Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

TEKNIK ELEKTRONIKA KOMPUTER


AUDIO AMPLIFIER

Disusun oleh :

M. Aldiyan syah

170192

XII MIPA 5

MADRASAH ALIYAH NEGERI KENDAL


PROGRAM KETRAMPILAN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan nikmat, taufik serta hidayah-Nya yang sangat besar sehingga
saya pada akhirnya bisa menyelesaikan laporan Praktikum Audio Amplifier tepat
pada waktunya.

Rasa terima kasih juga kami ucapkan kepada Guru Pembimbing yang selalu
memberikan dukungan serta bimbingannya sehingga Laporan Praktikum Audio
Amplifier ini dapat disusun dengan baik.

Semoga Laporan Praktikum Audio Amplifier yang telah kami susun ini turut
memperkaya khazanah ilmu teknologi serta bisa menambah pengetahuan dan
pengalaman para pembaca.

Selayaknya kalimat yang menyatakan bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna.
Kami juga menyadari bahwa Laporan Praktikum Audio Amplifier ini juga masih
memiliki banyak kekurangan. Maka dari itu kami mengharapkan saran serta
masukan dari para pembaca sekalian demi penyusunan Laporan Praktikum Audio
Amplifier dengan tema serupa yang lebih baik lagi.
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang

Saat ini perkembangan teknologisemakin maju termasuk dibidang audio power


amplifier.Teknologi iniakan mengingatkan kita pada bagaimana cara kerja dari power
amplifier ataupun suara yang keluar melalui speaker itu bisa didengar dan dinikmati oleh
para pecinta musik, sehinga kita bisa memahamimengapa power amplifier bisa
mengeluarkan suara pada speaker. Akan tetapi kita tidak mengetahui kenapa komponen-
komponen yang ada dalam power amplifier bisa menguatkan sinyal suara dari input
sinyal suara kecil hingga menjadi output sinyal suara besar.Power amplifier menjadi salah
satu kebutuhan bagi masyarakat yang hobi musik. Karena suara yang dihasilkan power
amplifier halus dan jernih akan memiliki daya tarik tersendiri bagi pendengar. Bermacam-
macam cara yang dilakukan oleh para perakit power amplifier untuk mendapatkan hasil
yang lebih baik,tahan lama dan tidak mudah rusak.

Oleh karena hal itulah yang menarik penulis untuk mengangkat trainer power
amplifier ocl(0utput Capacitor Less) sebagai bahan tugas akhir untuk menyelesaikan
Studi.Pada power amplifier ini proses pengelolahan sinyal suara atau audio itu terjadi .
Disini input atau masukkan yang diterima dari Laptop maupun Handphone diolah dalam
power amplifier agar supaya sinyal input atau sinyal masukkan ini bisa lebih bagus dan
kencang suaranya dari Laptop maupun Handphone. Maka dari itulah perlu kiranya
mengetahui bagaimana proses pengolahan sinyal power amplifier diterima dari Laptop
maupun Handphone.Power amplifier dapatdigunakan untuk acara-acara tertentu seperti,
Acara keluarga atau pada kegiatan kampus dll. Oleh sebab itu pada saat kita berbicara
ataupun menyampaikan sesuatu tidak harus berteriak atau bersuara kencang, karena sudah
ada pengeras suara untuk mempermudah penyampaian dengan jarak yang dapat
dijangkau.

2. Tujuan

Ampifier berfungsi menguatkan sinyal suara yang


ditransmisikan ke speaker agar keras dan maksimal
outputnya.
3. Rumusan Masalah

a. Apakah definisi penguat audio amplifier?

b. Bagaimana cara kerja audio amplifier

c. Macam Teknologi Audio


BAB 2
PEMBAHASAN
a. Definisi Audio Amplifier

Audio Amplifier adalah sebuah alat yang berfungsi memperkuat sinyal


audio dari sumber-sumber sinyal yang masih kecil sehingga dapat menggetarkan
membran speaker dengan level tertentu sesuai kebutuhan.

Bagian-bagian Audio Amplifier :

1.Input Sinyal

Input sinyal dapat berasal dari beberapa sumber, antara lain dari CD/DVD
Player, Tape, Radio AM/FM, Microphone, MP3 Player, Ipod, dll. Masing-masing
sumber sinyal tersebut mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Bagian Input
sinyal harus mempu mengadaptasi sinyal sinyal tersebut sehingga sama pada saat
dimasukkan ke penguat awal/ penguat depan (pre-amp)

2.Penguat Awal/Penguat Depan (Pre-amp)

Penguat depan berfungsi sebagai penyangga dan penyesuai level dari


masing-masing sinyal input sebelum dimasukkan ke pengatur nada. Hal ini
bertujuan agar saat proses pengaturan nada tidak terjadi kesalahan karena
pembebanan/loading. Penguat depan harus mempunyai karakteristik
penyangga/buffer dan berdesah rendah.

