Anda di halaman 1dari 45

Cara Kerja Alat Pengukur Tekanan Darah (Tensimeter)

Selasa, September 20, 2011

Tekanan darah merupakan parameter yang dapat menunjukkan beberapa kelainan


yang terjadi pada tubuh manusia. Alat pengukur tekanan darah atau yang juga biasa
disebut dengan tensimeter dan sfigmomanometer biasa digunakan oleh para praktisi
kesehatan untuk mengetahui kondisi tekanan darah pasiennya. Cara kerja alat
pengukur tekanan darah ini sebenarnya cukup sederhana. Prinsip kerja alat pengukur
tekanan darah sama dengan U-Tube Manometer. Manometer adalah alat pengukur
tekanan yang menggunakan tinggi kolom (tabung) yang berisi cairan yang disebut
cairan manometrik untuk menentukan tekanan cairan lainnya yang akan diukur. Dan
berikut penjelasan singkat bagaimana cara kerja alat pengukur tekanan darah

Prinsip Kerja Alat Pengukur Tekanan Darah

U-Tube manometer dapat digunakan untuk mengukur tekanan dari cairan dan gas.
Nama U-Tube diambil dari bentuk tabungnya yang menyerupai huruf U seperti pada
gambar di bawah ini. Tabung tersebut akan diisi dengan cairan yang disebut cairan
manometrik. Cairan yang tekanannya akan diukur harus memiliki berat jenis yang
lebih rendah dibanding cairan manometrik, oleh karena itu pada alat pengukur
tekanan darah dipilih air raksa sebagai cairan manometrik karena air raksa memiliki
berat jenis yang lebih besar dibandingkan dengan berat jenis darah. Berikut skema
pengukuran tekanan menggunakan manometer.
Tekanan dalam fluida statis adalah sama pada setiap tingkat horisontal (ketinggian)
yang sama sehingga:

Untuk lengan tangan kiri manometer

Untuk lengan tangan kanan manometer

Karena disini kita mengukur tekanan tolok (gauge pressure), kita dapat
menghilangkan PAtmosfer sehingga

Dari persamaan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa tekanan pada A sama
dengan tekanan cairan manometrik pada ketinggian h2 dikurangi tekanan cairan yang
diukur pada ketinggian h1. Dalam kasus alat pengukur tekanan darah yang
menggunakan air raksa, berarti tekanan darah dapat diukur dengan menghitung berat
jenis air raksa dikali gravitasi dan ketinggian air raksa kemudian dikurangi berat
jenis darah dikalikan gravitasi dan ketinggian darah.

Sumber : Al-teko

SOP Tensimeter air raksa

1. Buka penutup tensimeter


2. Buka kunci penutup reservoir air raksa
3. Pasang manset pada lengan
4. Putar valve pengatur tekanan pada bulb tensimeter sampai posisi tertutup
5. Pompa balon dan lakukan pengukuran tensi
6. Kempiskan manset dengan cara memutar valve pengatur pada bulb tensimeter
7. Lipat manset dengan benar dan masukkan ke dalam tensimeter
8. Tutup kunci penutup reservoir air raksa
9. Tutup penutup tensimeter dan simpan

Pemeliharaan :

Dalam pelaksanaan pemeliharaan tensimeter air raksa dilakukan pada tanggal 26


januari 2018 pukul 08.00 s/d 10.30. Pemeliharaan alat medis ini terdapa Standar
operasional prosedur sebagai berikut:

1. Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk pemeliharaan


seperti cairan pembersih, lap, kuas, toolset, kartu maintenance dan lain
sebagainya.
2. Jika pada tensimeter terdapat banyak debu sebaiknya dibersihkan
menggunakan kuas, kemudian dibersihkan menggunakan cairan pembersih
dan di lap dengan kain yang besrih kering.
3. Melakukan cek fisik dan cek fungsi pada bulb, manset

PATIENT MONITOR

Prosedur Pengoperasian Bedside Monitor

Kamis, November 10, 2011

Prosedur Pengoperasian Bedside Monitor

1. Pengertian

Adalah suatu alat yang difungsikan untuk memonitor kondisi fisiologis pasien.
Dimana proses monitoring tersebut dilakukan secara real-time, sehingga dapat
diketahui kondisi fisiologis pasien pada saat itu juga.
2. Parameter Bedside Monitor

Parameter adalah bagian-bagian fisiologis dari pasien yang diperiksa melalui pasien
monitor. Jika kita ketahui ada sebuah pasien monitor dengan 5 parameter, maka yang
dimaksud dari lima parameter tersebut adalah banyaknya jenis pemeriksaan yang
bisa dilakukan oleh pasien monitor tersebut.

Didalam istilah pasien monitor kita mengetahui beberapa parameter yang diperiksa,
parameter itu antara lain adalah :

a. EKG adalah pemeriksaan aktivitas kelistrikan jantung, dalam pemeriksaan ECG


ini juga

termasuk pemeriksaan “Heart Rate” atau detak jantung pasien dalam satu menit.

b. Respirasi adalah pemeriksaan irama nafas pasien dalam satu menit

c. Saturasi darah / SpO2, adalah kadar oksigen yang ada dalam darah.

d. Tensi / NIBP (Non Invasive Blood Pressure) / Pemeriksaan tekanan darah.

e. Temperature, suhu tubuh pasien yang diperiksa.

3. Jenis Bedside Monitor

a. Pasien Monitor Vital Sign


Pasien monitor ini bersifat pemeriksaan stándar, yaitu pemeriksaan ECG, Respirasi,
Tekanan darah atau NIBP, dan Kadar oksigen dalam darah / saturasi darah / SpO2.

b. Pasien Monitor 5 Parameter

Pasien monitor ini bisa melakukan pemeriksaan seperti ECG, Respirasi, Tekanan
darah atau NIBP, kadar oksigen dalam darah / saturasi darah / SpO2, dan
Temperatur.

c. Pasien Monitor 7 Parameter

Pasien monitor ini biasanya dipakai diruangan operasi, karena ada satu parameter
tambahan yang biasa dipakai pada saat operasi, yaitu “ECG, Respirasi, Tekanan
darah atau NIBP (Non Invasive Blood Pressure) , kadar oksigen dalam darah /
Saturasi darah / SpO2, temperatur, dan sebagai tambahan adalah IBP (Invasive Blood
Pressure) pengukuran tekanan darah melalui pembuluh darah langsung, EtCo2 (End
Tidal Co2) yaitu pengukuran kadar karbondioksida dari sistem pernafasan pasien.

4. Cara Kerja

a. Lepaskan penutup debu

b. Siapkan aksesoris dan pasang sesuai kebutuhan

c. Hubungkan alat ke terminal pembumian

d. Hubungkan alat ke catu daya

e. Hidupkan alat dengan menekan/mamutas tombol ON/OFF

f. Set rentang nilai (range) untuk temperatur, pulse dan alarm

g. Perhatikan protap pelayanan

h. Beritahukan kepada pasien mengenai tindakan yang akan dilakukan

i. Hubungkan patient cable, stap dan chest electrode ke pasien dan pastikan sudah
terhubung dengan baik
j. Lakukan monitoring

k. Lakukan pemantauan display terhadap heart rate, ECG wave form, pulse,
temperatur, saturasi oksigen (SpO2), NiBP, tekanan hemodinamik

l. Setelah pengoperasian selesai matikan alat dengan menekan tombol ON/OFF

m. Lepaskan hubungan alat dari catu daya

n. Lepaskan hubungan alat dari terminal pembumian

o. Lepaskan patient cable, strap, chest electrode dan bersihkan

p. Pastikan bahwa Bedside Monitor dalam kondisi baik dan siap difungsikan lagi

q. Pasang penutup debu

r. Simpan alat dan aksesoris ke tempat semula

BAB I
BEDSIDE MONITOR

Pengertian dan Fungsi Bedside Monitor


Bedside Monitor adalah suatu alat yang digunakan untuk memonitor vital sign
pasien, berupa detak jantung, nadi, tekanan darah, temperatur bentuk pulsa jantung secara
terus menerus.
Parameter Bedside Monitor
Parameter adalah bagian-bagian fisiologis dari pasien yang diperiksa melalui pasien
monitor. Jika kita ketahui ada sebuah pasien monitor dengan 5 parameter, maka yang
dimaksud dari lima parameter tersebut adalah banyaknya jenis pemeriksaan yang bisa
dilakukan oleh pasien monitor tersebut.
Didalam istilah pasien monitor kita mengetahui beberapa parameter yang diperiksa,
parameter itu antara lain adalah :
a. EKG adalah pemeriksaan aktivitas kelistrikan jantung, dalam pemeriksaan ECG ini juga
termasuk pemeriksaan “Heart Rate” atau detak jantung pasien dalam satu menit.
b.Respirasi adalah pemeriksaan irama nafas pasien dalam satu menit
c.Saturasi darah / SpO2, adalah kadar oksigen yang ada dalam darah.
d.Tensi / NIBP (Non Invasive Blood Pressure) / Pemeriksaan tekanan darah.
e.Temperature, suhu tubuh pasien yang diperiksa.

