Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Untuk memberikan pelayanan kesehatan yang baik kepada masyarakat,
diperlukam adanya sarana prasarana yang memadai. Dengan teknologi yang
berkembang pesat saat ini, maka berkembang pula dampak yang diberikan
terhadap kehidupan sehari – hari, terutama dalam peralatan kedokteran. Tuntutan
akan adanya peralatan medis yang canggih terus berkembang sehingga dihasilkan
peralatan medis yang canggih terus berkembang sehingga dihasilkan peralatan
yang lebih modern. Salah satu pelayanan kesehatan yang harus diperhatikan
adalah transfusi darah (Mollison, 1997).
Dalam transfusi darah perlu adanya alat yang dapat menyesuaikan suhu
darah yang tersimpan dalam blood bank dengan suhu tubuh manusia normal. Oleh
karena itu, peran dari alat ini sangat penting terlebih pada saat kondisi gawat
darurat. Alat penghangat darah atau blood warmer ini digunakan untuk transfusi
darah, dimana sebelumnya kantong darah disimpan dalam blood bank dengan
suhu 2 – 6 0C. Hal ini dilakukan agar darah terhindar dari pertumbuhan bakteri
dan metabolisme sel (Minarsih, 2013).

Alat penghangat darah atau blood warmer merupakan alat bertenaga listrik
yang digunakan untuk menghangatkan atau memanaskan darah atau cairan
sebelum dilakukan transfusi kepada pasien. Alat ini biasa digunakan dalam
situasi darurat, dalam kamar operasi dan dalam ruangan intensive (intensive care)
untuk mencegah terjadinya hipotermia atau kedinginan. Alat ini menghangatkan
darah ke suhu yang aman untuk ditransfusi ke tubuh pasien. Pada kenyataan di
lapangan salah satu kasus yang terjadi mengenai alat ini adalah suhu yang tidak
stabil, yaitu suhu yang terlalu rendah tau sebaliknya suhu terlalu tinggi. Selain itu
dalam penggunaannya alat ini kurang efisien, karena adanya gelembung pada
selang infuse disaat melakukan tranfusi kepada pasien. Sehingga akan lebih baik

1
apabila alat ini dapat mendeteksi adanya gelembung disaat tranfusi darah
dilakukan (Medika, 2016).

Oleh karena itu, dalam pembuatan alat blood warmer ini penulis akan
menambahkan sensor pendeteksi gelembung yang digunakan dalam melakukan
tranfusi darah, sehingga alat blood warmer ini dapat membuat pasien safety.
Karena jika gelembung udara masuk ke pembuluh darah bisa menghambat aliran
darah dan bisa mengakibatkan kematian karena darah digunakan untuk
mengangkut oksigen ke seluruh tubuh, kondisi ini dikenal dengan nama emboli.
Maka pada penelitian ini dibuat alat blood warmer yang dilengkapi dengan sensor
gelembung sehingga apabila adanya gelembung udara disaat transfusi alat akan
langsung mendeteksi (Emedicine, 2011). Berdasarkan keterangan di atas penulis
melakukan penelitian dengan judul:

“RANCANG BANGUN ALAT BLOOD WARMER DENGAN


SENSOR GELEMBUNG UNTUK MENUNJANG PASIEN SAFETY”

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan diatas, maka
dirumuskan masalah pada proyek tugas akhir ini antara lain :

a. Bagaimana proses rancang bangun alat blood warmer dengan sensor


gelembung untuk menunjang keamanan pasien?
b. Bagaimana uji fungsi alat blood warmer?

1.3. Batasan Masalah


Agar tidak terjadi pelebaran masalah maka dalam pembahasan ini, penulis
akan membatasi masalah sebagai berikut :
a. Rangkaian ini hanya memanaskan darah saat dilakukannya tranfusi darah.
b. Sensor gelembung hanya dapat mendeteksi gelembung minimal
berdiameter 3,2 mililiter.
c. Menggunakan mikrokontroller Arduino Uno.
d. Sensor gelembung hanya mendeteksi udara yang keluar dari kantong infus
sampai alat.

2
1.4. Tujuan Penelitian
Atas dasar masalah yang ditulis dalam perumusan masalah diatas, maka
tujuan penelitian ini :

1.4.1 Tujuan Umum

Sebagai kelengkapan persyaratan dalam menyelesaikan studi di jenjang


Diploma III Akademi Teknik Elektro Medik

1.4.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penulisan dari karya ilmiah ini adalah :

1. Rancang bangun alat blood warmer dengan sensor gelembung untuk


menunjang keamanan pasien.
2. Melakukan uji fungsi alat blood warmer.

1.5. Manfaat Penelitian


Berikut beberapa manfaat penelitian yang dapat diambil dari pembuatan
proyek tugas akhir ini antara lain :
1.5.1. Bagi Penulis
Penulis dapat mengerti komponen dan rangkaian dalam alat blood warmer
selain itu penulis dapat mengetahui cara kerja dan fungsi alat.
1.5.2. Bagi Pengguna
Dengan penambahan sensor gelembung blood warmer dapat digunakan
untuk menunjang pasien safety.
1.5.3. Bagi Institusi
1. Sebagai sumber informasi pengetahuan tentang alat blood warmer.
2. Sebagai modul pembelajaran bagi mahasiswa dan pengetahuan tentang alat
blood warmer untuk institusi dan juga mahasiswa Akademi Teknik Elektro
Medik Semarang.

