Anda di halaman 1dari 27

3.

1 BEDSIDE MONITOR
3.1.1 Definisi
Pasien monitor adalah suatu alat penunjang yang digumnakan untuk memonitor kondisi
vital fisiologis pasien. Dimana proses monitoring tersebut dilakukan secara continue selama
dibutuhkan, sehingga dapat diketahui kondisi vital fisiologis pasien pada saat itu juga.

Nama lain dari bedside monitor antara lain Cardiorespiratory Monitors, Apnea Alarms
dan repiration monitor, Patient Monitor. Adapun komponen alat dalam bedside monitor adalah
preamplifier, modul elektrode dan pasien kabel, parameter sesuai kebutuhan dan monitor.

Gambar 1. Bedside / Patient Monitor

3.1.2 Parameter dan Jenis-jenis


a. Parameter
Parameter adalah bagian-bagian fisiologis dari pasien yang diperiksa melalui pasien monitor
atau bedside monitor.
1. Electro Cardiograf (ECG),
yaitu pemeriksaan aktivitas kelistrikan jantung. ECG merupakan pemeriksaan heart rate
atau jumlah detak jantung pasien dalam satu menit (Bpm). Secara rinci, ECG
memberikan informasi kepada kita tentang laju denyut jantung, ritme denyut jantung,
serta kekuatan dan timing sinyal listrik saat melewati masing-masing bagian jantung.
Informasi tersebut dinyatakan dalam angka. Jika denyut jantung maka normalnya adalah
60 – 100 denyut per menit / Bpm.

Gambar 2. Kabel ECG

Gambar 3. Elektroda ECG

Gambar 4. Monitor ECG

2. Respirasi,
yaitu pemeriksaan irama nafas pasien dalam satu menit. Ini membantu untuk mengetahui
keadaan nafas pasien apakah dalam keadaan teratur atau tidak. Dan secara tidak
langsung dapat untuk mengetahui keadaan paru-paru pasien apakah ruang udara di paru-
parunya berfungsi dengan baik atau tidak untuk menerima udara dan menyaringnya
untuk dialirkan seluruh tubuh. Informasi pada Respirasi berkaitan dengan Saturasi darah
(SpO2). Jika angka pada parameter respirasi rendah maka akan rendah juga angkah pada
saturasi darah. Karena jika kita kekurangan oksigen saat bernafas, maka otomatis
transfer oksigen ke dalam darah akan berkurang.

Gambar 5. Monitor Respirasi

3. Saturasi darah (SpO2),


yaitu pengukuran banyaknya oksigen yang ada dalam darah pasien. Informasi ini
berhubungan dengan informasi pada respirasi.

Gambar 6. Kabel SpO2 Dewasa

Gambar 7. Kabel SpO2 Anak-anak


Gambar 8. Kabel SpO2 Bayi

Gambar 9. Penggunaan SpO2

Gambar 10. Monitor SpO2

4. NIBP (Non Invasive Blood Pressure),


yaitu pemeriksaan tekanan darah secara non invasive. Tekanan darah normal orang
dewasa adalah 120/80. Angka 120 menunjukkan tingkat tekanan saat jantung memompa
darah ke seluruh tubuh.

Gambar 11. Manset Dewasa


Gambar 12. Manset Anak-anak

Gambar 13. Mansit Bayi

Gambar 14. Monitor NIBP

5. Temperatur,
yaitu suhu tubuh pasien yang diperiksa. Suhu tubuh normal adalah 36oC – 37oC.

Gambar 15. Kabel untuk tubuh


Gambar 16. Kabel untuk rektal

Gambar 17. Monitor Suhu / Temperatur

6. EtCO2,
yaitu pengukuran kadar karbon dioksida dalam sistem pernafasan pasien saat pasien
menghembuskan karbon dioksida. Pengukuran ini dinyatakan dalam presentase dari CO2
atau mmHg. Normalnya adalah 5% - 6% CO2 atau setara dengan 35 mmHg.

Gambar 18. Kabel EtCO2


Gambar 19. Monitor EtCO2

Gambar 20. Monitor EtCO2

7. IBP (Invasive Blood Pressure),


yaitu pemeriksaan darah secara invasive atau dari pembuluh darahnya secara langsung.
Cara pengukurannya adalah dengan menusukkan jarum kanula kepada arteri yang tepat.
Teknik ini biasanya digunakan saat akan melakukan operasi. Kanula harus tetap
terhubung ke sistem penghubung steril yang mengandung cairan dan dihubungkan ke
monitor. Keuntungan dari teknik ini adalah kita bisa memantau tekanan darah pasien
detak demi detak.

