TUGAS
TABLET & METODE TABLET DAN EVALUASI GRANUL & TABLET
OLEH :
FAKULTAS FARMASI
MAKASSAR
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia di bumi ini agar dapat bertahan hidup maka
diantaranya harus bernapas, tidak hanya manusia, tetapi semua
makhluk hidup lainya juga memiliki ciri yng sama yaitu memerlukan
pernapasan selain dari pada makan, berkembang biak, tumbuh Dan
lain sebagainya. bernapas merupakan suatu kebutuhan yang sangat
penting dalam menjalani rentetan- rentetan kehidupan atau aktivitas
yang kita jalani.
Mempelajari sistem pernapasan sangatlah penting karena ilmu
dari sistem pernapasan adalah ilmu yang mepelajari fungsi organ dan
tubuh mahkluk hidup. Yang erat kaitannya denngan kelansungan
hidup manusia. Semua sistem dalam tubuh haruslah seimbang, sama
halnya dengan sistem pernapasan dimana manusia setiap detiknya
harus menghirup oksigen dan mengeluarkan karbondioksida dalam
hidupnya.
Dengan memelajari sistem pernapasan kita dapat mengetahui
apa- apa saja organ- organ yang terlibat dalam sistem pernapasan,
mekanisme pernapasan, jenis- jenis pernapasan bahkan kelainan-
kelainan dan penyakit yang sering terjadi pada sistem pernapasan.
Sesak nafas merupakan suatu gejala klinis, namun gejala
klinis seperti ini tidaklah spesifik untuk suatu penyakit. Salah satunya
pada gagal jantung sulit dikenali secara klinis, karena beragamnya
gejala klinis serta tidak spesifik dan sedikit tanda-tanda klinis pada
tahap awal penyakit. Gagal jantung merupakan salah satu penyakit
kardiovaskular yang menjadi fokus perhatian karena meningkatkan
prevalensi gagal jantung. Meningkatnya prevalensi diikuti dengan
meningkatnya populasi usia lanjut. Diagnosis dini pada pasien gagal
jantung sangat diperlukan karena banyak kondisi yang menyerupai
sindroma gagal jantung ini pada usia lanjut maupun dewasa.
BAB II
PEMBAHASAN
A. GAGAL GINJAL
Ginjal (renal) adalah organ tubuh yang memiliki fungsi utama
untuk menyaring dan membuang zat-zat sisa metabolisme tubuh dari
darah dan menjaga keseimbangan cairan serta elektrolit (misalnya
kalsium, natrium, dan kalium) dalam darah. Ginjal juga memproduksi
bentuk aktif dari vitamin D yang mengatur penyerapan kalsium dan
fosfor dari makanan sehingga membuat tulang menjadi kuat. Selain
itu ginjal memproduksi hormon eritropoietin yang merangsang
sumsum tulang untuk memproduksi sel darah merah, serta renin
yang berfungsi mengatur volume darah dan tekanan darah
(Nursalam dan Fransisca, 2008).
Gagal ginjal adalah suatu kondisi di mana ginjal tidak dapat
menjalankan fungsinya secara normal. Pada kondisi normal,
pertama-tama darah akan masuk ke glomerulus dan mengalami
penyaringan melalui pembuluh darah halus yang disebut kapiler
(Nursalam dan Fransisca, 2008).
Gagal ginjal ini dapat menyerang siapa saja yang menderita
penyakit serius atau terluka dimana hal itu berdampak langsung pada
ginjal itu sendiri . Penyakit gagal ginjal lebih sering dialami mereka
yang berusia dewasa , terlebih pada kaum lanjut usia.Secara umum,
gagal ginjal adalah penyakit akhir dari serangkaian penyakit yang
menyerang traktus urinarius (Nursalam dan Fransisca, 2008).