Jenis Bedside Monitor


a. Pasien Monitor Vital Sign
monitor ini bersifat pemeriksaan stándar, yaitu pemeriksaan ECG, Respirasi, Tekanan
darah atau NIBP, dan Kadar oksigen dalam darah / saturasi darah / SpO2.

b. Pasien Monitor 5 Parameter


Pasien monitor ini bisa melakukan pemeriksaan seperti ECG, Respirasi, Tekanan darah
atau NIBP, kadar oksigen dalam darah / saturasi darah / SpO2, dan Temperatur.
c. Pasien Monitor 7 Parameter
Pasien monitor ini biasanya dipakai diruangan operasi, karena ada satu parameter
tambahan yang biasa dipakai pada saat operasi, yaitu “ECG, Respirasi, Tekanan darah atau
NIBP (Non Invasive Blood Pressure) , kadar oksigen dalam darah / Saturasi darah / SpO2,
temperatur, dan sebagai tambahan adalah IBP (Invasive Blood Pressure) pengukuran
tekanan darah melalui pembuluh darah langsung, EtCo2 (End Tidal Co2) yaitu pengukuran
kadar karbondioksida dari sistem pernafasan pasien.
Nama lain dari Bedside Monitor adalah:
- Cardiorespiratory Monitors
- Apnea Alarms dan repiration monitor
- Patient Monitor
Komponen Alat
- Preamplifier
- Modul elektrode dan pasien kabel
- Parameter sesuai kebutuhan
- Monitor
BAB II
Blok Diagram Bedside Monitor DAN
Prinsip Kerja
Prinsip Kerja
Power supply board fungsinya untuk:
-Penyearah dan filter input tegangan AC
-Penstabil dan menghasilkan tegangan DC untuk semua rangkaian
-Baterai charger
-Menghasilkan perintah power fail ke main board
-Memilih ON/OFF DC power supply dari front panel
-Mematikan DC power supply, jika terjadi kerusakan pada power

LCD DISPLAY:
Menghasilkan gambar bagi tampilan sinyal-sinyal hasil pengukuran yang telah diolah dan
didapatkan dari main prosessor board.
BACKLIGTH:
Tampilan bagi belakang layar dua tegangan anoda (200 v dan 6 KV), heater current kontrol
grid voltage, arus katoda.

MAIN PROSESSOR BOARD


Fungsinya untuk, afirmware programed microcomputer, system timing, interface, pada
rangkaian lainnya seperti display monitor, spiker front-end dan keyboard, alarm, recorder
serta interface pada keluaran dan mini recorder.
KEYPAD
Fungsinya keypad board adalah untuk mengetik dan mengisi data-data pasien yang sedang
diperiksa dan memberikan perintah-perintah untuk melakukan program yang akan dilakukan
.
MAIN CONECTOR BOARD
Terdiri dari 3 fungsi blok: ECG/Defib syn, Unity, Auxilary port, Expansion and docking port.
Auxilary parameter board dibagi dalam 3 daerah operasi utama:
Input channel (2 pressure dan 2 temperatur)
Control dan A/D konversion dari front panel dan semua input channel
(pressure, temperatur, ECG, peripheral pulse dan respiration)
Hal yang perlu diperhatikan:
- Kebersihan probe
- Grounding
- Aksesoris
- Lakukan pemeliharaan sesuai jadwal
BAB III
Cara Kerja
a. Lepaskan penutup debu
b. Siapkan aksesoris dan pasang sesuai kebutuhan
c. Hubungkan alat ke terminal pembumian
d. Hubungkan alat ke catu daya
e. Hidupkan alat dengan menekan/mamutas tombol ON/OFF
f. Set rentang nilai (range) untuk temperatur, pulse dan alarm
g. Perhatikan protap pelayanan
h. Beritahukan kepada pasien mengenai tindakan yang akan dilakukan
i. Hubungkan patient cable, stap dan chest electrode ke pasien dan pastikan sudah
terhubung dengan baik
j. Lakukan monitoring
k. Lakukan pemantauan display terhadap heart rate, ECG wave form, pulse, temperatur,
saturasi oksigen (SpO2), NiBP, tekanan hemodinamik
l. Setelah pengoperasian selesai matikan alat dengan menekan tombol ON/OFF
m. Lepaskan hubungan alat dari catu daya
n. Lepaskan hubungan alat dari terminal pembumian
o. Lepaskan patient cable, strap, chest electrode dan bersihkan
p. Pastikan bahwa Bedside Monitor dalam kondisi baik dan siap difungsikan lagi
q. Pasang penutup debu
r. Simpan alat dan aksesoris ke tempat semula

Pemantauan Fisik Bedside Monitor


Secara umum pemeriksaan fisik yang dilakukan untuk peralatan bedside monitor adalah
sebagai berikut:
- chassis / selungkup
- kotak kontak
- terminal pembumian
- kabel daya
- saklar ON/OFF
- sikring
- patient cables
- fitting / connector
- electrode & streps
- control / pengatur
- battery / charger
- indikator / display
- user calibration
- alarm
- audibla signals
-aksesori
-kebersihan alat
KESIMPULAN
Dari penjelasan diatas kita dapat menyimpulkan bahawa bedside monitor dapat
mengukur tekanan darah, denyut jantung, dan nadi. Kita dapat mengetahui juga cara
pengoperasiannya untuk dalam bidang medis contohnya pengoperasian pada pasien. Dan
juga kita dapat mengetahui cara kerja alat dan blok diagram alat bagai mana cara alat itu
bekerja.

Referensi diperoleh dari : Akbar Syahputra Atem

LAMPU OPERASI

A. ABSTRAK

Proses operasi dibutuhkan tata ruang dan pencahaan khusus. Operasi


besar akan membutuhkan waktu yang lama dan dokter beserta perawat
yang banyak sehingga membutuhkan tata pencahayaan yang baik. Maka
peran sebuah lampu operasi sangat penting sehingga dibutuhkan lampu
operasi yang handal yang memiliki cahaya yang terang namun lembut,
tidak menyengat, dan tidak memimbulkan panas yang berlebih serta
yang tidak kalah pentingnya adalah lampu operasi yang tidak
menimbulkan bayangan.

Jika keunggulan tersebut tidak dapat dipenuhi maka akan dipastikan


keseluruhan system kerja dari proses operasi akan terganggu. Karena
adanya panas dan bayangan akan membuat para dokter kesulitan dalam
menjalankan proses operasi. Maka lampu operasi haruslah memiliki
keunggulan tersebut.

Karena untuk menggunakan system lampu operasi yang menggunakan jenis


lampu halogen membutuhkan daya besar dan berakibat membekaknya
anggaran dana untuk lisrik, maka lampu halogen diganti dengan lampu
LED dengan kelebihan lebih hemat listrik sehingga anggaran untuk
listrik bisa diminimalkan.

B. PRINSIP KERJA

Cara kerja dari lampu operasi adalah merubah energy listrik menjadi
cahaya oleh LED. Proses pembentukan cahaya pada LED yaitu

Mengubah elektron menjadi foton. Elektron yang dialiri oleh sumber


tegangan (FORWARD BIAS) akan mengalami medan elektromagnetik hingga
menimbulkan arus listrik. Arus listrik ini kemudian akan meng”ON”kan
dioda (LED) hingga foton dalam LED akan memancarkan energi dalam
bentuk cahaya LED ( Lizuka, 2008). Berikut gambaran mengenai
prinsip kerja dari LED.

Dalam LED, dapat dipandang sebagai sebuah kristal. Kristal ini


terdiri dari lubang (hole) dan elektron (ion), setiap elektron akan
mengisi lubang yang kosong dalam rekombinasi ini disebabkan oleh
hantaran arus listrik dari sumber tegangan (panjar maju). Ketika
elektron telah berekombinasi dengan lubang tadi, menyebabkan
elektron terlepas dari energi ikatnya. Rekombinasi ini menghasilkan
energi yang terlepas dari elektron. Energi yang terlepas inilah
digunakan untuk memancarkan foton (rekombinasi radiaktif), sebagaian
lain digunakan untuk memanaskan partikel-partikel kristal
(rekombinasi non-radiaktif). Pancaran cahaya ini merupakan cahaya
sebuah LED.

Beberapa karakteristik dari Light Emitting Diode (LED) antara lain :

 Warna (panjang gelombang) ditentukan oleh band-gap


 Intensitas cahaya hasil berbanding lurus dengan arus
 Non linieritas tampak pada arus rendah dan tinggi

Pemanasan sendiri (self heating) menurunkan efisiensi pada arus


tinggi.

C. SPESIFIKASI ALAT

Keunggulan :

1. Lampu operasi STD-60 disusun dengan teknologi LED dengan


pancaran sinar yang lembut, intensitas iluminan yang tinggi,
dan rendinsi warna yang sempurna.
2. Kemampuan cahaya yang efisien dengan watt yang rendah
3. Life time dari LED lebih dari 20.000 jam lebih lama dengan
dari lampu halogen konvensional.
4. Pengaturan focus dengan handle yang mudah mudah dipegang dan
disterilkan dengan bidang iluminan yang luas dan cahaya yang
efisien yang tidak menimbulkan bayangan.
5. Sebuah modul LED dengan aerodinamik design yang mudah
digerakkan dan dudukan yang kuat untuk pemasangan di atam
kamar operasi, minim turbulensi.
6. Terdapat 6 modul led yang letaknya saling menyilang. Setiap
modul led terdapat 5 buat led.
7. Pengaturan intensitas, suhu, dan focus semuanya diatur secara
digital.

D. BAGIAN-BAGIAN ALAT

1~ Kabinet Lampu Operasi

Sebagai tempat meletakkan komponen lampu operasi sekaligus sebagai


tumpuan dari lengan lampu yang ditancapkan ke langit-langit kamar
operasi.

2~ Lengan Lampu Operasi

Untuk mengarahkan dimana posisi head light sesuai yang dibutuhkan.


Ada 2 lengan yaitu tang bisa berputar 3600(A) dan yang bergerak ke
atas dan bawah dengan membentuk sudut tertentu dimana porosnya ada
di ujung lengan yang bisa berputar 3600 tadi.

3~ Modul Kontrol

Sebagai tempat untuk mengontrol seberapa besar intensitas dan suhu


yang diinginkan, berbentuk tombol-tombol.

4~ Head Light
Sebagai tempat pemasangan modul-modul LED. Berbentuk seperti mangkuk
yang tebalik.