Gambar 21. Kabel IBP


Gambar 22. Monitor IBP

b. Jenis-Jenis
Jika kita ketahui ada sebuah pasien monitor dengan 5 parameter. Maka yang dimaksud dari
lima parameter tersebut adalah banyaknya jenis pemeriksaan yang bisa dilakukan oleh pasien
monitor tersebut. Jenis-jenis pasien monitor :

1. Pasien monitor vital sign,


Pasien monitor ini bersifat pemeriksaan standar, yaitu pemeriksaan ECG, respirasi,
tekanan darah atau NIBP, dan kadar oksigen dalam darah / saturasi darah (SpO2).

Gambar 23. Pasien monitor vital sign


2. Pasien monitor 5 parameter,
Pasien monitor ini biasa melakukan pemeriksaan seperti ECG, respirasi, tekanan darah
atau NIBP, kadar oksigen dalam darah/saturasi darah/SpO2, dan temperatur.

Gambar 24. Pasien monitor 5 parameter

3. Pasien monitor 7 parameter,


Pasien monitor ini biasanya dipakai diruangan OK atau kamar operasi, karena ada satu
tambahan parameter yang biasanya dipakai pada saat operasi, yaitu ECG, respirasi, NIBP
(Non Invassive Blood Pressure), SpO2 (Saturasi Oksigen), temperature, dan sebagai
tambahan yaitu IBP (invasive blood pressure) pengukuran tekanan darah melalui
pembuluh darah langsung. EtCO2 (End Tidal Co2) yaitu kadar karbondioksida dari
system pernafasan pasien.

Gambar 25. Pasien Monitor 7 parameter

4. Central Pasien Monitor


Central Pasien Monitor adalah pusat kontrol seluruh Bedside Monitor pada satu ruangan
yang terhubung menggunakan jaringan LAN, biasanya terdapat pada ruang ICU, ICCU,
HCU, NICU dan lain-lain.

Gambar 26. Central Pasien Monitor

Gambar 27. Posisi Central Pasien Monitor pada sebuah ruangan

Patient monitor juga digunakan pada ruangan resusitasi / recovery pasca operasi untuk
kasus post operasi berat, seperti operasi jantung, operasi transplantasi organ dan operasi yang
memakan waktu lama. Dengan demikian berarti pasien yang dipasangkan alat Patient
Monitor adalah pasien yang lebih serius kondisi kesehatannya malah mungkin bukan pasien yang
sadarkan diri.

Sedangkan Vital sign monitor digunakan untuk memonitor beberapa parameter kesehatan
pasien yang membutuhkan continuously monitoring atau round the clock monitoring.Vital sign
monitor mempunyai parameter: Tekanan darah, pulse, temperature dan saturasi oksigen yang
digunakan untuk kondisi pasien yang tidak terlalu serius, tapi memerlukan pemantauan round the
clock, seperti : Ruangan Hemodialisa, Ruangan emergency, Ruangan resusitasi / recovery pasca
operasi untuk kasus operasi yang tidak berat, Ruangan Bersalin, Ambulance, Laboratorium,
Klinik-klinik yang ada rawat inap, Puskesmas yang DTP, Sentra Olahraga.

Manfaat vital sign monitor yaitu memungkinkan dokter dan para medis dapat mengeva-
luasi pasien lebih cepat, karena makin tidak stabil vital sign pasien, berarti makin sakit pasien
tersebut. Bekerja lebih efektif sehingga menghemat waktu yang pada akhirnya bermanfaat bagi
pasien, karena dapat lebih cepat mengetahui tingkat keseriusan pasien yang dirawat.
Teknologi advance yang ada pada Vital Sign Monitor membuatnya sangat optimal untuk rumah
sakit, karena dengan pemeriksaan manual, tingkat kesalahan dapat tinggi dan memberikan hasil /
diagnosis yang salah bagi pasien.

