Anda di halaman 1dari 11

STRUKTUR ANATOMI Solanum melongena L DI LINGKUNGAN YANG

TERPAPAR POLUSI DAN YANG TIDAK TERPAPAR POLUSI

Disusun oleh:

1. Latifatul Ummah (16030204004)


2. Nur Azizah Tohiroh (16030204024)
3. A’an Muhajar M.H. (16030204028)

Universitas Negeri Surabaya


Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Prodi S1 Pendidikan Biologi
2017
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tumbuhan merupakan salah satu keanekaragaman hayati yang berada di


lingkungan sekitar kita, baik yang tumbuh secara liar, maupun yang sengaja
dibudidayakan. Tumbuhan tersusun oleh berbagai organ, seperti akar, batang, dan daun.
Struktur anatomi tumbuhan satu dengan tumbuhan lain bisa berbeda. Perbedaan tersebut
dapat terjadi karena adanya perbedaan lingkungan. Lingkungan sangat berpengaruh
terhadap struktur anatomi organ tumbuhan.
Terong merupakan tanaman jenis perdu yang umumnya setahun (annual). Terong
yang merupakan famili solanaceae atau nama latinnya Solanum melongena. Tanaman
terong dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian hingga 1.200 meter di atas permukaan
laut. Tinggi pohon terung 40-150 cm, memiliki daun dengan ukuran panjang 10- 20 cm
dan lebar 5-10 cm, bunga berwarna putih hingga ungu dengan lima mahkota bunga.
Berbagai varietas terong tersebar luas di dunia, perbedaannya terletak pada bentuk,
ukuran, dan warnanya.
Tanaman terong ada yang tumbuh di lingkungan yang terpapar polusi dan
lingkungan yang tidak terpapar polusi. Maka dari itu, perlu memahami dan mengerti
lebih jelas tentang perbedaan struktur anatomi tanaman terong (Solanum melongena)
yang hidup di lingkungan yang berbeda tersebut. Untuk itu, perlu dilakukan praktikum
dengan tujuan dapat membedakan struktur anatomi pada batang, akar dan daun tumbuhan
terong (Solanum melongena) yang tumbuh di tempat yang terpapar polusi dan yang tidak
terapar polusi.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana mengidentifikasi struktur anatomi batang, akar dan daun pada Solanum
Melongena?
2. Bagaimana perbedaan struktur anatomi batang, akar dan daun pada Solanum
Melongena yang terpapar polusi dan yang tidak terpapar polusi?
3. Bagaimana kaitan struktur anatomi batang, akar dan daun pada Solanum Melongena
terhadap fungsi/peranannya?

C. Tujuan

1. Untuk mengidentifikasi struktur anatomi batang, akar dan daun pada Solanum
Melongena.
2. Untuk mengetahui perbedaan struktur anatomi batang, akar dan daun pada Solanum
Melongena yang terpapar polusi dan yang tidak terpapar polusi.
3. Untuk menjelaskan kaitan struktur anatomi batang, akar dan daun pada Solanum
Melongena terhadap fungsi/peranannya.
D. Manfaat
1. Bagi penulis

a. Dapat mengidentifikasi struktur anatomi batang, akar dan daun pada Solanum
Melongena.
b. Dapat membandingkan struktur anatomi batang, akar dan daun pada Solanum
Melongena yang terpapar polusi dan yang tidak terpapar polusi.
c. Dapat menjelaskan kaitan struktur anatomi batang, akar dan daun pada Solanum
Melongena terhadap fungsi/peranannya.
2. Bagi pembaca

a. Dapat mengetahui struktur anatomi batang, akar dan daun pada Solanum
Melongena.
b. Dapat mengetahui perbedaan struktur anatomi batang, akar dan daun pada
Solanum Melongena yang terpapar polusi dan yang tidak terpapar polusi.
c. Dapat mengetahui kaitan struktur anatomi batang, akar dan daun pada Solanum
Melongena terhadap fungsi/peranannya.
BAB II