5~ Lengan Penyangga Head Light

Sebagai poros head light agar bisa digerakan memutar dengan sudut
pancar yang diinginkan.

6~ Modul LED

Berisi beberapa LED yang dirangkai menjadi 1 agar mempermudah dalam


disribusi daya serta pengaturan cahayanya. Setiap 1 modul led
terdapat 5 LED. Menggunakan LED khusus yang menghasilkan cahaya
putih terang namun lembut.

7~ LED

Komponen pengubah energy lisrtik menjadi cahaya.

8~ Cup LED

Untuk mengarahkan cahaya LED agar semuanya terpantul ke bawah

9~ Filter

Untuk mengurangi panas yang dihasilkan dari proses pengubahan energy


listrik menjadi cahaya.

10~ Handle Pengatur Fokus

Untuk mengarahkan fokus cahaya lampu operasi.

E. SKEMA RANGKAIAN
1. AC 110/230 adalah sebagai sumber catu daya utama
2. Intensitas Regulator adalah sebagai pengatur tegangan yang
akan megubah intensitas cahaya yang akan dihasilkan oleh LED.
3. Trafo adalah sebagai penurun tegangan sesuai batas maksimal
tegangan kerja LED.
4. Rectifier adalah sebagai penyearah arus dari arus AC menjadi
DC. Karena LED bekerja dengan tegangan DC.
5. LED1-LED6 adalah sebagai penghasil cahaya dengan prinsip
mengubah energi listrik menjadi cahaya.
6. CARA KERJA BLOK DIAGRAM

Cara Kerja Dari Blok diagram Lampu Operasi adalah :

Dari sumber daya “AC110/230 V” tegangan akan diatur di “Intensitas


Regulator”. Disini tegangan diatur sedemikian rupa sehingga sesuai
dengan kebutuhan untuk membuat perbedaan intensitas cahaya yang akan
dihasilkan LED1-6, setelah tegangan diatur tegangan yang semula AC
akan di searahkan menjadi DC oleh “Rectifier” karena tegangan yang
dibutuhkan LED1-6 adalah DC. Kemudian tegangan memberikan energy
untuk “LED1-6” bekerja sehingga menghasilkan cahaya. Besar kecilnya
intensitas cahaya yang dihasilakan LED1-6 tergantung dari besarnya
tegangan yang dihasilakan oleh intensitas regulator. Semakin besar
tegangan intensitas cahaya yang dihasilkan semakin kuat.

E. PEMELIHARAAN

Hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan lampu operasi secara


berkala dan teratur adalah sebagai berikut :
1. Kebersihan lampu operasi
2. Karena lampu operasi menggunakan mekanik berupa logam,
pengaturan harus dengan lembut jika tidak as dan poros akan
cepat longgar dan aus.
3. Periksa pengatur focus penyinaran
4. Periksa kesetabilan posisi lampu operasi
5. Periksa intensitas regulator cahaya mulai minimum hingga
maksimum sebelum pengoperasian.
6. Saat pertama dioperasikan pengatur intensitas lampu operasi
harus dalam keadaan minimum, barulah diatur sesuai kebutuhan
secara perlahan-lahan, karena LED sensitif terhadap perubahan
tegangan.
7. Kembalikan posisi lampu operasi ke posisi parkir setelah
selesai dioperasikan

F. KERUSAKAN YANG SERING TERJADI

1~ LED

Karena led adala komponen penghasil cahaya yang terus menerus dan
selain itu juga terdapat panas. Inilah yang sering membuat led cepat
padam.

2~ TRAFO

Merupakan komponen yang disipasi panasnya terbesar untuk itu trafo


yang sudah berumur lama sering terbakar karena tidak kuat lagi
menehan panas yang dihasilkan dari proses penurunan tegangan.

3~ Pengaturan Intensitas

Pengaturan yang terus menerus akan menyebabkan umur dari pengatur


intensitas (potensio) menjadi pendek karena mengalami keausan.

VAPORIZER

Vaporizer

Vaporizer adalah salah satu komponen dari mesin anestesi yang berfungsi untuk
menguapkan zat anestesi cair yang mudah menguap. Alat ini dilengkapi dengan
angka penunjuk (dial) yang berfungsi untuk mengatur besar kecil konsentrasi zat
anestesi yang keluar. Anestetik volatil (spt halothan, isoflurane, desflurane atau
sevoflurane) harus diuapkan sebelum diberikan ke pasien. Vaporizer mempunyai
knob yang dikalibrasikan untuk konsentrasi yang secara tepat menambahkan
anestetik volatil ke campuran aliran gas dari seluruh flowmeter. Terletak antara
flowmeter dan common gas outlet. Lebih lanjut, kecuali mesin hanya bisa
menampung satu vaporizer, semua mesin anestesi harus mempunyai alat interlocking
atau ekslusi untuk mencegah penggunaan lebih dari satu vaporizer secara bersamaan.

Gambar 1. Vaporizer

2.1.2 Cara kerja penguapan vaporizer


Pada temperatur tertentu, melekul dari zat volatil dalam tempat tertutup akan
berdistribusi dalam fase cair dan gas. Molekul gas menghantam dinding kontainer,
menciptakan tekanan uap dari zat itu. Makin tinggi temperaturnya, makin tinggi
kecendrungan molekul berubah dari cair ke gas, dan makin tinggi tekanan
uapnya. Penguapan memerlukan energi, yang didapat dari kehilangan panas dari
fase cair. Ketika penguapan berlangsung, temperatur zat cair turun dan tekanan uap
menurun hingga terdapat kalor yang dapat masuk ke sistem. Vaporizer memiliki
ruangan dimana gas pembawa akan larut bersama zat volatil.

2.1.3 Macam-macam vaporizer


1. Fluotec vaporizer
Ini termasuk vaporizer yang akurat, tetapi keakuratannya dipengaruhi oleh suhu,
lamanya penggunaan, jumlah obat halothane yang berefek didalamnya, dan aliran
gas yang diberikan. Semakin besar faktor-faktor yang mempengaruhi semakin besar
konsentrasi uap yang dikeluarkan. Selain dari pada itu ada sedikit perbedaan pada
pengeluaran uap halothane jika gas yang dipakai pendorong uap itu berbeda, yaitu
jika yang dipakai oksigen saja, pada angka konsentrasi 0,5 – 1,0 %, konsentrasi uap
halothane yang keluar lebih tinggi sedikit dari angka itu dari pada kalau gas yang
dipakai itu nitrouse oxide 70 %, sedangkan pada angka 2, 3, dan 4 % pengeluaran
uap halothane lebih tinggi gas nitrous oxide 70 % dari pada oksigen. Ini adalah
pengaruh dari kekentalan gas.

Gambar 2. Floutec vaporizer

2. Goldman vaporizer
Ini adalah vaporizer sederhana yang tidak menggunakan kendali suhu, biasanya
dipakai secara selang seling dengan nitrous oxide-oksigen pada mesin Boyle atau
mesin Walton dan Mc Kesson. Selanjutnya vaporizer ini berkembang menjadi
vaporizer Mark II.

Gambar 3 Goldman vaporizer

3. Vaporizer copper kettle


Ini sebuah vaporizer yang sangat efesien yang dibuat pada tahun 1952. Pada
vaporizer ini digunakan alat pengukur atas berbagai aliran gas oksigen yang
diberikan yang melewati cairan halotan dan hasil campuran uap anestesi yang
dikeluarkan dapat diketahui sesuai dengan hasil pengukuran oleh vaporizer. Copper
Kettle dapat digunakan untuk menguapkan eter, halothane, trilene atau metoksifl

Gambar 4 Vaporizer copper kettle


Vaporizer ketel tembaga tidak lagi digunakan secara klinis, bagaimanapun juga,
mengerti cara kerjanya akan memberikan pemahaman terhadap pemberian zat
volatil. Diklasifikasikan sebagai measured-flow vaporizer (atau flowmeter-
controlled vaporizer). Didalam ketel tembaga, sejumlah gas pembawa akan
melewati zat anestetik yang dikontrol oleh flowmeter, Katup ini akan ditutup ketika
sirkuit vaporizer tidak dipakai. Tembaga digunakan sebagai bahan konstruksi karena
sifat spesifik panasnya. (Jumlah panas yang dibutuhkan untuk menaikkan 1 gr
substansi sebesar 1oC) dan konduktifitas termal yang baik (kecepatan konduktifitas
panas melewati zat) membantu kemampuan vaporizer untuk tetap pada temperatur
yang konstan. Seluruh gas yang memasuki vaporizer melawti cairan anestesi dan
akan bercampur dengan uap. 1 ml cairan anestetik sama dengan 200 ml uap
anestesi. Karena tekanan uap dari zat anestesi lebih besar dari yang tekanan parsial
yang dibutuhkan untuk anestesia, gas yang sudah bercampur akan meninggalkan
ketel harus diencerkan terlebih dahulu sebelum mencapai pasien.
Sebagai contoh , tekanan uap halotan adalah 243 mmHg pada 20oC, jadi
konsentrasi halotan ketika keluar dari ketel tembaga pada 1 atmosfer
adalah 243/760, atau 32%. Jika 100ml oksigen memasuki ketel, sekitar 150 ml gas
akan keluar, yang sepertiganya adalah uap halotan. Sebagai kontras, tekanan parsial
yang hanya 7mmHg atau kurang dari 1% konsentrasi (7/760) pada 1 atmosfer yang
dibutuhkan untuk anestesi. Untuk memberikan 1% konsentrasi halotan, 50 ml uapo
halotan dan 100ml gas pembawa yang meninggalkan ketel tembaga harus di
encerkan dengan 4850 gas yang lain (5000-150 =4850). Setiap 100 ml oksigen yang
melewati vaporizer halothan akan memberikan konsentrasi halotan 1 % jika total
aliran gas pada sirkuit pernafasan sebesar 5L/mnt. Jadi, jika total aliran sudah
ditetapkan, aliran melewati vaporizer akan menentukan konsentrasi akhir dari zat
anestesi. Isofluran mempunyai tekanan uap yang hampir sama. Jadi terdapat
hubungan yang sama antara aliran ketel tembaga, aliran gas total, dan konsentrasi zat
anestetik. Bagaimanapun juga, jika aliran gas total turun tanpa disengaja (cth.
Kehabisan suplai nitrous oksida), konsentrasi volatil anestetik akan naik dengan
cepat ke tingkat yang berbahaya.