Dengan menggunakan vital sign monitor kesalahan ini dapat ditekan. Dapat mengetahui
bagaimana tubuh bereaksi terhadap stres-stres fisik. Dengan teknologi yang sangat user
friendly dapat digunakan untuk orang yang tidak berlatar belakang medis. Mengurangi beban
kerja paramedis di bagian yang sibuk seperti Ruang Recovery, dll. Di unit hemodialysis, dapat
membantu paramedis memantau pasien lebih efektif dan membuat pasien lebih merasa nyaman
dan aman.

Monitoring vital sign sangat penting dilakukan untuk mengetahui fisiologis tubuh.
Tekanan Systolic menunjukkan puncak tekanan darah memberikan gambaran kondisi pompa
jantung. Tekanan Diastolic – menunjukkan tekanan darah terendah memberikan kondisi “waktu
istirahat” dari jantung. Dengan tekanan darah kita dapat gambaran kondisi pembuluh darah dan
organ seperti otak dan ginjal dan untuk menghitung angka MAP (mean atrial pressure) yang
menunjukkan kondisi perfusi darah ke organ dan jaringan.

Saturasi Oksigen dilakukan untuk mengevaluasi sebaik apa kerja paru-paru dalam
menyuplai oksigen melalui darah ke seluruh tubuh dalam kondisi yang berbeda (istirahat, sedang
sakit, dalam pengaruh obat, dll). saturasi juga untuk mengevaluasi oksigenisasi dan saturasi
(kelarutannya) dalam hemoglobin. Sedangkan suhu bertujuan untuk memantau kemampuan
badan dalam menyimpan dan melepas panas tubuh, mendeteksi suhu tubuh yang abnormal;
rendah atau tinggi atau memonitor efektifitas dari pengobatan yang diberikan.

3.1.3 Spesifikasi Alat


- Nama : Patient Monitor
- Merek : GE MEDICAL SYSTEM
- Tipe : DASH 2000
- SN :
- Parameter : 5 parameter

3.1.4 Blok Diagram


Gambar 28. Blok Diagram Pasien Monitor

a. Power supply board fungsinya untuk :


1. Penyearah dan filter input tegangan AC
2. Penstabil dan menghasilkan tegangan DC untuk semua rangkaian
3. Baterai charger
4. Menghasilkan perintah power fail ke main board
5. Memilih ON/OFF DC power supply dari front panel
6. Mematikan DC power supply, jika terjadi kerusakan pada power

b. LCD Display
Menghasilkan gambar bagi tampilan sinyal-sinyal hasil pengukuran yang telah diolah dan
didapatkan dari main prosessor board.

c. Backligth
Tampilan bagi belakang layar dua tegangan anoda (200 v dan 6 KV), heater current kontrol
grid voltage, arus katoda.
d. Main Prosessor Board
Fungsinya untuk, firmware programed microcomputer, system timing, interface, pada
rangkaian lainnya seperti display monitor, spiker front-end dan keyboard, alarm, recorder serta
interface pada keluaran dan mini recorder.

e. Keypad
Fungsinya keypad board adalah untuk mengetik dan mengisi data-data pasien yang sedang
diperiksa dan memberikan perintah-perintah untuk melakukan program yang akan dilakukan.

f. Main conector board


Terdiri dari 3 fungsi blok: ECG/Defib syn, Unity, Auxilary port, Expansion and docking
port. Auxilary parameter board dibagi dalam 3 daerah operasi utama: Input channel (2 pressure
dan 2 temperatur),Control dan A/D konversion dari front panel dan semua input
channel(tekanan,temperatur, ECG, pulsasi perifer dan respirasi).

3.1.5 Prinsip Kerja


Bedside monitor menggunakan prinsip kerja mengubah informasi dari sinyal analog yang
didapat dari tubuh pasien menjadi sinyal digital yang dikonversi pada prosesor menjadi informasi
yang mudah dibaca oleh user dan pasien yang ditampilkan pada monitor secara berkelanjutan.