3
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka


Berdasarkan penelitian sebelumnya, pernah dilakukan penelitian yang
menyangkut tentang alat blood warmer oleh Ali Ridlo Arifin (2014) yang
berjudul Rancang Bangun Alat Blood Warmer Dengan Tampilan Suhu
Menggunakan LCD, yang bertujuan untuk menampilkan suhu darah yang akan
ditransfusikan ke pasien, sensor suhunya menggunakan IC LM35 sebagai
pembaca suhu, SSR sebagai perantara rangkaian, menggunakan TSOP 1838
sebagai receiver. Uji fungsi yang dilakukan adalah menguraikan hasil pengukuran
dan analisa supaya rangkaian dapat terbukti kebenarannya maka penulis membuat
data berdasarkan titik pengukuran yang kemudian akan dianalisa kesalahannya.
Hasil pengukuran TP1 diperoleh tegangan power supply dapat bekerja dengan
baik, hasil pengukuran TP2 diperoleh bahwa rangkaian receiver apabila mendapat
sinyal inframerah maka relay akan terbuka sehingga tegangan dari power supply
akan menuju mikrokontroller dan apabila mendapat sinyal inframerah lagi relay
akan tertutup sehingga tegangan power supply tidak bisa lewat yang
mengakibatkan kerja mikrokontroller dalam kondisi OFF, hasil pengukuran TP3
diperoleh bahwa solid state relay berfungsi dengan baik, hasil pengukuran TP4
diperoleh bahwa heater berfungsi dengan baik karena melakukan pemanasan
sesuai dengan yg diprogram. Blood warmer yang penulis buat ini masih memiliki
kekurangan, seperti penambahan alarm untuk mengetahui apabila suhu kurang
atau melebihi dari batas yang ditentukan.
Pada penelitian kali ini penulis akan membahas tentang Rancang Bangun
Alat Blood Warmer Dengan Sensor Gelembung Untuk Menunjang Keamanan
Pasien, dengan menggunakan buzzer sebagai alarm, menggunakan LM35 sebagai
sebagai pembaca suhunya, dan menggunakan rangkaian sensor gelembung
sebagai pendeteksi gelembungnya rangkaian ini terdiri dari IC LM358, sensor
photodiode, dan transistor NPN 2N3904.

4
2.2 Teori Penunjang
Kajian teori dalam proses penelitian merupakan salah satu tahapan yang
penting karena teori adalah seperangkat konsep, definisi, dan proposisi yang
tersusun secara sistematis sehingga dapat digunakan untuk menjelaskan dan
meramalkan fenomena.
Dalam penelitian ini ada beberapa teori penunjang untuk memudahkan
pemahaman berkaitan dengan kajian yang bersifat teori pada penilitan ini. Berikut
ini penulis akan menjelaskan masing-masing teori penunjang tersebut.

2.2.1 Darah
Darah adalah jaringan tubuh yang berbeda dengan jaringan tubuh lain,
berada dalam konsistensi cair, beredar dalam sistem tertutup yang dinamakan
sebagai pembuluh darah dan menjalankan fungsi transport berbagai zat seperti
oksigen, bahan hasil metabolisme tubuh, pertahanan tubuh dari serangan kuman,
dan lain sebagainya. Manusia dan hewan mempunyai sistem transportasi dengan
darah. Cairan ini berwarna merah yang terdapat didalam pembuluh darah. Warna
merah tersebut tidak selalu tetap, tetapi berubah-ubah karena pengaruh zat
kandungannya, terutama kadar oksigen dan karbon dioksida. Bila kadar oksigen
tinggi maka warna darah menjadi merah muda, tetapi bila kadar karbon dioksida-
nya tinggi maka warnanya menjadi merah tua. Darah pada tubuh manusia
mengandung 55% plasma darah (cairan darah) dan45% sel-sel darah (darah
padat). Volume darah pada manusia atau hewan mamalia adalah 8% berat
badannya. Darah pada tubuh manusia sekitar 1/13 berat badan atau sekitar 4 atau
5 liter pada orang dewasa. Darah merupakan cairan yang sangat penting bagi
manusia karena berfungsi sebagai alat transportasi serta memiliki banyak
kegunaan lainnya untuk menunjang kehidupan. Tanpa darah yang cukup
seseorang dapat mengalami gangguan kesehatan dan bahkan mengakibatkan
kematian (Sadikin, Dsc. 2002).
Transfusi darah adalah proses menyalurkan darah atau produk berbasis
darah dari satu orang ke sistem peredaran orang lain. Transfusi darah
berhubungan dengan kondisi medis seperti kehilangan darah dalam jumlah besar

5
disebabkan trauma, operasi, shock,dan tidak berfungsinya organ pembentuk sel
darah merah. Alat blood warmer biasa digunakan dalam situasi darurat, dalam
kamar operasi dan dalam ruangan intensive untuk mencegah terjadinya
hipotermia / kedinginan. Alat ini menghangatkan darah ke suhu yang aman untuk
ditransfusi ke tubuh pasien (Medika, 2016).
Jika sejumlah besar darah akan ditransfusikan dalam waktu yang singkat,
maka dibutuhakan darah hangat, karena darah yang dingin akan mengakibatkan
aritmia ventrikal bahkan kematian. Menghangatkan darah dengan air hangat
hendaknya pada suhu 360C-390C Karena bila lebih 400C eritrosit akan rusak
(Medika, 2016).
Darah merupakan jaringan penyokong istimewa yang mempunyai banyak
fungsi, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Sebagai alat pengangkut, yaitu mengangkut :
a. Zat-zat makanan dari sel-sel otot usus ke seluruh jaringan tubuh.
b. Oksigen dari alat pernapasan ke seluruh jaringan tubuh yang
membutuhkan oksigen, tugas ini dilaksanakan oleh hemoglobin.
c. Karbon dioksida (CO2) dari seluruh jaringan tubuh ke alat
pernapasan, yakni paru-paru.
d. Zat-zat metabolisme dari seluruh jaringan tubuh ke alat-alat ekskresi.
e. Hormon dari kelenjar buntu atau endokrin ke bagian tubuh tertentu.
f. Air untuk diedarkan ke seluruh jaringan tubuh.
2. Sebagai benteng pertahanan tubuh dari infeksi berbagai kuman penyakit.
Fungsi ini dilaksanakan oleh zat antibodi, sel-sel darah putih dan sel-sel
darah merah pembeku.
3. Menjaga stabilitas suhu tubuh dengan memindahkan panas yang
dihasilkan alat-alat tubuh yang aktif ke alat-alat tubuh yang tidak aktif.
4. Mengatur keseimbangan asam dan basa untuk menghindari kerusakan
jaringan tubuh.