4. HALOX VAPORIZER
Vaporizer ini bekerja seperti vaporizer Copper Ketlle terbuat dari kaca. Disini
digunakan alat pengukur suhu sehingga dapat diketahui suhu dari halothane. Disini
dibuat gambaran untuk membaca berapa uap halothane yang keluar sesuai dengan
suhu dan aliran gas yang diberikan, baik oksigen maupun nitrous oxide.

Gambar 5 Halox vaporizer

5. DRAGER VAPORIZER
Ini adalah vaporizer dengan kompensasi suhu yang dapat mengeluarkan
konsentrasi yang tetap dan akurat pada aliran gas antara 0,3 – 12 lt/menit. Alat ini
tidak terpengaruh oleh tekanan yang ditimbulkan oleh ventilator, alat ini sangat
akurat.
Gambar 6 Drager vaporizer

6. OXFORD MINIATUR VAPORIZER


Vaporizer ini dapat digunakan secara tersendiri atau digabungkan dengan mesin
EMO inhaler dengan konsentrasi 0-3,5 %

Gambar 7 Oxford miniature vaporizer

7. PENLON DRAWOVER VAPORIZER MARK II


Ini adalah vaporizer kompensasi suhu yang efesien pada aliran gas antara 4-14
lt/menit, dan dapat memberikan konsentrasi 6 %.
Gambar 8 Penlon drawover vaporation Mark II
8. BLEASE UNIVERSAL VAPORIZER
Ini merupakan perkembangan dari Garned Vaporizer yang dapat dipakai untuk
semua anestesi yang mudah menguap.

Gambar 9 Blease universal vaporizer

9. EMO draw over apparatus


EMO ( Epstein Mac-Intosh Oxford) inhaler khusus untuk obat inhalasi eter.

Gambar 10 EMO draw over apparatus


VENTILATOR

DASAR TEORI

A. Pengertian
Ventilasi mekanik adalah suatu alat bantu mekanik yang berfungsi memberikan
bantuan nafas pasien dengan cara memberikan tekanan udara positif pada paru-paru
melalui jalan nafas buatanadalah suatu alat yang digunakan untuk membantu
sebagian atau seluruh proses ventilasi untuk mempertahankan oksigenasi ( Brunner
dan Suddarth, 2002).
Beberapa keadaan seperti asidosis dan alkalosis membuat keadaan tubuh
membuat kompensasi dengan berbagai cara untuk menyeimbangkan keadaan PH
darah mendekati normal 7,35-7,45 dan kadar PO2 dalam darah mendekati 80-100
mmHg. Kompensai dapat berupa hyperventilasi jika keadaan hipoksemia, atau
pemenjangan waktu ekspirasi jika terjadi hyperkarbia (peningkatan kadar CO2 dalam
darah). Tetapi kompensasi alamiah tidak sepenuhnya dapat mengembalikan kadar
asam basa dalam darah menjadi normal, tetapi dapat mengakibatkan kelelahan otot-
otot nafas dan pasien pada akhirnya menjadi hipoventilasio dan terjadi apneu.

Ventilator memberikan bantuan dengan mengambil alih pernafasan pasien yang


dapat di set menjadi mode bantuan sepenuhnya atau bantuan sebagian. Mode
Bantuan sepenuhnya diantaranya VC (Volume Control) PC (Pressure Control), CMV
(Control Minute Volume).

B. Tujuan Pemasangan Ventilator Mekanik


Ada beberapa tujuan pemasangan ventilator mekanik, yaitu:
1. Mengurangi kerja pernapasan
2. Meningkatkan tingkat kenyamanan pasien
3. Pemberian MV yang akurat
4. Mengatasi ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi
5. Menjamin hantaran O2 ke jaringan adekuat

C. Indikasi Pemasangan Ventilator Mekanik


1. Pasien dengan gagal nafas.
Pasien dengan distres pernafasan gagal nafas, henti nafas (apnu) maupun
hipoksemia yang tidak teratasi dengan pemberian oksigen merupakan indikasi
ventilasi mekanik. Idealnya pasien telah mendapat intubasi dan pemasangan ventilasi
mekanik sebelum terjadi gagal nafas yang sebenarnya. Distres pernafasan disebabkan
ketidakadekuatan ventilasi dan atau oksigenasi. Prosesnya dapat berupa kerusakan
paru (seperti pada pneumonia) maupun karena kelemahan otot pernafasan dada
(kegagalan memompa udara karena distrofi otot).
2. Insufisiensi jantung.
Tidak semua pasien dengan ventilasi mekanik memiliki kelainan pernafasan
primer. Pada pasien dengan syok kardiogenik dan CHF, peningkatan kebutuhan
aliran darah pada sistem pernafasan (sebagai akibat peningkatan kerja nafas dan
konsumsi oksigen) dapat mengakibatkan jantung kolaps. Pemberian ventilasi
mekanik untuk mengurangi beban kerja sistem pernafasan sehingga beban kerja
jantung juga berkurang.
3. Disfungsi neurologist
Pasien dengan GCS 8 atau kurang yang beresiko mengalami apnu berulang juga
mendapatkan ventilasi mekanik. Selain itu ventilasi mekanik juga berfungsi untuk
menjaga jalan nafas pasien serta memungkinkan pemberian hiperventilasi pada klien
dengan peningkatan tekanan intra cranial.
4. Tindakan operasi
Tindakan operasi yang membutuhkan penggunaan anestesi dan sedative sangat
terbantu dengan keberadaan alat ini. Resiko terjadinya gagal napas selama operasi
akibat pengaruh obat sedative sudah bisa tertangani dengan keberadaan ventilasi
mekanik.

D. Klasifikasi
Ventilator mekanik dibedakan atas beberapa klasifikasi, yaitu:
1. Ventilasi mekanik diklasifikasikan berdasarkan cara alat tersebut mendukung
ventilasi, dua kategori umum adalah ventilator tekanan negatif dan tekanan positif.
a. Ventilator Tekanan Negatif
Ventilator tekanan negatif mengeluarkan tekanan negatif pada dada eksternal.
Dengan mengurangi tekanan intratoraks selama inspirasi memungkinkan udara
mengalir ke dalam paru-paru sehingga memenuhi volumenya. Ventilator jenis ini
digunakan terutama pada gagal nafas kronik yang berhubungn dengan kondisi
neurovaskular seperti poliomyelitis, distrofi muscular, sklerosisi lateral amiotrifik
dan miastenia gravis. Saat ini sudah jarang di pergunakan lagi karena tidak bias
melawan resistensi dan conplience paru, disamping itu ventla tor tekanan negative
ini digunakan pada awal – awal penggunaan ventilator.
b. Ventilator Tekanan Positif
Ventilator tekanan positif menggembungkan paru-paru dengan mengeluarkan
tekanan positif pada jalan nafas dengan demikian mendorong alveoli untuk
mengembang selama inspirasi. Pada ventilator jenis ini diperlukan intubasi
endotrakeal atau trakeostomi. Ventilator ini secara luas digunakan pada klien dengan
penyakit paru primer. Terdapat tiga jenis ventilator tekanan positif yaitu tekanan
bersiklus, waktu bersiklus dan volume bersiklus.
2. Berdasarkan mekanisme kerjanya ventilator mekanik tekanan positif dapat dibagi
menjadi empat jenis yaitu : Volume Cycled, Pressure Cycled, Time Cycled, Flow
Cycle.
a. Volume Cycled Ventilator.
Volume cycled merupakan jenis ventilator yang paling sering digunakan di ruangan
unit perawatan kritis. Perinsip dasar ventilator ini adalah cyclusnya berdasarkan
volume. Mesin berhenti bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah mencapai volume
yang ditentukan. Keuntungan volume cycled ventilator adalah perubahan pada
komplain paru pasien tetap memberikan volume tidal yang konsisten. Jenis ventilator
ini banyak digunakan bagi pasien dewasa dengan gangguan paru secara umum. Akan
tetapi jenis ini tidak dianjurkan bagi pasien dengan gangguan pernapasan yang
diakibatkan penyempitan lapang paru (atelektasis, edema paru). Hal ini dikarenakan
pada volume cycled pemberian tekanan pada paru-paru tidak terkontrol, sehingga
dikhawatirkan jika tekanannya berlebih maka akan terjadi volutrauma. Sedangkan
penggunaan pada bayi tidak dianjurkan, karena alveoli bayi masih sangat rentan
terhadap tekanan, sehingga memiliki resiko tinggi untuk terjadinya volutrauma.
b. Pressure Cycled Ventilator
Perinsip dasar ventilator type ini adalah cyclusnya menggunakan tekanan. Mesin
berhenti bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah mencapai tekanan yang telah
ditentukan. Pada titik tekanan ini, katup inspirasi tertutup dan ekspirasi terjadi
dengan pasif. Kerugian pada type ini bila ada perubahan komplain paru, maka
volume udara yang diberikan juga berubah. Sehingga pada pasien yang setatus
parunya tidak stabil, penggunaan ventilator tipe ini tidak dianjurkan, sedangkan pada
pasien anak-anak atau dewasa mengalami gangguan pada luas lapang paru
(atelektasis, edema paru) jenis ini sangat dianjurkan.
c. Time Cycled Ventilator
Prinsip kerja dari ventilator type ini adalah cyclusnya berdasarkan waktu ekspirasi
atau waktu inspirasi yang telah ditentukan. Waktu inspirasi ditentukan oleh waktu
dan kecepatan inspirasi (jumlah napas permenit). Normal ratio I : E (inspirasi :
ekspirasi ) 1 : 2.
d. Berbasis aliran (Flow Cycle)
Memberikan napas/ menghantarkan oksigen berdasarkan kecepatan aliran yang
sudah diset.

