1 BEDSIDE MONITOR
3.1.1 Definisi
Pasien monitor adalah suatu alat penunjang yang digumnakan untuk memonitor kondisi
vital fisiologis pasien. Dimana proses monitoring tersebut dilakukan secara continue selama
dibutuhkan, sehingga dapat diketahui kondisi vital fisiologis pasien pada saat itu juga.
Nama lain dari bedside monitor antara lain Cardiorespiratory Monitors, Apnea Alarms
dan repiration monitor, Patient Monitor. Adapun komponen alat dalam bedside monitor adalah
preamplifier, modul elektrode dan pasien kabel, parameter sesuai kebutuhan dan monitor.
2. Respirasi,
yaitu pemeriksaan irama nafas pasien dalam satu menit. Ini membantu untuk mengetahui
keadaan nafas pasien apakah dalam keadaan teratur atau tidak. Dan secara tidak
langsung dapat untuk mengetahui keadaan paru-paru pasien apakah ruang udara di paru-
parunya berfungsi dengan baik atau tidak untuk menerima udara dan menyaringnya
untuk dialirkan seluruh tubuh. Informasi pada Respirasi berkaitan dengan Saturasi darah
(SpO2). Jika angka pada parameter respirasi rendah maka akan rendah juga angkah pada
saturasi darah. Karena jika kita kekurangan oksigen saat bernafas, maka otomatis
transfer oksigen ke dalam darah akan berkurang.
5. Temperatur,
yaitu suhu tubuh pasien yang diperiksa. Suhu tubuh normal adalah 36oC – 37oC.
6. EtCO2,
yaitu pengukuran kadar karbon dioksida dalam sistem pernafasan pasien saat pasien
menghembuskan karbon dioksida. Pengukuran ini dinyatakan dalam presentase dari CO2
atau mmHg. Normalnya adalah 5% - 6% CO2 atau setara dengan 35 mmHg.
b. Jenis-Jenis
Jika kita ketahui ada sebuah pasien monitor dengan 5 parameter. Maka yang dimaksud dari
lima parameter tersebut adalah banyaknya jenis pemeriksaan yang bisa dilakukan oleh pasien
monitor tersebut. Jenis-jenis pasien monitor :
Patient monitor juga digunakan pada ruangan resusitasi / recovery pasca operasi untuk
kasus post operasi berat, seperti operasi jantung, operasi transplantasi organ dan operasi yang
memakan waktu lama. Dengan demikian berarti pasien yang dipasangkan alat Patient
Monitor adalah pasien yang lebih serius kondisi kesehatannya malah mungkin bukan pasien yang
sadarkan diri.
Sedangkan Vital sign monitor digunakan untuk memonitor beberapa parameter kesehatan
pasien yang membutuhkan continuously monitoring atau round the clock monitoring.Vital sign
monitor mempunyai parameter: Tekanan darah, pulse, temperature dan saturasi oksigen yang
digunakan untuk kondisi pasien yang tidak terlalu serius, tapi memerlukan pemantauan round the
clock, seperti : Ruangan Hemodialisa, Ruangan emergency, Ruangan resusitasi / recovery pasca
operasi untuk kasus operasi yang tidak berat, Ruangan Bersalin, Ambulance, Laboratorium,
Klinik-klinik yang ada rawat inap, Puskesmas yang DTP, Sentra Olahraga.
Manfaat vital sign monitor yaitu memungkinkan dokter dan para medis dapat mengeva-
luasi pasien lebih cepat, karena makin tidak stabil vital sign pasien, berarti makin sakit pasien
tersebut. Bekerja lebih efektif sehingga menghemat waktu yang pada akhirnya bermanfaat bagi
pasien, karena dapat lebih cepat mengetahui tingkat keseriusan pasien yang dirawat.
Teknologi advance yang ada pada Vital Sign Monitor membuatnya sangat optimal untuk rumah
sakit, karena dengan pemeriksaan manual, tingkat kesalahan dapat tinggi dan memberikan hasil /
diagnosis yang salah bagi pasien.
Dengan menggunakan vital sign monitor kesalahan ini dapat ditekan. Dapat mengetahui
bagaimana tubuh bereaksi terhadap stres-stres fisik. Dengan teknologi yang sangat user
friendly dapat digunakan untuk orang yang tidak berlatar belakang medis. Mengurangi beban
kerja paramedis di bagian yang sibuk seperti Ruang Recovery, dll. Di unit hemodialysis, dapat
membantu paramedis memantau pasien lebih efektif dan membuat pasien lebih merasa nyaman
dan aman.
