sinergisme
Pembangunan kawasan perdesaan dilaksanakan dengan prinsip
antara lain partisipatif, holistik dan komprehensif, keterpaduan,
dan berkesinambungan. Artinya, pembangunan kawasan
perdesaan harus dilaksanakan melalui sinergisme antar berbagai
komponen. Sinergisme merupakan proses kolaborasi atau
kerjasama dua entitas atau lebih yang berkomitmen, membentuk
suatu sistem yang saling memengaruhi untuk mencapai tujuan
bersama, dan memberikan perubahan yang lebih baik atau
berbeda dari efek masing-masing. Untuk menjamin terjadinya
sinergisme, harus disusun suatu sistem yang direpresentasikan
dalam model sinergisme.
Analisis sinergisme pembangunan kawasan merupakan kerangka
atau formulasi yang merepresentasikan suatu sistem berupa
rangkaian komponen/entitas pembangunan kawasan yang
terstruktur dalam klaster dan antar klaster yang saling bekerja
33
sama secara teratur dari hulu ke hilir untuk mencapai tujuan
pembangunan kawasan. Penyusunan model sinergisme dilakukan
melalui analisis Sinergisme dengan tahapan perumusan tujuan
pembangunan kawasan sesuai dengan kesepakatan, penetapan
komoditas unggulan /klaster, analisis klaster, penyusunan
kerangka model, kesepakatan model.
37
Contoh Penyusunan Program, Kegiatan, Pendanaan, dan Indikator Capaian pada Tabel 7 dibawah :
Jumlah Dana Tahun Ke- Waktu Pelaksanaan Capaian Kinerja
Volume Tahun Ke- Pihak
Program/ (Juta Rupiah) Sumber Tahun Ke- Kondisi Target Kinerja Tahun Ke- Kondisi Kinerja
Lokasi Satuan Pemberi Indikator
Kegiatan Dana Kinerja Awal Akhir Periode
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 Dana 1 2 3 4 5 Capaian 1 2 3 4 5
Periode RPKP RPKP
Peningkatan 0,21% 0,50% 0,75% 1,00% 1,25% 1,50% 1,50%
Program Peningkatan Penerapan Teknologi Perkebunan produktivitas
petani karet
Pengadaan Desa 5 Unit 75 APBD Kab/ Dinas Jumlah mesin 1 Unit 6 Unit 6 Unit 6 Unit 6 Unit 6 Unit 6 Unit
mesin Katunjung Kota Perkebunan
pengolahan dan
karet Kehutanan
Kabupaten
Kapuas
Pelatihan dan Desa 20 Orang 5 APBDes Pemerintah Jumlah warga 1 Orang 15 15 15 15 15 15 Orang
bimbingan Katunjung Desa yang dapat Orang Orang Orang Orang Orang
pengoperasian menggunakan
mesin mesin
pengolahan
karet
Perawatan Desa 1 1 1 1 1 Kali 1 1 1 1 1 Swadaya Masyarakat Jumlah mesin 1 Unit 6 Unit 6 Unit 6 Unit 6 Unit 6 Unit 6 Unit
mesin Katunjung yang terawat
pengolahan
karet
Dst
Keterangan:
Jika lokasi kegiatan yang direncanakan bersifat kegiatan fisik maka perlu disebutkan lokasi secara rinci Indikator capaian program dan/atau kegiatan memberi gambaran tentang ukuran
(misal: nama desa, ruas jalan) dan digambarkan ke dalam peta setidak-tidaknya peta skala keberhasilan pencapaian program dan/atau kegiatan dari sisi keberhasilan
1:20.000. penyelenggaraan pembangunan Kawasan Perdesaan. Indikator kegiatan berupa output,
Volume adalah penghitungan banyak jumlah yang dilakukan dalam satu kegiatan. Sedangkan yaitu capaian yang langsung diperoleh dari pelaksanaan kegiatan. Sementara itu
satuan adalah jenis satuan yang digunakan untuk mengukur volume/ jumlah kegiatan, indikator program berupa outcome, yaitu capaian yang menunjukkan bagaimana output
misalnya meter persegi (m²) bangunan, kilometer (km) jalan, unit barang, orang yang dapat berfungsi
melakukan kegiatan Kondisi kinerja awal periode RPKP merupakan berupa kondisi awal indikator kinerja pada
Jumlah dana adalah total biaya yang diperlukan dalam melaksanakan suatu kegiatan, awal periode RPKP. Target merupakan kondisi indikator kinerja yang ditargetkan setiap
sedangkan sumber dana adalah dana pemerintah (dirinci menjadi APBDes, APBD tahunnya. Sementara itu kondisi kinerja akhir periode RPKP merupakan kondisi
Kabupaten/Kota, APBD Provinsi, dan APBN). Sementara pihak pemberin dana adalah indikator kinerja pada akhir periode RPKP (dalam hal target tahunan bersifat kumulatif
instansi/ lembaga pemberi dana dalam melaksanakan suatu kegiatan. tiap tahun maka indikator akhir periode sama dengan indikator akhir tahun ke-5)
Waktu pelaksanaan adalah lamanya (waktu) melaksanakan kegiatan
38
k) Penyajian Rancangan RPKP
Setelah melakukan perumusan rancangan Rencana Pembangunan
Kawasan Perdesaan (RPKP) maka tahapan selanjutnya adalah
penyajian Rancangan RPKP. Sistematika penyajian rancangan
RPKP adalah sebagai berikut.
