Anda di halaman 1dari 19

KERANGKA ACUAN KERJA

Kegiatan Penyusunan Background Study RPJMD


Provinsi Jawa Barat Tahun 2019 - 2023

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH


PROVINSI JAWA BARAT
TAHUN ANGGARAN 2016
Jalan Ir. H. Juanda No. 287, Bandung - 40135
Telp. (022) 2516061 (Hunting 6 line), Fax. (022) 2510731
Website : http://www.bappeda jabarprov.go.id
email : public@bappeda.jabarprov.go.id

A. LATAR BELAKANG
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
merupakan dokumen pembangunan daerah yang mempunyai kurun waktu
5 (lima) tahun. Dokumen ini digunakan sebagai acuan dalam penyusunan
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) yang memiliki jangka waktu 1
(satu) tahun berdasarkan perencanaan pembangungan yang telah
disusun. Kandungan yang termuat dalam dokumen RPJMD berupa
penjabaran visi, misi, dan program kepala daerah ke dalam strategi
pembangunan daerah, kebijakan umum, program prioritas kepala daerah,
dan arah kebijakan keuangan daerah. Berdasarkan RPJMD tersebut,
pemerintah daerah dapat menyusun rencana kegiatan yang bersifat
operasional.
Dengan
demikian,
perencanaan
daerah
dapat
terimplementasikan sesuai dengan visi dan misi kepala daerah yang telah
dijanjikan pada masa kampanye.
Pada saat ini, perencanaan pembangunan Provinsi Jawa Barat
mengacu kepada RPJMD Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 2018, yaitu
pada masa pemerintahan Gubernur Jawa Barat periode kedua yang
diamanatkan kepada Ahmad Heryawan. Masa berlaku RPJMD ini akan
habis pada tahun 2018. Oleh karena itu, perlu adanya inisiasi untuk mulai
menyusun kerangka RJMD selanjutnya sebelum diadakan pemilihan kepala
daerah yang baru. Penyusunan RPJMD ini terdiri atas beberapa tahapan, di
antaranya tahap penyusunan kajian pendahuluan (background study),
pelaksanaan evaluasi dokumen rencana pembangunan sebelumnya,
penyusunan rancangan rencana pembangunan secara teknokratik,
penyusunan rancangan awal rencana pembangunan, penyusunan
rancangan rencana pembangunan, penyusunan rancangan akhir rencana
pembangunan, penetapan rencana pembangunan, dan pelaksanaan
sosialisasi. Tahapan ini sesuai dengan tahapan penyusunan RPJMN 2015
2019 berdasarkan aturan yang termuat dalam Peraturan Menteri
Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 1 Tahun 2014. Dalam
peraturan tersebut, tahapan pertama yang harus dilakukan dalam
penyusunan RPJMD yaitu dengan membuat dokumen kajian pendahuluan
terlebih dahulu. Dokumen ini biasa disebut dengan background study. Inti
dari dokumen background study ini adalah hasil kajian tentang kondisi
daerah dan kinerja urusan lima tahun terakhir, isu strategis yang akan
menjadi landasan RPJMD berikutnya, serta indikator kinerja daerah yang
akan ditetapkan pada RPJMD tersebut. Dari kajian pendahuluan ini,
substansi perencanaan pembangunan mulai dirumuskan. Analisis yang
dihasilkan masih bersifat teknokratis, yaitu kajian yang dilakukan dengan
menggunakan metode dan kerangka berpikir ilmiah untuk menganalisis
kondisi obyektif melalui pertimbangan beberapa skenario pembangunan
selama periode rencana berikutnya. Setelah melalui proses teknokratis,
perencanaan akan melalui proses politis, yakni proses penyesuaian
perencanaan dengan visi, misi, dan program prioritas kepala daerah.
Sebelum proses politis itulah perlu dipersiapkan dokumen teknokratis
yang paling pertama untuk merancang RPJMD, yaitu dokumen background

study. Melihat urgensi dari penyusunan dokumen ini, Bappeda Provinsi


Jawa Barat harus menyusun background study untuk masing-masing
bidang pembangunan demi mempersiapkan RPJMD yang harus
disesuaikan dengan visi misi gubernur terpilih. Dengan melihat peraturan
yang ada, penetapan RPJMD paling lambat 6 (enam) bulan setelah
pelantikan gubernur.
Bidang pembangunan yang termuat dalam KAK ini yaitu bidang
cipta karya. pengertian cipta karya berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 14 Tahun 1987 yakni sebuah bidang pembinaan atas penetapan
ruang kota dan daerah, bangunan gedung, perumahan, air bersih, dan
penyehatan lingkungan permukiman.
Penetapan indikator yang tercantum dalam RPJMD Provinsi Jawa
Barat Tahun 2013 2018 disesuaikan berdasarkan Undang-Undang Nomor
32 Tahun 2004. Namun seiring dengan adanya peraturan baru tentang
pemerintahan daerah, yaitu Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014,
indikator untuk RPJMD tahun 2014 2024 harus sesuai dengan peraturan
yang terbaru. Pada bidang cipta karya tidak banyak terjadi
pengalihfungsian wewenang maupun tanggung jawab untuk pemerintah
daerah provinsi. Poin yang paling menonjol dan harus diangkat pada
RPJMD selanjutnya karena belum tercantum pada dokumen sebelumnya
yaitu mengenai penanganan kawasan permukiman kumuh. Disebutkan
dalam UU pemerintahan daerah yang baru bahwa pemerintah harus
menangani masalah permukiman kumuh sebagaimana target yang
tercantum dalam RPJMN sekarang ini tentang penuntasan permukiman
kumuh hingga 0%. Kriteria luasan kawasan permukiman kumuh yang
harus ditangani oleh pemerintah daerah provinsi yaitu seluas 10 (sepuluh)
sampai dengan di bawah 15 (lima belas) ha. Yang lebih luas dari besaran
tersebut akan menjadi tanggung jawab pemerintah pusat, sedangkan
yang lebih sempit dari luasan tersebut akan menjadi tanggung jawab
pemerintah daerah kabupaten/kota. Mengenai sub urusan bidang cipta
karya lain yang menjadi tanggung jawab pemerintah daerah provinsi
dapat dilihat pada tabel berikut.
N
O