3.1.6 SOP Pengoperasian


a. Pengertian
Prosedur tetap pengoperasian Bedside Monitor adalah bentuk dari standar yang berupa cara
atau langkah-langkah yang harus diikuti dalam melaksanakan kegiatan pengoperasian
Bedside Monitor yang berdasarkan prasyarat dan urutan kerja yang harus dipenuhi. Prosedur
ini disusun berdasarkan petunjuk pengoperasian dan petunjuk lain yang terkait, berupa :
prasyarat, persiapan, pemanasan, pelaksanaan pengoperasian, pengemasan dan
penyimpanan, agar alat dapat difungsikan dengan baik untuk memonitor vital sign pasien
dalam bentuk pulsa atau digital secara terus menerus dengan baik.
b. Tujuan
1. Agar pengoperasian alat dilakukan secara benar.
2. Agar didapatkan hasil pemeriksaan / diagnosa yang baik dan sempurna.
3. Agar pasien dan operator terhindar dari bahaya yang ditimbulkan oleh kesalahan
pengoperasian.
4. Agar usia teknis alat dapat tercapai.

c. Kebijakan
Struktur Organisasi dan Tatalaksana Rumah Sakit.

d. Prasyarat
1. SDM tersertifikasi.
2. Catu daya sesuai dengan kebutuhan alat.
3. Kotak kontak dilengkapi dengan hubungan pembumian.
4. Alat laik pakai dan bersih.
5. Aksesoris lengkap dan baik.
6. Bahan operasional tersedia.

e. Prosedur
1. Lepaskan penutup debu.
2. Siapkan aksesoris dan pasang sesuai kebutuhan.
3. Hubungkan alat ke terminal pembumian.
4. Hubungkan alat dengan catu daya.
5. Hidupkan alat dengan menekan atau memutar tombol ON/OFF ke posisi ON
6. Set rentang nilai (range) untuk temperatur, pulse dan alarm.
7. Perhatikan protap pelayanan.
8. Beritahukan kepada pasien, mengenai tindakan yang akan dilakukan.
9. Hubungkan patient cable, strap electrode dan chest electrode ke objek (pasien) dan
pastikan bahwa patient cable sudah terhubung dengan baik dan benar pada pasien dan
alat.
10. Lakukan monitoring.
11. Lakukan pemantauan display terhadap heart rate, ECG wave form, pulse, temperatur,
saturasi oksigen (SpO2), NIBP, tekanan hemodinamik.
12. Setelah pengoperasian selesai, matikan alat dengan menekan/memutar tombol ON/OFF
ke posisi OFF.
13. Lepaskan hubungan alat dari catu daya.
14. Lepaskan hubungan alat dari terminal pembumian.
15. Lepaskan patient cable, strap electrode, chest electrode dan bersihkan.
16. Bersihkan alat. Pastikan bahwa Bedside Monitor dalam kondisi baik dan siap
difungsikan pada pemakaian berikutnya.
17. Pasang penutup debu.
18. Simpan alat dan aksesoris ke tempat semula.
19. Catat beban kerja.

f. Unit kerja terkait


Unit Pelayanan Pengguna Alat.

3.1.7 SOP Pemantauan Fungsi


a. Pengertian
Prosedur Tetap Pemantauan fungsi Bedside Monitor adalah bentuk standar yang berupa cara
atau langkah-langkah yang harus diikuti dalam pemantauan fungsi Bedside Monitor yang
berdasarkan persyarat dan prosedur yang harus dipenuhi. Prosedur ini disusun berdasarkan
pada petunjuk pengoperasian dan petunjuk lain yang terkait dengan urutan kerja : pendataan
alat, pemantauan kondisi lingkungan, pemeriksaan kualitatif dan pemeriksaan kuantitatif,
sehingga dapat disimpulkan alat layak dan tidak layak untuk difungsi atau dioperasikan.

b. Kebijakan
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit tentang tugas dan fungsi IPS RS.

c. Tujuan
1. Mengetahui kondisi lingkungan yang tersedia.
2. Mengetahui kondisi fisik, fungsi komponen dan kinerja alat.
3. Mengetahui aspek keselamatan.
4. Mengetahui alat layak atau tidak layak difungsikan.

d. Petugas
Teknisi Elektromedis

e. Prasyarat
1. SDM Tersertifikasi.
2. Peralatan kerja dan alat ukur lengkap.
3. Protap pemantauan fungsi, 1 lembar kerja pemantauan fungsi dan protap pengoperasian
tersedia.
4. Bahan operasional tersedia.
5. Kotak kontak dilengkapi hubungan pembumian.