6
2.2.2 Blood Warmer
Penghangat darah atau blood warmer adalah alat bertenaga listrik yang
digunakan untuk menghangatkan atau memanaskan darah atau cairan sebelum
dilakukan transfusi kepada pasien. Blood warmer biasa digunakan dalam situasi
darurat, dalam kamar operasi dan dalam ruangan intensive (intensive care) untuk
mencegah hipotermia atau kedinginan. Alat ini menghangatkan darah ke suhu
yang aman untuk ditransfusi ke tubuh pasien (Medika, 2016).
Blood warmer adalah alat yang berfungsi untuk menghangatkan darah
sesuai suhu tubuh manusia. Alat ini digunakan untuk transfusi darah, dimana
sebelumnya kantong darah ini disimpan dalam blood bank dengan suhu 20C-60C,
agar tidak terjadi pembekuan darah yang terlalu lama maka pasien memerlukan
alat ini untuk proses transfusi (Hamdi, 2013).
Pemanasan pada selang darah berfungsi untuk memberikan suhu seperti
suhu tubuh manusia dan mempertahankan suhu yang lewat hingga sampai ke
pasien. Nilai penyimpangan suhu yang diizinkan sebesar ±0,5 0C. Adapun
Gambar 2.1 Alat Blood Warmer Merk Animec AM-301 dibawah ini :

Gambar 2.1 Alat Blood Warmer Merk Animec AM-301 (Hamdi, 2013)

7
2.2.3 Mikrokontroller Arduino Uno
Mikrokontroller adalah sebuah sistem komputer fungsional dalam sebuah
chip. Di dalamnya terkandung sebuah inti prosesor, memori (sejumlah kecil
RAM, memori program, atau keduanya), dan perlengkapan input output.
Dengan kata lain, mikrokontroller adalah suatu alat elektronika digital yang
mempunyai masukan dan keluaran serta kendali dengan program yang bisa ditulis
dan dihapus dengan cara khusus, cara kerja mikrokontroller sebenarnya membaca
dan menulis data. Mikrokontroller merupakan komputer didalam chip yang
digunakan untuk mengontrol peralatan elektronik, yang menekanakan efisiensi
dan efektifitas biaya. Secara harfiahnya bisa disebut “pengendali kecil” dimana
sebuah sistem elektronik yang sebelumnya banyak memerlukan komponen-
komponen pendukung seperti IC TTL dan CMOS dapat direduksi/diperkecil dan
akhirnya terpusat serta dikendalikan oleh mikrokontroller ini (Suhardjo, 2016).
Arduino merupakan rangkaian elektronik yang bersifat open source, serta
memilik perangkat keras dan lunak yang mudah untuk digunakan. Arduino dapat
mengenali lingkungan sekitarnya melalui berbagai jenis sensor dan dapat
mengendalikan lampu, motor, dan berbagai jenis aktuator lainnya. Arduino
mempunyai banyak jenis, diantaranya Arduino Uno, Arduino Mega 2560,
Arduino Fio, dan lainya (Sujadmi, 2013).
Arduino Uno adalah sebuah board mikrokontroller yang berbasis
Atmega328. Arduino memiliki 14 pin input/output yang mana 6 pin dapat
digunakan sebagai output PWM, 6 analog input, crystal osilator 16 MHz, koneksi
USB, jack power, kepala ICSP, dan tombol reset. Arduino mampu men-support
mikrokontroller; dapat dikoneksikan dengan komputer menggunakan kabel USB
(Djuandi, 2011).

8
Berikut merupakan susunan standar dari Arduino. Adapun Gambar 2.2
Konfigurasi Pin Arduino dibawah ini :

Gambar 2.2 Konfigurasi Pin Arduino (FeriDjuandi, 2011)

Keterangan Gambar :
1. USB Connector : Untuk menghubungkan Arduino dengan komputer,
melakukan komunikasi serial seperti mengirimkan dan
menerima data sensor melalui serial terminal pada
arduino IDE.
2. Power jack : Tegangan input untuk menghidupkan Arduino.
3. IC ATMEGA328p: IC Microcontroler keluaran ATMEL dengan
boothloader Arduino UNO.
4. I/O Digital : Header yang dipergunakan untuk input dan output
digital, pada pin 3, 5, 6, 9, 10, 11 memiliki tanda (~)
menunjukan bahwa pin tersebut selain memiliki
fasilitas I/O Digital juga memiliki PWM (Pulse Width
Modulation) dengan rentang nilai output sebesar 8 bit
atau setara dengan nilai antara 0-255.
5. Input Analog : Digunakan untuk input data sensor, potensiometer dan
perangkat analog input lainnya.
6. Power : Digunakan untuk mengambil power 5V, 3,3V, GND.