SUB URUSAN

Perumahan

Kawasan Permukiman

3
4

Prasarana, Sarana, dan


Utilitas Umum (PSU)
Sertifikasi,
Kualifikasi,
Klasifikasi, dan Registrasi
Bidang Perumahan dan
Kawasan Permukiman

Air Minum

Persampahan

DAERAH PROVINSI
a. Penyediaan
dan
rehabilitasi
rumah
korban bencana provinsi.
b. Fasilitasi
penyediaan
rumah
bagi
masyarakat
yang
terkena
relokasi
program Pemerintah Daerah provinsi.
Penataan dan peningkatan kualitas kawasan
permukiman kumuh dengan luas 10 (sepuluh) ha
sampai dengan di bawah 15 (lima belas) ha.
Penyelenggaraan PSU permukiman.
Sertifikasi dan registrasi bagi orang atau badan
hukum yang melaksanakan perancangan dan
perencanaan rumah serta perencanaan PSU
tingkat kemampuan menengah.
Pengelolaan dan pengembangan SPAM lintas
daerah kabupaten/kota.
Pengembangan
sistem
dan
pengelolaan

Air Limbah

Drainase

Permukiman

10

Bangunan Gedung

Penataan Bangunan dan


Lingkungannya

11

Jasa Konstruksi

persampahan regional.
Pengelolaan dan pengembangan sistem air
limbah domestik regional.
Pengelolaan
dan
pengembangan
sistem
drainase yang terhubung langsung dengan
sungai lintas Daerah kabupaten/kota.
Penyelenggaraan
infrastruktur
pada
permukiman di kawasan strategis Daerah
provinsi.
a. Penetapan bangunan gedung untuk
kepentingan strategis Daerah provinsi.
b. Penyelenggaraan
bangunan
gedung
untuk kepentingan strategis Daerah
provinsi.
Penyelenggaraan penataan bangunan dan
lingkungan di kawasan strategis Daerah provinsi
dan penataan bangunan dan lingkungannya
lintas Daerah.
a.
Penyelenggaraan pelatihan tenaga ahli
konstruksi.
b.
Penyelenggaraan sistem informasi jasa
konstruksi cakupan Daerah provinsi.

B. LANDASAN HUKUM
1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Ketentuan Pokok-Pokok
Agraria
2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan
3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya
Alam Hayati dan Ekosistemnya
4. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi
5. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional
7. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional (RPJPN)
8. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
9. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah
10.Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman
11.Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
12.Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2003
tentang Penatagunaan Tanah
13.Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2005
tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2002 Tentang Bangunan Gedung
14.Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007
tentang
Pembagian
Urusan Pemerintah
Antara Pemerintah,
Pemerintah
Daerah
Provinsi,
dan
Pemerintah
Daerah
Kabupaten/Kota
15.Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2008
tentang
Tahapan,
Tata
Cara Penyusunan, Pengendalian dan
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah
16.Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008

tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional


17.Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2008
tentang Pengelolaan Sumber Daya Air
18.Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 tahun 2008
tentang Air Tanah
19.Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2010
tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang
20.Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2012
tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis
Sampah
21.Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 12 Tahun 2014 tentang
Penyelenggaraan Sistem Drainase Perkotaan
C. RINGKASAN RPJMD PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2013 2018
Dalam RPJMD Provinsi Jawa Barat, bidang cipta karya masuk ke
dalam bidang urusan Perumahan dan sebagian bidang urusan Pekerjaan
Umum. Terdapat tiga permasalahan utama bidang cipta karya Provinsi
Jawa Barat yaitu (1) rendahnya penyediaan dan distribusi pelayanan air
minum; (2) rendahnya cakupan pelayanan infrastruktur sanitasi
permukiman (limbah, sampah, drainase); (3) terbatasnya penyediaan
infrastruktur sampah regional.
Urusan bidang cipta karya sebagian besar terdapat dalam misi
keempat RPJMD Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 2018. Misi keempat
tersebut adalah Mewujudkan Jawa Barat yang Nyaman dan Pembangunan
Infrastruktur Strategis yang berkelanjutan. Berikut tujuan, sasaran,
strategi, arah kebijakan strategis, dan indikator kinerja program untuk
mencapai misi yang berkaitan dengan urusan keciptakaryaan.

