Anda di halaman 1dari 21

PEMERIKSAAN KIMIA DARAH/SERUM

PADA PENYAKIT GINJAL

NUR HAIRANI SAMAL


15020160009
Pemeriksaan Kimia Darah/Serum
Penyakit Ginjal
• Serum kreatinin
• Glomerular filtration rate (GFR)
• Blood urea nitrogen (BUN)/Ureum
• Uji Protein Urin
• Cyistatin C
Lanjutan..

Ginjal berperan penting sebagai organ


pengatur keseimbangan tubuh, pembuangan zat-zat
toksik dan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh.
Fungsi ginjal akan menurun seiring dengan makin
tuanya usia seseorang dan juga karena adanya
penyakit. Kemunduran fungsi ginjal tersebut dapat
bersifat akut maupun kronis. Kelainan yang berat
dapat diketahui dengan mudah tetapi kelainan yang
ringan sukar dideteksi. Kelainan dapat terjadi pada
seluruh atau sebagian fungsi ginjal. Karena itu
pemeriksaan laboratorium uji fungsi ginjal termasuk
dalam uji penentu kesehatan seseorang dan juga
penting dalam membantu menegakan diagnosis,
memantau pengobatan dan perjalanan penyakit.
Serum Kreatinin

Kreatinin merupakan zat yang ideal untuk


mengukur fungsi ginjal karena merupakan produk sisa
metabolisme tubuh yang disekresikan oleh tubulus
proksimal.
Serum kreatinin direkomendasikan untuk
mengukur kemampuan filtrasi glomerulus, digunakan
untuk memantau perjalanan penyakit ginjal.
Nilai Normal Serum Kreatinin
• DEWASA : Laki-laki : 0,6-1,3 mg/dl. Perempuan : 0,5-
1,0 mg/dl. (Wanita sedikit lebih rendah karena
massa otot yang lebih rendah daripada pria).
• ANAK : Bayi baru lahir : 0,8-1,4 mg/dl. Bayi : 0,7-1,4
mg/dl. Anak (2-6 tahun) : 0,3-0,6 mg/dl. Anak yang
lebih tua : 0,4-1,2 mg/dl. Kadar agak meningkat
seiring dengan bertambahnya usia, akibat
pertambahan massa otot.
• LANSIA : Kadarnya mungkin berkurang akibat
penurunan massa otot dan penurunan produksi
kreatinin.
Masalah Klinis
• Peningkatan kadar kreatinin : gagal ginjal akut &
kronis, shock yang lama, kanker, lupus eritematosus,
nefropati diabetik, gagal jantung kongestif, AMI, &
konsumsi daging sapi tinggi.
• Obat yang meningkatkan : vitamin C, metildopa,
litium karbonat & antibiotik golongan sefalosporin,
amfoterisin B, aminoglikosid, & kanamisin.
Prosedur pemeriksaan
• Pasien tidak boleh berkemih sebelum permulaan
percobaan. 30 menit sebelum percobaan dimulai,
pasien disuruh minum air sebanyak 400-500 mL sampai
habis.
• Dilakukan pengumpulan spesimen urin kumulatif selama
periode 24 jam untuk penderita yang dirawat dan 12
jam untuk pasien poliklinik dicatat waktunya tepat
dengan menit serta volume urin yang ditampung.
• Pada waktu porsi urin yang terakhir dikeluarkan, diambil
darah pasien untuk penetapan kreatinin darah. (Jenis
sampel untuk uji kreatinin darah adalah serum atau
plasma heparin).
• Kumpulkan 3-5 ml sampel darah vena dalam tabung
bertutup merah (plain tube) atau tabung bertutup hijau
(heparin).
• Lakukan sentrifugasi dan pisahkan serum/plasma-nya.
Tinggi dan berat badan juga diukur.
Pengukuran Glomerular Filtration
Rate (GFR)
GFR adalah laju rata-rata penyaringan darah
yang terjadi di glomerulus yaitu sekitar 25% dari total
curah jantung per menit, ± 1300 ml
Clearance (klirens = bersihan)
• Tes klirens : tes standar untuk mengukur kapasitas
filtrasi glomerulus.
• Penilaian GFR secara akurat dengan mengukur
kadar suatu zat yang difiltrasi seluruhnya oleh
glomerulus, tidak disekresi, reabsobsi oleh tubulus.
• Untuk menentukan GFR : tes klirens kreatinin (
CCT)
Lanjutan...

Glomerular filtration rate (GFR) merupakan


indeks terbaik untuk menentukan fungsi ginjal.
Penurunan GFR atau GFR yang rendah adalah indeks
yang digunakan pada penyakit ginjal kronik.
Pemantauan perubahan GFR dapat
menggambarkan perkembangan penyakit ginjal.
Kadar GFR merupakan prediktor waktu onset gagal
ginjal juga dapat digunakan untuk memantau risiko
komplikasi penyakit ginjal kronik.
Nilai Normal GFR

• ≥ 90 : Normal
• 60 – 89 : Fungsi ginjal sedikit berkurang
• 30 – 59 : Penurunan fungsi ginjal sedang
• 15 – 29 : Penurunan fungsi ginjal berat
• < 15 : Kegagalan ginjal
Prosedur Pemeriksaan