9
2.2.4 IC LM35
Sensor suhu adalah alat yang digunakan untuk mengubah besaran panas
menjadi besaran listrik yang dapat dengan mudah dianalisis besarnya. Sensor suhu
LM35 memiliki keakuratan tinggi dan kemudahan perancangan jika dibandingkan
dengan sensor suhu yang lain, LM35 juga mempunyai keluaran impedansi yang
rendah dan linieritas yang tinggi sehingga dapat dengan mudah dihubungkan
dengan rangkaian kendali khusus serta tidak memerlukan penyetelan lanjutan.
Berikut adalah bentuk dari IC LM35 (Istiyanto, 2013). Adapun Gambar 2.3 IC
LM35 dibawah ini :

Gambar 2.3 IC LM35 (Yuliyana, 2013)

Pin satu berfungsi sebagai sumber tegangan dari LM35, pin dua digunakan
sebagai tegangan keluaran atau Vout dengan jangkauan kerja dari 0 Volt sampai
dengan 1,5 Volt dengan tegangan operasi sensor LM35 yang dapat digunakan
antara 4 Volt sampai 30 Volt, pin tiga digunakan sebagai ground. Keluaran LM35
akan naik sebesar 10 mV setiap 0C, sehingga diperoleh persamaan sebagai berikut:
Vlm35 = Suhu x 10mV

Secara prinsip sensor akan melakukan penginderaan pada saat perubahan


suhu setiap suhu 1 0C akan menunjukan tegangan sebesar 10 mV. Pada
penempatannya LM35 dapat ditempelkan dengan perekat atau dapat pula disemen
pada permukaan akan tetapi suhunya akan sedikit berkurang sekitar 0,01 0C
karena terserap pada suhu permukaan tersebut. Dengan cara seperti ini diharapkan

10
selisih antara suhu udara dan suhu permukaan dapat dideteksi oleh sensor LM35
sama dengan suhu disekitarnya, jika suhu udara disekitarnya jauh lebih tinggi atau
jauh lebih rendah dari suhu permukaan, maka LM35 berada pada suhu permukaan
dan suhu udara disekitarnya. Untk lebih meningkatkan keakurasian dan
kepresisian dalam pengukuran suhu, maka perlu dilakukan pengaturan yang
optimal pada tegangan referensi ADC yang digunakan (Puspa, 2016). Berikut ini
adalah karakteristik dari sensor LM35 :
1. Memiliki sensitivitas suhu dengan faktor skala linear antara tegangan
dan suhu 10 mV/0C sehingga dapat dikalibrasi langsung dengan celcius.
2. Memiliki ketepatan atau akurasi kalibrasi 0,5 pada suhu 250C.
3. Memiliki jangkauan maksimal operasi suhu antara -550C sampai 1500C.
4. Bekerja pada tegangan 4 sampai 30 Volt.
5. Memiliki arus rendah yaitu kurang dari 60µA.

2.2.5 Solid State Relay (SSR)


Solid State Relay (SSR) berfungsi sebagai interface (perantara) terutama
antara rangkaian yang menggunakan daya rendah dengan rangkaian peralatan
yang menggunkan daya tinggi. Solid state relay terdiri dari rangkaian elektronik
yang statis. Pada prinsipnya komponen ini mempunyai fungsi yang sama dengan
relay, tetapi sistem isolasi pada solid state relay pada umumnya terisolasi secara
optik sedangkan relay konvensional (elektro mekanik) terisolasi secara fisik. Solid
state relay dapat digunakan untuk mengontrol beban AC (arus bolak – balik) dan
DC (arus searah) (Sukmayati, 2013).
Pada beberapa aplikasi, SSR digunakan sebagai perantara antara rangkaian
kontrol tegangan rendah dengan tegangan arus AC yang lebih tinggi. Beberapa
kelebihan yang dimiliki solid state relay (SSR) diantaranya sebagi berikut:
1. Pada solid state relay tidak terdapat bagian yang bergerak seperti halnya
pada relay. Relay mempunyai sebuah bagian yang bergerak yang
disebut kontraktor dan bagian ini tidak ada pada solid state relay.
Sehingga tidak mungkin terjadi ‘no contact’ karena kontraktor tertutup
debu bahkan karat.

11
2. Tidak terdapat ‘bounce’ karena tidak terdapat kontraktor yang bergerak
pada solid state relay tidak terjadi peristiwa ‘bounce’ yaitu peristiwa
terjadinya pantulan kontraktor pada saat terjadi perpindahan keadaan.
Dengan kata lain dengan tidak adanya bounce maka tidak terjadi
percikan bunga api pada saat kontraktor berubah keadaan.
3. Proses perpindahan dari kondisi ‘OFF’ ke kondisi ‘ON’ atau
sebaliknyasangat cepat hanya membutuhkan waktu sekitar 10 us
sehingga solid state relay dapat dengan mudah dioperasikan bersama-
sama dengan zero crossing detektor. Dengan kata lain operasi kerja
solid state relay dapat disinkronkan dengan kondisi zero crosssing
detektor.
4. Solid state relay kebal terhadap getaran dan goncangan. Tidak seperti
relay mekanik biasa yang kontraktornya dapat dengan mudah berubah
bila terkena goncangan/getaran yang cukup kuat pada body relay
tersebut.
5. Tidak menghasilkan suara ’klik’ seperti relay pada saat kontraktor
berubah keadaan.
6. Kontraktor output pada solid state relay secara otomatis ‘latch’
sehingga energi yang digunakan untuk aktivasi sebuah relay. Kondisi
ON sebuah solid state relay akan di latch sampai solid state relay
mendapatkan tegangan sangat rendah, yaitu mendekati nol volt.
7. Solid state relay sangat sensitif sehingga dapat dioperasikan langsung
dengan menggunakan level tegangan CMOS bahkan level tegangan
TTL. Rangkaian kontrolnya menjadi sangat sederhana karena tidak
memerlukan level konventer.
8. Masih terdapat couple kapasitansi antar input dan output tetapi sangat
kecil sehingga arus bocor antara input output sangat kecil. Kondisi
diperlukan pada peralatan medical yang memerlukan isolasi yang
sangat baik.
2.2.6 LCD 16x2