KAJIAN TEORI

Tanaman terong ungu (Solanum Melongena L) merupakan tumbuhan perdu tegak,


tinggi 1-2,5 m, batang berkayu, berbentuk silindris, percabangan simpodial, batang muda
berambut halus serta buah berwarna ungu. Arah tumbuh batang tegak lurus, arah tumbuh
cabang condong ke atas. Daun tunggal, bertangkai silindris (panjangnya 0,5-2,5 cm),
letak tersebar. Helaian daun bentuknya bulat telur, ujung tumpul, pangkal membulat, tepi
rata, pertulangan menyirip, panjang 1,5-12 cm, lebar 1-5 cm, berwarna hijau. daging daun
papyraceus.
Morfologi terung ungu memiliki bentuk yang beragam yaitu silindris, lonjong,
oval atau bulat. Letak buah terung tergantung dari tangkai buah. Dalam satu tangkai
umumnya terdapat satu buah terung, tetapi ada juga yang memiliki lebih dari satu buah.
Biji terung terdapat dalam jumlah banyak yang tersebar di dalam daging buah. Daun
kelopak melekat pada dasar buah, berwarna hijau atau keunguan. Bunga terung ungu
sering disebut sebagai bunga banci, karena memiliki dua kelamin. Dalam satu bunga
terdapat alat kelamin jantan (benang sari) dan alat kelamin betina (putik). Bunga terung
bentuknya mirip bintang, berwarna biru atau lembayung, cerah sampai gelap.
Penyerbukan bunga dapat berlangsung secara silang maupun menyerbuk sendiri
(Rukmana, 1994).
Tanaman terung umumnya memiliki daya adaptasi yang sangat luas, namun
kondisi tanah yang subur dan gembur dengan sistem drainase dan tingkat keasamaan
yang baik merupakan syarat yang ideal bagi pertumbuhan terung. Untuk pertumbuhan
optimum, pH tanah harus berkisar antara 5,5 -6,7, namun tanaman terung masih toleran
terhadap pH tanah yang lebih rendah yaitu 5,0. Pada tanah dengan pH yang lebih rendah
dari 5,0 akan menghambat pertumbuhan tanaman yang mengakibatkan rendahnya tingkat
produksi tanaman.
Tanaman terung adalah tanaman yang sangat sensitif yang memerlukan kondisi
tanam yang hangat dan kering dalam waktu yang lama untuk keberhasilan produksi.
Temperatur lingkungan tumbuh sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan
pencapaian masa berbunga pada terung. Lingkungan tumbuh yang memiliki rata-rata
temperatur yang tinggi dapat mempercepat pembungaan dan umur panen menjadi lebih
pendek (Samadi, 2001). Tanaman terung dapat tumbuh baik di dataran rendah hingga
dataran tinggi. Terung yang dibudidayakan di dataran rendah dan bertopografi datar
mempunyai umur panen yang lebih pendek dibandingkan dengan terung yang
dibudidayakan di dataran tinggi. Tanaman terong memiliki organ yang lengkap karena
memiliki batang, akar, daun, bunga serta buah.
A. Batang

Solanum melongena merupakan tumbuhan dikotil. Secara umum susunan


struktur jaringan penyusun batang dikotil dari luar ke dalam tersusun dari beberapa
bagian, struktur penyusunnya antara lain:
1. Epidermis merupakan lapisan terluar yang dilapisi oleh kutikula serta berfungsi
sebagai pelindung jaringan di dalamnya oleh adanya gangguan luar.
2. Korteks terdiri dari beberapa lapis sel, yang dekat dengan lapisan epidermis
tersusun atas jaringan kolenkim, makin ke dalam tersusun atas jaringan parenkim.
3. Endodermis tersusun atas selapis sel, merupakan lapisan pemisah antara korteks
dengan stele.
4. Stele/silinder pusat merupakan lapisan terdalam dari batang. Lapis terluar dari
stele disebut perisikel atau perikambium. lkatan pembuluh pada stele batang
dikotil disebut tipe kolateral terbuka dengan xilem di sebelah dalam dan floem di
sebelah luar serta dibatasi oleh kambium diantaranya ke duanya.
Batang Solanum melongena tumbuh tegak, cabang-cabangnya tersusun rapat,
berbentuk bulat, berwarna keunguan, umumnya ditutupi rambut tipis berbentuk
bintang berwarna kelabu, ada yang memiliki duri tempel dan ada yang tidak
memiliki. Pada berkas pengangkutnya, floem juga ditemukan di bagian dalam xylem
(floem internal/intraxiler) dan berkembang sedikit lebih dari floem eksternal. Tipe
susunan xilem dan floem dalam berkas pengangkutnya adalah bikolateral, dengan
susunan dari luar ke dalam berturut-turut ialah floem eksternal-kambium-xylem-
floem internal. Tipe stele : eustele, di mana berkas pengangkut tersusun melingkar.