Tujuan Misi

Sasaran Misi

Strategi dan arah kebijakan strategis untuk mencapai


sasaran misi
Strategi

Meningkatkan
ketersediaan
infrastruktur untuk
peningkatan
produktivitas ekonomi
dan pelayanan dasar

Meningkatnya
kualitas
pemenuhan
infrastruktur dasar
masyarakat

Meningkatkan kondisi
infrastruktur sumber daya air
dan irigasi untuk konservasi,
pendayagunaan sumber daya
air, serta pengendalian daya
rusak air

Meningkatkan kondisi sarana


dan prasarana dasar
permukiman

Indikator Kinerja Program

Arah kebijakan strategis


Peningkatan konservasi
sumber daya air

Penanganan sumber air berupa


situ/waduk, mata air, dan
sungai

Peningkatan
pendayagunaan sumber
daya air

Tingkat kondisi baik jaringan


irigasi di Daerah Irigasi
kewenangan Provinsi

Pengendalian daya rusak


air

Tingkat penanganan darurat


infrastruktur SDA dan irigasi
yang terkena bencana alam

Peningkatan ketersediaan
sarana dan prasarana air
minum

Cakupan layanan air minum

Peningkatan cakupan
pelayanan air limbah
domestik

Cakupan pelayanan air limbah


domestik

Peningkatan cakupan
layanan persampahan

Cakupan layanan persamahan


perkotaan

Pengembangan lingkungan
permukiman sehat

Tingkat kinerja drainase


permukiman (menurunkan
jumlah kawasan dengan
genangan > 30 cm selama 2

jam)
Meningkatkan pelayanan jasa
konstruksi dan kinerja
pengelolaan bangunan,
gedung/rumah negara

Meningkatkan ketersediaan
dan kualitas perumahan

Meningkatnya
percepatan
pembangunan
infrastruktur
strategis

Meningkatkan kondisi
infrastuktur sumberdaya air
dan irigasi untuk konservasi,
pendayagunaan sumber daya
air, serta pengendalian daya
rusak air

Meningkatkan kondisi sarana


dan prasarana dasar
permukiman

Peningkatan kualitas
penyelenggaraan jasa
konstruksi
Peningkatan ketersediaan
rumah layak huni untuk
rakyat miskin dan buruh
(Masyarakat
Berpenghasilan
Rendah/MBR)

Tingkat sertifikasi SDM jasa


konstruksi

Cakupan rumah layak huni

Pembangunan rumah tinggal


layak huni mencapai

Pembangunan infrastruktur
sumber daya air dan irigasi

Pembangunan waduk strategis

Peningkatan akses
masyarakat terhadap air
minum regional

Cakupan layanan air minum


oleh SPAM regional

Peningkatan pengolahan
sampah skala regional

Cakupan layanan persampahan


perkotaan oleh sistem regional

Terdapat beberapa strategi yang dilakukan untuk mencapai misi


yang terkait dengan bidang cipta karya. Strategi pertama meningkatkan
kondisi infrastruktur sumber daya air dan irigasi untuk konservasi,
pendayagunaan sumber daya air, serta pengendalian daya rusak air
dengan arah kebijakan: (a) peningkatan konservasi sumber daya air; (b)
peningkatan pendayagunaan sumber daya air, (c) peningkatan
pengendalian daya rusak air, (d) pembangunan infrastruktur sumber daya
air dan irigasi. Strategi lainnya yaitu meningkatkan kondisi sarana dan
prasarana dasar permukiman dengan arah kebijakan (a) peningkatan
ketersediaan sarana dan prasarana air minum; (b) peningkatan cakupan
pelayanan air limbah domestik; (c) peningkatan cakupan layanan
persampahan; (d) peningkatan ketersediaan drainase perkotaan, dan (e)
pengembangan lingkungan permukiman sehat. Strategi berikutnya adalah
meningkatkan pelayanan jasa konstruksi dan kinerja pengelolaan
bangunan gedung/rumah Negara dengan arah kebijakan: (a) peningkatan
kualitas penyelenggaraan jasa konstruksi,dan (b) peningkatan pengelolaan
bangunan gedung/rumah negara. Strategi selanjutnya berkaitan dengan
perumahan yaitu meningkatkan ketersediaan dan kualitas perumahan
dengan arah kebijakan (a) peningkatan ketersediaan rumah layak huni
untuk masyarakat miskin dan buruh (Masyarakat Berpenghasilan
Rendah/MBR); (b) peninigkatan aksesibilitas masyarakat terhadap hunian.
Urusan wajib pemerintah yang berisi program-program bidang cipta
karya antara lain:
a. Program Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman
b. Program Pembinaan Jasa Konstruksi
c. Program Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman
Rincian dari indikasi kinerja program tersebut dapat dilihat pada tabel
berikut:
Capaian kinerja
Indikator Kinerja Program

Satuan
2013

2018

Program Pembangunan
Daerah

Cakupan layanan air minum

Persen

54-58

74-76

Program pembinaan dan


pengembangan infrastruktur
permukiman

Cakupan pelayanan air


limbah domestik

Persen

63-63,5

68-69

Program pembinaan dan


pengembangan infrastruktur
permukiman

Cakupan layanan
persamahan perkotaan

Persen

63-64

70-71

Program pembinaan dan


pengembangan infrastruktur
permukiman

Tingkat kinerja drainase


permukiman (menurunkan
jumlah kawasan dengan
genangan > 30 cm selama 2
jam)

Persen

100 (60ha)