GFR tidak dapat diukur secara langsung. Untuk


penentuan GFR seringkali digunakan senyawa
eksogen seperti inulin, senyawa bertanda radioaktif (I-
Iothalamate, Cr-EDTA) dan Iohexol. Pengukuran inulin
klirens digunakan secara luas sebagai baku emas
(gold standard) pengukuran GFR.
Blood urea nitrogen (BUN)/Ureum

Tes darah urea nitrogen ( BUN ) . Urea adalah


produk sampingan dari metabolisme protein . Produk
limbah ini terbentuk dalam hati , kemudian disaring
dari darah dan diekskresikan dalam urin oleh ginjal .
Tes BUN untuk mengukur jumlah nitrogen yang
terkandung dalam urea . Tingkat BUN yang tinggi
dapat mengindikasikan disfungsi ginjal , tetapi karena
nitrogen urea darah juga dipengaruhi oleh asupan
protein dan fungsi hati , tes ini biasanya dilakukan
bersamaan dengan kreatinin darah , indikator yang
lebih spesifik fungsi ginjal.
Nilai Normal

• Nilai normal : (Berthelot) 8-20 mg/dl,


Menurut JLF. Kee
• Dewasa : 5 – 25 mg/dl
• Anak : 5 – 20 mg/dl
• Bayi : 5 – 15 mg/dl
Masalah Klinis
• Penurunan kadar BUN : hipovolemia, kerusakan hati
yang berat, diet rendah protein, malnutrisi,
kehamilan.
• Peningkatan : dehidrasi, konsumsi protein tinggi,
kegagalan prerenal (suplai darah menurun), gagal
ginjal, glomerulonefritis, pielonefritis, perdarahan,
DM, obat (diuretika, antibiotik, guanetidin,
sulfonamide, propanolol, morfin, litium karbonat,
salisilat)
Prosedur Pemeriksaan
• Dilakukan pengambilan specimen darah pada pasien.
Lalu dilakukan pengolahan sampel untuk mendapatkan
sampel serum.
• Untuk mengukur kadar ureum diperlukan sampel serum
atau plasma heparin. Kumpulkan 3-5 ml darah vena
pada tabung bertutup merah atau bertutup hijau
(heparin), hindari hemolisis.
• Centrifus darah kemudian pisahkan serum/plasma-nya
untuk diperiksa.
Penderita dianjurkan untuk puasa terlebih dulu selama 8
jam sebelum pengambilan sampel darah untuk
mengurangi pengaruh diet terhadap hasil laboratorium.
Urea stabil 24 jam pada suhu kamar, beberapa hari pada
suhu 2-8◦C, 2-3 bulan jika dibekukan.
Uji Protein Urin

Ginjal yang sehat menyaring semua protein dari


aliran darah dan kemudian menyerap kembali,
sehingga tidak ada protein, atau hanya sedikit jumlah
protein, ke dalam urin. Kehadiran terus-menerus dari
sejumlah besar protein dalam urin, maka merupakan
indikator penting dari penyakit ginjal. Sebuah tes
skrining positif untuk protein ( termasuk dalam urine
rutin ) pada sampel urin acak biasanya ditindaklanjuti
dengan tes pada sampel urin 24 - jam yang lebih
tepat mengukur kuantitas protein.
Nilai Normal Protein Urin

• Urin acak : negatif (≤15 mg/dl)


• Urin 24 jam : 25 – 150 mg/24 jam.
Masalah Klinis
• Reaksi positif mungkin disebabkan oleh albumin
dan globulin. Hasil positif dapat disebabkan oleh
hematuria, tingginya substansi molekular, infus
polivinilpirolidon (pengganti darah), obat (lihat
pengaruh obat), pencemaran urine oleh senyawa
ammonium kuaterner (pembersih kulit, klorheksidin),
urine yang sangat basa (pH > 8).
• Hasil negatif dapat disebabkan oleh urine yang
sangat encer, urine sangat asam (pH di bawah 3)
Prosedur Pemeriksaan
• Pada tahap ini dilakukan pengumpulan specimen
urin 24 jam.
• Supernatan urin yang telah disentrifuge 1500- 2000
rpm, 5’ digunakan untuk pemeriksaan protein
secara manual.
Cystatin C

Cystatin C adalah protein berbasis


nonglycosylate yang diproduksi secara konstan oleh
semua sel berinti. Cystatin C bebas filtrasi dalam
glomerulus dan dikatabolik dalam tubulus renal
sehingga tidak disekresi maupun direabsorbsi sebagai
suatu molekul utuh. Oleh karena kadar cystatin C
serum tidak bergantung umur, jenis kelamin dan masa
otot maka cystatin C dapat dipakai sebagai marker
yang lebih baik dibandingkan dengan kadar kreatinin
serum dalam mengukur laju fitrasi glomerulus.
Lanjutan...

Cystatin C juga dapat digunakan sebagai


penanda yang efektif untuk memeriksa GFR pada
pasien sirosis hati yang melakukan transplantasi hati.
Cystatin C serum lebih sensitif (93,4%) dibandingkan
kadar kreatinin serum (86,8%) dalam menentukan laju
filtrasi glomerulus pada fungsi ginjal normal. Cystatin C
telah menunjukkan peningkatan pada GFR sebesar
88 mL/min/1,73m2, sedangkan kadar kreatinin serum
baru meningkat setelah GFR 75/min/1,73m2.
(Dharnidharka et al, 2002)

Anda mungkin juga menyukai