Anda di halaman 1dari 16

KIMIA KLINIK DASAR

TUGAS INDIVIDU
ANALISIS CAIRAN TUBUH

Nama : ROBBY PRAMA YUDHA


Stambuk : 150 2010 182
Kelas : L.2
Dosen : NURMAYA EFFENDI S.Si, M.Sc, Apt

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA


FAKULTAS FARMASI
MAKASSAR
2013
BAB I
PENDAHULUAN

Analisis cairan tubuh merupakan sumber informasi untuk diagnosa medis saat ini, karena
dalam banyak kasus pasien yang didiagnosis dengan data dari tes ini, dengan darah dan urin yang
paling banyak digunakan.

Tes darah: manusia memiliki antara lima dan enam liter darah. Di dalamnya, ada jutaan
sel darah merah, sel darah putih, platelet dan sel-sel lain yang berjalan melalui jaringan km lebih
dari 100.000 mencakup darah. Tujuan utama dari darah, cairan penting, adalah untuk mengangkut
oksigen ke sel-sel, membuktikan adanya cedera dan serangan agen-agen asing memunculkan
ancaman patogenik. Ketika darah laboratorium pengujian nilai-nilai yang diubah atau standar yang
berbeda, Anda dapat menjadi sumber infeksi, anemia, keracunan, reaksi alergi dan bahkan kanker.

Urin analisis: tubuh manusia mampu memproduksi sekitar 2 liter urin sehari. Ini
metabolit urin mengusir racun bagi tubuh disaring oleh ginjal, mineral dan puing-puing selular.
Inilah sebabnya mengapa tes urine diperlukan untuk pengamatan perubahan metabolik, terutama
jika hati, ginjal dan rute pipis bekerja dengan baik dan tidak mendapatkan infeksi, keracunan, atau
patologi berat lainnya.

Analisis Air liur: Percaya atau tidak, menghasilkan satu sampai dua liter air liur hari
melalui kelenjar ludah. Saliva mengandung enzim, mineral, hormon dan bahkan sel-sel dari sistem
kekebalan tubuh. Tes air liur tidak sama dengan dahak. Untuk melakukan hal ini biasanya
memerlukan permen diadaptasi untuk mendeteksi infeksi bakteri di mulut, keracunan logam berat,
status hormonal atau kurangnya pertahanan. Dalam kedokteran gigi, digunakan untuk menentukan
apakah pasien rentan terhadap kerusakan gigi.

Analisis feses: Makanan sisa yang tidak dicerna, potongan mukosa usus dengan cairan
usus sel-sel mati dengan enzim, mineral dan hasil empedu pada tinja. Tes ini adalah standar untuk
mendiagnosis infeksi yang disebabkan oleh parasit, bakteri, virus dan jamur. Juga mendeteksi
adanya disfungsi organ akut, penyakit pencernaan dan kanker.

Analisis dahak: Tidak seperti air liur, dahak adalah untuk mengumpulkan sampel lendir
dari paru-paru. Batuk adalah mekanisme dengan mana kita dapat memperoleh sampel yang akan
dikumpulkan dalam wadah yang sesuai dan dianalisa untuk menentukan infeksi seperti bronkitis,
pneumonia atau tuberkulosis.

Jus analisis lambung: Mereka tidak ludah atau dahak saat mereka berasal langsung dari
perut dan mukosa adalah campuran asam, enzim, garam dan mineral terlarut yang berfungsi untuk
memecah makanan tertelan dan pada gilirannya menghilangkan bakteri dan patogen di dalamnya.
Mereka hanya dapat diperoleh melalui selang yang dimasukkan melalui mulut atau hidung dan
masuk langsung ke perut.

Semen Analisis: Digunakan untuk analisis kualitas sperma pada kasus infertilitas laki-
laki dan testis untuk deteksi Penyakit, prostat dan vesikula seminalis.

Cairan serebrospinal Analisis: Beberapa penyakit penting yang mempengaruhi saraf


scentral ystem hanya dapat didiagnosis melalui cairan. Sampel diperoleh melalui pungsi lumbal
dengan jarum dan Anda perlu protokol untuk total aseptis untuk pengadaan. Ini adalah cairan
bening dan tidak berwarna di sekitar otak seolah-olah tenggelam, dalam rangka untuk menyerap
guncangan, getaran dan melindunginya dari tekanan. Perubahan warna dalam cairan atau adanya
protein, sel yang terinfeksi bakteri, virus atau jamur, dan bahkan gula dapat membantu secara
akurat mendiagnosis penyakit pada sistem saraf.

