Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH FITOTERAPI

“ANTI HIPERTENSI”

OLEH :

KELOMPOK 2

ASTRID ANAZTHASIA (15020140171)

NURUL AENUNG (15020160002)

MARLINA (15020160003)

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM
MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum, Wr.Wb.
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
penyayang, Kami panjatkan dan puji dan syukur atas kehadirat-Nya yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada kami, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah Fitoterapi yang berjudul “Hipertensi”.
Makalah ini telah kami susun dengan baik dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu dengan tangan terbuka kami menerima saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Makassar, 7 Desember 2019

Kelompok 2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
BAB II PEMBAHASAN
A. HIPERTENSI
B. TERAPI HERBAL
1. Averrhoa Billimbi folium (daun belimbing wuluh )
2. Allii Cepae Bulbi (umbi bawang merah)
3. Apii Herba (Herba seledri)

BAB III PENUTUP


A.KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertensi didefinisikan sebagai suatu kondisi klinis dimana terjadi
peningkatan tekanan darah ataupun disebabkan oleh komplikasi dari
penyakit lainnya sehingga memicu peningkatan tekanan darah.
Pada makalah ini akan dibahas tentang hipertensi dari penyebab
hingga penanggulangannya serta bagaimana pengobatan secara
tradisional menggunakan tanaman beberapa tanaman herbal yang dapat
digunakan untuk mengobati hipertensi.
Pengobatan tradisional masih banyak digunakan sebagai alternative
dalam masyarakat, hal ini menjadi bukti bahwa masyarakat masih
mengakui khasiat dari pengobatan tradisional, dengan demikian jenis-jenis
tanaman yang dapat dijadikan obat harus tetap dilestarikan dan dijaga
agar dapat dimanfaatkan sebagai resep-resep tradisional warisan terun
temurun dalam upaya menunjang pelayanan kesehatan.
Pengobatan tradisional dan obat tradisional telah menyatu dengan
masyarakat, digunakan dalam mengatasi kesehatan karena untuk
mengobat sendiri, mengenai gejala penyakit dan memelihara kesehatan
perlu ditingkatkan dalam menjaga kesehatan bagi seluruh lapisan
masyarakat. Untuk itu obat tradisional dikenal masyarakat, mudah
diperoleh, harga relative murah, serta merupakan bagian dari sosial
budaya masyarakat
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah “apa itu tentang
penyakit hipertensi dan tanaman-tanaman apa saja yang memiliki efek
sebagai antihipertensi?”
C.Tujuan
Tujuan makalah ini adalah untuk mengetahui mengenai penyakit
hipertensi dan tanaman-tanaman yang memiliki efek sebagai
antihipertensi.
BAB II

