Buku Toolkit-5 Pemasyarakatan
Buku Toolkit-5 Pemasyarakatan
LATAR BELAKANG
Lembaga Pemasyarakatan (disingkat LP atau LAPAS) adalah tempat untuk melakukan pembinaan
terhadap narapidana dan anak didik pemasyarakatan di Indonesia. Lembaga Pemasyarakatan
merupakan Unit Pelaksana Teknis di bawah Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia (dahulu Departemen Kehakiman). Penghuni Lembaga
Pemasyarakatan bisa narapidana (napi) atau Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) bisa juga yang
statusnya masih tahanan, maksudnya orang tersebut masih berada dalam proses peradilan dan belum
ditentukan bersalah atau tidak oleh hakim. Pegawai negeri sipil yang menangani pembinaan
narapidana dan tahanan di lembaga pemasyarakatan disebut Petugas Pemasyarakatan.
Pada saat ini kondisi Lapas dan rumah tahanan negara (Rutan) sebagian besar mengalami over
kapasitas. Jumlah penghuni Lapas di Indonesia sudah jauh melebihi kapasitas. Kondisi ini
menimbulkan terjadinya berbagai kasus tindak pidana yang melibatkan narapidana, seperti kasus
perkelahian antar narapidana serta kasus tindak pidana lainnya. Over kapasitas juga mengakibatkan
menurunnya pelayanan dan perawatan, rentan gangguan keamanan dan ketertiban, serta
melemahnya rentang kendali dan pengawasan.
Kondisi over kapasitas ini sudah berlangsung lama dan hampir terjadi di seluruh lembaga
pemasyarakatan dan rumah tahanan negara diIndonesia terutama yang berada di kota besar. Berbagai
upaya telah dilakukan untuk mengatasi hal tersebut, misalnya dengan pembangunan Lapas dan Rutan
baru pada wilayah pemekaran untuk menambah kapasitas hunian.
Pembangunan Lapas dan Rutan yang baru, rehabilitasi, dan rekonstruksi dilakukan sebagai upaya
mengatasi kelebihan kapasitas penghuni Lapas dan Rutan. Pemenuhan sarana dan prasarana Lapas
dan Rutan merupakan keharusan yang tidak terpisahkan dari pelaksanaan tugas dan fungsi Lapas dan
Rutan, sehingga kebijakan penganggaran harus mempertimbangkan risiko yang timbul akibat tidak
dipenuhinya sarana dan prasarana tersebut.
Kegiatan pembangunan Lapas atau Rutan dibuat dalam skala prioritas pembangunan Lapas dan
Rutan pada wilayah yang mengalami over kapasitas atau wilayah yang dimungkinkan sebagai
penyangga over kapasitas.
BUKU V 1
TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTU PEMASYARAKATAN
LEMBAGA PEMASYARAKATAN 2017
Model pembinaan bagi narapidana di dalam Lembaga Pemasyarakatan tidak terlepas dari sebuah
dinamika, yang bertujuan untuk lebih banyak memberikan bekal bagi Narapidana dalam
menyongsong kehidupan setelah selesai menjalani masa hukuman (bebas).
Dalam proses pembinaan narapidana oleh Lembaga Pemasyarakatan dibutuhkan sarana dan
prasarana pedukung guna mencapai keberhasilan yang ingin dicapai. Sarana dan prasarana tersebut
meliputi :
2. Pembinaan Narapidana
Bahwa sarana untuk pendidikan keterampilan di Lembaga Pemasyarakatan sangat terbatas,
baik dalam jumlahnya maupun dalam jenisnya, dan bahkan ada sarana yang sudah demikian
lama sehingga tidak berfungsi lagi, atau kalau toh berfungsi, hasilnya tidak memadai dengan
barang-barang yang diproduksi di luar Lapas (hasil produksi perusahan).
1. Pembangunan Baru
Pembangunan baru dilakukan pada wilayah yang mengalami over kapasitas lebih dari 75%
(tujuh puluh lima persen) dengan ambang kelebihan kapasitas melebihi 1500 (seribu lima
ratus) orang.