Analisis Bone Marrow: Sel-sel darah merah dan trombosit berasal dari sumsum tulang.
Analisis ini dilakukan melalui anestesi lokal dan biopsi jarum di sternum. Mikroskop biasanya
terlihat kemajuan atau kematangan sel-sel yang diproduksi dan kuantitas yang dihasilkan. Hal ini
dilakukan bila ada kecurigaan keracunan, diubah sistem kanker, kekebalan tubuh atau obat yang
mempengaruhi produksi darah.
BAB II

PEMBAHASAN

A. SERUM DAN PLASMA

Plasma darah adalah cairan yang mengandung sel-sel darah. Di dalam plasma darah
terlarut berbagai macam zat antara lain zat makanan, protein, zat sekresi dan gas (O2, CO2,
dan N2). Plasma darah mengandung serum yang berfungsi sebagai tempat pembentukan
antibodi. Selain darah, cairan tubuh yang lain adalah limfe. Cairan limfe terbentuk dari air,
glukosa, lemak, dan garam. Limfe berfungsi sebagai alat pengangkut cairan dan protein,
emulsi lemak, dan penghasil antibodi. Komponen seluler limfe terdiri dari limfosit dan
granulosit. 55% dari jumlah/volume darah merupakan plasma darah. Volume plasma darah
terdiri dari 90% berupa air dan 10% berupa larutan protein, glukosa, faktor koagulasi, ion
mineral, hormon dan karbon dioksida. Plasma darah juga merupakan medium pada proses
ekskresi.

Plasma darah merupakan bagian cair yang berwarna kekuningan, terdiri atas:

1) hampir 90% air yang di dalamnya terlarut berbagai macam zat, sari makanan, garam
mineral, hormon, enzim, protein, dan zat sisa metabolisme;

2) garam-garam mineral, misalnya NaCl, KCl dan garam-garam fosfat. Adanya garam
menyebabkan tekanan darah dalam pembuluh darah kapiler lebih besar daripada tekanan
darah dalam jaringan sehingga darah yang terdapat di dalam pembuluh kapiler dapat masuk
dalam jaringan. Sebaliknya tekanan darah dalam jaringan lebih besar daripada tekanan darah
pada vena sehingga darah dari jaringan dapat masuk ke vena. Hal ini menyebabkan adanya
keseimbangan pada tekanan darah;

3) protein plasma. Protein tidak hanya terdapat pada sel-sel darah, tetapi juga pada plasma
darah yang terdiri atas:

 globulin berfungsi untuk membentuk zat antibodi dan protrombin;


 fibrinogen berfungsi dalam proses pembelahan
 albumin berfungsi untuk menjaga tekanan osmotik darah, yaitu dengan adanya
albumindidalam plasma maka tekanan osmotik di dalam sel darah dengan plasma
darah kira-kira sama sehingga cairan plasma tidak dapat ke dalam sel darah
 serum plasma darah yang tidak mengandung fibrinogen dan berisi antibody,
 antitoksin, berfungsi menetralkan racun,
 opisimin berfungsi memacu sifat fagosit pada leukosit.

Tabel Komposisi Plasma Darah

Kandungan Plasma Darah Fungsi

Air Pelarut zat-zat lain

Protein Mempertahankan keseimbangan air pada darah


dan jaringan; mengatur volume darah
a. Albumin

b. Globulin (alfa, beta, gama) Membantu transportasi lemak, vitamin, dan


hormon; pertahanan tubuh (antibodi)
c. Protein penggumpal darah (fibrinogen dan Berperan dalam proses penggumpalan Darah
protrombin)
Garam-garam (ion-ion), seperti natrium, Penyeimbang tekanan
kalium, kalsium, magnesium, klorida, dan osmosis, mempertahankan pH (buffer),
bikarbonat. fungsi saraf dan otot, dan
mengatur permeabilitas membran sel
Nutrien, seperti glukosa, asam amino, dan Digunakan oleh sel, makanan cadangan, atau
asam lemah diuraikan
Hormon Memengaruhi aktivitas organ yang Dituju
Karbon dioksida Hasil respirasi sel yang dibawa ke paru-paru
untuk dibuang
Sampah nitrogen Hasil metabolisme yang akan diekskresikan
oleh ginjal

Sumber: Human Body, 2002

Plasma darah dapat dipisahkan di dalam sebuah tuba berisi darah segar yang telah
dibubuhi zat anti-koagulan yang kemudian diputar sentrifugal sampai sel darah merah jatuh ke
dasar tuba, sel darah putih akan berada di atasnya dan membentuk lapisan buffy coat, plasma
darah berada di atas lapisan tersebut dengan kepadatan sekitar 1025 kg/m3, or 1.025 kg/l.