3.Pengatur Nada (Tone Control)

Pengatur nada bertujuan menyamakan (equalize) suara yang dihasilkan


pada speaker agar sesuai dengan aslinya (Hi-Fi). Pengatur nada minimal
mempunyai pengaturan untuk nada rendah dan nada tinggi. Selain itu ada juga
jenis pengatur nada yang mempunyai banyak kanal pengaturan pada frekuensi
tertentu yang biasa disebut dengan Rangkaian Equalizer. Prinsip dasar pengaturan
nada diperoleh dengan mengatur nilai R/C resonator pada rangkaian filter.
4.Penguat Akhir (Power Amplifier)

Penguat Akhir adalah rangkaian penguat daya yang bertujuan


memperkuat sinyal dari pengatur nada agar bisa menggetarkan membran speaker.
Penguat akhir biasanya menggunakan konfigurasi penguat kelas B atau kelas AB.
Syarat utama sebuah penguat akhir adalah impedansi output yang rendah antara
4-16 ohm) dan efisiensi yang tinggi.

Karena kerja dari penguat akhir sangat berat maka biasanya akan timbul
panas dan dibutuhkan sebuah plat pendingin untuk mencegah kerusakan
komponen transistor penguat akhir karena terlalu panas.

5.Speaker

Speaker berfungsi mengubah sinyal listrik menjadi sinyal suara. Semakin


besar daya sebuah speaker biasanya semakin besar pula bentuk fisiknya. Secara
umum speaker terbagi menjadi tiga, yaitu Woofer (bass), Squaker (middle), dan
tweeter (high). Impedansi speaker antara 4 ohm, 8 ohm dan 16 ohm.

Saat ini ada juga speaker yang disebut dengan subwoofer, yaitu speaker
yang mampu mereproduksi sinyal audio dengan frekuensi yang sangat rendah
dibawah woofer.

6.Power Supply

Power Supply merupakan rangkaian pencatu daya untuk semua


rangkaian. Secara umum power supply mengeluarkan dua jenis output, yaitu
output teregulasi dan tidak teregulasi. Output teregulasi dipakai untuk rangkaian
pengatur nada dan penguat awal, sementara rangkaian power supply tidak
teregulasi dipakai untuk rangkaian power amplifier.

Jenis atau Kelas-kelas Power Amplifier (Penguat Daya)

Salah satu cara untuk mengklasifikasikan jenis-jenis Power Amplifier


atau Penguat Daya adalah dengan cara pembagian “KELAS” pada Power
Amplifier. Pada umumnya, Kelas Amplifier yang sering digunakan dapat dibagi
menjadi Kelas A, Kelas AB, Kelas B, Kelas C dan Kelas D. Berikut ini adalah
penjelasan singkat dengan Kelas-kelas Penguat Daya tersebut.

1. Penguat Daya Kelas A (Class A Power Amplifier)

Penguat Kelas A merupakan Kelas Penguat yang desainnya paling


sederhana dan paling umum digunakan. Seperti namanya yaitu Kelas A yang
artinya adalah Kelas terbaik, penguat Kelas A ini memiliki tingkat distorsi sinyal
yang rendah dan memiliki liniearitas yang tertinggi dari semua kelas penguat
lainnya.

Umumnya, Penguat Kelas A menggunakan transistor single (transistor


bipolar, FET, IGBT) yang terhubung secara konfigurasi Common Emitter (Emitor
Bersama). Letak titik kerja (titik Q) berada di pusat kurva karakteristik atau
berada pada setengah Vcc (Vcc/2) dengan tujuan untuk mengurangi distori pada
saat penguatan sinyal. Penguat Kelas A ini menguat sinyal Input satu gelombang
penuh atau 360°.
Untuk mencapai Linearitas dan Gain yang tinggi, Amplifier Kelas A ini
mengharuskan Transistor dalam keadaan aktif selama siklus AC. Hal ini
menyebabkan pemborosan dan pemanasan yang berlebihan sehingga
menyebabkan ketidakefisienan. Efisiensi Penguat/Amplifier kelas A ini hanya
berkisar sekitar 25% hingga 50%.