Monitoring vital sign sangat penting dilakukan untuk mengetahui fisiologis tubuh.
Tekanan Systolic menunjukkan puncak tekanan darah memberikan gambaran kondisi pompa
jantung. Tekanan Diastolic – menunjukkan tekanan darah terendah memberikan kondisi “waktu
istirahat” dari jantung. Dengan tekanan darah kita dapat gambaran kondisi pembuluh darah dan
organ seperti otak dan ginjal dan untuk menghitung angka MAP (mean atrial pressure) yang
menunjukkan kondisi perfusi darah ke organ dan jaringan.
Saturasi Oksigen dilakukan untuk mengevaluasi sebaik apa kerja paru-paru dalam
menyuplai oksigen melalui darah ke seluruh tubuh dalam kondisi yang berbeda (istirahat, sedang
sakit, dalam pengaruh obat, dll). saturasi juga untuk mengevaluasi oksigenisasi dan saturasi
(kelarutannya) dalam hemoglobin. Sedangkan suhu bertujuan untuk memantau kemampuan
badan dalam menyimpan dan melepas panas tubuh, mendeteksi suhu tubuh yang abnormal;
rendah atau tinggi atau memonitor efektifitas dari pengobatan yang diberikan.
b. LCD Display
Menghasilkan gambar bagi tampilan sinyal-sinyal hasil pengukuran yang telah diolah dan
didapatkan dari main prosessor board.
c. Backligth
Tampilan bagi belakang layar dua tegangan anoda (200 v dan 6 KV), heater current kontrol
grid voltage, arus katoda.
d. Main Prosessor Board
Fungsinya untuk, firmware programed microcomputer, system timing, interface, pada
rangkaian lainnya seperti display monitor, spiker front-end dan keyboard, alarm, recorder serta
interface pada keluaran dan mini recorder.
e. Keypad
Fungsinya keypad board adalah untuk mengetik dan mengisi data-data pasien yang sedang
diperiksa dan memberikan perintah-perintah untuk melakukan program yang akan dilakukan.
c. Kebijakan
Struktur Organisasi dan Tatalaksana Rumah Sakit.
d. Prasyarat
1. SDM tersertifikasi.
2. Catu daya sesuai dengan kebutuhan alat.
3. Kotak kontak dilengkapi dengan hubungan pembumian.
4. Alat laik pakai dan bersih.
5. Aksesoris lengkap dan baik.
6. Bahan operasional tersedia.
e. Prosedur
1. Lepaskan penutup debu.
2. Siapkan aksesoris dan pasang sesuai kebutuhan.
3. Hubungkan alat ke terminal pembumian.
4. Hubungkan alat dengan catu daya.
5. Hidupkan alat dengan menekan atau memutar tombol ON/OFF ke posisi ON
6. Set rentang nilai (range) untuk temperatur, pulse dan alarm.
7. Perhatikan protap pelayanan.
8. Beritahukan kepada pasien, mengenai tindakan yang akan dilakukan.
9. Hubungkan patient cable, strap electrode dan chest electrode ke objek (pasien) dan
pastikan bahwa patient cable sudah terhubung dengan baik dan benar pada pasien dan
alat.
10. Lakukan monitoring.
11. Lakukan pemantauan display terhadap heart rate, ECG wave form, pulse, temperatur,
saturasi oksigen (SpO2), NIBP, tekanan hemodinamik.
12. Setelah pengoperasian selesai, matikan alat dengan menekan/memutar tombol ON/OFF
ke posisi OFF.
13. Lepaskan hubungan alat dari catu daya.
14. Lepaskan hubungan alat dari terminal pembumian.
15. Lepaskan patient cable, strap electrode, chest electrode dan bersihkan.
16. Bersihkan alat. Pastikan bahwa Bedside Monitor dalam kondisi baik dan siap
difungsikan pada pemakaian berikutnya.
17. Pasang penutup debu.
18. Simpan alat dan aksesoris ke tempat semula.
19. Catat beban kerja.
b. Kebijakan
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit tentang tugas dan fungsi IPS RS.
c. Tujuan
1. Mengetahui kondisi lingkungan yang tersedia.
2. Mengetahui kondisi fisik, fungsi komponen dan kinerja alat.
3. Mengetahui aspek keselamatan.
4. Mengetahui alat layak atau tidak layak difungsikan.
d. Petugas
Teknisi Elektromedis
e. Prasyarat
1. SDM Tersertifikasi.
2. Peralatan kerja dan alat ukur lengkap.
3. Protap pemantauan fungsi, 1 lembar kerja pemantauan fungsi dan protap pengoperasian
tersedia.