Gagal ginjal dibagi menjadi dua bagian besar yakni gagal
ginjal akut (acute renal failure = ARF) dan gagal ginjal kronik (chronic
renal failure = CRF). Pada gagal ginjal akut terjadi penurunan fungsi
ginjal secara tiba-tiba dalam waktu beberapa hari atau beberapa
minggu dan ditandai dengan hasil pemeriksaan fungsi ginjal (ureum
dan kreatinin darah) dan kadar urea nitrogen dalam darah yang
meningkat. Sedangkan pada gagal ginjal kronis, penurunan fungsi
ginjal terjadi secara perlahan-lahan. Proses penurunan fungsi ginjal
dapat berlangsung terus selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun
sampai ginjal tidak dapat berfungsi sama sekali (end stage renal
disease). Gagal ginjal kronis dibagi menjadi lima stadium
berdasarkan laju penyaringan (filtrasi) glomerulus (Glomerular
Filtration Rate = GFR) yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
GFR normal adalah 90 - 120 mL/min/1.73 m2 (Brenda G Bare, 2001).
Pengobatan pneumonia terdiri atas antibiotik dan pengobatan
suportif. Pemberian antibiotik pada penderita pneumonia
berdasarkan data mikroorganisme dan hasil uji kepekaannya, akan
tetapi karena beberapa alasan yaitu penyakit yang berat dapat
mengancam jiwa, bakteri patogen yang berhasildiisolasi belum tentu
sebagai penyebab pneumonia dan hasil pembiakan bakteri
memerlukan waktu. Maka pada penderita pneumonia dapat diberikan
terapi secara empiris. Obat berperan sangat penting dalam
pelayanan kesehatan. Berbagai pilihan obat saat ini tersedia,
sehingga diperlukan pertimbangan-pertimbangan yang cermat dalam
memilih obat untuk suatu penyakit. Terlalu banyaknya jenis obat yang
tersedia ternyata dapat memberikan masalah tersendiri dalam
praktik, terutama menyang (PDPI, 2003).
1. Manifestasi klinis gagal ginjal
Keparahan tanda dan gejala bergantung pada bagian dan
tingkat kerusakan ginjal, kondisi lain yang mendasari, dan usia pasien
(Rubenstein, 2007)
1. Kardiovaskuler :
a. Pada gagal ginjal kronis mencakup hipertensi (akibat retensi
cairan dan natrium dari aktivasi system rennin-angiotensin-
aldosteron)
b. Pitting edema (kaki, tangan, sakrum)
c. Edema periorbital
d. Gagal jantung kongestif
e. Edema pulmoner (akibat cairan berlebih)
f. Pembesaran vena leher
g. Nyeri dada dan sesak napas akibat perikarditis (akibat iritasi
pada lapisan pericardial oleh toksin uremik), efusi pericardial,
penyakit jantung koroner akibat aterosklerosis yang timbul
dini, dan gagal jantung akibat penimbunan cairan dan
hipertensi.
h. Gangguan irama jantung akibat aterosklerosis, gangguan
elektrolit dan kalsifikasi metastatic.
2. Dermatologi/integument :
a. Rasa gatal yang parah (pruritis) dengan ekskoriasis akibat
toksin uremik dan pengendapan kalsium di pori-pori kulit.
b. Warna kulit abu-abu mengkilat akibat anemia dan kekuning-
kuningan akibat penimbunan urokrom.