2. Pembangunan Kembali
Pembangunan kembali atau rekonstruksi dilakukan sebagaiupaya penataan kembali UPT
Pemasyarakatan yang mengalami over kapasitas 50 % (lima puluh persen) sampai dengan 75
% (tujuh puluh lima persen). Pembangunan kembali dilakukan apabila pada lokasi tersebut
masih dimungkinkan dari segi tata ruang dan luas lahan yang tersedia, namun apabila tidak
dimungkinkan maka dilakukan relokasi ke tempat lain yang masih berada pada wilayah yang
sama sehingga dalam operasionalnya masih menggunakan satuan organisasi lama.
Dalam pelaksanaan KPBU, hingga saat ini belum ada peraturan perundangan yang memungkinkan
bagi pihak swasta untuk mengelola Lapas, namun pemerintah dapat saja bekerjasama dengan swasta
dalam pembangunan bangunan Lapas. Dalam pembuatan toolkit infrastruktur Lapas ini akan disusun
panduan penyusunan Pra-Studi Kelayakan untuk KPBU dalam pembangunan dan pengelolaan
fasilitas Lapas.
PENERIMA MANFAAT
Penerima manfaat dari Toolkit KPBU Infrastruktur Lembaga Pemasyarakatan ini diantaranya
adalah:
1. Kementerian/lembaga/pemerintah daerah
• Bappenas
• Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
• Kementerian Dalam Negeri
• Kementerian Keuangan
• Pemerintah Daerah (Provinsi, Kabupaten, dan Kota)
BUKU V 4
TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTU PEMASYARAKATAN
LEMBAGA PEMASYARAKATAN 2017
INFRASTRUKTUR KPBU
Sesuai dengan Peraturan Presiden No. 38 tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan
Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur, infrastruktur yang dapat dikerjasamakan merupakan
infrastruktur sosial dan infrastruktur ekonomi yang mencakup 19 infrastruktur sektor, yaitu:
1) Infrastruktur transportasi 11) Infrastruktur konservasi energi
2) Infrastruktur jalan 12) Infrastruktur fasilitas perkotaan
3) Infrastruktur sumber daya air dan irigasi 13) Infrastruktur kawasan
4) Infrastruktur air minum 14) Infrastruktur pariwisata
5) Infrastruktur sistem pengelolaan air limbah 15) Infrastruktur fasilitas pendidikan
terpusat
16) Infrastruktur fasilitas sarana olahraga
BUKU V 5
TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTU PEMASYARAKATAN
LEMBAGA PEMASYARAKATAN 2017
BUKU V 6
TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTU PEMASYARAKATAN
LEMBAGA PEMASYARAKATAN 2017
• Info Memorandum
• Bahan Market Sounding
• Real Demand Survey
• Kajian Lingkungan (KA-ANDAL dan/atau lainnya)
• Lain-lain
BUKU V 7
TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTU PEMASYARAKATAN
LEMBAGA PEMASYARAKATAN 2017
RINGKASAN EKSEKUTIF
Dokumen Pra-Studi Kelayakan harus diawali oleh Ringkasan Eksekutif yang merupakan
ringkasan dari Dokumen Pra-Studi Kelayakan yang akan menjadi titik perhatian (highlight)
perencanaan bisnis atau tesis dari rencana bagi pengambil keputusan dalam proses KPBU ini.
Tujuan Ringkasan Eksekutif adalah untuk memberikan gambaran perencanaan pelaksanaan
KPBU kepada pembaca.
Ringkasan Eksekutif harus berisi gambaran singkat tentang latar belakang diperlukan proyek ini
dan tujuannya, serta rencana untuk mencapai tujuan tersebut. Terakhir memasukkan jumlah dan
tujuan pinjaman atau investasi, jangka waktunya, kelayakan pendanaan dan pernyataan
pembayaran bagi pihak Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (PJPK) maupun Badan Usaha
Pelaksana (BUP) serta manfaat bagi semua pihak.