Serum darah adalah plasma tanpa fibrinogen, sel dan faktor koagulasi lainnya.
Fibrinogen menempati 4% alokasi protein dalam plasma dan merupakan faktor penting dalam
proses pembekuan darah. Plasmapheresis adalah jenis terapi medis yang menyuling
(extraction) plasma darah keluar dari kumpulan partikelnya untuk diolah lebih lanjut dan
memasukkan kembali plasma darah tersebut pada akhir terapi.

a. CAIRAN SEREBROSPINAL

Cairan serebrospinal adalah cairan yang berada diotak dan sterna serta ruang
subrachnoid yang mengelilingi otak dan medulla spinalis. Cairan serebrospinal mempunyai
tekanan yang konstan, dan seluruh ruangan berhubungan satu sama lain.

Letak cairan serebrospinal

Secara anatomis, cairan serebrospinal ditemukan dalam ruang-ruang otak (ventrikel


otak), yaitu pada:

 Ruang subarakhnoid
 Ventrikel otak
 Kanal sentralis medula spinalis.

Cairan ini dihasilkan oleh pleksus khoroid yang terdapat pada atap ventrikel ketiga
dan ke empat dan pada dinding medial ventrikel lateral. Cairan serebrospinal dihasilkan
secara aktif dan dalam keadaan normal diimbangi oleh absorbsi kembali ke dalam darah.

Aliran cairan serebrospinal

Aliran cairan serebrospinal adalah sebagai berikut: dari ventrikel lateral cairan
serebrospinal mengalir ke ventrikel III dan disini jumlah cairan serebrospinal akan
bertambah lebih banyak.Dari ventrikel III cairan serebrospinal mengalir
melalui akuaduktus Sylvii ke dalam ventrikel IV yang juga menghasilkan cairan
serebrospinal. Cairan serebrospinal kemudian keluar melaluiforamen
Magendie dan Luschka masuk ke dalam ruang subarakhnoid. Di ruang subarakhnoid
serebrospinal mengalir ke dalam sinus venosus kranial melalui vili arakhnoidyang
merupakan berkas pia arakhnoid yang menembus duramater untuk kemudian terletak
dalam sinus venosus kranial dan kebawah di sekitar medula spinalis.

Apabila salah satu foramen ventrikel otak mengalami penyumbatan maka cairan
serebro-spinalnya akan terus bertambah, akibatnya ventrikel otak membesar karena
tekanan cairan serebrospinal. Pembesaran ventrikel otak akan menekan unsur-unsur saraf
di sekitar ventrikel. Akibatnya fungsi otak terganggu. Bila hal ini terjadi pada bayi baru
lahir (neonatus), maka kepala bayi tersebut menjadi sangat besar. Keadaaan patologis ini
disebut hidrosefalus.

Fungsi cairan serebrospinal

Fungsi utama dari cairan serebrospinal ini adalah melindungi sistem saraf pusat dari
trauma (tekanan/benturan) dari luar dan mempertahankan lingkungan cairan sesuai untuk
otak serta memberi perlindungan terhadap benturan ringan dan luka mekanik lainnya
(sebagai bumper/penyangga).

Dalam penampakannya, cairan serebrospinal seperti mengapungkan otak dalam air,


sehingga menjadikan otak tetap stabil pada tempatnya walaupun ada benturan dari luar.

Analisis Cairan serebrospinal

Warna

Cairan serebrospinal normal tidak berwarna. Adanya warna pada cairan ini biasanya
menunjukkan hal abnormal.

 Xantokrom (kekuningan): perdarahan subarakhnoid, meningitis tuberkulosis, dan


neonatus normal.
 Kuning: hiperbilirubinemia, hemolisis.
 Oranye: hiperkarotenemia, hemolisis.
 Merah muda: hemolisis.
 Hijau: hiperbilirubinemia, meningitis bakterial.
 Coklat: meningitis melanomatosis.

Hitung sel

Cairan serebrospinal normal hanya mengandung 0-5 leukosit/mm3.

Pada pasien meningitis purulen (bakterial), dapat ditemukan jumlah sel lebih dari 100-
1000 leukosit/mm3. Jumlah sel lebih dari normal, tapi kurang dari 100, dapat ditemukan
pada meningitis viral. Penyebab jumlah sel di cairan serebrospinal meningkat selain
infeksi antara lain penyakit keganasan, perdarahan intraserebral, dan setelah serangan
kejang.
Dominasi sel netrofil atau sel polimorfonuklear (PMN) dapat ditemukan pada meningitis
bakterial stadium awal. Dominasi eosinofil cukup sering berkaitan dengan meningitis atau
ensefalitis oleh parasit. Sedangkan dominasi limfosit-monosit (mononuklear / MN)
ditemukan pada meningitis viral, tuberkulosis, atau fungal.