12
LCD (Liquid Crystal Display) adalah suatu display dari bahan cairan kristal
yang pengoperasiannya menganut sistem dot matrix. LCD sudah digunakan
diberbagai bidang misalnya alat-alat elektronik seperti televisi, kalkulator, atau
pun layar komputer. LCD yang digunakan mempunyai lebar display 2 baris 16
kolom atau biasa disebut sebagai LCD Character 16x2, dengan 16 pin konektor.
LCD sangat berfungsi sebagai tampilan suatu data, baik karakter, huruf ataupun
grafik (Harsono, 2009).
Adapun fitur yang disajikan dalam LCD ini adalah :
1. Terdiri dari16 karakter dan 2 baris.
2. Mempunyai 192 karakter tersimpan.
3. Terdapat karakter generator terprogram.
4. dapat dialamati dengan mode 4-bit dan 8-bit.
5. Dilengkapi denga back light.
Dalam modul LCD (Liquid Crystal Display) terdapat mikrokontroller yang
berfungsi sebagai pengendali tampilan karakter LCD (Liquid Crystal Display).
Mikrokontroller pada suatu LCD dilengkapi dengan memori dan register. Memori
yang digunakan mikrokontroller internal LCD adalah :
1) DDRAM (Display Data Random Access Memory) merupakan memori
tempat karakter yang akan ditampilkan berada.
2) CGRAM (Character Generator Random Acces Memory) merupakan
memori untuk menggambarkan pola sebuah karakter dimana bentuk dari
karakter dapat diubah-diubah sesuai dengan keinginan.
3) CGROM (Character Generator Read Only Memory) merupakan memori
untuk menggambarkan pola sebuah karakter dimana pola tersebut
merupakan karakter dasar yang sudah ditentukan secara permanan oleh
pabrikan pembuat LCD (Liquid Crystal Display) tersebut sehingga
pengguna tinggal mengambilnya sesuai alamat memorinya dan tidak
dapat merubah karakter dasar yang ada dalam CGROM.

Konfigurasi Pin atau kaki dan kontrol dalam suatu LCD (Liquid Crystal
Display) diantaranya adalah :

13
1) Pin 1 (GND) berfungsi sebagai ground.
2) Pin 2 (VCC) dihubungkan dengan tegangan 5 VDC sebagai sumber
daya.
3) Pin VLCD berfungsi mengatur kecerahan tampilan (kontras) dimana pin
ini dihubungkan dengan trimpot 5 Kohm, jika tidak digunakan
dihubungkan ke ground, sedangkan tegangan catu daya ke LCD sebesar
5 Volt.
4) Pin RS (Register Select) berfungsi sebagai indikator atau yang
menentukan jenis data yang masuk, apakah data atau perintah. Logika
low menunjukan yang masuk adalah perintah, sedangkan logika high
menunjukan data.
5) Pin R/W (Read Wife) berfungsi sebagai instruksi pada modul jika low
tulis data, sedangkan high baca data.
6) Pin E (Enable) digunakan untuk memegang data baik masuk atau keluar.
7) Kaki 7 – 14 (D0 – D7) : Data bus, kedelapan kaki LCD ini adalah bagian
dimana aliran data sebanyak 4 bit ataupun 8 bit mengalir saat proses
penulisan maupun pembacaan data.
8) Pin 15 ( Anoda) berfungsi untuk tegangan positif dari backlight LCD.
Sekitar 4,5 volt (hanya terdapat untuk LCD yang memiliki backlight).
9) Pin 16 (Katoda) Tegangan negatif backlight LCD sebesar 0 volt (hanya
terdapat LCD yang memiliki backlight). Adapun Gambar 2.4 LCD 16x2
dibawah ini :

Gambar 2.4 LCD 16x2 (Sukma, 2017)


2.2.7 IC 4017

14
IC4017 adalah IC logika jenis Counter dari keluarga CMOS
(Complementary Metal Oxide Semiconductor) mempunyai nama “Decade
Counter” IC ini biasa digunakan untuk membuat rangkaian running LED dengan
10 output logika 1 (high) secara bergantian (Abdul Warits, 2016). Adapun
Gambar 2.5 Konfigurasi Pin IC 4017 dibawah ini :

Gambar 2.5 Konfigurasi Pin IC 4017 (Abdul Warits, 2016)


Keluaran berlogika 1 sesuai urutan (Q0 – Q9) pergeseran logika 1 pada
output berdasarkan masukan clock pada pin 14. Semakin tinggi frekuensi clock
semakin cepat pergeseran logika pada pin – pin output. Clock diaktifkan dengan
memberikan logika 0 pada pin Enable (Pin 13). Jika pin Enable mendapat logika
1, pergeseran logika pada output akan berhenti (pause). Pin RESET berfungsi
membuat pergeseran logika pada output dimulai lagi dari Q0 jika pin RESET
diberi logika 1, logika tinggi akan muncul pada output Q0, sedangkan output lain
berlogika 0. Pin RESET nonaktif jika diberi logika 0.

2.2.8 Transistor
Transistor merupakan komponen aktif yang terbuat dari bahan
semikonduktor. Pada umumnya transistor digunakan sebagai penguat (amplifier)
dan transistor juga dapat berfungsi sebagai saklar. Fungsi dari transistor bipolar
itu sendiri adalah sebagai pengatur arus listrik (regulator arus listrik), dengan kata
lain transistor dapat membatasi arus yang mengalir dari kolektor ke emiter atau
sebaliknya berdasarkan pada jumlah arus listrik yang diberikan pad kaki basis (S
Wasito, 1995).

