NASIONAL
KHATULISTIWA MINING FAIR 2018
POTENSI MATA AIR PANAS SEBAGAI PEMANFAATAN
ENERGI TERBARUKAN DI KAMPUNG MOSSO,
DISTRIK MUARA TAMI, KOTA JAYAPURA,
PROVINSI PAPUA
Disusun Oleh :
Minar J. Hutagalung
20160611044010
2016
Nando Kye
20160611044083
2016
Erwin Jayadinata
20160611044013
2016
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
2018
HALAMAN PENGESAHAN LOMBA KTI NASIONAL KHATULISTIWA
MINING FAIR 2018
Menyetujui
Dosen Pembimbing Ketua Pelaksana
Menyetujui,
Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan
ii
ABSTRAK
Pemanfaatan sumber daya alam di Indonesia seperti minyak bumi dan batu bara sebagai
sumber energi tak terbarukan menjadi sebuah ketergantungan. Sedangkan cadangan
dari energi tak terbarukan tersebut mulai menipis, sehingga dibutuhkan energi terbarukan
sebagai alternatif. Contoh energi terbarukan yang banyak dimanfaatkan adalah panas
bumi. Panasbumi adalah sebuah sumber daya energi yang tersimpan dalam bentuk air
panas atau uap pada kondisi geologi tertentu didalam kerak bumi. Manifestasi hadirnya
energi panasbumi disekitar daerah gunung api antara lain, fumarol dan air panas. Jika
dibandingkan dengan energi tak terbarukan, energi panasbumi merupakan sumber
energi yang bersih dan hanya melepaskan sedikit gas rumah kaca. Sebagian besar
sumber energi panasbumi di Indonesia dapat kita temui pada daerah yang dekat dengan
kegiatan gunung berapi, terutama di wilayah Indonesia bagian barat. Hal ini terjadi akibat
adanya asupan magma dari interaksi lempeng Australia dan Asia. Sedangkan di
Indonesia bagian timur, terdapat interaksi lempeng Australia dan lempeng Pasifik yang
mengakibatkan terjadinya subduksi. Penunjaman lempeng tersebut tidak menghasilkan
kegiatan gunung api di Papua, tetapi muncul di negara Papua New Guinea. Namun, di
kampung Mosso, Distrik Muara Tami, Kota Jayapura, terdapat sumber mata air panas
yang ditemukan sebagai manifestasi dari panasbumi. Setelah dilakukan mapping, suhu
air yang didapat diatas 37˚C. Model panasbumi di Jayapura dan sekitarnya dianggap
analog dengan PNG karena tatanan tektoniknya. Di PNG, jarak terdekat yang dicapai
sebuah penunjaman yang akan menghasilkan gunung berapi, adalah sekitar 220 km.
Manisfestasi panasbumi di Mosso memerlukan suatu mekanisme tertentu sehingga
terjadi anomali heat flow ke permukaan.
Kata kunci : Energi terbarukan, panas bumi, Papua New Guinea, Kampung Mosso.
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas kasih dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah
dengan judul “Potensi Sumber Mata Air Panas Sebagai Pemanfaatan Energi
Terbarukan di Kampung Mosso, Distrik Muara Tami, Kota Jayapura, Provinsi
Papua”.
Dengan segenap kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang
sebanyak-banyaknya kepada orang tua terkasih yang telah membesarkan dan
mendidik penulis dengan kasih sayang dan juga tak henti-hentinya memberikan
dukungan doa dan perhatian. Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini, penulis
juga banyak mendapatkan bimbingan, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak
secara moril maupun materil, oleh karena itu pada kesempatan ini dengan
ketulusan dan kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih dan
penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Marcelino N. Yonas, M.Eng dan Bapak Rahmat Indrajati yang telah
membimbing dan selalu memberikan penilaian yang cermat sehingga judul
yang saya bawakan ini layak di pertimbangkan.
2. Teman-teman angkatan 2016 dan semua pihak yang tidak dapat penulis
sebutkan satu per satu yang telah memberikan semangat, dukungan,
bantuan dan doa selam ini.
Penulis menyadari masih ada kekurangan dalam penulisan karya tulis
ilmiah ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
semua pihak dalam rangka penyempurnaan karya tulis ilmiah ini.