PEMBAHASAN
A. HIPERTENSI
1. Pengertian Hipertensi
Hipertensi yang diderita seseorang erat kaitannya dengan tekanan
sistolistik dan diastolitik atau keduanya secara terus-menerus. Tekanan
sistolitik berkaitan dengan tingginya tekanan darah arteri bila jantung
berkontraksi, sedangkan tekanan darah diastolitik berkaitan dengan
tekanan arteri pada saat jantung relaksasi diantara dua denyut jantung.
Dari hasil pengukuran tekanan sistolitik memiliki nilai yang lebih besar
dari tekanan diastolitik (Udjianti, 2011).
Kategori tekanan darah digolongkan kedalam empat kategori
umum: normal (<120/80 mm Hg ), pre-hipertensi (sistol 120-139 dan
diastole 80-89 mm Hg), hipertensitingkat 1 (sistol 140-159 dan diastole
80-89 mmHg) dan hipertensi tingkat 2 (sistol 160 atau lebih dan diastole
100 mmHg atau lebih). Menurut WHO hipertensi adalah keadaan
dimana tekanan darah lebih dari 160 mmHg pada sistol dan 95 mmHg
pada diastoldi klasifikasikan sebagai garis batas. Pada keadaan seperti
ini dapat ditangani dengan terap tanpa pemberian obat, seperti
menurunkan berat badan, diet rendah garam, dan olahraga (Mun’im,
2011).
Hipertensi disebut sebagai “silent killer”, karena penderita tidak
mengetahuinya dalam beberapa tahun. Hipertensi pada awalnya jarang
memperlihatkan gejala, merupakan faktor resiko untuk banyak kondisi
lainnya, meliputi gagal ginjal, dan penyakit jantung coroner (CHD) yang
mungkin merupakan awal dari stroke atau serangan jantung (Mun’im,
2011).
Hipertensi juga dapat menyebabkan vertigo, tinnitus, penglihatan
kabur, kelelahan, palpitasi, impotensi, dan hilangnya kesadaran. Namun
gejala tersebut relative jarang terjadi. Peningkatan tekanan darah yang
ekstrim dapat menyebabkan sakit kepala pada saatter jadi yang jarang
adalah hidung berdarah, mual, dan muntah (Mun’im, 2011).
2. Penyebab Hipertensi
Berdasarkan faktor akibat hipertensi karena terjadi peningkatan tekanan
darah di dalam arteri dengan beberapa cara diantaranya (Nurdiantami,
2013) :
 Jantung memompa lebih kuat sehingga meingkatkan lebih banyak
cairan pada setiap detiknya.
 Terjadi penebalan dan kekuatan pada dinding arteri akibat usia lanjut.
Arteri besar kehilangan kelenturan dan menjadi kaku sehingga
mereka tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa
darah melalui arteri tersebut. Karena itu, darah pada setiap denyut
jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit daripada
biasanya dan menyebabkan naiknya darah.
 Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bias menyebabkan
meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan
fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan
air dari dalam tubuh.
 Volume darah dalam tubuh meningkat sehingga tekanan darah juga
meningkat. Oleh sebab itu, jika aktivitas memompa jantung
berkurang. Maka, arteri mengalami pelebaran dan banyak cairan dari
sirkulasi. Tekanan darah pula akan menurun atau menjadi lebih kecil.

Berdasarkan faktor pemicu yang menurut Dewi. S & Familia. D, (2010)


mengatakan hipertensi dibedakan atas yang tidak dapat terkontrol
seperti umur, jenis kelamin, dan keturunan. Pada 70-80 % kasus
hipertensi primer, didapatkan riwayat hipertensi didalam keluarga.
Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orang tua, maka
dugaan hipertensi primer lebih besar. Hipertensi juga banyak dijumpai
pada penderita kembar monozigot (satu telur), apabila salah satunya
menderita hipertensi. Dugaan ini kian menguatkan bahwa faktor genetik
mempunyai peran bagi terjadinya hipertensi (Tedjasukmana, 2012).