15
Transistor merupakan dioda dengan dua sambungan, sambungan
membentuk transistor PNP maupun NPN. Kaki-kaki transistor disebut dengan
emitor, base dan kolektor. Base selalu berada ditengah antara emitor dan kolektor.
Adapun Gambar 2.6 Simbol Transistor NPN dan PNP dibawah ini :

Gambar 2.6 Simbol transistor NPN (kiri), PNP (kanan) (Swasito, 1995)
Istilah transistor merupakan gabungan dari kata “ transfer resistor”. Hal ini
karena arus yang dikendalikan perangkat tersebut akan melalui dua tipe bahan
semikonduktor, yaitu P dan N. Lapisan dengan elektron berlebih disebut tipe N,
sedangkan yang kekurangan elektron disebut tipe P.
Transistor memiliki banyak kegunaan, seperti dalam pengaturan tegangan,
saklar (switching) dan penguat sinyal. Sebuah transistor mengendalikan sejumlah
besar sinyal listrik keluaran dengan sinya input yang kecil. Sejumlah besar arus
listrik dikendalikan hanya dengan sejumlah kecil arus, hal ini dapat dianalogikan
dengan usaha kecil membuka kran air untuk mengalirkan air yang keras (Noviana,
2013).

2.2.9 Relay

16
Relay adalah sebuah saklar yang dikendalikan oleh arus. Relay memiliki
sebuah kumparan tegangan rendah yang dililitkan pada sebuah inti dan arus
nominal yang harus dipenuhi output rangkaian driver atau pengemudinya (Owen
Bishop, 2004).
Relay adalah suatu rangkaian switching magnetik yang bekerja bila
mendapat catu dari rangkaian trigger. Relay memiliki tegangan dan arus nominal
yang harus dipenuhi output rangkaian drivernya. Arus rangkaian yang digunakan
adalah arus DC. Susunan dalam suatu relay terdiri dari lilitan kawat yang
dililitkan pada inti besi lunak. Jika lilitan kawat mendapatkan arus, inti kontak
mengalami gaya tarik magnet sehingga berpindah posisi ke kutub lain atau
berpindah ke kutub asalnya. Keadaan ini akan bertahan selama arus mengalir pada
kumparan relay. Posisi normal relay tergantung jenis relay yang digunakan. Dan
pemakaian jenis relay tergantung pada keadaan yang diinginkan dalam suatu
rangkaian. Menurut kerjanya relay dapat dibedakan menjadi :
1. Normally Open (NO) : saklar akan tertutup nila dialiri arus.
2. Normally Close (NC) : saklar akan terbuka bila dialiri arus.
3. Change Over (CO) : relay ini mempunyai saklar tunggal yang
normalnya tertutup yang mana bila kumparan 1 dialiri arus maka saklar
akan terhubung ke terminal A, sebaliknya bila kumparan 2 dialiri arus
maka saklar akan terhubung ke terminal B. Adapun Gambar 2.7 Simbol
Relay dibawah ini :

Gambar 2.7 Simbol Relay (Heri, 2016)


2.2.10 Buzzer

17
Buzzer adalah sebuah komponen elektronika yang berfungsi untuk
mengubah getaran listrik menjadi getaran suara. Pada dasarnya prinsip kerja
buzzer hampir sama dengan loud speaker, jadi buzzer juga terdiri dari kumparan
yang terpasang pada diafragma dan kemudian kumparan tersebut dialiri arus
sehingga menjadi elektromagnet, kumparan tadi akan tertarik ke dalam atau
keluar, tergantung dari arah arus dan popularitas magnetnya, karena kumparan
dipasang pada diafragma maka setiap gerakan kumparan akan menggerakkan
diafragma secara bolak-balik sehingga membuat udara bergetar yang akan
menghasilkan suara. Buzzer ini digunakan sebagai indikator alarm (Purwoko,
2016). Adapun Gambar 2.8 Buzzer dibawah ini :

Gambar 2.8 Buzzer (Sucipto, 2016)

2.2.11 Heater
Elemen panas merupakan piranti yang mengubah energi listrik menjadi
Energi panas melalui proses joule heating. Prinsip kerja elemen panas adalah arus
listrik yang mengalir pada elemen panas adalah arus listrik yang mengalir pada
elemen menjumpai resistansinya, sehingga menghasilkan panas pada elemen
(Parindra, 2016).
Persyaran elemen pemanas antara lain :
1. Harus tahan lama pada suhu yang dikehendaki.
2. Sifat mekanisnya harus kuat pada suhu yang dikehendaki.
3. Koefisien muai harus kecil, sehingga perubahan bentuknya pada suhu
yang dikehendaki tidak terlalu besar.
4. Tahanan jenisnya harus tinggi.

18
5. Koefisien suhunya harus kecil, sehingga arus kerjanya sedapat mungkin
konstan. Adapun Gambar 2.9 Simbol Heater dibawah ini :

Gambar 2.9 Simbol Heater (Dewi, 2013)

2.3 Kerangka Pemikiran

19
Adapun dibawah ini merupakan kerangka pemikiran, sebagai langkah-
langkah dari awal sampai akhir, yang ditampilkan pada gambar 2.10 dibawah ini :

Transfusi Darah

Dibutuhkan alat
blood warmer

Suhu yang dibutuhkan Akan lebih efisien apabila


harus tepat dan stabil terdapat sensor gelembung

Diperlukan alat blood warmer


dengan suhu yang stabil dan
sensor gelembung

Bagaimana membuat alat blood warmer


dengan suhu yang stabil dan sensor
gelembung

Merancang dan membuat alat Melakukan penambahan sensor


blood warmer gelembung pada alat blood warmer

Kesimpulan

Gambar 2.10 Kerangka Pemikiran


BAB III

20
RANCANGAN PENILITIAN

3.1 Jenis Penilitian


Jenis penilitian yang digunakan dalam penilitian ini adalah penilitian
pengembangan sistem. Pada jenis penilitian ini yaitu mengembangkan sistem
pengoperasian yang sudah ada, kemudian dilengkapi dengan sensor gelembung
yang bertujuan untuk menunjang keamanan pasien. Selain itu, alat juga
ditambahkan alarm yang akan berbunyi apabila terdeteksinya gelembung. Hasil
penelitian tidak harus suatu penemuan baru, tetapi merupakan aplikasi baru dari
penelitian terdahulu.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian


Tempat penelitian ini dilaksanakan dilingkungan kampus ATEM Semarang
serta mengkondisikan keadaan yang ada. Waktu penelitian dimulai dari
pembuatan proposal sampai terselesaikannya penelitian adalah pada bulan
Februari 2020 sampai Juni 2020. Pemilihan komponen dan pembuatan rangkaian
yang akan digunakan dilakukan mulai dari bulan Maret 2020 sampai dengan batas
waktu yang ditentukan. Adapun waktu penelitian diuraikan pada tabel 3.1
dibawah ini :

Tabel 3.1 Waktu Penelitian

Bulan
No. Kegiatan
Februari Maret April Mei Juni
1. Proposal          
2. Bab I dan Bab II          
3. Bab III          
4. Pembuatan Alat          
5. Uji Fungsi Alat          
6. Pembuatan KTI          

3.3 Alat dan Bahan

21
Dalam pembuatan blood warmer dengan sensor gelembung ini, penulis akan
menggunakan beberapa alat dan bahan. Berikut ini adalah alat dan bahan yang
digunakan untuk pembuatan alat blood warmer :
3.3.1 Peralatan
Daftar peralatan yang digunakan dalam pembuatan alat blood warmer
dengan sensor gelembung adalah sebagai berikut:
1. Toolset elektronik
2. Cairan pelarut (feriklorit)
3. Laptop dengan software Arduino
4. Bor PCB
5. Multimeter
6. Priject board
7. Satu set Infus
3.3.2 Bahan
Adapun daftar bahan atau komponen yang perlu disiapkan adalah sebagai
berikut:
1. Trafo
2. Dioda
3. IC Regulator
4. Kapasitor
5. Arduino Uno
6. LCD
7. SSR
8. Transistor
9. Relay
10. IC 4017
11. Heater
12. Sensor Gelembung
13. Resistor
14. Buzzer
15. Kabel Jumper

22
16. Soket
17. Push Button

3.4 Tahap Penelitian


Adapun dibawah ini merupakan flowchart alir penelitian, sebagai langkah-
langkah penulis melakukan penelitian dari awal sampai akhir, yang ditampilkan
pada gambar 3.1 dibawah ini :

Mulai

Studi literatur

Perancangan
Hardware

Perancangan
Software

Pengujian

Tidak
Berhasil

Ya
Selesai

Gambar 3.1 Flowchart penelitian

Cara kerja flowchart dimulai dengan Studi literatur yang mempelajari


tentang blood warmer untuk menunjang keamanan pasien, dengan menggunakan
sensor gelembung, hardware dan software pendukung yang akan
digunakan.dilanjutkan dengan perancangan hardware dan software, kemudian

23
pengujian. Bila belum berhasil, maka diulangi lagi dari langkah studi literatur
untuk mendapatkan nilai keberhasilan yang tinggi.
Adapun dibawah ini merupakan flowchart alir kinerja, sebagai langkah-
langkah penulis melakukan kinerja dari awal sampai akhir, yang ditampilkan pada
gambar 3.2 dibawah ini :

Gambar 3.2 Flowchart Penelitian Blood Warmer (Abdus, 2017)

24
Keterangan :
Dari flowchart diatas dapat diketahui bahwa ketika alat dinyalakan maka
arduino akan melakukan inisialisasiyang bertujuan untuk pemberian nilai awal
pada masing-masing port. Setelah inisialisasi selesai maka LCD akan
menampilkan suhu dari pemanas. Suhu dari pemans akan dibaca oleh LM35 yang
keluarannya menuju arduino untuk dikonversi. Apabila suhu lebih dari atau sama
dengan 45 0C maka PortB.7 dan PortB.6 akan berlogika high, sehingga pemanas
akan mati untuk menurunkan suhu dan buzzer akan menyala. Apabila suhu kurang
dari atau sama dengan 40 0C maka PortB.7 akan berlogika low sehingga pemanas
menyala untuk menaikkan suhu.

3.5 Pengujian dan Analisa


Untuk menganalisa alat blood warmer maka penulis akan menganalisa
dengan menggunakan blok diagram. Dibawah ini merupakan Gambar 3.3 Blok
Diagram Blood Warmer :

Gambar 3.3 Blok Diagram (Muwahid, 2016)

Penjelasan Blok Diagram :

25
1. 220 VAC : Tegangan jala-jala PLN.
2. Power Supply : Catu daya yang berfungsi memberikan tegangan
ke seluruh blok rangkaian.
3. Arduino : Berfungsi sebagi pengendali rangkain.
4. Sensor Gelembung : Digunakan untuk mendeteksi gelembung.
5. Sensor Suhu : Digunakan untuk mengukur suhu pemanas.
6. Buzzer : Berfungsi sebagai alarm
7. Display : Sebagai penampil suhu
8. Thermostat : Sebagai pembatas suhu
9. Blower + Heater : Sebagai kipas dan pemanas.

3.6 Proses Pembuatan Perangkat Keras


Dalam proses pembuatan perangkat keras, penulis akan menggunakan
rangkaian power supply dan rangkaian sensor gelembung dengan penjelasan di
bawah ini :

3.6.1 Rangkaian Power Supply


Pada rangkaian power supply ini, rangkaian dibuat supaya menghasilkan
tegangan keluaran sebesar 5 VDC. Pertama sumber didapatkan dari jala-jala PLN
220 VAC, kemudian tegangannya diturunkan oleh transformator menjadi sebesar
6 VAC. Selanjutnya tegangan ini disearahkan dengan dioda yang berjumlah 4
buah menjadi tegangan DC. Kemudian akan melewati kapasitor yang berfungsi
untuk meratakan ripple yang keluar dari penyearah. Untuk memperoleh keluaran 5
VDC yang tetap dan stabil diperlukan IC regulator LM7805. Berikut ini adalah
Gambar 3.4 Rangkaian Power Supply :

26
Gambar 3.4 Rangkaian Power Supply (Ardiani, 2014)

3.6.2 Rangkaian Sensor Gelembung


Spesifikasi rangkaian sensor gelembung antara lain, yaitu :
1. Menggunakan IC LM358.
2. Menggunakan sensor photodiode.
3. Menggunakan transistor NPN 2N3904.