c. Kulit kering, bersisik
d. Kuku tipis dan rapuh
e. Rambut tipis dan kasar
3. Gastrointestinal :
1. Fetor uremik disebabkan oleh ureum yang berlebihan pada air liur
diubah oleh bakteri di mulut menjadi ammonia sehingga napas
berbau ammonia. Akibat lain adalah timbulnya stomatitis dan
parotitis
2. Ulserasi dan perdarahan pada mulut
3. Anoreksia, mual, muntah yang berhubungan dengan gangguan
metabolism di dalam usus, terbentuknya zat-zat toksik akibat
metabolism bakteri usus seperti ammonia dan metil guanidine,
serta sembabnya mukosa usus
4. Cegukan (hiccup) sebabnya yang pasti belum diketahui
5. Konstipasi dan diare
6. Perdarahan dari saluran GI (gastritis erosive, ulkus peptic, dan
colitis uremik)
7. Neurologi :
a. Ensefalopati metabolic. Kelemahan dan keletihan, tidak bias
tidur, gangguan konsentrasi, tremor, asteriksis, mioklonus,
kejang
b. Konfusi
c. Disorientasi
d. Kelemahan pada tungkai
e. Rasa panas pada telapak kaki
f. Perubahan perilaku
g. Burning feet syndrome. Rasa kesemutan dan seperti terbakar,
terutama di telapak kaki.
8. Muskuloskleletal :
a. Kram otot
b. Kekuatan otot hilang
c. Fraktur tulang
d. Foot drop
e. Restless leg syndrome. Pasien merasa pegal pada kakinya
sehingga selalu digerakkan
f. Miopati. Kelemahan dan hipertrofi otot-otot terutama otot-otot
ekstremitas proksimal.
8. Reproduksi :
a. Atrofi testikuler
b. Gangguan seksual: libido, fertilitas dan ereksi menurun pada
laki-laki akibat produksi testosterone dan spermatogenesis yang
menurun. Sebab lain juga dihubungkan dengan metabolic
tertentu (seng, hormone paratiroid). Pada wanita timbul
gangguan menstruasi, gangguan ovulasi sampai amenore
Hematologi :
a. Anemia, dapat disebabkan berbagai factor antara lain :
- Berkurangnya produksi eritropoetin, sehingga rangsangan
eritropoesis pada sumsum tulang menurun.
- Hemolisis, akibat berkurangnya masa hidup eritrosit dalam
suasana uremia toksik.
- Defisiensi besi, asam folat, dan lain-lain, akibat nafsu makan
yang berkurang.
- Perdarahan, paling sering pada saluran cerna dan kulit
b. Fibrosis sumsum tulang akibat hiperparatiroidisme sekunder
c. Gangguan perfusi trombosit dan trombositopenia. Mengakibatkan
perdarahan akibat agregasi dan adhesi trombosit yang berkurang
serta menurunnya factor trombosit III dan ADP (adenosine
difosfat).
d. Gangguan fungsi leukosit. Fagositosis dan kemotaksis berkurang,
fungsi limfosit menurun sehingga imunitas juga menurun.
Endokrin :
a. Gangguan metabolism glukosa, resistensi insulin dan gangguan
sekresi insulin. Pada gagal ginjal yang lanjut (klirens kreatinin<15
mL/menit), terjadi penurunan klirens metabolic insulin
menyebabkan waktu paruh hormone aktif memanjang. Keadaan ini
dapat menyebabkan kebutuhan obat penurun glukosa darah akan
berkurang.
b. Gangguan metabolisme lemak
c. Gangguan metabolisme vitamin D
Sistem lain :
a. Tulang: osteodistrofi renal, yaitu osteomalasia, osteitis fibrosa,
osteosklerosis, dan kalsifikasi metastatic
b. Asidosis metabolic akibat penimbunan asam organic sebagai hasil
metabolisme.
c. Elektrolit : hiperfosfatemia, hiperkalemia, hipokalsemia.
2. Pemeriksaan Fisik/Laboratorium (Rubenstein, 2007) :
Untuk memperkuat diagnosis sering diperlukan
pemeriksaan penunjang baik pemeriksaan laboratorium maupun
radiologi.
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Hematologi : Hb, Ht, Eritrosit, Lekosit, Trombosit
b. RFT ( renal fungsi test ) : ureum dan kreatinin
c. LFT (liver fungsi test )
d. Elektrolit :Klorida, kalium, kalsium
e. BGA
2. Urine
a. urine rutin
b. urin khusus : benda keton, analisa kristal batu.
3. pemeriksaan kardiovaskuler
a. ECG
b. ECO
4. Radidiagnostik
a. USG abdominaL
b. CT scan abdominal
c. BNO/IVP, FPA
d. Renogram
e. RPG ( retio pielografi )
B. GAGAL JANTUNG AKUT DAN KRONIS
Gagal jantung akut (acute heart failure) adalah serangan
cepat/ rapid onset atau adanya perubahan yang cepat dari tanda dan
gejala gagal jantung yang berakibat diperlukannya tindakan secara
urgent. Gagal jantung akut dapat berupa serangan pertama atau
perburukan dari gagal jantung kronik sebelumnya (Manurung, 2009).
Penyakit kardiovaskular dan non-kardiovaskular dapat
mencetuskan gagal jantung akut. Contoh yang paling sering antara
lain (Manurung, 2009) :
1. Peninggian afterload pada penderita hipertensi sistemik atau
pulmonal
2. Peninggian preload karena volume overload atau retensi air
3. Keadaan high-output state seperti pada infeksi
Kondisi lain yang dapar mencetuskan gagal jantung akut
adalah ketidakpatuhan minum obat-obat gagal jantung atau nasehat
medik, dan pemakaian obat seperti NSAIDs dan cyclo-oxygenase
inhibitor (Gray, 2002).
Tujuan terapi pada gagal jantung akut adalah (1) menormalkan
tekanan ventrikel dan (2) mengembalikan perfusi jaringan yang
adekuat. Pengidentifikasian tipe pasien pasien memandu intervensi
terapeutik. Misalnya, pasien dengan profil B memerlukan terapi
diuretik dan / atau vasodilator untuk edema paru, dan pasien dengan
profil C juga memerlukan obat inotropik intravena untuk memperkuat
curah jantung. Pasien dengan profil L mungkin memerlukan
penambahan volume (Gray, 2002).
Gagal Jantung Kronik
D. ENFISEMA
Emfisema merupakan keadaan dimana alveoli menjadi kaku
mengembang dan terus menerus terisi udara walaupun ekspirasi.
Emfisema merupakan morfologik didefisiensikan sebagai abnormal
ruang- ruang paru distal dari bronkiolus terminal dengan destruksi
dindingnya. Emfisema adalah penyakit obstruksi kronik akibat
kurangnya elastisitas paru dan luas permukaan alveoli (Dahlan, 2009).
Terdapat 2 jenis emfisema yang diklasifikasikan berdasarkan
perubahan yang terjadi dalam paru yaitu (Fishman, 2008) :
a. Emfisema Panlobulor ( Panacinar )
Emfisema panlobulor melibatkan seluruh lobules respiratorius.
Bentuk morfologik yang lebih jarang, alveolus mengalami pembesaran
serta kerusakan secara merata mengenai bagian ainus yang sentral
maupun yang perifer. Bersamaan dengan penyakit yang semakin
parah, semua komponen asinus sedikit demi sedikit menghilang
sehingga akhirnya hanya tertinggal beberapa jaringan yang biasanya
berupa pembuluh- pembuluh darah.
b. Emfisema Sentrilobulor
Emfisema sentrilobulor hanya menyerang bagian bronkiolus
respiratorius dan duktus alveolaris. Dinding- dinding mulai berlubang,
membesar, bergabung dan akhirnya cenderung menjadi satu ruang
sewaktu dinding- dinding mengalami integritas. Mula- mula duktus
alveolaris dan sakus alveolaris yang lebih distal dapat dipertahankan.
Sering menyeranng bagian atas paru dan penyebarannya tidak
merata keseluruhan paru.