E. Mode Ventilator Mekanik


Secara keseluruhan, mode ventilator terbagi menjadi 2 bagian besar yaitu mode
bantuan sepenuhnya dan mode bantuan sebagian.
1. Mode bantuan penuh terdiri dari mode volume control (VC) dan pressure control
(PC). Baik VC ataupun PC, masing-masing memenuhi target Tidal Volume (VT)
sesuai kebutuhan pasien (10-12 ml/kgBB/breath).
a. Volume Control (VC)
Pada mode ini, frekwensi nafas (f) dan jumlah tidal volume (TV) yang diberikan
kepada pasien secara total diatur oleh mesin. Mode ini digunakan jika pasien tidak
sanggup lagi memenuhi kebutuhan TV sendiri dengan frekwensi nafas normal.
Karena pada setiap mode control, jumlah nafas dan TV mutlak diatur oleh ventilator,
maka pada pasien-pasien yang sadar atau inkoopratif akan mengakibatkan benturan
nafas (fighting) anatara pasien dengan mesin ventilator saat insfirasi atau ekspirasi.
Sehingga pasien harus diberikan obat-obat sedatif dan pelumpuh otot pernafasan
sampai pola nafas kembali efektif. Pemberian muscle relaksan harus benar-benar
dipertimbangkan terhadap efek merugikan berupa hipotensive.
b. Pressure Control (PC)
Jika pada mode VC, sasaran mesin adalah memenuhi kebutuhan TV atau MV
melalui pemberian volume, maka pada mode PC target mesin adalah memenuhi
kebutuhan TV atau MV melalui pemberian tekanan. Mode ini efektif digunakan pada
pasien-pasien dengan kasus edema paru akut.
2. Mode bantuan sebagian terdiri dari SIMV (Sincronous Intermitten Minute Volume),
Pressure Support (PS), atau gabungan volume dan tekanan SIMV-PS.
a. SIMV (Sincronous Intermitten Minute Volume)
Jika VC adalah bantuan penuh maka SIMV adalah bantuan sebagian dengan
targetnya volume. SIMV memberikan bantuan ketika usaha nafas spontan pasien
mentriger mesin ventilator. Tapi jika usaha nafas tidak sanggup mentriger mesin,
maka ventilator akan memberikan bantuan sesuai dengan jumlah frekwensi yang
sudah diatur. Untuk memudahkan bantuan, maka trigger dibuat mendekati standar
atau dibuat lebih tinggi. Tetapi jika kekuatan untuk mengawali inspirasi belum kuat
dan frekwensi nafas terlalu cepat, pemakaian mode ini akan mengakibatkan
tingginya WOB (Work Of Breathing ) yang akan dialami pasien. Mode ini
memberikan keamanan jika terjadi apneu. Pada pasien jatuh apneu maka mesin tetap
akan memberikan frekwensi nafas sesuai dengn jumlah nafas yang di set pada mesin.
Tetapi jika keampuan inspirasi pasien belum cukup kuat, maka bias terjadi fighting
antara mesin dengan pasien. Beberapa pengaturan (setting) yang harus di buat pada
mode SIMV diantaranya: TV, MV, Frekwensi nafas, Trigger, PEEP, FiO2 dan alarm
batas atas dan bawah MV.
b. Pressure Support (PS)
Jika PC merupakan bantuan penuh, maka PS merupakan mode bantuan sebagian
dengan target TV melalui pemberian tekanan. Mode ini tidak perlu mengatur
frekwensi nafas mesin karena jumlah nafas akan dibantu mesin sesuai dengan jumlah
trigger yang dihasilkan dari nafas spontan pasien. Semakin tinggi trigger yang
diberikan akan semakin mudah mesin ventilator memberikan bantuan. Demikian
pula dengan IPL, semaikin tinggi IPL yang diberikan akan semakin mudah TV
pasien terpenuhi. Tapi untuk tahap weaning, pemberian trigger yang tinggi atau IPL
yang tinggi akan mengakibatkan ketergantungan pasien terhadap mesin dan ini akan
mengakibatkan kesulitan pasien untuk segera lepas dari mesin ventilator. Beberapa
pengaturan (setting) yang harus di buat pada mode VC diantaranya: IPL, Triger,
PEEP, FiO2, alarm batas atas dan bawah MV serta Upper Pressure Level. Jika
pemberian IPL sudah dapat diturunkan mendekati 6 cm H2O, dan TV atau MV yang
dihasilkan sudah terpenuhi, maka pasien dapat segera untuk diweaning ke mode
CPAP (Continuous Positive Air Way Pressure).
c. SIMV + PS
Mode ini merupakan gabungan dari mode SIMV dan mode PS. Umumnya digunakan
untuk perpindahan dari mode kontrol. Bantuan yang diberikan berupa volume dan
tekanan. Jika dengan mode ini IPL dibuat 0 cmH2O, maka sama dengan mode SIMV
saja. SIMV + PS memberikan kenyamanan pada pasien dengan kekuatan inspirasi
yang masih lemah. Beberapa pengaturan (setting) yang harus di buat pada mode VC
diantaranya: TV, MV, Frekwensi nafas, Trigger, IPL, PEEP, FiO2, alarm batas atas
dan bawah dari MV serta Upper Pressure Limit.
d. CPAP (Continous Positif Airway Pressure)Mode ini digunakan pada pasien dengan
daya inspirasi sudah cukup kuat atau jika dengan mode PS dengan IPL rendah sudah
cukup menghasilkan TV yang adekuat. Bantuan yang di berikan melalui mode ini
berupa PEEP dan FiO2 saja. Dengan demikian penggunaan mode ini cocok pada
pasien yang siap ekstubasi.

F. Setting Ventilator Mekanik


Untuk menentukan modus operasional ventilator terdapat beberapa parameter
yang diperlukan untuk pengaturan pada penggunaan volume cycle ventilator, yaitu :
1. Frekuensi pernafasan permenit
Frekwensi napas adalah jumlah pernapasan yang dilakukan ventilator dalam satu
menit. Setting normal pada pasien dewasa adalah 10-20 x/mnt. Parameter alarm RR
diseting diatas dan dibawah nilai RR yang diset. Misalnya set RR sebesar 10x/menit,
maka setingan alarm sebaliknya diatas 12x/menit dan dibawah 8x/menit. Sehingga
cepat mendeteksi terjadinya hiperventilasi atau hipoventilasi.
2. Tidal volume
Volume tidal merupakan jumlah gas yang dihantarkan oleh ventilator ke pasien
setiap kali bernapas. Umumnya disetting antara 8 - 10 cc/kgBB, tergantung dari
compliance, resistance, dan jenis kelainan paru. Pasien dengan paru normal mampu
mentolerir volume tidal 10-15 cc/kgBB, sedangkan untuk pasien PPOK cukup
dengan 5-8 cc/kgBB. Parameter alarm tidal volume diseting diatas dan dibawah nilai
yang kita seting. Monitoring volume tidal sangat perlu jika pasien menggunakan time
cycled.
3. Konsentrasi oksigen (FiO2)
FiO2 adalah jumlah kandungan oksigen dalam udara inspirasi yang diberikan oleh
ventilator ke pasien. Konsentrasinya berkisar 21-100%. Settingan FiO2 pada awal
pemasangan ventilator direkomendasikan sebesar 100%. Untuk memenuhi
kebutuhan FiO2 yang sebenarnya, 15 menit pertama setelah pemasangan ventilator
dilakukan pemeriksaan analisa gas darah. Berdasarkan pemeriksaan AGD tersebut
maka dapat dilakukan penghitungan FiO2 yang tepat bagi pasien.
4. Rasio inspirasi : ekspirasi
Rumus Rasio inspirasi : Ekspirasi
Waktu Inspirasi + Waktu Istirahat
Waktu Ekspirasi
Keterangan :
a. Waktu inspirasi merupakan waktu yang diperlukan untuk memberikan volume tidal
atau mempertahankan tekanan.
b. Waktu istirahat merupakan periode diantara waktu inspirasi dengan ekspirasi
c. Waktu ekspirasi merupakan waktu yang dibutuhkan untuk mengeluarkan udara
pernapasan
d. Rasio inspirasi : ekspirasi biasanya disetiing 1:2 yang merupakan nilai normal
fisiologis inspirasi dan ekspirasi. Akan tetapi terkadang diperlukan fase inspirasi
yang sama atau lebih lama dibandingkan ekspirasi untuk menaikan PaO2.
5. Limit pressure / inspiration pressure
Pressure limit berfungsi untuk mengatur jumlah tekanan dari ventilator volume
cycled. Tekanan terlalu tinggi dapat menyebabkan barotrauma.
6. Flow rate/peak flow
Flow rate merupakan kecepatan ventilator dalam memberikan volume tidal
pernapasan yang telah disetting permenitnya.
7. Sensitifity/trigger
Sensitifity berfungsi untuk menentukan seberapa besar usaha yang diperlukan
pasien dalam memulai inspirasi dai ventilator. Pressure sensitivity memiliki nilai
sensivitas antara 2 sampai -20 cmH2O, sedangkan untuk flow sensitivity adalah
antara 2-20 L/menit. Semakin tinggi nilai pressure sentivity maka semakin mudah
seseorang melakukan pernapasan. Kondisi ini biasanya digunakan pada pasien yang
diharapkan untuk memulai bernapas spontan, dimana sensitivitas ventilator disetting
-2 cmH2O. Sebaliknya semakin rendah pressure sensitivity maka semakin susah atau
berat pasien untuk bernapas spontan. Settingan ini biasanya diterapkan pada pasien
yang tidak diharapkan untuk bernaps spontan.
8. Alarm
Ventilator digunakan untuk mendukung hidup. Sistem alarm perlu untuk
mewaspadakan perawat tentang adanya masalah. Alarm tekanan rendah menandakan
adanya pemutusan dari pasien (ventilator terlepas dari pasien), sedangkan alarm
tekanan tinggi menandakan adanya peningkatan tekanan, misalnya pasien batuk,
cubing tertekuk, terjadi fighting, dan lain-lain. Alarm volume rendah menandakan
kebocoran. Alarm jangan pernah diabaikan tidak dianggap dan harus dipasang dalam
kondisi siap.
9. Positive end respiratory pressure (PEEP)
PEEP bekerja dengan cara mempertahankan tekanan positif pada alveoli diakhir
ekspirasi. PEEP mampu meningkatkan kapasitas residu fungsional paru dan sangat
penting untuk meningkatkan penyerapan O2 oleh kapiler paru.