Berikut ini merupakan Gambar 3.5 Rangkain Sensor Gelembung :

Gambar 3.5 Rangkaian Sensor Gelembung (Miko, 2016)

27
Infra red berfungsi sebagai pemancar sinar yang akan diterima oleh sensor
photodiode, ketika sensor photodiode mendapat perbedaan pancaran sinar maka
sensor akan memberikan trigger kepada IC komparator, pada saat keluaran dari
komparator mengeluarkan sinyal high maka transistor pada kaki colektor akan
mengeluarkan sinyal low. Sinyal low tersebut akan masuk ke dalam
mikrokontroller pada PIN 6.

3.7 Perencanaan Desain Alat


Di bawah ini merupakan perencanaan gambar desain alat rancang bangun
alat blood warmer dengan sensor gelembung untuk menunjang keamanan pasien.
Berikut ini adalah gambar 3.6 :

1. LCD

2. LED

4. TOMBOL
UP/DOWN 3.
START /

5. SWITCH
ON/OFF

Gambar 3.6 Perencanaan Desain Alat


Keterangan :
1. LCD, kegunaannya sebagai tampilan angka.
2. LED, kegunaannya sebagai penanda alat berjalan.
3. START/STOP, untuk memulai dan menghentikan alat.
4. Tombol UP/DOWN, sebagai settingan suhu.
5. Switch ON/OFF, untuk menghidupkan dan mematikan alat.

28
Cara kerja:
Pada saat alat dinyalakan / Switch ON maka arduino yang sebagai
mikrokontrollernya akan memprogram semua komponen yang berada pada alat
untuk bekerja sesuai dengan fungsinya, dan LED akan menyala sebagai penanda
alat telah bekerja, LCD juga menyala dengan menampilkan angka, kemudian
Tombol UP/DOWN digunakan untuk mengatur setingan suhu yang dibutuhkan
dan tekan START untuk memulai maka heater akan melakukan proses
pemanasan, dan tekan STOP untuk menghentikan pemanasan, jika sudah selesai
maka tekan Switch OFF untuk mematikan alatnya.

3.8 Metode Analisis


Setelah komponen dirangkai menjadi alat, selanjutnya melakukan pendataan
pada alat. Penulis menggunakan metode analisis data kuantatif. Pengukuran
dilakukan untuk mengetahui ketepatan dari pembuatan alat yang penulis lakukan
dan memastikan bagian-bagian rangkaian bekerja sesuai dengan fungsinya.
Pengukuran dan pendataan alat ini hanya dilakukan pada beberapa titik yang
sudah ditentukan. Sebelum melakukan pengukuran dan pendataan, diperlukan
persiapan dan pemeriksaan terhadap modul alat tersebut. Untuk memperoleh hasil
pengukuran pada titik pengukuran, penulis menggunakan alat ukur seperti
multimeter dan thermometer.

3.9 Uji Fungsi


Pada tahap uji fungsi ini penulis akan melakukan pengujian dengan cara
membuat gelembung pada selang infus yang ukurannya ditentukan dan diukur
dengan jangka sorong lalu melewatkannya pada sensor gelembung. Pengujian ini
dilakukan sebanyak 10 kali agar mendapatkan hasil yang maksimal dan agar
mendapatkan hasil yang pasti.

29
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Ali Ridlo. (2014). Rancang Bangun Pesawat Blood Warmer dengan
Tampilan Suhu Menggunakan LCD.

Bishop, Owen. (2004). Dasar-Dasar Elektronika. Jakarta : Erlangga.

Djiwo, Harsono J. S. (2009). Pemantauan Suhu dengan Mikrokontroler Atmega8


pada Jaringan Lokal. SDM TEKNOLOGI NUKLIR, 415-422.

Djuandi, Feri. (2011). Mikrokontroller Berbasis Atmega328 Arduino Uno.

Emedicine, A.N. (2011) Pendeteksian Gelembung Udara.

Gesunde Medika. (2016). http://www.gesundemedical.com/ (diakses 24 Januari


2017 Pukul 23.05 WIB).

Hamdi, Afdal. (2013). Perbaikan Alat Blood Warmer.

Istiyanto, Mohammad. (2013) Pengertian Sensor Suhu IC LM35

Iqbal, Abdus Salam. (2017). Prototipe Blood Warmer Digital dengan Dua Selang
Dan Remote.

Mollison, P.L. (1997). Penelitian Pelayanan kesehatan.

Minarsih, Rini. (2013). Rancang Bangun Alat Blood Warmer Dengan


Mikrokontroller Atmega16.

Purwoko, Sidiq. (2016) Pengertian Dan Fungsi Buzzer.

30
Sadikin, Mohammad Dr. H. Dsc. (2002). Biokimia Darah. Jakarta : C.V Widya
Medika.
Suhardjo, Rachmat. (2016). Mikrokontroller Arduino Uno.

Sukmayati, Cut. (2013) Pengujian Setting Relay Arus Lebih Woodward Xil-I Di
Laboratorium Proteksi Dan Distribusi Jurusan Teknik Elektro. Vol. 3,
No. 1.

http://academia.edu/4603437/JURNAL_KU (diakses tanggal 15 Februari 2020)

http://healthyenthusiast.com/transfusi-darah.html (diakses tanggal 15 Februari


2020)

31

Anda mungkin juga menyukai