B. Akar

Susunan berkas pembuluh teratur yang terdiri dari xylem atau suatu alat
transportasi yang digunakan untuk mengangkut sari makanan dan unsur hara dari
tanah keseluruh tubuh tumbuhan dan floem yaitu berkas yang berfungsi sebagai
pengangkut hasil fotosintesis dari daun keseluruh tubuh tumbuhan. Kambium
merupakan titik pertumbuhan sekunder kearah dalam membentuk xylem dan kearah
luar membentuk floem. Struktur anatomi akar secara umum tersusun atas jaringan
epidermis, sistem jaringan dasar berupa korteks, endodermis, dan empulur; serta
sistem berkas pembuluh.
Sistem perakaran Solanum melongena adalah tunggang, berwarna putih
kecoklatan. Meristem primer, kaliptrogen, dermatogen, plerom, dan periblem yang
berasal dari promeristem tidak terdeferensiasi dengan jelas.
1. Epidermis tersusun atas selapis sel dan terdapat rambut akar.
2. Korteks tersusun atas enam lapis sel-sel parenkim.
3. Endodermis dan perisikel terdiri atas selapis sel.
4. Akar lateral berasal dari sel-sel perisikel.
5. Stele pada akar primer tersusun atas dua lengkungan protostele yang tersusun
secara radial.
6. Transisi pada akar berjalan lambat pada hipokotil. Perubahan pertama merupakan
perekahan dari lempeng xylem dan dua kelompok floem primer, membentuk dua
unit xylem dan floem primer. Pada tingkat yang lebih tinggi, metaxylem
bercabang menjadi dua dan terjadi diferensiasi ke arah dalam pada dua kelompok
floem.
7. Di dekat kotiledon terdapat pemisahan dari dua ikatan ganda yang dibentuk oleh
perekahan lengkunngan xylem. Salah satu dari ikatan ini menjadi bekas pembuluh
dari salah satu kotiledon, dan unit lainnya menjadi bagian dari kotiledon yang
lain.
8. Dengan diferensiasi ke arah dalam dan pembagian selanjutnya, beberapa floem
primer akhirnya berada pada sisi berlawanan dari permukaan dalam xylem primer.
Empat kelompok floem yang terletak di dekat metaxylem perlahan-lahan
memposisikan diri secara tangensial, terutama pada sisi luar titik protoxylem.
Perkembangan ini akan berlanjut sampai kondisi bikolateral terbentuk.
Pelengkungan terakhir tidak tercapai pada hipokotil, tetapi pada tengah kotiledon.

C. Daun

Daun berbentuk bulat telur, elips,atau memanjang, memiliki permukaan yang


cukup luas (3-15 cm x 2-9 cm),bentuk helaiannya menyerupai telinga, letak helaian
daun - daunnya tersebar pada cabang batang, umumnya berlekuk dengan tepi daun
berombak, kedua sisi daun umumnya ditutupi rambut tipis yang masing-masing
berbentuk bintang berwarna kelabu, tulang daun tersusun menyirip, pada tulang daun
yang bersar sering terdapat duri tempel.
Epidermis pada daun merupakan sel-sel yang tersusun dari satu lapisan sel,
yang dinding selnya mengalami penebalan. Penebalan dinding sel pada daun dapat
disebabkan oleh zat kitin (kutikula) atau lignin. Epidermis daun memiliki suatu celah
yang berfungsi untuk pertukaran gas. Celah ini dikenal sebagai stomata (mulut daun).
Stomata terletak pada daun dengan diapit oleh dua sel penutup dan dikelilingi oleh sel
tetangga. Stomata terdapat di kedua permukaan daun, tetapi kebanyakan terdapat di
permukaan bagian bawah dan ada pula yang hanya pada permukaan bawah.
Mesofil merupakan lapisan jaringan pada daun yang tersusun atas sel-sel
parenkim. Susunan sel-sel parenkim pada mesofil keadaannya renggang sehingga
menghasilkan banyak ruang antarsel. Berkas pembuluh angkut di daun terdapat pada
pertulangan daun. Tipe berkas pembuluh angkut daun, sama dengan yang terdapat
pada batang. Tulang-tulang yang terdapat pada daun selain berfungsi sebagai alat
transportasi juga memberi bentuk pada daun dan memperkuat daun.
Tipe stomatanya adalah anisositik (cruciferous), yaitu tiap sel penjaga
dikelilingi oleh tiga sel tetangga yang ukurannya tidak sama. Pada tangkai daun yang
telah dewasa, kolenkimnya bersifat permanen, tidak berkayu, dan bertipe angular,
yaitu di mana sel kolenkim mengalami penebalan hanya pada sudut - sudut sel dan sel
tersusun sangat rapat.

Adapun hipotesis pada praktikum ini yaitu sebagai berikut :

Ho : Tidak ada perbedaan struktur anatomi batang, akar dan daun pada Solanum
Melongena yang terpapar polusi dan yang tidak terpapar polusi.

Ha : Ada perbedaan struktur anatomi batang, akar dan daun pada Solanum
Melongena yang terpapar polusi dan yang tidak terpapar polusi.