Faktor-faktor yang dapat dikontrol antara lain kegemukan atau obesitas,


stres, kurang olahraga, merokok, serta konsumsi alkohol dan garam.
Faktor lingkungan ini berpengaruh terhadap timbulnya hipertensi
esensial. Hubungan antara stres dan hipertensi diduga terjadi melalui
aktivitas saraf simpatis, saraf parasimpatis adalah saraf yang bekerja
pada saat kita beraktivitas. Peningkatan aktvitas saraf simpatis dapat
meningkatkan tekanan darah secara intermitten (tidak menentu). Stres
berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi.
Walaupun hal ini belum terbukti, tetapi angka kejadian di masyarakat
perkotaan lebih tinggi dibandingkan di pedesaan. Hal ini dapat
dihubungkan dengan pengaruh stres yang dialami kelompok
masyarakat yang tinggal di kota (Tedjasukmana, 2012).
Berdasarkan penyelidikan, kegemukan merupakan ciri khas dari
populasi hipertensi dan dibuktikan bahwa faktor ini mempunyai kaitan
yang erat dengan terjadinya hipertensi di kemudian hari. Walaupun
belum dapat dijelaskan hubungan antara obesitas dan hipertensi
esensial, tetapi penyelidikan membuktikan bahwa daya pompa jantung
dan sirkulasi volume darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih
tinggi dibandingkan penderita yang mempunyai berat badan normal.
Pada tahap lebih jauh, hipertensi bisa memunculkan krisis. Krisis
hipertensi adalah keadaan potensial yang dapat mengancam jiwa
sehingga memerlukan tindakan medis untuk mencegah atau
mengurangi kerusakan organ yang dapat terkena, yakni organ target
seperti, otak, jantung, ginjal, dan lain-lain. Benar bahwa biasanya
tekanan darah dalam krisis hipertensi meningkat secara cepat dan
biasanya tekanan diastolik (tekanan yang angkanya ditulis: 120/80
mmHg, 80 mmHg adalah tekanan diastolik) biasanya melebihi 120-130
mmHg (Tedjasukmana, 2012).
3. Gejala Hipertensi
Gejala-gejala yang sering ditimbulkan oleh penderita hipertensi
diantaranya sakit kepala, kelelahan, masalah penglihatan (kemungkinan
komplikasi ke retina mata), nyeri dada, sulit bernafas, denyut jantung
tidak teratur, adanya darah dalam urin (kemungkinan komplikasi ginjal),
berdebar di dada, leher atau telinga (Susanto S, 2010).
Hipertensi kadang tanpa gejala dan baru timbul gejala
komplikasi pad organ target seperti ginjal, mata, otak, jantung. Namun
terdapat pasien yang mengalami gejala dengan sakit kepala, epitaksis
(Tim Pokja, 2013).
4. Pendekatan pengobatan hipertensi dengan herba
Beberapa tanaman secara tradisionaldan telahdibuktikan
secara preklinis dan klinis dapat mengontrol tekanan darah, mekanisme
umum tanaman obat dalam mengontrol tekanan darah antara lain; efek
dilatasi pada pembuluh darah dan penghambat anangiotensin
converting enzyme (ACE). Selain itusediaan dapatb erupa kombinasi
dengan diuretik, penenang atau obat tidur, untuk memperoleh efek lebih
baik.
Pengurangan volume dengan diuretik menstimulasi penurunan
jumlah sodium pada ginjal yang akan menghasilkan penurunan tekanan
darah. Ginjal juga dapat menurunkan tekanan darah melalui sistem
renin-angiotensin. Ginjal akan mengekskresikan renin dalam responnya
untuk menurunkan sodium atau sinyal dari susunan saraf simpatetik.
Renin kemudian membantu untuk menghasilkan komponen
angiostensin, pengonstriksi pembuluh darah yang kuat. Menghambat
system renin-angiostensin mungkin dapat menurunkan kemampuan
ginjal untuk meningkatkan tekanan darah.
B. TERAPI HERBAL
Contoh kasus :
Seorang pasien bernama daeng baco umur 59 tahun dating ke BKTM
dengan keluhan kepala terasa berat dan nyeri, tengkuk terasa tegang,