G. Kriteria Pemasangan Ventilator Mekanik


Menurut Pontopidan (2003), seseorang perlu mendapat bantuan ventilasi
mekanik (ventilator) bila :
1. Frekuensi napas lebih dari 35 kali per menit.
2. Hasil analisa gas darah dengan O2 masker PaO2 kurang dari 70 mmHg.
3. PaCO2 lebih dari 60 mmHg
4. AaDO2 dengan O2 100 % hasilnya lebih dari 350 mmHg.
5. Vital capasity kurang dari 15 ml / kg BB.

H. Komplikasi
Ventilator adalah alat untuk membantu pernafasan pasien, tapi bila
perawatannya tidak tepat bisa, menimbulkan komplikasi seperti:
1. Pada paru
a. Baro trauma: tension pneumothorax, empisema sub cutis, emboli udara vaskuler.
b. Atelektasis/kolaps alveoli diffuse
c. Infeksi paru
d. Keracunan oksigen
e. Jalan nafas buatan: king-king (tertekuk), terekstubasi, tersumbat.
f. Aspirasi cairan lambung
g. Tidak berfungsinya penggunaan ventilator
h. Kerusakan jalan nafas bagian atas
2. Pada sistem kardiovaskuler
Hipotensi, menurunya cardiac output dikarenakan menurunnya aliran balik vena
akibat meningkatnya tekanan intra thorax pada pemberian ventilasi mekanik dengan
tekanan tinggi.
3. Pada sistem saraf pusat
a. Vasokonstriksi cerebral
Terjadi karena penurunan tekanan CO2 arteri (PaCO2) dibawah normal akibat dari
hiperventilasi.
b. Oedema cerebral
Terjadi karena peningkatan tekanan CO2 arteri diatas normal akibat dari
hipoventilasi.
c. Peningkatan tekanan intra kranial
d. Gangguan kesadaran
e. Gangguan tidur.
4. Pada sistem gastrointestinal
a. Distensi lambung, ileus
b. Perdarahan lambung
5. Gangguan lainnya
a. Obstruksi jalan nafas
b. Hipertensi
c. Tension pneumotoraks
d. Atelektase
e. Infeksi pulmonal
f. Kelainan fungsi gastrointestinal ; dilatasi lambung, perdarahan
g. Gastrointestinal.
h. Kelainan fungsi ginjal
i. Kelainan fungsi susunan saraf pusat

BAGIAN - BAGIAN

PRINSIP KERJA

Beberapa ventilator tekanan positif saat ini sudah dilengkapi sistim komputer dengan panel
kontrol yang mudah dioperasikan (user-friendly). Untuk mengaktifkan beberapa mode,
setting dan alarm, cukup dengan menekan tombol. Selain itu dilengkapi dengan layar
monitor yang menampilkan apa yang kita setting dan parameter alarm.

Ventilator adalah peralatan elektrik dan memerlukan sumber listrik. Beberapa ventilator,
menyediakan back up batere, namun batere tidak di disain untuk pemakaian jangka lama.
Ventilator adalah suatu metode penunjang/bantuan hidup (life - support); sebab jika
ventilator berhenti bekerja maka pasien akan meninggal. Oleh sebab itu harus tersedia
manual resusitasi seperti ambu bag di samping tempat tidur pasien yang memakai ventilator,
karena jika ventilator stop dapat langsung dilakukan manual ventilasi.

Ketika ventilator dihidupkan, ventilator akan melakukan self-test untuk memastikan apakah
ventilator bekerja dengan baik. Tubing ventilator harus diganti setiap 24 jam dan biarkan
ventilator melakukan self-test lagi. Filter bakteri dan water trap harus di periksa terhadap
sumbatan, dan harus tetap kering. Namun perlu diingat bahwa penanbahan filter dapat
meningkatkan dead space.

BLOG DIAGRAM

Penjelasan Rangkaian :
Saat alat dalam keadaan menyala maka LCD melakukan inisialisasi. Karena IC
Microkontroler AT89s51 telah mendapatkan tegangan sebeesar 5V. Kemudian untuk
penyetingan awal yaitu saat proses setting timer kita tekan tombol up/down untuk
menentukan lamanya proses pengkabutan. Selanjutnya penyetingan pengkabutan kita tekan
tombol up/down untuk menentukan besar kecilnya pengkabutan.

Settingan yang dilakukan akan ditampilkan pada LCD selanjutnya kita tekan tombol
START maka alat akan bekerja. Kemudian ic mikro akan memberikan perintah pada masing-
masing driver mel P3.0,P3.1,P3.2,P3.3. Kemudian proses timer akan berjalan apabila telah
mendapatkan perintah dari IC micro sehingga TR1 saebagai transistor NPN akan saturasi
apabila ia mendapatkan logika 1. selanjutnya optocoupler akan bekerja apabila penyensor
cahaya mendapatkan tegangan yang dapat mengubah energi listri menjadi cahaya.
Selanjutnya transistor aakan menerima energi cahaya menjadi energi listrik dan tegangan
tersebut akan diterima TR5 sehingga TR5 saturasi mengakibatkan kontak RY1 akan pindah
ke NC sehingga dapat mengaktifkan motor.
Untuk kerja dari TR2,TR3,TR4 sama halnya dengan TR1 hanya saja mereka akan
mengaktifkan selenoid untuk pengaturan pengkabutan dan alat bekerja. Setelah timer habis
maka alat akan mati atau berhenti dan proses terapi selesai.

STANDART OPERATIONAL PROSEDUR Pengoperasian Unit :

1. Pasien dianalisa dengan menggunakkan BGA.


2. Intubasi dan weaning pasien terlebih dahulu dengan
suction.
3. Instal unit :
- Setup pasien (neonatus/Pediatric/Adult).
- Gas Supply O2 dan Air compress
- Circuit pasien sesuai kebutuhan.
- Penggunaan Invasive/non invasive ventilator
- Setting Humidifier dari suhu standart 30-40 derajat.
- Circuit cek,self test, standart test. (Utk safety alat).

AKHIRAN

A. Kesimpulan
Ventilasi mekanik adalah suatu alat bantu mekanik yang berfungsi memberikan
bantuan nafas pasien dengan cara memberikan tekanan udara positif pada paru-paru
melalui jalan nafas buatanadalah suatu alat yang digunakan untuk membantu
sebagian atau seluruh proses ventilasi untuk mempertahankan oksigenasi
Ada beberapa tujuan pemasangan ventilator mekanik, yaitu:
1. Mengurangi kerja pernapasan
2. Meningkatkan tingkat kenyamanan pasien
3. Pemberian MV yang akurat
4. Mengatasi ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi
5. Menjamin hantaran O2 ke jaringan adekuat
Indikasi Pemasangan Ventilator Mekanik
1. Pasien dengan gagal nafas
2. Insufisiensi jantung.
3. Disfungsi neurologist
4. Tindakan operasi
Menurut Pontopidan (2003), seseorang perlu mendapat bantuan ventilasi
mekanik (ventilator) bila :
1. Frekuensi napas lebih dari 35 kali per menit.
2. Hasil analisa gas darah dengan O2 masker PaO2 kurang dari 70 mmHg.
3. PaCO2 lebih dari 60 mmHg
4. AaDO2 dengan O2 100 % hasilnya lebih dari 350 mmHg.
5. Vital capasity kurang dari 15 ml / kg BB

B. Saran
Dengan dibuatnya makalah ini semoga pengetahuan masyarakat khususnya
mahasiswa tentang materi Ventilator Mekanik dapat meningkat. Dari yang belum
tahu menjadi tahu, dan dari yang sudah tahu menjadi semakin mengerti.
Dan demi kesempurnaan makalah ini penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun.

DAFTAR PUSTAKA

http://fkpcci.blogspot.com/2012/06/ventilasi-mekanik-ventilator.html
http://nurainiperawatpjnhk.blogspot.com/2012/09/ventilasi-mekanik.html
http://novi-andryani.blogspot.com/2011/11/askep-klien-dengan-ventilasi-
mekanik.html

Diposting oleh Dzul Fiqri di Thursday, September 08, 2016


Elektromedik : Pengertian, Blok Diagram, Cara
Kerja Ventilator
pada Saturday, March 25, 2017

Ventilator adalah alat bantu pernafasan bertekanan negatif atau positif yang dapat
mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen selama waktu yang cukup lama (
Brunner and suddarth, 2001).