Jayapura, April 2018
Penyusun
iv
DAFTAR ISI
COVER .................................................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN LOMBA KTI NASIONAL KHATULISTIWA
MINING FAIR 2018 ............................................................................................... ii
ABSTRAK ............................................................................................................. iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv
DAFTAR ISI ........................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ viii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1.Latar Belakang............................................................................................... 1
1.2.Permasalahan ................................................................................................. 2
1.2.1.Rumusan Masalah ................................................................................... 2
1.2.2.Batasan Masalah ..................................................................................... 2
1.3.Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................................... 2
1.3.1.Tujuan Penelitian .................................................................................... 2
1.3.2.Manfaat Penelitian .................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 3
2.1 . Sistem Panasbumi........................................................................................ 3
2.2.Geologi Regional ........................................................................................... 5
2.3.Struktur dan Tektonik .................................................................................... 6
BAB III METODE PENULISAN ........................................................................... 8
3.1. Bahan dan Alat ............................................................................................. 8
3.1.1.Bahan ...................................................................................................... 8
3.1.2.Alat.......................................................................................................... 8
3.2. Tahapan Metode dan Teknik Penelitian ....................................................... 8
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 10
4.1.Hasil ............................................................................................................. 10
4.2.Pembahasan ................................................................................................. 10
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 13
v
5.1. Kesimpulan ................................................................................................. 13
5.2. Saran ........................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 14
LAMPIRAN .......................................................................................................... 15
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1. Ilustrasi sistem ................................................................................... 5
Gambar 2. 2. Tektonik Pulau Papua........................................................................ 6
Gambar 2. 3. Keadaan Pulau Papua Pada 30 ma Midle Oligocene ........................ 7
Gambar 4. 1. Kondisi Jalan Akses Mata Air Mosso ............................................. 11
Gambar 4. 2. Sumber Mata Air Panas Mosso ....................................................... 12
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 4. 1. Sifat Fisik Fluida Mata Air Panas Mosso ........................................... 10
Tabel 4. 2. Suhu Mata Air Panas........................................................................... 12
viii
DAFTAR LAMPIRAN
I.Lampiran Gambar ........................................................................................... 15
II.Lampiran Penilaian Karya Tulis (Babak Penyisihan).................................... 16
III.Lampiran Penilaian Presentasi Karya Tulis ................................................. 17
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pemanfaatan sumber daya alam di Indonesia seperti minyak bumi dan batu
bara sebagai sumber energi tak terbarukan menjadi sebuah ketergantungan.
Sedangkan cadangan dari energi tak terbarukan tersebut mulai menipis, sehingga
dibutuhkan energi terbarukan sebagai alternatif. Salah satu contoh energi
terbarukan yang banyak dimanfaatkan adalah panas bumi.
Panas bumi adalah sebuah sumber daya energi yang tersimpan dalam bentuk
air panas atau uap pada kondisi geologi tertentu di dalam kerak bumi. Manifestasi
hadirnya energi panas bumi di sekitar daerah gunung api antara lain, fumarol dan
mata air panas. Jika dibandingkan dengan energi tak terbarukan, energi panas
bumi merupakan sumber energi yang bersih dan hanya melepaskan sedikit gas
rumah kaca.
Sebagian besar sumber energi panas bumi di Indonesia dapat kita temui
pada daerah yang dekat dengan kegiatan gunung berapi, terutama di wilayah
Indonesia bagian barat. Hal ini terjadi akibat adanya asupan magma dari interaksi
lempeng Australia dan Asia. Sedangkan di Indonesia bagian timur, terdapat
interaksi lempeng Australia dan lempeng Pasifik yang mengakibatkan terjadinya
subduksi. Penunjaman lempeng tersebut tidak menghasilkan kegiatan gunung api
di Papua, tetapi muncul di negara Papua New Guinea. Namun, di kampung
Mosso, Distrik Muara Tami, Kota Jayapura, terdapat sumber mata air panas yang
ditemukan sebagai manifestasi dari panas bumi.
Setelah dilakukan mapping, suhu air yang di dapat diatas 37˚C. Model panas
bumi di Jayapura dan sekitarnya di anggap analog dengan PNG karena tatanan
tektoniknya.
Di PNG, jarak terdekat yang dicapai sebuah penunjaman yang menembus
lapisan astenosfer, yang akan menghasilkan gunung berapi, adalah sekitar 220 km.
Sementara di pulau Papua, jarak antara penunjaman dengan lapisan astenosfer,
yang memungkinkan untuk menghasilkan gunung berapi masih sejauh 170 km.
Sehingga Manisfestasi panas bumi di Mosso memerlukan suatu mekanisme
tertentu sehingga terjadi anomali heat flow ke permukaan.
1.2. Permasalahan
1.2.1. Rumusan Masalah
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 . Sistem Panasbumi
Panasbumi merupakan energi panas yang terbentuk secara alami dan
tersimpan dalam bentuk air panas atau uap panas pada kondisi geologi tertentu
pada kedalaman beberapa kilometer di dalam kerak bumi. Hochstein dan Browne
(2000) mendefinisikan sistem panasbumi sebagai perpindahan panas secara alami
dalam volume tertentu di kerak bumi dimana panas dipindahkan dari sumber
panas ke zona pelepasan panas. Kunci kekuatan untuk menggerakkan fluida
adalah perbedaan densitas antara air resapan yang suhunya lebih rendah dan
bergerak ke bawah dengan fluida panasbumi yang suhunya lebih tinggi yang
kemudian muncul ke permukaan bumi oleh gaya pengapungan.