riwayat penyakit terdahulu kolesterol dan tekanan darah tinggi, tekanan
darah dg. Baco saat ini 170/100 mmHg, sebagai seorang farmasis terapi
obat herbal apa yang anda berikan!
Beberapa tanaman yang memiliki efek sebagai antihipertensi dan
disarankan sebagai terapi herbal antara lain (Mun’im,2011) :
1. Averrhoa Billimbi folium (daun belimbing wuluh )
Simplisia aaverrhoa bilimbi folium (daun blimbi wuluh) berupa
daun yang telah dikeringkan berasal dari tanaman Averrhoa blimbi L.,
sukuoxalidaceae.
 Deskripsi tanaman
Pohon kecil tinggi mencapai 10 m, batang tidak begitu besar,
biasanya ditanam sebagai pohon buah, batang kasar banyak
tonjolan, percabangan sedikit. Cabang muda berambut halus warna
coklat muda. Daun bulat telur memanjang, warna hijau, bertangkai.
Bunga berkelompok kecil-kecil bentuk bintang, warna ungu
kemerahan, keluar dari batang. Buah buni bentuk bulat lonjong
bersegi, warna hijau kekuningan, mengandung banyak air rasa
asam. Biji bulat telur gepeng.
Simplisia berupa daun majemuk, menyirip ganjil, bulat telur
memanjang, ujung meruncing, pangkal tumpul, warna hijau,
permukaan bawah warna lebih mudah, tepi rata, bertangkai pendek.
 Kandungan kimia
Fitol (senyawa diterpen alcohol asiklik ), dietil-fralat, flavonoid,
tannin, sulfur, asam format, asamsitrat, kaliumsitrat.
 Farmakologi
Secara tradisional daun sering digunakan untuk hipertensi dan
sebagai peluruh air seni. Daun dapat menurunkan tekanan darah
melalui mekanisme diuretik pada hewan uji marmot, yaitu
mengurang ijumlah air dalam plasma darah dengan cara
dikeluarkan sebagai urin. Pada pengujian menggunakan kucing,
ekstrak daun memiliki sifat hipotensif. Ekstrakdosis 25 mg/kg bb
dapat menurunkan tekanan darah hingga 41,25 mm Hg, dan bila
dimurnikan penurunan hingga 51,5 mm Hg.
Estrak etanolik buah dan daun dapat menurunkan kadar glukosa
darah pada tikus yang dibuat diabetes. Ekstrak kloroform daun yang
diketahui mengandung senyawa flavonoid, efektif membunuh
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus, Baccilusaereus, dan
Corynebacterium diphtheria.
2. Allii Cepae Bulbi (umbi bawang merah)
 Deskripsi tanaman
Tanaman berupa herba paranteral, jika dihancurkan akan
mengeluarkan bau khas menyengat, ukuran umbi bervariasi
tergantung dari jenisnya, Daun tinggi bisa mencapai 40 cm dengan
bentuk agak melingkar pada bagian tengah dan pipih pada bagian
atas.
 Kandungan kimia
Kandungan utama adalah senyawa organo-sulfur dan non organo-
sulfur, di mana senyawa organo-sulfur memberikan karakteristik dari
simplisia ini. Senyawa organo-sulfur yang terdapat pada umbi
bawang merah adalah tiosulfinat, tiosulfonat, cepaene, S-oksidasi,
S,S-dioksida, monosulfidat, disulfida, trisulfida, dan zwibelane.
Senyawa ini merupakan hasil degradasi sistein sulfoksida.
Komponen yang terkandung dalam ekstrak bawang merah
tergantung dari cara ekstraksi. Selain itu juga mengandung
flavanoid, seperti kuarsetin dan glikosidannya, antosianin.
 Farmakologi
Penelitian pada isolasi senyawa penghambat agregasi platelet pada
bawang merah memperlihatkan bahwa senyawa yang bertanggung
jawab terhadap khasiat tersebut adalah adenosin. Pada konsentrasi
0,3 µg/ml menunjukkan efek antiplatelet. Efek juga berasal dari
aktivitas antioksidan dari minyak bawang merah. Pemberian minyak
bawang merah 100 mg/kg bb selama 21 hari pada tikus yang
diinduksi dengan nikotin dapat mencegah peroksida lipid. Efek ini
sebanding dengan efek vitamin E. Selain minyak, kandungan
senyawa fenol pada lapisan luar bawang merah juga
memperlihatkan efek antioksidan, dan efek lebih kuat dibandingkan