1. Manifestasi Klinik (Man, 2008) :
a. Batuk
b. Sputum putih, jika ada infeksi menjadi purulen atau
mukopurulen
c. Sesak sampai menggunakan otot-otot pernafasan tambahan
d. Nafas terengah-engah disertai dengan suara seperti peluit
e. dada berbentuk seperti tong, otot leher tampak menonjol,
membungkuk
f. Bibir tampak kebiruan
g. Berat badan menurun akibat nafsu makan menurun
h. Batuk menahun
2. Pemeriksaan Penunjang/laboratorium (Man, 2008) :
a. Rontgen dada : hiperinflasi, pendataran diafragma, pelebaran
interkosta dan jantung normal
b. Fungsi pulmonari (terutama spirometri) : peningkatan TLC dan
RV, penurunan VC dan FEV
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
.Gagal ginjal adalah suatu kondisi di mana ginjal tidak dapat
menjalankan fungsinya secara normal. Gagal ginjal dibagi menjadi
dua bagian besar yakni gagal ginjal akut (acute renal failure = ARF)
dan gagal ginjal kronik (chronic renal failure = CRF). Pada gagal
ginjal akut terjadi penurunan fungsi ginjal secara tiba-tiba dalam
waktu beberapa hari atau beberapa minggu dan ditandai dengan
hasil pemeriksaan fungsi ginjal (ureum dan kreatinin darah) dan
kadar urea nitrogen dalam darah yang meningkat. Sedangkan pada
gagal ginjal kronis, penurunan fungsi ginjal terjadi secara perlahan-
lahan.
Emfisema merupakan akibat kurangnya elastisitas paru dan
kerusakan pada alveoli, dimana alveoli menjadi mengembang dan
kaku walaupun setelah ekspirasi. Emfisema dapat menyerang pria
dan wanita. Emfisema disebabkan oleh : polusi udara, merokok,
genetik dan infeksi saluran pernapasan. Tanda- tanda penyakit
emfisema pada awalnya tidak mudah untuk diketahuai tetapi setelah
30- 40 tahun gejala semakin berat. Gejala yang terlihat yaitu : Batuk,
berat badan menurun, tekanan darah meningkat, kelemahan, napas
terengah- engah, dan lain- lain. Penatalaksanaan medis emfisema
dengan pemberian obat, terapi oksigen, latihan fisik, rehabilitasi,
fisioterapi, dan penatalaksanaan umum.
Gagal jantung adalah keadaan patofisiologis ketika jantung
sebagai pompa tidak mampu memenuhi kebutuhan darah untuk
metabolisme jaringan. Kurangnya fungsi pompa jantung, yang
menyebabkan kongesti akibat cairan di paru dan jaringan perifer,
adalah hasil akhir yang sering terjadi pada banyak proses penyakit
jantung. Gagal jantung akut bisa bermanifestasi klinis berupa sesak
nafas saat beraktifitas juga bisa didapatkannya bengkak pada
ekstremitas atau organ. Gagal jantung dapat disebabkan oleh factor
resiko misalnya berupa hipertensi, diabetes. Akan tetapi untuk
mendiagnosis seseorang menderita gagal jantung diperlukannya
pemeriksaan fisik dan penunjang misalnya, EKG. Gagal jantung dapat
diberi obat ACE-Inhibitor, vasodilator dan juga bisa diberi tindakan
preventif dengan memperbaiki dan menjaga pola hidup sehat.
Hipotesis diterima
B. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan yaitu :
1. Persiapan diri sebaik mungkin sebelum melaksanakan tindakan
asuhan keperawatan.
2. Bagi mahasiswa diharapkan bisa melaksakan tindakan asuhan
keperawatan sesuai prosedur yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
Gray HH, Dawkins KD, Morgan JM, Simpson IA. Lecture notes kardiologi.
Edisi IV. Jakarta: Erlangga; 2002.h. 1-89.
Mann DL. Heart failure and cor pulmonale. In: fauci AS, Braunwald E,
Kasper DL, editor. Harrison’s principles of internal medicine. 17 th
ed. New York: Mc graw hill, 2008.p.1443