85-80

Program pembinaan dan


pengembangan infrastruktur
permukiman

Tingkat sertifikasi SDM jasa


konstruksi

Persen

25-27

35-37

Program pembinaan jasa


konstruksi

Cakupan rumah layak huni

Persen

91,50-92,12

94,49-95,09

Program pengembangan
perumahan dan kawasan
permukiman

Pembangunan rumah tinggal


layak huni mencapai

Persen

100

100

Program pengembangan
perumahan dan kawasan
permukiman

Cakupan layanan air minum


oleh SPAM regional

Persen

3,7

Program pembinaan dan


pengembangan infrastruktur
permukiman

Cakupan layanan
persamphan perkotaan oleh
sistem regional

Persen

31

37-39

Program pembinaan dan


pengembangan infrastruktur
permukiman

D. STUDI LITERATUR
Studi Literatur Teknis
a. Perkiraan Kebutuhan Perumahan
Perhitungan estimasi kebutuhan perumahan tidak sama dengan
perhitungan permintaan perumahan. Hal ini disebabkan faktor yang
mempengaruhi kedua perhitungan tersebut berbeda. Kebutuhan
perumahan tidak mempertimbangkan faktor-faktor yang terdapat pada
permintaan perumahan. Permintaan perumahan mempertimbangkan
aspek tingkat kemampuan konsumen (affordability) dan kemauan
untuk memiliki rumah (willingness to pay), sedangkan pada
perhitungan kebutuhan perumahan tidak mempertimbangkan faktorfaktor tersebut.
Kebutuhan perumahan dideskripsikan sebagai jumlah rumah yang
harus disediakan di masa yang akan datang. Kebutuhan tersebut
diperoleh berdasarkan proyeksi jumlah keluarga dan jumlah kebutuhan
rumah saat ini. Jumlah kebutuhan rumah saat ini dapat dihitung dari
jumlah rumah layak huni dengan jumlah backlog perumahan. Backlog
perumahan adalah jumlah keluarga yang tidak memiliki rumah dan
jumlah keluarga yang tinggal di bawah standar rumah layak
(Departemen Kimpraswil, 2002).
Hal terpenting yang harus diperhatikan dalam menghitung
kebutuhan perumahan adalah ketepatan proyeksi jumlah penduduk di
masa mendatang. Perubahan populasi penduduk harus dapat dideteksi
semaksimal mungkin. Beberapa faktor utama yang mempengaruhi
perubahan populasi penduduk di antaranya jumlah kelahiran dan
kematian, jumlah penduduk berdasarkan usia, serta jumlah migrasi
masuk dan keluar penduduk suatu kota atau wilayah. Perubahan
populasi dan perubahan pola pernikahan dan perceraian serta kondisi
perekonomian keluarga juga dapat memengaruhi jumlah keluarga yang
terbentuk pada kota atau wilayah tersebut.
Jumlah Kebutuhan Perumahan = B + N S

B = Jumlah backlog perumahan


N = Kebutuhan perumahan baru
S = Ketersedian (supply) perumahan.
Pertimbangan dalam menghitung perkiraan kebutuhan perumahan
yaitu (1) kebutuhan rumah saat ini; (2) kebutuhan rumah untuk
persediaan rumah yang harus digani karena rusak, dan; (3) kebutuhan
untuk mengakomodasi tambahan kebutuhan rumah di masa
mendatang.
b. Menghitung Proyeksi Penduduk
Untuk menghitung kebutuhan rumah, dibutuhkan data jumlah
penduduk dan kepadatan penduduk. Data ini diolah menjadi proyeksi
kebutuhan penduduk dan kepadatan penduduk selama beberapa tahun
mendatang. Teknik analisis proyeksi penduduk menggunakan
Mathematical Method. Perhitungan matematika ini terbagi menjadi
beberapa model. Salah satu model yang dapat digunakan yaitu model
eksponensial. Model eksponensial akan menggambarkan pertumbuhan
penduduk secara konstan dan terus menerus. Model ini dapat dihitung
menggunakan rumus:
Pn = P o x em
Pn = Jumlah penduduk pada tahun n
Po = Jumlah penduduk pada tahun awal
e = Bilangan eksponesial, yaitu 2,7182
Studi Literatur Isu Strategis Bidang Cipta Karya
Berbicara mengenai keciptakaryaan, erat kaitannya dengan urusan
perumahan dan permukiman. Rumah merupakan kebutuhan dasar
manusia sehingga pemenuhan kebutuhan perumahan dan pengembangan
kawasan permukiman menjadi aspek yang sangat penting untuk
direncanakan. Dengan terciptanya lingkungan hunian yang kondusif,
produktivitas masyarakat akan meningkat. Produktivitas masyarakat akan
berbanding lurus dengan kelayakan lingkungan hunian yang ada. Oleh
karena itu, perencanaan perumahan dan kawasan permukiman tidak
dapat luput dalam perencanaan pembangunan daerah guna mencapai
tujuan
utama
pembangunan
yakni
peningkatan
ekonomi
dan
kesejahteraan masyarakat. Yang termasuk ke dalam perencanaan
perumahan dan kawasan permukiman yaitu meliputi pemfasilitasan
penyediaan perumahan untuk Masyarakat Berpendapatan Rendah (MBR),
perencanaan infrastruktur permukiman berupa infrastruktur penyediaan
air bersih, infrastruktur penanganan sanitasi (air limbah, drainase
permukiman, dan persampahan). Selain perencanaan perumahan dan
kawasan permukiman, jasa konstruksi juga masuk ke dalam pembahasan
keciptakaryaan.
Terdapat beberapa isu keciptakaryaan di Provinsi Jawa Barat.
Berikut isu-isu yang harus dimunculkan ke dalam background study yang
akan disusun. Mengenai urusan perumahan dan kawasan permukiman, isu
utama yang muncul yaitu tentang penyediaan rumah layak huni bagi
Masyarakat Berpendapatan Rendah (MBR). Pemerintah berperan sebagai

fasilitator dalam penyelenggaraan kebutuhan rumah layak huni ini,


sedangkan proses pembangunannya bisa dilakukan oleh pihak swasta
berdasarkan kebijakan yang dibuat oleh pemerintah, misalnya kebijakan
tentang hunian berimbang. Selain itu, bisa juga kebutuhan tempat tinggal
dilakukan secara swadaya oleh masyarakat berdasarkan aturan tata ruang
yang telah ditetapkan di masing-masing daerah. Berdasarkan Peraturan
Menteri Negara Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 22 Tahun
2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Perumahan Rakyat
Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota, indikator dari rumah layak
huni dan terjangkau meliputi cakupan ketersediaan rumah layak huni dan
cakupan layanan rumah layak huni. Nilai standar pelayanan minimal untuk
indikator cakupan ketersediaan rumah layak huni sebesar 100% (seratus
persen) dan untuk indikator cakupan layanan rumah layak huni yang
terjangkau sebesar 70% (tujuh puluh persen) hingga tahun 2025. Indikator
yang ditetapkan pada RPJMD Provinsi Jawa Barat Tahun 2013- 2018 dapat
dilihat pada tabel berikut.
Indikator Kinerja
Program (Sumber: SPM
dan Janji Kampanye
Gubernur)
Pembangunan rumah
tinggi layak huni
mencapai 100.000 unit
Meningkatnya rumah
layak huni di 8 kota
(20.000 unit)
Cakupan Rumah Layak
Huni