Dalam menyusun Ringkasan Ekskutif gunakan kata kunci dengan menjawab 6 pertanyaan yaitu:
Siapa, Apa, Dimana, Kapan, Mengapa dan Bagaimana. Adapun pembuatan ringkasan eksekutif
secara lengkap harus meliputi sebagai berikut :
1. Pengantar
Awali Ringkasan Eksekutif dengan latar belakang diperlukannya proyek serta mengapa
perlunya proyek ini dilakukan dengan skema KPBU. Jelaskan apakah ini merupakan
proyek solicited atau unsolicited dan siapa yang menjadi pemrakrasanya.
2. Lokasi Proyek
Mendefinisikan rencana lokasi pelaksanaan proyek, mulai dari provinsi,
kabupaten/kota, kecamatan, kelurahan/desa serta cakupan pelayanannya.
3. Peluang Pasar
Mendefinisikan dengan jelas peluang pasar dari proyek KPBU di sektor penyelenggaraan
Lapas yang direncanakan berdasarkan hasil analisa pasar yang dilakukan.
4. Skema Kerjasama yang ditawarkan
Mendefinisikan secara ringkas skema KPBU terpilih yang akan ditawarkan beserta
dengan alokasi risikonya bagi pihak PJPK dan BUP.
5. Rencana Investasi
Menjelaskan rencana investasi, terutama nilai CAPEX yang diperlukan dari pihak-pihak
yang terlibat dalam pembiayaan investasi (PJPK, BUP dan institusi lainnya bila ada)
mencakup Laba Rugi (Income Statement Projection), penghasilan yang diharapkan
(Expected Revenue), biaya (Expense) dan proyeksi laba bersih (net profit projection) selama
masa kerjasama.
6. Struktur Organisasi
Menjelaskan para pemangku kepentingan yang akan telibat dalam KPBU. Penjelasan
dapat dilakukan cukup melalui skema organisasi disertai dengan keterangannya.
7. Kesiapan Proyek
Menjelaskan prosedur yang telah dilewati serta kebutuhan apa saja yang sudah maupun
belum terpenuhi, seperti misalnya ketersediaan lahan, izin lingkungan, dan sebagainya.
BUKU V 8
TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTU PEMASYARAKATAN
LEMBAGA PEMASYARAKATAN 2017
BUKU V 9
TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTU PEMASYARAKATAN
LEMBAGA PEMASYARAKATAN 2017
BAB 1. PENDAHULUAN
1.2.1. Maksud
Mendefinisikan maksud penyusunan Prastudi Kelayakan proyek KPBU. Contoh dari
maksud tersebut antara lain sebagai berikut:
• Mengkaji kelayakan proyek KPBU dan mendorong minat swasta untuk berinvestasi
dalam pembiayaan penyediaan ataupun penyelenggaraan Lapas XXX.
• Mengembangkan struktur pembiayaan penyediaan ataupun penyelenggaraan Lapas
XXX melalui skema KPBU.
• Menyampaikan kajian kelayakan pembiayaan penyediaan ataupun penyelenggaraan
Lapas XXX melalui skema KPBU.
• Dan/atau lainnya
1.2.2. Tujuan
Mendefinisikan tujuan penyusunan Prastudi Kelayakan proyek KPBU ini. Contoh dari
tujuan tersebut antara lain:
• Memberikan pemahaman akan kelayakan dalam penyediaan dan/ataupun
penyelenggaraan Lapas XXX melalui skema KPBU;
BUKU V 10
TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTU PEMASYARAKATAN
LEMBAGA PEMASYARAKATAN 2017
BUKU V 11
TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTU PEMASYARAKATAN
LEMBAGA PEMASYARAKATAN 2017
BUKU V 12
TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTU PEMASYARAKATAN
LEMBAGA PEMASYARAKATAN 2017
2.3. Kesimpulan
Berdasarkan kajian-kajian terhadap perencanaan yang telah diuraikan diatas, maka dalam sub-
bab ini harus bisa menjelaskan sejauh mana kesesuaian rencana proyek KPBU pengembangan
Lapas XXX yang akan dilakukan sesuai dengan kebutuhan serta peraturan dan perencanaan
yang ada.