Protein

Protein pada cairan serebrospinal normal mengandung 18-58 mg/dL protein.

Peningkatan protein dapat terjadi akibat infeksi, perdarahan, multiple sclerosis, dan
keganasan. Sedangkan protein yang rendah mungkin ditemukan pada bayi atau anak
berusia di bawah 2 tahun dan pada intoksikasi air. Hipoproteinemia atau hipoalbuminemia
tidak menyebabkan protein cairan serebrospinal menurun.

Glukosa

Glukosa pada cairan serebrospinal biasanya sama dengan 2/3 kali glukosa darah orang
yang bersangkutan 2-4 jam sebelumnya.

Satu-satunya penyebab peningkatan glukosa pada cairan serebrospinal adalah diabetes


melitus. Namun glukosa cairan dalam kasus ini tidak pernah melebihi 300 mg/dL.

Penurunan glukosa cairan serebrospinal biasanya disebabkan infeksi. Infeksi bakteri


menyebabkan glukosa turun sampai sangat rendah, namun infeksi virus yang hanya
menyebabkan glukosa turun sedikit. Pemeriksaan ini tidak selalu sensitif menyingkirkan
infeksi karena 50% pasien meningitis menunjukkan kadar glukosa cairan serebrospinal
normal.

Kultur

Untuk menyingkirkan atau mengkonfirmasi diagnosis infeksi, baik ensefalitis maupun


meningitis, dapat dilakukan kultur cairan serebrospinal terhadap beberapa
mikroorganisme. Mikroorganisme yang dimaksud antara
lain pneumococcus,meningococcus, Haemophilus
influenza (bakteri), Enterovirus (virus), Mycobacterium tuberculosis (tuberkulosis),
dan Cryptococcus neoformans (fungal). Dalam kasus tertentu mungkin juga perlu
diperiksa kemungkinan toksoplasmosis.

Perbandingan hasil analisis cairan serebrospinal pada meningitis dari berbagai penyebab
dapat dilihat pada gambar berikut.
Selain pemeriksaan rutin di atas, kadang juga diperiksa uji aglutinasi lateks
untukHaemophilus influenza dan PCR (polymerase chain reaction). Aglutinasi lateks
merupakan uji antigen-antibodi yang bermanfaat pada kasus meningitis Haemophilus
yang sudah mendapat pengobatan sebagian; karena pemeriksaan kultur pada kasus ini
mungkin memberi hasil negatif. Sedangkan PCR merupakan pemeriksaan paling sensitif
untuk berbagai jenis penyebab infeksi sistem saraf pusat, namun biayanya masih cukup
tinggi dan belum tersedia di seluruh laboratorium.

Sumber: American Family Physician, 2003

b. URINE
Urinalisis adalah analisa fisik, kimia dan mikroskopik terhadap urine. uji urine
rutin di lakukan pertama pertama kali pada tahun 1821. Sampai saat ini, urine diperiksa
secara manual terhadap berbagai kandungannya, tetapi saat ini digunakan berbagai strip
reagen untuk melakukan skrining kimia dengan cepat.
Urinalisis berguna untuk mendiagnosa penyakit ginjal atau infeksi saluran kemih,
dan untuk mendeteksi adanya penyakit metabolik yang tidak berhubungan dengan ginjal.
Berbagai uji urinealisis rutin dilakukan seperti warna, tampilan dan bau urine diperiksa,
serta pH, protein, keton, glukosa dan bilirubin diperiksa secara strip reagen. Berat jenis
diukur dengan urineometer, dan pemeriksaan mikroskopik sedimen urine dilakukan untuk
mendeteksi eritrosit, leukosit,epitel,Kristal dan bakteri.
PEMERIKSAAN

Warna Urine
Warna urine ditentukan oleh besarnya diuresis. Makin besar dieresis, makin muda
warna urine itu. Biasanya warna normal urine berkisar antara kuning muda dan kuning tua.
Warna itu disebabkan oleh beberapa macam zat warna, terutama urochrom dan urobilin.
Jika didapat warna abnormal disebabkan oleh zat warna yang dalam keadaan
normalpun ada, tetapi sekarang ada dalam jumlah besar. Kemungkinan adanya zat warna
abnormal, berupa hasil metabolism abnormal, tetapi mungkin jugaberasal dari suatu jenis
makanan atau obat-obatan. Beberapa keadaan warna urine mungkin baru berubah setelah
dibiarkan.

2. Kejernihan
Cara menguji kejernihan sama seperti menguji warna yaitu jernih, agak keruh, keruh atau
sangat keruh. Tidak semua macam kekeruhan bersifat abnormal. Urine normalpun akan
menjadi agak keruh jika dibiarkan atau didinginkan. Kekeruhan ringn disebut nubecula dan
terjadi dari lender, sel-sel epitel dan leukosit yang lambat laun mengendap.
Sebab-sebab urine keruh dari mula-mula:
 Fosfat amorf dan karbonat dalam juml;ah besar. mungkin terjadi sesudah orang makan
banyak.
 Bakteri
 Unsure sedimen dalam jumlah besar, seperti eritrosit, leukosit dan sel epitel.
 Cylus dan lemak
 Benda-benda koloid
Sebab –sebab urine keruh menjadi keruh setelah dibiarkan :
 Nubecula
 Urat-urat amorf
 Fosfat amorf dan karbonat
 Bakteri
3. Bau
Bau urine yang normal disebabkan untuk sebagaian oleh asam-asam organic yang mudah
menguap. Bau yang berlainan dari yang normal.

4. pH
pH tidak banyak berarti dalam pemeriksaan penyaring. Akan tetapi pada gangguan
keseimbangan asam-basa penetapan itu memberi kesan tentang keadaan dalam tubuh,
apalagi jika disertai penetapan jumlah asam yang diekskresikan dalam waktu tertentu,
jumlah ion NH4.
Selain pada keadaan tadi pemeriksaan Ph urine segar dapat member petujnjuk kearah
infeksi saluran kemih. Infeksi oleh E. coli biasanya menghasilkan urine asam, sedangkan
infeksi oleh Proteus yang merombak ureum menjadi amoniak menyebabkan urine menjadi
basa.

c. PEMBAHASAN PENGUJIANNYA
Pemeriksaan laboratorium yang berdasarkan pada reaksi kimia dapat digunakan
darah, urin atau cairan tubuh lain. Terdapat banyak pemeriksaan kimia darah di dalam
laboratorium klinik antara lain uji fungsi hati, otot jantung, ginjal, lemak darah, gula darah,
fungsi pankreas, elektrolit dan dapat pula dipakai beberapa uji kimia yang digunakan untuk
membantu menegakkan diagnosis anemi.

Uji fungsi hati meliputi pemeriksaan kadar protein total & albumin, bilirubin total
& bilirubin direk, serum glutamic oxaloacetate transaminase (SGOT/AST)
& serum glutamic pyruvate transaminase (SGPT/ALT),gamma glutamyl transferase (γ-
GT), alkaline phosphatase (ALP) dan cholinesterase (CHE). Pemeriksaan protein total
dan albumin sebaiknya dilengkapi dengan pemeriksaan fraksi protein serum dengan teknik
elektroforesis. Dengan pemeriksaan elektroforesis protein serum dapat diketahui
perubahan fraksi protein di dalam serum. Pemeriksaan elektroforesis protein serum ini
menunjukkan perubahan fraksi protein lebih teliti dari hanya memeriksa kadar protein total
dan albumin serum.

Uji fungsi jantung dapat dipakai pemeriksaan creatine kinase (CK),


isoenzim creatine kinase yaitu CKMB, N-terminal pro brain natriuretic peptide (NT pro-
BNP) dan Troponin-T. Kerusakan dari otot jantung dapat diketahui dengan memeriksa
aktifitas CKMB, NT pro-BNP, Troponin-T dan hsCRP. Pemeriksaan LDH tidak spesifik
untuk kelainan otot jantung, karena hasil yang meningkat dapat dijumpai pada beberapa
kerusakan jaringan tubuh seperti hati, pankreas, keganasan terutama dengan metastasis,
anemia hemolitik dan leukemia.

Uji fungsi ginjal terutama adalah pemeriksaan ureum dan kreatinin. Ureum adalah
produk akhir dari metabolisme protein di dalam tubuh yang diproduksi oleh hati dan
dikeluarkan lewat urin. Pada gangguan ekskresi ginjal, pengeluaran ureum ke dalam urin
terhambat sehingga kadar ureum akan meningkat di dalam darah. Kreatinin merupakan zat
yang dihasilkan oleh otot dan dikeluarkan dari tubuh melalui urin. Oleh karena itu kadar
kreatinin dalam serum dipengaruhi oleh besar otot, jenis kelamin dan fungsi ginjal. Di
Laboratorium Klinik Utama Bio Medika pemeriksaan kadar kreatinin dilaporkan dalam
mg/dl dan estimated GFR (eGFR) yaitu nilai yang dipakai untuk mengetahui perkiraan laju
filtrasi glomerulus yang dapat memperkirakan beratnya kelainan fungsi ginjal.