4. Bahan operasional tersedia.
5. Kotak kontak dilengkapi hubungan pembumian.
f. Peralatan
1. Alat Kerja
a. Handy Toolset
2. Alat Ukur
a. Multimeter (terkalibrasi)
b. Leakage Current Meter (terkalibrasi)
c. ECG Stimulator
d. Thermohygrometer (terkalibrasi)
g. Prosedur
a. Persiapan
1. Siapkan surat perintah kerja (SPK).
2. Siapkan formulir lembar kerja pemantauan fungsi.
3. Siapkan protap pemantauan fungsi dan protap pengoperasian alat.
4. Siapkan alat kerja dan alat ukur.
5. Siapkan bahan operasional.
6. Pemberitahuan kepada unit pelayanan pengguna alat.
b. Pelaksanaan
1. Lakukan pendataan alat.
2. Lakukan pemantauan kondisi lingkungan.
3. Lakukan pemeriksaan kualitatif (pemeriksaan fisik).
4. Lakukan pemeriksaan kuantitatif (pemeriksaan fungsi dan aspek keselamatan) –
perhatikan protap pengoperasian.
c. Pencatatan
1. Lakukan pengisian formulir lembar kerja pemantauan fungsi dan SPK.
2. Simpulkan hasil pemantauan fungsi.
- Alat layak difungsikan.
- Alat tidak layak difungsikan.
3. Pengguna alat menandatangani lembar kerja dan SPK pemantaun fungsi.
d. Pengemasan
1. Cek alat kerja dan alat ukur sesuai lembar kerja.
2. Cek dan rapihkan dokumen teknis penyerta.
3. Kembalikan alat kerja, alat ukur, dokumen teknis penyerta ke tempat semula.
e. Laporan
1. Laporkan hasil pemantauan fungsi kepada Unit Pelayanan pengguna alat dan saran
tindak lanjut.
2. Laporkan hasil pemantauan fungsi kepada pemberi tugas.
b. Kebijakan
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit tentang tugas dan fungsi IPS RS.
c. Tujuan
1. Agar pemeliharaan dapat dilakukan sesuai prosedur yang benar.
2. Alat selalu dalam kondisi siap dan laik pakai, sehingga usia teknis alat tercapai.
d. Petugas
Teknisi Elektromedis.
e. Prasyarat
1. Alat kesehatan berfungsi.
2. SDM tersertifikasi.
3. Alat kerja dan alat ukur lengkap.
4. Dokumen teknis, protap pemeliharaan lembar kerja pemeliharaan dan protap
pengoperasian, tersedia.
5. Bahan pemeliharaan, bahan operasional dan material bantu, tersedia.
6. Kotak kontak dilengkapi hubungan pembumian.
7. Ruang kerja memenuhi ketentuan kondisi lingkungan.
f. Peralatan
1. Alat kerja :
- Tool ser Mekanik
- Vacuum cleaner
2. Alat ukur
- Electrical Safety Analyzer (terkalibrasi)
- Multimeter (terkalibrasi)
- Ground tester (terkalibrasi)
- ECG Stimulator (terkalibrasi)
g. Prosedur
i. Persiapan
1. Siapkan Surat Perintah Kerja (SPK)
2. Siapkan formulir lembar kerja dan kartu pemeliharaan alat
3. Siapkan service manual dan protap pemeliharaan dan pengoperasian alat
4. Siapkan alat kerja dan alat ukur
5. Siapkan bahan pemeliharaan, bahan operasional dan material bantu
6. Pemeritahuan kepada Unit Pelayanan pengguna alat
iv. Pengemasan
1. Cek alat kerja dan alat ukur, sesuaikan dengan lembar kerja
2. Cek dan rapihkan dokumen teknis penyerta
3. Kembalikan alat kerja, alat ukur dan dokumen teknis penyerta ke tempat semula
4. Bersihkan alat Bedside Monitor dan lokasi pemeliharaan
v. Laporan
1. Laporkan hasil pemeliharaan alat kepada Unit Pelayanan pengguna alat dan serahkan
kembali alat centrifuge yang telah dipelihara
2. Laporkan hasil pemeliharaan alat kepada pemberi tugas.
b. Kebijakan
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit tentang tugas dan fungsi IPSRS.
c. Tujuan
1. Agar perbaikan dapat dilakukan sesuai prosedur yang benar.
2. Alat yang mengalami kerusakan dapat diperbaiki dan berfungsi kembali.
d. Petugas
Teknisi Elektromedis.
e. Prasyarat
1. Alat kesehatan dalam kondisi rusak.
2. SDM tersertifikasi.
3. Alat kerja dan alat ukur lengkap.
4. Dokumen teknis, protap perbaikan, lembar kerja perbaikan dan protap pengoperasian,
tersedia.