2. Penguat Daya Kelas B (Class B Power Amplifier)

Penguat Kelas B ini diciptakan untuk mengatasi masalah efisiensi dan


pemanasan yang berlebihan pada Penguat Kelas A. Letak titik kerja (Q-point)
berada di ujung kurva karakteristik sehingga hanya menguatkan setengah input
gelombang atau 180° gelombang. Karena hanya melakukan penguatan setengah
gelombang dan menonaktifkan setengah gelombang lainnya, Penguat Kelas B ini
memiliki efisiensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan penguat kelas A.
Secara teoritis, Penguatan atau Amplifier kelas B ini memiliki efisiensi sebesar
78,5%. Kelemahan pada Penguat Kelas B ini adalah terjadinya distorsi cross-
over.
3. Penguat Daya Kelas AB (Class AB Power Amplifier)

Seperti namanya, Penguat kelas AB adalah gabungan dari penguat kelas


A dan penguat kelas B. Penguat kelas AB ini merupakan kelas penguat yang
paling umum digunakan pada desain Audio Power Amplifier. Titik kerja penguat
kelas AB berada diantara titik kerja penguat kelas A dan titik kerja penguat kelas
B, sehingga Penguat kelas AB dapat menghasilkan penguat sinyal yang tidak
distorsi seperti pada penguat kelas A dan mendapatkan efisiensi daya yang lebih
tinggi seperti pada penguat kelas B. Penguat Kelas AB menguatkan sinyal dari
180° hingga 360° dengan efisiensi daya dari 25% hingga 78,5%.

4. Penguat Daya Kelas C (Class C Power Amplifier)

Amplifier atau Penguat Kelas C ini menguatkan sinyal input kurang dari
setengah gelombang (kurang dari 180°) sehingga distorsi pada Outputnya
menjadi sangat tinggi. Namun Efisiensi daya pada penguat kelas C ini sangat baik
yaitu dapat mencapai efisiensi daya hingga 90%. Penguat Kelas C ini sering
digunakan pada aplikasi khusus seperti Penguat pada pemancar Frekuensi Radio
dan alat-alat komunikasi lainnya.
5. Penguat Daya Kelas D (Class D Power Amplifier)

Penguat daya kelas D ini menggunakan penguatan dalam bentuk pulsa


atau biasanya disebut dengan teknik Pulse Width Modulation (PWM), dimana
lebar pulsa ini proposional terhadap amplitudo sinyal input yang pada tingkat
akhirnya sinyal PWM akan menggerakan transistor switching ON dan OFF
sesuai dengan lebar pulsanya. Secara teoritis, Penguat kelas D dapat mencapai
efisiensi daya hingga 90% hingga 100% karena transistor yang menangani
penguatan daya tersebut bekerja sebagai Switch Binary yang sempurna sehingga
tidak terjadi pemborosan waktu saat transisi sinyal dan juga tidak ada daya yang
diboroskan saat tidak ada sinyal input. Transistor yang digunakan untuk
Amplifier kelas D ini umumnya adalah transistor jenis MOSFET. Suatu Penguat
Kelas D umumnya terdiri dari sebuah generator gelombang gigi gergaji,
Komparator, Rangkaian Switch dan sebuah Low Pass Filter.

Meskipun dapat menghasilkan efisiensi daya yang tinggi, Penguat Kelas


D ini memerlukan sumber catu daya yang stabil dan respon frekuensi tingginya
sangat tergantung pada impedansi Speaker (Pengeras Suara).
6. Kelas-kelas Power Amplifier (Penguat Daya) Lainnya

Selain Kelas A, Kelas AB, Kelas C dan Kelas D yang dibahas diatas,
terdapat pula kelas-kelas Penguat Daya lainnya seperti Kelas F, Kelas G, Kelas I,
Kelas S dan Kelas T yang juga menggunakan teknik Pulse Width Modulation
(PWM) dalam penguatan sinyal inputnya.

Penguat Daya kelas E

Penguat kelas E pertama kali dipublikasikan oleh pasangan ayah dan


anak Nathan D dan Alan D Sokal tahun 1972. Dengan struktur yang mirip seperti
penguat kelas C, penguat kelas E memerlukan rangkaian resonansi L/C dengan
transistor yang hanya bekerja kurang dari setengah duty cycle. Bedanya,
transistor kelas C bekerja di daerah aktif (linier). Sedangkan pada penguat kelas
E, transistor bekerja sebagai switching transistor seperti pada penguat kelas D.
Biasanya transistor yang digunakan adalah transistor jenis FET. Karena
menggunakan transistor jenis FET (MOSFET/CMOS), penguat ini menjadi
efisien dan cocok untuk aplikasi yang memerlukan drive arus yang besar namun
dengan arus input yang sangat kecil. Bahkan dengan level arus dan tegangan
logik pun sudah bisa membuat transitor switching tersebut bekerja. Karena
dikenal efisien dan dapat dibuat dalam satu chip IC serta dengan disipasi panas
yang relatif kecil, penguat kelas E banyak diaplikasikan pada peralatan transmisi
mobile semisal telepon genggam. Di sini antena adalah bagian dari rangkaian
resonansinya.

