BIDANG KEGIATAN
PKM KARSA CIPTA
Diusulkan oleh:
ii
RINGKASAN
iii
DAFTAR ISI
iv
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
v
1
BAB 1. PENDAHULUAN
2.1 Hidroponik
Hidroponik merupakan teknologi bercocok tanam tanpa tanah, tetapi
menggunakan larutan nutrisi sebagai sumber utama pasokan nutrisi tanaman.
Hidroponik berasal dari bahasa latin yang terdiri dari kata hydro yang berarti air,
dan kata ponos yang berarti kerja (Soeseno, 1998). Tanaman hidroponik yang dapat
ditanam pada alat ini umumnya mempunyai karakteristik yang hampir sama, yaitu
dapat tumbuh pada suhu ruang, intensitas cahaya normal dan mempunyai
ketinggian maksimal antara 20-25 cm. Waktu panen dari tanaman-tanaman tersebut
beragam, di antara 15-40 hari setelah tanam.
450 nm 630 nm
Germinasi Pertumbuhan
Gambar 1. Hubungan antara panjang gelombang cahaya dengan pertumbuhan
tanaman (Kozai et al., 2016)
hasil simulasi CFD yang telah dilakukan pada tahap perancangan alat divalidasi
dengan hasil pengukuran. Pengujian dilakukan dalam 4 variasi kecepatan yaitu 0
m/s, 1 m/s, 1,5 m/s serta 1,8 m/s. Proses validasi dilakukan dengan cara menghitung
error atau perbedaan antara nilai pengukuran suhu dan kelembaban secara langsung
(To) dengan nilai simulasi CFD (Ti) menggunakan persamaan berikut:
𝑇𝑜−𝑇𝑖
𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 (%) = | | ∗ 100% (1)
𝑇𝑜
Uji sistem pencampuran dan penyaluran nutrisi ke masing-masing rak
dilakukan secara terpisah. Terlebih dahulu dicari hubungan antara penambahan
larutan pekat A dan B dengan kenaikan EC dalam bentuk persamaan linear. Uji
pencampuran nutrisi dilakukan dengan menambahkan larutan nutrisi pekat A dan
B mix menggunakan pompa yang diatur menggunakan persamaan linear tersebut.
Pengukuran intensitas cahaya dilakukan menggunakan luxmeter. Sistem
monitoring suhu, kelembaban serta intensitas cahaya diuji bersamaan dengan
sistem perangkat lunak yang digunakan yaitu menggunakan Node Red (JS
Foundation).
Uji kinerja alat dilakukan dengan menanam tanaman kangkung pada alat
SMIPY dalam dua jenis pencahayaan, yaitu dengan LED merah-biru dan LED
putih. Kontrol yang digunakan adalah kangkung yang ditanam pada hidroponik
konvensional di luar ruangan. Tanaman kangkung mulai diamati pada usia 5 hari
setelah tanam. Parameter yang diamati antara lain tinggi tanaman, jumlah daun, dan
bobot tanaman.
26.6
26.4
26.2 V=0.0 m/s
26.0 V=1.0 m/s
V=1.5 m/s
25.8 V=1.8 m/s
25.6
R Gelap Rak 4 Rak 3 Rak 2 Rak 1
Lokasi
Gambar 3. Hasil simulasi perubahan suhu pada berbagai kecepatan udara
6
92 V=0.0 m/s
V=1.0 m/s
Kelembaban (%)
90 V=1.5 m/s
V=1.8 m/s
88
86
84
82
R Gelap Rak 4 Rak 3 Rak 2 Rak 1
Lokasi
Gambar 4. Hasil simulasi perubahan kelembaban pada berbagai kecepatan udara
Exhaust
fan
Rak budidaya
Saluran
Sensor
irigasi
Ruang
Inlet
germinasi
ditolerir, sehingga dapat disimpulkan bahwa simulasi CFD telah berjalan dengan
baik. Simulasi ini dapat digunakan untuk menganalisis dan mengoptimasi
kecepatan kipas untuk menghasilkan suhu dan kelembaban yang paling ideal bagi
tanaman.
Sistem penyaluran nutrisi yang digunakan dalam SMIPY adalah dengan
loop terbuka. Untuk melakukan uji fungsional pada sistem ini, terlebih dahulu
dilakukan percobaan untuk mencari persamaan antara penambahan jumlah larutan
pekat A dan B dengan kenaikan EC. Grafik yang didapatkan dalam percobaan
tersebut dapat dilihat pada Gambar 6.
30
Nutrisi A dan B Pekat
25 y = 11.692x - 1.4415
20
(ml)
15
10
5
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5
EC (mS/cm)
Gambar 6. Kurva kalibrasi perubahan nilai EC terhadap penambahan larutan A
dan B
Akurasi merupakan rata-rata pengukuran dari hasil tiga kali ulangan. Dari
data tersebut, dapat dilihat bahwa akurasi rata-rata dari masing-masing EC yang
diujicobakan cukup tinggi, yaitu 91,0%. Dengan begitu, dapat disimpulkan bahwa
penyaluran nutrisi dengan sistem open loop efektif dan dapat digunakan pada
SMIPY.