5. Bahan pemeliharaan dan material bantu, tersedia.
6. Suku cadang dapat diperoleh.
7. Kotak kontak dilengkapi hubungan pembumian.
8. Ruang kerja memenuhi ketentuan kondisi lingkungan.
f. Peralatan
1. Alat kerja :
- Tool set Elektronik
- Vacuum Cleaner
2. Alat ukur
- Multimeter (terkalibrasi)
- Electrical Safety Analyzer (terkalibrasi)
- Ground tester (terkalibrasi)
- ECG Stimulator (terkalibrasi)
- Osciloscope (terkalibrasi)
g. Prosedur
i. Persiapan
1. Siapkan Surat Perintah Kerja (SPK)
2. Siapkan formulir lembar kerja dan kartu pemeliharaan alat
3. Siapkan :
1. Service manual, diagram (schematic / wiring)
2. Protap pemeliharaan dan pengoperasian alat
3. Riwayat perbaikan alat
4. Siapkan alat kerja dan alat ukur
5. Siapkan bahan pemeliharaan dan material bantu
6. Pemberitahuan kepada Unit Pelayanan pengguna alat
iii. Pencatatan
1. Lakukan pengisian formulir lembar perbaikan dan SPK.
2. Simpulkan hasil pemeliharaan, apakah alat baik atau tidak baik
3. Pengguna alat menandatangani formulir lembar perbaikan dan SPK, sebagai bukti
pemeliharaan alat telah dilaksanakan
iv. Pengemasan
1. Cek alat kerja dan alat ukur, sesuaikan dengan lembar kerja.
2. Cek dan rapihkan dokumen teknis penyerta.
3. Kembalikan alat kerja, alat ukur dan dokumen teknis penyerta ke tempat semula.
4. Bersihkan alat Bedside Monitor dan lokasi perbaikan.
v. Laporan
1. Laporkan hasil pemeliharaan alat kepada Unit Pelayanan pengguna alat dan serahkan
kembali alat Bedside Monitor yang telah dipelihara.
2. Laporkan hasil pemeliharaan alat kepada pemberi tugas.
c. Penyimpanan Alat :
- Matikan alat
- Lepaskan alat dengan catu daya
- Bersihkan aksesoris
- Catat beban kerja alat
- Disimpan pada suhu 20 – 25 oC
- Simpan ditempat yang aman dan bersih
3.1.11 Troubleshooting
No Permasalahan Penyebab Tindakan
1 Alat tidak dapat hidup - Tegangan jala-jala tidak - Gunakan baterai
ada
- Power cord tidak kontak - Kencangkan atau sambung
kembali
- Sakelar power rusak - Ganti
- Sakering putus - Ganti
- Rangkaian catu daya - Perbaiki
rusak
2 Sinyal QRS / pulsa - Ada sinyal dari luar, - Cek hubungan pembumian
pada tampilan menjadi masuk / interfensi - Gunakan posisi filter
keriting / cacat (trenion) - Elektrode dengan pasien - Cek hubungan elektrode
kontaknya tidak baik - Elektrode kotor, bersihkan
- Pasien tegang - Tenangkan pasien
3 Kecepatan pulsa pada - Posisi speed salah - Cek selektor pemilihan
motor terlalu cepat speed
6 Alarm sering bunyi - Level alarm - Cek dan atur posisi level
alarm
- Elektroda, atau - Cek dan pasang dengan
parameter lain belum benar jika terlepas
terpasang atau terlepas
7 Pulsa terbalik - Posisi elektrode tidak - Cek dan ganti posisi
sesuai
11 Tanda “X” pada baterai - Baterai dan mesin tidak - Pasang kembali dengan
terhubung dengan benar benar
- Baterai rusak - Ganti
12 Tanda “X” pada modul - Mode NIBP “disable / - Ganti mode menjadi
NIBP Off” “Enable / On”
- Kerusakan modul NIBP - Ganti modul NIBP