BUKU V 13
TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTU PEMASYARAKATAN
LEMBAGA PEMASYARAKATAN 2017
BUKU V 14
TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTU PEMASYARAKATAN
LEMBAGA PEMASYARAKATAN 2017
BUKU V 16
TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTU PEMASYARAKATAN
LEMBAGA PEMASYARAKATAN 2017
BUKU V 17
TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTU PEMASYARAKATAN
LEMBAGA PEMASYARAKATAN 2017
BUKU V 18
TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTU PEMASYARAKATAN
LEMBAGA PEMASYARAKATAN 2017
permasalahan di aspek kelembagaan. Pada bagian ini, analisis kelembagaan akan dilaksanakan
dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
a. Memastikan kewenangan institusi yang akan bertindak sebagai PJPK dalam
melaksanakan KPBU termasuk penentuan PJPK dalam proyek multi infrastruktur (jika
ada);
b. Melakukan pemetaan pemangku kepentingan (stakeholders mapping) dengan menentukan
peran dan tanggung jawab lembaga-lembaga yang berkaitan dalam pelaksanaan KPBU;
c. Menentukan peran dan tanggung jawab Tim KPBU berkaitan dengan kegiatan
penyiapan KPBU, serta menentukan sistem pelaporan Tim KPBU kepada PJPK;
d. Menentukan dan menyiapkan perangkat regulasi kelembagaan; dan
e. Menentukan kerangka acuan pengambilan keputusan.
Uraian kajian kelembagaan ini meliputi:
BUKU V 19
TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTU PEMASYARAKATAN
LEMBAGA PEMASYARAKATAN 2017
BUKU V 20
TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTU PEMASYARAKATAN
LEMBAGA PEMASYARAKATAN 2017
BUKU V 21
TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTU PEMASYARAKATAN
LEMBAGA PEMASYARAKATAN 2017
BUKU V 22
TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTU PEMASYARAKATAN
LEMBAGA PEMASYARAKATAN 2017
BUKU V 23
TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTU PEMASYARAKATAN
LEMBAGA PEMASYARAKATAN 2017
Menguraikan sistem pengelolaan limbah cair dan limbah padat yang saat ini berlangsung
di wilayah perencanaan, termasuk juga cakupan pelayanan, sistem pengelolaan, sistem
pembuangan limbah, dan sebagainya. Nantinya akan dikaitkan dengan sistem
pengelolaan limbah cair dan limbah pada di Lapas XXX.
BUKU V 24
TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTU PEMASYARAKATAN
LEMBAGA PEMASYARAKATAN 2017
Klasifikasi tersebut di dasarkan atas kapasitas hunian atau daya tampung narapidana dan
juga berdasarkan tempat kedudukan dan kegiatan kerja petugas lapas (berdasarkan
struktur organisasi yang berbeda –beda).
Selain itu juga perlu diuraikan Lapas Kabupaten/Kota XXXX sebagai Lapas Terbuka
atau Lapas Tertutup.
BUKU V 25
TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTU PEMASYARAKATAN
LEMBAGA PEMASYARAKATAN 2017
• Perumahan/permukiman penduduk
• Peraturan setempat
• Pertumbuhan kota di masa yang akan datang.
b. Pembobotan Kriteria
Pembobotan dilakukan oleh seluruh stakeholder terkait seperti regulator, operator,
dan user.
c. Analisis Multikriteria
Analisis multikriteria dilakukan dengan melakukan skoring terhadap masing-masing
alternatif lokasi lembaga pemasyarakatan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan
sebelumnya.
BUKU V 26
TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTU PEMASYARAKATAN
LEMBAGA PEMASYARAKATAN 2017
lebih terjamin, karena kuman – kuman serta berbagai sumber penyakit dapat
diminimalisir oleh sinar matahari yang dapat menjangkau di hampir semua sudut
bangunan.