Ventilator merupakan salah satu alat kedokteran yang berfungsi untuk membantu
pernafasan pasien. Ventilator secara umun adalah mixer antara oksigen (O2) udara
tekan (Air) yang diproses secara elektronik dan cenderung di intergrasikan dengan
system komputer, terdapat berbagai jenis sensor dan valve yang berfungsi untuk
keamanan pasien maupun alat ventilator itu sendiri.

Ventilator merupakan alat life support yang mempunyai peran yang sangat vital sebagai
penopang pernapasan pada pasien yang mengalami gangguan atau kegagalan sistem
pernafasan.
Blok Diagram Ventilator

Cara Kerja Blok Diagram Ventilator

1. Gas Inlet Blok


Adalah blok inlet dimana konektor Air dan O2 dihubungkan, agar mesin mendapat
supplay Air dan O2 maka blok ini harus dihubungkan dengan sumber gas yang
biasanya dari system gas medis central rumah sakit atau tabung gas medis. Selain itu
didalam blok ini juga terdapat pressure sensor dimana apabila tekanan kurang / lebih
maka alarm akan bekerja.Apabila tekanan berlebih maka pressure reducer akan
otomatis membuang tekanan yang berlebih tersebut. Ada juga didalamnya non return
Valve. Dimana valve ini berfungsi supaya gas yang masuk tidak kembali lagi keluar.

2. Mixer
Blok ini berfungsi untuk mencampur antara Air dan O2 yang masuk dari gas inlet
blok, karena mesin ventilator mengolah campuran antara Air dan O2 dan diproses
secara elektronik dan pneumatic,

3. Inspratory valve
Adalah valve yang mengatur inspirasi gas yang telah dicampur oleh mixer.

4. Humidifier
Merupakan blok untuk melembabkan gas yang mengalir ke pasien agar pernafasan
pasien menjadi lembab, karena apabila udara kering yang mengalir maka akan
berakibat buruk pada pasien tersebut.
5. Flow sensor
Merupakan sensor yang dapat mendeteksi flow/aliran gas yang akan masuk ke
pasien. Flow sensor ini juga berfungsi sebagat sensor agar Minute Volume dan Tidal
Volume untuk pasien itu sesuai dengan butuhan.

6. Over pressure valve


Valve yang berfungsi mengeluarkan tekanan yang berlebih agar pasien aman.

7. Additional Air valve


Valve tambahan agar gas yang masuk ke pasien benar-benar aman.

8. Paw(Pressure Air Way)


Blok ini untuk membaca tekanan udara yang masuk ke pasien.

9. Expiratory Valve
Valve ini merupakan valve ekspirasi

Cara Kerja Keseluruhan Dari Blok Diagram Ventilator


1. Langkah pertama O2 dan Air Pressure masuk ke mixer, agar oksigen tercampur
2. Kemudian setting tidal volume berapa banyak yang akan diberikan ke pasien
3. Kemudian respirasi rate ditentukan kecepatan below/motor setelah itu udara yang di
proses dan masuk ke below dan dihantarkan ke inspirasi valve untuk ditampung
sementara sehingga agar sesuai dengan settingan
4. Setelah itu apabila telah diperintahkan udara akan masuk ke inspirasi portbahwa
udara akan dihantarkan
5. Kemudian udara akan dihangatkan oleh humidifier dan diteruskan ke pasiensehingga
Pasien merasa nyaman untuk menghirup udara atau O2
6. Setelah itu udara atau CO2 di keluarkan dari Pasien dan menuju ke Water Trap untuk
pemisahan udara dengan kadar air agar supaya tidak masuk ke Expirasi Port dan
Expirasi Valve agar tidak terjadi kelembapan di Expirasi
7. Setelah itu dibuang ke tubing Exaust

Mode Pada Ventilator


1. IPPV
Semua kondisi diambil alih oleh alat, apapun yang terjadi pada pasien maka alat tidak
akan merespons. Biasanya mode ini digunakan untuk pasien yang kondisinya knock
down atau dipingsankan.

2. SIPPV
Mode ini adalah untuk pasien dengan kondisi <20% dan semua kondisi diambil alih
oleh alat akan tetapi dapat memberi nafas kapanpun pasien butuh. Biasanya mode ini
digunakan pada kondisi pasien yang pingsan. Untuk indicator bahwa pasien bernafas
maka indicator trigger akan menyala.

3. SIMV
Mode ini adalah kondisi pasien sudah 50% dan apabila pasien membutuhkan nafas
maka alat akan memberikan hanya sekali dalam saru siklus.
4. CPAP
Mode ini digunakan untuk memonitor kondisi pasien dan biasanya pasien sudah
dalam kondisi >80% dan menurut teorinya apabila pasien masih mungkin apnoea maka
sebaiknya jangan menggunakan mode CPAP. (Untuk savina dan evita family mode
CPAP memikki backup mode apabila terjadi apnoea dan waktu nya dapat disetting pada
Apnoea time)

Cara Pengoperasian Alat


1. Hubungkan ventilator dengan sumber listrik
2. Hubungkan ventilator dengan sumber O2 dan udara tekan
3. Isi humidifier dengan air steril (lihat batas air)
4. Perhatikan ‘’breathing circuit’’ apakah ada kebocoran
5. Perhatikan baik-baik konektor yang menghubungkan pasien dengan sirkuit
pernapasan atau ‘’breathing circuit’’
6. Sebelum dihubungkan ke pasien harus disetting terlebih dahulu yaitu :
- M.V = Tidal Volume (T.V) X Respiratory rate (R.R)
- Normal T.V = 10-15 cc / kg BB
- Normal R.R = 10-12 X/mt (pada orang dewasa)
- Tentukan FiO (Fresentase Oksigen)
- Pada permulaan di berikan 50% selanjutnya lihat analisa gas darah pada pasien
dengan pasca ‘’cardiac arrest’’ FiO2 harus diberikan 100.
- Tentukan PEEP (Positive End Ekspiratory Pressure)
- setting pengaturan alarm

Prosedur Pemberian Ventilator


Sebelum memasang ventilator pada pasien. Lakukan test paru pada ventilator untuk
memastikan pengesetan sesuai pedoman standar. Sedangkan pengesetan awal adalah
sebagai berikut:
1. Fraksi oksigen inspirasi (FiO2) 100%
2. Volume Tidal : 4-5 ml/kg BB
3. Frekwensi pernafasan : 10-15 kali/menit
4. Aliranin spirasi : 40-60 liter/detik
5. PEEP (Possitive End Expiratory Pressure) atau tekanan positif akhir ekspirasi: 0-5
Cm, ini diberikan pada pasien yang mengalami oedema paru dan untuk mencegah
atelektasis. Pengesetan untuk pasien ditentukan oleh tujuan terapi dan perubahan
pengesetan ditentukan oleh respon pasien yang ditujunkan oleh hasil analisa gas darah
(Blood Gas)

. TENSIMETER ANEROID
Tensimeter Aneroid umumnya terdiri darimeteran pengukur tekanan, balon pompa,serta sela
ng yang tersambung ke manset.Hasil pengukuran dapat diketahui dari angkayang ditunjukka
n oleh jarum pada meteran.Kelebihan dari penggunaan TensimeterAneroid adalah bentuknya
yang ringkas,sehingga mudah untuk dibawa bepergian.

Prinsip Kerja

Tekanan dalam bellow B didapat dari tekanan pompa udara sehingga pin Pbergerak, gerakan
dari pin P menyebabkangigi Gbergerak. Gerakan gigi G ini akan menyebabkan jarum
bergerak di seluruh muka manometer. Di bawah jarum penunjuk terdapat pegas tipis yang
berfungsi mengembalikan posisi jarum ke nol kembali ketika katup dibuka perlahan–lahan
(udara dikeluarkan sedikit demi sedikit). Dengan demikian pembacaan tekanan darah dicatat
oleh pengguna.
Blok Diagram

Pengoperasian

1. Menempatkan manset di lengan atas (kiri) yang tidaktertutup, lilitkan dengan selang yang mengarah ke telapak
tangan, dan tanda arteri utama berada di atas arteri utama. Tepi manset harus sekitar 1,5 sampai 2,5 cm di atas
bagian dalam engsel siku.

2. Dengan katup tertutup, tekan pompa dan tetap memompa sampai mencapai nilai 30-40 mmHg di atas tekanan
darah normal Anda.

3. Buka katup untuk mengeluarkan tekanan manset secara perlahan sebesar 2-3 mmHg per
detik.
4. Catat awal suara Korotkoff (Korotkoff sound) sebagai
tekanan sistolik, dan menghilangnya suara ini sebagai tekanan diastolik.

5. Setelah pengukuran selesai, buka katup secara penuh untuk melepas sisa udara dalam
manset.

Perawatan
1. Setelah pengukuran selesai, lilitkan manset dengan tensimeter dan pompa
serta simpan dalam kotaknya bersama dengan stetoskop.
2. Buang semua udara dalam manset sebelum disimpan.
3. Jangan pernah menyentuhkan manset atau komponennya dengan benda
tajam.
4. Akurasi tensimeter dapat diperiksa secara visual: pastikan agar jarum
berhenti dalam area garis merah di bawah "0" saat unit sudah benar-benar kosong.
Normalnya, kalibrasi harus dilakukan setiap 2 tahun.
2. TENSIMETER AIR RAKSA

Tensimeter raksamerupakan suatu alatpengukur tekanan darahyang memiliki bahanindikator


berupa raksasebagai indikatorpengukurnya. Tensimeterraksa ini merupakantensimeter yang
palingbagus dalam mengukur tingkat tekanan darah jika dibandingkan dengantensimeter jeni
s lainnya.
Penggunaan dari tensimeter raksa ini jauh harus lebih hati-
hati, sebab jikasalah dalam menggunakan tensimeter ini akan berakibat buruk bagikesehatan.
Penyebabnya adalah keracunan logam berat merkuri dapatmenyebabkan kematian.