vitamin E. Lapisan kulit luar mengandung senyawa fenol seperti
kaemferol, kuersetin, asam galat, asam ferulat, dan asam
protokatekuat.
Beberapa penelitian melaporkan bahwa pemberian bawang merah
dapat menurunkan kadar trigliserida darah dan menghambat
biosintesis kolestrerol hari secara in vitro. Pengujian in vivo pada
tikus diet kaya kolestrerol pemberian senyawa S-metil sistein
sulfoksida 200 mg/kg bb dari bawang merah selama 45 hari
menurunkan secara nyata kadar kolesterol, trigliserida, dan
fosfolipida serum. Senyawa tersebut memperlihatkan efek
lipogenesis endogenus dan meningkatkan metabolism lipida.
Namun efek antihiperlipidemia senyawa ini lebih lemah
dibandingkan dengan control (50 mg/kg bb).
 Mekanisme aksi
Mekanisme bawang merah dalam menurunkan tekanan darah
belum diketahui dengan baik. Namun, diketahui bahwa kuersetin
yang terkandung dalam bawang memiliki aktivitas antioksidan dan
efek menghambat vasokontriksi sehingga bermanfaat pada
kardiovaskuler.
Kuersetin diabsorpsi dalam saluran cerna mencapai 52%. Kuarsetin
yang terserap dieliminasi secara lambat dari darah. Selain dihati,
kuersetin sebagai senyawa flavanoid lainnya dimetabolisme juga
oleh flora usus. Ekskresi kuersetin di urine adalah 0,31% dan waktu
paruh eliminasi sekitar 17-28 jam.
 Keamanan
Pengunaan bawang merah akan memerlukan waktu yang panjang
agar diperoleh efek yang diiginkan, karena itu perlu kajian lebih
mendalam mengenai keamanannya, dan interaksi dengan senyawa
kimia lain, walaupun diakui bawang merahtelah lama digunakan
sebagai bumbu masak. Efek yang tidak diinginkan terjadi dalam
penggunaan bawang merah. Efek yang terjadi adalah bau nafas
dan bau badan. Penggunaan berlebihan pada keadaan perut
kosong dapat menyebabkan perut tidak enak dan mual. Ada
beberapa laporan terjadinya alergi pada penggunaan simplisia ini.
Interaksi yang mungkin terjadi adalah dengan antikoagulan. Bawang
merah juga memiliki aktivitas antidiabetes, harus hati-hati bagi
pasien yang menggunakan antidiabetik oral.
 Dosis
Dosis untuk bawang merah 50 g sehari atau 20 g dalam bentuk
kering. Sediaan lain dihitung teradap dosis.
3. Apii Herba (Herba seledri)
 Deskripsi
Tanaman Herba seledri merupakan terna, tumbuh tegak, tinggi
sekitar 50 cm dengan bau aromatik yang khas. Batang bersegi,
beralur, beruas, tidak berambut, bercabang anak daun 3-7 helai.
Anak daun bertangkai, panjang 1-2,7 cm, pertulangan menyirip,
berwarna hijau keputih-putihan. Bunga majemuk berbentuk payung,
8-12 buah, kecil-kecil, berwarna putih. Buah kotak, berbentuk
kerucut, panjang 1–1,5 mm, berwarna hijau kekuningan. Seledri
dipanen setelah berumur 6 minggu sejak ditanam. Tangkai daun
yang agak tua dipotong 1 cm di atas pangkal daun. Daun muda
dibiarkan tumbuh untuk dipanen kemudian. Tangkai daun yang
berdaging dan berair dapat dimakan mentah sebagai lalap,
sedangkan daun digunakan untuk penyedap masakan sayur.
 Kandungan kimia
Herba seledri mengandung flavonoid: apigenin, apiin, isokuersitrin,
umbeliferon; apigrafin, apiumetin, apiumosida, bergapten, selerin,
selereosida, isoimperatorin, isopimpinelin, ostenol, rutaretin, seselin,
dan 8-hidroksi-5-metoksipsoralen. Kandungan minyak atsiri dalam
herba (2–3%) mengandung limonene (60–70%) dan selenine (10–
15%), dan berbagai seskuiterpene alkohol (1–3%), seperti a-
eudesmol dan B-eudesmol, santalol, 3-n-butil-ftalida, dan
sedanenolida (memberi aroma yang khas). Kandungan lain: koline
askorbat, asam lemak (seperti asam: linoleat, miristat, miristisat,
miristoleat, oleat, palmitat, palmitoleat, petroselinat, dan stearat),