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian : Penelitian ilmiah


B. Tempat dan waktu :
1. Penelitian ini dimulai pada tanggal 25 September 2017 sampai 6 November 2017
pada pukul 09.00 WIB dan bertempat di gedung C.10 Laboratorium Struktur dan
Perkembangan Tumbuhan Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Negeri Surabaya.
2. Tempat diperolehnya tanaman terong ungu ( Solanum melongena L. ) yaitu di
kawasan Gondang Mojokerto. Solanum melongena L. yang terpapar polusi
diambil di pinggiran jalan raya Desa Tawar Kecamatan Gondang Mojokerto.
Sedangkan Solanum melongena L. yang terawat dan tidak terpapar polusi diambil
dari tempat perkebunan terong di Desa Padi Kecamatan Gondang Mojokerto.
C. Variabel
1. Variabel manipulasi : Hidup di lingkungan yang terpapar polusi dan yang tidak
terpapar polusi.
2. Variabel kontrol : Jenis tanaman yang digunakan serta umur tanaman.
3. Variabel respon : Struktur anatomi batang, akar dan daun Solanum
melongena L.
D. Alat dan bahan
1. Mikroskop
2. Air
3. Pipet tetes
4. Tisu
5. Object glass dan cover glass
6. Silet
7. Spesimen :
a. Batang Solanum melongena L
b. Akar Solanum melongena L
c. Daun Solanum melongena L
E. Prosedur Kerja

1. Alat-alat mikroskop, kaca gelas dan cover gelas disiapkan.


2. Disiapkan batang, akar, daun Solanum melongena L.
3. Kemudian dilakukan pembuatan preparat basah dengan membuat sayatan melintang
dan membujur pada spesimen yang ditentukan.
4. Untuk mendapatkan sayatan preparat yang tipis digunakan teknk penyayatan khusus.
5. Sayatan preprarat diletakkan di atas objek gelas yang telah ditetesi air.
6. Selanjutnya dilakukan pengamatan di bawah mikroskop.
7. Dilakukan pengamatan struktur anatomi batang, akar dan daun Solanum melongena
L yang terdiri atas bentuk, susunan dari sel-sel penyusun jaringan yang terlihat
dengan perbesaran mikroskop yang telah diatur.
8. Hasil difoto dengan menggunakan kamera digital untuk pengamatan dan analisa
lebih lanjut.
9. Dilakukan analisis mengenai struktur, fungsi, dan peranan sel-sel yang terdapat pada
masing-masing preparat.
10. Analisis tersebut disajikan dalam bentuk laporan praktikum.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan


antara struktur anatomi batang, akar dan daun pada Solanum Melongena yang terpapar
polusi dan yang tidak terpapar polusi.
1. Perbedaan yang mencolok dari struktur batang dan akar Solanum Melongena yang
terpapar polusi dan yang tidak terpapar polusi adalah berkas pembuluhnya. Hal ini
karena tanaman cenderung akan menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat
tumbuhnya. Pertumbuhan akar maupun batang pada tanaman terong terjadi dari
meristem apikal yang berdeperensiasi menjadi jaringan primer ikatan pembuluh.
Pertumbuhan xilem terus menerus ,tetapi karena adanya lingkungan tempat
tumbuhnya (daerah kering dan daerah berpolusi udara) ,maka terjadi pertumbuhan
yang kecepatan dan ukuran sel -selnya berbeda dari kedua tanaman.
2. Trikoma pada daun yang terpapar polusi nampak lebih banyak hal ini dikarenakan
tumbuhan terong memproteksi diri mereka dari gangguan luar dengan adanya
trikoma tersebut.

B. Saran

Pada saat melakukan praktikum, praktikan harus hati-hati, teliti, dan sabar dalam
menyayat spesimen. Karena, selnya harus benar-benar tipis, agar dapat dilihat jelas
organ-organ yang ada di dalamnya. Saat menutup spesimen dengan cover glass juga
harus sangat hati-hati. Karena kalau tidak hati-hati bisa menimbulkan banyak gelembung
udara, pada saat spesimen di amati melalui mikroskop.
DAFTAR PUSTAKA

Fahn. A. l992 Anatomi Tumbuhan. Jakarta: PT. Gramedia Jakarta

Harisha, CR. & Jani, S. 2013. Pharmaconostical Study on Trichomes of Solanaceae and its
Significance. Jamnagar : IPGT & RA Gujarat Ayurved University
Hidayat, Estiti B. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung: ITB
Pratiwi P., Rinie. 2015. Panduan Kegiatan Mahasiswa: Anatomi Tumbuhan. Surabaya:
Surabaya University Press.

Rachmadiarti, Fida. dkk. 2007. Biologi Umum. Surabaya: Unesa University Press.

Suharsono. 2009. Hubungan Kerapatan Trikoma dengan Intensitas Serangan Penggerak


Tanaman Polong Kedelai. Malang. Unpublish
Tjitrosoepomo, Gembong. 2009. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press.

Anda mungkin juga menyukai