f. Peralatan
1. Alat Kerja
a. Handy Toolset
2. Alat Ukur
a. Multimeter (terkalibrasi)
b. Leakage Current Meter (terkalibrasi)
c. ECG Stimulator
d. Thermohygrometer (terkalibrasi)

g. Prosedur
a. Persiapan
1. Siapkan surat perintah kerja (SPK).
2. Siapkan formulir lembar kerja pemantauan fungsi.
3. Siapkan protap pemantauan fungsi dan protap pengoperasian alat.
4. Siapkan alat kerja dan alat ukur.
5. Siapkan bahan operasional.
6. Pemberitahuan kepada unit pelayanan pengguna alat.

b. Pelaksanaan
1. Lakukan pendataan alat.
2. Lakukan pemantauan kondisi lingkungan.
3. Lakukan pemeriksaan kualitatif (pemeriksaan fisik).
4. Lakukan pemeriksaan kuantitatif (pemeriksaan fungsi dan aspek keselamatan) –
perhatikan protap pengoperasian.

c. Pencatatan
1. Lakukan pengisian formulir lembar kerja pemantauan fungsi dan SPK.
2. Simpulkan hasil pemantauan fungsi.
- Alat layak difungsikan.
- Alat tidak layak difungsikan.
3. Pengguna alat menandatangani lembar kerja dan SPK pemantaun fungsi.

d. Pengemasan
1. Cek alat kerja dan alat ukur sesuai lembar kerja.
2. Cek dan rapihkan dokumen teknis penyerta.
3. Kembalikan alat kerja, alat ukur, dokumen teknis penyerta ke tempat semula.

e. Laporan
1. Laporkan hasil pemantauan fungsi kepada Unit Pelayanan pengguna alat dan saran
tindak lanjut.
2. Laporkan hasil pemantauan fungsi kepada pemberi tugas.

h. Unit Kerja Terkait


- Unit Pelayanan Pengguna alat.
- Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit (IPS RS).
3.1.8 SOP Pemeliharaan
a. Pengertian
Prosedur tetap pengoperasian Bedside Monitor adalah bentuk dari standar yang berupa cara
atau langkah-langkah yang harus diikuti oleh teknisi elektromedis dalam melaksanakan
pemeliharaan alat Bedside Monitor yang berdasarkan prasyarat dan prosedur yang harus
dipenuhi. Prosedur ini disusun berdasarkan pada service manual dan petunjuk lain yang
terkait, dengan urutan kerja : pembersihan, pelumasan, pengencangan, pengecekan fungsi
dan kondisi bagian alat, penggantia bahan pemeliharaan, pemeriksaan kinerja, aspek
keselamatan kerja dan penyetelan / adjustment. Kesimpulan hasil pemeliharaan alat baik
atau alat tidak baik.

b. Kebijakan
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit tentang tugas dan fungsi IPS RS.

c. Tujuan
1. Agar pemeliharaan dapat dilakukan sesuai prosedur yang benar.
2. Alat selalu dalam kondisi siap dan laik pakai, sehingga usia teknis alat tercapai.

d. Petugas
Teknisi Elektromedis.

e. Prasyarat
1. Alat kesehatan berfungsi.
2. SDM tersertifikasi.
3. Alat kerja dan alat ukur lengkap.
4. Dokumen teknis, protap pemeliharaan lembar kerja pemeliharaan dan protap
pengoperasian, tersedia.
5. Bahan pemeliharaan, bahan operasional dan material bantu, tersedia.
6. Kotak kontak dilengkapi hubungan pembumian.
7. Ruang kerja memenuhi ketentuan kondisi lingkungan.
f. Peralatan
1. Alat kerja :
- Tool ser Mekanik
- Vacuum cleaner
2. Alat ukur
- Electrical Safety Analyzer (terkalibrasi)
- Multimeter (terkalibrasi)
- Ground tester (terkalibrasi)
- ECG Stimulator (terkalibrasi)

g. Prosedur
i. Persiapan
1. Siapkan Surat Perintah Kerja (SPK)
2. Siapkan formulir lembar kerja dan kartu pemeliharaan alat
3. Siapkan service manual dan protap pemeliharaan dan pengoperasian alat
4. Siapkan alat kerja dan alat ukur
5. Siapkan bahan pemeliharaan, bahan operasional dan material bantu
6. Pemeritahuan kepada Unit Pelayanan pengguna alat

ii. Pelaksanaan Pemeliharaan (Perhatikan Service Manual)