Satua
n

Kondisi
Kinerja
Awal
RPJMD
(tahun
2013)

unit

2014

2015

2016

2017

2018

Target

Target

Target

Target

Target

10

25000

16000

17000

22000

20000

unit

289

4000

4000

4000

4000

4000

persen

91,5092,12

92,1292,71

92,7193,30

93,3093,89

93,8994,49

94,4995,09

Pada tahun 2014, target persentase cakupan rumah layak huni


mencapai 92,12% - 92,71% dan capaiannya yaitu sebesar 92,43%.
Persentase ini menunjukkan bahwa pada tahun 2014, target telah
tercapai. Begitu pula pada tahun 2015, dari target sebesar 92,69%
tercapai 92,7%. Meskipun begitu, realisasi pencapaian target rumah layak
ini dapat terhambat apabila kondisi ekonomi sedang tidak baik dan
terhambat oleh faktor-faktor non-teknis lainnya. Hal ini dapat berpengaruh
terhadap daya beli masyarakat.
Permukiman kumuh selalu menjadi masalah utama yang tidak
pernah terlepas dari kondisi perkotaan di Indonesia. Berdasarkan UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004, penanganan permukiman kumuh oleh
pemerintah provinsi tidak disebutkan secara langsung, namun pada
peraturan yang baru, yakni Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
menyebutkan bahwa permukiman kumuh merupakan tanggung jawab
pemerintah provinsi dengan kriteria luasan kawasan permukiman kumuh
seluas 10 (sepuluh) sampai dengan di bawah 15 (lima belas) ha. Oleh
karena itu, isu permukiman kumuh ini harus diangkat dalam penetapan
program dan indikator bidang cipta karya RPJMD Provinsi Jawa Barat Tahun

2019 2024. Sesuai dengan target Direktorat Jenderal Cipta Karya yang
terkenal dengan target 100%-0%-100%. Target ini tercantum dalam RPJMN
2015 2019 yang berisi target 100% akses air minum, 0% kawasan
permukiman kumuh, dan 100% akses sanitasi layak. Untuk mencapai
target ini, pemerintah membutuhkan indikator yang konkret yang
mengacu pada UU Pemerintahan Daerah, khususnya mengenai tanggung
jawab pemerintah provinsi dalam menganangi kawasan permukiman
kumuh. Harus dilakukan identifikasi total luas kawasan permukiman
kumuh yang menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah Provinsi Jawa
Barat. Setelah itu, ditargetkan agar mencapai pengurangan luasan hingga
0% paling lambat sampai tahun akhir perencanaan.
Air bersih adalah kebutuhan utama yang harus terpenuhi untuk
menjaga kelangsungan hidup manusia. Karena kebutuhan ini bersifat vital
dan mencakup kebutuhan orang banyak, maka sudah menjadi kewajiban
pemerintah untuk menjamin kecukupannya. Untuk mengetahui tingkat
kecukupan air bersih di suatu daerah, pemerintah telah menetapkan
Standar Pelayanan Minimal (SPM) kebutuhan air bersih. Indikator beserta
kondisi kinerja awal dan target-targetny yang digunakan pada RPJMD
sebelumnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Indikator Kinerja
Program (Sumber: SPM
dan Janji Kampanye
Gubernur)

Satua
n

Cakupan layanan air


minum

persen

Terbangunnya Pipa
Jaringan Distribusi Utama
(JDU) SPAM IKK

kawasa
n

Kondisi
Kinerja
Awal
RPJMD
(tahun
2013)

2014

2015

2016

2017

2018

Target

Target

Target

Target

Target

60,52%

58-63

63-70

70-73

73-74

74-76

40

40

40

40

40

Terbangunnya SPAM
Perdesaan/Desa
Miskin/Rawan Air

desa

Terbangunnya SPAM
kawasan MBR

kawasa
n

n/a

Terbangunnya SPAM di
kawasan khusus

kawasa
n

n/a

Capaian pelayanan air minum sesuai kondisi kinerja awal


perencanaan tahun 2013 tercatat sebesar 60,52%. Pada tahun 2014,
capaian pelayanannya melebihi target yaitu sebesar 65,43% dari target
yang telah ditetapkan sebesar 58% - 63%, sedangkan pada tahun 2015,
tercatat tingkat pelayanan air minum mencapai 67,13% sesuai dengan
rentang target 63% - 70%. Pelayanan air bersih harus disesuaikan juga
dengan kondisi permukiman masyarakat yang akan dilayani. Masyarakat
kota dengan kecenderungan permukiman padat penduduk, maka akses
terhadap air bersih yang paling efektif dan efisien adalah menggunakan
SPAM. Tidak cocok menggunakan pompa air karena dikhawatirkan akan
tercemar dengan saluran pembuangan air limbah. Sedangkan untuk

daerah-daerah jarang penduduk, maka sebaiknya menggunakan sistem


pompa air, karena kemungkinan untuk tercemar saluran pembuangan air
limbah sangat kecil. Justru apabila dipaksakan menggunakan jaringan pipa
air bersih, akan menghabiskan biaya yang sangat banyak namun hanya
dimanfaatkan oleh sebagian kecil masyarakatnya saja (tidak efektif dan
efisien).
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, penganangan sanitasi
meliputi penangan air limbah, drainase, dan persampahan. Drainase pada
konteks keciptakaryaan yaitu hanya mencakup drainase permukiman saja,
tidak meliputi drainase alam seperti sungai, waduk, dan sejenisnya.
Indikator Kinerja
Program (Sumber: SPM
dan Janji Kampanye
Gubernur)