Kajian yang perlu dilakukan dalam perancangan gedung pemasyarakatan diantaranya
meliputi:
• Perhitungan kebutuhan lahan dengan menggunakan standar-standar yang berlaku
untuk setiap fasilitas (sel, kantor, ruang kunjungan, poliklinik, fasilitas umum dan
keagaaman, utilitas, ruang terbukan hijau, dan sebagainya)
• Konsep Tapak, termasuk sistem zoning (zona hunian dan zona non-hunian),
pembagian zona keamanan (minimum security, medium security, atau maximum
security), dan sebagainya.
• Sirkulasi di dalam lapas (sirkulasi WBP, petugas, dan pengunjung)
• Konsep pagar Lapas
• Konsep pemantauan keamanan (sistem kamera pantau, sistem komunikasi, dan lain-
lain)
• Material bangunan yang akan digunakan yang juga mempertimbangkan kekuatan
struktur selama periode kerjasama dan juga selanjutnya.
• Rencana penyediaan utilitas (air bersih, pengelolaan limbah cair, pengelolaan limbah
padat, hidran kebakaran, listrik dan lain-lain)
• Pencahayaan dan sirkulasi udara yang cukup.
• Bentuk bangunan lembaga pemasyarakatan selaras dengan karakteritis budaya
daerah.
BUKU V 27
TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTU PEMASYARAKATAN
LEMBAGA PEMASYARAKATAN 2017
Pada bagian ini diuraikan mengenai ruang lingkup kerjasama yang akan dilakukan dalam
skema KPBU ini. Misalnya, apakah proyek KPBU hanya akan menyediakan sarana
gedung pemasyarakata, hanya menyediakan sarana pembinaan, atau menyediakan
kedua-duanya, atau ada bagian lain dari pengelolaan Lapas.
10 Dan lain-lain
BUKU V 28
TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTU PEMASYARAKATAN
LEMBAGA PEMASYARAKATAN 2017
Pada bab ini perlu dilakukan kajian secara ekonomi yang meliputi analisis permintaan (demand),
analisis pasar dari sisi investor, analisis struktur pendapatan, serta analisis biaya dan manfaat
sosial (ABMS). Selain itu juga dilakukan kajian finansial yang meliputi asumsi analisis keuangan,
pendapatan pelaku usaha, biaya Capex dan OPEX, indikator keuangan, proyeksi kinerja
keuangan, analisis sensitivitas, serta analisis Nilai Manfaat Uang (Value for Money).
5.1.2. Metodologi
Dalam subbab ini dijelaskan mengenai metodologi yang diterapkan dalam melakukan
Survai Kebutuhan Nyata/RDS. Beberapa hal penting yang perlu dimasukkan dalam
metodologi mencakup:
a. Metode pengumpulan data, misalnya dilakukan melalui wawancara kepada
responden dengan menggunakan daftar pertanyaan atau kuesioner. Kuesioner
memuat pertanyaan menyangkut karakteristik responden dan pertanyaan
menyangkut dengan bangunan lapas yang akan dibangun.
b. Metode Analisis, misalnya metode analisis deskriptif, analisis crosstabs, dan/ataupun
analisis multinomial logistic regression. Analisis deskriptif berusaha menjelaskan atau
menggambarkan karakteristik data hasil survei melalui serangkaian tabel ataupun
grafik, sedangkan analisis crosstabs (tabulasi silang) pada prinsipnya menyajikan data
dalam bentuk tabulasi, yang meliputi baris dan kolom. Melalui analisis crosstabs dapat
dilihat apakah antara variabel pada sisi baris dan variabel pada sisi kolom memiliki
hubungan. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai Chi-Square yang ditampilkan.
Sedangkan untuk melihat sekuat apa hubungan antara variabel dalam baris dengan
variabel dalam kolom dapat dilihat dari nilai korelasinya. Analisis multinomial logistic
regression (MLR) merupakan perluasan dari binary (dua kategori) logistic regression,
dimana variabel tidak bebasnya mempunyai kategori lebih dari dua.