1. Lakukan pembersihan seluruh bagian alat
2. Lakukan pelumasan pada bagian-bagian yang bergerak
3. Lakukan pengencangan / tightening
4. Lakukan pengecekan fungsi dan kondisi bagian alat
5. Lakukan penggantian bahan pemeliharaan
6. Lakukan pemeriksaan kinerja dan aspek keselamatan kerja
7. Lakukan penyetelan / adjustment
8. Kesimpulan hasil pemeliharaan
iii. Pencatatan
1. Lakukan pengisian formulir lembar kerja, kartu pemeliharaan dan SPK
2. Simpulkan hasil pemeliharaan, apakah alat baik atau tidak baik
3. Pengguna alat menandatangani formulir lembar kerja dan SPK, sebagai bukti
pemeliharaan alat telah dilaksanakan

iv. Pengemasan
1. Cek alat kerja dan alat ukur, sesuaikan dengan lembar kerja
2. Cek dan rapihkan dokumen teknis penyerta
3. Kembalikan alat kerja, alat ukur dan dokumen teknis penyerta ke tempat semula
4. Bersihkan alat Bedside Monitor dan lokasi pemeliharaan

v. Laporan
1. Laporkan hasil pemeliharaan alat kepada Unit Pelayanan pengguna alat dan serahkan
kembali alat centrifuge yang telah dipelihara
2. Laporkan hasil pemeliharaan alat kepada pemberi tugas.

h. Unit kerja terkait


- Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit (IPS RS).
- Unit Pelayanan pengguna alat.
3.1.9 SOP Perbaikan
a. Pengertian
Prosedur tetap perbaikan Bedside Monitor adalah standar baku mengenai langkah-langkah
teknis yang harus diikuti oleh teknisi elektromedis dalam melaksanakan perbaikan
kerusakan alat Bedside Monitor, yang berdasarkan prasyarat dan prosedur yang harus
dipenuhi. Prosedur ini disusun berdasarkan pada service manual dan petunjuk lain yang
terkait, dengan urutan kerja : analisa kerusakan, penyiapan suku cadang, perbaikan
penyetelan / adjustment, kalibrasi internal, uji kinerja dan pengukuran aspek keselamatan
kerja. Kesimpulan hasil perbaikan alat baik atau alat tidak baik.

b. Kebijakan
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit tentang tugas dan fungsi IPSRS.

c. Tujuan
1. Agar perbaikan dapat dilakukan sesuai prosedur yang benar.
2. Alat yang mengalami kerusakan dapat diperbaiki dan berfungsi kembali.

d. Petugas
Teknisi Elektromedis.

e. Prasyarat
1. Alat kesehatan dalam kondisi rusak.
2. SDM tersertifikasi.
3. Alat kerja dan alat ukur lengkap.
4. Dokumen teknis, protap perbaikan, lembar kerja perbaikan dan protap pengoperasian,
tersedia.
5. Bahan pemeliharaan dan material bantu, tersedia.
6. Suku cadang dapat diperoleh.
7. Kotak kontak dilengkapi hubungan pembumian.
8. Ruang kerja memenuhi ketentuan kondisi lingkungan.
f. Peralatan
1. Alat kerja :
- Tool set Elektronik
- Vacuum Cleaner
2. Alat ukur
- Multimeter (terkalibrasi)
- Electrical Safety Analyzer (terkalibrasi)
- Ground tester (terkalibrasi)
- ECG Stimulator (terkalibrasi)
- Osciloscope (terkalibrasi)

g. Prosedur
i. Persiapan
1. Siapkan Surat Perintah Kerja (SPK)
2. Siapkan formulir lembar kerja dan kartu pemeliharaan alat
3. Siapkan :
1. Service manual, diagram (schematic / wiring)
2. Protap pemeliharaan dan pengoperasian alat
3. Riwayat perbaikan alat
4. Siapkan alat kerja dan alat ukur
5. Siapkan bahan pemeliharaan dan material bantu
6. Pemberitahuan kepada Unit Pelayanan pengguna alat

ii. Pelaksanaan Pemeliharaan (Perhatikan Service Manual)


1. Lakukan analisis kerusakan :
- Tanyakan kepada pengguna alat, mengenai gejala kerusakan.
- Lakukan trouble shooting untuk mengetahui penyebab kerusakan, bagian alat /
komponen / suku cadanh yang mengalami kerusakan. (perhatikan panduan
analisis kerusakan service manual dan diagram).
- Lakukan pendataan, bagian alat / komponen / suku cadang yang rusak, lengkap
dengan dengan data teknis dan nomor katalog.
2. Siapkan suku cadang yang diperlukan.
3. Lakukan langkah perbaikan (dengan atau tanpa suku cadang).
4. Lakukan penyetelan / adjustment, kalibrasi internal.
5. Lakukan uji kinerja dan pengukuran aspek keselamatan kerja.