Kondisi
Kinerja
Awal
RPJMD
(tahun
2013)

Satua
n

2014

2015

2016

2017

2018

Target

Target

Target

Target

Target

Cakupan pelayanan air


limbah domestik

persen

63-63,5

63,564

64-65

65-67

67-68

68-69

Cakupan layanan
persampahan perkotaan

persen

63-64

64-65

65-67

67-68

68-69

70-71

Tingkat kinerja drainase


permukiman (menurunkan
jumlah kawasan dengan
genangan >30 cm selama
2 jam)

persen

100 (60ha)

97-95

95-90

90-88

88-85

85-80

Evaluasi kinerja pembangunan daerah berkaitan dengan sanitasi


yang tercantum dalam Laporan Keterangan Pertanggungjawaban
Gubernur Jawa Barat Tahun Anggaran 2015 sebagai berikut.
N
o

1
2

Indikator Kinerja
Pembangunan
Daerah
Cakupan Pelayanan
Persampahan
Perkotaan
Cakupan Pelayanan
Air Limbah Domestik

Satu
an

2013

2014

2015

Pers
en

Targ
et

Capai
an

Stat
us

Targ
et

Capai
an

Stat
us

Targ
et

Capai
an

Stat
us

Perse
n

6570

64,7

6465

64,88

6567

65,65

Perse
n

6772

63,4

63,5
6

63,59

6465

65,03

Pada tahun 2014 dan 2015, semua target dapat tercapai. Dengan
begitu, kemungkinan terbesar, harapan target pada tahun berikutnya akan
tercapai apabila mempertahankan usaha-usaha yang telah dilakukan dan
lebih meningkatkannya. Sistem pengangkutan persampahan dan sistem
pembuangan air limbah pun juga harus melihat kondisi geografis pada
kawasan permukiman tersebut. Untuk pengangkutan sampah, alat angkut
harus disesuaikan dengan kondisi jalan yang ada, sedangkan untuk sistem
pembuangan air limbah, akan lebih efektif menggunakan sistem terpusat
apabila kondisi permukimannya padat penduduk, sedangkan apabila
jarang penduduk, lebih baik menggunakan sistem pembuangan limbah
setempat seperti septic tank dan sejenisnya.

Pemerintah Provinsi Jawa Barat menetapkan program pembinaan


jasa konstruksi pada RPJMD tahun 2013-2018 yaitu dengan indikator
berupa persentase Sumber Daya Manusia Jasa Konstruksi yang
berkualitas. Sub urusan jasa konstruksi yang menjadi tanggung jawab
pemerintah daerah provinsi mencakup penyelenggaraan pelatihan tenaga
ahli konstruksi dan penyelenggaraan sistem informasi jasa konstruksi
cakupan daerah provinsi sebagaimana yang termuat dalam UU
Pemerintahan Daerah yang baru. Target-target pada setiap tahun
perencanaan dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Namun capaian target
sub urusan jasa konstruksi tidak termuat dalam LKPJ Gubernur Tahun
Anggaran 2015.
Indikator Kinerja
Program (Sumber: SPM
dan Janji Kampanye
Gubernur)
Tingkat sertifikasi SDM
jasa konstruksi

Satua
n

persen

Kondisi
Kinerja
Awal
RPJMD
(tahun
2013)
25-27

2014

2015

2016

2017

2018

Target

Target

Target

Target

Target

27-29

29-31

31-33

33-35

35-37

Dengan indikator tingkat sertifikasi SDM jasa konstruksi ini


diharapkan dapat meningkatkan profesionalisme dalam dunia jasa
konstruksi melalui penyelenggaraan pembinaan dan pelatihan tenaga ahli
konstruksi. Pada akhirnya, terbentuklah asosiasi-asosiasi berbasis profesi
yang menunjang kualitas jasa konstruksi yang semakin baik.
E. TUJUAN KEGIATAN
Tujuan dari pelaksanaan kegiatan ini yaitu untuk menyusun
Background Study RPJMD Provinsi Jawa Barat Bidang Cipta Karya sebagai
dokumen masukan penyusunan RPJMD Tahun 2019 2023.
F. SASARAN
Sasaran dari penyusunan Background Study RPJMD Provinsi Jawa
Barat Tahun 2019 2023 Bidang Cipta Karya ini adalah:
1. Teridentifikasikannya kondisi keciptakaryaan Provinsi Jawa Barat pada
tahun pembangunan yang telah berlalu.
2. Teridentifikasinnya isu-isu strategis pembangunan di bidang cipta karya
yang berkembang selama pelakasanaan RPJMD Provinsi Jawa Barat
Tahun 2013 2018;
3. Terbentuknya sebuah kondisi benchmark serta proyeksi ke depan di
bidang cipta karya Provinsi Jawa Barat; dan
4. Tersusunnya indikator kinerja daerah bidang cipta karya sebagai input
dalam penyusunan RPJMD Provinsi Jawa Barat Tahun 2019 2023.
G. RUANG LINGKUP KEGIATAN
a. Lingkup Wilayah
Cakupan wilayah perencanaan bidang cipta karya yakni meliputi
wilayah administrasi Provinsi Jawa Barat. Provinsi Jawa Barat terdiri
atas 18 kabupaten dan 9 kota dengan luas wilayah administrasi 35.378