Salah satu penyebab bahaya dari penggunaan tensimeter raksa ini adalahtimbulnya kebocora
n pada tabung raksa karena radiasi logam berat alatkesehatan tensimeter ini.
Air raksa yang nantinya keluar dari tabung tersebutdan terhirup manusia sangat tidak baik. P
enyebab kebocoran ini dapatdikarenakan kelalaian atau faktor lain
yang menyebabkan tabung penampungair raksa tersebut mengalami keretakan dan akhirnya
pecah.

Prinsip Kerja

Prinsip kerja alat pengukur tekanan darah(tensimeter) sama dengan U-Tube Manometer.
Manometer adalah alatpengukur tekanan yang menggunakan tinggikolom (tabung)
yang berisi liquid statik untukmenentukan tekanan. Manset dipasang‘mengikat’ mengelilingi
lengan dan kemudianditekan dengan tekanan di atas tekananarteri lengan (brachial) dan kem
udiansecara perlahan tekanannya diturunkan.Pembacaan tinggi mercuri dalam kolom(tabung
manometer) menunjukkan peak pressure (systolic) dan lowest pressure (diastolic).
Blok Diagram

Pengoperasian
1. Mengkondisikan pasian yang akan diperiksa (berbaring atau duduk).

2. Pasang manset tensimeter pada lengan bagian atas (2 ruas jari dari sikubagian dalam).

3. Letakkan stetoskop pada arteri brakhialis yang terletak pada lipatan sikubagian dalam.
4. Dengarkan denyut nadi dengan seksama sambil naikkan tekanantensimeter sampai suara d
enyutan tidak terdengar lagi.

5. Lepaskan tekanan tensimeter secara perlahan-lahan.

6. Ketika suara denyut nadi terdengar kembali, baca tekanan darah padabatas permukaan tab
ung raksa pada tensimeter, tekanan ini disebut sistolik.

7. Ketika proses penurunan, akan terdengar suara terakhir sebelum suaradenyut nadi menghil
ang, baca tekanan darah pada batas permukaan tabungraksa, tekanan ini disebut diastolik.
Perawatan

1. Simpan tensimeter dalam suhu ruangan yang sesuai untuk menjagaketahana


n tensimeter.
2. Membersihkan kaca dan bagian-bagian tensimeter dari debu dankotoran.
3. Bersihkan valve
inlet/klep masuk pada bulb dengan menggunakankapas yang dibasahi dengan alkoho
l.
4. Didalam valve outlet/klep keluar terdapat filter, lepas dan bersihkan.
Permasalahan
Penurunan raksa yang lambat ini dapat disebabkan oleh keadaan berikut:

 Saringan yang mampet karena dipakai terlalu lama


 Tabung kaca kotor (air raksa oksidasi)
 Udara atau debu di air raksa
Alasan yang pertama mudah kelihatan. Ada dua saringan dalam setiapsphygmomanometer
air raksa yaitu di lubang tabung kaca dan tendon.Saringan di atas tabung kaca dapat menjadi
tersumbat dengan mudah.Ketika air raksa menyentuh saringan, akan terjadi kelebihan tekana
n.Penanganan yang tidak baik setelah dipakai yaitu membiarkan air raksa ditabung kaca dan
tidak kembali ke tabung air raksa.
Alasan yang kedua berkaitan dengan fakta bahwa air raksa adalah suatulogam berat dan beris
i material yang tidak murni. Keadaan ini menyebabkandalam waktu yang
lama akan mengotori tabung gelas/kaca. Akibatnyagerakan raksa saat turun terhambat.

Alasan yang ketiga adalah masuknya gelembung udara. Ini disebabkan olehcara penanganan
yang tidak sesuai dari sphygmomanometer
air raksa. Debudapat masuk lewat udara. Memindahkan sphygmomanometer
air raksatanpa mengunci air raksa kembali ke kontainer dan meninggalkan klepmembuka dap
at menghasilkan suatu gelembung udara di air raksa.

Kalibrasi
Cara melakukan kalibrasi yang sederhana adalah sebagai berikut:

 Sebelum dipakai, air raksa harus selalu tetap berada pada levelangka nol (0 mmHg).
 Pompa manset sampai 200mmHg kemudian tutup katup buangrapat-
rapat. Setelah beberapa menit, pembacaan mestinya tidakturun lebih dari 2mmHg
(ke 198mmHg). Disini kita melihat apakah adabagian yang bocor.
 Laju Penurunan kecepatan dari 200mmHg ke 0
mmHg harus 1 detik,dengan cara melepas selang dari tabung kontainer air raksa.
 Jika kecepatan turunnya air raksa di
sphygmomanometer lebih dari1 detik, berarti harus diperhatikan keandalan darisphygmoman
ometer tersebut. Karena jika kecepatan penurunanterlalu lambat, akan mudah untuk terjadi k
esalahan dalam menilai.Biasanya tekanan darah sistolic pasien akan terlalu tinggi (tampilan)
bukan hasil sebenarnya. Begitu juga dengan diastolik.

3. TENSIMETER DIGITAL

Tensimeter Digital Merupakan sebuah alat pengukur tensi darah secara digital/ elektronis.
Alat kesehatan tersebut gunanya untuk mengukur tensi darah secara mudah dan langsung
menunjukkan angka tensi darahdengan hasil yang akurat. Pengukur tekanan darah digital
ini beroperasi dengan menggunakan tenaga Baterai, hasil pengukurannya pun dapat langsung
terlihat pada layar monitor yang memunculkan angka pengukuran tekanan darah.

Prinsip Kerja
Udara akan dipompa ke manset sekitar 20 mmHg di atas tekanan sistolik rata-
rata (sekitar 120 mmHg untuk rata-rata). Setelah itu perlahan-lahan udara akan dilepaskan
dari manset dengan mengendorkan knop pada tensimeter sehingga menyebabkan tekanan
dalam manset akan menurun. Secara perlahan manset akan mengempes, kita akan mengukur
osilasi kecil dalam tekanan udara dari manset lengan. Tekanan sistolik merupakan tekanan di
mana denyut nadi mulai terjadi atau bisa dikatakan sebagai batas bawah. Kami akan
menggunakan MCU untuk mendeteksi titik di mana osilasi ini terjadi dan kemudian
merekam tekanan dalam manset. Kemudian tekanan dalam manset akan menurun lebih
lanjut. Tekanan diastolik akan diambil pada titik di mana osilasi mulai menghilang.
Blok Diagram

Start button berfungsi untuk memulai pengukuran, saat start ditekan, maka MCU akan
mengeksekusi perintah untuk menggerakkan motor untuk memompa udara ke cuff. Udara
akan dipompa sampai mencapai tekanan 20 mmHg diatas tekanan sistolik. —Sensor tekanan
akan membaca dan mengeluarkan output yang diumpankan ke rangkaian amplifier dan akan
diinputkan ke MCU. —MCU akan menerima data dari ADC dan mengeluarkannya dalam
display LCD.

Pengoperasian
1. Pastikan tidak ada udara yang tersisa di dalam bladder pada manset. Kecuali
untuk tipe advance yang memiliki sistem menguras udara residu pemeriksaan
sebelumnya.
2. Ukuran manset juga harus sesuai dengan pemasangan yang benar. Walau
pun tipe automatis/digital bila manset yang digunakan tidak tepat, maka hasil
pengukurannya pun akan tidak tepat.
3. Bila memakai model sphygmomanometer digital yang wrist (model di
pergelangan tangan), gunakanlah pergelangan tangan kiri, kecuali karena ada kondisi
yang tidak memungkinkannya. Mengapa harus tangan kiri? Model wrist ini sangat
sensitif sehingga lebih baik menggunakan tangan yang paling dekat dengan
jantung. Jangan lupa juga untuk melepaskan jam tangan dan gelang.
4. Posisi pemasangan manset (tipe apa pun juga) harus memperhatikanartery
marking (penanda posisi arteri) yang ada pada manset.
5. —Sebelum menekan tombolnya, pastikan tingginya manset sama dengan
jantung, sehingga disarankan diperiksa dalam keadaan duduk. Bila memakai
model wrist, tempelkan pergelangan tangan yang diperiksa ke dada.
6. —Tekan tombol pemompa, dan tunggulah dengan sabar sampai alat benar-
benar berhenti bekerja. Jangan bergerak, jangan bicara, dan jangan banyak
bergoyang saat pemeriksaan; karena tensi meter digital terutama model wrist sangat
sensitif, sehingga getaran kecil dapat membuat salah pembacaan.
7. Baca hasilnya pada layar dan jangan dibulatkan. Angka yang ditunjukkan
merupakan angka yang biasanya sampai ke 1-an mmHg.
8. —Bila akan dilakukan pemeriksaan kedua, berilah jarak interval setidaknya
5 menit untuk memberikan sistem peredaran darah kembali normal setelah tertekan
saat pengukuran sebelumnya. Kemudian ulangi proses dengan cara yang sama.
Perawatan
 Hindarkan dari suhu dan kelembaban yang terlalu tinggi baik dalam penggunaan
atau penyimpanan.
 Hindarkan dari zat-zat kimia yang dapat merusak alat.
 Hindarkan dari benda-benda tajam.
 Jagalah agar manometer
(tabung mercury, gauge, atau LCD) daribenturan benda keras .
Diposting oleh Erni Titis Prahesti pada 10/30/2013 02:48:00 AM

Anda mungkin juga menyukai