iii. Pencatatan
1. Lakukan pengisian formulir lembar perbaikan dan SPK.
2. Simpulkan hasil pemeliharaan, apakah alat baik atau tidak baik
3. Pengguna alat menandatangani formulir lembar perbaikan dan SPK, sebagai bukti
pemeliharaan alat telah dilaksanakan

iv. Pengemasan
1. Cek alat kerja dan alat ukur, sesuaikan dengan lembar kerja.
2. Cek dan rapihkan dokumen teknis penyerta.
3. Kembalikan alat kerja, alat ukur dan dokumen teknis penyerta ke tempat semula.
4. Bersihkan alat Bedside Monitor dan lokasi perbaikan.

v. Laporan
1. Laporkan hasil pemeliharaan alat kepada Unit Pelayanan pengguna alat dan serahkan
kembali alat Bedside Monitor yang telah dipelihara.
2. Laporkan hasil pemeliharaan alat kepada pemberi tugas.

i. Unit kerja terkait


- Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit (IPS RS).
- Unit Pelayanan pengguna alat.

3.1.10 Penempatan dan Penyimpanan


a. Ruang Pelayanan :
Diruang Perawatan, ICU, UGD, Ruang Operasi dan Ruang Pasca Operasi.
b. Persyaratan Ruangan :
- Tegangan/catu daya : 100 V - 220 V±10%
- Suhu Ruangan : 10oC - 40oC

c. Penyimpanan Alat :
- Matikan alat
- Lepaskan alat dengan catu daya
- Bersihkan aksesoris
- Catat beban kerja alat
- Disimpan pada suhu 20 – 25 oC
- Simpan ditempat yang aman dan bersih

3.1.11 Troubleshooting
No Permasalahan Penyebab Tindakan
1 Alat tidak dapat hidup - Tegangan jala-jala tidak - Gunakan baterai
ada
- Power cord tidak kontak - Kencangkan atau sambung
kembali
- Sakelar power rusak - Ganti
- Sakering putus - Ganti
- Rangkaian catu daya - Perbaiki
rusak

2 Sinyal QRS / pulsa - Ada sinyal dari luar, - Cek hubungan pembumian
pada tampilan menjadi masuk / interfensi - Gunakan posisi filter
keriting / cacat (trenion) - Elektrode dengan pasien - Cek hubungan elektrode
kontaknya tidak baik - Elektrode kotor, bersihkan
- Pasien tegang - Tenangkan pasien
3 Kecepatan pulsa pada - Posisi speed salah - Cek selektor pemilihan
motor terlalu cepat speed

4 Pulsa terlalu tinggi - Amplitudo - Cek tinggi amplitudo dan


kalibrasi

5 Pulsa QRS terlalu - Amplitudo - Cek tinggi amplitudo dan


rendah / kecil kalibrasi

6 Alarm sering bunyi - Level alarm - Cek dan atur posisi level
alarm
- Elektroda, atau - Cek dan pasang dengan
parameter lain belum benar jika terlepas
terpasang atau terlepas
7 Pulsa terbalik - Posisi elektrode tidak - Cek dan ganti posisi
sesuai

8 Tidak keluar pulsa - Tidak mendapat supply - Cek power supply


- Kabel pasien terputus - Cek, perbaiki dan ganti

9 Tensi tidak muncul - Tensi tidak terpasang - Pasang dengan benar


dengan benar
- Rusak atau bocor - Ganti

10 Informasi parameter - Parameter tidak - Pasang parameter-


tidak muncul terpasang dengan benar parameter tersebut dengan
benar
- Parameter rusak - Ganti

11 Tanda “X” pada baterai - Baterai dan mesin tidak - Pasang kembali dengan
terhubung dengan benar benar
- Baterai rusak - Ganti

12 Tanda “X” pada modul - Mode NIBP “disable / - Ganti mode menjadi
NIBP Off” “Enable / On”
- Kerusakan modul NIBP - Ganti modul NIBP

Anda mungkin juga menyukai