ha. Kabupaten yang ada di Provinsi Jawa Barat di antaranya Kabupaten


Bogor, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Bandung,
Kabupaten Garut, Kabupaten Tasik, Kabupaten Ciamis, Kabupaten
Kuningan, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Majalengka, Kabupaten
Sumedang, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Subang, Kabupaten
Purwakarta, Kabupaten Karawang, Kabupaten Bekasi, dan Kabupaten
Bandung Barat, sedangkan kota yang berada di Jawa Barat yaitu Kota
Bogor, Kota Sukabumi, Kota Bandung, Kota Cirebon, Kota Bekasi, Kota
Depok, Kota Cimahi, Kota Tasikmalaya, dan Kota Banjar.
b. Lingkup Kegiatan dan Lingkup Pekerjaan
Kegiatan yang dimaksud dalam kerangka acuan kerja ini yaitu
Kegiatan Penyusunan Background Study RPJMD Provinsi Jawa Barat
Tahun 2019 2023 oleh Badan Perencanaan Provinsi Jawa Barat.
Lingkup pekerjaan yaitu:
1. Tahap Persiapan
2. Tahap Pengumpulan Data
3. Tahap Pengolahan Data dan Analisis
c. Lingkup Substansi Materi
Lingkup substansi materi dari Background Study RPJMD Provinsi
Jawa Barat Tahun 2019 2023 yaitu:
1. Analisis alih kewenangan provinsi atas perubahan undang-undang
pemerintahan daerah dari UU Nomor 32 Tahun 2004 menjadi UU
Nomor 23 Tahun 2014 sebagai bahan kajian untuk dimasukkan ke
dalam RPJMD Provinsi Jawa Barat Tahun 2019 2023;
2. Analisis kesenjangan target dan capaian kinerja program awal
pelaksanaan dengan akhir pelaksanaan RPJMD Provinsi Jawa Barat
Tahun 2013 2018;
3. Analisis isu-isu strategis pembangunan di bidang cipta karya yang
berkembang selama pelakasanaan RPJMD Provinsi Jawa Barat Tahun
2013 2018 sebagai gambaran maupun benchmark serta proyeksi
ke depan di bidang cipta karya Provinsi Jawa Barat; dan juga
4. Rumusan indikator kinerja daerah bidang cipta karya sebagai input
dalam penyusunan RPJMD Provinsi Jawa Barat Tahun 2019 2023
terutama indikator yang belum termuat dalam RJMD sebelumnya.
d. Substansi Teknis
a. Pengertian
Pengertian dari background study dalam lingkup kegiatan ini
yaitu kajian dasar yang memuat (1) kondisi daerah dan kinerja
urusan pada rencana pembangunan terakhir; (2) isu strategis yang
akan menjadi landasan RJMD selanjutnya, serta; (3) indikator kinerja
daerah, sedangkan pengertian cipta karya berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 14 Tahun 1987 yaitu sebuah bidang pembinaan
atas penetapan ruang kota dan daerah, bangunan gedung,
perumahan, air bersih, dan penyehatan lingkungan permukiman.

b. Isu dan Permasalahan Bidang Cipta Karya


Isu adalah peristiwa yang paling banyak diangkat ke publik,
penting untuk dibicarakan karena harus ditanggapi, namun tidak
menunjukkan nilai benar salah (masih diperdebatkan), sedangkan
permasalahan yaitu fakta (data), harus segara diselesaikan
(masyarakat membutuhkan solusi), dan bertentangan dengan
sistem nilai. Sistem nilai ini bukan sistem nilai pribadi, namun
bertentangan dengan sistem nilai sosial (masyarakat). Isu dan
persalahan ini harus segera ditindaklanjuti dan diselesaikan agar
tidak menimbulkan dampak-dampak negatif baru. Oleh karena itu
harus dirumuskan indikator-indikator program yang sesuai untuk
menyelesaikan isu dan persalahan tersebut. Berikut ini beberapa isu
dan permasalahan di bidang cipta karya yang ditekankan dan harus
dituangkan ke dalam indikator program. Meskipun demikian, perlu
diperdalam isu dan permasalahan lainnya, sehingga harus dilakukan
perumusan isu dan permasalahan di masing-masing sub urusan
secara komprehensif oleh pihak konsultan.
Perumahan dan Kawasan Permukiman
- Tingginya backlog perumahan yang harus dipenuhi oleh
Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
- Rendahnya akses Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR)
terhadap rumah layak huni.
- Adanya permukiman kumuh yang harus ditangani untuk
mencapai target pembangunan nasional 0% permukiman
kumuh.
Air Minum
- Rendahnya penyediaan dan distribusi pelayanan air minum.
Sanitasi
- Rendahnya cakupan pelayanan infrastruktur sanitasi
permukiman (limbah, sampah, drainase)
- Terbatasnya penyediaan infrastruktur sampah regional.
Penataan Bangunan dan Lingkungannya
- Penanganan ketersediaan Rencana Rinci Tata Ruang
Jasa Konstruksi
- Rendahnya sertifikasi Tenaga Ahli Jasa Konstruksi
- Kurangnya asosiasi dunia profesi
c. Peranan Background Study RPJMD Provinsi Jawa Barat Tahun 2019
2023 Bidang Cipta Karya
Background study digunakan sebagai dasar perumusan
rencana pembangunan daerah. Dalam kegiatan ini, peran
Background Study ini yaitu sebagai dasar penyusunan RPJMD
Provinsi Jawa Barat Tahun 2019 2023 terutama di bidang cipta
karya.
H. METODOLOGI