Dalam penyaluran nutrisi, digunakan submersible pump dengan debit 2500
liter/jam, dan head 2 m. Selang yang digunakan untuk menyalurkan nutrisi
mempunyai diameter 6 mm. Setiap rak diisi hingga mempunyai volume 500 ml
8
nutrisi. Semakin tinggi posisi rak, maka semakin lama waktu yang diperlukan untuk
mengalirkan nutrisi, karena debitnya semakin rendah. Waktu rata-rata yang
dibutuhkan alat untuk mengalirkan larutan nutrisi adalah sekitar 40,33-71,33 detik.
Pada pengukuran intensitas cahaya dalam rak budidaya, didapatkan nilai
sebesar 1400 lux, dan sudah memenuhi kriteria pertumbuhan tanaman. Sistem
monitoring suhu, kelembaban dan intensitas cahaya serta kontrol larutan nutrisi
diuji bersamaan dengan sistem perangkat lunak yang digunakan yaitu
menggunakan Node Red. Sistem monitoring dan kontrol telah berjalan dengan baik
dan dapat ditampilkan pada smartphone, sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 7.
Gambar 8. Hasil uji kinerja alat pada LED merah-biru, LED putih dan kontrol
per lubang tanam pada umur 14 hari setelah tanam. Hal ini dikarenakan
pencahayaan ini memberikan intensitas cahaya yang lebih besar dan sifatnya
kontinu selama 16 jam sehari. Oleh karena itu, tanaman mendapatkan energi yang
cukup untuk dapat melakukan fotosintesis secara maksimal. Dapat disimpulkan
bahwa SMIPY dapat meningkatkan kualitas tanaman hingga 43,75%. Diperlukan
adanya optimasi untuk menentukan intensitas cahaya ideal yang cocok bagi
pertumbuhan tanaman dan efisien dalam penggunaan energi.
6.0 8.0
15.0
5.0
6.0
4.0
10.0
3.0 4.0
2.0 5.0 2.0
1.0
0.0 0.0 0.0
I II III I II III I II III
Perlakuan Perlakuan Perlakuan
Gambar 9. Perbandingan tanaman pada tiga pencahayaan berbeda berdasarkan
bobot total, tinggi tanaman dan jumlah daun
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Smart Mini Plant Factory (SMIPY) telah dibuat dan berfungsi dengan baik
untuk budidaya tanaman sayuran dan berpotensi diaplikasikan pada rumah tangga
di perkotaan (urban farming). Alat ini mempunyai beberapa fungsi utama,
10
5.2. Saran
Simulasi kecepatan kipas yang telah dilakukan dapat kemudian
dikembangkan sebagai sarana untuk mengetahui kecepatan kipas optimum yang
dapat menghasilkan aliran udara yang terbaik untuk tanaman. Perlu dilakukan
adanya kegiatan lebih lanjut mengenai sumber pencahayaan dan intensitas yang
optimum untuk mendukung pertumbuhan tanaman.
DAFTAR PUSTAKA
Kumar AS, Reddy PR. 2016. An Internet of Things approach for motion detection
using Raspberry pi. International Journal of Advanced Technology and
Innovative Research. 8(9): 3622-3627
Kobayashi K, Amore T, Lazaro M. 2013. Light-Emitting Diodes (LEDs) for
Miniature Hydroponic Lettuce. Optics and Photonics Journal, 2013, 3, 74-
77. University of Hawaii at Manoa, Honolulu, USA. Page 74-77
Kozai T, Niu G, Takagaki M. 2015. Plant factory an Indoor Vertical Farming
Sistem for Efficient Quality Food Prduction. Cambridge, Massachusetts
(US): Academic Press
Shimizu H, Saito Y, Nakashima H, Miyasaka J, dan Ohdoi K. 2011. Light
Environment Optimization for Lettuce Growth in Plant factory. Preprints of
the 18th International Federations of Automatic Control (IFAC) World
Congress Vol 18. 605-609. Kyoto University, Japan. Page 605.
Soeseno S. 1998. Bercocok Tanam Secara Hidroponik. Jakarta (ID): Gramedia
11
LAMPIRAN
Hasil simulasi kecepatan udara menggunakan CFD pada SMIPY di kecepatan (a)
0 m/s; (b) 1 m/s; (c) 1.5 m/s; (d) 1.8 m/s
Hasil simulasi distribusi suhu menggunakan CFD pada SMIPY di kecepatan (a) 0
m/s; (b) 1 m/s; (c) 1.5 m/s; (d) 1.8 m/s
Spesifikasi Alat
Spesifikasi Jumlah Satuan
Kapasitas 12 tanaman/siklus
Siklus setahun 43 Siklus/tahun
Produktivitas 516 Tanaman/tahun
Umur Pakai 10 Tahun
Biaya Tetap
Biaya Variabel
Perhitungan Cashflow
www.radarbogor.id www.ipb.ac.id
www.tmb.ipb.ac.id
18