Penguat Daya kelas T

Penguat kelas T bisa jadi disebut sebagai penguat digital. Tripath


Technology membuat desain digital amplifier dengan metode yang mereka
namakan Digital Power Processing (DPP). Mungkin terinspirasi dari PA kelas D,
rangkaian akhirnya menggunakan konsep modulasi PWM dengan switching
transistor serta filter. Pada penguat kelas D, proses dibelakangnnya adalah proses
analog. Sedangkan pada penguat kelas T, proses sebelumnya adalah manipulasi
bit-bit digital. Di dalamnya ada audio prosesor dengan proses umpanbalik yang
juga digital untuk koreksi timing delay dan phase.
Penguat Daya kelas G

Kelas G tergolong penguat analog yang tujuannya untuk memperbaiki


efesiensi dari penguat kelas B/AB. Pada kelas B/AB, tegangan supply hanya ada
satu pasang yang sering dinotasikan sebagai +VCC dan –VEE misalnya +12V dan –
12V (atau ditulis dengan +/-12volt). Pada penguat kelas G, tegangan supply-nya
dibuat bertingkat. Terutama untuk aplikasi yang membutuhkan power dengan
tegangan yang tinggi, agar efisien tegangan supplynya ada 2 atau 3 pasang yang
berbeda. Misalnya ada tegangan supply +/-70 volt, +/-50 volt dan +/-20 volt.
Konsep ranagkaian PA kelas G seperti pada gambar-13. Sebagai contoh, untuk
alunan suara yang lembut dan rendah, yang aktif adalah pasangan tegangan
supply +/-20 volt. Kemudian jika diperlukan untuk men-drive suara yang keras,
tegangan supply dapat di-switch ke pasangan tegangan supply maksimum +/-70
volt.

gambar 13 : konsep penguat kelas G dengan tegangan supply yang bertingkat


Penguat Daya kelas H

Konsep penguat kelas H sama dengan penguat kelas G dengan tegangan


supply yang dapat berubah sesuai kebutuhan. Hanya saja pada penguat kelas H,
tinggi rendahnya tegangan supply di-desain agar lebih linier tidak terbatas hanya
ada 2 atau 3 tahap saja. Tegangan supply mengikuti tegangan output dan lebih
tinggi hanya beberapa volt. Penguat kelas H ini cukup kompleks, namun akan
menjadi sangat efisien.
BAB 3

PENUTUP

Kesimpulan • Alat Pembatas dan pengaturan tegangan audio pada power


amplifier dapat berjalan baik, dilakukan dengan mengatur gain sinyal input di volume
control, hal ini karen a besar kecilnya gain sinyal input akan mempengaruhi besamya
tegangan output yang dihasilkan power amplifier. • T egangan output maksimum yang
dihasilkan power amplifier 20 Vpeak, pada saat tegangan input 0.625 Vpeak, lebih dari
0.625 Vpeak tegangan output cacat dan power amplifier akan mengalami pembebanan
tegangan yang melebihi kapasitas penguatannya. • J ika dilihat dari tegangan input dan
tegangan outputnya, power amplifier mengalami penguatan tegangan sekitar 33 kali. •
Dengan tegangan input 0.625 Vpeak, arus output maksimumnya 1.768 A (rms), maka
daya maksimum yang dihasilkan power amplifier sekitar 25 Watt (rrns) • Dari beberapa
tahap pengukuran perbandingan antara tegangan input dengan tegangan output, rps
mengalami penguatan 2 kali.

a. Kesimpulan

Power amplifier adalah barang elektronik yang bekerja menggunakan


tegangan AC (Alternating Curent), terutama pada rangkaian catu daya
pada saat kita mengukur dan memperbaikinya maka kita harus berhati-
hati. Utamakan keselamatan kerja dan alat, dan setelah memperbaikinya
kita mesti memeriksa kembali apakah ada kabel yang lepas atau isolasinya
terbuka agar tidak terjadi konsleting.

b. Daftar Pusaka

http://audioini.blogspot.com/2016/03/macam-macam-audio.html

http://eprints.polsri.ac.id/4033/3/03.%20BAB%20II.pdf

https://teknikelektronika.com/pengertian-power-amplifier-penguat-daya-
kelas-amplifier/

https://www.dosentekno.com/teknologi/pengertian-audio-macam-macam-
contohnya/

https://lilikvengeance.wordpress.com/2009/07/19/30/

https://www.academia.edu/12888721/MAKALAH_POWER_AMPLIFIER

Anda mungkin juga menyukai