Pada sub-bab ini diterangkan pelaksanaan survai yang telah dilakukan, yang mencakup
diantaranya:
• Jumlah sampel beserta cara penentuan sampel jumlah responden beserta persentase
karakteristik respondennya.
• Kegiatan pelatihan enumerator untuk penguasaan kuesioner dan metode
mewawancarai rensponden.
• Waktu dan lokasi pelaksanaan survei.
• Receiving dan batching terhadap dokumen hasil survai yang berupa kuesioner.
• Proses editing dan pengkodean (coding).
• Tata cara data entry dan perangkat lunak yang digunakan untuk keperluan
pengolahan data.
BUKU V 30
TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTU PEMASYARAKATAN
LEMBAGA PEMASYARAKATAN 2017
waktu, tingkat suku bunga, dan persyaratan perolehan pinjaman yang dapat disediakan,
serta risiko utama yang menjadi pertimbangan.
• Tanggapan dan pendapat dari lembaga penjaminan terhadap rencana proyek KPBU,
diantaranya mencakup risiko-risiko yang dapat dijaminkan, persyaratan dan prosedur
perolehan penjaminan, dan lainnya.
• Identifikasi strategi untuk mengurangi risiko pasar dan meningkatkan persaingan yang
sehat dalam pengadaan proyek KPBU.
• Identifikasi struktur pasar untuk mendapatkan gambaran mengenai tingkat kompetisi
dari proyek-proyek KPBU sektor pengembangan Lapas.
5.4.2. Manfaat
Pada sub-bab ini diuraikan berbagai manfaat yang didapatkan dari kegiatan proyek
KPBU pembangunan atau pengembangan Lapas. Berikut adalah contoh beberapa
manfaat yang mungkin terjadi dari investasi pembangunan atau pengembangan Lapas:
• Manfaat kesehatan penghuni Lapas
BUKU V 31
TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTU PEMASYARAKATAN
LEMBAGA PEMASYARAKATAN 2017
5.4.3. Biaya
Biaya yang diperhitungkan merupakan biaya konstan di luar biaya kontijensi dan pajak.
Biaya dikonversi dari nilai finansial menjadi nilai ekonomi. Biaya tersebut diantaranya
adalah:
• Biaya penyiapan KPBU;
• Biaya modal;
• Biaya operasional;
• Biaya pemeliharaan;
• Biaya lain-lain yang timbul dari adanya proyek.
BUKU V 32
TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTU PEMASYARAKATAN
LEMBAGA PEMASYARAKATAN 2017
Asumsi yang digunakan dalam melakukan perhitungan analisa keuangan proyek KPBU
bangunan Lembaga pemasyarakatan adalah antara lain sebagai berikut :
• Tingkat inflasi per tahun
• Persentase pembiayaan sendiri terhadap pinjaman serta tingkat bunga pinjaman
pertahun
• Biaya kontingensi yang juga merupakan biaya mitigasi risiko, biaya perijinan,
pemeliharaan lingkungan dan biaya lainnya.
• Jangka waktu pengembalian pinjaman termasuk masa tenggangnya
• Periode kerja sama
5.5.2. Pendapatan
Menguraikan jenis-jenis pendapatan yang bisa diperoleh dari proyek KPBU. Proyeksi
pendapatan disiapkan berdasarkan struktur pendapatan KPBU yang telah dianalisis
sebelumnya.
5.5.3. Biaya
Menguraikan biaya-biaya yang perlu dikeluarkan selama masa kerjasama mulai dari
tahap konstruksi atau pengembangan Lapas hingga pengoperasian dan
pemeliharaannya. Unsur biaya yang perlu dikaji meliputi:
• Biaya investasi (CAPEX)
Berisikan ringkasan biaya investasi, baik oleh PJPK, Badan Usaha maupun secara
total. Ringkasan ini juga terdiri dari dua harga, yaitu harga konstan dan harga
berlaku. Ringkasan biaya investasi ini di-breakdown per tahun. Untuk biaya investasi
(CAPEX) sektor pembangunan atau pengembangan Lapas antara lain meliputi :
o Biaya investasi untuk akuisisi dan pematangan lahan/tanah
o Biaya investasi untuk pembangunan lembaga pemasyarakatan.
o Biaya investasi untuk pembangunan bangunan penunjang
o Biaya investasi untuk fasilitas Lapas
o Biaya investasi untuk pembangunan infrastruktur pendukung, termasuk jalan
akses, tempat parkir, dll.
o Dan lainnya disesuaikan dengan kebutuhan.