Beratnya kelainan ginjal diketahui dengan mengukur uji bersihan kreatinin


(creatinine clearance test/CCT). Creatinine clearance test/CCT memerlukan urin
kumpulan 24 jam, sehingga bila pengumpulan urin tidak berlangsung dengan baik hasil
pengukuran akan mempengaruhi nilai CCT. Akhir-akhir ini, penilaian fungsi ginjal
dilakukan dengan pemeriksaan cystatin-C dalam darah yang tidak dipengaruhi oleh
kesalahan dalam pengumpulan urin. Cystatin adalah zat dengan berat molekul rendah,
dihasilkan oleh semua sel berinti di dalam tubuh yang tidak dipengaruhi oleh proses radang
atau kerusakan jaringan. Zat tersebut akan dikeluarkan melalui ginjal. Oleh karena itu
kadar Cystatin dipakai sebagai indikator yang sensitif untuk mengetahui kemunduran
fungsi ginjal.

Pemeriksaan lemak darah meliputi pemeriksaan kadar kolesterol total, trigliserida,


HDL dan LDL kolesterol. Pemeriksaan tersebut terutama dilakukan pada pasien yang
memiliki kelainan pada pembuluh darah seperti pasien dengan kelainan pembuluh darah
otak, penyumbatan pembuluh darah jantung, pasien dengan diabetes melitus (DM) dan
hipertensi serta pasien dengan keluarga yang menunjukkan peningkatan kadar lemak darah.
Untuk pemeriksaan lemak darah ini, sebaiknya berpuasa selama 12 - 14 jam. Bila pada
pemeriksaan kimia darah, serum yang diperoleh sangat keruh karena peningkatan kadar
trigliserida sebaiknya pemeriksaan diulang setelah berpuasa > 14 jam untuk mengurangi
kekeruhan yang ada. Untuk pemeriksaan kolesterol total, kolesterol HDL dan kolesterol
LDL tidak perlu berpuasa. Selain itu dikenal pemeriksaan lipoprotein (a) bila meningkat
dapat merupakan faktor risiko terjadinya penyakit jantung koroner.

Pemeriksaan kadar gula darah dipakai untuk mengetahui adanya peningkatan atau
penurunan kadar gula darah serta untuk monitoring hasil pengobatan pasien dengan
Diabetes Melitus (DM). Peningkatan kadar gula darah biasanya disebabkan oleh Diabetes
Melitus atau kelainan hormonal di dalam tubuh. Kadar gula yang tinggi akan dikeluarkan
lewat urin yang disebut glukosuria. Terdapat beberapa macam pemeriksaan untuk menilai
kadar gula darah yaitu pemeriksaan gula darah sewaktu, kadar gula puasa, kadar gula darah
2 jam setelah makan, test toleransi glukosa oral, HbA1c, insulin dan C-peptide. Kadar gula
darah sewaktu adalah pemeriksaan kadar gula pada waktu yang tidak ditentukan. Kadar
gula darah puasa bila pemeriksaan dilakukan setelah pasien berpuasa 10 - 12 jam sebelum
pengambilan darah atau sesudah makan 2 jam yang dikenal dengan gula darah 2 jam post-
prandial. Pasien DM dalam pengobatan, tidak perlu menghentikan obat pada saat
pemeriksaan gula darah puasa dan tetap menggunakan obat untuk pemeriksaan gula
darah post-prandial. Pemeriksaan kadar gula darah puasa dipakai untuk menyaring adanya
DM, memonitor penderita DM yang menggunakan obat anti-diabetes; sedangkan glukosa
2 jam post-prandial berguna untuk mengetahui respon pasien terhadap makanan setelah 2
jam makan pagi atau 2 jam setelah makan siang. Kadar gula darah sewaktu digunakan
untuk evaluasi penderita DM dan membantu menegakkan diagnosis DM. Selain itu
dikenal pemeriksaan kurva harian glukosa darah yaitu gula darah yang diperiksa pada jam
7 pagi, 11 siang dan 4 sore, yang bertujuan untuk mengetahui kontrol gula darah selama 1
hari dengan diet dan obat yang dipakai. Pada pasien dengan kadar gula darah yang
meragukan, dilakukan uji toleransi glukosa oral (TTGO). Pada keadaan ini pemeriksaan
harus memenuhi persyaratan:

a. Tiga hari sebelum pemeriksaan pasien harus makan karbohidrat yang cukup.
b. Tidak boleh minum alcohol
c. Pasien harus puasa 10 – 12 jam tanpa minum obat, merokok dan olahraga sebelum
pemeriksaan dilakukan.
d. Di laboratorium pasien diberikan gula 75 g glukosa dilarutkan dalam 1 gelas air yang
harus dihabiskan dalam waktu 10 – 15 menit atau 1.75 g per kg berat badan untuk
anak.
e. Gula darah diambil pada saat puasa dan 2 jam setelah minum glukosa.