Metode Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan melalui tinjauan pustaka dan
pengumpulan data sekunder guna melakukan identifikasi kondisi,

permasalahan, dan isu strategis bidang cipta karya hingga


selanjutnya dapat dilakukan proses analisis sekaligus perumusan
indikator kinerja daerah berkaitan dengan keciptakaryaan.
Metode Analisis Data
o Analisis Data Tampung (Carrying Capacity)
o Analisis Kebutuhan Pengembangan Permukiman
o Analisis Kebutuhan Pengembangan Infrastruktur Permukiman
o Analisis Kelembagaan
o Analisis SWOT dalam pemilihan konsep dan strategi
pengembangan
perumahan
dan
permukiman
untuk
menghasilkan indikator kinerja daerah terkait bidang cipta
karya

I. ORGANISASI PEMBERI PEKERJAAN


Organisasi pemberi pekerjaan yaitu:
Instansi
Barat
Organisasi Perangkat Daerah
:
Pembangunan Daerah
Pejabat
Pembuat
: ......................................................

: Pemerintah Provinsi Jawa


Badan

Perencanaan

Komitmen

dan
(PPK)

J. SUMBER PENDANAAN
Sumber pendanaan berasal dari APBD Provinsi Jawa Barat Tahun
2016 sebesar Rp 500.000.000,-. Pembiayaan sudah termasuk biaya-biaya
berikut:
1. Biaya jasa tenaga ahli
2. Biaya akomodasi dan transportasi pengumpulan data
K. SISTEM PELAPORAN
Keluaran utama dari kegiatan penyusunan Background Study ini
yaitu berupa laporan Background Study RPJMD Provinsi Jawa Barat Tahun
2019 2023 Bidang Cipta Karya. Laporan ini sebagai dasar acuan dalam
penyusunan RPJMD Provinsi Jawa Barat Tahun 2019 2023. Jenis laporan
yang harus diserahkan kepada pejabat pembuat komitmen adalah sebagai
berikut:
1. Laporan Pendahuluan
Laporan Pendahuluan ini diserahkan 1 bulan setelah dimulainya
pekerjaan dan dibuat rangkap 10 (sepuluh) menggunakan kertas A4.
Laporan Pendahuluan ini memuat latar belakang kegiatan, maksud,
tujuan dan sasaran, ruang lingkup dan metodologi kegiatan serta
rencana kerja pelaksanaan kegiatan.
2. Laporan Antara
Laporan Antara diserahkan 3 bulan setelah dimulainya pekerjaan dan
dibuat rangkap 10 (sepuluh) menggunakan kertas A4.
Laporan Antara memuat hasil dari orientasi perencanaan daerah,
pengumpulan data/informasi, kajian terhadap RPJMD sebelumnya,
perumusan isu dan permasalahan di bidang cipta karya.

3. Laporan Akhir Background Study RPJMD Provinsi Jawa Barat Tahun 2019
2023.
Laporan akhir dari seluruh materi Background Study Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) diserahkan 5 bulan
setelah dimulainya pekerjaan dan dibuat rangkap 10 (sepuluh)
menggunakan kertas A4 dengan softcopy-nya dalam bentuk CD
sebanyak 10 (sepuluh) buah.
4. Laporan Ringkasan Eksekutif
Laporan ringkasan eksekutif ini diserahkan bersamaan dengan laporan
akhir Background Study RPJMD. Dibuat rangkap 10 (sepuluh)
menggunakan kertas A4.
A JANGKA WAKTU PELAKSANAAN
Jangka waktu yang dibutuhkan dalam rangka pelaksanaan seluruh
kegiatan dalam penyusunan Background Study RPJMD Provinsi Jawa Barat
Tahun 2019 2023 Bidang Cipta Karya ini adalah 5 (tiga) bulan atau 150
(sembilan puluh) hari kalender.
L. KEBUTUHAN TENAGA AHLI DAN TENAGA PENDUKUNG
Kualifikas
Spesialisasi/Pen
i
Pengala
No
Jabatan
didikan
Pendidika
man
n Minimal
A. TENAGA AHLI
1
Ketua Tim
Teknik
S2/S1
7 tahun
Planologi/Teknik
(S2)/12
Aristektur
tahun
(S1)
2
Ahli Perumahan Teknik Planologi
S1
8 tahun
dan
Permukiman
3
Ahli Prasarana
Teknik Planologi
S1
6 tahun
dan Sarana
4
Ahli Lingkungan Teknik Lingkungan
S1
6 tahun
B.
TENAGA PENDUKUNG
1
Sekretaris/
Diploma II/Diploma D-II atau
Administrator/
III Sekretaris
D-III
Operator
Komputer
2
Drafter/
Diploma II/Diploma D-II atau
Operator GIS
III Teknik
D-III
Informatika/
Sipil/Arsitektur
3
Surveyor
Diploma II/Diploma D-II atau
III Teknik
D-III
Informatika/
Sipil/Arsitektur

Jumlah
TA
(orang
)
1

1
1
1

M. KEPEMILIKAN DATA DAN HASIL KEGIATAN


Semua bentuk data, dokumen, foto, disk atau peralatan yang
dipergunakan selama pekerjaan, dengan terbitnya kontrak tersebut
menjadi hak milik pemberi pekerjaan.
Menyetujui,
Pejabat Pembuat Komitmen
Kegiatan Penyusunan Background
Study Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi
Jawa Barat

............................................
NIP. ................................

Anda mungkin juga menyukai