Selain itu juga ada working capital yang timbul dari pengoperasian proyek investasi
ini, pihak manajemen memperkirakan adanya biaya lain-lain yang mencakup biaya
perizinan, biaya kunjungan pihak manajemen ke lokasi proyek, biaya bantuan
hukum, dan biaya peresmian.
• Biaya operational dan pemeliharaan (OPEX)
Dalam perhitungan biaya OPEX ini, selain asumsi tersebut diatas, perlu juga asumsi
tentang biaya-biaya operasional, yang antara lain:
o Biaya tenaga kerja
BUKU V 33
TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTU PEMASYARAKATAN
LEMBAGA PEMASYARAKATAN 2017
BUKU V 34
TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTU PEMASYARAKATAN
LEMBAGA PEMASYARAKATAN 2017
Tujuan dari Analisis Nilai Manfaat Uang (Value for Money – VFM) adalah untuk membandingkan
dampak finansial dari proyek KPBU (perkiraan penawaran badan usaha) terhadap alternatif
penyediaan infrastruktur secara tradisional oleh Pemerintah (Public Sector Comparator – PSC).
Nilai Manfaat Uang (VFM) merupakan selisih Net Present Value (NPV) PSC dengan NPV
KPBU (PPP Bid). Jika Nilai VFM adalah positif, maka proyek tersebut memberikan nilai
manfaat. Sebaliknya, jika VFM negatif, maka skema tersebut tidak dipilih.
Penilaian VFM membandingkan total biaya proyek dari komparator sektor publik (PSC) dengan
itu proyek KPBU dan perbedaan ini disebut sebagai nilai manfaat uang. Jika biaya proyek KPBU
yang dinilai cenderung menjadi lebih rendah daripada biaya PSC, maka proyek KPBU dikatakan
kemungkinan dapat memberikan nilai manfaat positif untuk uang.
Penilaian VFM memanfaatkan asumsi tentang ekonomi makro dan lokal masa depan, penilaian
risiko probabilistik, model keuangan dan analisis sensitivitas untuk melakukan perbandingan ini
dan untuk mengembangkan pemahaman tentang berbagai potensi VFM bahwa proyek dapat
bermanfaat.
Total biaya proyek dibandingkan pada risiko disesuaikan dan net present value ( "NPV") dasar.
Untuk sampai pada biaya risiko yang sesuai, salah satu praktik standar yang sering dilakukan
adalah dengan mengembangkan matriks risiko dan mengkuantifikasi risiko tersebut melalui
workshop risiko.
Penilaian VFM disajikan dalam bab ini telah dilakukan setelah penutupan keuangan untuk
proyek tersebut. Bagian berikut memberikan rincian tentang biaya proyek dan hasil penilaian
VFM ini.
Competitive neutrality
Value for Money
Risk
Risk
Ancillary cost
Ancillary cost
Financing
Financing
PSC KPBU
BUKU V 35
TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTU PEMASYARAKATAN
LEMBAGA PEMASYARAKATAN 2017
Menguraikan perbandingan antara total pembiayaan KPBU dengan PSC. Biasanya total
pembiayaan KPBU lebih tinggi daripada PSC karena Badan Usaha memperoleh
pinjaman dengan suku bunga yang lebih tinggi.
5.6.4. Risiko
Sub-bab ini menguraikan risiko-risiko yang ditanggung oleh Pemerintah. Pada PSC
seluruh risiko ditanggung oleh Pemerintah sedangkan pada KPBU sebagian risiko
ditransfer kepada Badan Usaha.