Insulin adalah merupakan hormon yang dihasilkan oleh pankreas pada sel beta
pulau Langerhans. Berkurangnya aktifitas insulin akan menyebabkan terjadinya Diabetes
Melitus. Pemeriksaan aktifitas insulin bila diduga terdapat insufisiensi insulin, peningkatan
kadar insulin pada pasien dengan hipoglikemia. Pengukuran aktifitas insulin ini tidak
dipengaruhi oleh insulin eksogen. Insulin berasal dari pro insulin yang mengalami
proteolisis menjadi C-peptide. C-peptide dipakai untuk mengetahui sekresi insulin basal.

Untuk pemantauan DM dilakukan uji HbA1c. Pemeriksaan ini menunjukkan kadar gula
darah rerata selama 1 – 3 bulan. Dalam keadaan normal, kadar HbA1c berkisar antara 4 –
6% dan bila gula darah tidak terkontrol, kadar HbA1c akan meningkat. Oleh karena itu,
penderita dengan kadar gula darah yang normal bukan merupakan petanda DM terkontrol.
DM terkontrol bila kadar HbA1c normal. Hasil pemeriksaan HbA1c akan lebih rendah dari
sebenarnya bila didapatkan hemoglobinopati seperti thalassemia. Oleh karena itu,
penderita DM sebaiknya melakukan pemeriksaan analisa hemoglobin untuk mengetahui
kelainan tersebut dalam menilai hasil pemeriksaan HbA1c . Akhir – akhir ini uji HbA1c
selain untuk monitoring pengobatan, dipakai untuk diagnosis DM.

Pankreas menghasilkan enzim amilase dan lipase. Amilase selain dihasilkan oleh pankreas
juga dihasilkan oleh kelenjar ludah dan hati yang berfungsi mencerna amilum/karbohidrat.
Kadar amilase di dalam serum meningkat pada radang pankreas akut. Pada keadaan
tersebut, keadaan amilase meningkat setelah 2 – 12 jam dan mencapai puncak 20 – 30 jam
dan menjadi normal kembali setelah 2 – 4 hari. Gejala yang timbul berupa nyeri hebat pada
perut. Kadar amilase ini dapat pula meningkat pada penderita batu empedu dan pasca bedah
lambung.

Lipase adalah enzim yang dihasilkan oleh pankreas yang berfungsi mencerna
lemak. Lipase akan meningkat di dalam darah apabila ada kerusakan pada pankreas.
Peningkatan kadar lipase dan amilase terjadi pada permulaan penyakit pankreatitis, tetapi
lipase serum meningkat sampai 14 hari, sehingga pemeriksaan lipase bermanfaat pada
radang pankreas yang akut stadium lanjut.

Untuk pembentukan hemoglobin dibutuhkan antara lain besi, asam folat dan vit. B12. Besi
merupakan unsur yang terbanyak didapatkan di darah dalam bentuk hemoglobin, serum
iron (SI), total iron binding capacity(TIBC) dan ferritin. Pemeriksaan SI bertujuan
mengetahui banyaknya besi yang ada di dalam serum yang terikat dengan transferin,
berfungsi mengangkut besi ke sumsum tulang. Serum iron diangkut oleh protein yang
disebut transferin, banyaknya besi yang dapat diangkut oleh transferin disebut total iron
binding capacity (TIBC). Saturasi transferin mengukur rasio antara kadar SI terhadap
kadar TIBC yang dinyatakan dalam persen. Ferritin adalah cadangan besi tubuh yang
sensitif, kadarnya menurun sebelum terjadi anemia. Pada anemia tidak selalu terjadi
perubahan pada SI, TIBC dan ferritin tergantung pada penyebab anemia. Pada anemia
defisiensi besi, kadar SI dan saturasi transferin menurun sedangkan TIBC akan
meningkat/normal dan cadangan besi tubuh menurun. Pengukuran asam folat dan vitamin
B12 bertujuan untuk mengetahui penyebab anemia.