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Tujuan Pembangunan Kawasan Perdesaan
1.3. Landasan Hukum
LAMPIRAN
Peta Kawasan Perdesaan
Surat Usulan Kawasan Perdesaan
Surat Kesepakatan Kawasan Perdesaan
Peta Lokasi Kegiatan
40
41
BERITA ACARA
FORUM KONSULTASI RANCANGAN RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN
PENGHASIL KARET
KABUPATEN KAPUAS
Pada hari Kamis tanggal Dua Puluh Enam bulan November tahun Dua Ribu Lima Belas telah
diselenggarakan forum konsultasi Rancangan Rencana Kawasan Perdesaan (RPKP) Penghasil Karet yang
dihadiri para pemangku kepentingan sebagaimana daftar hadir peserta yang tercantum dalam
LAMPIRAN I berita acara ini.
1. Sambutan yang disampaikan oleh Ketua TKPKP Kabupaten Kapuas dan Camat Mantangai pada
acara forum konsultasi Rancangan Rencana Kawasan Perdesaan (RPKP) Penghasil Karet;
2. Pemaparan tujuan, sasaran, strategi, arah kebijakan, serta program dan kegiatan pembangunan
Kawasan Perdesaan Penghasil Karet oleh TKPKP Kabupaten Kapuas;
3. Tanggapan dan saran dari seluruh peserta forum konsultasi Rancangan Rencana Kawasan
Perdesaan (RPKP) Penghasil Karet terhadap materi yang dipaparkan, maka pada:
Jam : 09.00-selesai
MENYEPAKATI
Tujuan, sasaran, strategi, arah kebijakan, serta program dan kegiatan yang telah dirumuskan
dalam RPKP Penghasil Karet dengan perbaikan sesuai masukan yang tercantum dalam
LAMPIRAN II.
Demikian berita acara ini dibuat dan disahkan untuk digunakan sebagaimana mestinya.
Pimpinan Sidang*,
Mewakili peserta Forum Konsultasi Rancangan Rencana Kawasan Perdesaan Penghasil Karet,
Catatan :
*) Pimpinan sidang adalah Ketua TKPKP Kabupaten/Kota
42
A.3 Penetapan Kawasan Perdesaan dan RPKP
RPKP disusun menurut sistematika rancangan Rencana Pembangunan
Kawasan Perdesaan (RPKP) di atas. Masukan yang muncul pada forum
konsultasi rancangan RPKP menjadi dasar perbaikan substansi RPKP,
sedangkan berita acara forum konsultasi rancangan RPKP turut dilampirkan
dalam perbaikan RPKP. Setelah dilakukan penyempurnaan rancangan RPKP,
maka selanjutnya RPKP diajukan kepada Bupati/Walikota untuk ditetapkan
menjadi Peraturan Bupati/Walikota tentang Penetapan Kawasan Perdesaan
dan RPKP.
43
BAB V
PELAKSANAAN PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN
1. Dana Pemerintah
Dana pemerintah meliputi:
a. Dana dari Pemerintah Desa, yaitu bagian dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Desa (APBDes).
b. Dana dari Pemerintah Kabupaten/Kota, yaitu bagian dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten/Kota atau
Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) SKPD Kabupaten/Kota.
c. Dana dari Pemerintah Provinsi, yaitu bagian dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi atau Dokumen
Pelaksanaan Anggaran (DPA) SKPD Provinsi.
d. Dana dari Pemerintah Pusat, yaitu bagian dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) atau Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Kementerian/Lembaga.
2. Dana Non-Pemerintah
Dana non-pemerintah dapat berupa dana swadaya masyarakat, swasta,
maupun pihak lainnya. Dana dapat dari dalam negeri maupun luar
negeri yang dalam pelaksanaannya sesuai ketentuan yang berlaku.
Pelaksanaan pembangunan Kawasan Perdesaan dengan dana non-
pemerintah dilakukan melalui koordinasi antara pihak pemberi dana
dan TKPKP, baik TKPKP Kabupaten/Kota, TKPKP Provinsi, atau TKPKP
Pusat tergantung kesepakatan dengan pihak pemberi dana.
45
BAB VI
PELAKSANAAN MONITORING,
EVALUASI, DAN PELAPORAN
46
E. Monevlap Oleh TKPKP Provinsi
Monitoring, evaluasi, dan pelaporan oleh TKPKP Provinsi mencakup
aspek capaian sasaran klaster, capaian indikator pengembangan
kawasan, masalah yang dihadapi, dan solusi untuk mengatasi masalah.
Laporan ditujukan kepada TKPKP Provinsi Pusat dengan tembusan
TKPKP Kabupaten. Monevlap menggunakan data yang bersumber dari
laporan masing-masing TKPKP Kabupaten yang diverifikasi. Skala laporan
meliputi sejumlah kawasan dalam satu provinsi.
47
Aspek yang
Pelaksana
dimonitor, Skala
No Monitoring Sumber data Tujuan laporan Tembusan
evaluasi, dan Laporan
dan Evaluasi
dilaporkan
48
Format Laporan Monitoring dan Evaluasi Capaian Indikator Kawasan
Kawasan Perdesaan ........ Kabupaten…………….. sebagaimana pada Tabel 11
di bawah :
1 Layanan
2 Pengembangan
Ekonomi
3 Pemberdayaan
DIREKTUR JENDERAL
PEMBANGUNAN KAWASAN
PERDESAAN,
ttd.
JOHOZUA M. YOLTUWU
49