Sistem panasbumi dijumpai pada daerah dengan gradient panasbumi
relative normal, terutama pada bagian tepi lempeng dimana gradient panasbumi
biasanya mempunyai kisaran suhu yang lebih tinggi daripada suhu rata-rata
(Dickson dan Fanelli, 2004). Terdapat empat elemen penting yang berpengaruh
dalam sistem panasbumi, terutama sistem panas bumi hidrothermal yang terdapat
di sebagian besar Indonesia, yaitu:
1. Sumber panas (heat source)
Panas dapat berpindah secara konduktif, konvektif dan radiasi. Pada system
panasbumi perpindahan panas umumnya secara konduktif dan konvektif. Transfer
panas secara konduktif pada batuan terjadi akibat adanya interaksi atomik/molekul
penyusun batuan dalam mantel sedangkan perpindahan panas secara konvektif
adalah perpindahan panas yang di ikuti oleh perpindahan massa (molekul).
Sumber panas dalam sistem panasbumi pada umumnya berasal dari magma.
Terbentuknya magma pada awalnya berasal dari hasil pelelehan mantel (partial
melting) sebagai akibat penurunan titik didih mantel karena adanya infiltrasi H 2O
dari zona subduksi. Magma dapat terjadi karena pelelehan sebagian kerak bumi
pada proses penebalan lempeng benua seperti yang terjadi pada tumbukan antar
lempeng benua (collision).
2. Fluida panasbumi
Fluida panasbumi berasal dari air permukaan (air meteoric) yang masuk ke
bawah permukaan melalui rekahan maupun ruang antar butiran batuan
membentuk sistem kantong fluida/reservoir. Fluida juga dapat berasal dari batuan
dalam bentuk air magmatik (air juvenil). Karakteristik fluida panasbumi dapat
memberikan informasi tentang tipe sistem panasbumi, hal penting yang di analisis
untuk menentukan karakteristik fluida dalam reservoir meliputi pendugaan
temperatur reservoir (geothermometer), komposisi kimia fluida, asal-usul
fluida,minteraksi fluida terhadap batuan serta pencampuran fluida reservoir
dengan fluida lain (mixing).
3. Reservoir
Reservoir adalah lapisan yang tersusun dari batuan yang memiliki sifat
permeable dan porositas tinggi yang berperan untuk menyimpan fluida yaitu uap
dan air panas yang berasal dari hasil pemanasan (konvektif dan konduktif) dalam
suatu sistem hidrothermal. Lapisan ini bisa berasal dari batuan klastik atau batuan
vulkanik yang telah mengalami rekahan secara kuat. Reservoir panasbumi yang
produktif harus memiliki porositas dan permeabilitas yang tinggi, ukuran volume
cukup besar, suhu tinggi dan kandungan fluida yang cukup. Permeabilitas
dihasilkan oleh karakteristik stratigrafi (misal porositas intergranular pada lapili,
atau lapisan bongkah lava) dan unsur struktur (misalnya sesar, kekar dan rekahan).
Geometri reservoir hidrothermal di daerah vulkanik merupakan hasil interaksi
yang kompleks dari proses vulkano-tektonik aktif antara lain stratigrafi yang lebih
tua dan struktur geologi.
4. Batuan penudung (caprock)
Lapisan penudung (caprock) berfungsi sebagai penutup reservoir untuk
mencegah keluar atau bocornya fluida panas bumi dari reservoir. Batuan
penudung harus berupa lapisan batuan yang bersifat kedap atau memiliki
permeabilitas rendah. Lapisan penudung umumnya tersusun oleh lapisan batuan
yang terdiri dari mineral lempung sekunder hasil ubahan (alteration) akibat
interaksi fluida dengan batuan yang dilewatinya. Mineral-mineral lempung
sekunder yang umum membentuk lapisan penudung adalah montmorilonite,
smectite, illite, kaolin, dan phyrophyllite. Di lingkungan tektonik aktif batuan
4
penudung mangalami deformasi dan membentuk rekahan, tetapi dengan adanya
proses kimia yaitu berupa pengendapan mineral sangat membantu dalam menutup
rekahan yang terbentuk (self sealing) contohnya pengendapan kalsit dan silica.
Ilustrasi proses terbentuknya suatu system panas bumi dapat dilihat pada Gambar
yang dianalogikan seperti ceret yang berisi air dan dipanaskan oleh api, seiring
dengan meningkatnya tekanan dan temperatur dalam wadah tersebut maka air
akan mengalami perubahan fasa membentuk uap air.
5
Gambar 2. 2. Tektonik Pulau Papua
6
julang setinggi 750 meter. Tektonik pada saat itu berpengaruhi pada pembentukan
batuan campur aduk dan satuan endapan lumpur. Gejala poton yang masih aktif
dan kelurusan yang diduga sesar pada sedimen klastika kasar dan batugamping
koral serta adanya terumbu terangkat berupa undak menjadi bukti tektonika masih
aktif (Suwarna dan Noya 1995).
7
BAB III
METODE PENULISAN
Penelitian dilakukan melalui survey lapangan dan pengambilan sampel
fluida panas bumi.
3.1.2.Alat
pH Meter
GPS
Palu Geologi
Plastik Sample
Papan Data
Alat Tulis
3. Pengolahan Data
Data yang telah didapatkan dari lapangan kemudian di olah dan
mendapatkan hasil berupa sift fisik fluida, dokumentasi kondisi lapangan dan
koordinat lokasi penelitian.
9
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Survey lapangan pada manifestasi panas bumi mata air panas di kampung
Mosso, Distrik Muara Tami, Kota Jayapura, Provinsi Papua memberikan data
fisik fluida seperti pada tabel 4.1.
1. pH 7,97
2. T 69,7
3. T ambient 24oC
4.2. Pembahasan
Sumber mata air panas di kampung Mosso, Distrik Muara Tami, Kota
Jayapura, Provinsi Papua, berada pada koordinat 02 o40’34.8” LS dan
140o57’28.1” BT.
Mata air panas Mosso merupakan manifestasi panas bumi yang belum
banyak diketahui oleh kalangan masyarakat luas. Lokasi manifestasi tersebut
cukup jauh dengan jalan akses, hal tersebut menyebabkan akses yang tersedia
terbatas. Waktu yang ditempuh untuk perjalanan dari Abepura ke kampung
Mosso, Distrik Muara Tami kurang lebih 2 jam perjalanan menggunakan
kendaraan roda 2. Sementara untuk jarak dari kampung Mosso ke manifestasi
panas bumi kurang lebih 6 km, dengan menghabiskan waktu kurang lebih 4 jam
berjalan kaki (pulang-pergi). Perjalanan ke manifestasi panas bumi ini, hanya
dapat ditempuh dengan berjalan kaki.
Gambar 4. 1. Kondisi Jalan Akses Mata Air Mosso
11
Gambar 4. 2. Sumber Mata Air Panas Mosso
1. 69,4oC
2. 69,7oC
3. 69,6oC
12
Namun demikian pada kisaran suhu 70 – 80oC mata air panas Mosso
masih memungkinkan untuk menjadi sumber pembangkit listrik dengan
menggunakan pembangkit listrik sistem siklus biner (biner cycle) yang
memanfaatkan fluida sekunder membantu membangkitkan listrik. Tantangan yang
mungkin dihadapi adalah penentuan fluida sekunder yng sesuai dengan fluida
panasbumi, perspektif masyarakat, dan pembiayaan.
13
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
Perlu kajian lebih jauh, baik itu aspek sosial-budaya maupun teknologi
untuk meyakinkan stakeholder atas pentingnya potensi panas bumi di
kampung Mosso, Distrik Muara Tami, Kota Jayapura, Provinsi Papua.
DAFTAR PUSTAKA
Abers GA. 2001. Evidence for seismogenic normal faults at shallow dips in
continental rifts. Geol. Soc. Lond.
Spec. Publ. 187:305–18
Allen DM, Grasby SE, Voormeij DA. 2006 Determining the circulation depth of
thermal springs in the southern Rocky Mountain Trench, south-eastern
British Columbia, Canada using geothermometry and borehole temperature
logs. Hydrogeol J;14:159–72
Kholid, M. and Marpaung, H., 2011. Survei Magnetotelurik Daerah
Panas Bumi Bukit Kili dan Gunung Talang , Kabupaten Solok,
Sumbar: Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi
Tahun 2011.
Hochstein, M. P., Sudarman, S., 2015. Indonesia Volcanic
Geothermal System: Paper presented at the Proceedings World
Geothermal Congress Melbourne, Australia 19-25 April 2015.
LAMPIRAN
I. Lampiran Gambar
II. Lampiran Penilaian Karya Tulis (Babak Penyisihan)
Nama Ketua Tim : Minar J. Hutagalung
Nama Universitas/Jurusan : Universitas Cenderawasih/Teknik Pertambangan
1. Nilai Skor yang diberikan berkisar mulai dari 5 sampai dengan 10.
2. Nilai = Bobot x Skor
Juri
16
III. Lampiran Penilaian Presentasi Karya Tulis
Nama Ketua Tim : Minar J. Hutagalung
Nama Universitas/Jurusan : Universitas Cenderawasih/Teknik Pertambangan
1. Nilai Skor yang diberikan berkisar mulai dari 5 sampai dengan 10.
2. Nilai = Bobot x Skor
Juri
17