Natrium (Na) merupakan kation ekstraseluler terbanyak, yang fungsinya menahan air di
dalam tubuh. Na mempunyai banyak fungsi seperti pada otot, saraf, mengatur
keseimbangan asam-basa bersama dengan klorida (Cl) dan ion bikarbonat. Kalium (K)
merupakan kation intraseluler terbanyak. Delapan puluh – sembilan puluh persen K
dikeluarkan oleh urin melalui ginjal. Oleh karena itu, pada kelainan ginjal didapatkan
perubahan kadar K. Klorida (Cl) merupakan anion utama didalam cairan ekstraseluler.
Unsur tersebut mempunyai fungsi mempertahankan keseimbangan cairan dalam tubuh dan
mengatur keseimbangan asam-basa.

Kalsium (Ca) terutama terdapat di dalam tulang. Lima puluh persen ada dalam
bentuk ion kalsium (Ca), ion Ca inilah yang dapat dipergunakan oleh tubuh. Protein dan
albumin akan mengikat Ca di dalam serum yang mengakibatkan penurunan kadar ion Ca
yang berfungsi di dalam tubuh. Oleh karena itu untuk penilaian kadar Ca dalam tubuh perlu
diperiksa kadar Ca total, protein total, albumin dan ion Ca.

Fosfor (P) adalah anion yang terdapat di dalam sel. Fosfor berada di dalam serum
dalam bentuk fosfat. Delapan puluh sampai delapan puluh lima persen kadar fosfat di
dalam badan terikat dengan Ca yang terdapat pada gigi dan tulang sehingga metabolism
fosfat mempunyai kaitan dengan metabolisme Ca. Kadar P yang tinggi dikaitkan dengan
gangguan fungsi ginjal, sedangkan kadar P yang rendah mungkin disebabkan oleh kurang
gizi, gangguan pencernaan, kadar Ca yang tinggi, peminum alkohol, kekurangan vitamin
D, menggunakan antasid yang banyak pada nyeri lambung.
BAB III
KESIMPULAN

Tes darah: manusia memiliki antara lima dan enam liter darah. Di dalamnya, ada jutaan sel darah
merah, sel darah putih, platelet dan sel-sel lain yang berjalan melalui jaringan km lebih dari
100.000 mencakup darah. Tujuan utama dari darah, cairan penting, adalah untuk mengangkut
oksigen ke sel-sel, membuktikan adanya cedera dan serangan agen-agen asing memunculkan
ancaman patogenik.
Cairan serebrospinal Analisis: Beberapa penyakit penting yang mempengaruhi saraf scentral
ystem hanya dapat didiagnosis melalui cairan. Sampel diperoleh melalui pungsi lumbal dengan
jarum dan Anda perlu protokol untuk total aseptis untuk pengadaan. Ini adalah cairan bening dan
tidak berwarna di sekitar otak seolah-olah tenggelam, dalam rangka untuk menyerap guncangan,
getaran dan melindunginya dari tekanan.

Urin analisis: tubuh manusia mampu memproduksi sekitar 2 liter urin sehari. Ini metabolit urin
mengusir racun bagi tubuh disaring oleh ginjal, mineral dan puing-puing selular. Inilah sebabnya
mengapa tes urine diperlukan untuk pengamatan perubahan metabolik, terutama jika hati, ginjal
dan rute pipis bekerja dengan baik dan tidak mendapatkan infeksi, keracunan, atau patologi berat
lainnya.

Pemeriksaan laboratorium yang berdasarkan reaksi kimia dapat digunakan darah, urin atau cairan
tubuh lain. Pemeriksaan kimia darah dapat meliputi uji faal hati, jantung, ginjal, lemak darah, kadar
gula darah, kelainan pankreas, elektrolit dan membantu menegakkan diagnosis anemi.

Uji faal hati meliputi pemeriksaan kadar protein total & albumin, bilirubin total & direk, serum
glutamic oxaloacetate transaminase (SGOT) & serum glutamic pyruvate transaminase(SGPT),
gamma glutamyl transferase (γ-GT), alkaline phosphatase (ALP) dan cholinesterase (CHE).

Pemeriksaan protein total dan albumin sebaiknya dilengkapi dengan pemeriksaan fraksi protein
serum dengan cara elektroforesis. Dengan pemeriksaan elektroforesis protein serum dapat
diketahui perubahan fraksi protein di dalam darah sehingga dapat diketahui perubahan fraksi
protein lebih teliti dari hanya pemeriksaan protein total dan albumin serum.

Anda mungkin juga menyukai