5.6.6. Kesimpulan
Merekapitulasi perhitungan dari setiap komponen untuk memperoleh gambaran besaran
VFM dari proyek KPBU.
BUKU V 36
TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTU PEMASYARAKATAN
LEMBAGA PEMASYARAKATAN 2017
Pada bab ini akan dibahas secara ringkas dari hasil studi lingkungan yang telah dilakukan.
Beberapa hal yang perlu masuk dalam bab ini meliputi:
BUKU V 37
TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTU PEMASYARAKATAN
LEMBAGA PEMASYARAKATAN 2017
2. Dalam menyusun dokumen pendukung (AMDAL ataupun UKL-UPL atau SPPL) PJPK
dapat menunjuk konsultan atau tim penyusun. Untuk Tim Penyusun AMDAL diatur
oleh Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 7 Tahun 2010.
BUKU V 38
TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTU PEMASYARAKATAN
LEMBAGA PEMASYARAKATAN 2017
Pada bab ini akan dibahas alternatif-alternatif skema kerjasama yang dapat diterapkan sampai
dengan penetapan skemanya. Beberapa hal yang dikaji dalam bab ini meliputi:
BUKU V 39
TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTU PEMASYARAKATAN
LEMBAGA PEMASYARAKATAN 2017
BUKU V 40
TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTU PEMASYARAKATAN
LEMBAGA PEMASYARAKATAN 2017
Risiko adalah kemungkinan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan selama kelangsungan suatu
proyek. Risiko tersebut dapat dinilai secara kualitatif ataupun kuantitatif. Proses analisa risiko
terdiri atas identifikasi risiko, alokasi risiko, penilaian risiko, dan mitigasi risiko. Tujuan analisa
risiko adalah agar stakeholder dapat memperoleh manfaat finansial sebesar-besarnya melalui
proses pengelolaan risiko yang meliputi menghilangkan, meminimalkan, mengalihkan, dan
menyerap/menerima risiko tersebut.
BUKU V 41
TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTU PEMASYARAKATAN
LEMBAGA PEMASYARAKATAN 2017
Dalam transaksi proyek KPBU, penentuan kewajiban PJPK dalam Perjanjian Kerjasama (yang
dilakukan setelah melakukan analisis risiko sebagai bagian dari studi kelayakan proyek) perlu
memenuhi prinsip Alokasi Risiko. Upaya menghasilkan suatu skema alokasi risiko yang optimal
penting demi memaksimalkan nilai manfaat uang (value for money).
BUKU V 42
TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTU PEMASYARAKATAN
LEMBAGA PEMASYARAKATAN 2017
Metode penilaian risiko tersebut akan dimasukaan dalam matriks peta risiko berikut:
Hampir Tidak
Rendah Rendah Rendah Menengah Menengah
Mungkin
BUKU V 43
TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTU PEMASYARAKATAN
LEMBAGA PEMASYARAKATAN 2017
BUKU V 44
TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTU PEMASYARAKATAN
LEMBAGA PEMASYARAKATAN 2017
Bab ini menguraikan kebutuhan Dukungan Pemerintah serta cakupan kebutuhan Jaminan
Pemerintah berdasarkan hasil kajian ekonomi dan komersial serta kajian risiko, proses dan strategi
untuk mendapatkan Dukungan Pemerintah dan/atau Jaminan Pemerintah, serta kajian kesiapan
proyek untuk mendapatkan Dukungan Pemerintah dan/atau Jaminan Pemerintah.
BUKU V 45
TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTU PEMASYARAKATAN
LEMBAGA PEMASYARAKATAN 2017
BUKU V 46
TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTU PEMASYARAKATAN
LEMBAGA PEMASYARAKATAN 2017
Pada bab ini akan diuraikan hal-hal kritis yang perlu ditindaklanjuti dengan isi sub-bab sebagai
berikut:
BUKU V 47
TOOLKIT KPBU INFRASTRUKTU PEMASYARAKATAN
LEMBAGA PEMASYARAKATAN 2017
BUKU V 48