vitamin A, B, dan C.
 Farmakologi
Meluruhkan air seni, memacu enzim pencernaan, antireumatik,
sedatif, antihipertensi, antihiperkolesterolemia. Secara in vivo, herba
seledri mempunyai efek hipotensif (menurunkan tekanan darah).
Percobaan perfusi pembuluh darah meyakinkan bahwa apigenin
juga mempunyai efek sebagai vasodilator perifer yang berhubungan
dengan efek hipotensifnya. Percobaan lain menunjukkan efek
hipotensif herba berkaitan dengan integritas sistem saraf simpatik.
Tekanan darah umumnya mulai turun setelah satu hari pengobatan,
diikuti dengan meningkatnya volume urine yang dikeluarkan.
Herba seledri bermanfaat sebagai diuretik, stimulan produksi urine,
dan membantu kontrol tubuh terhadap cairan yang berlebihan.
Pemberian 3-n-butilftalida (BuPh) dengan dosis 2,0-4,0 mg sehari
pada tikus yang dibuat hipertensi menimbulkan efek hipotensif atau
menurunkan tekanan darah dan juga dapat mengurangi stres
hormon yang dapat menunjukkan adanya efek menurunkan kadar
kolesterol dan lipida pada tikus putih yang diberi diet tinggi
kolesterol dan lemak.
 Keamanan
Pada wanita hamil dan menyusui dapat mengganggu siklus
menstruasi; reaksi alergi, seperti wajah bengkak dan gatal-gatal,
peradangan kulit. Dosis besar dapat menyebabkan memperlambat
sistem saraf, mengakibatkan gejala seperti mengantuk. Pada
penderita yang sensitif terhadap tanaman Apiaceae kemungkinan
terjadi dermatitis dan reaksi anafilaksis. Penggunaan herba seledri
segar lebih dari 200 gram sekali minum dapat menyebabkan
penurunan darah secara tajam hingga dapat terjadi syok. Tanaman
seledri dapat menyebabkan iritasi epitelial pada penderita inflamasi
ginjal. Kontak dengan batang seledri dapat menimbulkan terjadinya
fotosensitivitas. Interaksi herba seledri dengan obat antikoagulan
(contoh: warfarin, aspirin, dalteparin, enoxaparin) dapat
menambahkan efek antikoagulan yang berakibat peningkatan risiko
pendarahan. Herba seledri mengalami interaksi obat dengan
klorpromazin dan tetrasiklin yang dapat meningkatkan
fotosensitivitas.
 Dosis
Buah kering 0,5–2,0 g dibuat dekokta (1:5) sehari tiga kali. Ekstrak
cair 0,3–1,2 ml (1 :1 dalam 60% alkohol) sehari tiga kali.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Hipertensi adalah kondisi klinis dimana terjadi peningkatan tekanan
darah ataupun disebabkan oleh komplikasi dari penyakit lainnya
sehingga memicu peningkatan tekanan darah.
Beberapa tanaman yang memiiki efek sebagai antihipertensi :
1. Averrhoa Billimbi folium (daun belimbing wuluh )
2. Allii Cepae Bulbi (umbi bawang merah)
3. Apii Herba (Herba seledri)

B. Saran
Pada saat pembuatan makalah penulis menyadari bahwa banyak
sekali kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu penulis
harapkan kritik serta sarannya yang bersifat membangun.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Mun’im, 2011, Fitoterapi Dasar. Januari : PT Dian Rakyat

Susanto S, Trisilawati O, Ramniwati M, 2010, Formula antihipertensi (>60%


Captopril) dari bahan aktif flavanoid pegagan, tempuyang, kumis
kucing, dan sambiloto serta budidaya untuk meningkatkan kandungan
flavanoid (>1,5%). Ringkasan eksekutif hasil-hasil penelitian tahun 53-
5)

Tedjasukmana P., 2012, Talaksana hipertensi, Cermin Dunia Kedokteran :


Jakarta.

Tim POKJA RS Jantung Harapan Kita, 2003, Standar Asuhan Keperawatan


Kardiovaskuler. Direktorat Medik dan Pelayanan RS Jantung dan
pembuluh darah Harapan kita : Jakarta FKUI.

Udjianti, Wajan Juni, 2011, Keperawatan Kardiovaskular, Salemba Medika :


Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai